Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN Disusun Oleh: Nama dan NPM : Ambar Puspita Madyaningratri 10060313055 : Irma Astri Pebriliani 10060313056 : Tri Marleni 10060313057 : Ramli Maulana Latief 10060313058 Shift : C Kelompok : 1 Nama Asisten : Budi Aryanto, S.Farm. Tgl. Praktikum : Selasa, 24 Maret 2015 Tgl. pengumpulan Laporan : Senin, 06 April 2015 LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI
30

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Apr 08, 2023

Download

Documents

Farauzhi Pical
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN KE V

PEMURNIAN PROTEIN

Disusun Oleh:

Nama dan NPM : Ambar Puspita

Madyaningratri

10060313055

: Irma Astri Pebriliani 10060313056: Tri Marleni 10060313057: Ramli Maulana Latief 10060313058

Shift : CKelompok : 1Nama Asisten : Budi Aryanto, S.Farm.Tgl. Praktikum : Selasa, 24 Maret 2015Tgl. pengumpulan

Laporan

: Senin, 06 April 2015

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2015

I. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar

mahasiswa dapat memahami metode pemurnian protein.

II. Teori Dasar

Protein, yang namanya berarti “pertama” atau “utama”

merupakan makromolekul yang paling berlimpah di

dalam sel dan menyusun lenih dari setengah berat

kering pada hamper semua organisme. (Lehninger,

1982)

Struktur protein yang terdiri dari polipeptida

mempunyai rantai yang amat panjang, tersusun atas

banyak unit asam amino. (Lehninger, 1982)

Protein yang akan dimurnikan pada praktikum ini

adalah LDH (Laktat dehidrogenase). Dimana LDH ini

merupakan enzim.

Protein yang paling bervariasi dan mempunyai

kehususan tinggi adalah protein yang mempunyai

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

aktivitas katalisa, yakni, enzim. Hampir semua

reaksi kimia biomolekul organic di dalam sel

dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim,

masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang

berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai bentuk

kehidupan. (Lehninger, 1982)

Enzim Laktat dehidrogenase

Laktat dehidrogenase (LDH atau LD) adalah sebuah

enzim yang ditemukan di binatang, tumbuhan dan

prokariot. (Anonim1, 2015)

Dehidrogenase adalah enzim yang mentransfer hidrat

dari satu molekul ke molekul lain. Laktat

dehidrogenase mengkatalisis konversi piruvat menjadi

laktat dan sebaliknya, seperti juga mengkonversi

NADH menjadi NAD+ dan sebaliknya. (Anonim1, 2015)

Kode dari enzim ini adalah EC nomor 1.1.1.27

(Anonim1, 2015)

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

(Anonim1, 2015)

Gambar di atas menunjukkan fungsi katalitik dari

LDH.

(Anonim1, 2015)

Gambar di atas menunjukkan mekanisme reaksi dari

LDH.

Pemurnian Protein

Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan

mempunyai aktivitas yang tinggi, perlu diperhatikan

faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan,

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

cara isolasi, serta jenis substrat yang digunakan.

(Wang, 1979)

Tahapan pemurnian protein adalah sebagai berikut:

1. Ekstraksi dan Fraksinasi dengan Salting Out

Ekstraksi

Metode ekstraksi enzim ditentukan oleh jenis

sumbernya. Enzim yang terdapat pada tepung

biji-bijian diekstraksi dengan cara mencampur

pada media cair kemudian diaduk, enzim dari

bagian tanaman yang bersifat lunak diekstraksi

dengan dipotong kecil-kecil, dipres kemudian

disaring dengan kain, sedangkan untuk

mengekstrak enzim dari daun dan biji-bijian

atau daging dengan cara digiling, dihomogenasi

dalam media cair atau langsung diblender dalam

media cair. Dalam ekstraksi enzim dari tanaman

atau daging digunakan bufer untuk

mempertahankan harga pH. Beberapa pH yang dapat

digunakan  misal: bufer tris-hidroksimetil

amino metan, bufer glisin dan bufer fosfat.

(Joseph, at all, 1994)

Fraksinasi dengan salting out

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Banyak metode yang digunakan untuk fraksinasi

protein terutama berdasarkan ukuran molekul

dari protein. Sebagai contoh, protein yang

diangkat dari larutan dengan menambahkan garam,

proses dari ukuran molekul protein yang lebih

besar ke ukuran yang lebih kecil. Peristiwa

pemisahan atau pengendapan protein oleh garam

berkonsentrasi tinggi disebut "salting

out". Metode "salting out" ini mungkin

bergantung pada fenomena fisik, dua fenomena

tersebut yang penting di antaranya adalah

penghentian dari daya tarik dari permukaan

protein oleh ion garam dan perpindahan air dari

sekitar molekul protein oleh kompetisi dari ion

dari garam dengan air (Cantarow and Schepartz,

1963).

Salting out merupakan metode yang digunakan untuk

memisahkan protein yang didasarkan pada prinsip

bahwa protein kurang terlarut ketika berada

pada daerah yang konsentrasi kadar garamnya

tinggi. Konsentrasi garam diibutuhkan oleh

protein untuk mempercepat keluarnya larutan

yang berbeda dari protein satu ke protein yang

lainnya. (Mayes dkk, 1990)

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan

protein berbeda-beda, tergantung pada

konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam

larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah

muatan ionnya, semakin efektif garam dalam

mengendapkan protein. (Yazid dan Nursanti,

2006)

Suatu campuran protein, seperti yang dapat

diekstraksi dari jaringan dengan menggunakan

atau larutan garam encer, dapat dipisah-

pisahkan dengan penambahan sedikit demi sedikit

ammonium sulfat. Pertama-tama globulin akan

diendapkan dan kemudian dapat dipisahkan dengan

sentrifus atau dengan penyaringan. Albumin

mengendap apabila ammonium sulfat dalam larutan

tersebut telah jenuh. Pemisahan dengan

menggunakan garam ini, digabungkan dengan

perubahan keadaan keasaman larutan dapat

memisahkan campuran protein dengan cukup baik.

Pemurnian selanjutnya mungkin memerlukan

prosedur kromatografi yang lebih teliti.

(Montgomery dkk, 1993)

Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam

larutan protein ditambahkan garam- garam

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

anorganik. Pengendapan terus terjadi karena

kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga

terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan

molekul protein untuk mengikat air. Karena

garam anorganik lebih menarik air maka jumlah

air yang tersedia untuk molekul protein akan

berkurang. (Mayes dkk, 1990)

Kegunaan dari ammonium sulfat untuk pemisahan

protein adalah untuk mempercepat dalam

menghubungkan klasifikasi dari albumin dan

globulin. Sodium sulfat lebih sesuai untuk

pemisahan analitik dari plasma protein.

(Cantarow and Schepartz, 1963)

2. Kromatografi Gel

Teknik kromatografi permeasi gel

(GPC) berkembang sebagai cara penentuan bobot

molekul polimer yang digunakan sejak tahun

1960-an. Kromatografi gel merupakan metode

kromatografi baru, meliputi kromatografi

eksklusi, kromatogeafi penyaring gel, dan

kromatografi permeasi gel. Kromatografi ini

paling mudah dimengerti dan paling mudah

dikerjakan dan sederhana. Diantara aplikasinya

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

dapat digunakan untuk menentukan bobot molekul

polimer. (Anonim, 2012)

Metode ini dapat digunakan terhadap suatu

cuplikan yang larut dan penggunaan utama

kromatografi gel biasanya dalam salah satu dari

tiga hal ini. Pertama, kromatografi gel sangat

berguna untuk untk pemisahan spesies dengan

berat molekul tinggi (BM >2000), terutama yang

tak terionkan. Selain dariresolusi dari setiap

makromolekuler seperti protein dan asam

nukleat, kromatografi gel dapat digunakan untuk

mendapatkan distribusi berat molekul dari

polimer sintetis. Kedua, campuran sederhana

dapat dipisahkan secara mudah dengan

kromatografi gel, terutama jika penyusun

campuran itu memiliki berat molekul yang sangat

berbeda. Untuk hal ini dapat dilakukan dalam

jumlah besar. Ketiga, kromatografi gel sangat

cocok untuk kerja awal, pemisahan eksplorasi

dari cuplikan yang tak diketahui. Pemisahan ini

memberikan gambaran isi cuplikan, sehingga

dapat diketahui dengan cepat apakah cuplikan

itu memiliki berat molekul rendah atau berat

molekul tinggi. (Anonim, 2012)

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Metode ini didasarkan pada teknik fraksinasi

yang tergantung dari ukuran molekul polimer

yang diinjeksikan ke dalam suatu kolom yang

terdiri atas gel berpori berjari – jari sekitar

50 – 1060 A.

Kolom dapat melewatkan molekul pelarut yang

merupakan fasa bergerak, sedangkan molekul

polimer yang lebih kecil dapat memasuki pori –

pori gel, karena itu bergerak lebih lambat

disepanjang kolom dibanding molekul besar.

(Anonim, 2012)

3. Kromatografi Afinitas

Kromatografi afinitas memisahkan protein-

protein berdasarkan interaksi reversibel antara

satu protein (atau grup protein-protein) dan

pasangan ligan spesifik ke matriks

kromatografi. Teknik ini ideal untuk menangkap

tahap intermediet dalam protocol pemurnian dan

dapat digunakan kapanpun ligan yang cocok

sesuai untuk ketertarikan dari protein atau

protein-protein tersebut. (Anonim2, 2015)

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Kromatografi tipe ini menggunakan bahan

stasioner jenis khusus untuk mengikat salah

satu komponen dari sampel campuran secara

spesifik. Molekul pengikat tersebut memiliki

nilai afinitas khusus, yang cenderung mudah

mengikat suatu substansi tertentu. Sifat inilah

yang digunakan untuk proses kromatografi

afinitas. (Technoart staff, 2015)

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Prinsip dasar kromatografi afinitas

Kromatografi afinitas biasa diaplikasikan untuk

mengumpulkan sejenis protein tertentu dengan melalui

empat tahapan proses. Pertama (a), molekul zat

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

stasioner harus dalam kondisi setimbang dengan cara

direndam di dalam larutan penyangga (buffer). Kedua

(b), memasukkan sampel campuran ke dalam zat stasioner

sehingga molekul stasioner akan mengikat molekul

sasaran yang terdapat pada sampel. Ketiga (c) adalah

proses pengumpulan molekul protein yang terikat pada

molekul stasioner dengan jalan merubah kondisi kimia

larutan penyangga. Biasanya larutan penyangga diubah

kondisi pH-nya, kekuatan ion atau polaritasnya. Proses

keempat (d) adalah penyeimbangan kembali bahan

stasioner dengan jalan merendam kembali dengan larutan

penyangga penyeimbang. (Technoart staff, 2015)

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan- Kain penyaring

- Tabung

sentrifugasi 50 Ml

- Blender

- Tabung

mikrosentrifugasi

- Pipet tip

- Tabung falcon 50

mL

- 10 mM Tris-HCL

(pH 7,4)

- 1 mM 2-

Mercaptoethanol

- 1 mm

Phenylmethylsulfo

nyl flouide

(PMSF)

- 1 Mm

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

- Batang pengaduk

- Beaker glass

- Alat sentrifuga

- Kolom desalting

- Rak tabung

ethylenediamine

tetraacetic acid

(EDTA)

- Ammonium sulfate

(solid)

- Daging ayam

IV. Prosedur Kerja

Presipitasi Laktat Dehidrogenase dari Ayam

dengan Ammonium Sulfat

Penyiapan jaringan

50 gram daging dada ayam dipotong kecil dan

dibuang jaringan ikat dan lemaknya.

Ekstraksi protein yang larut

Dimasukan potongan dada ayam dan 75 ml dapar

pengekstrasi dingin ke dalam blender. Ditutup

dan dihancurkan jaringan dengan homogenasi,

blen-der 4x30 detik dengan jeda min 10 detik.

Sentrifugasi

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Dimasukkan homogenate kedalam 4 tabung sentri-

fugasi 50 ml yang telah didinginkan, dimasukkan

dalam sentrifugasi selama 30 menit pada 2.500

rpm.

Filtrasi

Dituangkan supernatant melalui kain penyaring

kedalam gelas kimia yang sudah didinginkan

terlebih dahulu buang ampasnya. Diukur dan

dicatat volume supernatant, simpan 3 × 0,5 ml

aliquot.

Presipitasi dengan ammonium sulfat secara

perlahan (lebih dari ~15 menit) ditambahkan

0,39 gram ammonium sulfat per ml persupranatant

ke dalam supernatant yang telah disaring pada

suhu dingin dan pengadukan dilakukan secara

perlahan agar tidak terjadi denaturasi protein

(berbusa). Diaduk lagi 15 menit setelah selesai

ditambahkan ammonium sulfat agar setimbang.

Sentrifugasi

Sampel disentrifugasi dengan prosedur yang sama

dengan no 3. Supernatant dan pellet disimpan

ditempat yang berbeda dan disimpan dilemari es

untuk tahap pemurnian selanjutnya. LDH

seharusnya terkandung didalam pellet.

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Kromatografi

Tidak perlu dilakukan resuspensi bagi kelompok yang

menggunakan supernatantnya.

Resuspensi pellet ammonium sulfat

Ditambahkan 1 ml dapat Tris-PMSF ke pellet ammonium

sulfat perlahan (jangan sampai terjadi gelebung).

Diaduk campuran tersebut hingga pellet larut

pencampuran dilakukan diatas es. Diperiksa volume

larutan (tidak lebih dari 3 ml, jika kurang ditambah

lagi hingga 3 ml)

Memasukan larutan suspense ke dalam kolom desalting

Ketika mendapatkan kolom, bagian atas frit akan ada

larutan dapar, dibuang larutan tersebut. Dimasukin

sampel ke dalam kolom, dibuang cairan yang keluar

dari kolom

Elusi protein dari kolom desalting

Dimasukan 4 ml dapar Tris-PMSF kedalam kolom dan

ditampung cairan yang keluar dari kolom (cairan ini

mengandung protein LDH, simpan diatas es)

Catat volume cairan yang keluar dari kolom (jika

digunakan lebih dari satu kolom, gabung cairan yang

keluar dari tiap kolom ke dalam satu tabung dan ukur

volume total)

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

V. Data Pengamatan

Kelompok 1 Kelompok 2Pada tahap pengambilan

ekstrak kasar hasil

yang didapatkan adalah

ekstrak daging yang

berwarna merah muda.

Pada tahap pengambilan

ekstrak kasar hasil

yang didapatkan adalah

ekstrak daging yang

berwarna merah muda.Pada tahap

sentrifugasi

dihasilkan supernatant

dan pellet, di mana

supernatantnya tidak

berwarna atau bening

dan pelletnya berwarna

merah muda.

Pada tahap

sentrifugasi

dihasilkan supernatant

dan pellet, di mana

supernatantnya tidak

berwarna atau bening

dan pelletnya berwarna

merah muda.Pada tahap filtrasi

dihasilkan 11 mL

Pada tahap filtrasi

dihasilkan 5 mL cairan

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

cairan supernatant,

sehingga untuk tahap

penambahan ammonium

dibutuhkan ammonium

sebanyak 11 × 0.39 =

4,29 g

supernatant, sehingga

untuk tahap penambahan

ammonium dibutuhkan

ammonium sebanyak 5 ×

0.39 = 1,95 g

Pada tahap penambahan

ammonium ini dan pada

saat pengadukan warna

pada cairan

supernatant tidak

berubah.

Pada tahap penambahan

ammonium ini dan pada

saat pengadukan warna

pada cairan

supernatant berubah

menjadi berwarna

putih.Pada tahap

sentrifugasi yang

kedua dihasilkan warna

supenatant yang tetap

sama, yaitu bening.

Dan pellet tetap

berwarna merah muda.

Pada tahap

sentrifugasi yang

kedua dihasilkan warna

supenatant yang

berwarna kuning. Dan

pellet yang berwarna

merah muda kekuningan.Diambil

supernatantnya.

Diambil pelletnya.

Tidak dilakukan tahap

resuspensi.

Dilakukan tahap

resuspensi dengan

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

penambahan larutan

Tris-PMSF.Hasil yang didapatkan

setelah supernatant

dimasukkan dalam kolom

desalting adalah

sebanyak 4 mL.

Hasil yang didapatkan

setelah campuran

pellet dan Tris-PMSF

(resuspensi)

dimasukkan dalam kolom

desalting adalah

sebanyak 4,9 mL.

VI. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan

pengujian pemurnian protein dimana digunakan

daging ayam pada bagian dadanya untuk

mengetahui kandungan LDH. LDH adalah enzim yang

mengubah piruvat menjadi laktat dan termasuk

dalam golongan oksireduktase. Banyak jaringan

mengandung LDH yang berfungsi mengkatalisis

perubahan reversible laktat ke piruvat, asam

amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai

penyusun protein atau sebagai kerangka molekul-

molekul penting. Ia disebut esensial bagi suatu

spesies organisme apabila spesies tersebut

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

memerlukannya tetapi tidak mampu memproduksi

sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang

bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan ini,

spesies itu harus memasoknya dari luar (lewat

makanan).

Awalnya daging ayam ditimbang sesuai

dengan jumlah yang dibutuhkan, kemudian daging

ayam tesebut dihancurkan atau dipotong kecil-

kecil dengan homogenasi agar jaringan yang

berada dalam dada ayam hancur dan enzim yang

ada dalam dada ayam yaitu enzim LDH terlepas.

Setelah daging ayam dihaluskan dengan blender

lalu ditambahkan buffer Tris-PMSF yang sudah

dalam bentuk es dan diblender. Pada saat proses

penghaluskan sesekali harus berhenti agar tidak

terjadi kenaikan suhu dimana akan membuat

protein yang ada dalam daging ayam rusak.

Digunakan buffer Tris-PMSF agar berada pada pH

optimumnya dan dalam bentuk es agar berada pada

suhu rendah, yaitu agar enzim tidak bereaksi

dengan substrat apapun yang dikenalinya.

Penghalusan daging ayam ini bertujuan untuk

mengeluarkan protein atau ekstraksi protein

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

termasuk LDH yang berada dalam daging ayam

tersebut.

Kemudian setelah melalui proses

penghancuran lalu sampel dimasukan ke tabung

sentrifuga untuk dilakukan proses sentrifugasi.

Saat dilakukan proses sentrifugasi harus

dipastikan takaran dari tiap-tiap tabung

seimbang agar saat proses sentrifugasi tidak

ada tabung yang pecah atau pun retak karena

adanya perbedaan tekanan dalam alat

sentrifugasi. Sentrifugasi ini bertujuan untuk

memisahkan antara pellet dan supernatant yang

berkaitan dengan prinsip perbedaan BJ. Dimana

hasil yang akan di dapat pellet pada bagian

bawah tabung dan supernatant berada pada bagian

atas. Karena supernatan adalah substansi hasil

sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang

lebih rendah. Posisi dari substansi ini berada

pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih.

Sementara pelet adalah substansi hasil

sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang

lebih tinggi. Posisisnya berada pada bagian

bawah (berupa endapan) dan warnanya lebih

keruh.

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Lalu setelah disentrifugasi hasilnya

difiltrasi dengan kain penyaring agar kita

dapat mengambil supernatantnya, lalu

supernatannya diukur menggunakan gelas ukur dan

didapatkan supernatant sebanyak 11 mL. Filtrasi

adalah proses pemisahan dari campuran

berdasarkan ukuran partikelnya. Dimana yang

memiliki ukuran partikel paling besar akan

melewati lubang berpori, dan yang ukuran

partikelnya kecil akan tertahan di pori-pori

tersebut.

Kemudian supernatant tersebut ditambahan

ammonium sulfat yang sebelumnya sudah dilakukan

perhitungan dari supernatant yang dihasilkan,

agar ammonium dapat mempresipitasi supernatant.

Dilakukan didalam gelas kimia yang berisi es

agar menjaga enzim untuk tidak bereaksi.

Pengadukan supernatant dan ammonium sulfat

dilakukan perlahan agar tidak terjadi

denaturasi LDH pada supernatant tersebut.

Penambahan ammonium sulfat bertujuan untuk

mengurangi jumlah molekul air yang berinteraksi

dengan protein karena ammonium sulfat adalah

garam organik yang sangat larut dalam air.

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Ketika ammonium sulfat ditambahkan dalam

larutan protein akan mencapai konsentrasi

dimana tidak ada lagi molekul air dalam jumlah

cukup untuk mempertahankan protein jenis

tertentu dalam keadaan terlarut, hal ini

didukung dengan teori yang disampaikan Mayes,

dkk (1990) yang menyatakan bahwa “Kelarutan

protein akan berkurang bila kedalam larutan

protein ditambahkan garam- garam anorganik.

Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion

garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi

kompetisi antara garam anorganik dengan molekul

protein untuk mengikat air. Karena garam

anorganik lebih menarik air maka jumlah air

yang tersedia untuk molekul protein akan

berkurang.” Setelah itu, protein akan mengendap

atau yang biasa disebut ‘salting out’ dari

larutan.

Supernatant yang telah ditambahkan

ammonium sulfat lalu dimasukan lagi ke tabung

sentrifuga untuk disentrifugasi lagi. Dari

hasil sentrifugasi yang kedua, untuk kelompok

1, yang diambil adalah supernatantnya,

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

sedangkan untuk kelompok 2 yang diambil adalah

pelletnya.

Pertama uji terhadap supertatant,

supertatant tidak perlu diresuspensi karena

sudah dalam bentuk cairan. Kemudian digunakan

kolom desalting untuk pemisahan garam dan

protein yang ada. Pada kolom desalting ini

garam akan berada pada fasa diam sedangkan

protein akan turun bersama fasa gerak. Protein

memiliki molekul yang besar sehingga tidak

terjerap pada fasa diam. Supernatant dimasukkan

ke dalam kolom desalting setelah membuang

larutan Tris-PMSF yang sudah ada sebelumnya

pada kolom tersebut. Tris-PMSF ini berguna

untuk menyamakan pH dari supernatant dengan

keadaan di dalam kolom. Setelah itu hasil uji

ditampung di dalam beaker glass yang kemudian

hasilnya di ujur jumlahnya dalam mL. Dan

didapatkanlah jumlah protein sebanyak 4 mL.

Uji kedua adalah uji terhadap pellet.

Pellet diambil lalu diresuspensi dengancara

ditambahakan Tris-PMSF untuk menjaga pH dari

pellet dan diaduk perlahan-lahan agar

bercampur. Hal ini juga dilakukan agar pellet

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

berada dalam keadaan cair atau terlarut

sehingga lebih memudahkan pada saat melakukan

proses pemisahan pada kolom desalting. Pada

tahap pemisahan di kolom desalting, proses yang

dilakukan sama seperti pada uji terhadap

supernatant dan didapatkan perubahan warna pada

pada cairan yang awalnya agak bening menjadi

bening keruh kekuningan dan cairan tersebut

didapat sebanyak 4,9 mL.

Kemudian seharusnya dilakukan isolasi LDH

dari beberapa protein yang ada di dalam cairan

tersebut dengan cara kromatografi afinitas.

Dimana kromatografi ini memiliki prinsip

memisahkan protein-protein berdasarkan

interaksi reversibel antara satu protein (atau

grup protein-protein) dan pasangan ligan

spesifik ke matriks kromatografi. Teknik ini

ideal untuk menangkap tahap intermediet dalam

protocol pemurnian dan dapat digunakan kapanpun

ligan yang cocok sesuai untuk ketertarikan dari

protein atau protein-protein tersebut.

(Anonim2, 2015)

Kolom yang digunakan untuk isolasi LDH ini

adalah kolom cibacron blue, dimana kolom ini

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

memiliki grup ligan yang menarik perhatian LDH

untuk secara alamiah mengikat ligan-ligan

tersebut, seperti laktat, piruvat, NAD+ , atau

NADH. Campuran protein yang lainnya akan

melewati kolom dan LDH yang memiliki afinitas

yang tinggi akan terikat pada kolom cibacron

blue. Lalu untuk mengeluarkan LDH dilakukan

dengan cara elusi, yaitu membilas kolom dengan

kelarutan garam dalam konsentrasi yang tinggi

yang akan membiarkan LDH terlepas dari

ligannya. Sehingga didapatkan LDH dari proses

yang dinamakan elusi ini.

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

VII. Kesimpulan

1. Kelompok 1 tidak mengalami perubahan warna

pada tahap apapun, warna yang dihasilkan

tetap bening.

2. Kelompok 2 mengalami perubahan warna pada

saat penambahan ammmonium sulfat dan

pengadukan dari warna bening menjadi warna

putih, dan pada tahap sentrifugasi kedua

menghasilkan warna supernatant yang berubah

menjadi kuning sedangkan pelletnya menjadi

warna merah muda kekuningan.

3. Pada tahap penambahan ammonium sulfat,

supernatant yang dihasilkan kelompok 1

sebanyak 11 mL. Jumlah ammonium sulfat yang

perlu ditambahkan sebanyak 4,29 g.

4. Pada tahap penambahan ammonium sulfat,

supernatant yang dihasilkan kelompok 2

sebanyak 5 mL. Jumlah ammonium sulfat yang

perlu ditambahkan sebanyak 1,95 g.

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

5. Pada tahap kromatografi menggunakan kolom

desalting, kelompok 1 menghasilkan protein

sebanyak 4 mL.

6. Pada tahap kromatografi menggunakan kolom

desalting, kelompok 1 menghasilkan protein

sebanyak 4,9 mL.

DAFTAR PUSTAKA

Cantarow and Schepartz.1963. Biochemistry.Philadelphia: W.B

Saunders Company

Lehninger, A.L..1982.Dasar-dasar biokimia Jilid 1.Jakarta:

Erlangga

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

Mayes, P.A., Granner, D.K., Rodwell, V.W., dan Martin,

D.W..1990.Biokimia Harper Edisi 20.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Montgomery. R. dkk.1993.BIOKIMIA Suatu Pendekatan terorientasi

Kasus.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Wang, I.C..1979.Fermentation and Enzymes Technology.New York:

John Wiley and Sons

Yazid dan Nursanti.2006.Penuntun Praktikum Biokimia Untuk

Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Penerbit Andi

Anonim.2012.Prinsip Kerja Kromatografi Gel Filtrasi

http://pelatihanguru.net/tag/teknik-kromatografi-

permeasi-gel-gpc

Diakses pada 26 Maret 2015

Pukul 14:32

Anonim1.2015.Lactate Dehidrogenase

http://en.wikipedia.org/wiki/Lactate_dehydrogenase

Diakses pada 26 Maret 2015

Pukul 14:17

Anonim2.2015.Prinsip Kerja Kromatografi Afinitas

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE V PEMURNIAN PROTEIN

http://www.med.unc.edu/pharm/sondeklab/Lab%20Resources/

protein_purification_handbooks/Affinity

%20chromatography.pdf

Diakses pada 26 Maret 2015

Pukul 14:00

Technoart staff.2015.Prinsip Kromatografi Afinitas

http://artikel-teknologi.com/macam-macam-kromatografi/2/

Diakses pada 26 maret 2015

Pukul 13:59