Page 1
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN KE V
PEMURNIAN PROTEIN
Disusun Oleh:
Nama dan NPM : Ambar Puspita
Madyaningratri
10060313055
: Irma Astri Pebriliani 10060313056: Tri Marleni 10060313057: Ramli Maulana Latief 10060313058
Shift : CKelompok : 1Nama Asisten : Budi Aryanto, S.Farm.Tgl. Praktikum : Selasa, 24 Maret 2015Tgl. pengumpulan
Laporan
: Senin, 06 April 2015
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B
PROGRAM STUDI FARMASI
Page 2
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015
I. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami metode pemurnian protein.
II. Teori Dasar
Protein, yang namanya berarti “pertama” atau “utama”
merupakan makromolekul yang paling berlimpah di
dalam sel dan menyusun lenih dari setengah berat
kering pada hamper semua organisme. (Lehninger,
1982)
Struktur protein yang terdiri dari polipeptida
mempunyai rantai yang amat panjang, tersusun atas
banyak unit asam amino. (Lehninger, 1982)
Protein yang akan dimurnikan pada praktikum ini
adalah LDH (Laktat dehidrogenase). Dimana LDH ini
merupakan enzim.
Protein yang paling bervariasi dan mempunyai
kehususan tinggi adalah protein yang mempunyai
Page 3
aktivitas katalisa, yakni, enzim. Hampir semua
reaksi kimia biomolekul organic di dalam sel
dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim,
masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang
berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai bentuk
kehidupan. (Lehninger, 1982)
Enzim Laktat dehidrogenase
Laktat dehidrogenase (LDH atau LD) adalah sebuah
enzim yang ditemukan di binatang, tumbuhan dan
prokariot. (Anonim1, 2015)
Dehidrogenase adalah enzim yang mentransfer hidrat
dari satu molekul ke molekul lain. Laktat
dehidrogenase mengkatalisis konversi piruvat menjadi
laktat dan sebaliknya, seperti juga mengkonversi
NADH menjadi NAD+ dan sebaliknya. (Anonim1, 2015)
Kode dari enzim ini adalah EC nomor 1.1.1.27
(Anonim1, 2015)
Page 4
(Anonim1, 2015)
Gambar di atas menunjukkan fungsi katalitik dari
LDH.
(Anonim1, 2015)
Gambar di atas menunjukkan mekanisme reaksi dari
LDH.
Pemurnian Protein
Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan
mempunyai aktivitas yang tinggi, perlu diperhatikan
faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan,
Page 5
cara isolasi, serta jenis substrat yang digunakan.
(Wang, 1979)
Tahapan pemurnian protein adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi dan Fraksinasi dengan Salting Out
Ekstraksi
Metode ekstraksi enzim ditentukan oleh jenis
sumbernya. Enzim yang terdapat pada tepung
biji-bijian diekstraksi dengan cara mencampur
pada media cair kemudian diaduk, enzim dari
bagian tanaman yang bersifat lunak diekstraksi
dengan dipotong kecil-kecil, dipres kemudian
disaring dengan kain, sedangkan untuk
mengekstrak enzim dari daun dan biji-bijian
atau daging dengan cara digiling, dihomogenasi
dalam media cair atau langsung diblender dalam
media cair. Dalam ekstraksi enzim dari tanaman
atau daging digunakan bufer untuk
mempertahankan harga pH. Beberapa pH yang dapat
digunakan misal: bufer tris-hidroksimetil
amino metan, bufer glisin dan bufer fosfat.
(Joseph, at all, 1994)
Fraksinasi dengan salting out
Page 6
Banyak metode yang digunakan untuk fraksinasi
protein terutama berdasarkan ukuran molekul
dari protein. Sebagai contoh, protein yang
diangkat dari larutan dengan menambahkan garam,
proses dari ukuran molekul protein yang lebih
besar ke ukuran yang lebih kecil. Peristiwa
pemisahan atau pengendapan protein oleh garam
berkonsentrasi tinggi disebut "salting
out". Metode "salting out" ini mungkin
bergantung pada fenomena fisik, dua fenomena
tersebut yang penting di antaranya adalah
penghentian dari daya tarik dari permukaan
protein oleh ion garam dan perpindahan air dari
sekitar molekul protein oleh kompetisi dari ion
dari garam dengan air (Cantarow and Schepartz,
1963).
Salting out merupakan metode yang digunakan untuk
memisahkan protein yang didasarkan pada prinsip
bahwa protein kurang terlarut ketika berada
pada daerah yang konsentrasi kadar garamnya
tinggi. Konsentrasi garam diibutuhkan oleh
protein untuk mempercepat keluarnya larutan
yang berbeda dari protein satu ke protein yang
lainnya. (Mayes dkk, 1990)
Page 7
Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan
protein berbeda-beda, tergantung pada
konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam
larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah
muatan ionnya, semakin efektif garam dalam
mengendapkan protein. (Yazid dan Nursanti,
2006)
Suatu campuran protein, seperti yang dapat
diekstraksi dari jaringan dengan menggunakan
atau larutan garam encer, dapat dipisah-
pisahkan dengan penambahan sedikit demi sedikit
ammonium sulfat. Pertama-tama globulin akan
diendapkan dan kemudian dapat dipisahkan dengan
sentrifus atau dengan penyaringan. Albumin
mengendap apabila ammonium sulfat dalam larutan
tersebut telah jenuh. Pemisahan dengan
menggunakan garam ini, digabungkan dengan
perubahan keadaan keasaman larutan dapat
memisahkan campuran protein dengan cukup baik.
Pemurnian selanjutnya mungkin memerlukan
prosedur kromatografi yang lebih teliti.
(Montgomery dkk, 1993)
Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam
larutan protein ditambahkan garam- garam
Page 8
anorganik. Pengendapan terus terjadi karena
kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga
terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan
molekul protein untuk mengikat air. Karena
garam anorganik lebih menarik air maka jumlah
air yang tersedia untuk molekul protein akan
berkurang. (Mayes dkk, 1990)
Kegunaan dari ammonium sulfat untuk pemisahan
protein adalah untuk mempercepat dalam
menghubungkan klasifikasi dari albumin dan
globulin. Sodium sulfat lebih sesuai untuk
pemisahan analitik dari plasma protein.
(Cantarow and Schepartz, 1963)
2. Kromatografi Gel
Teknik kromatografi permeasi gel
(GPC) berkembang sebagai cara penentuan bobot
molekul polimer yang digunakan sejak tahun
1960-an. Kromatografi gel merupakan metode
kromatografi baru, meliputi kromatografi
eksklusi, kromatogeafi penyaring gel, dan
kromatografi permeasi gel. Kromatografi ini
paling mudah dimengerti dan paling mudah
dikerjakan dan sederhana. Diantara aplikasinya
Page 9
dapat digunakan untuk menentukan bobot molekul
polimer. (Anonim, 2012)
Metode ini dapat digunakan terhadap suatu
cuplikan yang larut dan penggunaan utama
kromatografi gel biasanya dalam salah satu dari
tiga hal ini. Pertama, kromatografi gel sangat
berguna untuk untk pemisahan spesies dengan
berat molekul tinggi (BM >2000), terutama yang
tak terionkan. Selain dariresolusi dari setiap
makromolekuler seperti protein dan asam
nukleat, kromatografi gel dapat digunakan untuk
mendapatkan distribusi berat molekul dari
polimer sintetis. Kedua, campuran sederhana
dapat dipisahkan secara mudah dengan
kromatografi gel, terutama jika penyusun
campuran itu memiliki berat molekul yang sangat
berbeda. Untuk hal ini dapat dilakukan dalam
jumlah besar. Ketiga, kromatografi gel sangat
cocok untuk kerja awal, pemisahan eksplorasi
dari cuplikan yang tak diketahui. Pemisahan ini
memberikan gambaran isi cuplikan, sehingga
dapat diketahui dengan cepat apakah cuplikan
itu memiliki berat molekul rendah atau berat
molekul tinggi. (Anonim, 2012)
Page 10
Metode ini didasarkan pada teknik fraksinasi
yang tergantung dari ukuran molekul polimer
yang diinjeksikan ke dalam suatu kolom yang
terdiri atas gel berpori berjari – jari sekitar
50 – 1060 A.
Kolom dapat melewatkan molekul pelarut yang
merupakan fasa bergerak, sedangkan molekul
polimer yang lebih kecil dapat memasuki pori –
pori gel, karena itu bergerak lebih lambat
disepanjang kolom dibanding molekul besar.
(Anonim, 2012)
3. Kromatografi Afinitas
Kromatografi afinitas memisahkan protein-
protein berdasarkan interaksi reversibel antara
satu protein (atau grup protein-protein) dan
pasangan ligan spesifik ke matriks
kromatografi. Teknik ini ideal untuk menangkap
tahap intermediet dalam protocol pemurnian dan
dapat digunakan kapanpun ligan yang cocok
sesuai untuk ketertarikan dari protein atau
protein-protein tersebut. (Anonim2, 2015)
Page 11
Kromatografi tipe ini menggunakan bahan
stasioner jenis khusus untuk mengikat salah
satu komponen dari sampel campuran secara
spesifik. Molekul pengikat tersebut memiliki
nilai afinitas khusus, yang cenderung mudah
mengikat suatu substansi tertentu. Sifat inilah
yang digunakan untuk proses kromatografi
afinitas. (Technoart staff, 2015)
Page 12
Prinsip dasar kromatografi afinitas
Kromatografi afinitas biasa diaplikasikan untuk
mengumpulkan sejenis protein tertentu dengan melalui
empat tahapan proses. Pertama (a), molekul zat
Page 13
stasioner harus dalam kondisi setimbang dengan cara
direndam di dalam larutan penyangga (buffer). Kedua
(b), memasukkan sampel campuran ke dalam zat stasioner
sehingga molekul stasioner akan mengikat molekul
sasaran yang terdapat pada sampel. Ketiga (c) adalah
proses pengumpulan molekul protein yang terikat pada
molekul stasioner dengan jalan merubah kondisi kimia
larutan penyangga. Biasanya larutan penyangga diubah
kondisi pH-nya, kekuatan ion atau polaritasnya. Proses
keempat (d) adalah penyeimbangan kembali bahan
stasioner dengan jalan merendam kembali dengan larutan
penyangga penyeimbang. (Technoart staff, 2015)
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan- Kain penyaring
- Tabung
sentrifugasi 50 Ml
- Blender
- Tabung
mikrosentrifugasi
- Pipet tip
- Tabung falcon 50
mL
- 10 mM Tris-HCL
(pH 7,4)
- 1 mM 2-
Mercaptoethanol
- 1 mm
Phenylmethylsulfo
nyl flouide
(PMSF)
- 1 Mm
Page 14
- Batang pengaduk
- Beaker glass
- Alat sentrifuga
- Kolom desalting
- Rak tabung
ethylenediamine
tetraacetic acid
(EDTA)
- Ammonium sulfate
(solid)
- Daging ayam
IV. Prosedur Kerja
Presipitasi Laktat Dehidrogenase dari Ayam
dengan Ammonium Sulfat
Penyiapan jaringan
50 gram daging dada ayam dipotong kecil dan
dibuang jaringan ikat dan lemaknya.
Ekstraksi protein yang larut
Dimasukan potongan dada ayam dan 75 ml dapar
pengekstrasi dingin ke dalam blender. Ditutup
dan dihancurkan jaringan dengan homogenasi,
blen-der 4x30 detik dengan jeda min 10 detik.
Sentrifugasi
Page 15
Dimasukkan homogenate kedalam 4 tabung sentri-
fugasi 50 ml yang telah didinginkan, dimasukkan
dalam sentrifugasi selama 30 menit pada 2.500
rpm.
Filtrasi
Dituangkan supernatant melalui kain penyaring
kedalam gelas kimia yang sudah didinginkan
terlebih dahulu buang ampasnya. Diukur dan
dicatat volume supernatant, simpan 3 × 0,5 ml
aliquot.
Presipitasi dengan ammonium sulfat secara
perlahan (lebih dari ~15 menit) ditambahkan
0,39 gram ammonium sulfat per ml persupranatant
ke dalam supernatant yang telah disaring pada
suhu dingin dan pengadukan dilakukan secara
perlahan agar tidak terjadi denaturasi protein
(berbusa). Diaduk lagi 15 menit setelah selesai
ditambahkan ammonium sulfat agar setimbang.
Sentrifugasi
Sampel disentrifugasi dengan prosedur yang sama
dengan no 3. Supernatant dan pellet disimpan
ditempat yang berbeda dan disimpan dilemari es
untuk tahap pemurnian selanjutnya. LDH
seharusnya terkandung didalam pellet.
Page 16
Kromatografi
Tidak perlu dilakukan resuspensi bagi kelompok yang
menggunakan supernatantnya.
Resuspensi pellet ammonium sulfat
Ditambahkan 1 ml dapat Tris-PMSF ke pellet ammonium
sulfat perlahan (jangan sampai terjadi gelebung).
Diaduk campuran tersebut hingga pellet larut
pencampuran dilakukan diatas es. Diperiksa volume
larutan (tidak lebih dari 3 ml, jika kurang ditambah
lagi hingga 3 ml)
Memasukan larutan suspense ke dalam kolom desalting
Ketika mendapatkan kolom, bagian atas frit akan ada
larutan dapar, dibuang larutan tersebut. Dimasukin
sampel ke dalam kolom, dibuang cairan yang keluar
dari kolom
Elusi protein dari kolom desalting
Dimasukan 4 ml dapar Tris-PMSF kedalam kolom dan
ditampung cairan yang keluar dari kolom (cairan ini
mengandung protein LDH, simpan diatas es)
Catat volume cairan yang keluar dari kolom (jika
digunakan lebih dari satu kolom, gabung cairan yang
keluar dari tiap kolom ke dalam satu tabung dan ukur
volume total)
Page 17
V. Data Pengamatan
Kelompok 1 Kelompok 2Pada tahap pengambilan
ekstrak kasar hasil
yang didapatkan adalah
ekstrak daging yang
berwarna merah muda.
Pada tahap pengambilan
ekstrak kasar hasil
yang didapatkan adalah
ekstrak daging yang
berwarna merah muda.Pada tahap
sentrifugasi
dihasilkan supernatant
dan pellet, di mana
supernatantnya tidak
berwarna atau bening
dan pelletnya berwarna
merah muda.
Pada tahap
sentrifugasi
dihasilkan supernatant
dan pellet, di mana
supernatantnya tidak
berwarna atau bening
dan pelletnya berwarna
merah muda.Pada tahap filtrasi
dihasilkan 11 mL
Pada tahap filtrasi
dihasilkan 5 mL cairan
Page 18
cairan supernatant,
sehingga untuk tahap
penambahan ammonium
dibutuhkan ammonium
sebanyak 11 × 0.39 =
4,29 g
supernatant, sehingga
untuk tahap penambahan
ammonium dibutuhkan
ammonium sebanyak 5 ×
0.39 = 1,95 g
Pada tahap penambahan
ammonium ini dan pada
saat pengadukan warna
pada cairan
supernatant tidak
berubah.
Pada tahap penambahan
ammonium ini dan pada
saat pengadukan warna
pada cairan
supernatant berubah
menjadi berwarna
putih.Pada tahap
sentrifugasi yang
kedua dihasilkan warna
supenatant yang tetap
sama, yaitu bening.
Dan pellet tetap
berwarna merah muda.
Pada tahap
sentrifugasi yang
kedua dihasilkan warna
supenatant yang
berwarna kuning. Dan
pellet yang berwarna
merah muda kekuningan.Diambil
supernatantnya.
Diambil pelletnya.
Tidak dilakukan tahap
resuspensi.
Dilakukan tahap
resuspensi dengan
Page 19
penambahan larutan
Tris-PMSF.Hasil yang didapatkan
setelah supernatant
dimasukkan dalam kolom
desalting adalah
sebanyak 4 mL.
Hasil yang didapatkan
setelah campuran
pellet dan Tris-PMSF
(resuspensi)
dimasukkan dalam kolom
desalting adalah
sebanyak 4,9 mL.
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan
pengujian pemurnian protein dimana digunakan
daging ayam pada bagian dadanya untuk
mengetahui kandungan LDH. LDH adalah enzim yang
mengubah piruvat menjadi laktat dan termasuk
dalam golongan oksireduktase. Banyak jaringan
mengandung LDH yang berfungsi mengkatalisis
perubahan reversible laktat ke piruvat, asam
amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai
penyusun protein atau sebagai kerangka molekul-
molekul penting. Ia disebut esensial bagi suatu
spesies organisme apabila spesies tersebut
Page 20
memerlukannya tetapi tidak mampu memproduksi
sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang
bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
spesies itu harus memasoknya dari luar (lewat
makanan).
Awalnya daging ayam ditimbang sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan, kemudian daging
ayam tesebut dihancurkan atau dipotong kecil-
kecil dengan homogenasi agar jaringan yang
berada dalam dada ayam hancur dan enzim yang
ada dalam dada ayam yaitu enzim LDH terlepas.
Setelah daging ayam dihaluskan dengan blender
lalu ditambahkan buffer Tris-PMSF yang sudah
dalam bentuk es dan diblender. Pada saat proses
penghaluskan sesekali harus berhenti agar tidak
terjadi kenaikan suhu dimana akan membuat
protein yang ada dalam daging ayam rusak.
Digunakan buffer Tris-PMSF agar berada pada pH
optimumnya dan dalam bentuk es agar berada pada
suhu rendah, yaitu agar enzim tidak bereaksi
dengan substrat apapun yang dikenalinya.
Penghalusan daging ayam ini bertujuan untuk
mengeluarkan protein atau ekstraksi protein
Page 21
termasuk LDH yang berada dalam daging ayam
tersebut.
Kemudian setelah melalui proses
penghancuran lalu sampel dimasukan ke tabung
sentrifuga untuk dilakukan proses sentrifugasi.
Saat dilakukan proses sentrifugasi harus
dipastikan takaran dari tiap-tiap tabung
seimbang agar saat proses sentrifugasi tidak
ada tabung yang pecah atau pun retak karena
adanya perbedaan tekanan dalam alat
sentrifugasi. Sentrifugasi ini bertujuan untuk
memisahkan antara pellet dan supernatant yang
berkaitan dengan prinsip perbedaan BJ. Dimana
hasil yang akan di dapat pellet pada bagian
bawah tabung dan supernatant berada pada bagian
atas. Karena supernatan adalah substansi hasil
sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang
lebih rendah. Posisi dari substansi ini berada
pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih.
Sementara pelet adalah substansi hasil
sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang
lebih tinggi. Posisisnya berada pada bagian
bawah (berupa endapan) dan warnanya lebih
keruh.
Page 22
Lalu setelah disentrifugasi hasilnya
difiltrasi dengan kain penyaring agar kita
dapat mengambil supernatantnya, lalu
supernatannya diukur menggunakan gelas ukur dan
didapatkan supernatant sebanyak 11 mL. Filtrasi
adalah proses pemisahan dari campuran
berdasarkan ukuran partikelnya. Dimana yang
memiliki ukuran partikel paling besar akan
melewati lubang berpori, dan yang ukuran
partikelnya kecil akan tertahan di pori-pori
tersebut.
Kemudian supernatant tersebut ditambahan
ammonium sulfat yang sebelumnya sudah dilakukan
perhitungan dari supernatant yang dihasilkan,
agar ammonium dapat mempresipitasi supernatant.
Dilakukan didalam gelas kimia yang berisi es
agar menjaga enzim untuk tidak bereaksi.
Pengadukan supernatant dan ammonium sulfat
dilakukan perlahan agar tidak terjadi
denaturasi LDH pada supernatant tersebut.
Penambahan ammonium sulfat bertujuan untuk
mengurangi jumlah molekul air yang berinteraksi
dengan protein karena ammonium sulfat adalah
garam organik yang sangat larut dalam air.
Page 23
Ketika ammonium sulfat ditambahkan dalam
larutan protein akan mencapai konsentrasi
dimana tidak ada lagi molekul air dalam jumlah
cukup untuk mempertahankan protein jenis
tertentu dalam keadaan terlarut, hal ini
didukung dengan teori yang disampaikan Mayes,
dkk (1990) yang menyatakan bahwa “Kelarutan
protein akan berkurang bila kedalam larutan
protein ditambahkan garam- garam anorganik.
Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion
garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi
kompetisi antara garam anorganik dengan molekul
protein untuk mengikat air. Karena garam
anorganik lebih menarik air maka jumlah air
yang tersedia untuk molekul protein akan
berkurang.” Setelah itu, protein akan mengendap
atau yang biasa disebut ‘salting out’ dari
larutan.
Supernatant yang telah ditambahkan
ammonium sulfat lalu dimasukan lagi ke tabung
sentrifuga untuk disentrifugasi lagi. Dari
hasil sentrifugasi yang kedua, untuk kelompok
1, yang diambil adalah supernatantnya,
Page 24
sedangkan untuk kelompok 2 yang diambil adalah
pelletnya.
Pertama uji terhadap supertatant,
supertatant tidak perlu diresuspensi karena
sudah dalam bentuk cairan. Kemudian digunakan
kolom desalting untuk pemisahan garam dan
protein yang ada. Pada kolom desalting ini
garam akan berada pada fasa diam sedangkan
protein akan turun bersama fasa gerak. Protein
memiliki molekul yang besar sehingga tidak
terjerap pada fasa diam. Supernatant dimasukkan
ke dalam kolom desalting setelah membuang
larutan Tris-PMSF yang sudah ada sebelumnya
pada kolom tersebut. Tris-PMSF ini berguna
untuk menyamakan pH dari supernatant dengan
keadaan di dalam kolom. Setelah itu hasil uji
ditampung di dalam beaker glass yang kemudian
hasilnya di ujur jumlahnya dalam mL. Dan
didapatkanlah jumlah protein sebanyak 4 mL.
Uji kedua adalah uji terhadap pellet.
Pellet diambil lalu diresuspensi dengancara
ditambahakan Tris-PMSF untuk menjaga pH dari
pellet dan diaduk perlahan-lahan agar
bercampur. Hal ini juga dilakukan agar pellet
Page 25
berada dalam keadaan cair atau terlarut
sehingga lebih memudahkan pada saat melakukan
proses pemisahan pada kolom desalting. Pada
tahap pemisahan di kolom desalting, proses yang
dilakukan sama seperti pada uji terhadap
supernatant dan didapatkan perubahan warna pada
pada cairan yang awalnya agak bening menjadi
bening keruh kekuningan dan cairan tersebut
didapat sebanyak 4,9 mL.
Kemudian seharusnya dilakukan isolasi LDH
dari beberapa protein yang ada di dalam cairan
tersebut dengan cara kromatografi afinitas.
Dimana kromatografi ini memiliki prinsip
memisahkan protein-protein berdasarkan
interaksi reversibel antara satu protein (atau
grup protein-protein) dan pasangan ligan
spesifik ke matriks kromatografi. Teknik ini
ideal untuk menangkap tahap intermediet dalam
protocol pemurnian dan dapat digunakan kapanpun
ligan yang cocok sesuai untuk ketertarikan dari
protein atau protein-protein tersebut.
(Anonim2, 2015)
Kolom yang digunakan untuk isolasi LDH ini
adalah kolom cibacron blue, dimana kolom ini
Page 26
memiliki grup ligan yang menarik perhatian LDH
untuk secara alamiah mengikat ligan-ligan
tersebut, seperti laktat, piruvat, NAD+ , atau
NADH. Campuran protein yang lainnya akan
melewati kolom dan LDH yang memiliki afinitas
yang tinggi akan terikat pada kolom cibacron
blue. Lalu untuk mengeluarkan LDH dilakukan
dengan cara elusi, yaitu membilas kolom dengan
kelarutan garam dalam konsentrasi yang tinggi
yang akan membiarkan LDH terlepas dari
ligannya. Sehingga didapatkan LDH dari proses
yang dinamakan elusi ini.
Page 27
VII. Kesimpulan
1. Kelompok 1 tidak mengalami perubahan warna
pada tahap apapun, warna yang dihasilkan
tetap bening.
2. Kelompok 2 mengalami perubahan warna pada
saat penambahan ammmonium sulfat dan
pengadukan dari warna bening menjadi warna
putih, dan pada tahap sentrifugasi kedua
menghasilkan warna supernatant yang berubah
menjadi kuning sedangkan pelletnya menjadi
warna merah muda kekuningan.
3. Pada tahap penambahan ammonium sulfat,
supernatant yang dihasilkan kelompok 1
sebanyak 11 mL. Jumlah ammonium sulfat yang
perlu ditambahkan sebanyak 4,29 g.
4. Pada tahap penambahan ammonium sulfat,
supernatant yang dihasilkan kelompok 2
sebanyak 5 mL. Jumlah ammonium sulfat yang
perlu ditambahkan sebanyak 1,95 g.
Page 28
5. Pada tahap kromatografi menggunakan kolom
desalting, kelompok 1 menghasilkan protein
sebanyak 4 mL.
6. Pada tahap kromatografi menggunakan kolom
desalting, kelompok 1 menghasilkan protein
sebanyak 4,9 mL.
DAFTAR PUSTAKA
Cantarow and Schepartz.1963. Biochemistry.Philadelphia: W.B
Saunders Company
Lehninger, A.L..1982.Dasar-dasar biokimia Jilid 1.Jakarta:
Erlangga
Page 29
Mayes, P.A., Granner, D.K., Rodwell, V.W., dan Martin,
D.W..1990.Biokimia Harper Edisi 20.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Montgomery. R. dkk.1993.BIOKIMIA Suatu Pendekatan terorientasi
Kasus.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Wang, I.C..1979.Fermentation and Enzymes Technology.New York:
John Wiley and Sons
Yazid dan Nursanti.2006.Penuntun Praktikum Biokimia Untuk
Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Penerbit Andi
Anonim.2012.Prinsip Kerja Kromatografi Gel Filtrasi
http://pelatihanguru.net/tag/teknik-kromatografi-
permeasi-gel-gpc
Diakses pada 26 Maret 2015
Pukul 14:32
Anonim1.2015.Lactate Dehidrogenase
http://en.wikipedia.org/wiki/Lactate_dehydrogenase
Diakses pada 26 Maret 2015
Pukul 14:17
Anonim2.2015.Prinsip Kerja Kromatografi Afinitas
Page 30
http://www.med.unc.edu/pharm/sondeklab/Lab%20Resources/
protein_purification_handbooks/Affinity
%20chromatography.pdf
Diakses pada 26 Maret 2015
Pukul 14:00
Technoart staff.2015.Prinsip Kromatografi Afinitas
http://artikel-teknologi.com/macam-macam-kromatografi/2/
Diakses pada 26 maret 2015
Pukul 13:59