ANALISIS KAPASITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS KADAR TOTAL FENOL Oleh : Golongan P2; Kelompok 1 Nurul Agustina Chandradewi F24090042 Mila Kharisma F24090043 Jian Septian F24090046 Ayu Cahyaning Wulan F24090130 Didiet Rayadi F24061503 Dosen Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si Asisten Praktikum Dede Saputra, S.Pi, M.Si Umi Kulsum, S.TP DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
17
Embed
Laporan Praktikum Analisis Kapasitas Antioksidan dan analisis kadar total fenol
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KAPASITAS ANTIOKSIDAN DAN
ANALISIS KADAR TOTAL FENOL
Oleh :
Golongan P2; Kelompok 1
Nurul Agustina Chandradewi F24090042
Mila Kharisma F24090043
Jian Septian F24090046
Ayu Cahyaning Wulan F24090130
Didiet Rayadi F24061503
Dosen
Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si
Asisten Praktikum
Dede Saputra, S.Pi, M.SiUmi Kulsum, S.TP
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, telah berkembang berbagai jenis pangan yang mengandung
manfaat baik bagi tubuh. Jenis panganan tersebut dapat disebut sebagai pangan
fungsional yang mengandung komponen atau zat tertentu yang memberikan
manfaat kesehatan bagi tubuh. Salah satu contoh komponen tersebut adalah
antioksidan. Antioksidan merupakan komponen bioaktif yang dapat menunda,
mencegah, memperlambat kerusakan oksidatif senyawa lain dalam tubuh,
sehingga memiliki efek pelindung bagi senyawa lain tersebut (Kim 2005).
Salah satu produk pangan yang terkenal banyak mengandung antioksidan
adalah teh. Daun teh segar sebagai bahan baku dari semua jenis teh memiliki beberapa
kandungan komponen kimia. Nasution dan Tjiptadi (1975) membaginya menjadi 7
golongan, antara lain: 1) bahan-bahan anorganik, yaitu Al, Mn, P, Ca, Mg, Fe, Se, Cu,
dan K, 2) senyawa bernitrogen, yaitu, protein, asam amino, alkaloid, dan kafein, 3)
karbohidrat, yaitu gula, pati, dan pektin, 4) polifenol, dan turunannya, yaitu asam galat,
katekin, tanin, tehaflavin, teharubigin, 5) pigmen, yaitu klorofil, anthosianin, dan flavon,
6) enzim, yaitu polifenol oksidase, peroksidase, pektinase, dan 7) vitamin C dan vitamin
E. Perbedaan proses pengolahan yang diaplikasikan untuk mengubah daun teh segar
menjadi teh hijau, teh hitam, teh putih, dan teh oolong akan menentukan jenis atau
komposisi komponen bioaktif yang terkandung dalam minuman teh.
Komponen antioksidan yang terdapat di dalam teh didominasi oleh
kelompok polifenol. Sebagian besar kelompok polifenol adalah fenol yang
mampu menghambat reaksi oksidasi dan menangkap radikal bebas (Burda dan
Oleszek, 2001). Kuantitas antioksidan yang terkandung di dalam teh hijau dan teh
hitam dengan berbagai merek dapat diketahui melalui analisis kapasitas
antioksidan yang dilakukan dalam praktikum ini. Analisis kapasitas antioksidan
dilakukan menggunakan metode DPPH sebagai radikal bebas, sedangkan
pengukuran kadar total fenolik untuk mendapatkan perkiraan besarnya kapasitas
antioksidan pada teh hijau dan teh hitam tersebut dapat diketahui dengan
menggunakan metode Folin-Ciocalteu.
2
1.2 Tujuan
Menganalisis kapasitas antioksidan pada beberapa sampel teh komersial
dengan metode DPPH, menganalisis kadar total fenol pada beberapa sampel teh
komersial dengan metode Folin-Cocicalteu dan mengetahui hubungan
antioksidan dengan fenol yang terkandung di dalam teh berdasarkan percobaan
yang dilakukan.
2. BAHAN DAN METODE
2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan analisis kapasitas antioksidan, yaitu
beberapa macam sampel teh hitam dan teh hijau komersial, DPPH 1 mM, methanol,
aquades mendidih. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan analisis kadar
total fenol, yaitu beberapa macam sampel teh hitam dan teh hijau komersial, etanol
95%, Folin Ciocalteau 50%, Na2CO3 5%, larutan standar asam galat 250 mg/L.
2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan analisis kapasitas antioksidan dan
pengukuran kadar total fenol terdiri dari spektrofotometer, pipet Mohr, vortex,
tabung reaksi, dan gelas piala, serta sentrifuge pada analisis kadar total fenol.
2.3 Metode
2.3.1 Analisis kapasitas antioksidan
Metode yang digunakan dalam analisis kapasitas antioksidan adalah metode
DPPH. Keberadaan senyawa antioksidan pada sampel diketahui dengan
spektrofotometer untuk mengukur intensitas warna yang dihasilkan dari reaksi antara
sampel dengan reagen DPPH pada panjang gelombang 517 nm. Berikut diagram alir
prosedur kerja analisis kapasitas antioksidan.
3
Pembuatan Larutan Sampel
Tahapan analisis
4
0.5 g sampel kering teh
Tambahkan 50 ml akuades mendidih
Seduh selama 2 menit
Saring
Tepatkan hingga 50 ml dengan akuades
Buat 1 seri pengenceran
(5x, 10x, 15x, dan 20x)Gambar 1. Diagram alir pembuatan larutan sampel teh
7 ml metanol1 ml larutan sampel
Masukkan ke dalam tabung reaksi bertutup
Tambahkan 2 ml larutan DPPH
Vortex hingga homogen
Diamkan 30 menit pada suhu ruang
Ukur absorbansi larutan pada 517 nm
Hitung kapasitas antioksidan
Tentukan nilai IC50
Gambar 2. Diagram alir analisis kapasitas antioksidan pada sampel teh
2.3.2 Pengukuran kadar total fenol
Pengukuran kadar total fenol pada sampel the hijau dan the hitam dilakukan
dengan menggunakan pereaksi Folin Ciocalteau yang akan menghasilkan kompleks
warna biru sebagai interpretasi adanya senyawa fenolik pada sampel. Intensitas
warna yang dihasilkan dideteksi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
725 nm.
3. DATA HASIL PERCOBAAN
3.1 Analisis Kapasitas Antioksidan
Tabel 1. Data Hasil Analisis Kapasitas Antioksidan pada Beberapa Sampel
Teh Komersial
Sampel Teh
Absorbansi pada
PengenceranKapasitas
Antioksidan (%)*1x 10x
Teh hitam Sari
Wangi0.098 0.085 80.93
Teh hitam Sosro 0.088 0.044 82.88
Teh hitam Tong Tji 0.090 0.060 82.49
Teh hitam Poci 0.104 0.062 79.77
Teh hijau Tong Tji 0.066 0.048 87.16
Teh hijau Kepala
Djenggot0.108 0.052 78.99
Absorbansi blanko : 0.514
Keterangan : *) Hasil perhitungan menggunakan data pengenceran 1x
5
Gambar 3. Hasil Analisis Kapasitas Antioksidan Beberapa Sampel Teh Komersial
2.1 Analisis Kadar Total Fenol
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Larutan Standar Asam Galat
Konsentrasi Larutan Standar Absorbansi
0 0.000
25 0.070
50 0.145
100 0.339
150 0.561
200 0.781
250 0.985
Gambar 4. Kurva Larutan Standar Asam Galat
6
Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Kadar Total Fenol pada Beberapa Jenis
Sampel Teh Komersial
Sampel Teh
Absorbansi pada
PengenceranKadar Total Fenol*
(mg/L)1x 10x
Teh hitam Sari
Wangi0.372 0.045 101.475
Teh hitam Sosro 0.652 0.058 171.475
Teh hitam Tong Tji 1.403 0.167 359.225
Teh hitam Poci 0.389 0.051 105.725
Teh hijau Tong Tji 0.686 0.082 179.975
Teh hijau Kepala
Djenggot2.332 0.230 591.475
Keterangan : *) Hasil perhitungan menggunakan data pengenceran 1x
Contoh perhitungan :
Teh hitam Sari Wangi
y = -0.0339 + 0.0040 x
0.372 = -0.0339 +0.0040 x
x = 101.475 mg/L
Jadi, kadar total fenol untu teh Sari Wangi sebesar 101.475 mg/L
7
4. PEMBAHASAN
Senyawa polifenol merupakan antioksidan tertinggi pada teh. Ada empat
subkelas polifenol pada teh, yakni flavanol, flavonol, flavon, flavanon, serta asam
fenolat dan turunannya. Terdapat dua jenis teh yang dianalisis kapasitas antioksidan
serta kadar total fenoliknya pada praktikum ini, yaitu teh hitam dan teh hijau
(Kukhtar 2007). Pengukuran kapasitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui
kemampuan suatu senyawa sebagai antioksidan. Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-
Picrylhydrazyl) merupakan salah satu metode pengukuran aktivitas antioksidan yang
relatif sederhana, tidak mahal, dan tidak spesifik pada suatu komponen antioksidan
sehingga banyak digunakan dalam penelitian. Metode ini juga cocok untuk
mengukur antioksidan melalui perannya mengikat radikal bebas atau donor hidrogen
sehingga cocok untuk pengukuran kapasitas antioksidan polifenol (Koleva et al.
2001). Pengukuran DPPH berprinsip pada reaksi reduksi-oksidasi antara DPPH dan
senyawa antioksidan, dimana semakin banyak radikal DPPH yang tereduksi, maka
semakin besar nilai kapasitas antioksidan sampel (Marxen et al. 2007).
Pengukuran total fenol dengan metode Folin-Ciocalteau didasarkan pada
reaksi oksidasi-reduksi. Reagen Folin yang terdiri dari asam fosfomolibdat dan asam
fosfotungstad akan tereduksi oleh senyawa polifenol menjadi malibdenum-tungsen.
Reaksi ini membentuk kompleks warna biru. Semakin tinggi kadar fenol pada
sampel, maka semakin banyak molekul kromagen (biru) yang terbentuk sehingga
nilai absorbansi akan mengalami peningkatan. (Teh Grape Seed Method Evaluation
Committee 2001).
Berdasarkan hasil analisis terhadap enam merek teh komersial, diketahui
bahwa kapasitas antioksidan dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah
teh hijau Tong Tji (87.16%), teh hitam Sosro (80.93%), teh hitam Tong Tji
(82.49%), teh hitam Sari Wangi (80.93%), teh hitam Poci (79.77%), dan teh hijau
Kepala Djenggot (78.99%). Adanya perbedaan kapasitas antioksidan antara teh hijau
dan teh hitam dikarenakan pada pembuatan teh hijau tidak terdapat proses fermentasi
seperti pada teh hitam. Proses fermentasi pada teh hitam mengakibatkan hilangnya
beberapa komponen antioksidan akibat reaksi oksidasi enzimatis katekin oleh
polifenol oksidase. Oksidasi tersebut mengubah katekin menjadi tehaflavin dan
8
tehaflavin galat. Senyawa hasil oksidasi katekin tersebut masih memiliki aktivitas
antioksidan, namun nilai kapasitas antioksidannya lebih rendah daripada katekin
(Kukhtar 2007).
Hasil pengukuran total fenol menunjukkan bahwa teh hijau Kepala Djenggot
memiliki kadar total fenol tertinggi, yaitu sebesar 591.475 mg/L , sementara teh hitam
Sari Wangi memiliki kadar fenol terendah, yaitu sebesar 101.475 mg/L. Daniel (2008)
menyatakan bahwa teh hijau mengandung 30-40% polifenol sedangkan teh hitam
hanya 3-10% sehingga efek antioksidan teh hijau lebih tinggi dibandingkan teh
hitam.
Hasil analisis menunjukkan kadar total fenol tertinggi dimiliki oleh teh hijau
Kepala Djenggot, namun kapasitas antioksidan yang dikandungnya terendah.
Nasution dan Tjiptadi (1975) menyatakan bahwa teh mengandung komponen lain
selain polifenol seperti bahan anorganik, karbohidrat, pigmen, enzim dan vitamin C
dan vitamin E. Komponen vitamin C dan vitamin E inilah yang dapat berperan
sebagai antioksidan sehingga mempengaruhi pengukuran kapasitas antioksidan pada
analisis kapasitas antioksidan. Dengan demikian, kapasitas antioksidan suatu produk
tidak selalu linier dengan total fenol tertentu namun merupakan hasil dari kombinasi
interaksi dari berbagai macam senyawa antioksidan dalam produk tersebut. Selain
itu, Lee dan Widmer (1996) menyatakan bahwa uji fenol dapat menghitung secara
kuantitatif semua grup fenolik seperti quercetin, antosianin dan fenolik pada teh,
namun tidak dapat membedakan tipe-tipe fenol yang terkandung didalamnya
(monomer, dimer atau trimer). Adanya komponen protein, asam nukleat dan asam
askorbat dapat mempengaruhi uji polifenol. Hal inilah yang menyebabkan kapasitas
antioksidan yang dimiliki teh hijau Kepala Djenggot secara keseluruhan rendah,
walaupun total fenol yang dikandungnya tinggi.
Data hasil analisis kapasitas antioksidan menunujukkan bahwa kapasitas
antioksidan teh hijau Kepala Djenggot sangat rendah. Kukhtar menyatakan (2007)
kapasitas antioksidan pada teh hijau lebih besar dibandingkan dengan teh hitam.
Adanya penurunan aktivitas antioksidan diduga disebabkan oleh perubahan pada
senyawa antioksidan akibat proses pemanasan, yaitu tokoferol dan senyawa fenol
yang lain. Ada kemungkinan pemanasan tersebut menyebabkan senyawa fenol
termasuk tokoferol terdekomposisi atau berubah sehingga kemampuannya sebagai
9
antioksidan mengalami penurunan (Estiasih 2009). Dengan demikian, rendahnya
kapasitas antioksidan teh hijau Kepala Djenggot kemungkinan disebabkan oleh
perlakuan pemanasan yang dilakukan pada tahap persiapan sampel sebelum analisis.
10
5. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap enam merek teh komersial
dapat diketahui bahwa sampel teh yang memiliki kapasitas antioksidan tertinggi
adalah teh hijau Tong Tji dan terendah terdapat pada teh hijau Kepala Djenggot.
Rendahnya kapasitas antioksidan pada teh hijau Kepala Djenggot dibandingkan
dengan empat sampel teh hitam disebabkan karena adanya perlakuan pemanasan
pada tahap persiapan sampel. Hasil analisis kadar total fenol menunjukkan kadar
total fenol tertinggi terdapat pada sampel teh hijau Kepala Djenggot, yaitu sebesar,
sementara teh hitam Sari Wangi memiliki kadar fenol terendah, yaitu sebesar.
Kapasitas antioksidan suatu produk tidak selalu linier dengan total fenol tertentu
karena merupakan hasil dari kombinasi interaksi dari berbagai macam senyawa
antioksidan dalam produk tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil analisis yang
menunjukkan bahwa teh hijau Kepala Djenggot memiliki kapasitas antioksidan yang
paling rendah, walaupun kadar total fenolnya paling tinggi.
11
6. DAFTAR PUSTAKA
Kim, O.S. 2005. Radical scavenging capacity and antioxidant activity of the E
vitamer fraction in rice bran. J. Food Sci. 70(3): 208-213
Koleva, I.I. van Beek, T.A. Linssen, J.P.H. de Groot, A. Evstatieva, L.N. 2001. Screening of plant extracts for antioxidant activity: a comparative study on three testing methods. Phytochem. Analysis. 2001, 13, 8–17.
Kukhtar. H. 2007. Abstract of talk at International Millennium Tea Convention New Delhi, India Department of Dermatology Case Western Reserve UniversityCleveland, OH-44106, USA
Lee, H.S. dan Widmer, B.W. 1996. Phenolic compounds. Di dalam: Nollet, L.M.L. 1996. Handbook of Food analysis Volume I. Marcel Dekker, Inc, New York.
Nasution, M.Z dan Tjiptadi, W. 1975. Pengolahan Teh. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, FATEMETA, IPB, Bogor.
The Grape Seed Method Evaluation Committee. 2001. Grape Seed Extract white Paper. http://www.activin.com/aboutact.html#04 [13 September 2012].