LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN DALAM
PROSES PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN GULA
DI PG. MADUKISMO YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
SATRIA ASA NEGARA
F14070084
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN DALAM
PROSES PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN GULA
DI PG. MADUKISMO YOGYAKARTA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
Disusun Oleh:
SATRIA ASA NEGARA
NRP: F14070084
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si.
NIP. 196408131991021001
MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN DALAM
PROSES PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN GULA
DI PG. MADUKISMO YOGYAKARTA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
Disusun Oleh:
SATRIA ASA NEGARA
NRP: F14070084
Disetujui,
Pembimbing Lapangan
Budi Trijanggono S, S.T.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Lapangan sesuai sesuai
ketentuan petunjuk PL.
Pengambilan data laporan berdasarkan hasil pengamatan, wawancara,
serta diskusi dengan pembimbing lapangan dan karyawan. Segala upaya
pembimbing talah tercurahkan melalui arahan, diskusi, serta petunjuk langsung
sebagai aplikasi teori dan praktek lapangan sehingga pelaksanaan Praktek
Lapangan dapat berjalan sesuai sengan pedoman yang diberikan.
Dengan selesainya penulisan laporan Praktek Lapangan ini, penulis
mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan segala fasilitas kepada:
1. Direktur PT. Madu Baru
2. Sutanto selaku Kepala Bagian Pabrikasi
3. Budi Trijanggono S, S.T. selaku pembimbing lapangan
4. Seluruh staf dan karyawan PG dan PS Madukismo yang telah membantu
pelaksanaan PL
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Ir. Sam Herodian, M.Eng. Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB
2. Dr. Ir. Desrial, M.Eng. selaku Kepala Departemen Teknik Pertanian IPB
3. Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M. Si. selaku dosen pembimbing
4. Seluruh Dosen, asisten dan karyawan IPB yang telah memberikan bekal
Praktek Lapangan
5. Teman- teman Departemen teknik Pertanian yang telah membantu
6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian PL yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Akhirnya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN
LEMBAR PENGESAHAN PABRIK
SURAT KETERANGAN SELESAI PL
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gula merupakan salah satu produk yang sering digunakan oleh
masyarakat dalam melengkapi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-
hari walaupun tidak semua orang mengetahui proses pembuatan gula.
Kelancaran dari berbagai tahap proses pembuatan gula sanagat
berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Proses pengemasan
dan penyimpanan tidak kalah pentingnya dari pembuatan gula mulai dari
tebu hingga menjadi kristal gula. Apabila gula hasil produksi tidak
dikemas dengan baik maka akan dapat menurunkan nilai tambah dari
produk. Oleh karena itu dengan adanya penerapan kemajuan teknologi
mampu meningkatkan efisiensi untuk menekan biaya operasional. Selain
itu juga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan untuk mencapai
hasil semaksimal mungkin.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah proses penyimpanan.
Apabila tidak di simpan pada tempat dan kondisi yang semestinya akan
dapat mengakibatkan kerusakan bahkan nilai jual dari gula itu sendiri.
Misalnya dengan perancangan lantai yang tidak sesuai mampu
menyebabkan kerusakan produk bahkan dapat menyebabkan pembusukan.
Desain, konstriksi, suhu, dan kelembaban juga sangat berpengaruh dalam
suatu bangunan penyimpanan. Hal ini merupakan salah satu alasan
mengapa penulis mengambil mengambil judul tentang proses pengemasan
dan penyimpanan.
Praktek lapangan merupakan suatu kegiatan studi yang
diselenggarakan untuk mengembangkan wawasan tentang penerapan
aspek teoritis yang telah diperoleh untuk diterapkan pada suatu kegiatan
industry yang sesunggihnya. Tentu saja hal ini sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan pengalaman dan pengetahuan serta kemampuan analisis di
dalam dunia kerja.
B. Tujuan
1. Membina keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teori ilmu
pengetahuan pada kegiatan yang berlangsung di tengah
masyarakat.
2. Meningkatkan daya analisis terhadap permasalahan yang nyata
dalam profesi keteknikan pertanian.
3. Memperluas wawasan tentang lapangan kerja yang mungkin
dipilih sebagai bidang profesi.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Praktek Lapangan dilaksanakan di P.G.
Madukismo- PT. Madu Baru, D.I. Yogyakarta. Praktek lapangan
dilakukan selama 40 hari kerja efektif antara tanggal 23 Juni 23 Agustus
2010.
D. Metoda
Berbagai informasi dan data yang di dapat dari pelaksanaan
Praktek Lapangan diperoleh dengan cara:
1. Pengamatan secara langsung terhadap objek.
2. Wawancara dengan staf dan karyawan
3. Pencatatan data sekunder
4. Diskusi
5. Pengukuran
BAB II
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Sebelum perang dunia II yaitu pada masa pemerintahan Hindia
Belanda, di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat kurang lebih 17 pabrik
gula seperrti: P.G. Cebongan, P.G. Ganjaran, P.G. Gesikan, P.G. Kedaton,
P.G. Padokan, P.G. Medari, P.G. Wonopati. Pada tahun 1942, Jepang
masuk ke Republik Indonesia dan menguasai pabrik gula. Keadaan ini
terus berlangsung hingga diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak itu seluruh pabrik gula direbut dari
Jepang dan dibumihanguskan.
Pabrik Gula Madukismo oleh pemerintah tetap dipertahankan dan
diperbaiki pada tanggal 14 Juni 1955 pada masa pemerintahan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX. Pembangunan PG. Madukismo ditangani oleh
kontraktor Machine Fabrick Sangerhausen dari jerman Timur.
Pembangunan pabrik tersebut merupakan kerjasama antara BP3 (Badan
Pelaksana Perusahaan Perkebunan) yang akhirnya menjadi YAKTI (
Yayasan Kredit Tani Indonesia). Saham- saham dari badan usaha ini
sebagian dibeli oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebesar 75% dan
pemerintah RI sebesar 25%.
P.G. Madukismo merupakan tempat produksi gula yang bahan
bakunya berasal dari penduduk sekitar. Dengan demikian, tujuan didirikan
pabrik ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu menambah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
2. Untuk menampung para buruh pabrik gula yang kehilangan
pekerjaanyya
3. Menambah pendapatan pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Kemudian pada tanggal 31 Maret 1958 merupakan peletakan batu
terakhir yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Selanjutnya pada tanggal 29 Mei 1958 P.G. Madukismo diresmikan oleh
Presiden Soekarno. Pada tahun inilah pabrik sudah mulai beroperasi tetepi
mesin belum berjalan lancer dan terpaksa bahan baku yang telah tersedia
digilingkan ke P.G. Gondang Baru, Klaten. Oleh karena itu, diadakan
pelatihan dan penyempurnaan mesin sehingga pabrik dapat beroperasi
dengan baik.
Pada tahun 1962 pemerintah Republik Indonesia mengambil alih
semua perusahaan yang ada di Indonesia. Dengan demikian P.G.
Madukismo berubah status menjadi bagian dari BPUPPN (Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara). Pada tahun 1966 status
P.G. Madukismo berubah lagi menjadi Perseroan Terbatas dan disebut
pabrik gula Madu Baru PT yang membawahi Pabrik Gula Madukismo dan
Pabrik Spirtus Madukismo. Kemudian sejak tanggal 4 maret 1984 dikelola
oleh pemerintah RI dengan persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Pengelola perusahaan ini adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam operasionalnya PT. Madu Baru dibantu sepenuhnya oleh
ahli-ahli dari PT. Imaco, Surabaya yang merupakan bagian dari PT. RNI
sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancer dan mampu
meningkatkan produksi tiap tahun.
B. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
P.G. madukismo dibanguan di bekas Pabrik Gula Padokan yang
terletak 5Km de Selatan Yogyakarta, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
D. Ketenagakerjaan
Proses produksi di PG. Madukismo berlangsung selama 7 hari
dalam satu minggu, dengan kata lain setiap hari menjalankan proses
produksi. Oleh karena itu, untuk mengendalikan proses produksi dibagi
menjadi tiga shift yang masing-masing berlangsung selama delapan jam,
yaitu:
a. Shift pertama jam kerja dimulai pukul 06.00 14.00 WIB
b. Shift kedua jam kerja dimulai pukul 14.00 22.00 WIB
c. Shift ketiga jam kerja dimulai pukul 22.00 06.00 WIB
Pergantian shift ini berlangsung dalam proses produksi yang
dilakukan secara bergilir/ bergantian satu minggu sekali, sedangkan untuk
karyawan pembagian kerjanya sebagai berikut:
a. Hari seninKamis, jam kerja mulai pukul 06.30 15.00 WIB
b. Jam istirahat pukul 11.30 12.30 WIB
c. Hari Jumat-Sab tu, jam kerja mulai pukul 06.30 11.30 WIB
Karyawan di PG. Madukismo terdiri dari 2 sifat hubungan kerja
dengan perusahaan, yaitu:
1. Karyawan tetap
Merupakan karyawan yang bekerja hingga masa pension
atau pengunduran diri, memiliki golongan kerja dan bekerja di
bidang administrasi. Karyawan tetap terdiri dari karyawan
pimpinan dan karyawan pelaksana
2. Karyawan tidak tetap
Merupakan karyawan yang bekerja sesuai dengan
kebutuhan produksi, memiliki masa kontrak kerja dan memiliki
golongan kerja. Karyawan tidak tetap terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
a. Karyawan dalam pabrik, yaitu karyawan yang
melakukan pekerjaan proses pembuatan alcohol.
b. Karyawan luar pabrik, yaitu pekerja yang melakukan
pekerjaan diluar proses produksi seperti penanganan
limbah, satpam, administrasi produksi, dan administrasi
gudang hasil akhir.
c. Karyawan borongan, yaitu karyawan yang tidak terkait
langsung dengan proses produksi dan mendapatkan
upah sacara borongan dan berdasarkan atas kesepakatan
kerja yang dilakukan
Proses produksi PG/PS Madukismo berlangsung secara
otomatis namun pengawasan proses dan pengendalian bahan baku
masih tergantung pada tenaga manusia, sehingga proses produksi
yang ada tidak terlepas dari dukungan kerja, baik karyawan tetap,
karyawan tidak tetap, maupun borongan.
E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Secara umum, yang berkaitan dengan keselaman kerja adalah:
1. Kecelakaan yang terjadi selama, akan, dan saat menjalankan
tugas
2. Kematian karyawan akibat kecelakaan kerja
3. Karyawan yang sedang sakit tetap diberi upah
4. Cacat fisik karyawan akibat kecelakaan
Beberapa tindakan yang dilakukan manajemen dalam menciptakan
kesehatan dan keselamatan kerja yang berhubungan dengan jaminan social
yaitu:
1. Memasang slogan dan peringatan akan bahaya kecelakaan di
setiap stasiun kerja atau tempat- tempat strategis lainnya.
2. Memberikan asuransi kecelakaan kerja berupa santunan
kecelakaan kerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
3. Memberikan waktu cuti kepada pekerja, dan cuti melahirkan
bagi karyawan yang akan melahirkan.
4. Memberikan premi bagi pekerjaan yang berat dan berbahaya
seperti pada stasiun limbah dan penyulingan
5. Pemberian sarana ekstra berupa segelas susu bagi pekerja yang
bekerja di tempat yang mengandung racun dan berbahaya.
6. Menyediakan fasilitas kesehatan berupa poliklinik dan dokter/
perawat bagi keluarga karyawan.
7. Menyediakan mes bagi pekerja tetap yang tidak memiliki
rumah pribadi
8. Dilaksanakan program JAMSOSTEK terhadap seluruh
karyawan
9. Adanya jaminan hari tua (diberikan hak pension bagi karyawan
tetap)
10. Adanya koperasi karyawan
11. Terdapat sarana olahraga
12. Kesempatan rekreasi
BAB III
ASPEK PRODUKSI
Proses produksi Pabrik Gula Madukismo dalam mengolah bahan baku
tebu menjadi gulamenggunakan sistem kontinyu , sedangkan dalam pengaturan
tebu yang akan digilingmenggunakan system FIFO (First In First Out). Dimana
tebu yang dahulu masuk harus digiling terlebih dahulu. Proses pembuatan gula
harus malalui beberapa tahapan yang terdapat pada 7 stasiun yaitu:
1. Stasiun Persiapan
2. Stasiun Penggilingan
3. Stasiun Pemurnian
4. Stasiun Penguapan
5. Stasiun Pemasakan (Kristalisasi)
6. Stasiun Putaran
7. Stasiun Penyelesaian
A. Stasiun Persiapan
Sebelumnya, pada pengadaan bahan baku, Pabrik Gula Madukismo
menggunakan tebu yang berasal dari pertanian tebu rakyat intensifikasi (TRI)
maupun pertanian tebu yang diusahakan oleh pabrik sendiri. Areal penanaman ini
cukup luas yang mencakup kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo,
Temanggung Purworejo, dan Kebumen. Adapun ketentuan tebu yang baik
untuk diproses, yaitu memeiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Pertumbuhan cepat
b. Umur masak pendek
c. Hasil panen perhektar tinggi
d. Tahan terhadap penyakit
e. Memiliki rendemen yang tinggi
Pada stasiun persiapan dimualai dari penebangan tebu yang telah masak
pada umumnya tebu dengan umur 10-12 bulan. Untuk menentukan berat tebu
yang akan digiling, maka tahap berikutnya adalah penimbangan yang terdiri dari
timbangan truk dan timbangan lori. Proses penimbangan ini berfungsi untuk
mengetahui bobot tebu yang masuk dan digiling sebagai dasar perhitungan.
Tebu hasil panen di angkut dengan truk dan masuk ke timbangan bruto
(timbangan I) setelah ditimbang, tebu dipindahkan dengan menggunakan cane
crane ke lori untuk dibawa ke stasiun penggilingan untuk digiling. Kemudian
truk yang kosong menuju timbangan tarra (timbangan II) sebelum keluar dari
pabrik untuk mengetahui berat tebu yang diproses.
Adapun spesifikasi alat yang digunakan pada stasiun persiapan, yaitu:
Jenis
Spesifikasi
Timbangan
Bruto
Timbangan
Tarra Crane Cane
Merk Berkel Berkel
Jumlah Alat 1 buah 1 buah 2 buah
Kapasitas 30 ton 20 ton 20 ton
Waktu Timbang 3 menit 3 menit
Rata-rata berat muatan
truk 7 ton 7 ton
Siklus 4 menit
B. Stasiun Penggilingan (Pemerahan Nira)
Tebu yang talah di tebang dan di timbang supaya secepatnya digiling agar
kandungan gula di dalam tebu tidak mengalami kerusakan. Perhitungan tebu
yang digiling dilakukan setiap hari selama 24 jam mulai pukul 06.00-06.00 pada
hari berikutnya. Agar tebu tetap mempertahankan kualitasnya saat digiling, maka
perlu mamperhatikan hal- hal berikut:
a. Tebu tidak diperbolehkan terlalu lama tinggal di emplasement (+ 36
jam) agar rendemen tidak turun.
b. Hindari terkena sinar matahari secara langsung karena sel-sel tebu
akan mati, untuk itu di tanami pohon rindang.
c. Sebisa mungkin mengupayakan jangka waktu yang sungkat antara
penebangan dengan penggilingan.
Secara umum, stasiun penggilingan bertujuan untuk memisahkan nira tebu
dengan ampas untuk menghasilkan nira tebu sebanyak mungkin dengan menekan
kehilangan sukrosa yang terbawa ampas seminimal mungkin. Prinsip kerja
system penggilingan adalah dengan cara merusak didnding sel tebu agar
dihasilkan nira. Dengan demikian perlu adanya peralatan pendukun dalam proses
penggilingan tebu yang terdiri dari:
1. Cane Crane (pengangkat tebu)
Pengangkat tebu ini berfungsi untuk mengangkut tebu dari lori ke
meja tebu dengan kapasitas angkat sebesar 10 ton dengan daya angkut 5
ton setiap unit. P.G Madukismo mengoperasikan 2 unit cane crane yang
beroperasi selama 24 jam. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali angkut
adalah 3 menit. Sehingga kapasitas alat dapat diketahui dengan
menghitung:
Kapasitas alat :
2. Meja Tebu
Meja tebu berfungsi sebagai tempat meletakkan tebu sebelum
melewati cane carrier. P.G. madukismo memiliki 2 buah meja tebu yang
masing-masing berdimensi 6.5 meter x 5.5 meter dengan kecepatan 5
meter/menit.
3. Cane Carrier
Alat ini berfungsi sebagai pengatur tebu yang masuk dari meja tebu
menuju unigrator. Cane Carrier ini terbagi menjadi tiga, yaitu cane carrier
I, cane carrier II, dan cane carrier III yang masing- masing memiliki fungsi
dan ukuran yang berbeda. Cane carrier I berfungsi untuk membawa tebu
dari meja tebu ke cane carrier II. Cane carrier II berfungsi membawa tebu
dari cane carrier I menuju unigrator, sedangkan cane carrier II berfungsi
untuk membawa tebu yang sudah dalam bentuk cacahan menuju pesawat
gilingan.
4. Unigrator
Berfungsi untuk membuka sel-sel tebu agar pemerahan nira pada
stasiun penggilingan dapat maksimal. Prinsip kerja alaat ini adalah dengan
memecah bagian tebu yang keras sehingga terjadi penekanan dan
menyebabkan nira terperas. Pada unigrator terdapat dua buah silinder,
hammer (pemukul) dan pisau pemotong untuk mencacah tebu menjadi
bagian yang lebih kecil. Berikut spesifikasi unigrator di P.G. Madukismo:
Merk Dresser Rand
Tenaga Penggerak Turbin Uap
Jumlah Hammer 56 buah
Daya 1085 HP
Putaran normal 4500 rpm
Putaran maksimal 5000 rpm
Sumber : P.G. Madukismo
Proses pemerahan nira berlangsung dari tebu hasil cacahan di unigrator
dan diangkut menuju gilingan dengan cane carrier III kemudian diperas dengan
alat pemeras yang disebut gilingan. Pada P.G. madukismo menggunakan 5 set
gilingan yang masing-masing terdiri dari 3 buah silinder (muka, atas, dan
belakang). Silinder ini memiliki permukaan yang beralur yang bertujuan agar
tebu yang masuk akan tertekan yang menyebabkan cacahan tebu terperas niranya
serta untuk menghindari slip pada saat tebu melewati celah antara silinder. Proses
penggilingan tebu dapat dilihat pada gambar berikut:
Pada gambar di atas menggambarkan bahwa cacahan tebu masuk
kegilingan melalui bukaan muka dimana nira sudah terperas keluar, kemudian
cacahan tebu dari bukaan muka masuk ke bukaan belakang. Dengan demikian,
nira yang didapat hanya berasal dari gilingan I dan gulingan II sedangkan
gilingan hanya sirkulasinya. Pemberian air imbibisi pada proses penggilingan
bertujuan untuk mencegah kehilangan gula di dalam ampas, sehingga dengan
adanya pembasahan air imbibisi menyebabnya gula yang masih terkandung
dalam ampas dapat diperkecil dan nira yang masih terkandung akan terperas
keluar. Air imbibisi ini harus memenuhi standar ketentuan pabrik. P.G.
Madukismo pemberian air imbibisi adalah 30% tebu yang digiling dengan suhu
maksimal 70oC dan kualitas air yang digunakan harus bersih, apabila air kotor
akan meningkatkan kotoran terlarut di dalam nira.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat menyebabkan kehilangan kandungan
gula, untuk itu perlu adanya proses sanitasi yang dilakukan dengan cara
pemberian zat kimia dan susu kapur, serta saluran nira terbuat dari bahan tahan
karat. Nira yang keluar dari gilingan secepatnya harus diproses lebih lanjut
karena apabila terlalu lama akan menyebabkan nira menjadi rusak dan sulit untuk
diolah di stasiun selanjutnya.
C. Stasiun Pemurnian
Stasiun pemurnian bertujuan untuk menghilangkan komponen bukan gula
yang terdapat di dalam nira sehingga didapatkan kerusakan sukrosa sekecil
mungkin. Pada P.G. Madukismo menggunakan sistem pemurnian sulfitasi
dimana system pemurniannya dengan menggunakan gas belerang (SO2). Proses
pemurnian berawal dari penimbangan nira hasil penggilingan. Nira mentah dari
gilingan dipompa menuju timbagan nira mentah (timbangan bolougne) yang
memiliki kapasitas 5 ton. Timbangan ini beroperasi selama 24 jam. Setelah
penimbangan, kemudian nira dipanaskan dengan Voor Warmer (pemanas
pertama) dengan suhu nira pada akhir pemanas mencapai 75oC. Di dalam Voor
Warmer, nira akan bersirkulasi. Pada uap pemanas, setelah melakukan
pemanasan terhadap nira akan terkondensasi dan keluar melalui pipa kondesat.
Gas-gas yang terdapat dalam badan pemanas yang tidak terembunkan
dikeluarkan mwelalui pipa amoniak.
Pada proses pemanasan pertama bertujuan agar bakteri pembusuk mati.
Setelah melalui pemanasan pertama, kemudian terjadi proses defekasi yang
terjadi di dalam reactor yang disebut defecator. Pada defecator tambahkan susu
kapur (Ca (OH)2) yang akan mengakibatkan endapan kalsium phospat kemudian
di tambahkan gas belerang yang dapat menghasilkan kalsium sulfit. Selanjutnya
nira di panaskan dengan suhu 105oC dengan prmanas kedua (VW II) yang
bertujuan untuk menyempurnakan reaksi antara kapur dengan nira dan untuk
menghilangkan gas hasil reaksi. Selanjutnya, nira di alirkan menuju Door
Clarifier yang bertujuan untuk memisahkan nira kotor dan nira jernih. Nira jernih
akan di uapkan di stasiun penguapan dengan evaporator, sedangkan nira kotor di
proses dengan Rotary Vacum Filter untuk memisahkan blotong (ampas dengan
kandungan nira rendah) dengan nira tapis. Nira tapis ini akan dip roses lebih
lanjut dengan dimurnikan kembli bersama nira mentah, sedangkan blotong
dimanfaatkan sebagai pupuk. Nira hasil pemanasan kedua (VW II) selanjutnya
dipanaskan lagi dengan suhu 105oC di pemanas ketiga (VW III). Pemanasan ini
bertujuan untuk mempersiapkan nira sebelum memasiki stasiun penguapan agar
beban pemanasan pada stasiun penguapan lebih ringan.
D. Stasiun Penguapan
Proses penguapan bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung di
dalam nira encer dengan menekan kerusakan gula seminimal mungkin sehingg
didapatkan nira kental yang mempunyai brix 60-64. Factor yang perlu
diperhatikan dalam proses penguapan adalah waktu penguapan sebisa mungkin
dengan kecepatan tinggi, tingkat kerusakan gula, biaya rendah. Untuk
menghindari perusakan sukrosa karena pengaruh suhu dan waktu, P.G.
Madukismo menggunakan system quadruple effect yang disusun secara
interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Dengan demikian nira
encer dengan kadar brix 13%-14% dapat keluar mencapai 60%-64% brix.
Dengan rumus :
maka dapat diketahui total air
yang diuapkan dimana,
W = total air yang diuapkan
NE = berat nira encer
bne = brix nira encer
bnk = brix nira kental
misalkan kapasitas giling PG Madukismo 4000 kg/ jam
NE = 85% tebu
Bne = 13
Bnk = 63
W =
= 2686 kg/jam
PG. Madukismo memiliki lima buah badan penguap (evaporator) yang
masing-masing memiliki spesifikasi sebagai berikut:
BP I BP II BP III BP IV BP V
LP 1500 1500 1100 1100 1190
Jumlah Pipa (buah) 4982 4982 3331 3331 4280
Diameter Pipa (mm) 42/44 42/44 42/44 42/44 42/44
Panjang Pipa 2400 2400 2400 2400 2400
Dari kelima badan, yang beroperasi 4 badan evaporator dan 1 badan lagi
dibersihkan dari kerak yang dilakukan secara bergantian. Pembersihan ini
bertujuan agar tidak ada endapan atau kerak dengan menggunakan soda dan
tripospat.
Nira kental yang berwarna gelap akibat zat-zat warna karena suhu tinggi
diberi gas SO2 sampai PH 5.3-5.5 agar warnanya menjadi terang yang tidak akan
mempengaruhi kualitas gula. Adapun alat
E. Stasiun Kristalisasi
Proses kristalisasi bertujuan untuk mengambil sukrosa sehingga
didapatkan tingkat kemurnian yang tinggi berupa Kristal dengan menekan
kehilangan gula sekecil mungkin dalam waktu yang singkat. PG. Madukismo
menggusakan system masakan 3 tingkat, yaitu A, C, dan D. Perbedaan dari
tingkat masakan ditentukan oleh tinggi rendahnya kemurnian nira mentah.
Dalam proses kristalisasi, PG. Madukismo menggunakan 13 pan
kristalisasi. Pan tersebut memiliki penggunaan yang berbeda yaitu, pan 1 dan 2
digunakan untuk memasak bibitan A, pan 3, 4, 5, dan 6 digunakan untuk
memasak masakan A, pan 7 dan 8 digunakan untuk memesak masakan C, pan 9
digunakan untuk memasak bibitan D, sedangkan pan 10, 11, 12, dan 13 digunakan
untuk memasak masakan D. berikut spesifikasi setiap masakan:
No. LP (m) Volume (HL)
1. 140 200
2. 140 200
3. 275 400
4. 100 150
5. 100 150
6. 240 350
7. 240 350
8. 200 270
9. 200 270
10. 200 270
11. 200 270
12. 200 270
13. 275 400
Dalam proses kristalisasi, masakan A nenggunakan nira kental, clare SHS,
dan bibit gula C sebagai bahan masakan yang kemudian didinginkan dan diputar
pada putaran A yang akhirnya menghasilkan gula A dan stroop A. Stroop A dan
bibit gula D II digunakan sebagai masakan C. Setelah masan tua, kemudian
diturunkan pada palung pendingin C lalu diputar pada putaran C dan akan
menghasilkan gula C serta stroop C. Gula C ini digunakan sebagai bibit masakan
A sedangkan stroop C digunakan sebagai bahan masakan D, sebagai bibitnya
digunakan fondan (gula halus dengan ukuran Kristal tertentu). Jika masakan D
telah tua, kemudian diturunkan dan diputar pada putaran kontinyu dan dihasilkan
gula D1 dan tetes. Gula D1 ini diputar pada putaran D2, sehingga dihasilkan gula
D2 dan clare D. Gula D2 ini digunakan untuk masakan C dan sebagian lagi
dilebur untuk dikirim ke peti nira kental dan diproses dengan sulfitir bersama nira
kental untuk diolah menjadi masakan A. pada dasarnya, proses pembentukan
kristal terjadi apabila larutan sukrosa dihilangkan airnya maka akan dihasilkan
larutan jenuh dan kental. Sebagai pendingin, hasil masakan ditampun di palung
pendingin. Palung pendingin terbuat dari plat besi yang dibengkokkan dalam
bentuk U,muka, dan belakang dipasang tutup, sedangkan pada tutup bagian
tengah terdapat poros yang dilengkapi dengan pengaduk berbentuk spiral dengan
kecepatan aduk 0.5rpm. pada bagian luar palung pendingin dialiri air dingin lewat
pipa selubung yang mengaliri palung. Di dalam palung pendingin ini terjadi
proses pendinginan yang lambat dan proses kristalisasi lanjut. Terjadinya
pengkristalan lanjut sebagai akibat dari pendinginan tanpa terjadi kristal baru.
F. Stasium Puteran
Masakan dari stasiun kristalisasi yang telah didinginkan di palung
pendingin kemudian dipisahkan antara Kristal dengan larutannya. Pemisahan ini
dengan menggunakan centrifugal yaitu suatu alat yang menggunakan gaya pusing
sebagai pendorong. Di dalam centrifugal, bahan padat bertahan di tempat
sedangkan cairannya dipaksa pindah dengan kecepatan tinggi. Proses ini akan
mengakibatkan stroop terlempar kemudian mengalir ke talang yang dipasang
sepanjang instalasi putaran. Salanjutnya gula dikeluarkan dengan cara
mengangkat tutup yang berbentuk kerucut dan gula du garuk dari dinding dan di
arahkan keluar melalui lubang yang kemudian gula diterima oleh talang yang
dilengkapi dengan screw conveyor atau talang goyang.
Puteran yang di gunakan di PG. Madukismo terdapat 2 macam yaitu
puteran kontinyu dan puteran diskontinyu. Puteran kontinyu digunakan untuk
masakan D dan C. masakan D turun dan masuk ke palung pendingin kemudian
dipompa ke talang mixer D kemudian masuk ke puterann kontinyu yang bekerja
dengan gaya centrifugal sehingga kristall terlempar menjauhi pusat menuju
dinding saringan yang berbentuk konus sehingga gula akan naik dan meluap dan
larutannya akan melewati saringan dan turun menuju bak penampung. Untuk
putaran D1 menghasilkan gila D1 dan tetes, putaran D2 menghasilkan gula D2
dan klare D(cucian). Sedangkan masakan C dipompa ke talang mixer C kemudian
masuk ke putaran kontinyu. Putaran C akan menghasilkan gula C dan stroop C.
Puteran diskontinyu berfungsi untuk memutar gula A dan SHS sebagai
gula produk. Masakan dipompa ke talang mixer yang berada di atas putaran dan
lewat pengisian masakan untuk dipisahkan Kristal dengan stroopnya. Hasil
pemutaran diskontinyu untuk masakan A menghasilkan gula stroop A. kemudian
gula di mixer di tambahkan sedikit air dan dipompa menuju mixer SHS dan
diputar yang kemudian menghasilkan gula produk.
Spesifikasi alat centrifugal
Puteran Merk Kapasitas Jumlah Rpm
A Broadbent 8.66 ton/jam 3 buah 1000
C FC 1000 8 ton/jam 2 buah 1200
D1 BMAK 1100 8 ton/jam 4 buah 2000
D2 BMAK 850 9 ton/jam 3 buah 2000
SHS Verb Machiner 4.62 ton/jam 6 buah 1000
G. Penyelesaian
Gula yang diturunkan dari putaran SHS berupa gula kasar dan gula halus
yang tercampur dengan gula produk. Gula hasil putaran tersebut masih memiliki
suhu yang cukup tinggi dan gula masih dalam keadaan basah. Oleh karena itu
perlu adanya proses pengeringan. Pengeringan ini bertujuan agar air yang
terkandung di dalam gula tidak melebihi ketentuan yang telah ditetapkan pabrik
sebagai standar kualitas. Gula yang masih basah akan lebih mudah rusak, baik
karena sifat alaminya maupun karena jasad renik. Pada stasiun penyelesaian, PG
Madukismo berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu:operasi pengeringan dan
penyaringan, pengemasan, dan penyimpanan.
Operasi pengeringan gula yang keluar dari putaran SHS turun melalui
talang goyang dan tangga yacob yang kemudian dibawa menuju pengering gula di
dalam ruangan tertutup dengan dihembuskan udara dengan suhu 85oC-95
oC
kemudian didinginkan dengan menghembuskan udara dingin dari cooling fan,
hembusan udara dengan tekanan 4 kg/cm denagn menggunakan fan. Gula hasil
pendinginan kemudian menuju grasshopper conveyor/ talang goyang/ encek-
encek.
Proses selanjutnya adalah penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan
gula kasar, gula halus, dan gula produk. Dalam hal ini, gula halus akan diproses
dan dilebur dan dugunakan sebagai bibit. Sedangkan gula kasar akan diroses
untuk dilebur kembali dan dipompa menuju peti sulfitasi nira kental dan
digunakan sebagai bahan masakan. Ukuran saringan gula kasar dengan ukuran 64
mesh, sedangkan gula produk dengan ukuran 180 mesh.
Selanjutnya untuk proses pengemasan dan penyimpanan akan di jelaskan
pada bab selanjutnya.
BAB IV
PENGEMASAN
A. Proses Pengemasan
Proses pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi
dan memperpanjang umur produk berada dalam kondisi yang baik dan aman
selama penyimpanan. Pada PG. Madukismo memiliki tiga jenis
pengemasan, yaitu:
1. Pengemasan otomatis karung 50 kg
Proses pengemasan ini berawal dari penimbangan otomatis dari
dasar silo kemudian gula produk turun dari silo yang secara otomatis
dapat dikemas dalam karung 50 kg netto. Bahan pengemas yang
digunakan adalah dengan menggunakan plastic PVC yang dilengkapi
kemasan karung plastic sebagai inner bag. Gula yang telah tertimbang
50 kg setelah masuk ke dalam karung akan dibawa konveyor dan menuju
timbangan manual. Timbangan manual ini berfungsi untuk melihat
kembali apakah berat yang di hasilkan dari timbangan otomatis telah
akurat apa tidak. Apabila kelebihan dari berat yang seharusnya, maka isi
gula di dalam karung akan di kurangi, begitu juga sebaliknya agar berat
yang dihasilkan tepat 50 kg. Setelah karung tertimbang dengan tepat,
kemudian dijahit dengan screwing machine automatis.
2. Pengemasan retail otomatis 1kg
3. Pengemasan retail manual 1 kg
B. Konstruksi Bangunan
C. Jenis alat yang digunakan
BAB V
PENYIMPANAN
A. Kondisi Gudang
B. Denah Gudang
C. Peralatan Pendukung
BAB VI
PEMBAHASAN
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN