BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi coca-cola tentu saja menghasilkan limbah industri, limbah yang berbentuk gas berupa asap, cair berupa air yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan limbah padat berupa botol. Limbah tersebut telah mengalami proses pengolahan dengan yang aman dan tidak membahayakan makhluk hidup dan lingkungan sekitar. Hal tersebut merupakan bagian tanggung jawab dari PT. CCBI terhadap lingkungan dan wujud kepedulian sosial perusahaan kepada masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Coca Cola : Minuman ringan (Soft Drink) Coca-Cola diciptakan oleh Dr. John S. Pemberton, seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, pada bulan Mei 1886. Ia mencampurkan suatu ramuan khusus dengan gula murni menjadi sirup yang beraroma segar dan berwarna karamel, kemudian diaduk bersama air murni. Minuman ini kemudian dikenal dengan nama Coca-Cola. Pada awalnya penjualan minuman ini dilakukan dengan menempatkan minuman ringan (Soft Drink) tersebut di dalam guci besar yang diletakkan ditempat-tempat strategis.Namun adanya peningkatan jumlah pembelian menyebabkan penggunaan guci tersebut digantikan dengan kemasan botol yang lebih praktis.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses produksi coca-cola tentu saja menghasilkan limbah industri, limbah yang
berbentuk gas berupa asap, cair berupa air yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi
sawah dan limbah padat berupa botol. Limbah tersebut telah mengalami proses
pengolahan dengan yang aman dan tidak membahayakan makhluk hidup dan lingkungan
sekitar. Hal tersebut merupakan bagian tanggung jawab dari PT. CCBI terhadap
lingkungan dan wujud kepedulian sosial perusahaan kepada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Coca Cola :
Minuman ringan (Soft Drink) Coca-Cola diciptakan oleh Dr. John S. Pemberton,
seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, pada bulan
Mei 1886. Ia mencampurkan suatu ramuan khusus dengan gula murni menjadi sirup yang
beraroma segar dan berwarna karamel, kemudian diaduk bersama air murni. Minuman ini
kemudian dikenal dengan nama Coca-Cola. Pada awalnya penjualan minuman ini dilakukan
dengan menempatkan minuman ringan (Soft Drink) tersebut di dalam guci besar yang
diletakkan ditempat-tempat strategis.Namun adanya peningkatan jumlah pembelian
menyebabkan penggunaan guci tersebut digantikan dengan kemasan botol yang lebih praktis.
The Coca-Cola Company didirikan tahun 1892 oleh Asa G. Chandler di Atlanta, yang
juga mempatenkan merek dagang Coca-Cola. Perusahaan ini merupakan induk dari semua
perusahaan pembotolan yang memiliki merek dagang Coca-Cola diseluruh Negara didunia
dengan menyediakan bahan baku konsentratnya. Mulai tahun 1893, The Coca-Cola Company
membangun pabrik sirupnya diluar Atlanta.
Presiden The Coca-Cola Company (1919-1955), Robert W. Woudruff, merupakan
orang yang pertama kali mencetuskan gagasan agar minuman Coca-Cola tersebut dapat
dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja, tetapi juga untuk dikonsumsi oleh seluruh
bangsa di dunia. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan The
Coca-Cola Export Cooperation, yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan minuman
keseluruh pelosok negeri di dunia dengan cirri mutu, rasa, dan kesegaran yang sama.
2.2 Profil perusahaan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Di Indonesia, Coca-Cola mulai dikenal pada tahun 1927 melalui De Nederland
Indische Mineral Water Fabrieck yang membotolkan nya untuk pertama kali di Batavia.
Selanjutnya perusahaan tersebut diambil alih oleh pedagang Indonesia dan berubah nama
menjadi The Indonesian Bottles Ltd. N. V. (IBL) yang berstatus perusahaan nasional.
Pada tahun 1971, dengan pertambahan usahadan modal, IBL berubah menjadi nama
baru PT Djaya Bevarages Bottling Company (PT. DBBC) yang merupakan pabrik
pembotolan modern pertama di Indonesia. Adanya penambahan modal tersebut
meningkatkan kapasitas pabrik yang diikuti pula dengan penambahan macam produk yang
dihasilkan dalam berbagai ukuran kemasan.
Pada tahun 1993 seluruh saham PT. DBBC diambil alih oleh Coca-Cola Amatil Ltd,
suatu grup perusahaan pembotolan Coca-Cola dikawasan Asia Pasifik dan EropaTimur yang
bermarkas di Sydney, Australia. Adanya perpindahan saham tersebut mengakibatkan nama
PT. DBBC berubah menjadi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (PT. CCAI). Tahun 2000,
seluruh pabrik pembotolan minuman merek dagang Coca-Cola yang ada di Indonesia resmi
bergabung menjadi satu dibawah PT. CCAI.
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Bottling (PT. CCAIB) dan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Distribution (PT.
CCAID).PT. CCAIB bertugas untuk memproduksi minuman ringan (Soft Drink), sedangkan
PT. CCAID yang bertugas untuk memasarkan dan mempromosikan minuman ringan (Soft
Drink) yang dihasilkan PT. CCAIB. Untuk meningkatkan volume penjualan keseluruh
wilayah Indonesia, maka PT. CCAI mengoperasikan pabrik pembotolan di 10 kota besar
Indonesia, yaitu Medan, Padang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Pandaan, Bali,
Makassar, dan BanjarBaru.
Pada tahun 2002, PT. CCAIB berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Bottling
Indonesia (PT. CCBI) dan PT. CCAID menjadi PT. Coca-Cola Distribution Indonesia (PT.
CCDI). Seluruh pabrik pembotolan Coca-Cola di Indonesia berada dibawah manajemen PT.
Coca-Cola Indonesia (PT. CCI). PT. Coca-Cola Indonesia ini merupakan perwakilan dari The
Coca-Cola Company yang menyuplai bahan baku konsentrat keseluruh pabrik pembotolan
Coca-Cola di Indonesia dan menetapkan seluruh standar bahan baku yang digunakan oleh
pabrik.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) merupakan suatu badan yang berbentuk
perseroan terbatas yang bergerak di bidang usaha produksi minuman ringan. Perusahaan
Coca-cola di Jawa Tengah dirintis oleh dua orang pengusaha yaitu Bapak Portogtius
Hutabarat (alm) dan Bapak Mugijanto. Seiring dengan perkembangan perusahaan maka pada
bulan April 1992 PT. PAN Java Bottling Co bergabung dengan Coca-cola Amatil Limited
Australia. Kemudian mulai tanggal 1 Juli 2002 kembali merubah namanya hingga sekarang
yaitu PT. Coca-cola Bottling Indonesia (CCBI) Central Java Operations.
PT. Coca-cola memiliki sebelas pabrik pembotolan yang ada di Indonesia yang terdapat di
Semarang, Bandar Lampung, Padang, Ujung Pandang, Medan, Surabaya, Bandung, Bali,
Jakarta, Banjarmasin dan Manado. Salah satu pabrik pembotolannya adalah PT. Coca-coala
Bottling Indonesia (CCBI) di Semarang.
CCBI hanya memproduksi minuman dalam kemasan botol. Coca-cola merupakan
minuman yang terbuat dari bahan baku pilihan berupa air, gula, concentrate dan
karbondioksida. Selain coca-cola juga terdapat produk minuman lainnya seperti Diet Coke,
Sprite, Fanta, Frestea, Sunfill, Ades, Aquarius, Kres, A & W, Sar saparila dan Schwepees.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen minuman ringan
terkemuka di Indonesia. Kami memproduksi produk-produk berlisensi dari The Coca-
Cola Company. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari
perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang
dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited, yang
merupakan salah satu produsen dan distributor Coca-Cola di dunia. Coca-
Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha Coca-
Cola Amatil saat ini merupakan pengusaha
Indonesia yang juga adalah mitra usaha yang memulai kegiatan usahanya di
Indonesia.Produksi pertama Coca-Cola Di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik
yang berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat itu hanya sekitar 10.000 krat. Saat itu
perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah kendaraan truk
distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdirilah 11 perusahaan independen di
seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-
Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut
mulai bergabung menjadi satu, dan tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari
perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam perusahaan yang kini dikenal sebagai
Coca-Cola Bottling Indonesia Saat ini, dengan jumlah karyawan lebih dari 9.000 orang,
jutaan krat produk kami didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 420.000 gerai eceran
yang tersebar diseluruh Indonesia
2.3 Komitmen terhadap Lingkungan
Bisnis PT Coca Cola Amatil Indonesia tak lain adalah menghadirkan saat-saat
menyegarkan yang unik dan memuaskan konsumen. PT Coca Cola Amatil Indonesia sangat
terpacu untuk melahirkan semangat serupa terhadap usaha-usaha kami yang berkaitan dengan
pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Ini berarti, upaya
berkesinambungan untuk menggali cara-cara baru dan lebih baik untuk meningkatakan
kinerja kami di bidang pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Sebelum membuang limbah ke sungai, pihak PT Coca Cola Amatil Indonesia
mengolah limbah sehingga tidak merusak biota sungai. Pihak PT Coca Cola Amatil Indonesia
menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan lingkungan, kesehatan dan keselamatan
kerja senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan pengertian kami terhadap masalah-
masalah tersebut yang juga berkembang dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, pihak PT Coca
Cola Amatil Indonesia mengembangkan suatu sistem komprehensif yang mengacu pada
standar internasional, termasuk di dalamnya ISO 14001, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek
terbaik di bidang perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja mulai dari
pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program kesehatan
dan keselamatan kerja. PT Coca-Cola Bottling Indonesia memiliki komitmen untuk
senantiasa memahami, mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan
sehubungan dengan kegiatan produksi minuman ringan, serta terus berupaya memberikan
pelayanan dan produk berkualitas yang diharapkan konsumen maupun pelanggan, dan
menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi seluruh karyawan.
Pihak PT Coca Cola Amatil Indonesia yakin bahwa seluruh karyawan PT Coca-Cola
Botting Indonesia dan setiap orang yang tergabung di dalam perusahaan, serta semua mitra
kerjanya, bersama-sama memainkan peranan penting dalam menerapkan kebijakan
Perusahaan di bidang perlindungan lingkungan ini. Untuk itulah maka pihak PT Coca Cola
Amatil Indonesia berupaya membekali para karyawan agar mampu melibatkan diri mereka
sepenuhnya.
Pihak PT Coca Cola Amatil Indonesia akan:
Berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan lingkungan
dengan memenuhi persyaratan dari The Coca-Cola Company dan Peraturan
Perundangan yang berlaku
Senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam menyusun
Business Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah
lingkungan selalu menjadi bagian yang integral dari Operasi Perusahaan
Menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan terprogram, serta
terus menerus menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa sejalan dengan
operasi perusahaan
Mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami dan
bertindak pada setiap peluang yang ada untuk mencegah dan memperkecil setiap
dampak negatif yang berpotensi menimbulkan masalah lingkungan
Mengembangkan dan menerapkan cara-cara meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya, termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan bahan baku lainnya
Sedapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah
semua limbah yang ditimbulkan di dalam area kita sendiri, serta menjamin prosedur
pembuangan limbah tersebut dengan cara yang aman dan berdampak yang seminimal
mungkin
Meminta para pemasok dan rekanan bisnis agar memenuhi standar pengelolaan
lingkungan yang setara dengan yang kita anut.
Sumber limbah cair utama dari industri minuman ringan adalah proses pencucian botol,
karena pabrik minuman ini biasanya memanfaatkan botol bekas. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan deterjen dan larutan soda kostik yang kadang terintegrasi dalam pabrik
pembuatan minuman ringan tersebut. Selain itu, limbah cair juga dapat berasal dari ceceran
atau tumpahan sirup dan cairan lainnya selama proses pengadukan, pembotolan, dan
pengalengan, pembersihan tangki, aliran pengisian bahan baku, atau peralatan proses dan
lantai (Farmasi, 2011).
A. Karakteristik Fisis Limbah Cair menurut Farmasi (2011), antara lain:
1. Kekeruhan
Kekeruhan dalam limbah cair disebabkan oleh tingginya kandungan padatan
tersuspensi (TSS) dalam limbah. Limbah yang dihasilkan pabrik minuman ringan
memiliki tingkat kekeruhan yang cukup tinggi tetapi kandungan bahan
organiknya lebih tinggi. Beban terbesar TSS total berasal dari pencucian botol
dan pemeliharaan kebersihan pabrik yang kurang baik.
2. Warna
Warna pada limbah cair minuman ringan berasal dari penambahan sirup sebagai
konsentrat pemberi rasa. Akan tetapi, karena kadarnya cukup rendah dan
seringkali bahan pewarna pun digunakan pewarna alami yang berasal dari sari
buah-buahan, maka parameter warna ini tidak terlalu menjadi masalah dalam
pengolahan limbah cair industri minuman ringan.
3. Suhu
Limbah panas yang dihasilkan berasal dari air proses pencucian botol. Perbedaan
suhu yang dihasilkan pada limbah, meskipun lebih tinggi dari air limbah dalam
keadaan normal tetapi melalui proses pendinginan secara alami dapat
menurunkan suhu air limbah, sehingga tidak diperlukan suatu alat penurun suhu
mekanis.
4. Daya Hantar Listrik
Daya Hantar Listrik menyatakan banyaknya ion-ion yang terkandung dalam suatu
air buangan atau air sungai. Nilai konduktivitas pada limbah cair industri
minuman ringan (limun) relatif rendah, karena dalam proses pembuatannya
sendiri tidak banyak menggunakan larutan-larutan elektrolit, sebagian besar
komposisi produk adalah air dan gula.
B. Karakteristik Kimiawi Limbah Cair
1. Biochemical Oksigen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhlan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan
buangan didalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan
semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, berarti kandungan polutannya organiknya
tinggi.
2. Chemical Oksigen Demand (COD ) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air, secara kimia.
3. Senyawa Organik dan Anorganik
Senyawa organik terdiri dari karbon dengan unsur O, N, P, S, H. Sedangkan
senyawa anoranik terdiri atas unsur lain yang bukan tersusun dari karbon organik.
Unsur-unsur yang terdapat dalam jumlah banyak akan bersifat toksik dan
menghalangi proses-proses biologis.
4. Keasaman Air (pH).
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi
rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Limbah cair yang mempunyai pH
tinggi atau rendah dapat mempengaruhi organisme dalam air. Air yang
mempunyai pH rendah (pH<7) membuat air menjadi korosif terhadap bahan
konstruksi besi yang kontak dengan air. Limbah cair dengan keasaman tinggi
bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik
kawat atau seng.
5. Alkalinitas (basa) nilai pH tinggi, ph>7
Tinggi rendahnya alkalinitas ditentukan senyawa karbonat, garam-garam
hidroksida, kalsium, magnesium, natrium dalam air. Kesadahan dalam air
disebabkan oleh tingginya kandungan zat-zat tersebut. Semakin tinggi kesadahan
suatu air semakin sulit air berbuih.
6. Oksigen Terlarut
Oksigen telarut berlawanan dengan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah
oksigen terlarut. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami
benyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut.
Tabel 1. Parameter kimiawi limbah cair pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Sumber : Putri, 2012
C. Karakteristik Sifat Bioligis Limbah Cair
Sifat biologis meliputi mikroorganisme yang ada dalam limbah cair.
Mikroorganisme ini memiliki jenis yang bervariasi, hampir dalam semua bentuk air
limbah dengan konsentrasi 105 - 108 organisme/ml yang utamanya merupakan
Protista. Mikroorganisme yang ditemukan banyak dalam bentuk sel tunggal yang
bebas atau berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan. Bahan-
bahan organik yang terdapat dalam air akan diubah oleh mikroorganisme menjadi
senyawa kimia yang sederhana, sehingga dekomposisi zat-zat tersebut dalam jumlah
besar akan menimbulkan bau busuk. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air
limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis dan penting untuk mengevaluasi
kualitas air.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan Limbah Cair pada Pt. Coca Cola Amatil Indonesia
Limbah cair (kecuali air hujan) yang berasal dari proses bottling line, syrup
room (tanki sanitasi), dan water treatment dan waste water treatment (back wash dan
regenerasi) ditampung dan ditangani dengan cara membuat suatu Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) di lokasi pabrik. Menurut (2012), IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) untuk menangani limbah cair pada industri soft drink di PT.
Sinar Sosro Ungaran, yaitu :
a) Pre-treatment adalah pengolahan awal limbah cair yang baru dibuang dari pabrik
sebelum memasuki proses tahapan utama. Pada pabrik ini, proses pre-treatment
dilakukan secara anaerobic. Berikut tahapan pengolahan awal tersebut:
1) Screen press
Alat ini digunakan untuk menyaring, menyeleksi dan membuang kotoran dan
padatan, seperti sampah pabrik, pipet, kertas, dan sebagainya dari limbah.
2) Sump pit
Sump pit adalah bak penampung sementara limbah dari screen press yang
memiliki 2 unit pompa (influent pump) yan bertugas memompakan limbah ke
bak equalisasi.
3) Cooling tower
Limbah cair yang masuk ke bak equalisasi oleh unit ini didinginkan terlebih
dahulu dengan menggunakan cooling tower, sehingga kalor pada limbah
tersebut berpindah ke udara.
Gambar 3. Cooling tower (Nuryanti, 2011)
4) Bak equalisasi dan agitator
Bak ini adalah tempat homogenisasi kualitas dan kuantitas air limbah yang
masuk ke dalam bak, serta tempat untuk prosesasi difikasi melalui fermentasi.
Untuk mempercepat homogenisasi digunakan agitator. Penambahan nutrisi juga
dilakukan untuk makanan bakteri, yaitu pupuk urea (sumber nitrogen) dan
pupuk super phosphate (sumber fosfat).
Gambar 4. Bak Equalisasi (Rahayu, 2009)
5) Limbah
Limbah dari bak equalisasi di pompakan di MUR (Methane Upilow Reactor)
setelah melalui 2 tahap yaitu penetralan pH limbah dan tahap homogenisasi.
3.2 Pengolahan Limbah secara aerobic, menurut (2012) yaitu:
1. Bak Aerasi
Limbah yang keluar dari proses anaerobik memiliki kualitas limbah yang begitu
baik, sehingga bak ini terjadi proses penyempurnaan. Limbah mengalami
pengolahan oleh bakteri lumpur aerob, dimana bakteri pengolah materi-materi
sisa yang terbiodegradasi pada proses aerobic menjadi CO2 dan sel bakteri baru.
Gambar 5. Kolam aerasi (Yanda, 2009)
2. Final clarifier
Pada bak ini prosesnya adalah pengendapan dimana activated sludge dipisahkan
dari air limbah yang bersih, lumpur aktif yang mengendap disirkulasi ke bak
aerasi, ataupun bila di perlukan disirkulasi kembali ke bak equalisasi. Kotoran-
kotoran yang melayang tersapu masuk ke bak effluent untuk di buang,
sementara itu, air limbah bersih mengalir secara overflow ke kolam indikator.
Gambar 6. Clarifier (Budi, 2011)
3. Kolam indikator
Pada kolam ini diisikan dengan ikan sebagai indicator kualitas air. Setelah
dialirkan ke kolom indikator, air dibuang ke saluran pembuangan seperti selokan
atau sungai. Dari proses tersebut dapat terlihat sesuai lampiran bahwa air yang
kotor dibuang kembali ke alam dalam keadaan bersih dengan proses pengolahan
yang baik.
Gambar 7. Kolam Indikator (Nurmilasari, 2010)
Secara umum, proses pengolahan limbah cair dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 8. Proses Pengolahan Limbah Cair
Penjelasan Proses-proses diatas :
Limbah cair (kecuali air hujan) yang berasal dari bottling line, syrup room
(tanki sanitasi), dan water treatment dan waste water treatment (back wash dan
regenerasi) ditampung di dalam screen press yang fungsinya untuk memisahkan
kotoran-kotoran seperti sampah, plastik, sedotan dan lain sebagainya. Selanjutnya
setelah disaring melalui screen press, limbah tersebut di tampung dalam sump pit
yang kemudian di tampung lebih lanjut dalam bak ekualisasi lama (Putri, 2012)
Kemudian limbah cair tadi dialirkan menuju Bak Aerasi yang berjumlah 2
buah bak dengan kapasitas 50 m3 dan bersekat 5 buah untuk memisahkan lemak dan
minyak. Lemak dan minyak yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air akan
tertahan di permukaan, sedangkan air limbahnya akan berada di bagian bawah yang
selanjutnya di pompa menuju ke bak equalisasi basin (Putri, 2012).
Bak equalisasi basin yang memiliki volume 500 m3 berfungsi untuk
menghomogenisasikan dan menetralisir air limbah sebelum pengolahan lebih lanjut.
Proses penetralisir air limbah ini menggunakan soda kasutik dengan konsentrasi 98%
sehingga pH air menjadi 6,5–8. Bak equaliasasi ini dilengkapi dengan aerator
summersibel yang fungsinya untuk peraerasi air limbah agar air limbah tersebut tidak
mempunyai fluktuasi kualitas yang besar sehingga memudahkan pengolahan
selanjutnya, air limbah di homogenkan dan diaerasikan menggunakan aliran turbulen.
Kemudian air limbah tersebut dialirkan menuju bak oxidation ditch (Putri, 2012).
Bak oxidation ditch yang memiliki volume 1600 m3 berfungsi untuk
menguraikan zat-zat organik yang berada dalam air limbah dengan menggunakan
Lumpur aktif dan bakteri aerobik (berespirasi menggunakan oksigen). Bakteri tersebut
yaitu jenis Escherichia coli, Staphillococcus, pseudomonas sp dan Acetobacter. Untuk
mempercepat pertumbuhan bakteri ditambahkan Urea pada bak equalisasi. Bak
equalisasi dilengkapi dengan dua buah aerator yang berfungsi agar bakteri dapat
kontak dengan air limbah secara optimal, agar semua Lumpur dapat tercampur dengan
air limbah secara merata dan membantu tersuplainya oksigen untuk pertumbuhan
bakteri (Putri, 2012).
Air limbah selanjutnya di alirkan menuju bak clarifier yang memiliki volume
300 m3. Bak clarifier ini berfungsi untuk memisahkan lumpur aktif yang ikut terbawa
dari oxidation. Lumpur aktif ini akan diendapkan dan dikumpul dibawah centre well
oleh scrapper yang terdapat di bak clarifier, sedangkan air akan mengalir secara over
flow menuju ke saluran selanjutnya (Putri, 2012).
Limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang bersifat asam
(Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum dibuang ke badan air
maupun sebelum limbah masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara
biologi maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut dilakukan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada pengolahan secara biologi, pH
perlu dijaga pada kondisi antara pH 6,5-8,5, karena sebagian besar microba aktif atau
hidup pada kondisi pH tersebut. Netralisasi adalah penambahan basa (alkali) pada
limbah yang bersifat asam (pH 7) (Putri, 2012).
Lumpur yang telah berkumpul dimasukkan ke dalam sludge collector oleh alat
return sludge dan disirkulasikan kembali menuju ke bak oxidation ditch. Tetapi jika
lumpur tersebut sudah tidak bisa di uraikan kembali maka akan dialirkan menuju
drying bed. Lumpur yang berada di drying bed akan dikeringkan dan tertahan di
bagian permukaan dengan bantuan sinar matahari yang selanjutnya akan dibuang.
Sedangkan air yang masih terkandung dalam lumpur akan disirkulasikan kembali ke
bak equalization setelah pemeriksaan di control bed (Putri, 2012).
Air yang mengalir secara over flow dari bak clarifier ada yang dialirkan
menuju sand filter untuk dijernihkan dari kotoran dan lumpur, kemudian dialirkan
menuju zeolit filter atau sand filter, kemudian air ditampung di recycled tank yang
berkapasitas 1500 L, air di recycled kemudian dialirkan menuju tanki carbon filter
yang berkapasitas 1000 L untuk menyaring kotoran-kotoran pada air, air setelah
melewati carbon filter tank selanjutnya ditampung di pressure tank, kemudian air dari
pressure tank dilakukan pelunakan di softener tank, air yang telah dilakukan
pelunakkan selanjutnya dialirkan melalui pipa yang terbagi menjadi dua pipa, pipa
pertama dialirkan menjadi general use sebagai kebutuhan air di toilet, taman, mesjid,
dan air pembersih mobil dan forklift. Adapula yang langsung dialirkan menuju sungai
setelah melewati Kolam indikator (kolam ikan), sedangkan pipa yang kedua dialirkan
untuk proses resin penukar ion yang selanjutnya dialirkan menuju boiler (Putri, 2012).
Penanganan limbah cair pada industri minuman ringan (Soft Drink) memiliki
nilai baku mutu untuk standart limbah yang boleh dibuang ke lingkungan, nilai baku
mutu ini menjadi suatu persyaratan limbah dan dinilai aman untuk dibuang ke
lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Tabel 2. Baku Mutu Air Limbah Industri Minuman Ringan (Soft Drink)
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1995.
3.3 Dampak Limbah pada Produksi soft drink
Dalam proses pengolahan bahan baku menjadi bentuk yang siap dikonsumsi terjadi
pula hasil sampingan berupa sampah atau limbah, baik berupa cair, padat maupun gas.
Hal ini wajar terjadi karena dalam setiap perubahan dari satu bentuk materi menjadi
bentuk lainnya tidak pernah terjadi perubahan yang efisien, selalu ada sisa yang disebut
limbah. Semua limbah ini akan dikembalikan ke lingkungan.
Para pelaku industri atau pelaku ekonomi yang kurang peduli pengelolaan
lingkungan yang yang akan meberikani dampak terhadap kesehatan dan terhadap
lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Dampak terhadap Kesehatan
Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a) Penyakit diare, penyakit ini terjadi karena mikroba yang berasal dari sampah dengan
pengelolaan yang tidak tepat.
b) Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap
(Arief, 2012)
Gambar 9. Penyakit Kurap
2. Dampak terhadap Lingkungan
Cairan dari limbah-limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya
sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga
mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau
menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak
limbah.baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan
juga menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah.rumah
tangga ke sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak
dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapat
meresahkan para penduduk (Arief, 2012).
Pencemaran lingkungan yang berarti mengganggu kelestarian lingkungan akibat
turunnya kualitas air, tanah dan udara. Hampir sebagian besar industri minuman ringan
menyedot air tanah sebagai sumber bahan baku utama. Pengambilan air tanah secara
berlebihan dan tidak terkendali mengakibatkan antara lain :
a. Turunnya permukaan tanah
b. Peresapan air laut sehingga menyebabkan turunnya kualitas air tanah
(Hery, 2010)
Eksploitasi air tanah dalam jumlah tidak terkendali akan berpengaruh secara
langsung terhadap masyarakat sekitarnya yang menggunakan air tanah untuk keperluan
sehari-hari. Dampak lain adalah akibat limbah yang dihasilkan oleh industri minuman
ringan. Limbah cair yang berasal dari proses pencucian botol karena pabrik minuman
biasanya memanfaatkan kembali botol bekas. Sebagian besar volume dari kandungan air
alkalin panas mengandung padatan terlarut. Dan juga limbah cair yang berasal dari
ceceran/tumpahan sirup dan cairan lainnya selama proses pengadukan,
pembotolan/pengalengan, pembersihan tangki, aliran pengisian bahan baku. Sumber
limbah cair lainnya berasal dari sistem pengolahan air untuk bahan baku air dan dari
peralatan mesin-mesin/bengkel berupa oli, minyak atau lemak. Keseluruhan limbah cair
ini akan mengakibatkan turunnya kualitas air tanah yaitu meningkatnya pH, padatan
tersuspensi dan BOD (Hery, 2010).
Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun
kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh
industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri
tersebut tidak diolah dengan baik pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup
jika tidak ada pengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat di dalam
lingkungan hidup maka dapat menimbulkan pencemaran seperti :
1) Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amoniak (NH3), methan(CH4), CO2
dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk
dikarena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau, terjadi proses
pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob.
2) Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang ditumpuk, akan
terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 dan methane yang jika melebihi NAB (Nilai
Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H2S 50 ppm dapat mengakibatkan
mabuk dan pusing.
3) Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan
atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat menyebabkan air menjadi keruh dan
rasa dari air pun berubah.
4) Kerusakan permukaan tanah. Dari sebagian dampak-dampak limbah padat diatas, ada
beberapa dampak limbah lain yang ditinjau dari aspek yang berbeda secara umum.