Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM B2P2VRP A. Praktik Pengendalian Nyamuk secara Hayati I. Tujuan Untuk mengetahui volume bakteri yang diperlukan untuk membunuh larva nyamuk sebanyak 25 ekor. II.Tempat/ Waktu : Laboratorium ruang pelatihan/ Selasa, 5 Februari 2013 III. Alat dan Bahan 1. Alat: - Mangkuk - Tabung Elemeyer - Labu takar - Saringan larva - Backer glass - Mikropipet 2. Bahan: - Larva nyamuk Bacillus tringuensis 25 ekor - Aquades - Biakan bakteri IV.Cara Kerja 1. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang sudah disterilkan terlebih dahulu. 2. Memasukkan aquades sebanyak 100 ml di dalam mangkuk. 3. Memasukkan larva Bacillus tringuensis sebanyak 25 ekor ke dalam aquades. 4. Menghitung pengenceran yang tepat biakan bakteri agar efektif membunuh larva nyamuk dengan menggunakan rumus N 1 x V 1 = N 2 x V 2 . 5. Memasukkan hasil volume pengenceran bakteri tersebut ke dalam mangkuk berisi larva Bacillus tringuensis.
22

Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

Dec 28, 2015

Download

Documents

Nurwanti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

LAPORAN PRAKTIKUM B2P2VRP

A. Praktik Pengendalian Nyamuk secara Hayati

I. Tujuan

Untuk mengetahui volume bakteri yang diperlukan untuk membunuh larva nyamuk

sebanyak 25 ekor.

II. Tempat/ Waktu : Laboratorium ruang pelatihan/ Selasa, 5 Februari 2013

III. Alat dan Bahan

1. Alat:

- Mangkuk

- Tabung Elemeyer

- Labu takar

- Saringan larva

- Backer glass

- Mikropipet

2. Bahan:

- Larva nyamuk Bacillus

tringuensis 25 ekor

- Aquades

- Biakan bakteri

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang sudah disterilkan terlebih dahulu.

2. Memasukkan aquades sebanyak 100 ml di dalam mangkuk.

3. Memasukkan larva Bacillus tringuensis sebanyak 25 ekor ke dalam aquades.

4. Menghitung pengenceran yang tepat biakan bakteri agar efektif membunuh larva

nyamuk dengan menggunakan rumus N1x V1 = N2 x V2 .

5. Memasukkan hasil volume pengenceran bakteri tersebut ke dalam mangkuk berisi

larva Bacillus tringuensis.

6. Menunggu hasilnya selama 24 jam.

7. Melihat hasil seberapa banyak larva mati dalam campuran biakan bakteri tersebut.

V. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, apabila hasil larva yang mati lebih dari 70 %

menunjukkan bahwa biakan bateri efektif membunuh larva nyamuk. Namun, apabila

larva yang mati kurang dari 70 % biakan bakteri belum efektif membunuh larva

nyamuk.

Page 2: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

B. Praktek Uji Susceptibility

I. Tujuan

Untuk melihat resistensi nyamuk terhadap insektisida.

II. Tempat/ waktu : Ruang pelatihan/ Rabu, 6 Februari 2013.

III. Alat dan Bahan

1. Alat:

- Tabung hijau 4 buah

- Tabung merah 4 buah

- Kassa

- Bulatan kawat

- Kertas ( impregmented paper) ukuran 12 x 15 m.

- Kertas HVS

- Aspirator lurus

2. Bahan: Nyamuk

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan.

2. Melapisi tabung bagian dalam dengan kertas dimana Tabung A dilapisi dengan

impregmented paper sedangkan kertas B dilapisi dengan kertas HVS tanpa

insektisida.

3. Memasukkan bulatan kawat kedalam masing-masing tabung.

4. Menyambung tabung A dan B dimana diberi pemisah ditengahnya.

5. Mengambil nyamuk menggunakan aspirator lurus dan memasukkannya ke dalam

tabung lalu diholding (disimpan) diisi nyamuk 25 ekor.

6. Memindahkan nyamuk dari tabung B ke tabung A dengan cara meniupkannya ke

dalam tabung A.

7. Menunggu hasilnya selama 24 jam.

V. Simpulan

1. Apabila hasil kematian nyamuk sebesar 99-100 %, insektisida bersifat susceptible.

2. Apabila hasil kematian nyamuk sebesar 80-98 %, insektisida bersifat toleran.

3. Apabila hasil kematian nyamuk < 80 %, insektisida bersifat resisten.

Page 3: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

C. Praktek Uji Bioassay

I. Tujuan

Mengetahui lama waktu yang dibutuhkan insektisida untuk dapat membunuh nyamuk

sampai lebih dari 80 %

II. Tempat/ Waktu : Ruang pelatihan/ Rabu, 6 Februari 2013

III. Alat dan Bahan

1. Alat:

- Potongan kelambu dan penyangga kelambu

- Aspirator bengkok

- Paper cup

- Tabung

- Timer

- Kaca

- Karet

- Paku penyangga

- Paper clip

- Porilic

2. Bahan:

- Nyamuk

- Larutan gula

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan.

2. Mengambil nyamuk yang ada pada paper cup dengan respirator bengkok.

3. Memasukkan nyamuk ke dalam tabung yang kontak dengan kelambu dimana

masing-masing tabung berisi 5 ekor nyamuk.

4. Membiarkan nyamuk kontak dengan kelambu selama 3 menit, kemudian

mengambilnya lagi ke dalam paper cup.

5. Mengholding nyamuk selama 24 jam dengan larutan gula.

V. Simpulan

Apabila kematian nyamuk sebesar 90 % atau lebih insektisida efektif namun, apabila

kematian nyamuk < 90 % insektisida belum efektif.

Page 4: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

D. Praktek Identifikasi Nyamuk

I. Tujuan

Mengetahui genus dan morfologi suatu jenis nyamuk berdasarkan cirri-ciri yang terlihat

pada mikroskop.

II. Tempat/ Waktu: Laboratorium ruang pelatihan/ Rabu, 6 Februari 2013.

III. Alat dan Bahan

1. Alat

- Sterefom 2 buah

- Jarum pentul 4 buah

- Mikroskop

- Mikroskop compound

- Jarum kecil 2 buah

2. Bahan

- Nyamuk yang sudah dikeringkan 4 ekor

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan.

2. Meletakkan nyamuk yang sudah diawetkan pada jarum di atas sterefoam.

3. Meletakkan nyamuk di sterefoam di mikroskop dan atur posisinya sampai terlihat

jelas.

4. Mancatat hasil pengamatan.

V. Hasil Pengamatan

1. Ciri yang terlihat:

- Scutellum melengkung

- Proboscis tidak runcing dan lurus.

Jenis nyamuk: Anopheles jantan

2. Ciri yang terlihat:

- Scutellum tiga lobi

- Palpus kurang dari setengah panjang proboscis.

- Sisik-sisik pada sayap ramping dan lebar simetris.

- Rambut-rambut post spiracular ada.

Jenis nyamuk: Aedes betina

3. Ciri yang terlihat:

- Scutellum tiga lobi.

Page 5: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

- Palpus kurang dari setengah panjang proboscis.

- Sisik-sisik pada sayap lebar dan tidak simetris.

Jenis nyamuk: Mansonia betina

4. Ciri yang terlihat:

- Scutellum tiga lobi.

- Palpus kurang dari setengah panjang proboscis.

- Sisik-sisik pada sayap ramping dan lebar simetris.

- Rambut-rambut spiracular tidak ada.

Jenis nyamuk: Culex betina

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan menggunakan mikroskop, jenis

nyamuk yang terlihat antara lain dari spesies Anopheles, Aedes, Mansonia, dan Culex

. Semua jenis nyamuk berjenis kelamin betina kecuali pada nyamuk Anopheles sp.

yang berjenis kelamin jantan.

Page 6: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

E. Praktek Pembedahan Ovarium

I. Tujuan:

Mengetahui status ovarium nyamuk.

II. Tempat/ Waktu: Laboratorium ruang pelatihan/ Rabu, 6 februari 2013.

III. Alat dan Bahan

1. Alat:

- Mikroskop compound

- Mikroskop

- Kaca preparat

- Jarum besar 2 buah

2. Bahan:

- Nyamuk

- Larutan NaCl

- Chloroform

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan.

2. Membius nyamuk menggunakan chloroform sebelum dilakukan pembedahan.

3. Memberi 1 tetes larutan NaCl di tengah kaca preparat.

4. Meletakkan nyamuk di pinggir larutan NaCl pada kaca preparat.

5. Menusuk nyamuk menggunakan jarum pada bagian toraks dan bagian belakang

abdomen dengan melihat mmenggunakan mikroskop .

6. Menarik jarum secara perlahan sampai ovarium keluar dan meletakkannya ke dalam

laritan NaCl.

7. Mengamati ovarium menggunakan mikroskop compound.

8. Mencatat hasil pengamatan.

V. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan mikroskop compound, status ovarium

dari nyamuk tersebut masih perawan dan belum pernah bertelur.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil, telur masih perawan karena di bawah telur tidak terdapat adanya

dilatasi atau ekor telur atau telur bersifat nulliparous yang menunjukkan sudah berapa

kali nyamuk bertelur sehingga nyamuk tersebut tidak berperan sebagai vector

penyakit..

Page 7: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

VII. Saran

Sebaiknya dalam pembedahan, setelah ovarium dikeluarkan akan terdapat 2 pasang

telur yang bergandengan dan harus di potong menjadi dua bagian untuk melihat

kondisi telur dengan lebih jelas.

F. Praktek Kelenjar Ludah Nyamuk

I. Tujuan:

Mengetahui status kelenjar ludah nyamuk apakah terdapat plasmodium atau tidak.

II. Tempat/ Waktu:

Laboratorium ruang pelatihan/ Rabu, 6 Februari 2013.

III. Alat dan Bahan:

1. Alat:

- Jarum bedah 2 buah

- Kaca preparat

- Cawan petri

- Pipet

- Gelas

- Mikroskop compound

- Mikroskop stereo

2. Bahan:

- Nyamuk

- Larutan chloroform

- Larutan NaCl 0,05 %

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang sudah disterilkan.

2. Mencelupkan kapas ke dalam larutan chloroform dan memasukkannya ke dalam

gelas berisi nyamuk lalu menunggu sampai nyamuk pingsan.

3. Memindahkan nyamuk ke dalam cawan petri lalu meletakkannya pada preparat

yang sudah diberi larutan NaCl sebanyak 1 tetes.

4. Meletakkan kaca preparat di mikroskop.

5. Melakukan pembedahan dengan melihat melalui mikroskop stereo.

6. Menusukkan jarum pada toraks nyamuk dan kepala sampai putus sehingga

kelenjar ludah dapat ditarik keluar lalu menariknya sampai ke dalam larutan NaCl.

Page 8: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

7. Melihat hasil lebih jelas kelenjar ludah di mikroskop compound.

8. Mencatat hasil pengamatan.

V. Hasil Pengamatan

Pada nyamuk tidak ditemukan adanya plasmodium pada kelenjar ludah nyamuk.

VI. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan tidak ditemukan adanya plasmodium pada kelenjar

ludah nyamuk sehingga nyamuk dikatakan tidak berperan sebagai vector.

Page 9: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

G. Praktek Pengendalian Vektor Nyamuk secara Kimiawi dengan Insektisida Rumah

Tangga

I. Tujuan:

Mengetahui tingkat efisiensi antinyamuk dalam mengurangi atau membunuh jumlah

nyamuk.

II. Tempat/ Waktu: Laboratorium Fisika/ Rabu, 6 Februari 2013.

III. Alat dan Bahan

1. Alat:

- Anti nyamuk bakar ½ gram dengan bahan aktif metoflutrin 0,015 %.

- Kipas angin kecil

- Glass Chamber ukuran 70x70x70 m

- Stopwatch

- Korek api

- Penyangga antinyamuk

- Form hasil pengamatan

- Alat tulis

2. Bahan:

- 20 ekor nyamuk di dalam diholding

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan.

2. Memasukkan kipas angin ke dalam Gelas Chamber dan menghidupkannya.

3. Memasukkan juga antinyamuk bakar bersamaan kipas dan menyalakannya sampai

habis terbakar menjadi abu.

4. Menghitung waktu yang diperlukan sampai antinyamuk terbakar habis.

5. Setelah terbakar habis, antinyamuk dan kipas angin dikeluarkan dari Gelas

Chamber.

6. Measukkan nyamuk ke dalam Gelas Chamber.

7. Menghitung jumlah nyamuk yang mati setiap 30 detik sekali sampai dengan 11

kali perhitungan.

8. Mencatat hasil pengamatan pada form pengisisan yang tersedia.

V. Hasil Pengamatan

Lama pembakaran nyamuk sampai menjadi abu: 10 menit 49 detik.

Berdasarkan perhitungan selama 30 detik:

Page 10: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

1. Jumlah nyamuk mati sebanyak 0 ekor

2. Jumlah nyamuk mati sebanyak 2 ekor

3. Jumlah nyamuk mati sebanyak 7ekor

4. Jumlah nyamuk mati sebanyak 12 ekor

5. Jumlah nyamuk mati sebanyak 18 ekor

6. Jumlah nyamuk mati sebanyak 17 ekor

7. Jumlah nyamuk mati sebanyak 14 ekor

8. Jumlah nyamuk mati sebanyak 14 ekor

9. Jumlah nyamuk mati sebanyak 17 ekor

10. Jumlah nyamuk mati sebanyak 14 ekor

11. Jumlah nyamuk mati sebanyak 13 ekor

VI. Simpulan

Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut, antinyamuk bakar tersebut kurang efektif

membunuh nyamuk karena daya bunuh kurang dari 80 %.

VII. Saran

Sebaiknya keadaaan Gelas Chamber perlu dibuat lebih bersih agar tidak menimbulkan

bias dalam perhitungan karena sebelum nyamuk dimasukkan sudah ada nyamuk yang

mati di dalamnya juga ada kotoran atau benda-benda lain berwarna hitam yang juga

membuat bias dalam perhitungan. Selain itu, sebaiknya dalam menentukan nyamuk

mati perlu lebih teliti karena ada beberapa nyamuk yang sudah dihitung mati ternyata

masih bisa bangkit bahkan ada yang masih bisa terbang lagi walau tidak selincah pada

awal pemasukan di dalam Gelas Chamber.

Page 11: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

H. Praktek Parasitologi Uji Malaria dan Uji Filariasis

I. Tujuan:

Mengetahui susunan gamet dan sitoplasma dari virus malaria dan filarial.

II. Tempat/ Waktu:

Laboratorium Parasitologi/ Kamis, 7 Februari 2013.

III. Alat dan Bahan

1. Alat:

- Mikroskop stereo

- Mikroskop compound

- Kapas beralkohol

- Kertas

- Pipet tetes

2. Bahan

- Gemsa

- Methanol

- Spesimen darah

- Aqua

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang sudah disterilkan terlebih dahulu.

2. Membersihkan ujung jari manis dengan kapas beralkohol lalu mengeringkannya

dengan tissue.

3. Menusukkan lanchet ke ujung jari tersebut.

4. Membuang tetesan darah pertama untuk menghilangkan kandungan alcohol dan

meletakkan satu tetes darah pada kaca preparat serta mendiamkannya selama 24

jam sedangkan untuk uji filariasis darah disedot dengan…

5. Melakukan hemolisa selama 30 menit.

6. Memfiksasi menggunakan alcohol lalu dikeringkan.

7. Memberi pewarnaan darah menggunakan gemsa sebanyak 1 tetes atau 1 cc

ditambah dengan aquades 20 tetes atau 20 cc dan didiamkan selama 30 menit

sampai kering.

8. Membilas preparat dengan air dan mengeringkannya lagi.

9. Mengamati hasil pada mikroskop stereo dan mikroskop compound.

10. Mencatat hasil pengamatan.

Page 12: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

V. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan specimen yang sudah ada sebelumnya:

1. Uji Malaria

- Jika specimen mengandung Plasmodium vivax, sitoplasma tidak beraturan atau

ameboit dan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan Plasmodium faciparum

serta bintik-bintiknya dinamakan supler.

- Jika Plasmodium falciparum, sitoplasma tipis dan tidak ameboit serta bintik-

bintiknya dinamakan murer.

- Jika specimen mengandung Plasmodium ovale, sitoplasma agak besar dan bintik-

bintiknya dinamakan james.

- Jika specimen mengandung Plasmodium malariae, sitoplasma kecil dan bintik-

bintik dinamakan Zeeman.

2. Uji Filaria

Page 13: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

J. Praktek Identifikasi Ektoparasit (Pinjal)

I. Tujuan

Mengetahui morfologi dan perbedaan antara pinjal jantan dan pinjal betina.

II. Tempat/ waktu

Laboratorium Paratitologi/ Jumar, 8 Februari 2013.

III. Alat dan Bahan

1. Alat:

- Mikroskop compound

- Kaca preparat

- Alat tulis

2. Bahan:

- Pinjal yang sudah diawetkan

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan.

2. Meletakkan specimen yang sudah diawetkan di kaca preparat di mikroskop.

3. Mengamati morfologi antara pinjal jantan dan pinjal betina.

4. Mencatat hasil pengamatan.

V. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi pinjal betina terdiri dari:

A. Kepala

1. Mata (jika tanpa mata berarti pinjal nocturnal)

2. Antenna

3. Sisir gonal

4. Lacinia (alat tusuk pada pinjal)

B. Toraks

1. Sisir pronotal

2. Sisir abdominal

3. Protoraks

4. Mesotoraks

5. Metatoraks

C. Abdomen

1. Trachea

2. Spermateka (alat kelamin betina)

Femur, tibia, tarsus

Page 14: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

- Hila

- Bulga

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi pinjal jantan terdiri dari:

A. Kepala

1. Mata (jika tanpa mata berarti pinjal nocturnal)

2. Antenna

3. Sisir gonal

4. Lacinia (alat tusuk pada pinjal)

B. Toraks

1. Sisir pronotal

2. Sisir abdominal

3. Protoraks

4. Mesotoraks

5. Metatoraks

C. Abdomen

1. Trachea

2. Sternit (alat kelamin jantan)

VI. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, perbedaan antara ektoparasit (pinjal) jantan dan betina

terletak pada alat kelaminnya dimana pada jantan terdapat sternit sedangkan pada

betina terdapat spermateka yang terdiri dari hila dan bulga.

K. Praktek Identifikasi Tikus

Femur, tibia, tarsus

Page 15: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

I. Tujuan

Mengetahui morfologi dan habitat dari tikus.

II. Tempat/ Waktu

Ruang pelatihan/ Jumat 8 Februari 2013.

III. Alat dan Bahan

1. Alat:

Kertas identifikasi

Alat tulis

Form identifikasi

2. Bahan

Satu ekor tikus

IV. Cara Kerja

1. Mempersiapkan semua alat dan bahan.

2. Melakukan pengamatan pada tubuh tikus

3. Mencatat hasil pengamatan pada form yang tersedia.

V. Hasil Pengamatan

Nama spesies : Mus musculus

Jenis kelamin : jantan

Habitat : rumah

Panjang tubuh : 215 mm

Panjang ekor : 115 mm

Panjang telinga : 18 mm

Panjang telapak kaki belakang: 20 mm

Warna tubuh : Putih (albino)

Berat tubuh : 600 gram

KUNCI IDENTIFIKASI TIKUS

No Spesies TL(mm) T(mm) HF(mm) E(mm) M Warna BuluAtas Bawah

1 Rattus tanezumi (tikus rumah)

220-370

105-116

33-38 20-23 2+3=10 Coklat tua kelabu

Coklat tua kelabu

2 Rattus exulans (tikus ladang)

220-285

95-120

24-28 19-20 2+2=8 Coklat kelabu

Putih kelabu

3 Rattus tiomanicus (tikus pohon)

300-400

150-200

32-37 19-23 2+3=10 Coklat tua kelabu

Putih kelabu

4 Rattus argentiventer

170-270

95-120

31-36 19-23 3+3=12 Coklat muda

kelabu

Page 16: Laporan Praktikum b2p2vrp (Autosaved)

(tikus sawah)5 Rattus norvegicus

(tikus got)300-400

70-100

42-47 18-22 3+3=12 Coklat kelabu

kelabu

6 Rattus niviventer (tikus bukit)

260-370

120-150

20-26 16-22 2+2=8 Kuning kemerahan

Putih, bulu ekor putih

7 Bandicota Indica (tikus wirok)

430-520

130-145

42-50 20-25 3+3=12 Coklat pucat

Kelabu, bulu ekor

keras8 Mus musulus

(tikus piti)140-170

95-125

21-25 8-12 3+2=10 Coklat abu-abu

Abu-abu tua

9 Milemys sullius (cecurut hutan/babi)

125-150

11-15 21-25 16-18 0+3=6 Coklat tua coklat

10 Suncus murinus (cecurut rumah)

140-210

62-75 17-20 10-13 0+3=6 kelabu putih

Keterangan:

TL(Total Length) =panjang total

T(tail) =ekor

HF(Hind Foot) = telapak kaki belakang

E(ear) =telinga

M(mamae) =jumlah putting susu

VI. Simpulan

Tikus tersebut berukuran lebih besar dari ukuran normal panjang tubuh 140-170 mm

menjadi 215 pada ukuran asli, panjang ekor 95-125 mm menjadi 115 mm pada

aslinya, panjang telapak kaki belakang 21-25mm menjadi 20 mm, panjang telinga8-12

mm menjadi 18 mm, dank arena berkelamin jantan, tikus ini tidak memiliki putting

susu. Hal tersebut dikarenakan tikus ini telah dilakukan pembesaran agar

memudahkan