This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
1. Cindy herti (11-121)2. Sylvia ingrid (11-204)3. Nadia salima (11-175)4. Agustina sri s. (11-145)5. Wulan puspita (11-214)6. Melissa putri (11-123)7. Pujianty natalya (11-091)8. Emmeninta soerbakti (11- )
EPIDEMIOLOGI BENCANA ALAM DI INDONESIA
Klasifikasi bencana alam
1. Bencana alam geologis
• Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
2. Bencana alam klimatologis
• Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).
• Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).
3. Bencana alam ekstra-terestrial
• Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.
• Secara keseluruhan karakteristik bencana di Indonesia dipengaruhi oleh posisi geologis, posisi astronomis, dan perilaku manusianya yang menghasilkan berbagai bencana. Bakornas menginventarisir karakteristik bencana di Indonesia, yaitu banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin badai, gelombang badai/pasang, gempa bumi, letusan gunung api, kegagalan teknologi, dan wabah penyakit.
1. Banjir
• Banjir merupakan kondisi dimana permukaan air melebihi kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya oleh hujan lebat, pasang air laut, kegagalan bangunan air buatan manusia, maupun disebabkan oleh peristiwa runtuhnya bendungan alam. Banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda, baik milik perorangan maupun umum yang dapat mengganggu dan melumpuhkan aktivitas sosial ekonomi penduduk.
2. Tanah longsor
• Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng
3. Kekeringan
• Kekeringan merupakan meristiwa dimana ketersediaan air jauh dibawah kebutuhan untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan terjadi secara alamiah maupun karena kesalahan manusia dalam merencanakan pembangunan. Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta hewan baik secara langsung maupun tidak. Kekeringan juga dapat berdampak sosial karena dapat meyebabkan konflik antar petani, antar daerah, bahkan antar kelompok masyarakat yang lebih luas.
4. Kebakaran hutan dan lahan
• Kebakaran hutan dan lahan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayatinya yang menyebabkan kurang berfungsinya hutan atau lahan dalam menunjang kehidupan yang berkelanjutan sebagai akibat penggunaan api yang tidak terkendali maupun factor alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan atau lahan. Kebakaran hutan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ekologis, hilangnya kekayaan alam, penyebab longsor, penurunan kualitas kesehatan masyarakat, turunnya pendapatan masyarakat, dan hilangnya aset Negara.
5. Angin badai
• Angin badai merupakan pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa. Penyebab angin badai adalah perbedaan tekanan dalam suatu system cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah system tekanan rendah yang ekstrem. Angin badai disebut juga taifun, siklon dan hurricane. Angin badai merusak apapun yang ditemui, baik bangunan, tanaman, tiang listrik, kapal-kapal di laut, dan menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit.
6. Gelombang pasang
• Gelombang pasang adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dengan planet-planet lain, terutama dengan bulan dan matahari. Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dengan 24 jam. Gelobang pasang juga disebabkan oleh gempa di dasar laut dan badai yang sifatnya mendadak
7. Gempa bumi
• Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas gunung api, dan runtuhan batuan. Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Dari semua penyebab gempa bumi, pergeseran antar lempeng menghasilkan gempa yang relative keras. Gempa bumi dapat merusak bangunan pemukiman, jembatan, gedung-gedung dan menyebabkan korban jiwa.
8. Letusan gunung api
• adalah bentuk timbunan kerucut di permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah latusan, atau tempat munculnya batu lelehan (magma) yang berasal dari dalam bumi. Letusan gunungapi disebabkan oleh pencairan magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas, proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/kulit bumi, dan akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma menimbulkan pelepasan energi. Bila suatu gunung meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di sekitar puncak dan lereng
Bencana Non-Alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Karakteristik Non-Alam
1. Tanpa didahului hazard, kecuali bencana biologi
2. Speed of onset tiba-tiba, kecuali bencana biologi
3. Tidak terkait dengan musim tapi terkait faktor manusia
4. Pencegahan menjadi faktor utama
Ethiopian Disaster Preparedness and Prevention Commission (DPPC) mengelompokkan bencana berdasarkan jenis hazard, yang terdiri dari:
Natural hazard. Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia tidak atau sedikit memiliki kendali. Manusia dapat meminimalisir dampak hazard dengan mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti tata ruang dan wilayah, prasyarat bangunan, dan sebagainya. Natural hazard terdiri dari beragam bentuk seperti dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Natural Hazard
Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hazard ini mencakup:
o Technological hazard sebagai akibat kecelakaan industrial, prosedur yang berbahaya, dan kegagalan infrastruktur. Bentuk dari hazard ini adalah polusi air dan udara, paparan radioaktif, ledakan, dan sebagainya.
o Environmental degradation yang terjadi karena tindakan dan aktivitas manusia sehingga merusak sumber daya lingkungan dan keragaman hayati dan berakibat lebih jauh terganggunya ekosistem.
o Conflict adalah hazard karena perilaku kelompok manusia pada kelompok yang lain sehingga menimbulkan kekerasan dan kerusakan pada komunitas yang lebih luas.
oTUJUAN PEMBELAJARAN 3.
SIKLUS MANAJEMEN BENCANA
Siklus manajemen bencana terdiri dari prabencana (predisaster), tanggap bencana (response) dan pascabencana (recovery). Terdapat 3 tahap dan 7 fase dalam siklus manajemen bencana. Penanggulangan bencana ini disesuaikan dengan UU No. 24 Tahun 2007.
Tahap 1. Tahap Pra Bencana (Predisaster)
Tahap pra bencana adalah tahap pertama pada siklus manajemen bencana yang merupakan tahapan pada kondisi sebelum kejadian atau sebelum terjadinya bencana. Pada tahap prabencana, terdiri dari 3 fase, yaitu prevensi (prevention), mitigasi (mitigation) dan kesiapsiagaan (preparedness). Pada tahap ini, berupaya untuk mengurangi dampak bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
1. Prevensi (prevention)Pada fase prevensi, bertujuan untuk meniadakan dampak terburuk (bencana),
agar dampak terburuk (bencana) tidak terjadi. Namun, perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana.
2. Mitigasi (mitigation)Pada fase mitigasi merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah risiko-risiko
yang ada, berkembang menjadi bencana secara keseluruhan dan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi efek bencana ketika terjadi. Pada fase ini, terdiri dari:
a. Mitigasi strukturalMitigasi struktural merupakan upaya mengurangi risiko bencana dengan cara membangun lingkungan fisik dengan menggunakan rekayasa struktur, seperti pembangunan bangunan tahan gempa, pengendalian lingkungan dengan pembuatan kanal banjir, dan drainase.
b. Mitigasi non-strukturalMitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi risiko bencana dengan cara merubah prilaku manusia atau proses alamiah, seperti penyusunan kebijakan, peraturan perundang-undangan,pendidikan, dan penyadaran masyarakat (perubahanperilakumasyarakat).
3. Kesiapsiagaan (preparedness)Pada fase kesiapsiagaan, bertujuan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat
dilakukan dalam menghadapi kejadian bencana. Pada fase ini, pemerintah atau pihak berwenang dapat mengembangkan rencana aksi ketika bencana terjadi.Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Beberapa prinsip kesiapsiagaan, antara lain:
a. Pengembangan jaringan informasi dan system jaringan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/EWS)
b. Perencanaan evakuasi dan persiapan stok kebutuhan pokok (suplai pangan, obat-obatan,dll)
Tahap 2. TahapvBencana (Response)
Tahap bencana (response) merupakan tahap kedua yang dilakukan pada saat bencana sesungguhnya terjadi. Dalam tahap ini terdapat kegiatan tanggap darurat yaitu kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan seperti kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, hartabenda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan saran adan prasarana. Pada tahap ini, terdiri dari dua fase, yaitu penyelamatan korban (SAR / Search and Rescue) dan bantuan kemanusiaan (humanitarian assistance)
Tahap 3. Tahap Pasca Bencana (Recovery)
Tahap pasca bencana (recovery) merupakan tahap ketiga yang merupakan tindakan mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Pada tahap ini, menfokuskan pada perbaikan sarana dan prasarana, melalui dua fase yaitu: rehabilitasi dan rekonstruksi.a. Fase rehabilitasi
Fase rehablilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat. Fase in imerupakan upaya untuk membantu komunitas memperbaiki rumahnya, mengembalikan fungsi pelayanan umum, perbaikan sarana transportasi, komunikasi, listrik, air bersih dan sanitasi, dan pelayanan pemulihan kesehatan.
b. Fase rekonstruksiFase rekonstruksi adalah membangun kembali semua sarana dan prasarana, kelembagaan, pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat.
PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI
Berikut ini akan dijelaskan aktivitas yang dilakukan dan rencana yang digunakan dari tahapan-tahapan siklus manajemen risiko :
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. (PP No. 21 Tahun 2008)
Top Down : Dari pusatkemasyarakat Bottom Up : Dari masyarakatkepusat
Sistem peringatan dini dapat dilakukan tergantung pada jenis bencana dan data yang tersedia. Data yang diperlukanantara lain:a. Lokasi bencana (where), Penyebabbencana (why),
inidapatdiperkirakanmelaluianalisispetaatauanalisislapanganb. Waktu kejadian bencana (whenc. Bagaimana kejadian dari bencana (how)
PELAYANAN KESEHATAN SAAT BENCANA1. Pelayanan Kesehatan Korban
Pelayanan kesehatan pada saat bencana bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah atau mengurangi kecacatan dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi kepentingan korban. Untuk mencapai tujuan tersebut, penanganan krisis kesehatan saat bencana dalam pelaksanaannya melalui lima tahap pelaksanaan, yaitu tahap penyiagaan, upaya awal, perencanaan operasi, operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat serta tahap pengakhiran misi.
Pelaksanaan kelima tahap di lingkungan kesehatan dikoordinasi oleh Pusat Pengendali Kesehatan(Pusdalkes) dinas kesehatan setempat yang diaktivasi sesaat setelah informasi kejadian bencana diterima.
1.1. Pusat pengendali kesehatan (Pusdalkes)Pusat pengendali kesehatan (pusdalkes) merupakan organisasi komando
tanggap darurat bencana yang memiliki struktur terdiri dari :a. ketua pusdalkes;
Ketua bertugas dan bertanggungjawab untuk:1) mengaktifkan pusat pengendalian kesehatan (pusdalkes);2) membentuk pos pengendali kesehatan di lokasi bencana;3) membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan operasi kesehatan saat tanggap darurat bencana;4) melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumber daya manusia kesehatan, peralatan dan logistik kesehatan serta berwenang memerintahkan para pejabat yang mewakili instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.
b. bidang operasi;Bidang operasi bertugas dan bertanggung jawab atas penilaian cepatmasalah kesehatan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit dan rumah sakit, evakuasi medis, perlindungan kesehatan pengungsi, serta pemulihan prasarana dan sarana kesehatan dengan cepat, tepat, efisien dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan tanggap darurat bencana.
c. bidang perencanaan;Bidang perencanaan bertugas dan bertanggung jawab atas pengumpulan,analisis data dan informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatansaat penanganan tanggap darurat bencana dan menyiapkan dokumenrencana serta laporan tindakan operasi tanggap darurat.
d. bidang logistik dan peralatan;Bidang logistik dan peralatan bertugas dan bertanggung jawab:
1) menyediakan fasilitas, jasa, dan bahan‐bahan serta perlengkapanuntuk pelayanan kesehatan saat masa tanggap darurat;
2) melaksanakan koordinasi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi bantuan logistik dan peralatan kesehatan;3) melaksanakan penyelenggaraan dukungan, air bersih dan sanitasi umum;
e. bidang administrasi keuangan;Bidang Administrasi Keuangan bertugas dan bertanggungjawab:1) melaksanakan administrasi keuangan;2) menganalisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap darurat bencana di bidang kesehatan;3) mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando tanggap darurat bencana yang terjadi.
1.2Tahap penyiagaanTahap ini bertujuan untuk menyiagakan semua sumber daya baik
manusia maupun logistik yang sudah disiapkan pada masa sebelum terjadi bencana. Tahap ini dimulai sejak informasi kejadian bencana diperoleh hingga mulai tahap upaya awal. Tahap ini mencakup peringatan awal, penilaian situasi dan penyebaran informasi kejadian. Peringatan awal berupa informasi kejadian bencana dapat berasal dari laporan masyarakat, media massa, perangkat pemerintah daerah atau berbagai sumber lainnya. Sesaat setelah terjadi bencana, petugas kesehatan yang berada di lokasi bencana segera melakukan penilaian awal (initial assessment) untuk mengidentifikasi krisis kesehatan. Penilaian awal ini berupa informasi singkat yang segera dilaporkan ke Pusdalkes. Contoh form penilaian awal dapat dilihat pada Form B1.
Jika informasi kurang memadai, segera dikirim Tim Rapid Health Assessment (RHA) untuk memastikan kejadian, menilai besarnya dampak kejadian dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi yang kurang atau tidak tersedia di lokasi bencana. Informasi kurang memadai yang diakibatkan karena kerusakan infrastruktur yang ditandai dengan putusnya jalur komunikasi harus direspon sebagai tanda peringatan bahaya sehingga Tim Reaksi Cepat (TRC) dapat disiapkan untuk segera dikirim ke lokasi bersama dengan Tim RHA.
1.3. Tahap upaya awal (initial action) RHA merupakan salah satu upaya awal saat tanggap darurat yang
dilakukan untuk mengetahui besar masalah, potensi masalah kesehatan yang mungkin terjadi saat bencana serta kebutuhan sumber daya yang harus 42 segera dipenuhi agar penanganan bencana dapat berdaya guna dan berhasil guna. lingkungan. Anggota tim sebaiknya memiliki kerja.
1.4. Tahap rencana operasi a. Menyusun rencana operasi
Rencana operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat harus merujuk pada hasil rekomendasi RHA dan informasi penting lainnya dari sektor
terkait, seperti masalah keamanan, pencemaran bahan‐bahan berbahaya dan lain‐lain. Kompetensi tenaga medis dan perlengkapan yang disiapkan harus sesuai dengan rekomendasi RHA. b. Keselamatan
Dalam semua tahap operasi, keamanan dan keselamatan merupakan faktor paling utama yang harus diperhatikan semua petugas kesehatan. penggunaan
1.5. Tahap operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat a. Pencarian dan penyelamatan
Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh Tim SAR (Basarnas atau Basarda) dan dapat berasal dari tenaga suka rela bila dibutuhkan. Tim ini akan: 1) melokalisasi korban; 2) memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat penampungan; 3) memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian); 4) memberi pertolongan pertama jika diperlukan;
Sumber:Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana.2011