LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU PERILAKU AGONISTIK IKAN
CUPANG (Betta splendens)Dosen: Ucu Julita M.SiAsisten: Ismi
FarahRahmat Taufik
Kelompok 5Nama: Hanna HanifaNIM: 1210702028Tanggal Praktikum: 27
Februari 2013Tanggal Pengumpulan: 06 Maret 2013
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUIN SUNAN GUNUNG
DJATI BANDUNG2012BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSemua organisme memiliki perilaku. Perilaku
merupakan bentuk respons terhadap kondisi internal dan
eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku bila respons
tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama
terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai
aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Perilaku
agonistik merupakan salah satu bentuk konflik yang menunjukkan
perilaku atau postur tubuh atau penampilan yang khas (display) yang
melibatkan mengancam (threat), perkelahian (fighting), melarikan
diri (escaping), dan diam (freezing) antarindividu dalam populasi
atau antarpopulasi. Pemilihan ikan cupang (Betta splendens) pada
praktikum ini karena ikan cupang (Betta splendens) memiliki sikap
keagresifan yang cukup tinggi. Sehingga dalam pengamatan nya akan
lebih terlihat dengan jelas dalam kurun waktu yang cukup singkat.
baik secara instinctive maupun perilaku terlatih, ikan cupang
memiliki karakteristik respon agresif. Menganalisis perilaku
memerlukan pengamatan yang tajam dan kesabaran yang tinggi.
Pergerakan-pergerakan harus dijelaskan, dikategorikan dan dipetakan
sebelum fungsi perilaku tersebut dipastikan. Apa yang mungkin
terlihat sebagai pergerakan yang acak, tidak berhubungan, mungkin
sebenarnya cocok pada suatu pola yang didesain untuk membantu
reproduksi, nutrisi, atau beberapa fungsi hidup penting lainnya
untuk sintas. Bagi etolog-etolog profesional, analisis suatu
perilaku hewan bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
tetapi disini kita hanya melakukan sebagian kecil dari suatu
perilaku kompleks yang diamati oleh para etolog tersebut.
1.2 Tujuan Mengamati perilaku agonistic diantara ikan cupang
(Betta splendens). Mengamati ikan cupang manakah (Betta splendens)
yang paling kuat/dominan. Mengamati ikan cupang manakah (Betta
splendens) yang paling lemah.
1.3 HipotesisIkan cupang (Betta splendens) memiliki sifat
keagresifan atau perilaku agonistic yang cukup tinggi. Ikan cupang
(Betta splendens) terbagi menjadi dua jenis yaitu ikan cupang hias
dan ikan cupang adu. Secara morfologi kedua jenis ikan cupang
tersebut berbeda. Perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku
agonistic tiap individu. Jenis kelamin ikan cupang juga dapat
mempengaruhi perilaku agonistic ikan cupang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Agonistik (dari bahasa Yunani, yang berarti "juara")
didefinisikan sebagai perilaku hewan yang dipamerkan selama, kontes
pertempuran, serangan, melarikan diri, ataukeberadaan diantara dua
hewan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan perilaku
Betta splenden, perilaku yang ditunjukkan oleh hewan jantan saat
mereka bersaing untuk kawin, peluang dengan betina (Sheenan,
2010).Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan
konflik, termasuk berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping),
dan diam (freezing) (Lehner, 1996). Perilaku agonistik meliputi
pula beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi antar individu
dalam suatu populasi (Campbell et al, 2003). Perilaku agonistik
berkaitan erat dengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk
melakukan serangan atau perkelahian (Scott, 1969). Bentuk-bentuk
perilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang
diperlihatkan oleh individu pemenang maupun individu yang kalah
dalam kontes perkelahian. Invidu yang aggressive dan mampu
menguasai arena perkelahian (teritori) akan memunculkan individu
yang kuat (dominan) dan lemah (submissive/ subordinat) (Kikkawa
& Thorne, 1974). Baik secara instinktif maupun perilaku
terlatih, ikan cupang (Betta splendens) memiliki karakteristik
respon agresif. Dalam suhu air kira-kira antara 24-29oC, ikan
cupang secara normal merupakan ikan yang berperikau sangat aktif.
Terdapat sepuluh perilaku agonistik yang dapat dideskripsikan,
yaitu menjelajah(explore), mendekati (approach), bergerak memutar
(circle), mengancam dari samping (side threat), mengancam dari
depan (frontal threat), mengibaskan ekor (tail flagging), mengejar
(chase), kontak mulut (mouth-to mouth contact), menggigit (bite),
dan melarikan diri (flight) (Campbell et al., 2003 dan Lehner,
1996). Betta splendens jantan berjuang untuk mengklaim wilayah,
atau untuk melindungi telur mereka atau keturunan dari pesaing
jantan lain. Tapi pertempuran fisik selalu didahului oleh tampilan
kadang-kadang disebut "flaring". Ketika dirangsang oleh penampilan
ikan jantan saingan, seekor Betta splendens jantan akan menunjukkan
beberapa jenis secara genetis ditentukan agresif gerakan (pola aksi
tetap). Ikan akan mengibaskan sirip nya, bergidik tubuhnya,
memperpanjang gill opercula dan membran, dan umumnya akan tampil
jauh lebih besar dari ukuran biasanya. Betta splendens tidak
mengenali diri mereka dalam cermin, dan akan menunjukan perilaku
agresif, mengira refleksi mereka sebagai ikan jantan yang lain
(Sheenan, 2010).Ikan cupang adu (Betta spendens) merupakan anggota
dari famili Anabantidae. Anabantidae merupakan satu-satunya famili
yang mencakup seluruh ikan berlabirin. Betta splendens memiliki
tubuh yang lonjong dengan bagian depan sedikit membulat dan memipih
pada bagian belakang. Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang
mulut terletak serong pada bagian depan kepala. Badan dan kepala
bersisik kasar. Ikan betina berwarna kusam, tetapi ikan jantan
mempunyai warna metalik yang mengkilat. Ikan cupang jantan maupun
betina memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping.Sirip
dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan 8-9
jari-jari lunak. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari
belakang anus dan berakhir di belakang dekat pangkal sirip kaudal,
memiliki 1-4 jari-jari keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip
anal berbentuk lancip. Sirip perut berukuran kecil, terletak di
bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih panjang dari yang
lainnya. Sirip dada bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-jari
lunak (Djuhanda, 1981). Ikan Betta splendens merupakan ikan yang
memiliki banyak bentuk (Polimorphisme), seperti ekor bertipe
mahkota crown tail, ekor penuh full tail dan bertipe slayer, dengan
sirip panjang dan berwarna-warni. Keindahan bentuk sirip dan warna
sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersial ikan hias
Betta splendens Menurut Kottelat et al, (1996) penampakan warna
pada jenis ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis
kelamin, kematangan gonad, genetik dan faktor geografi.Ikan hias
Betta splendens disebut juga ikan laga fighting fish atau ikan
cupang. Ikan jantan memiliki warna mencolok, sirip panjang dan
ukuran tubuh lebih kecil dibanding betinanya (Susanto & Lingga,
1997). Ikan Betta splendens jantan memiliki nilai komersial tinggi
sehingga sangat disukai dan diburu oleh pecinta ikan hias. Salah
satu kendala budidayanya adalah untuk mendapatkan ikan jantan
cenderung lebih sukar, karena jumlah benih jantan yang diperoleh
setiap pemijahan sangat rendah dan kualitasnya tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Agar produksi benih ikan sesuai dengan kuantitas
dan kualitas yang diharapkan, diperlukan informasi dan data tentang
aspek biologi reproduksi ikan Betta splendens di habitat buatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi reproduksi
ikan Betta splendens meliputi, fertilitas, daya tetas, laju
pertumbuhan dan mortalitas benih ikan Betta splendens di habitat
buatan.Betta splendens atau yang lebih dikenal dengan nama ikan
cupang. Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling
menyerang apabila ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Habitat ikan ini di perairan tawar seperti, danau dan rawa, tetapi
saat ini sudah banyak dibudidayakan.Perkembangbiakan Betta
splendens bersifat bubblenester, yaitu membuat sarang busa sebelum
berprjah dan telur-telur dimasukkan ke dalamnya (Linke, 1994;
Sanford, 1995). Klasifikasi ikan cupang (Betta spendens) menurut
Regan (1910) adalah sebagai berikut :Filum : ChordataSubfilum :
CraniataSuperkelas : GnathostomataKelas : OsteichthyesSubkelas :
ActinopterygiiSuperordo : TeleosteiOrdo : PercomorphoideiSubordo :
AnabantoideiFamili : AntibantidaeGenus : BettaSpesies : Betta
splendensIkan cupang jantan, memiliki sifat daya perhatiannya
terhadap ikan cupang betina cukup tinggi. Sinyal yang ditimbulkan
saat ikan cupang jantan berhadapan dengan ikan cupang betina, yaitu
dengan mengibaskan ekor sirip dengan frekuensi yang cepat (McGregor
et al., 2001 ). Keagresifan lain pada ikan cupang ini, dipisahkan
menjadi appetitive, kawin dan pasca kawin (Klein, Figler and Peek,
1976). Komponen yang appetitive ini, ditandai dengan perilaku
kejenuhan warna tubuh, ereksi penutup overculum, atau insang,
orientasi dan gerakan karakteristik (Simpson, 1968). Komponen
termasuk menggigit, mengunci rahang antara lawan dan mencolok ekor.
Respon yang ditunjukan oleh ikan cupang dari tiap individu, yang
berkaitan dengan pembuahan, dapat kita amati dengan uji menggunakan
model subjek dalam aquarium yang diberi sekat cermin. Dengan
memperhitungkan durasi, dan frekuensi demonstrasi merupakan
presiktor dan perkelahian yang nyata (McGregor et al., 2001 ).
BAB IIIMETODE KERJA
3.1 Alat dan BahanAlatBahan
Botol kecil 4 buahAir
Cermin 1 buahIkan cupang (Betta spendens) 4 ekor
Aquarium 1 buahLabel 4 buah
Stopwatch 1 buah
Spidol 1 buah
3.2 Cara Kerja Pengamatan MorfologiDiamati masing-masing
individu ikan cupang adu. Dikenali dan dicatat perbedaan fisik,
antara lain warna tubuh, bentuk sirip (dada, punggung, perut,
dubur, ekor) dan ciri khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi,
bentuk tubuh) tiap individu . Persiapan dan TaggingAquarium yang
telah berisi air bagian dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah
cermin sekat pemisah sebagai kompartemen (a) dan kompartemen (b),
dan tiap kompartemen diisi oleh seekor ikan Betta spelendens yang
telah diidenttifikasi cirri-cirinya dan jika memungkinkan diberi
penandaan pada bagian toraks terlebih dahulu. Diberi penamaan untuk
setiap individu (misalnya individu a, individu b,dst) berdasarkan
cirri-ciri yang sudah dikenal. Diukur pula masig-masing luasan
kedua kompartemen.Pengamatan IPada salah satu kompartemen yang
berisi cermin (misalnya kompartemen (a) diamati perilaku individu
Betta Spelendens (a) dan dicatat semua perilku yang tampak saat
individu ikan (a) tersebut melihat bayangannya sendiri di dalam
cermin. Dilakukan pegamatan I selama 10 menit. Setelah selesai,
dilakukan hal yang sama dengan individu ikan (b) yang berada dalam
kompartemen (b) dengan cara membalikan cermin kearah kompartemen
(b) selama 10 menit.Pengamatan IISetelah pengamatan I selesai,
diangkat dinding pemisah/cermin dari aquarium. Saat cermin diangkat
dan tidak ada lagi pembatas diantara kedua kompartemen (a) dan (b)
dicatat waktunya sebagai waktu ke-0 (t=0). Dilakukan pengamatan
segera setelah waktu ke-0 tersebut terhadap perkelahian sebenarnya
diantara kedua individu cupang selama 15 menit. Dicatat dan
dihitung semua perilaku yang tampak (frekuensi kemunculan untuk
tiap perilaku yang berbeda). Berdasarkan hasil pengamatan dan
pencatatan sementara, akan ditemukan individu yang memenangkan
pertarungan (dominan) dan individu yang kalah
(submissive/subordinat).Pengamatan IIIDiangkat individu cupang (a)
dan (b) dari aquarium, kemudian masing-masing ikan disimpan dalam
botol kaca kecil untuk diistirahatkan. Diulangi pengamatan I
(percobaan pada cermi) pada individu ikan cupang lainnya, individu
(c) dan (d), dan masing-masing selama 10 menit.Pengamata IVDiulangi
pengamatan II (percobaan perilaku agonistic) pada individu cupang
lainnya yaitu individu ikan (c) dan ikan (d) berdasarkan hasil
pengamatan dan pencatatan semenara, dapat ditemukan individu yang
memenagkan pertarungan (dominan) dan individu yang kalah
(submissive/subordiat).Pengamatan VDiangkat kembali individu cupang
(c) dan (d) dari aquarium, kemudian masing-masing ikan disimpan
dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan selama 15 menit.
Setelah itu dilakukan pengamatan perilaku antagonistic antara dua
ikan cupang dominan hasil pengamatan pertarungan I da II selama 15
menit. Dapat ditemukan diantara kedua ikan supang tersebut indiviu
yang paling domunan yang mampu mendominasu individu lainnya.
Pengamatan VIDiangkat kembali kedua individu cupang pada
pengamatan V dari aquarium kemudian masing-masing ikan disimpan
dalm botol kaca kevil untuk diistirahatkan kembali. Setelah itu
dilakukan pengamatan agonistic antara dua ikan cupang
submissive/subordinat hasil pengamatan pertarungan I dan II selama
15 menit.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Morfologi Ikan Cupang A
Gambar 1. Ikan Cupang A
Warna tubuh biru kehijauan. Sirip dada berwarna biru, bentuknya
membualat. Sirip punggung berwarna biru kemerahan dan lunak. Sirip
perut berwarna biru, berbentuk keil, dan terletak di bawah dada.
Sirip dubur berwarna biru dan merah, bentuknya panjang dan lebar.
Sirip ekor berwarna biru kehijauan dan merah, bentuknya membulat.
Mulut terletak serong pada bagian kepala. Operculum membuka dan
menutup. Bentuk tubuh lonjong.Ikan Cupang B
Gambar 3. Ikan Cupang B
Warna tubuh biru kemerahan. Sirip dada berwarna biru, bentuknya
membualat. Sirip punggung berwarna biru dan lunak. Sirip perut
berwarna biru, berbentuk keil, dan terletak di bawah dada. Sirip
dubur berwarna biru dan merah, bentuknya panjang dan lebar. Sirip
ekor berwarna biru dan merah, bentuknya membulat. Mulut terletak
serong pada bagian kepala. Operculum membuka dan menutup. Bentuk
tubuh lonjong.Ikan Cupang C
Gambar 3. Ikan Cupang C
Warna tubuh biru kemerahan. Sirip dada berwarna biru, bentuknya
membualat. Sirip punggung berwarna biru dan lunak. Sirip perut
berwarna biru, berbentuk keil, dan terletak di bawah dada. Sirip
dubur berwarna biru dan merah, bentuknya panjang dan lebar. Sirip
ekor berwarna biru dan merah, bentuknya membulat. Mulut terletak
serong pada bagian kepala. Operculum membuka dan menutup. Bentuk
tubuh lonjong.Ikan Cupang D
Gambar 4. Ikan Cupang D
Warna tubuh biru, hijau toska, dan merah. Sirip dada berwarna
biru, bentuknya membualat. Sirip punggung berwarna biru dan hijau
toska. Sirip perut berwarna biru, dan merah, berbentuk keil, dan
terletak di bawah dada. Sirip dubur berwarna biru dan merah,
bentuknya panjang dan lebar. Sirip ekor berwarna biru dan hijau
toska. Mulut terletak serong pada bagian kepala. Operculum membuka
dan menutup. Bentuk tubuh lonjong.Morfologi ikan cupang menurut
Djuhanda (1981), Betta splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan
bagian depan sedikit membulat dan memipih pada bagian belakang.
Mulutnya dapat disembulkan dengan lubang mulut terletak serong pada
bagian depan kepala. Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina
berwarna kusam, tetapi ikan jantan mempunyai warna metalik yang
mengkilat. Ikan cupang jantan maupun betina memiliki sisik gurat
sisi berjumlah 29-33 keping.Sirip dorsal terletak lebih ke
belakang, memiliki jari-jari keras dan 8-9 jari-jari lunak. Sirip
anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus dan berakhir di
belakang dekat pangkal sirip kaudal, memiliki 1-4 jari-jari keras
dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip anal berbentuk lancip. Sirip
perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip dada, memiliki 1
jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Satu dari jari-jari lunak
berukuran lebih panjang dari yang lainnya. Sirip dada bentuknya
membulat, memiliki 12-13 jari-jari lunak.
Pengamatan Mirror Image StimulationTabel 1. Uji ANOVA
MISSourceType III Sum of SquaresDfMean SquareFSig.
Corrected Model6792.658a39174.1719.183.000
Intercept4189.00814189.008220.862.000
Individu487.4923162.4978.568.000
Perilaku4693.7429521.52727.497.000
individu * perilaku1611.4252759.6823.147.000
Error1517.3338018.967
Total12499.000120
Corrected Total8309.992119
R Squared = ,817 (Adjusted R Squared = ,728)
Tabel 1 menunjukan nilai-nilai penting yang bisa disimpulkan
sebagai berikut. Corrected Model dari data di atas 0,000
(Probabilitas