Top Banner
LAPORAN TUTORAL BLOK 25 DISASTER MANAGEMENT SKENARIO 1 Kelompok 12B: 1.Cindy herti (11-121) 2. Sylvia ingrid (11-204) 3. Nadia salima (11-175) 4. Agustina sri s. (11-145) 5. Wulan puspita (11-214) 6. Melissa putri (11-123) 7. Pujianty natalya (11-091) 8. Emmeninta soerbakti (11- )
18

Laporan Praktikum

Jan 26, 2016

Download

Documents

nadiasalima

praktikum fisiologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum

LAPORAN TUTORAL BLOK 25 DISASTER MANAGEMENT SKENARIO 1

Kelompok 12B:

1. Cindy herti (11-121)2. Sylvia ingrid (11-204)3. Nadia salima (11-175)4. Agustina sri s. (11-145)5. Wulan puspita (11-214)6. Melissa putri (11-123)7. Pujianty natalya (11-091)8. Emmeninta soerbakti (11- )

Page 2: Laporan Praktikum

EPIDEMIOLOGI BENCANA ALAM DI INDONESIA

Page 3: Laporan Praktikum
Page 4: Laporan Praktikum
Page 5: Laporan Praktikum

Klasifikasi bencana alam

1. Bencana alam geologis

• Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.

2. Bencana alam klimatologis

• Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).

• Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).

3. Bencana alam ekstra-terestrial

• Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.

• Secara keseluruhan karakteristik bencana di Indonesia dipengaruhi oleh posisi geologis, posisi astronomis, dan perilaku manusianya yang menghasilkan berbagai bencana. Bakornas menginventarisir karakteristik bencana di Indonesia, yaitu banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin badai, gelombang badai/pasang, gempa bumi, letusan gunung api, kegagalan teknologi, dan wabah penyakit.

Page 6: Laporan Praktikum

1. Banjir

• Banjir merupakan kondisi dimana permukaan air melebihi kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya oleh hujan lebat, pasang air laut, kegagalan bangunan air buatan manusia, maupun disebabkan oleh peristiwa runtuhnya bendungan alam. Banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda, baik milik perorangan maupun umum yang dapat mengganggu dan melumpuhkan aktivitas sosial ekonomi penduduk.

2. Tanah longsor

• Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng

3. Kekeringan

• Kekeringan merupakan meristiwa dimana ketersediaan air jauh dibawah kebutuhan untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan terjadi secara alamiah maupun karena kesalahan manusia dalam merencanakan pembangunan. Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta hewan baik secara langsung maupun tidak. Kekeringan juga dapat berdampak sosial karena dapat meyebabkan konflik antar petani, antar daerah, bahkan antar kelompok masyarakat yang lebih luas.

4. Kebakaran hutan dan lahan

• Kebakaran hutan dan lahan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayatinya yang menyebabkan kurang berfungsinya hutan atau lahan dalam menunjang kehidupan yang berkelanjutan sebagai akibat penggunaan api yang tidak terkendali maupun factor alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan atau lahan. Kebakaran hutan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ekologis, hilangnya kekayaan alam, penyebab longsor, penurunan kualitas kesehatan masyarakat, turunnya pendapatan masyarakat, dan hilangnya aset Negara.

5. Angin badai

• Angin badai merupakan pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa. Penyebab angin badai adalah perbedaan tekanan dalam suatu system cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah system tekanan rendah yang ekstrem. Angin badai disebut juga taifun, siklon dan hurricane. Angin badai merusak apapun yang ditemui, baik bangunan, tanaman, tiang listrik, kapal-kapal di laut, dan menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit.

6. Gelombang pasang

Page 7: Laporan Praktikum

• Gelombang pasang adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dengan planet-planet lain, terutama dengan bulan dan matahari. Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dengan 24 jam. Gelobang pasang juga disebabkan oleh gempa di dasar laut dan badai yang sifatnya mendadak

7. Gempa bumi

• Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas gunung api, dan runtuhan batuan. Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Dari semua penyebab gempa bumi, pergeseran antar lempeng menghasilkan gempa yang relative keras. Gempa bumi dapat merusak bangunan pemukiman, jembatan, gedung-gedung dan menyebabkan korban jiwa.

8. Letusan gunung api

• adalah bentuk timbunan kerucut di permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah latusan, atau tempat munculnya batu lelehan (magma) yang berasal dari dalam bumi. Letusan gunungapi disebabkan oleh pencairan magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas, proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/kulit bumi, dan akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan energi. Bila suatu gunung meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di sekitar puncak dan lereng

Bencana Non-Alam

adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Karakteristik Non-Alam

1. Tanpa didahului hazard, kecuali bencana biologi

2. Speed of onset tiba-tiba, kecuali bencana biologi

3. Tidak terkait dengan musim tapi terkait faktor manusia

4. Pencegahan menjadi faktor utama

Ethiopian Disaster Preparedness and Prevention Commission (DPPC) mengelompokkan bencana berdasarkan jenis hazard, yang terdiri dari:

Natural hazard. Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia tidak atau sedikit memiliki kendali. Manusia dapat meminimalisir dampak hazard dengan mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti tata ruang dan wilayah, prasyarat bangunan, dan sebagainya. Natural hazard terdiri dari beragam bentuk seperti dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 8: Laporan Praktikum

Tabel 2.1 Natural Hazard

Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hazard ini mencakup:

o Technological hazard sebagai akibat kecelakaan industrial, prosedur yang berbahaya, dan kegagalan infrastruktur. Bentuk dari hazard ini adalah polusi air dan udara, paparan radioaktif, ledakan, dan sebagainya.

o Environmental degradation yang terjadi karena tindakan dan aktivitas manusia sehingga merusak sumber daya lingkungan dan keragaman hayati dan berakibat lebih jauh terganggunya ekosistem.

o Conflict adalah hazard karena perilaku kelompok manusia pada kelompok yang lain sehingga menimbulkan kekerasan dan kerusakan pada komunitas yang lebih luas.

oTUJUAN PEMBELAJARAN 3.

SIKLUS MANAJEMEN BENCANA

Page 9: Laporan Praktikum

Siklus manajemen bencana terdiri dari prabencana (predisaster), tanggap bencana (response) dan pascabencana (recovery). Terdapat 3 tahap dan 7 fase dalam siklus manajemen bencana. Penanggulangan bencana ini disesuaikan dengan UU No. 24 Tahun 2007.

Tahap 1. Tahap Pra Bencana (Predisaster)

Tahap pra bencana adalah tahap pertama pada siklus manajemen bencana yang merupakan tahapan pada kondisi sebelum kejadian atau sebelum terjadinya bencana. Pada tahap prabencana, terdiri dari 3 fase, yaitu prevensi (prevention), mitigasi (mitigation) dan kesiapsiagaan (preparedness). Pada tahap ini, berupaya untuk mengurangi dampak bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

1. Prevensi (prevention)Pada fase prevensi, bertujuan untuk meniadakan dampak terburuk (bencana),

agar dampak terburuk (bencana) tidak terjadi. Namun, perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana.

2. Mitigasi (mitigation)Pada fase mitigasi merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah risiko-risiko

yang ada, berkembang menjadi bencana secara keseluruhan dan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi efek bencana ketika terjadi. Pada fase ini, terdiri dari:

a. Mitigasi strukturalMitigasi struktural merupakan upaya mengurangi risiko bencana dengan cara membangun lingkungan fisik dengan menggunakan rekayasa struktur, seperti pembangunan bangunan tahan gempa, pengendalian lingkungan dengan pembuatan kanal banjir, dan drainase.

b. Mitigasi non-strukturalMitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi risiko bencana dengan cara merubah prilaku manusia atau proses alamiah, seperti penyusunan kebijakan, peraturan perundang-undangan,pendidikan, dan penyadaran masyarakat (perubahanperilakumasyarakat).

3. Kesiapsiagaan (preparedness)Pada fase kesiapsiagaan, bertujuan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat

dilakukan dalam menghadapi kejadian bencana. Pada fase ini, pemerintah atau pihak berwenang dapat mengembangkan rencana aksi ketika bencana terjadi.Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Beberapa prinsip kesiapsiagaan, antara lain:

Page 10: Laporan Praktikum

a. Pengembangan jaringan informasi dan system jaringan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/EWS)

b. Perencanaan evakuasi dan persiapan stok kebutuhan pokok (suplai pangan, obat-obatan,dll)

Tahap 2. TahapvBencana (Response)

Tahap bencana (response) merupakan tahap kedua yang dilakukan pada saat bencana sesungguhnya terjadi. Dalam tahap ini terdapat kegiatan tanggap darurat yaitu kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan seperti kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, hartabenda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan saran adan prasarana. Pada tahap ini, terdiri dari dua fase, yaitu penyelamatan korban (SAR / Search and Rescue) dan bantuan kemanusiaan (humanitarian assistance)

Tahap 3. Tahap Pasca Bencana (Recovery)

Tahap pasca bencana (recovery) merupakan tahap ketiga yang merupakan tindakan mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Pada tahap ini, menfokuskan pada perbaikan sarana dan prasarana, melalui dua fase yaitu: rehabilitasi dan rekonstruksi.a. Fase rehabilitasi

Fase rehablilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat. Fase in imerupakan upaya untuk membantu komunitas memperbaiki rumahnya, mengembalikan fungsi pelayanan umum, perbaikan sarana transportasi, komunikasi, listrik, air bersih dan sanitasi, dan pelayanan pemulihan kesehatan.

b. Fase rekonstruksiFase rekonstruksi adalah membangun kembali semua sarana dan prasarana, kelembagaan, pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat.

Page 11: Laporan Praktikum

PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI

Berikut ini akan dijelaskan aktivitas yang dilakukan dan rencana yang digunakan dari tahapan-tahapan siklus manajemen risiko :

Siklus Aktivitas Rencana

Situasitidakterjadibencana Pencegahandanmitigasi RencanamitigasiSituasiberpotensibencana Kesiapsiagaan RencanakontinjensiTerjadibencana Tanggapdarurat RencanaoperasiSetelahterjadibencana Pemulihan Rencanapemulihan

Sumber: BNPB (2011)

SISTEM PERINGATAN DINI

Pendahuluan

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. (PP No. 21 Tahun 2008)

Page 12: Laporan Praktikum

Top Down : Dari pusatkemasyarakat Bottom Up : Dari masyarakatkepusat

Sistem peringatan dini dapat dilakukan tergantung pada jenis bencana dan data yang tersedia. Data yang diperlukanantara lain:a. Lokasi bencana (where), Penyebabbencana (why),

inidapatdiperkirakanmelaluianalisispetaatauanalisislapanganb. Waktu kejadian bencana (whenc. Bagaimana kejadian dari bencana (how)

PELAYANAN KESEHATAN SAAT BENCANA1. Pelayanan Kesehatan Korban

Pelayanan  kesehatan  pada saat  bencana  bertujuan  untuk menyelamatkan nyawa,  mencegah  atau  mengurangi  kecacatan  dengan  memberikan  pelayanan yang  terbaik  bagi  kepentingan  korban.  Untuk  mencapai  tujuan  tersebut, penanganan  krisis  kesehatan saat  bencana  dalam  pelaksanaannya melalui  lima tahap  pelaksanaan,  yaitu  tahap  penyiagaan,  upaya  awal,  perencanaan operasi, operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat serta tahap pengakhiran misi.

Pelaksanaan kelima tahap di lingkungan kesehatan dikoordinasi oleh Pusat Pengendali  Kesehatan(Pusdalkes)  dinas  kesehatan  setempat  yang  diaktivasi  sesaat  setelah  informasi  kejadian  bencana  diterima.

1.1. Pusat pengendali kesehatan (Pusdalkes)Pusat  pengendali  kesehatan  (pusdalkes)  merupakan  organisasi  komando

tanggap  darurat  bencana yang memiliki struktur terdiri dari :a. ketua pusdalkes;

Ketua bertugas dan bertanggungjawab untuk:1) mengaktifkan pusat pengendalian kesehatan (pusdalkes);2) membentuk pos pengendali kesehatan di lokasi bencana;3) membuat  rencana  strategis  dan  taktis,  mengorganisasikan, melaksanakan  dan  mengendalikan  operasi  kesehatan saat  tanggap darurat bencana;4) melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumber daya  manusia  kesehatan,  peralatan  dan  logistik  kesehatan  serta berwenang  memerintahkan  para  pejabat  yang  mewakili instansi/lembaga/organisasi  yang  terkait  dalam  memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.

b. bidang operasi;Bidang  operasi  bertugas  dan  bertanggung  jawab  atas  penilaian  cepatmasalah  kesehatan, pelayanan  kesehatan pra rumah sakit   dan rumah sakit,  evakuasi  medis,  perlindungan  kesehatan  pengungsi,  serta pemulihan  prasarana  dan sarana  kesehatan dengan cepat, tepat, efisien dan  efektif  berdasarkan  satu  kesatuan  rencana  tindakan  penanganan tanggap darurat bencana.

c. bidang perencanaan;Bidang perencanaan bertugas dan bertanggung jawab atas pengumpulan,analisis data dan informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatansaat  penanganan tanggap  darurat  bencana  dan  menyiapkan  dokumenrencana serta laporan tindakan operasi tanggap darurat.

d. bidang logistik dan peralatan;Bidang logistik dan peralatan bertugas dan bertanggung jawab:

Page 13: Laporan Praktikum

1) menyediakan  fasilitas,  jasa,  dan  bahan‐bahan  serta  perlengkapanuntuk pelayanan kesehatan saat masa tanggap darurat;

2) melaksanakan koordinasi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi  bantuan logistik dan peralatan kesehatan;3) melaksanakan  penyelenggaraan  dukungan,  air  bersih  dan  sanitasi umum;

e. bidang administrasi keuangan;Bidang Administrasi Keuangan bertugas dan bertanggungjawab:1) melaksanakan administrasi keuangan;2) menganalisa  kebutuhan  dana  dalam  rangka  penanganan  tanggap darurat bencana  di bidang kesehatan;3) mendukung  keuangan  yang  dibutuhkan  dalam  rangka  komando tanggap  darurat  bencana  yang terjadi.

1.2Tahap penyiagaanTahap  ini  bertujuan  untuk  menyiagakan  semua  sumber  daya  baik 

manusia  maupun  logistik yang sudah disiapkan pada masa sebelum terjadi bencana. Tahap  ini  dimulai  sejak  informasi  kejadian  bencana  diperoleh hingga  mulai  tahap  upaya  awal.  Tahap  ini  mencakup  peringatan  awal, penilaian situasi dan penyebaran informasi kejadian. Peringatan awal berupa informasi kejadian bencana dapat berasal dari laporan  masyarakat,  media  massa,  perangkat  pemerintah  daerah  atau berbagai sumber lainnya. Sesaat setelah terjadi bencana, petugas kesehatan yang  berada  di  lokasi  bencana  segera  melakukan  penilaian  awal  (initial assessment)  untuk  mengidentifikasi  krisis  kesehatan.  Penilaian  awal  ini berupa informasi singkat yang segera dilaporkan ke Pusdalkes. Contoh form penilaian awal dapat dilihat pada Form B1.

Jika  informasi  kurang  memadai,  segera  dikirim  Tim  Rapid  Health Assessment  (RHA)  untuk  memastikan  kejadian,  menilai  besarnya  dampak kejadian dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi yang kurang atau tidak tersedia  di  lokasi  bencana.  Informasi  kurang  memadai  yang  diakibatkan karena  kerusakan  infrastruktur  yang  ditandai  dengan  putusnya  jalur komunikasi harus direspon sebagai tanda peringatan bahaya sehingga  Tim Reaksi Cepat (TRC) dapat disiapkan untuk segera dikirim ke lokasi bersama dengan  Tim RHA. 

1.3. Tahap upaya awal (initial action) RHA  merupakan  salah  satu  upaya  awal  saat  tanggap  darurat  yang 

dilakukan untuk mengetahui besar masalah, potensi masalah kesehatan yang  mungkin  terjadi saat  bencana serta  kebutuhan sumber  daya  yang  harus  42 segera dipenuhi agar penanganan bencana dapat berdaya guna dan berhasil guna.  lingkungan.  Anggota tim sebaiknya  memiliki kerja. 

1.4. Tahap rencana operasi a. Menyusun rencana operasi   

Rencana  operasi  tanggap  darurat  dan  pemulihan  darurat  harus  merujuk pada hasil rekomendasi RHA dan informasi penting lainnya dari  sektor 

Page 14: Laporan Praktikum

terkait,  seperti  masalah  keamanan,  pencemaran  bahan‐bahan  berbahaya  dan  lain‐lain.  Kompetensi  tenaga  medis  dan  perlengkapan  yang  disiapkan  harus  sesuai  dengan  rekomendasi  RHA.   b. Keselamatan  

Dalam  semua  tahap  operasi,  keamanan  dan  keselamatan  merupakan faktor paling utama yang harus diperhatikan semua petugas  kesehatan.  penggunaan 

1.5. Tahap operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat a. Pencarian dan penyelamatan 

Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh Tim  SAR (Basarnas atau Basarda) dan dapat berasal dari tenaga suka rela bila  dibutuhkan. Tim ini akan: 1) melokalisasi korban; 2) memindahkan  korban  dari  daerah  berbahaya  ke  tempat  penampungan; 3) memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian); 4) memberi pertolongan pertama jika diperlukan;

Sumber:Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana.2011