Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIANama : Choirun Nisa’ NIM : 125040200111015 Kelompok : Selasa, 07.30 (Minggu I) Asisten : Mukhih Bathul Husna PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
25

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

Mar 02, 2019

Download

Documents

phamthu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

“PEMBUATAN MEDIA“

Nama : Choirun Nisa’

NIM : 125040200111015

Kelompok : Selasa, 07.30 (Minggu I)

Asisten : Mukhih Bathul Husna

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Media adalah faktor penentu dalam perbanyakan

dengan kultur jaringan. Media eksplan terdiri dari

berbagai macam campuran bahan yakni unsur

mineral baik mikronutrient dan makronutrient, zat

pengatur tumbuh, senyawa organik, vitamin, dan

masih banyak lainnya. Namun perlu diingat, bahan-

bahan dalam suatu media eksplan memiliki fungsi

yang berbeda sehingga setiap tanaman yang akan

dikulturkan komposisi bahan untuk media eksplan

pun berbeda. Kita juga harus memahami jenis

kontaminasi dan teknik pencegahan kontaminasi

pada media eksplan, serta ciri-ciri media yang

sesuai untuk perkembangan eksplan agar hasil

kultur jaringan yang dilakukan berhasil.

Dalam pembuatan media dibutuhkan kesterilan

alat maupun orang yang melakukan pembuatan

media agar media kultur tidak terkontaminasi

dengan bakteri dan jamur sehingga dalam

pembuatan media kultur tidak berhasil.

1.2 Tujuan

Mengetahui proses pembuatan media untuk

media kultur jaringan dan;

mengetahui komposisi bahan untuk pembuatan

media kultur jaringan.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengartian Media MS

Media MS merupakan perbaikan komposisi

media skoog terutama kebutuhan garam

anorganiknya. Media MS mengandung NH4+.

Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total yang

terdapat pada media Miller,15 kali lebih tinggi dari

media tembakau Hildebrant,dan 19 kali lebih tinggi

dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai

20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro

lainnya konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pertama

kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat

untuk kultur kalus tembakau,tetapi komposisi MS ini

sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis

tanaman lain. Media MS paling banyak digunakan

untuk berbagai tujuan kultur pada tahun-tahun

sesudah penemuan media MS (Hendaryono, 1994).

2.2 Komposisi Media MS serta Fungsi

Media dalam kultur jaringan tanaman umumnya terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

Senyawa mg/l Fungsi

NH4NO3 1650,000 Berfungsi membentuk

protein, lemak, dan

berbagai senyawa

organik lain,

morfogenesis

(pertumbuhan akar

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

dan tunas),

pertumbuhan dan

pembentukan embrio,

pembentukan embrio

zigotik dan

pertumbuhan

vegetatif.

KNO3 1900,000

CaCl2.2H2O 440,000 Berfungsi untuk

pemanjangan sel

tanaman,

memperkuat tubuh

tanaman,

memperlancar

metabolisme dan

penyerapan

makanan, ion kalsium

ditransfer secara

cepat menyebrangi

membran sel dan

mengatur pH dan

tekanan osmotik di

antara sel.

MgSO4.7H2O 370,000 Berfungsi untuk

meningkatkan

kandungan fosfat,

pembentukan protein.

KH2PO4 170,000 Berfugsi untuk

metabolisme energi,

sebagai stabilitor

membran sel,

pengaturan

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

metabolisme

tanaman, pengaturan

produksi pati/ amilum,

pembentukan

karbohidrat, sangat

penting dalam

transfer energi,

protein, dan sintesis

asam amino serta

konstribusi terhadap

struktur dan asam

nukleat.

KI 0,8300

H3BO3 6,2000

MnSO4.4H2O 22,300 Mengatur oksidasi

auksin

ZnSO4.7H2O 8,600 Menjadi kofaktor

ensim, biosintesis

klorofil

Na2MoO4.2H2O 0,250 Kofaktor ensim,

komponen dari nitrat

reduktase

CuSO4.5H2O 0,025 Mengontrol jamur

CoCl2.6H2O 0,025 Komponen dari

beberapa vitamin

Na2EDTA 37,300 Mencegah koagulasi

dengan cara

mengikat atau

mengkhelasi kalsium.

FeSO4.7H2O 27,800 Berfungsi untuk

membantu asilmilasi

nitrogen

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

Thiamin 1000 Mempercepat laju

pembelahan sel

Asam Nikotinat 0,500 Berfungsi penting

dalam reaksi-reaksi

enzimatis.

Pyridoxin HCl

(vitamin B6)

0,500

Glycine 2000 Glisin dalam media

dengan konsentrasi

tertentu dapat

melengkapi vitamin

sebagai sumber

bahan organic

Asam sistein 50,000 Berfungsi sebagai

antioksidan untuk

mencegah atau

mengurangi

pencoklatan atau

penghitaman

eksplan.

Asam pantotenat 3000

Myo- inositol 100,000 Terbukti bersinergis

dengan zat pengatur

tumbuh merangsang

pertumbuhan jaringan

yang dikulturkan

Sukrosa 30.000,00 Sebagai sumber

energi

Agar 7.000,00 Sebagai pemadat

media

pH 5,6-5,8 Menjaga kestabilan

membrane sel dan

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

sitoplasma

Membantu

penyerapan unsur

hara,

Mengatur sifat padat

pada agar (dalam

media padat)

(Marlina,2004)

2.3 Teknik aseptik Dalam Pembuatan Media

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3

cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

a. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu

saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau

0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada

saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk

sterilisasi bahan yang peka panas,misalnya larutan

enzim dan antibiotik. (Machmud, 2008)

b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan

pemanasan dan penyinaran.

Pemanasan

Pemijaran (dengan api langsung) yaitu membakar

alat pada api secara langsung contoh alatnnya

yaitu inokulum,pinset,batang L. Panas kering:

sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.

Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang

terbuat dari kaca misalnnya erlemenyer tabung

reaksi dll. Uap air panas, konsep ini mirip dengan

mengukus. Bahan yang mengandung air lebih

tepat menggungakan metode ini supaya tidak

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

terjadi dehidrasi. Uap air panas yang bertekanan

dapat menggunakan autoklaf. (Machmud, 2008)

Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk

proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh

mikroba yang menempel pada permukaan interior

Safety Cabinet dengan disinari lampu UV

(Machmud, 2008).

c. Sterilisasi secara kimiawi biasannya menggunakan

senyawa desinfektan antara lain alkohol (Miller et al,

1956)

Sterilisasi dengan panas

unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan

suhu yang cukup tinggi dan waktu yang cukup

lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim.

Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan

memiliki daya simpan lebih dari enam bulan pada

suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah

produk olahan dalam kaleng seperti kornet, sarden

dan sebagainya. Perkembangan teknologi

prosesing yang memiliki tujuan mengurangi

kerusakan nutrien dan konponen sensoris dan

juga mengurangi waktu prosesing menjadikan

teknik serilisasi terus dikembangkan. Lamanya

waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan

dipengaruhi oleh:resistensi mikroorganisme dan

enzim terhadap panas, kondisi pemanasan, pH

bahan, ukuran wadah atau kemasan yang

disterilkan, keadaan fisik bahan (Yunita, 2003)

Sterilisasi dengan udara kering

Alat yang umum digunakan adalah oven. Alat ini

dipakai untuk mensterilkan alat – alat gelas seprti

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

erlenmeyer,petridish,tabung reaksi dan alat gels

lainnya (Wood,1961).

Sterilisasi dengan uap air panas

Bahan yang mengandung cairan tidak dapat

disterilkan dengan oven sehingga menggunakan

alat ini,alat ini disebut Arnold steam sterilizer

dengan suhu 1000C dalam keadaan lembab

(Yunita, 2003).

Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan

Alat ini disebut autoklaf (autoclave) untuk sterilisasi

alat ini dilengkapi dengan katup pengaman. Alat

diisi dengan air kemudian bahan dimasukkan

(Yunita, 2003).

2.4 Rumus Perhitungan Larutan Stock

Cara perhitungan kebutuhan media dan larutan

stok disajikan dibawah ini dan hasilnya secara

lengkap pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1

menyajikan macam-macam larutan stok yang

sebaiknya ada pada pembuatan media MS,

pengelompokan bahan-bahan penyusun larutan

stok, perhitungan kebutuhan bahan-bahan untuk

pembuatan larutan stok per 10 liter media, ukuran

volume wadah untuk tempat larutan stok,

perhitungan konsentrasi masing-masing stok, dan

banyaknya pengambilan (volume) larutan stok yang

diambil untuk keperluan pembuatan media 1 liter

(Wardiyanti, 1998).

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

Tabel 1. Kebutuhan Bahan Larutan Stok untuk 10 liter

Media MS (10 kali pembuatan, masing-masing

pembuatan 1 liter). Wardiyanti (1998) menyatakan

perhitungan kebutuhan mMMedia dan larutan stok untuk

melengkapi tabel di atas adalah sebagai berikut:

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

a) Kebutuhan bahan-bahan untuk 10 liter media MS

(kolom 2) = 10 x bobot bahan-bahan media MS (mg/l)

pada Tabel 1. Contoh: KNO3 = 1900 mg x 10 =

19.000 mg

b) Volume pengambilan stok untuk setiap pembuatan

media 1 liter menggunakan rumus:

Keterangan : V1 = Volume yang akan dibuat M1 = Banyak/kebutuhan senyawa dalam media MS V2 = Volume larutan stok yang akan diambil M2 = Banyaknya senyawa dalam larutan stok

2.5 Jenis Kontaminasi Media

Kontaminasi merupakan salah satu gangguan

yang umum terjadi pada kultur jaringan. Menurut

Santoso dan Nursandi (2003) tingkat kontaminasi

media berbanding lurus dengan tingkat kekayaan

unsur hara dalam media yaitu semakin diperkaya

suatu media maka tingkat kontaminasinya juga

semakin besar,demikian pula sebaliknya semakin

sederhana suatu media maka tingkat kontaminasinya

juga semakin kecil . Pada umumnya, kontaminasi

karena jenis media disebabkan karena kontaminasi

mikroorganisme dari lingkungan luar dan yang

berasal dari eksplan. Oleh karena itu, jika

mikroorganisme dari lingkungan luar dan eksplan

tidak ada maka tidak akan terjadi kontaminasi media

dan eksplan. Adapun sumber-sumber kontaminan

menurut Santoso dan Nursandi (2003) dapat berasal

dari :

V1 X M1 = V2 X M2

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

1. Udara : kontaminan yang ada di udara dapat

berupa spora bakteri atau cendawan dan

umumnya banyak terdapat pada daerah yang

berkelembaban tinggi.

2. Bahan tanam (eksplan) : untuk eksplan yang

berasal dari tanah umumnya lebih banyak

mengandung bahan kontaminan dibanding

eksplan yang ada di permukaan atau pucuk.

Kontaminan yang berada di permukaan eksplan

dapat dibersihkan menggunakan air dan larutan

pensteril. Sedangkan untuk kontaminan yang

berasal dari dalam eksplan ditangani dengan

penggunaan antibiotika.

3. Manusia atau pekerja : kontaminan yang berasal

dari manusia dapat terbawa melalui pakaian yang

dikenakan, anggota badan dan pernapasan.

4. Alat-alat yang digunakan : kontaminan dapat

berasal dari peralatan yang digunakan dalam

kegiatan penanaman karena proses sterilisasi

yang kurang sempurna sehingga kontaminan

masih melekat dalam peralatan.

5. Aquades (air steril)

Menurut Gunawan (2007) untuk mengurangi

kontaminasi yang berhubungan dengan media maka

sebaiknya menggunakan media ½ MS. Kontaminasi

sangat beragam mulai dari jenis kontaminannya

(bakteri, jamur, virus, yeast, kapang),waktu terjadinya

kontaminasi (cepat, dalam hitungan jam; sedang,

dalam hitungan hari; lambat, dalam hitungan minggu

dan bulan), dan apa yang terkontaminasi (media atau

eksplan).

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

Jenis kontaminasi ada dua yaitu kontaminasi

eksternal dan kontaminasi internal. Kontaminasi

eksternal dapat disebabkan oleh jamur dan bakteri,

sedangkan kontaminasi internal umumnya

disebabkan oleh bahan eksplan itu sendiri. Untuk

mengatasi kontaminasi internal dapat digunakan

HgCl2 karena dapat menurunkan laju kontaminasi

bakteri internal tanpa merusak jaringan. Selain itu

juga dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida,

HgCl2 dan klorin karena dengan penggunaan

kombinasi bahan sterilan tersebut merupakan upaya

sterilisasi berlapis untuk mereduksi resiko

kontaminasi baik yang berasal dari cendawan, bakteri

maupun kotoran-kotoran lain yang menempel pada

permukaan eksplan.Sedangkan untuk pencegahan

kontaminasi eksternal dapat dilakukan dengan

sterilisasi kontak (Gunawan, 1987).

Gunawan (1987) menyatakan bahwa setiap

bahan tumbuhan memiliki tingkat kontaminasi

permukaan yang berbeda tergantung dari :

1. Jenis tumbuhannya

2. Bagian tumbuhan yng dipergunakan

3. Morfologi permukaan (misalnya berbulu atau tidak)

4. Lingkungan tumbuhnya (Green house atau lapang)

5. Musim waktu pengambilan (musim penghujan atau

musim kemarau)

6. Umur tumbuhan (seedling atau tumbuhan dewasa)

7. Kondisi tumbuhannya (sehat atau sakit)

Menurut Gunawan (1987) kontaminasi dapat

berasal dari sterilisasi yang kurang sempurna,

lingkungan kerja dan pelaksanaan, eksplan, serangga

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

atau hewan kecil yang berhasil masuk ke dalam botol

kultur setelah diletakkan di ruang kultur. Beberapa hal

yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi

yaitu proses sterilisasi yang kurang sempurna,

lingkungan kerja dan pelaksanaan atau cara kerja

saat penan aman, eksplan, molekul-molekul atau

benda-benda asing berukuran kecil yang jatuh atau

masuk ke dalam botol kultur jaringan setelah

penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur.

Adapun dari semua jenis sumber kontaminan

Gunawan (1987) berpendapat bahwa kontaminan

yang berasal dari eksplanlah yang paling sulit diatasi

karena untuk menanggulanginya diperlukan metode

sterilisasi yang selektif yaitu hanya mengeliminasi

organisme mikro yang tidak diinginkan dengan

gangguan seminimal mungkin terhadap bahan

tanaman.

2.6 Ciri-Ciri Media yang Sesuai untuk Pertumbuhan Eksplan

Menurut Sriyanti (2002), media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang cocok mempengaruhi pertumbuhan eksplan yang telah ditanam untuk menjadi plantet (tanaman kecil). Media yang baik, harus memenuhi syarat nutrisi yang diperlukan eksplan untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, di dalam media kultur jaringan ditambahkan berbagai macam zat. Zat-zat organik yang biasanya ditambahkan dalam media kultur jaringan adalah sukrosa, mio inositol, asam amino, dan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur

tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. Sedangkan sebagai tambahan biasanya diberi zat organik lain seperti air kelapa, ekstrak ragi, pisang, tomat, toge dan lain-lain. (Sriyanti, 2002).

Menurut (Yuniastuti, 2008) Untuk memenuhi factor pertumbuhan tanaman, maka factor – factor yang harus diperhatikan dalam pembuatan media kultur jaringan yang baik adalah media yang mengandung: 1. Hara anorganik

Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur.

2. Hara organik

Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi.

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

3. Sumber karbon

Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalam kultur.

4. Agar

umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab komersial. Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur.

5. pH

media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

pertumbuhan optimum. Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat.

6. Zat Pengatur Tumbuh

Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh.

7. Air

distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda).

8. Pemilihan Media

Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1. Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2 mgL-1 ditambahkan.

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan Fungsi

3.1.1 Alat

Indikator pH : untuk mengukur kadar pH larutan

Beaker Glass : sebagai tempat larutan

Botol Kultur : sebagai tempat media kultur

Microwave : mensterilkan larutan

Plastik : penutup botol kultur

Karet : untuk membantu dalam proses

penutupan botol kultur

Timbangan : untuk mengukur berat bahan

yang diperlukan

Pipet : untuk mengambil larutan

Gelas ukur : sebagai alat untuk mengukur

volume larutan

Magnetik stirer : sebagai pengaduk larutan saat

dihomogenkan

Autoclave : mensterilkan media tanam

Kertas label : untuk menandai informasi botol

kultur

3.1.2 Bahan

Hara Makro : bahan nutrisi pada media tanam

Hara Mikro : bahan nutrisi pada media tanam

Vitamin : Sumber vitamin pada media tanam

FeEDTA : bahan media tanam

HCl : menetralkan pH yang terlalu basa

NaOH : meetralkan pH yang terlalu masam

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

Sukrosa : sumber energi bagi tanaman

Agar-agar : memadatkan larutan

Aquades : melarutkan bahan

3.2 Langkah Kerja

Siapkan alat dan bahan

Pipet larutan stock (Makro: 25 ml,Mikro:2,5 ml,Vitamin: 2,5 ml, dan Fe-Na-EDTA: 2,5 ml

Dimasukkan dalam beaker gelas dan ditambahkan aquades hingga 250 ml

Dimasukkan magnet stirer ke dalam beaker gelas dan diletakkan pada plate magnetic stirer

Diukur pH larutan dengan ketentuan (5,8) menggunakan kertas pH Universal,apabila pH asam

ditambahkan dengan NaOH dan apabila pH basa ditambahkan dengan HCl

Ditambahkan agar 1,75 gram sukrosa lalu distirer

Dimasukkan microvave selama 7 menit

Distirer lagi agar lebih homogen

Dituangkan ke botol media kultur menjadi 15 botol dan tutup botol dengan plastik ikat dengan karet

Diautoclave 1,5 psi selama 20 menit

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

3.3 Analisa Perlakuan

Pada praktikum Bioteknologi Tanaman tentang media tanam yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan. Pipet larutan makro 25 ml,mikro -2,5 ml,Fe-Na-EDTA 25 ml dan vitamin 2,5 ml dan dimasukkan ke dalam beaker gelas. Setelah itu tambahkan aquades hingga 250 ml. Kemudian di stires dan ditambahkan sukrose 7,5 gram, sukrose ini berfungsi sebagai bahan pertumbuhan, setelah homogen diukur pH nya dengan kertas lakmus. Apabila larutan asam ditambahkan NaOH, jika larutan basa ditambahkan HCl. Kemudian ditambahkan agar 1,75 ke dalam larutan, agar disini berfungsi untuk memadatkan media,

Kemudian dicampur dan dimasukkan dalam larutan dan di stirer supaya tercampur rata (homogen). Gelas tersebut ditutup dengan plastik wrap dan dilubangi setelah itu di oven dalam microwave selama 7 menit. Setelah itu langsung tuang ke dalam botol kultur yang telah bersih untuk 15 botol tiap botolnya dan ditutup dengan plastik Kemudian di masukkan autoclave selama 20 menit untuk sterilisasi dan diangkat dimasukkan dalam ruang tiga untuk diamati 2 hari sekali.

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Dokumentasi Tgl

pengamatan Keadaan

media Keterangan

1

21 November 2013

Steril Media berbentuk padat

2

21 November 2013

Steril Media berbentuk padat

3

21 November 2013

Steril Media berbentuk padat

4

21 November 2013

Steril Media berbentuk padat

5

21 November 2013

Steril Media berbentuk padat

1

26 November 2013

Steril Media berbentuk padat

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

2

26 November 2013

Steril Media berbentuk padat

3

26 November 2013

Steril Media berbentuk padat

4

26 November 2013

Steril Media berbentuk padat

5

26 November 2013

Steril Media berbentuk padat

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

BAB V

KESIMPULAN

Dalam praktikum pembuatan media kultur jaringan

ini didapatkan dari hasil pengamatan bahwa tidak terjadi

kontaminasi pada botol berisi media. Media juga cukup

baik wujudnya, yaitu padat. Wujud media yang padat

merupakan media yang baik bagi penanaman

khususnya tegaknya eksplan yang ditanam. Media yang

tidak terkontaminasi ini berwarna putih bening dan tidak

berwarna kecoklatan. Kondisi media yang steril

disebabkan karena pemberian Clorox yang berfungsi

mampu membersihkan mikroorganisme yang terikut

dalam bahan tanam, menghilangkan pertikel-partikel

tanah, debu dan lain-lain (Rismayani dan Faisal, 2010).

Jika media tersebut terkontaminasi bakteri maka akan

berwarna orange atau kuning (George dan de Klerk,

2008).

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

DAFTAR PUSTAKA

George, E.F. dan G.J. de Klerk. 2008. The Component of Plant Tissue Culture Media I: Macro and Micro Nutrients. Plant Propagation Tissue Culture 3rd

Edition. Vol. 1. The Background. George, E.F, Michael A. Hill and Geert- Jan De Klerk (ed.). Springer. Netherlands.

Gunawan I. 2007. Perlakuan sterilisasi eksplan anggrek kuping gajah (Bulbophyllum beccarii Rehb.f) dalam kultur in vitro [skripsi]. Bogor : Fakultas

Kehutanan IPB

Gunawan, L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan.

Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hendaryono,Daisy P.Sriyanti; dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta

Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor. http://anekaplanta.wordpress.com/2008/03/02/teknik-penyimpanan-dan-pemeliharaan-mikroba/. Diakses pada tanggal 20 November 2013.

Marlina, Nina. 2004. Teknik Modifikasi Media Murashige dan Skoog (Ms) untuk Konservasi In Vitro Mawar (Rossa spp.). Bandung : Balai Penelitian

Miller et al,1956 dalam Gunawan, 1988. Teknik dan metode dasar dalam mikrobiologi.Yogyakarta :

Kanisius

Rismayani dan Faisal Hamzah. 2010. Pengaruh Pemberian Clorox (NaOCl) Pada Sterilisasi Permukaan Untuk Perkembangan Bibit

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN MEDIA … · media skoog terutama kebutuhan garam anorganiknya. Media MS mengandung NH4+. Kandungan N ini, 5 kali lebih tinggi dari N total

Aglaonema (Donna carmen) Secara In Vitro.

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan

Santoso, U. dan F. Nursandi. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhammadiyah Malang.

Malang. 191 hal

Sriyanti, Daisy P. dan Ari Wijayani. 2002. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif- Modern. Yogyakarta: Kanisius

Wardiyanti. 1998. Teknik kultur jaringan tumbuhan. PAU

bioteknologi IPB. Bogor.

Wood & Braun,1961 dalam Gunawan, 1988.Teknik dan metode dasar dalam mikrobiologi.Yogyakarta : Kanisius

Yuniastuti, Endang. 2008. Buku Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan . Surakarta: UNS Press.

Yunita. 2003. Cara memperbanyak tanaman secara efisien. Jakarta: Agro media.