Top Banner
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IDIL FARHAN, S.Farm. 1306343675 ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014 Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014
143

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

Nov 29, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55

JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN

PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

IDIL FARHAN, S.Farm.

1306343675

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 2: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55

JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34 K JAKARTA SELATAN

PERIODE 03 APRIL – 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

IDIL FARHAN, S.Farm.

1306343675

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 3: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai

dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, Juni 2014

Idil Farhan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 4: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan praktek kerja profesi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua baik yang dikutip atau dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Idil Farhan

NPM : 1306343675

Tanda Tangan :

Tanggal : Juni 2014

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 5: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 6: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA) di di Apotek Kimia Farma No.55 Jalan Kebayoran Lama No.34 K Jakarta

Selatan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Apoteker di Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

Pada penulisan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan,

serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

2. Dr. Hayun M.Si., Apt., selaku ketua program profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia dan Pembimbing PKPA yang telah membantu

dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan

dalam penyusunan laporan ini..

3. Wahyu Dwi Purnomo, S.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA yang telah

membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA

berlangsung.

4. Dr. Katrin M.S., Apt. selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta

arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.

5. Seluruh Pegawai di Apotek Kimia Farma No.55 Jalan Kebayoran Lama

No.34K Jakarta Selatan yang telah menerima dan membantu penulis selama

melaksanakan kegiatan PKPA.

6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

7. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan

moral dan material kepada penulis.

8. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang

bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas

Indonesia.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 7: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

v Universitas Indonesia

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

secara langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada

kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan

pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam

laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

2014

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 8: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

vi Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Idil Farhan

NPM : 1306343675

Fakultas : Farmasi

Jenis Karya : Laporan kerja praktek profesi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farman no. 55

Kebayoran Lama Periode 3 April – 10 Mei 2013

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : Juni 2014

Yang menyatakan

(Idil Farhan)

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 9: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Idil Farhan, S.Farm

NPM : 1306343675

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia

FArma no. 55 Kebayoran Lama periode 3 April – 10 Mei

2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker yang diadakan di Apotek Kimia Farma no. 55

Kebayoraln Lama bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola

apotek (APA) di apotek dan memahami kegiatan di apotek baik kegiatan teknis

kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan

berjudul pelakasanaan strategi pembelian produk, design layout dan

pengelompokan produk di swalayan Apotek Kimia Farma no. 55.

Kata kunci : Apotek Kimia Farma no. 55, Apotek, Self Service

Tugas umum : ix + 71 halaman; 9 gambar; 21 lampiran

Tugas khusus : v + 26 halaman; 8 gambar; 2 tabel; 2 lampiran

Daftar Acuan Tugas Umum : 10 (1997-2013)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 2 (2009-2010)

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 10: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Idil Farhan, S.Farm

NPM : 1306343675

Program Study : Apothecary profession

Title : Report of Apothecary Profession Internship at Kimia Farma

Apotek no. 55 Kebayoran Lama on April 3rd - May 10th

2014

Pharmacists Practice was being held at Kimia Farma Apotek Kebayoran Lama aims

to understand the duties and functions of pharmacy manager in pharmacies and to

understand the activities in both technical and non-technical pharmacist activity.

Given a special assignment titled activity of product buying, layout design and

produk categorize at self-service section in apotek

Keywords : Kimia Farma Apotek, Pharmacy, self-service

General Assignment : ix + 71 pages; 9 pictures; 21 appendices

Specific Assignment : v + 26 pages; 8 pictures; 2 table; 2 appendices

Bibliography of General Assignment: 10 (1997-2013)

Bibliography of Specific Assignment: 2 (2009-2010)

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 11: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

vi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ................................................................................. 3

2.1 Definisi Apotek .................................................................................. 3

2.2 Landasan Hukum Apotek .................................................................. 3

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek .................................................................. 4

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek ............................................................ 4

2.5 Tata Cara Perizinan Apotek ............................................................... 5

2.6 Pencabutan Surat Izin Apotek ........................................................... 6

2.7 Tenaga Kerja Apotek ......................................................................... 9

2.8 Apoteker Pengelola Apotek ............................................................... 9

2.9 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ........................................... 11

2.10 Pengelolaan Apotek ......................................................................... 12

2.11 Pelayanan di Apotek ........................................................................ 12

2.12 Perbekalan Farmasi .......................................................................... 15

2.13 Pengelolaan Narkotika ..................................................................... 18

2.14 Pengelolaan Psikotropika ................................................................. 22

2.15 Pengadaan Persediaan di Apotek ..................................................... 23

2.16 Pengendalian Persediaan di Apotek ................................................. 25

2.17 Strategi Pemasaran di Apotek .......................................................... 30

BAB 3. TINJAUAN UMUM ............................................................................... 32

3.1 PT. Kimia Farma Tbk ........................................................................ 32

3.1.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ................................. 32

3.1.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ....................... 33

3.1.3 Budaya Perusahaan .................................................................. 34

3.1.4 Logo PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ..................................... 35

3.2 PT. Kimia Farma Apotek ................................................................... 37

3.2.1 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek .................................. 37

3.2.2 Struktur Organisasi Kimia Farma Apotek ............................... 37

3.2.3 Layanan Plus Apotek Kimia Farma ........................................ 38

BAB 4. TINJAUAN KHUSUS ........................................................................... 40

4.1 Legalitas Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama .................. 40

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 12: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

vii Universitas Indonesia

4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran

lama .................................................................................................... 40

4.3 Struktur Organisasi dan Personalia di Apotek Kimia Farma No.55

Kebayoran Lama ................................................................................ 41

4.3.1 Apoteker Pengelola Apotek ..................................................... 41

4.3.2 Apoteker Pendamping ............................................................. 42

4.3.3 Asisten Apoteker ..................................................................... 42

4.4 Kegiatan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama .................. 43

4.4.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian ................................................. 43

4.4.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian ......................................... 51

BAB 5. PEMBAHASAN ...................................................................................... 53

5.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran

Lama .................................................................................................. 53

5.2 Personalia Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ............................. 54

5.3 Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Apotek Kimia Farma

No.55 Kebayoran Lama ..................................................................... 56

5.4 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan ................................................. 62

5.5 Kegiatan Administrasi dan Keuangan ............................................... 63

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 65

4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 65

4.2 Saran .................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

LAMPIRAN .......................................................................................................... 69

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 13: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

viii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penandaan obat bebas ................................................................. 16

Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas .................................................... 16

Gambar 2.3 Tanda peringatan pada obat bebas terbatas ................................ 17

Gambar 2.4 Penandaan obat keras .................................................................. 18

Gambar 2.5 Penandaan obat narkotika ........................................................... 18

Gambar 2.6 Diagram model pengendalian persediaan ................................... 28

Gambar 2.7 Matriks analisis VEN-ABC ........................................................ 30

Gambar 3.1 Logo Kimia Farma ...................................................................... 35

Gambar 5.1 Alur pelayanan resep ................................................................... 61

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 14: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

ix Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Posisi dan struktur organisasi kimia farma pusat.......................... 70

Lampiran 2. Posisi dalam struktur organisasi .................................................. 70

Lampiran 3. Alur proses pembelian obat narkotika dan psikotropika .............. 71

Lampiran 4. Alur proses pembelian obat non narkotika ................................... 72

Lampiran 5. Alur proses pembelian obat apotek berdiri sendiri ....................... 73

Lampiran 6. Contoh tabel skrining resep .......................................................... 74

Lampiran 7. Dokumentasi pasien home care .................................................... 75

Lampiran 8. Contoh catatan pengobatan pasien ................................................ 76

Lampiran 9. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien dengan resep

dokter ............................................................................................ 77

Lampiran 10. Contoh formulir monitoring efek samping obat ........................... 78

Lampiran 11. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi . 79

Lampiran 12. Contoh etiket dan label obat ......................................................... 80

Lampiran 13. Contoh copy resep ........................................................................ 81

Lampiran 14. Area swalayan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ... 82

Lampiran 15. Area ethical Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ........ 83

Lampiran 16. Lemari penyimpanan obat Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran

Lama ............................................................................................. 84

Lampiran 17. Ruang Racik Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama ....... 85

Lampiran 18. Contoh label kadaluarsa ................................................................ 85

Lampiran 19. Lemari Narkotika dan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.55

Kebayoran Lama ........................................................................... 86

Lampiran 20. Surat pesanan narkotika ................................................................ 86

Lampiran 21. Surat pesanan psikotropika ........................................................... 87

Lampiran 22. Daftar obat-obat golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No

55 .................................................................................................. 87

Lampiran 23. Daftar obat-obat golongan psikotropika di Apotek Kimia Farma 88

Lampiran 24. Daftar nama PBF (Pedagang Besar Farmasi) ............................... 90

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 15: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pekerjaan

Kefarmasian adalah berbagai kegiatan, meliputi pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Salah

satu sarana pelaksanaan pekerjaan kefarmasian adalah di apotek.

Apotek merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan yang turut

berperan dalam mewujudkan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Apotek berfungsi sebagai sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman,

bermutu, berkhasiat serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga

berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga

kesehatan lainnya sehingga kedua pihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang

benar tentang obat dan turut meningkatkan penggunaan obat yang rasional

(Departemen Kesehatan RI, 2004).

Selain sebagai tempat pengabdian apoteker, apotek juga berfungsi sebagai

lahan bisnis. Apotek yang dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan yang

cukup besar. Oleh karena itu, apoteker perlu mengetahui konsep managemen dan

bisnis di apotek.

Agar dapat mengelola apotek dengan baik, maka apoteker harus memahami

pengelolaan perbekalan farmasi apotek, manajemen apotek serta pelayanan

kefarmasian. Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk

meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam

menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dari tanggal 3 – 30 April 2013.

Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 16: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

2

Universitas Indonesia

calon apoteker mengenai peranan apoteker, kegiatan manajerial serta pelayanan

kefarmasian di apotek dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek.

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma

No.55 Kebayoran Lama Jakarta Selatan adalah:

1. Mempelajari kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis yang

menjadi tanggung jawab apoteker secara langsung di Apotek Kimia Farma

No. 55 Kebayoran Lama.

2. Mempraktekkan pelayanan kefarmasian di apotek secara profesional sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan etika yang berlaku dalam sistem

pelayanan kesehatan di Indonesia.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 17: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam

pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

yang dimaksud dengan apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat. Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa apotek adalah

sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker

(Peraturan Pemerintah No.51, 2009).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009,

pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian

atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat

tradisional (Peraturan Pemerintah No.51, 2009).

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat

yang diatur dalam:

a. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

c. Undang – Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 18: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

4

Universitas Indonesia

f. No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek.

g. Undang – Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

i. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun

1965 tentang apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan fungsi

apotek adalah sebagai berikut:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 6 adalah sebagai berikut (Daris,

2008):

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya

yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan

komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan

farmasi.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 19: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

5

Universitas Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa (Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1027, 2004):

a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat.

b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.

c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.

d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari

aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

penyerahan.

e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk

memperoleh informasi dan konseling.

f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat,

serangga.

g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin

2.5 Tata Cara Perizinan Apotek

Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI

kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek

(PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu (Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002). Izin apotek diberikan oleh Menteri yang

melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(Peraturan Pemerintah No.51, 2009).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara

Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002):

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.

b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 20: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

6

Universitas Indonesia

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan contoh formulir APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak

dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh

formulir APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan

menggunakan contoh formulir APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala

Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan

permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam

jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan

surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model

APT-7.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 21: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

7

Universitas Indonesia

2.6 Pencabutan Surat Ijin Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/Menkes/SK/X/2002, 2002)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002

Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin,

pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu

setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut

surat izin apotek apabila:

a. Apoteker tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek.

b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan

dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya

terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena

sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan, seharusnya dimusnahkan

dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh

Menteri.

c. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari

2 (dua) tahun secara terus menerus.

d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang – Undang No.22 tahun 1997 tentang

Narkotika, Undang– Undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang –

Undang Obat Keras No. St. 1973 No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992

tentang Kesehatan, serta ketentuan perundang − undangan lain yang berlaku.

e. Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut.

f. Pemilik Sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan

di bidang obat.

g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik

merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Ketentuan mengenai pencabutan izin apotek berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pemberian Izin Apotek adalah :

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 22: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

8

Universitas Indonesia

a. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan

secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan Formulir

Model APT-12 dan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya

6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek

dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13.

b. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan apabila apotek telah membuktikan

memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dengan menggunakan

contoh Formulir Model APT-14.

c. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim

Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

d. Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada apotek yang bersangkutan

dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan kepada

Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala

Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.

Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau

Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti

tata cara sebagai berikut :

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci

c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang olehnya,

tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud

dalam poin (a).

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 23: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

9

Universitas Indonesia

2.7 Tenaga Kerja Apotek

a. Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari

Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin

Apotek (SIA).

b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping

Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam

tertentu pada hari buka apotek.

c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan

perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten

Apoteker di bawah pengawasan apoteker.

Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek

terdiri dari :

a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.

b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan

serta pengeluaran uang.

c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan

membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.

2.8 Apoteker Pengelola Apotek

Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan apoteker

adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan

Apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. APA

adalah apoteker yang telah diberi SIA. Dalam mengajukan berkas permohonan SIA,

ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi seorang apoteker untuk kemudian

menjadi APA:

a. Fotokopi SIPA;

b. Fotokopi KTP;

c. Surat pernyataan APA, tentang tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau

APA di apotek lain;

d. Surat izin dari atasan langsung (untuk pegawai negeri dan ABRI);

e. Fotokopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir;

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 24: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

10

Universitas Indonesia

f. Surat pernyataan kesanggupan menjadi APA.

Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di

Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja.

Surat izin bagi apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek,

puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) disebut SIPA. Seorang

apoteker yang telah memiliki SIPA dapat melaksanakan praktik di 1 (satu) Apotek,

atau puskesmas atau IFRS. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas

pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat

fasilitas kefarmasian.

SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat

pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila

pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang

tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki

(Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55):

a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);

b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas

c. kesehatan yang memiliki izin;

d. Rekomendasi dari organisasi profesi.

Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan

oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun

dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi

persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan

(Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40):

a. Memiliki ijazah Apoteker.

b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.

c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.

d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki

surat izin praktik.

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

APA memegang peranan penting dalam perkembangan apotek, berikut

beberapa fungsi APA dalam beberapa aspek:

a. Fungsi Pengabdian Profesi

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 25: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

11

Universitas Indonesia

1. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proses penggunaan

produk farmasi.

2. Memilih bentuk sediaan yang digunakan.

3. Memilih dan menjamin penyediaan produk.

4. Menyediakan & menyerahkan sediaan farmasi untuk penggunaan

masyarakat.

5. Memonitor kepatuhan penggunaan produk.

6. Memonitor interaksi & efek samping .

7. Mengontrol bagian peracikan.

8. Menyelenggarakan informasi tentang obat.

9. Mengontrol pelayanan R/ yang telah diserahkan kepada pasien.

b. Fungsi Administratif

1. Memimpin, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan apotek.

2. Membuat laporan dan surat-menyurat.

3. Mengawasi penggunaan dan pemeliharaan aktiva apotek.

c. Fungsi Kewirausahaan

1. Merencanakan & mengatur kebutuhan barang.

2. Mengatur & mengawasi penjualan.

3. Menentukan kebijakan harga.

4. Meningkatkan permintaan.

5. Memupuk hubungan baik dengan pelanggan.

6. Mencari pelanggan baru.

7. Mengadakan efisiensi dalam segala bidang.

2.9. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker

Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu :

a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya

pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping.

b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan

melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti

adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 26: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

12

Universitas Indonesia

tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan

tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.

c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat

jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, pelaporan

oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat

keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci

tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat.

f. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara

terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.

2.10 Pengelolaan Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

922/Menkes/PER/X/1993 Pasal 10 dan 11, pengelolaan apotek meliputi :

a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, yang meliputi pelayanan

informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan, baik

kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat serta

pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat keamanan, bahaya dan

atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya.

2.11 Pelayanan di Apotek (Depkes RI, 2004)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 27: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

13

Universitas Indonesia

pelayanan kefarmasian yang ada di apotek terdiri atas pelayanan resep, promosi dan

edukasi, serta pelayanan residensial:

1. Pelayanan Resep

a. Skrining Resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi:

a) Persyaratan administratif: nama, SIP dan alamat dokter; tanggal

penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat,

umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara pemakaian yang jelas;

dan informasi lainnya.

b) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

c) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian

(dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap

resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu

menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

b. Penyiapan Obat

a) Peracikan

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,

mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan

peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan

memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang

benar.

b) Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

c) Kemasan obat yang diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

sehingga terjaga kualitasnya.

d) Penyerahan obat

Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan

akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 28: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

14

Universitas Indonesia

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan

konseling kepada pasien.

e) Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat

pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara

penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan

dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

f) Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar

dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk

penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma

dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling

secara berkelanjutan.

g) Monitoring penggunaan obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

Didalam melakukan pelayanan resep, maka peran apoteker dalam hal ini

adalah melakukan 3 Prime Questions kepada pasien, yaitu :

a. Apa yang dokter katakan tentang obat anda?

b. Apa yang dokter katakan tentang cara pakai obat anda?

c. Apa yang dokter katakan tentang harapan setelah anda menggunakan

obat?

Dengan metode ini, maka akan memberikan arahan kepada petugas apotek

dalam menyeleksi pasien yang akan diberikan informasi terkait obat dan sedalam

apa informasi yang diberikan.

2. Promosi dan edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan

edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 29: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

15

Universitas Indonesia

penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan Apoteker harus

berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu

diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,

penyuluhan dan lain lainnya. Metode yang digunakan dalam melakukan pelayanan

swamedikasi yaitu metode WWHAM :

a. Who is it for? Untuk siapa yang sakit?

b. What are the symtoms? Apa gejalanya?

c. How long has symtoms occures? Berapa lama gejala tersebut terjadi?

d. Action being taken already? Tindakan apa yang dilakukan? Minum

obat?

e. Medicines for other conditions? Obat yang dipakai untuk kondisi yang

lain?

3. Pelayanan residensial (Home Care)

Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat

melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya

untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan

(medication record).

2.12 Perbekalan Farmasi

Perbekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional,

alat kesehatan, dan kosmetika (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 922, 1993). Dalam mengawasi dan mengendalikan keamanan, ketepatan

penggunaan, dan pendistribusian perbekalan farmasi terutama obat maka

pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan tentang tanda atau simbol untuk

membedakan antara satu jenis obat dengan jenis obat lainnya yang beredar di

masyarakat. Berdasarkan ketentuan pemerintah, maka obat dibagi menjadi

beberapa golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras daftar G,

psikotropika, dan narkotika.

1. Obat Bebas (Golongan B)

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter. Obat ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi

lingkaran berwarna hitam, contoh : Parasetamol (Surat Keputusan Menteri

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 30: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

16

Universitas Indonesia

Kesehatan Republik Indonesia No. 2380, 1983; Depkes, 2006).

[Sumber: Umar, 2012]

Gambar 2.1 Penandaan obat bebas

2. Obat Bebas Terbatas (Golongan W)

Obat bebas terbatas adalah obat-obatan untuk jenis penyakit yang

pengobatannya dianggap dapat ditetapkan sendiri oleh masyarakat dan tidak begitu

membahayakan, terlebih bila mengikuti cara pemakaiannya. Obat ini dapat dibeli

di apotek dan toko obat tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan

lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam, contoh : CTM

(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380, 1983).

[Sumber: Umar, 2012]

Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas

Penyerahannya harus dalam bungkus aslinya untuk mencegah pemalsuan

atau penukaran dan disertai tanda peringatan khusus (perhatian). Tanda-tanda

peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu:

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 31: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

17

Universitas Indonesia

[Sumber: Umar, 2012]

Gambar 2.3 Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1−P6)

3. Obat Keras dan Psikotropika (Golongan G)

Obat keras adalah bahan-bahan yang disamping berkhasiat menyembuhkan,

membunuh hama, menguatkan atau mempunyai khasiat pengobatan lainnya

terhadap tubuh manusia, juga berbahaya terhadap kesehatan dan kehidupan

manusia apabila digunakan tidak sesuai dengan ketentuan yang benar (Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986). Obat-obat ini

hanya dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat-obat yang termasuk antara lain

(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986):

a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh pabrik disebutkan “Hanya Boleh

Diserahkan dengan Resep Dokter”

b. Semua obat yang digunakan secara parenteral

c. Semua obat baru (yang belum tercantum dalam Farmakope Indonesia)

d. Semua obat yang dinyatakan obat keras oleh Menteri Kesehatan.

Tandanya berupa lingkaran berwarna merah dengan garis tepi hitam dengan

huruf K yang menyentuh garis tepi, contoh: Asam Mefenamat (Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986).

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 32: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

18

Universitas Indonesia

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Contoh: Fenobarbital, Diazepam (Depkes RI, 2006).

[Sumber: Umar, 2012]

Gambar 2.4 Penandaan obat keras

4. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri, dan menimbulkan ketergantungan (hang over) (Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Narkotika ditandai dengan lambang

swastika, contoh : Morfin.

[Sumber: Umar, 2012]

Gambar 2.5 Penandaan obat narkotika

2.13 Pengelolaan Narkotika

Dalam Bab III Pasal 6 Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I, yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya

adalah tanaman Papaver somniferum L (kecuali bijinya), opium, tanaman koka,

kokain, tanaman ganja, heroin, desmorfina, dan tiofentanil.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 33: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

19

Universitas Indonesia

b. Narkotika golongan II, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadon, petidin, dan

morfin.

c. Narkotika golongan III, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah

kodein dan etil morfin.

Di Indonesia, pengendalian, dan pengawasan narkotika merupakan

wewenang Badan POM RI. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan

narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia

Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan

mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat

narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan.

Pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan,

pelaporan, dan pemusnahan.

a. Pemesanan

Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pemesanan tertulis

melalui Surat Pesanan (SP) narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh

Apoteker Penanggung Jawab Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor

SIK, SIA dan stempel apotek. Satu Surat Pesanan narkotika terdiri dari rangkap

empat dan hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis obat narkotika.

b. Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA

yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas,

nomor Surat Izin Apotek, dan stempel apotek.

Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan

khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14

ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009. Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam Peraturan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 34: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

20

Universitas Indonesia

tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk

menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

2. Harus mempunyai kunci yang kuat.

3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama

digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta

persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika

yang digunakan sehari-hari.

4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari

40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.

5. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

6. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa.

7. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

c. Pelayanan

Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika hanya dapat

diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter (Undang-Undang No. 35 Tahun

2009 tentang Narkotika, 2009).

Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktrorat Jenderal POM RI

(sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa resep yang

mengandung narkotika dan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum

dilayani sama sekali, disebutkan bahwa:

1. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,

apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh

dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.

2. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali.

Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep

yang mengandung narkotika.

d. Pelaporan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 35: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

21

Universitas Indonesia

Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan

bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan

farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan

lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan

laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada

dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Dinas Kesehatan

setempat (Kota/Kabupaten) selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya,

dengan tembusan kepada Balai Besar POM, Dinas Kesehatan Propinsi setempat,

PT Kimia Farma, dan arsip. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan

bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.

Untuk mempermudah pelaporan narkotika, saat ini telah dibuat sistem

SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). SIPNAP adalah sistem

yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit

Layanan (Puskesmas, RS dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Kab/Kota melaporkan ke tingkat

yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Diten Binfar dan Alkes) melalui mekanisme

pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet (Depkes, 2010).

e. Pemusnahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

28/MENKES/PER/1978 pasal 9, disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek

(APA) dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi

syarat lagi untuk digunakan dalam pengobatan dan atau pengembangan

penelitian. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, diatur sebagai berikut:

a. Apotek yang berada di tingkat provinsi disaksikan oleh Balai Pengawasan Obat

dan Makanan setempat.

b. Apotek yang berada di tingkat kabupaten/kota disaksikan oleh Kepala Dinas

Kesehatan tingkat II.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memusnahkan narkotika harus

membuat berita acara pemusnahan (BAP) narkotika paling sedikit rangkap tiga,

yang memuat:

a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.

b. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 36: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

22

Universitas Indonesia

c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek tersebut.

d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

e. Cara pemusnahan.

f. Tanda tangan APA/pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan para

saksi.

Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementerian Kesehatan dengan

tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawasan Obat dan Makanan setempat,

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan arsip.

2.14 Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan psikotropika juga meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan,

pelaporan, dan pemusnahan.

a. Pemesanan

Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan

untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No.5

Tahun 1997 Pasal 12 ayat (2). Dalam Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa

penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek

lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep

dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh

APA. Surat Pesanan terdiri dari 2 rangkap, aslinya diserahkan ke pihak distributor

sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip.

b. Penyimpanan

Obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka penyimpanan obat-obat

golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus dan

membuat kartu persediaan psikotropika.

c. Pelayanan

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek

lainnya,rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada

pengguna/pasien berdasarkan resep dokter.

d. Pelaporan

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan

psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 37: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

23

Universitas Indonesia

dengan UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan

psikotropika. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA dan dilaporkan

melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai POM/ Balai Besar POM Propinsi setempat.

e. Pemusnahan

Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997

tentang psikotropika, yaitu: berhubungan dengan tindak pidana, obat kadaluwarsa,

dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau

untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Apoteker wajib membuat berita acara

pemusnahan psikotropika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat:

1. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.

2. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika.

3. Nama seorang saksi dari pemerintah atau seorang saksi dari apotek tersebut.

4. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

5. Cara pemusnahan.

6. Tanda tangan APA dan para saksi.

Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementrian Kesehatan dengan

tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.,

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan arsip.

2.15 Pengadaan Persediaan di Apotek

Pengadaan persediaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran.

Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam

jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan

dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan

ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa syarat,

yaitu:

a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai

kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.

b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 38: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

24

Universitas Indonesia

c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan

ketentuan yang berlaku.

Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick,

1997):

a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun.

b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam waktu

tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.

c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan

rendah.

d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual

purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti

cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya, obat

impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama,

atau obat berharga murah yang jarang digunakan cukup dipesan sekali dalam

setahun saja. Obat-obatan yang relatif slow moving tetapi digunakan secara

reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan

obat-obatan yang banyak diminati dan obat-obatan yang harganya sangat mahal

maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan

frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek dapat dilakukan

dengan berbagai cara, yaitu:

d. Pembelian kontan

Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat

yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka

karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan

kemampuannya dalam menjual.

e. Pembelian kredit

Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada

waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterima

apotek.

f. Pembelian konsinyasi (titipan obat)

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 39: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

25

Universitas Indonesia

Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek,

dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila

barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu

kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat

dikembalikan pada pemiliknya.

2.16 Pengendalian Persediaan di Apotek

Pengendalian persediaan merupakan hal sangat penting bagi sebuah apotek.

Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan

persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien secara

efektif dan efisien. Selain itu, pengendalian persediaan obat yang tepat memliki

pengaruh kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek.

Parameter- parameter yang digunakan dalam pengendalian persediaan adalah

konsumsi rata-rata, lead time, safety stock, persediaan minimum, persediaan

maksimum, dan perputaran persediaan.

a. Konsumsi Rata-rata

Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan

yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang

menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipanen. Walaupun banyaknya

permintaan dapat diprediksi, barang dapat menjadi stok mati dapat terjadi apabila

salah memperkirakan lead time barang tersebut.

b. Lead Time

Lead time merupakan waktu tenggang yang dibutuhan mulai dari pemesanan

sampai dengan penerimaan barang di gudang dari suplier yang telah ditentukan.

Lead time ini berbeda-beda untuk setiap suplier. Faktor-faktor yang dapat

berpengaruh pada lead time adalah jarak antara suplier dengan apotek, jumlah

pesanan, dan kondisi suplier (Quick, 1997).

c. Buffer Stock (Safety stock)

Merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama

menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau

untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 40: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

26

Universitas Indonesia

permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tiba-

tiba (karena adanya wabah penyakit). Buffer stock dapat dihitung dengan rumus :

SS = LT x CA

Keterangan : SS = Safety stock

LT = Lead Time

CA = Konsumsi rata-rata

d. Persediaan Maksimum

Merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika kita telah

mencapai nilai persediaan maksimum ini maka kita tidak perlu lagi melakukan

pemesanan untuk menghindari terjadinyastok mati yang dapat menyebabkan

kerugian.

e. Persediaan Minimum

Merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila

penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini, maka langsung dilakukan

pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia

jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok

kosong.

f. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Perputaran persedian ini disebut juga Inventory Turnover (ITOR). ITOR

mengindikasikan efisiensi persediaan yang digunakan. Rasio ini mengukur

seberapa cepat barang dibeli, terjual, dan tergantikan. Dua kelebihan dari

peningkatan ITOR yaitu menurunkan investasi persediaan untuk aktivitas di apotek

dan mempercepat pengembalian investasi. Jika suatu barang memiliki angka

perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai

barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang

terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving. Rumus untuk

menghitung perputaran persediaan yaitu :

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 41: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

27

Universitas Indonesia

Nilai ITOR tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Nilai ITOR yang paling

ideal yaitu 12. Nilai ITOR ini menunjukan bahwa pada setiap bulan terjadi

pertukaran barang. Nilai ITOR yang terlalu tinggi menunjukan bahwa terlalu sering

terjadi kehabisan stok. Nilai ITOR = 30 mungkin dapat diterima bila apotek dapat

memesan dan menerima barang dengan cepat dari suplier dan tidak ada keluhan

kekurangan barang. Nilai ITOR yang terlalu rendah menunjukan bahwa terlalu

sering terjadi kehabisan stok.

g. Jumlah Pesanan (Economic Order Quantity/ Economic Lot Size)

Untuk menghitung banyaknya persediaan yang harus ada dalam apotik pada

waktu tertentu atau besarnya persediaan yang harus di bangun. Di apotek, jumlah

persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan

disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dirancang agar

setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak

menentu, kemampuan suplier yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak

menentu, ongkos kirim mahal, dan sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk

membangun persediaan erat hubungannya dengan biaya dan resiko penyimpanan,

biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan. Merancang persediaan dapat dilakukan

dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus

Economic Order Quality (EOQ) :

h. Re Order Point (ROP/ Titik Pemesanan)

Merupakan suatu titik dimana harus diadakan pemesanan kembali

sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah

tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman sama dengan nol. Pada

keadaan khusus (CITO), dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus

menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama antar apotek dan suplier.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 42: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

28

Universitas Indonesia

Rumus perhitungan ROP:

ROP = SS + LT

Keterangan : ROP = Reorder point

SS = Safety stock

LT = Lead time

[Sumber: Quick, 1997, telah diolah kembali]

Gambar 2.6 Diagram model pengendalian persediaan

Dalam penentuan prioritas persediaan, ada dua analisis yang digunakan

dalam penentuan prioritas pengadaan. Penyusunan prioritas dapat dilakukan

dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)

Analisis VEN adalah suatu cara untuk mengelompokkan obat berdasarkan

nilai kepentingan dan vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani

permintaan untuk pengobatan. Semua jenis obat dalam daftar obat dapat

dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:

1. V (Vital)

Kelompok obat yang berpotensi untuk menyelamatkan kehidupan (life

saving drugs) atau untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.

Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. Contoh: obat diabetes dan hipertensi.

2. E (Esensial)

Kelompok obat yang efektif untuk obat-obat yang banyak diminta untuk

digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat. Oleh

karena itu, obat-obat golongan ini adalah obat yang fastmoving.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 43: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

29

Universitas Indonesia

3. N (Non esensial)

Kelompok obat yang digunakan untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya

tidak esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan

penyakit terbanyak. Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah

vitamin, suplemen dan lain-lain.

b. Analisis PARETO (ABC)

Disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga

yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah

(volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit).

Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC:

1. Kelas A

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili

sekitar 75-80 % dari total nilai penjualan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20

% dari seluruh item. Kelas ini memiliki dampak biaya yang tinggi. Pengendalian

khusus dilakukan secara intensif.

2. Kelas B

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini

mewakili sekitar 10-20 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya

sekitar 15-20 % dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara moderat.

3. Kelas C

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili

sekitar 60-80 % dari total nilai persediaan, tapi mewakili 5-10 % dari total

penjualan. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana.

c. Analisa VEN-ABC

Mengkategorikan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu. Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk

pengadaan obat di mana anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan. Analisis

VEN-ABC mengkombinasikan analisis PARETO dan VEN dalam suatu matriks

sehingga analisa menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 44: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

30

Universitas Indonesia

[Sumber: Quick, 1997, telah diolah kembali]

Gambar 2.7 Matriks analisis VEN-ABC

Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk

menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat

vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapi kuantitasnya

disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensial dalam

kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya

disesuaikan dengan kebutuhan (Quick, 1997).

2.17 Strategi Pemasaran Apotek

Strategi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh apotek adalah analisis

AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Analisis AIDA merupakan suatu

rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli hingga pembeli

memutuskan untuk membeli di apotek.

1. Attention

Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian

pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan:

a. Membuat desain eksterior apotek semenarik mungkin, seperti membuat papan

nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang

lewat.

b. Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi

ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Misalnya, jika apotek berada

di lingkungan daerah menengah ke atas, maka desainnya dapat dibuat lebih

mewah agar tampak meyakinkan pengunjung di lingkungan tersebut bahwa obat

yang dijual lengkap dan berkualiatas. Namun sebaliknya, apabila apotek

didirikan di lingkungan menengah ke bawah, maka desain yang dipilih tidak

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 45: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

31

Universitas Indonesia

perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan atau ragu untuk

datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek tersebut mahal.

c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior apotek

dapat terlihat dari luar.

2. Interest

Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk

masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat fast

moving yang dipajang di ruang tunggu agar dapat menarik pembeli sehingga dapat

langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, obat dapat

disusun dengan menarik yaitu dengan memperhatikan warna kemasan dan disusun

berdasarkan efek farmakologis. Ruang tunggu juga dapat dibuat nyaman dan bersih

sehingga meningkatkan interest.

3. Desire

Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah

menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan

adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan

pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan m emberikan harga yang bersaing.

4. Action

Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek tersebut

memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek. Pada tahap

ini, pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan

yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan

pemberian informasi yang diperlukan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 46: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

32

32 Universitas Indonesia

BAB III

TINJAUAN UMUM

3.1. PT. Kimia Farma Tbk

3.1.1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

Sejarah PT. Kimia Farma tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah

bangsa, dan khususnya perkembangan dunia kefarmasian di Indonesia. Setelah

proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945, perusahaan-perusahaan swasta

milik Belanda masih beroperasi di wilayah Republik Indonesia. Meskipun Undang-

Undang No.74/1975 sudah dikeluarkan, tetapi proses nasionalisasi perusahaan-

perusahaan tersebut baru dilaksanakan pada tahun 1958. Berdasarkan SK Penguasa

Perang Pusat No. Kpb/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No. 58041/Kab/1958

maka terbentuklah BAPPHAR (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Farmasi

Belanda). Selain itu, BAPPIT (Badan Pusat Penguasaan Industri dan Tambang-

Departemen perindustrian) juga turut menerima penyerahan beberapa perusahaan

Belanda. Proses berdirinya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., melalui beberapa

tahap sesuai fungsi dan perannya dalam mendukung perekonomian bangsa seiring

dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, diantaranya:

a. Periode I (Tahun 1957 – 1959)

Nasionalisasi perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda, meliputi N.V.

Chemicalien Handel Rathkamp di tahun 1887, N.V. Pharmaceutische Handel

Vereneging J. Van Gorkom di tahun 1865, N.V. Bavosta di tahun 1899, N.V.

Bandoengschee Kinine Fabriek di tahun 1896, dan N.V Onderneming Jodium di

tahun 1926.

b. Periode II (tahun 1960 – 1968)

Perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda diubah statusnya menjadi

Perusahaan-perusahaan Negara Farmasi (PNF) berdasarkan PP No. 69/1961 di

bawah koordinasi Badan Pimpinan Umum (BPU). PNF yang didirikan yaitu PNF

Radja Farma (eks Rathkamp) di Jakarta, PNF Nurani Farma (eks Bavosta) di

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 47: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

33

Universitas Indonesia

Jakarta, PNF Nakula Farma (eks van Gorkom) di Jakarta, PNF Bhineka Kimia

Farma di Jakarta, dan PNF Sari Husada di Yogyakarta.

c. Periode III (Tahun 1969 – 1970)

Departemen Kesehatan melebur perusahaan-perusahaan farmasi milik

negara tersebut ke dalam Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka

Kimia Farma berdasarkan Instruksi Presiden No. 17/1971.

d. Periode IV (Tahun 1971 – 2001)

Berdasarkan PP No. 16/1971 yang mulai berlaku pada tanggal 19 Maret

1971, PNF dan Alat Kesehatan Bhineka Kima Farma diubah menjadi BUMN

dengan status sebagai perusahaan Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 16 Agustus

1971. Pada tanggal 14 Oktober 1971, nama Bhineka Kimia Farma diubah menjadi

PT. (Persero) Kimia Farma dengan motto “Tumbuh dan Berkembang Bersama

Kesejahteraan Masyarakat”.

e. Periode V (tahun 2001 – sekarang)

Dalam perkembangannya, pada tanggal 1 Juni 2001, PT. (Persero) Kimia

Farma diubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., yang sebagian sahamnya

dimiliki oleh publik. Restrukturisasi juga dilakukan sejak tanggal 4 Januari 2003

dengan mengembangkan dua anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan

PT. Kimia Farma Trading & Distributor.

3.1.2. Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

a. Visi

Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan

pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi

bisnis yang strategis.

b. Misi

Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang:

1. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan

produk yang inovatif

2. Perdagangan dan jaringan distribusi

3. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan titel farmasi dan jaringan

pelayanan kesehatan lainnya dan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 48: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

34

Universitas Indonesia

4. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha

perusahaan.

3.1.3. Budaya Perusahaan

Dalam menjalankan usaha, PT. Kimia Farma mengacu pada nilai-nilai

perusahaan yaitu:

a. Inovative, yaitu memiliki budaya berfikir “out of the box”, smart, dan kreatif

untuk menghasilkan produk unggulan berkualitas. Berpikir inovatif tercermin

dalam tindakan :

1. Selalu mencari ide-ide baru yang dapat di implementasikan bagi

perkembangan perusahaan.

2. Melakukan perbaikan berkala dan berkelanjutan.

3. Selalu proaktif dalam memenuhi keinginan pelanggan dan memberikan

solusi bagi mereka.

4. Melakukan peningkatan kompetensi, ketrampilan, dan kreatifitas

berkesinambungan.

5. Mengembangkan budaya ingin mengetahui kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

6. Berani mengambil keputusan inovatif dengan mempertimbangkan resiko

dan kajian yang tepat.

b. Customer first, yaitu mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja/mitra. Nilai

customer first tercermin pada tindakan-tindakan sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan terbaik dan konsisten kepada semua kalangan

pelanggan.

2. Selalu memberikan pelayanan dengan tepat waktu, tepat isi dan tepat guna.

3. Selalu sabar dalam mendengarkan keluhan dan sedapat mungkin

memberikan solusi pada saat itu juga.

c. Accountabile, yaitu memegang teguh amanah perusahaan dengan bekerja

profesional, memelihara integritas dan membangun kerjasama. Nilai

accountability tercermin dalam tindakan sebagai berikut :

1. Menjaga perilakuk dan etika kerja untuk menjaga kestabilan suasana kerja

kondusif.

2. Berani mengakui dan mempertanggungjawabkan kesalahan yang dilakukan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 49: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

35

Universitas Indonesia

3. Selalu mendahulukan kerjasama tim di atas kepentingan pribadi.

4. Bersedia melakukan tugas di luar pekerjaan utama jika dieprlukan untuk

kepentingan tim kerja dan perusahaan.

5. Selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kerja yang dapat

diaplikasikan ke perusahaan.

6. Mengontrol dan memastikan seluruh proses kerja maupu keputusan yang

telah ditetapkan dan dijalankan sesuai dengan target dan ketentuan.

d. Responsibile, yaitu bertanggungjawab bekerja tepat waktu, tepat target, dan

menyerahkan hasil kerja berkualitas dengan menyertakan semangat pantang

menyerah dan bijaksana saat menghadapi masalah. Nilai responsible tercermin

dalam tindakan sebagai berikut :

1. Menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu sesuai SOP.

2. Mengatasi masalah tanpa ditunda.

3. Berani mengakui kesalahan, bersedia menerima konsekuensi dan

melakukan perbaikan.

4. Menyelesaikan target kerja sesuai KPI.

5. Berperilaku positif untuk menjaga reputasi perusahaan.

e. Eco-friendly, yaitu membangun sistem dan perilaku ramah lingkungan. Nilai

eco-friendly tercermin dalam tindakan sebagai berikut :

1. Bekerja dengan penuh kepedulian untuk keberlangsungan keseimbangan

lingkungan.

2. Peka terhadap lingkungan sekitar dan memberikan solusi terhadap masalah

lingkungan.

3. Berkerja efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya.

4. Kepedulian terhadap pengelolaan limbah dengan benar.

5. Menghasilkan output yang aman bagi kelangsungan hidup bersama.

3.1.4. Logo PT. Kimia Farma

Gambar 3.1 Logo Kimia Farma

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 50: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

36

Universitas Indonesia

a. Simbol matahari

1. Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang

lebih baik.

2. Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut

adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan

bisnisnya.

3. Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah

barat secara teratur dan terus-menerus, memiliki makna adanya komitmen

dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia

Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.

4. Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan

Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi

kesehatan masyarakat.

5. Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti

keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna

yaitu semangat yang abadi.

b. Jenis huruf

Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma yang disesuaikan dengan

nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah

identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada.

c. Sifat huruf

1. Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam

bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan merupakan

perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.

2. Dinamis, dengan jenis huruf itallic memperlihatkan kedinamisan dan

optimisme.

3. Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan

keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 51: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

37

Universitas Indonesia

3.2. PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan dari PT. Kimia Farma

Tbk yang bergerak dibidang retail farmasi. PT. Kimia Farma Apotek didirikan pada

4 Januari 2020, dengan tujuan pengelolaan apotek-apotek milik perusahaan yang

ada, sebagai upaya peningkatan konstribusi penjualan untuk memperbesar

penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma (Persero). PT. Kimia Farma Apotek

membawahi 37 Unit Bisnis dan 512 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tiap-tiap Unit Bisnis membawahi sejumlah Apotek pelayanan yang berada di

wilayah usahanya.

3.2.1. Visi dan Misi PT Kimia Farma Apotek

a. Visi

Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan

kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masayarakat

di Indonesia.

b. Misi

Misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan nilai

perusahaan melalui:

1) Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi apotek, klinik,

laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.

2) Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal

3) Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee

Based Income).

3.2.2. Struktur Organisasi Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Managing Director yang

membawahi dua direktur, yaitu Direktur Operasional dan Direktur Keuangan,

Umum dan SDM. Direktur operasional membawahi Business Manager (BM).

Business Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam

suatu wilayah dan bertugas melaksanakan kegiatan administrasi yang

mengkoordinasikan aktifitas administrasi beberapa apotek pelayanan dalam satu

group daerah. Selain itu, BM juga melaksanakan kegiatan pengadaan dan

penyimpanan barang, pendistribusian barang serta pengumpulan data kegiatan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 52: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

38

Universitas Indonesia

untuk semua apotek dalam group daerahnya. Sedangkan apotek pelayanan hanya

melaksanakan fungsi pelayanan, tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan

barang, namun barang diperoleh dari Apotek BM sehingga kegiatannya hanya

terfokus pada pelayanan.

Dengan adanya Business Manager (BM) maka dapat ditingkatkan efisiensi

modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek

pelayanan secara terpadu. Selain itu diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari

apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan

dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan

penyelesaian masalah.

Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi tujuh Business Manager, yaitu:

a. Business Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta

Barat dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru.

b. Business Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara

dan Jakarta Timur dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman.

c. Business Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi

dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor.

d. Business Manager Tanggerang, membawahi wilayah Provinsi Banten dengan

BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tanggerang.

e. Business Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

f. Business Manager Bekasi, membawahi wilayah Bekasi dengan BM di Apotek

Kimia Farma No. 284 Jl. Siliwangi No. 86 A, Bekasi.

g. Business Manager Sukabumi, membawahi wilayah Sukabumi dan Cianjur

dengan BM di Jl Veteran II/2, Sukabumi

Business Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para

Pharmacy Manager (PhM), supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor

inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang

menjalankan perannya masing-masing.

3.2.3 Layanan Plus Apotek Kimia Farma

a. Merespon perubahan yang terjadi di masyarakat, khususnya menyangkut

peningkatan kesadaran kesehatan, Kimia Farma telah mencanangkan

perubahan paradigma menjadi “Health Care Company”. Hal ini ditandai

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 53: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

39

Universitas Indonesia

dengan pengembangan usaha baru dilayanan laboratorium klinik dan klinik

kesehatan.

b. Apotek Kimia Farma yang berjumlah ± 400 Apotek Pelayanan yang

berorientasi “One Stop Service Provider” untuk komunitas disekitarnya.

Dengan demikian, apotek Kimia Farma tentunya tidak lagi sekedar

menyediakan obat, tetapi juga menawarkan penunjang diagnosa dan

pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

c. Paradigma baru menyangkut pelayanan kesehatan itu terus dikembangkan,

antara lain dengan terus meningkatkan jumlah layanan swalayan farmasi di

apotek serta penambahan ruang praktek dokter dan kenyamanan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 54: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

40 Universitas Indonesia

BAB 4

TINJAUAN KHUSUS

4.1 Legalitas Apotek Kimia Farma No. 55

Apotek Kimia Farma No. 55 merupakan satu dari 17 apotek pelayanan yang

berada di bawah koordinasi unit Business Manager Jaya I. Apotek ini didirikan

dengan aspek legal berupa SIPA (Surat Izin Pengelolaan Apotek) dan SIA (Surat

Izin Apotek) yang dikeluarkan oleh suku dinas kesehatan Jakarta Selatan. Apotek

Kimia Farma No. 55 berdiri dengan SIA 114/2013 dengan seorang APA (Apoteker

Pengelola Apotek) atas nama Dewi Yuliyanti, S.Far., Apt. yang memiliki SIPA

8780/1.777.13.

4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek

Apotek Kimia Farma No.55 terletak di Jalan Kebayoran Lama No. 34 K

Jakarta Selatan. Apotek ini didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat sekitar,

peserta jaminan BPJS, dan pelayanan obat bagi asuransi kesehatan karyawan

seperti perusahaan Bank Mandiri dan Gramedia. Apotek berada di lokasi yang

strategis dan mudah dicapai oleh masyarakat, karena apotek terletak di tepi jalan

raya dua arah yang mudah dijangkau kendaraan umum dan kendaraan pribadi.

Selain itu, apotek ini berada di daerah yang cukup ramai dimana terdapat praktek

dokter, rumah sakit, perkantoran, dan pemukiman penduduk yang dapat turut

menunjang keberhasilan apotek.

Desain luar apotek Kimia Farma No. 55 dibuat sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma Apotek dimana bagian depan apotek

dilengkapi dengan papan nama apotek Kimia Farma dengan warna biru tua dan logo

jingga dengan tulisan Kimia Farma. Hal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat

lebih mudah untuk menemukan apotek. Selain itu, juga tersedia area parkir yang

cukup luas, yang dikhususkan untuk pengunjung apotek.

Bangunan apotek terdiri dari 4 lantai yang dilengkapi dengan pendingin

ruangan. Lantai dasar terdiri dari apotek, swalayan farmasi, dan direncanakan akan

dipersiapkan untuk klinik umum. Lantai 1 direncanakan akan dipersiapkan untuk

klinik spesialis anak, spesialis kandungan, laboratorium klinik dan mushola. Lantai

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 55: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

41

Universitas Indonesia

2A direncanakan akan dipersiapkan untuk spesialis mata, spesialis THT, spesialis

penyakit dalam, poli gigi dan laboratorim klinik. Lantai 2B dikhususkan untuk

klinik kecantikan. Ruangan yang ada di apotek juga dilengkapi dengan pendingin

udara dan penerangan yang baik sehingga memberikan kenyamanan baik bagi

petugas apotek maupun pasien.

4.3 Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur organsisasi Apotek Kimia Farma berpedoman pada ketentuan yang

telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Secara umum, struktur

organisasi di semua Apotek Kimia Farma sama, namun masing-masing apoteker

pengelola apotek (APA) memiliki wewenang untuk menyesuaikan struktur

organisasi dengan kondisi dan sarana yang dimiliki.

Apotek Kimia Farma No. 55 dipimpin oleh seorang APA yang dibantu oleh

1 orang apoteker pendamping, dan 15 orang asisten apoteker. Semua karyawan di

apotek bertanggung jawab sepenuhnya kepada APA. Sedangkan APA

bertanggungjawab kepada BM atas semua kegiatan kefarmasian yang dilakukan di

apotek. Untuk efisiensi dan efektivitas kerja, diterapkan pembagian tugas dan

tanggung jawab di setiap bagian, sebagai berikut :

4.3.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Apoteker pengelola apotek bertanggungjawab terhadap semua kegiatan

yang terjadi di apotek, baik di bidang teknis kefarmasian, administrasi, maupun

bidang ketenagakerjaan.

Tugas dan tanggung jawab apoteker pengelola apotek adalah :

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek dan bertanggungjawab terhadap

pengembangan serta kelangsungan hidup apotek.

b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan

target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan anggaran dana yang

dibutuhkan serta mengusahakan kebijaksanaan dan strategi kerja agar program

yang telah ditetapkan dapat terlaksana dengan baik.

c. Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, melalui pelayanan

teknis farmasi dan informasi.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 56: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

42

Universitas Indonesia

d. Mengelola, melaksanakan, dan mengawasi administrasi yang meliputi

administrasi-administrasi umum, kefarmasian, keuangan, dan personalia.

e. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang

berlaku, seperti pelaporan bulanan narkoti ka.

f. Melakukan kegiatan pengembangan dengan jalan mengikuti dan merencanakan

usaha pengembangan apotek, meningkatkan pelaksanaan dan kegiatan usaha di

bidang manajemen apotek.

g. Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek kepada BM Jaya I.

4.3.2 Apoteker Pendamping

Apoteker Pendamping yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping

APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apotek

ini mempunyai satu orang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan

kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

4.3.3 Asisten Apoteker (AA)

Dalam melaksanakan kegiatan di apotek AA bertanggung jawab langsung

kepada APA. Tugas dan tanggung jawab dari seorang asisten apoteker meliputi:

1. Menyiapkan permintaan resep (menimbang, meracik, dan mengemas, etiket)

sesuai permintaan resep.

2. Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien meliputi bentuk

sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian obat.

3. Membuat kuitansi dan salinan resep (copy resep) untuk obat yang perlu diulang,

obat yang baru diserahkan sebagian, obat yang belum diserahkan atau atas

permintaan pasien.

4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk.

5. Mengontrol persediaan obat diruang racik.

6. Mengisi buku defekta bila persediaan obat sudah hampir habis.

7. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan

memberikan informasi lain yang diperlukan.

8. Pada keadaan darurat dapat menggantikan pekerjaan kasir, melayani penjualan

obat bebas dan menggantikan juru resep.

9. Mencatat barang yang masuk dan keluar berdasarkan kartu stok.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 57: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

43

Universitas Indonesia

10. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaaan dan sanitasi atau

kebersihan di ruang peracikan.

4.4 Kegiatan Apotek

Apotek Kimia Farma No. 55 memberikan pelayanan setiap hari selama 24

jam. Jam kerja pegawai terbagi dalam 3 shift yaitu shift pagi dimulai dari jam 08.00

– 15.00 dan shift siang jam 15.00 – 22.00 serta shift malam jam 22.00 – 08.00.

Sebagai apotek pelayanan, kegiatan utama yang dilakukan meliputi kegiatan

kefarmasian baik yang bersifat teknis maupun non teknis.

4.4.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian

Kegiatan teknis kefarmasian yaitu terkait pengelolaan perbekalan farmasi

yang meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pemusnahan perbekalan

farmasi.

1. Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan perbekalan farmasi dimaksudkan untuk menjamin

tersedianya perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi

mencakup obat, bahan obat, dan alat kesehatan. Pengadaan perbekalan farmasi

di Apotek Kimia Farma No. 55 dilakukan secara selektif menggunakan sistem

pareto, yaitu sistem yang memprioritaskan penyediaan barang-barang yang laku

atau berdasarkan nilai rupiah barang. Jadi, barang dipesan berdasarkan pada

kebutuhan dan seringnya barang tersebut dicari orang. Hal ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya penumpukan barang yang berlebih. Keuntungan lain

dari sistem pareto adalah perputaran modal menjadi cepat, menghindari

kerusakan barang, dan memperkecil kemungkinan barang hilang. Selain

berdasarkan analisis pareto, pengadaan perbekalan farmasi di apotek juga di

dasarkan pada musim, pola penyakit di wilayah sekitar apotek dan frekuensi

permintaan dokter terhadap perbekalan farmasi tersebut. Obat, alat kesehatan,

dan barang-barang HV (Handverkoop) yang tinggal sedikit atau sudah habis

dicatat pada buku defekta dan statusnya tertulis pada data shaf di komputer,

kemudian pemesanan dan pembelian barang didasarkan pada data shaf. Jumlah

yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan kebutuhan sebelumnya. Barang-

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 58: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

44

Universitas Indonesia

barang yang akan dipesan serta jumlahnya selanjutnya dibuat sebagai Bon

Permintaan Barang Apotek (BPBA).

Pengadaan barang dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya I (BM Jaya I).

Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang

Apotek (BPBA) melalui Kimia farma Information System (KIS). Di Apotek

Kimia Farma no. 55 ini permintaan barang dilakukan setiap hari jum’at. Jika

barang yang dipesan oleh apotek tersedia di gudang BM Jaya I, maka akan

diantarkan langsung pada apotek sesuai dengan jadwal. Jika barang tidak

tersedia di gudang BM, bagian pengadaan akan mebuat SP ke PBF yg menjual

obat tersebut, barang dari PBF akan disimpan di gudang selanjutnya di drop ke

apotek yang memesan, namun jika pemesanan bersifat cito, PBF akan langsung

mengirimkan ke apotek yang memesan. Di apotek Kimia Farma no. 55, barang

dikirim oleh BM Jaya I pada hari rabu dan hari jum’at. Namun, bila permintaan

barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) tidak

seluruhnya dapat dipenuhi oleh BM Jaya I selama 1 periode pemesanan, maka

dicantumkan kembali barang tersebut pada BPBA selanjutnya.

Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan

dilakukan oleh apotek melalui Surat Pemesanan (SP) khusus yang harus

ditandatangani oleh APA. Untuk pemesanan narkotika, satu lembar SP hanya

diperbolehkan untuk memesan satu jenis produk, kemudian barang akan

dikirimkan langsung oleh PBF khusus untuk narkotika yaitu Kimia Farma ke

apotek. Untuk pemesanan psikotropika, satu SP boleh mencantumkan lebih dari

satu jenis produk, kemudian barang dikirimkan langsung oleh PBF yang

diunjuk ke apotek.

Pengadaan yang dilakukan oleh apotek dapat dikelompokkan menjadi

pengadaan rutin, pengadaan mendesak, pengadaan tunai, dan konsinyasi. Untuk

pengadaan yang bersifat sangat mendesak, apotek juga dapat meminta langsung

dari apotek Kimia Farma terdekat yang berada pada naungan BM yang sama,

barang dapat diambil langsung di apotek Kimia Farma tertentu dan stok barang

di masing-masing apotek kimia farma disesuaikan dengan menggunakan sistem

droping.

2. Penerimaan Perbekalan Farmasi

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 59: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

45

Universitas Indonesia

Perbekalan farmasi yang datang dari BM akan diterima oleh petugas

apotek yang ada. Hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas penerima barang

adalah memeriksa jumlah koli atau banyaknya dus yang dikirim dari gudang ke

apotek, mengecek kesesuaian barang yang datang dengan BPBA, mencocokkan

nama barang, bentuk sediaan, volume kemasan, dosis obat, dan banyaknya

barang yang dipesan, pemeriksaan tanggal kadaluarsa dan nomer batch juga

dilakukan untuk pemeriksaan yang lebih lengkap. Jika sudah maka paraf ttd,

nama petugas yang menerima barang, tanggal penerimaan, dan waktu

kedatangan barang, untuk obat golongan psikotropika dan narkotika disertakan

juga SIK APA. Setelah proses pengecekan dan penerimaan selesai, dilakukan

proses Droping dengan menggunakan sistem KIS untuk memasukkan stok

barang yang terkini setelah barang ditambahkan. Jika barang berasal dari PBF

langsung, apabila barang yang diterima telah sesuai, faktur diberi stempel blok

penerimaan barang, dan faktur diberi nomor. Faktur yang asli diserahkan ke

PBF sebagai tanda terima dan akan digunakan sebagai alat tagih. Dua

salinannya ditinggal di apotek untuk arsip, dan untuk diserahkan ke apotek

administrator. Kemudian seluruh transaksi pembelian dimasukkan ke dalam

data komputer pada kolom administrasi pembelian. Jika barang yang datang

dari PBF tidak sesuai dengan surat pesanan, maka dibuat surat “retur” untuk

kemudian barangnya dikembalikan ke distributor yang bersangkutan untuk

selanjutnya ditukar. Namun, bila barang tersebut berasal dari BM maka di buat

retur ke BM.

3. Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Secara garis besar apotek kimia farma No. 55 dibagi menjadi 2 Layout

utama, yaitu area swalayan dan farmasi (ethical). Area swalayan terdiri dari

golongan obat-obat bebas dan bebas terbatas, alat kesehatan serta produk

kesehatan lainnya. Secara detail, pada area swalayan seluruh produk disusun

dan dikelompokkan berdasarkan kategori. Kategori tersebut adalah skin care,

soap and body wash, hair care, oral care, personal care, traditional medicine,

medicine, vitamin and mineral, topical, first aid, baby diapers, baby and child

care, milk and nutrition, food supplement, adult diapers dan paper product.

Kemudian pada tiap kategori tersebut, produk disusun berdasarkan abjad. Pada

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 60: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

46

Universitas Indonesia

swalayan farmasi ini juga menyediakan informasi bagi pasien berupa brosur/

leaflet.

Sedangkan pada area farmasi terdiri dari obat-obat ethical yang terdiri

dari obat golongan G, narkotika, psikotropika dan obat-obat yang

membutuhkan penanganan khusus seperti sediaan supositoria dan insulin. Pada

area farmasi ini obat-obat dikelompokan berdasarkan farmakologinya dan pada

setiap kelompok farmakologi disusun kembali berdasarkan abjadnya.

Pengelompokkan pada area farmasi ini terdiri dari vitamin, generic, antibiotik,

pencernaan, hormon, antidiabetes, kolesterol, kontrasepsi, narkotika, dan

psikotropika, dan in health. Sebagian obat-obat pada area ini juga disusun

berdasarkan bentuk sediaannya yaitu inhaler, tetes mata, tetes hidung, sediaan

semi solid, sediaan cair dan sediaan yang membutuhkan suhu lemari pendingin

dalam penanganannya. Jadi, Penyimpanan sediaan farmasi di apotek kimia

farma No. 55 disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan,

bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Di area farmasi

ini juga terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan,

pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat.

Di area ini juga terdapat lemari penyimpanan sediaan farmasi yang terdiri dari:

1. Lemari penyimpanan obat ethical/ prescription drugs berdasarkan kelas

terapi dan obat yang sering diresepkan dokter.

2. Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci

3. Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci

4. Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci

5. Lemari penyimpanan bahan baku obat

6. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi

7. Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion

8. Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata

9. Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infus

10. Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti:

suppositoria, serum, vaksin, insulin, dan tetes mata tertentu.

Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat

yang telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 61: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

47

Universitas Indonesia

obat yang ada di lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang

harus selalu diinput ke dalam komputer dan dicatat pada kartu/ buku stok,

meliputi tanggal pengisian/ pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang

yang diisi/ diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian/

pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi

serta diletakkan di masing-masing kotak obat/ barang.

4. Penyaluran Barang

Penyaluran perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 meliputi:

a. Penjualan obat atas resep tunai

Alur prosedur pelayanan resep tunai dimulai dengan diterimanya resep

oleh petugas apotek (Asisiten Apoteker), selanjutnya dilakukan pemeriksaan

kelengkapannya, kemudian diperiksa stok barangnya. Bila barang tersedia,

maka petugas akan menghitung dan menginformasikan harga obat kepada

pasien. Bila pasien setuju, pasien akan membayar harga obat, kemudian

masing-masing resep dimasukkan ke dalam komputer, meliputi nomor urut

resep, nama dokter, nama pasien, alamat pasien, harga dan jumlah obat yang

dibeli. Kemudian obat disiapkan oleh bagian peracikan dan diberi etiket beserta

aturan pakainya yang jelas. Setelah semuanya siap, maka dilakukan

pemeriksaan ulang sebelum diserahkan kepada pasien. Obat diserahkan kepada

pasien disertai dengan informasi yang dibutuhkan serta salinan resep/kuitansi

apabila diperlukan. Petugas yang melakukan peracikan, masing-masing harus

menandatangani kolom-kolom harga, timbang/ racik, periksa, etiket,

kwitansi/copy resep, ambil dan serah yang tersedia dalam print-out resep, sesuai

dengan tugas yang dikerjakannya.

b. Pelayanan obat tanpa resep dokter

Pelayanan ini dilakukan berdasarkan permintaan langsung dari pasien.

Biasanya terdiri dari obat-obat wajib apotek yang dapat diberikan tanpa resep

dokter atau obat-obat Untuk Pengobatan Diri Sendiri (UPDS), asisten apoteker

terlebih dahulu akan menanyakan keluhan, gejala penyakit, dan juga

menanyakan nama serta alamat pasien. Pada print-out pembayarannya

ditempelkan formulir UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) yang kemudian

dikumpulkan dan diarsipkan setiap hari.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 62: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

48

Universitas Indonesia

c. Pelayanan obat-obat narkotika dan psikotropika

Pelayanan obat-obat narkotika hanya dapat dilakukan jika terdapat resep

asli dari dokter. Resep yang diterima harus mencantumkan nama dokter, alamat,

nomor SIP (Surat Izin Praktek), serta nama dan alamat pasien secara lengkap.

Resep tersebut harus dipisahkan penyimpanannya, dan dibawah nama obatnya

harus diberi tanda merah. Jika obat yang dibeli tidak seluruhnya, maka harus

dibuatkan salinan resepnya dan hanya dapat ditebus kembali di apotek yang

sama. Pengadaan dan penyerahan obat-obat narkotika harus dilaporkan setiap

bulannya.

d. Penjualan obat dengan resep kredit

Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu

instasi atau perusahaan untuk pasien dari instasi yang telah mengadakan kerja

sama dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS), dimana

pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian

yang telah disepakati bersama. Pelayanan resep kredit dapat dilakukan melalui

faksimili, telepon, selanjutnya dibuat salinan resep atau pasien datang sendiri

membawa resep yang telah diberikan oleh dokter perusahaan. Prosedur

pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai,

hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti:

4. Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya maka tidak

dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh pasien tetapi langsung

dikerjakan oleh petugas apotek.

5. Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai. Resep diberi nomor

secara urut dalam lembar pemeriksaan proses resep.

6. Pada saat penyerahan obat, diminta tanda tangan pasien pada lembar tanda

terima obat.

7. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian dikumpulkan

dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan tiap instansinya dan dibuatkan

lembar atau syarat penagihan sesuai dengan format yang diminta. Penagihan

dilakukan saat jatuh tempo sesuai kesepakatan bersama.

e. Pelayanan obat di swalayan farmasi untuk produk OTC (Over The Counter)

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 63: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

49

Universitas Indonesia

Obat/barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah obat/barang yang

dapat dibeli secara bebas namun petugas apotek memiliki kewajiban untuk tetap

memberikan pengarahan, solusi terkait pemilihan serta informasi mengenai

obat. Informasi yang diberikan biasanya meliputi dosis, cara, dan waktu

pemberian yang benar, adanya kemungkinan efek samping, dan kontraindikasi

obat bila ada.

f. Pelayanan PRB (Program Rujuk Balik)

Mulai bulan maret 2014, Apotek Kimia Farma No. 55 melayani resep

untuk pasien peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Resep yang dilayani

didasarkan pada Formularium Nasional yang diterbitkan oleh BPJS (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial) tahun 2014.

g. Pelayanan Delivery Order

Apotek Kimia Farma No. 55 juga memiliki layanan pesan antar.

Pemesanan dilakukan via telpon ke nomer 7226444. Dalam sistem delivery ini

ada persyaratan yang harus diperhatikan oleh pemesan adalah bahwa sistem ini

hanya berlaku untuk pembeliaan obat atau produk di Apotek Kimia Farma No.

55 dengan minimal pembeliaan Rp. 100.000. Radius yang bisa dilayani berada

dalam jarak 3 km pada jam 08.00 sd 16.00. Sistem pembayaran yang

diberlakukan oleh sistem delivery order ini adalah COD (Cash On Delivery).

5. Standard Pelayanan

Apotek Kimia Farma No.55 memiliki standard pelayanan yang telah

mengakar menjadi etika dalam memperhatikan pelanggan. Standard pelayanan

tersebut tercermin dalam bentuk costumer first, yaitu greeting kepada

pelanggan saat pelanggan masuk dan keluar dari apotek. Begitu juga greeting

saat menerima telepon dan mengakhirinya. Greeting saat pelanggan masuk ke

dalam apotek “Selamat datang di Kimia Farma” (kedua telapak tangan

dirapatkan dan diletakan di depan dada). Greeting saat pelanggan keluar apotek

“Terimakasih, semoga sehat selalu” (tangan kanan diletakan di dada sebelah

kiri). Greeting saat menerima telepon “Selamat pagi/ siang/ sore/ malam…..

Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama, dengan (sebut nama)…. Ada yang bisa

dibantu?”. Greeting saat mengakhiri telepon “Terimakasih (sebut nama

penelpon jika mengenal) Semoga sehat selalu.”

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 64: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

50

Universitas Indonesia

6. To Achieve GPP (Good Pharmaceutical Practice)

Dalam mewujudkan apotek yang berkualitas, Apotek Kimia Farma

No.55 terus senantiasa meningkatkan kualitas sarana prasarana, pelayanan dan

managerialnya sesuai standard GPP yang dibuat oleh Kimia Farma Apotek.

Standard GPP yang diterapkan mengacu kepada standard GPP internasional

perapotekan. Tujuan dari penerapan ini adalah untuk menjadikan Apotek

Kimia Farma yang memenuhi standard Apotek internasional yang baik

suasananya, pelayanan dan managemennya.

Aspek-aspek yang dijadikan penilaian meliputi :

1. Aspek gedung/bangunan (bangunan, ruangan, peralatan, dan alat bantu

layanan).

2. Aspek tenaga kerja (ketenagaan, mutu proses, dan pembelajaran).

3. Aspek pelayanan (layanan resep, layanan UPDS, monitoring dan home

care), legalitas (hokum, etika dan regulasi) dan KIE (informasi obat dan

edukasi masyarakat, serta mencegah obat yang tidak rasional).

Penilaian GPP ini dilakukan melalui audit internal dari pihak Apotek Kimia

Farma No.55 yang independen. Hasil audit ini berupa skor 1-8. Jika skor sudah

mencapai 8 maka apotek tersebut siap untuk dilakukan audit eksternal oleh

pihak suku dinas kesehatan Jakarta Selatan.

7. Sistem pelaporan narkotika dan psikotropika

Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara

terintegrasi melalui program yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yaitu program

SIPNAP. Sistem pada program ini memiliki bagian-bagian yang terintegrasi,

yaitu unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas

kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2009). Program SIPNAP ini dapat diakses melalui komputer yang telah

terhubung internet dengan memasuki website http://sipnap.binfar.depkes.go.id

menggunakan username dan password yang sudah terdaftarkan.

Unit pelayanan kesehatan dalam hal ini Apotek Kimia Farma No.55

mengunduh terlebih dahulu format laporan penggunaan narkotika atau

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 65: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

51

Universitas Indonesia

psikotropika melalui menu import narkotika atau import psikotropika setelah

login. Unit pelayanan kesehatan melakukan pengisian laporan tersebut,

kemudian memasukkannya ke program SIPNAP melalui menu import,

submenu import narkotika atau import psikotropika.

Pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota akan mendapatkan

username dan password dari pusat untuk dapat login ke dalam program ini.

Pihak pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melihat data-

data unit pelayanan kesehatan yang telah mendaftar pada menu data unit

layanan, submenu data unit layanan. Selain itu, pada menu ini pihak pengelola

SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota juga dapat mengubah apabila ada

perubahan data atau kesalahan pada data yang telah diisi oleh unit-unit tersebut

pada saat mendaftar atau menghapus data-data tersebut. Pada menu import,

submenu import narkotika atau import psikotropika juga dapat dilakukan

pengubahan atau penghapusan data. Persetujuan registrasi/pendaftaran unit

pelayanan kesehatan dapat dilakukan pada menu approval unit layanan,

kemudian pilih unit layanan yang akan disetujui.

4.4.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian

Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan berupa administrasi harian

dalam bentuk :

1. Administrasi keuangan

a. Bukti Setoran Kas (BSK)

Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima dari APA atas hasil penjualan

tunai pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi dan dicetak oleh

APA.

b. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)

Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk

pembayaran tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah penjualan

OTC, UPDS, HV, debet dan tunai. Laporan ini dibuat dan divalidasi oleh

APA. Khusus untuk laporan konsinyasi dibuat terpisah dan dicetak per

supplier serta direkap tiap bulan.

c. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK)

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 66: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

52

Universitas Indonesia

Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas kecil

(petty cash) untuk keperluan operasional apotek, misalnya untuk

pembayaran listrik, air, bensin, keamanan dan lain-lain. Laporan ini dibuat

oleh bagian administrasi yang ditunjuk dan diketahui oleh APA, biasanya

laporan ini divalidasi tiap 2 minggu.

2. Administrasi barang

Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian

(faktur pembelian), defekta, Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat

Pesanan (terutama narkotika dan psikotropika), kartu stok, laporan stock

opname dan lain-lain.

3. Administrasi Sumber Daya Manusia (SDM)

Kegiatannya meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal kerja,

absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan lain-lain.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 67: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

53 Universitas Indonesia

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker yang telah

memenuhi syarat sebagai apoteker pengelola apotek sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Apotek Kimia Farma no.55 merupakan apotek

pelayanan di bawah Bisnis Manager wilayah Jaya 1. Apotek Kimia Farma no. 55

berlokasi di Jalan Raya Kebayoran Lama no. 34K Jakarta Selatan. Apotek ini

mudah diakses karena terletak di tepi jalan dua arah dan dekat dari pusat aktivitas

masyarakat seperti pasar, stasiun, Bank, dan rumah sakit sehingga lokasi apotek ini

dapat dikatakan strategis.

Apotek Kimia Farma no. 55 berada di sebuah ruko empat lantai, lantai dasar

digunakan untuk apotek itu sendiris dan juga direncanakan untuk ruang praktik

dokter umum, lantai 1 hingga lantai 2A direncanaan diperuntukkan untuk praktik

dokter lainnya (dokter gigi, dokter anak, dokter THT, dokter mata, dan laboratorium

klinik, dan untuk lantai 2B telah diperuntukkan untuk praktik dokter kecantikan.

Untuk ruangan apoteknya sendiri dibagi menjadi dua area utama, yaitu area

swalayan dan area etichal/peresepan. Pada area swalayan ini pasien dapat memilih

sendiri obat atau produk lain yang dibutuhkan. Area ini menyediakan obat golongan

bebas dan obat golongan bebas terbatas, alat kesehatan, dan banyak produk lainnya

yang telah ditata rapi berdasarkan kelompok-kelompok tertentu seperti oral care,

skin care, soap and body wash, medicine yang berisi obat-obat bebas dan bebas

terbatas, tradisional medicine, vitamin dan mineral, personal care, food

supplement, peralatan PPPK, baby and child care, milk and nutrition, dan produk-

produk yang diproduksi oleh kimia farma (marcks, venus, fitocare, enzymfort,

dasabion dan lain-lain).

Area selanjutnya adalah area ethical. Area ini terdiri dari counter

penerimaan resep, pelayanan transaksi (kasir), penyerahan resep, meja konsultasi,

tempat peyimpanan obat, dan tempat peracikan obat. Obat yang disimpan di area

ethical ini adalah obat-obat golongan keras, narkotika, psikotropika, hormon,

vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan khusus dalam penyimpanannya

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 68: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

54

Universitas Indonesia

(misalnya di dalam lemari es). Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan efek

farmakologi (Hormon, antidiabetes, kolesterol, hipertensi, pencernaan, alergi,

antibiotik, pernafasan, analgesik), generik, bentuk sediaan (sirup dan sirup kering

antibioti, sirup, krim dan salep, tetes mata, tetes telinga, inhaler, nebule), obat-obat

untuk lembaga tertentu (misalnya ASKES/BPJS, Inhealth) dan penyimpanan

khusus (di lemari es, misalnya insulin, suppositoria), masing-masing obat dalam

kelompok tertentu diurutkan secara alfabetis dan diberikan label dengan warna

tertentu untuk memudahkan pencarian.

Ruang racik terletak dibagian dalam dari ruang ethical. Ruang racik ini

tertutupi oleh lemari penyimpanan obat yang menyebabkan pasien tidak dapat

melihat proses peracikan. Keuntungan dari ruang racik yang tersembunyi ini adalah

petugas dapat dengan leluasa meracik tanpa khawatir diperhatikan oleh pasien yang

menunggu, obat dan alat racikan pun dapat lebih terjaga kebersihannya karena

dengan ruangan yang lebih tertutup dapat meminimalisir debu dan udara dari luar,

namun ada juga kekurangannya yaitu pasien yang menunggu lama terkadang sering

komplain karena tidak mengetahui proses peracikan.

5.2 Personalia Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Petugas di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebaoran Lama berjumlah 18 orang

yang terdiri dari apoteker, apoteker pendamping, asisten apoteker (AA), dan juru

racik, petugas keuangan dan juru parkir. Selain itu terdapat pihak lain yang bekerja

sama dengan apotek seperti Sales Promotion Girl (SPG) produk-produk tertentu

yang bekerja sama dengan Kimia Farma dan dokter beserta asistennya. Apotek

Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama melayani pasien selama 24 jam dengan

sistem pembagian jam kerja 3 shift, dimana shift pertama adalah pukul 08.00 –

15.00 WIB, shift kedua pukul 15.00 – 22.00 WIB, dan shift ketiga pukul 22.00 –

08.00 WIB.

Masing-masing petugas telah diberi peran dan fugsi masing-masing dalam

menjalankan kegiatan operasional di apotek. Apoteker bertugas bertanggung jawab

dalam memimpin dan mengatur seluruh kegiatan di apotek. Dalam kegiatan sehari-

hari apoteker mengawasi kinerja petugas yang lain, mengevaluasi kinerja mereka

dan menetapkan target-target yang harus dicapai oleh apotek seperti tingkat

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 69: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

55

Universitas Indonesia

pelayanan pasien, ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan, kebersihan apotek,

omset yang harus dicapai dan mengatur hubungan apotek dengan pihak luar seperti

dokter yang melakukan praktik kerja di apotek maupun petugas gudang dan logistik

di BM Jaya 1. Ketika apoteker tidak ada di tempat maka posisi apoteker digantikan

oleh apoteker pendamping. Apoteker pendamping dalam kesehariannya bertugas

melakukan pelayanan sehari-hari di apotek seperti pelayanan resep, konseling, PIO,

membantu mengkoordinasi petugas apotek lainnya serta melakukan pekerjaan

lainnya seperti membuat laporan BPBA. Petugas lainnya adalah asisten apoteker

(AA). AA memiliki peran yang cukup penting sebagai tenaga teknis praktek

kefarmasian. Dalam kegiatan operasional di apotek, AA bertugas untuk membantu

apoteker maupun apoteker pendamping untuk melayani resep, menyiapkan obat,

dan penyerahan resep kepada pasien. Setiap AA juga diberikan tanggung jawab

masing-masing untuk melakukan tugas-tugas tertentu, diantaranya membuat

laporan psikotropik dan narkotik, pembuatan BPBA, pengarsipan piutang dan

hutang, dan tugas lainnya dimana semuanya masih dalam pengawasan apoteker.

Untuk mempersiapkan resep dalam bentuk racikan, AA dibantu oleh juru racik

yang selain itu bertugas juga sebagai petugas yang mobile (mengantarkan pesanan

obat, mengambil obat di apotek KF lainnya, mengantarkan setoran, dan lainnya).

Tugas sebagai kasir baisanya dirangkap oleh apoteker pendamping maupun AA

yang telah diberi pelatihan.

Dalam melakukan tugasnya masing-masing anggota telah diberi pelatihan

ssuai dengan masing-masing tugasnya. Pelatihan yang diberikan meliputi

pelayanan resep, peracikan obat, dropping obat, pengelolaan perbekalan farmasi

seperti pembuatan data shaf, laporan pareto, dan BPBA, serta pelatihan teknis

meliputi pengucapan salam ketika ada pasien datang ke apotek, pasien

meninggalkan apotek dan saat menerima dan mengakhiri percakapan di telpon. Saat

pasien datang ke apotek setiap petugas harus memberikan salam yaitu “Selamat

datang di Kimia Farma, ada yang bisa dibantu” sambil menangkupkan tangan di

depan dada ketika pasien datang, dan ucapan “Terima Kasih, semoga sehat selalu”

sambil menempatkan telapak tangan kanan di dada bagian kiri ketika pasien keluar

dari apotek. Pada saat menerima telpon maka petugas harus mengucapkan salam

“Selamat pagi/siang/sore/malam, apotek kimia farma kebayoran lama dengan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 70: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

56

Universitas Indonesia

(nama petugas) ada yang bisa dibantu”, kemudian salam ketika mengakhiri

perbincangan di telpon adalah “terimaksih, semoga sehat selalu”.

5.3 Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55

Kebayoran Lama meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan

pelayanan obat dan perbekalan farmasi kepada pelanggan.

1. Kegiatan Perencanaan & Pengadaan

Kegiatan perencanaan dan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma baik

obat-obatan maupun alat kesehatan dilakukan secara terpusat melalui bagian

pembelian Distribution Centers (DCs) di Business Manager (BM). Tujuannya

adalah agar mempermudah pengadaan di apotek serta bisa mendapatkan diskon

yang lebih banyak akibat dari pemesanan barang dalam jumlah yang besar sehingga

dapat dimanfaatkan sebagai pemasukan berlebih untuk apotek atau penurunan

harga barang yang ditujukan untuk promosi. Pemesanan secara terpusat juga dapat

menjamin bahwa barang dapat dibeli dari PBF yang dapat dipercaya, sehingga

keaslian, keamanan, dan kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan

Di Apotek Kimia Farma NO. 55 Kebayoran Lama, perencanaan barang

dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari Jum’at. Tujuan dilakukan sekali dalam

seminggu adalah agar pemesanan bisa disiapkan dengan baik oleh apotek

berdasarkan jumlah barang yang banyak dibeli dalam satu minggu (data pareto).

Selain itu, dengan sistem tersebut akan memudahkan BM dalam mengkoordinir dan

mengatur perencanaan, pengadaaan dan distribusi ke masing-masing apotek yang

ada di bawah wilayahnya. BM akan menampung semua BPBA dari apotek

pelayanan yang berada dalam satu wilayah, kemudian memprosesnya dan

memesankan produk yang diperlukan oleh apotek pelayanan ke PBF, PBF akan

mengantarkannya langsung ke gudang yang berada di BM, yang selanjutnya akan

didistribusikan ke apotek pelayanan sesuai dengan jadwal. Barang akan tiba di

apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama pada hari rabu dan jum’at.

Pembuatan BPBA didahului oleh pembuatan pareto oleh apoteker atau

asisten apoteker. Dari anlisis secara pereto diperoleh data pareto A, pareto B dan

pareto C. Pareto A merupakan produk yang memberikan kontribusi omset hingga

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 71: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

57

Universitas Indonesia

sekitar 80% walaupun jumlahnya hanya sekitar 20% dari keseluruhan jumlah

produk yang berada di apotek, sedangkan pareto B merupakan barang yang

ketersediannya mewakili 30% poduk yang ada di apotek dengan kontribusi omset

sebesar 15 %. Pareto C merupakan produk yang memberikan kontribusi omset

sekitar 5% dengan jumlah produk yang ada di apotek sekitar 50% dari total produk.

Prioritas pengadaan adalah terlebih dahulu memesan produk yang termasuk dalam

kategori pareto A yang kurang kemudian pareto B yang kurang dan pareto C yang

kurang. Keuntungan dari sistem pareto ini adalah barang yang akan dipesan

merupakan barang yang banyak dicari oleh pasien yang datang ke apotek sehingga

dengan sisitem ini dapat mencegah kekosongan barang yang ada di apotek dan juga

mencegah kelebihan stok barang yang kurang laku di apotek. Keuntungan lainnya

yaitu perputaran barang semakin cepat sehingga aliran keuangan juga akan menjadi

semakin lancar.

Pemesanan barang melalui BPBA juga bisa dilakukan terhadap barang baru

yang belum tersedia di apotek akan tetapi memiliki potensi untuk terjual di apotek.

Barang yang dipersan bisa berupa obat-obatan, alat kesehatan, makanan, minuman,

kosmetik dan barang-barang lainnya. Meskipun barang tersebut tidak ada dalam

laporan pareto akan tetapi bsia dipesankan melalui sistem BPBA. Pengadaan

barang diluar pareto ini dapat meningkatkan omset apotek terutama dari

swalayannya. Akan tetapi pemesanan barang-barang tersebut harus diperhitungkan

dengan matang baik jenis barang maupun jumlahnya sesuai dengan barang yang

banyak diminati oleh konsumen. Perencanaan yang matang dapat mencegah apotek

dari kerugian akibat barang yang diadakan tidak laku terjual.

Untuk obat golongan psikotropika dan narkotika pengadaan tidak dilakukan

dengan sistem BPBA. Pengadaannya tidak terpusat melalui BM melainkan

langsung dari apotek ke PBF yang telah ditunjuk sebagai distributor obat golongan

psikotropika dan narkotika, kemudian PBF pun akan langsung mengantarkan obat

ke apotek yang bersangkutan. Pengadaan narkotik dan psikotropik berbeda karena

kedua macam obat ini peredarannya dipantau secara ketat oleh pemerintah sehingga

pengadaan dalam jumlah besar tidak diperbolehkan. Lembar surat pesanan (SP)

untuk obat Narkotika dan psikotropika merupakan SP khusus yang harus dibuat

dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 72: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

58

Universitas Indonesia

obat psikotropika satu lembar SP boleh terdiri dari lebih dari satu jenis produk,

sedangkan untuk obat narkotika, satu lembar SP hanya boleh mencantumkan satu

jenis produk dengan satu satuan dosis. Hal ini dilakukan agar pendistribusian obat

psikotropikadan narkotika dapat selalu terawasi dan terkendali, bukti dokumen

seperti Surat Pemesanan menjadi sangat penting untuk pemerintah mengawasi

pendistribusian obat narkotika dan psikotropika dari PBF ke apotek atau Rumah

Sakit. Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma

selaku distributor tunggal.

Perencanaan yang baik dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan

persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi

manajemen) diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi

pengadaan suatu apotek menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan

karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek.

Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan (HPP)

yang optimal dan jumlah penolakan resep minimal.

2. Kegiatan Penerimaan

Kegiatan penerimaan barang datang di Apotek Kimia Farma dilakukan oleh

petugas apotek (AA) yang sedang bertugas pada saat itu. Barang datang dapat

melalui BM dari gudang, langsung dari PBF, atau dari apotek kimia farma lainnya.

Pendistribusian barang dari gudang BM dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu

pada hari rabu dan jumat. Barang yang datang ke apotek harus diperiksa oleh

petugas penerima barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain adalah

memeriksa jumlah koli atau banyaknya dus yang dikirim dari gudang ke apotek,

setelah itu dicek kesesuaian barang yang datang dengan BPBA, mencocokkan nama

barang, bentuk sediaan, volume kemasan, dosis obat, dan banyaknya barang yang

dipesan, pemeriksaan tanggal kadaluarsa dan nomer batch juga dilakukan untuk

pemeriksaan yang lebih lengkap. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya

kesalahan barang yang datang baik jenis, dosis, atau jumlahnya. Jika sudah

diperiksa, maka diberikan paraf, nama petugas yang menerima barang, tanggal

penerimaan, dan waktu kedatangan barang untuk mempermudah penelusuran

tentang siapa yang bertanggung jawab ketika terdapat kesalahan barang yang

datang.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 73: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

59

Universitas Indonesia

3. Kegiatan Penyimpanan

Setelah dilakukan penerimaan barang dari BM maka barang akan disusun

pada tempat masing-masing. Obat-obat ethical akan ditata dan disimpan pada

lemari obat-obat ethical yang terdiri dari lemari vitamin, obat generik, antibiotik,

pencernaan, hipertensi, hormon, diabetes, tetes mata dan tetes hidung, tetes telinga,

inhaler, BPJS, kulkas, semisolid, racikan dan lemari khusus untuk sediaan sirup.

Masing-masing obat dalam lemari diurutkan berdasarkan abjad sehingga

memudahkan petugas untuk mencari obat-obatan berdasarkan data farmakologis

obat dan urutannya. Selain memudahkan petugas penyusunan tersebut juga berguna

untuk menghindarkan petugas dari kesalahan pengambilan obat akibat nama dan

bentuk yang hampir sama (LASA) serta nama obat yang sama akan tetapi dosis

berbeda. Selain itu obat-obatan dalam lemari yang sama dibedakan lagi dengan

menggunakan warna wadah yang berbeda. Hal ini untuk lebih memudahkan

petugas membedakan golongan obat karena dalam lemari yang sama bisa saja

terdapat dua jenis obat dengan fungsi farmakologi yang berbeda. Penyimpanan obat

dalam kulkas hanya dikhususkan untuk sediaan yang mmerlukan kondisi

penyimpanan pada suhu < 25°C seperti suppositoria, ovula, pulvis dll.

Penyimpanan obat menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First

Expired First Out (FEFO) yang berfungsi untuk mengontrol sediaan farmasi.

Pengontrolan barang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan kartu

stok dan data yang ada pada sistem komputer. Kartu stok barang digunakan sebagai

catatan manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang

melakukan pemasukan/pengeluaran obat. Namun dikarenakan proses transaksi

yang disibukkan oleh pelayanan terhadap pasien membuat pencatatan pada buku

stok menjadi jarang dilakukan, padahal hal ini cukup penting karena dapat

memberikan informasi mengenai obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsanya.

Begitu juga jumlah stok yang tersedia pada sistem komputer terkadang tidak sesuai

dengan jumlah stok yang ada di apotek. Ketidaksamaan ini kemungkinan

diakibatkan oleh jumlah barnag di sistem yang belum di update oleh petugas

ataupun kesalahan yang dilakukan oleh petugas ketika menyesuaikan pilihan antara

barang yang dibeli oleh pasien dengan barang jenis barang yang ada di sistem.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 74: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

60

Universitas Indonesia

Untuk mencegah hal tersebut maka perlu dilakukan pembenahan pada sistem

terutama pada penulisan nama dan spesifikasi barang di komputer harus sesuai

dengan barang yang ada di apotek.

Pemberian label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap

kotak obat merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan dalam mengelola

expired date obat. Warna label yang diberikan ada tiga macam yaitu hijau, kuning

dan merah. Label warna merah menunjukan bahwa obat masih memiliki rentang

waktu 3 tahun sebelum daluwarsa, warna kuning 2 tahun sebelum daluwarsa dan

merah 1 tahun sebelum daluwarsa. Namun, pelaksanaan pemberian label tersebut

kurang maksimal karena banyak tempat obat yang belum diberi label.

Kemungkinan hal ini disebabkan oleh petugas yang terlalu sibuk melayani pasien

sehingga kekurangan waktu untuk mengecek pelabelan masing-masing wadah obat.

Selain itu obat biasanya tersedia dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak

memerlukan waktu lama untuk terjual. Oleh karena itu pemberian label menjadi

sangat sering dilakukan sehingga akan menambah pekerjaan bagi petugas di apotek.

Namun, mengingat pemerian label ini merupakan suatu upaya yang sangat penting

untuk mencegah barang yang ada di apotek lewat dari masa daluwarsanya maka

sebaiknya pelabelan harus tetap dilakukan akan tetapi hanya diberikan satu jenis

label yang menandakan bahwa obat akan lewat masa daluawarsanya satu tahun lagi.

Dengan demikian semua wadah tidak perlu diberi label, hanya wadah tertentu yang

berisi obat yang jarang dibeli oleh pasien. Untuk perlu juga dilakukan pengecekan

secara berkala tentang jumlah obat dan tanggal daluwarsanya.

4. Kegiatan Pelayanan Apotek

Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 55 adalah

melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/OTC

(Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan

HV (Hand Verkoop), serta penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal

sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri).

Menurut kaidah pelayanan, saat konsumen datang ke suatu apotek guna

memperoleh obat. Dengan demikian, pihak apotek haruslah menjadi terminal

distribusi obat bagi konsumen untuk mendapatkan obat. Jika persediaan obat di

apotek sering terjadi kekosongan/tidak lengkap, maka dapat mengakibatkan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 75: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

61

Universitas Indonesia

konsumen mengalami kecewaan. Hal ini tidak hanya dapat menurunkan citra

apotek terhadap pandangan konsumen tersebut tetapi juga bagi orang lain yang

mendapat informasi dari konsumen sebelumnya perihal kondisi apotek yang tidak

lengkap. Hasil akhirnya adalah penurunan penjualan apotek karena calon konsumen

berpindah ke apotek pesaing.

Selama pengamatan di Apotek Kimia Farma No. 55 jarang terjadi

penolakan resep karena tidak tersedianya obat. Namun jika terjadi kekosongan

barang untuk memenuhi permintaan konsumen maka ditawarkan obat lain sebagai

pengganti obat yang tidak ada sesuai dengan rekomendasi dari dokter pasien

tersebut. Untuk obat yang persediaannya habis, diantisipasi dengan melakukan

aktivitas pengantaran obat, segera setelah obat tersebut tiba, selain itu obat yang

kurang pun akan dijanjikan untuk disediakan obatnya sehari setelah pembelian.

Secara umum, petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah

melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta

diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas juga telah

menunjukkan sikap santun dan informatif dengan selalu berbicara dengan bahasa

yang baik. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta mambantu

mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen tidak mampu menebus

obat, maka dicarikan obat yang sama dengan harga yang lebih terjangkau. Keadaan

tersebut perlu terus dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena

keramahan petugas merupakan salah satu unsur pendorong untuk menimbulkan

minat pelanggan sehingga melaksanakan pembelian.

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan komitmen setiap pagi berupa

pertemuan rutin pada pagi hari yang berisi pembacaan janji petugas untuk melayani

pasien dengan maksimal, pembahasan masalah yang terjadi kemarin dan ditutup

dengan do’a bersama.

Pelayanan informasi obat untuk konsumen diberikan oleh Asisten Apoteker

(AA), maupun oleh Apoteker. Selain itu disediakan juga program Upaya

Penyembuhan Diri Sendiri (UPDS) yang dibimbing oleh Apoteker sehingga

Apoteker tidak hanya aktif melayani pasien dalam menyediakan produk obat, tetapi

juga disertai dengan informasi dan penjelasan yang cukup tentang obat yang

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 76: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

62

Universitas Indonesia

diterima. UPDS merupakan salah satu bentuk swamedikasi dimana Apoteker

berwenang memberikan obat keras dengan pertimbangan tertentu seperti pasien

sudah pernah memakai obat sebelumnya atau pasien memakai obat tersebut untuk

waktu yang lama. Harga obat UPDS lebih murah dari obat resep karena obat UPDS

tidak dikenakan biaya servis. Oleh karena itu, copy resep dari apotek lain juga

memakai harga obat UPDS sehingga menimbulkan persepsi di mata pelanggan

bahwa harga obat di apotek ini lebih murah, ini merupakan salah satu strategi untuk

menarik pelanggan.

Swalayan farmasi juga merupakan salah satu pelayanan yang diberikan di

Apotek Kimia Farma No. 55, swalayan ini membantu pasien untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan seperti kosmetik, minuman, alat kesehatan, perlengkapan

bayi dan lain-lain. Dengan adanya swalayan ini diharapkan dapat memberikan

penghasilan tambahan apotek dan dapat membantu mengalihkan perhatian pasien

selama menunggu obatnya selesai disamping di sediakannya juga televisi.

5.4 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan

Kegiatan pengarsipan resep di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran

Lama telah dilakukan secara rutin. Resep asli dikumpulkan, diurutkan dan disimpan

sesuai dengan tanggal penerimaan dan nomor urut resep. Resep dibendel sesuai

dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis keterangan kelompok resep (umum atau

narkotika & psikotropika), tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan

disimpan ditempat yang telah ditentukan. Penyimpanan bendel resep yang

dilakukan secara berurutan dan teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas

jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep. Resep tersebut disimpan dalam

lemari khusus selama 3 tahun untuk kemudian dimusnahkan sesuai dengan

prosedur.

Pengelolaan resep BPJS berbeda dengan resep biasa. Resep BPJS

dikumpulkan , diurutkan dan disimpan sesuai dengan tanggal dan nomor urut resep.

Akan tetapi resep ini tidak disimpan oleh apotek akan tetapi setiap bulan sekali

disetorkan ke BPJS sebagai bukti pelayanan resep tersebut di apotek.

Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan

penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 77: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

63

Universitas Indonesia

bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Semua resep

disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan penggunaan narkotika

dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan menyerahkan Laporan

Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan Penggunaan Sediaan Jadi

Psikotropika ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dan arsip untuk apotek.

Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung

jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan

3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal

kadaluarsa.

5.5 Kegiatan Administrasi dan Keuangan

Sebagai pengelola apotek, APA bertanggung jawab terhadap

kelangsungan hidup apotek sehingga di samping ilmu kefarmasian yang menjadi

dasar di bidang pelayanan kefarmasian meliputi pengadaan, penyimpanan,

pelayanan atau penjualan dan pelayanan informasi obat, diperlukan pula ilmu

pengelolaan bisnis meliputi pengelolaan modal, sarana, administrasi, keuangan,

ketenagakerjaan dan pemasaran agar apotek dapat memberikan keuntungan

tersendiri dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap apotek tersebut.

Melalui konsep Bisnis Manajer maka terjadi efisiensi pada beberapa

bagian termasuk struktur organisasi seperti halnya pada bagian Administrasi dan

keuangan yang tidak dimiliki lagi oleh apotek pelayanan. Semua urusan

administrasi dan keuangan ditangani oleh Bisnis Manajer.

Secara umum proses pelaksanaan fungsi pencatatan/administrasi di Apotek

Kimia Farma No. 55 yang ditangani oleh Bisnis Manajer Jaya 1 telah berjalan

dengan baik. Hal ini terutama ditunjang oleh adanya sistem informasi manajemen

yang baik dan terkomputerisasi yaitu program SIMKA (Sistem Informasi

Manajemen dan Keuangan Apotek) yang dipakai oleh seluruh Apotek Kimia Farma

yang ada di Indonesia. Dengan adanya SIMKA maka kegiatan yang berhubungan

dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan memungkinkan

kontrol terhadap apotek-apotek pelayanan yang berada di wilayah BM tersebut.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 78: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

64

Universitas Indonesia

Fungsi keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab

langsung kepada Bisnis Manajer. Untuk wilayah Jaya 1, BM-nya berada di Apotek

Kimia Farma No. 42. Petugas kasir kecil (kasir di apotek pelayanan) dapat

menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift dengan menyertakan bukti setoran

kasir. Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan

Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh petugas apotek sebelum diserahkan

kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH

harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada

transaksi yang belum dientry dan sebagainya.

Karena kasir kecil tidak bisa membuka LIPH, maka tidak ada kemungkinan

terjadinya penyimpangan uang. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas

tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank. Sehingga mekanisme

pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang.

Fungsi keuangan ini dilakukan oleh satu orang yaitu kasir besar dengan tujuan

untuk menghindari adanya penyimpangan akibat adanya saling lempar tanggung

jawab jika fungsi keuangan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Secara umum

fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar

prosedur operasional yang ditetapkan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 79: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

65 Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.

55 Kebayoran Lama meliputi pemberian informasi obat, edukasi pasien,

pelayanan swamedikasi dan konseling. Pelayanan kefarmasian yang

dilakukan berbasis kepada pasien dengan tujuan untuk membantu pasien

agar memperoleh pengobatan yang maksimal sesuai dengan standar Good

Pharmaceutical Practices. Sedangkan kegiatan non-teknis kefarmasian

meliputi kegiatan manajerial apotek, promosi, pengelolaan perbekalan

farmasi yang meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, penyerahan

dan dokumentasi, pelaporan, administrasi dan keuangan.

2. Mahasiswa calon apoteker telah mempraktekkan kegiatan pelayanan

kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama dengan baik.

Kegiatan kefarmasian yang dilakukan antara lain pelayanan resep yang

meliputi penerimaan resep, skrining, peracikan, pembuatan copi resep,

penyerahan obat serta pemberian informasi obat dan konseling, pelayanan

swamedikasi, penanganan obat narkotika dan psikotropika, dan promosi

kesehatan kepada masyarakat terutama pembeli yang datang ke apotek.

5.2 Saran

4. Jadwal pembelian perlu lebih diperhatikan, lebih mengoptimalkan sistem

buffer stock, serta lebih meningkatkan kedisiplinan dalam monitoring stok

obat di apotek, sehingga dapat menjamin kelengkapan obat dan alat

kesehatan di apotek, agar setiap yang dibutuhkan pasien senantiasa tersedia.

5. Kualitas petugas apotek sebagai pemberi informasi obat perlu ditingkatkan,

salah satunya melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan yang dilakukan

secara berkala sehingga pemberian informasi obat yang diberikan tidak

hanya sebatas cara pakai namun juga efek samping obat dan hal-hal lain

yang terkait dengan pasien.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 80: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

66

Universitas Indonesia

6. Kebersihan apotek perlu lebih diperhatikan termasuk kebersihan lemari

etalase obat maupun kebersihan toilet, dengan cara pembersihan secara

periodik untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan.

7. Untuk meningkatkan kenyamanan dalam ruang tunggu sebaiknya

disediakan air minum gratis, dan bacaan (koran, majalah, tabloit) agar

pelanggan tidak bosan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 81: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

67

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Daris, Azwar. (2008). Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan

Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

Daris, Azwar. (2008). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

dalam Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan Kefarmasian.

Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

Daris, Azwar. (2008). Undang – undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang−undangan

Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri

Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat

Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Review Penerapan Sistem

Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan

Dinamika Obat PBF Regional I, II dan III Tahun 2010. Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. www.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri No.

1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Kimia Farma. (2013). Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker. Jakarta: PT. Kimia

Farma Apotek.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 82: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

68

Universitas Indonesia

Quick, Jonathan D. (1997). Managing Drug Supply: The Selection, Procurement,

Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd ed. Connecticut: Kumarian

Press. Hal. 629-639.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 83: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 84: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

70

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Posisi dalam struktur organisasi kimia farma pusat

Lampiran 2. Posisi dalam struktur organisasi

Managing Director

Operation Director

Bussiness

Manager

Operating

& PMS

Logistic &

Purchasing

Merchandise

& Product

Finance, HC & GA

Director

HC & GA Finance

Comm & Inf

Tech

Bussiness &

Market Dev

Comm & Inf

Tech

Unit Clinic

Business manager

PhM Logistic/Supply

Chain

Performance

Management &

Support

Logistic

Performance

Management

Merchandise

Accounting &

Finance

IT

Swalayan

Farmasi

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 85: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

71

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Alur proses pembelian obat narkotika dan psikotropika

Keterangan :

SP : Surat Pesanan

BPBA : Bon Permintaan Barang Apotek

APP : Apotek Pelayanan

Apt. Adm. : Apotek Administrator

Bussiness Manager Apotek Pelayanan

Distributor

Faktur Asli

SP Narkotika

SP Psikotropika

Barang

Copy Faktur DO

Faktur + Barang

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 86: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

72

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Alur proses pembelian obat non narkotika

Keterangan :

SP : Surat Pesanan

BPBA : Bon Permintaan Barang Apotek

APP : Apotek Pelayanan

Apt. Adm. : Apotek Administrator

Apotek Pelayanan

(APP)

Bussiness Manager

(Gudan dan logistik)

Rekap SP

Distributor

SP/BPBA

Faktur Asli

Barang

Faktur/DO

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 87: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

73

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Alur proses pembelian obat apotek berdiri sendiri

Keterangan :

SP : Surat Pesanan

BPBA : Bon Permintaan Barang Apotek

APP : Apotek Pelayanan

Apt. Adm. : Apotek Administrator

Apotek Kimia Farma

Berdiri Sendiri

Distributor

SP Obat

SP Nark.

SP Psiko

Barang

Faktur/D

Faktur Asli

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 88: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

74

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Contoh tabel skrining resep

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 89: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

75

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Dokumentasi pasien home care

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 90: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

76

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Contoh catatan pengobatan pasien

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 91: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

77

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien dengan resep

dokter

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 92: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

78

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Contoh formulir monitoring efek samping obat

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 93: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

79

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 94: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

80

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Contoh etiket dan label obat

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 95: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

81

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Contoh copy resep

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 96: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

82

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Area swalayan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 97: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

83

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Area ethical Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 98: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

84

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Lemari penyimpanan obat Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran

Lama

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 99: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

85

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Ruang Racik Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

Lampiran 18. Contoh label kadaluarsa

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 100: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

86

Universitas Indonesia

Lampiran 19. Lemari Narkotika dan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.55

Kebayoran Lama

Lampiran 20. Surat pesanan narkotika

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 101: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

87

Universitas Indonesia

Lampiran 21. Surat pesanan psikotropika

Lampiran 22. Daftar obat-obat golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.

55

No Daftar Obat

1 Codein 10 mg

2 Codein 15 mg

3 Codein 20 mg

4 Codipront Cum Exp Tab

5 Codipront Tab

6 Codipront Cum Exp Syrup

7 Codipront Syrup

8 Coditam Tab

9 MST (Morfin Sulfat) Cont 10 mg

10 MST (Morfin Sulfat) Cont 15 mg

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 102: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

88

Universitas Indonesia

Lampiran 23. Daftar obat-obat golongan psikotropika di Apotek Kimia Farma

No.55

No Daftar Obat

1 Ativan 0,5 mg

2 Analsik

3 Anafranil 10 mg

4 Amitriptyline 25 mg

5 Alprazolam 0,5 mg

6 Alprazolam 1 mg

7 Alganax 0.25 mg

8 Alganax 0.5 mg

9 Alganax 1 mg

10 Acetram

11 Abilify

12 Ativan 1 mg

13 Ativan 2 mg

14 Braxidin

15 Cetalgin

16 Chlorpromazine 100 mg

17 Clobazam 10 mg

18 Clozaril 25 mg

19 Danalgin

20 Diazepam 2 mg

21 Esilgan 1 mg

22 Esilgan 2 mg

23 Frisium 10 mg

24 Frixitas 1 mg

25 Frixitas 0,5 mg

26 Govotil 5 mg

27 Haloperidol 5 mg

28 Haloperidol 1,5 mg

29 Haloperidol 0,5 mg

30 Hexymer 2 mg

31 Luminal

32 Librax

33 MTX

34 Neurodial

35 Neuropyron

36 Proneuron

37 Patral

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 103: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

89

Universitas Indonesia

38 Promactil 100 mg

39 Persidal 2 mg

40 Risperdal 2 mg

41 Risperidone 2 mg

42 Riklona 2 mg

43 Rivotril 2 mg

44 Sanmag

45 Stileran

46 Somadril Comp

47 Stelazin 5 mg

48 Stilnox

49 Sizoril 25 mg

50 Stesolid Rect 10 mg

51 Stesolid Rect 5 mg

52 Spasmium

53 Tradosik

54 Tramal 50 mg

55 Tegretol 200 mg

56 Tramal Retard 100 mg

57 Tramadol 50 mg

58 THX 2 mg

59 Ultracet

60 Valisanbe 2 mg

61 Valisanbe 5 mg

62 Xanax 0,25 mg

63 Xanax 0,5 mg

64 Xanax 1 mg

65 Zaldiar

66 Zolastin 1 mg

67 Zoloft

68 Zolmia

69 Zypraz 0,25 mg

70 Zypraz 0,5 mg

71 Zypraz 1 mg

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 104: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

90

Universitas Indonesia

Lampiran 24. Daftar nama PBF (Pedagang Besar Farmasi)

No Nama PBF Nama Pabrik

1

Hamelin Pharma

Hana Anugerah

Kalalim Putera Utama

Merapi Utama Pharma

Panca Niaga

Uni Lion Farma

Abbot

2

Anugrah Arcon Medica

Borwita Indah

Djembatan Dua

Mensa Bina Sukses

Multi Husada

Penta Valent

Sawah Besar Farma

Taner

Actavis

3 Tempo Alcon

4 Anugerah Pharmindo Lestari Astellas

5 Parit Padang Astrazaneca

6 Mendjangan Baxter

7

Combi Putra

Dos Ni Roha

Gelora Fadjar Farma

Great Mataram

Guna Abut Wisesai

Multi Husada

Rejeki Mitra Farma

Bayer

8

Bali Bima Sakti

Borwita Indah

Eva Surya Pratama

Farmasi Djamaludin Djaja

Gelora Fadjar Farma

Kersatamna Mukti Lestari

Bernofarm

9 Anugerah Pharmindo Lestari Biochemie

10 Tempo

Wigo-Hoslab Bohringer Ingelheim

11 Kalista Bristol-Myers Squibb

12

Indomarta Prirnatama

Mestika Sakti

Multi Husada Farma

Sawah Besar Farma

Corsa

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 105: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

91

Universitas Indonesia

13 Wigo Distributor Farmasi Darya-Varia

14

Anugerah Argon Medica

Djembatan Dua

Eva Surya Pratama

Samgloria

Tabah Delca Farma

Dexa Medica

15

Bina Putra Husada Jaya

Cipta Niaga

Kebayoran Pharma

Optima Pharma

Rifanti Asti

Success Pitroni

Fahrenheit

16

Muvira

Mestika Sakti

Nitra

Font Valent

Perdana Indonesia

Farina

Tabah Delca Farina

Galenium

17 Anugerah Argon Medica

Anugerah Pharmindo Lestari Glaxosmithkline

18 Kimia Farma Kimia Farma

19 Enseval Putera Mitra Gading Kalbe Farma

20 Mensa Bina Sukses Landson

21

Banyumas

Berwita Indah

Mestika Sakti

Milenium Pharmacon

International Tbk

Multi Husada

Tempo

Merck

22 Sumber Pangan Segar Nestle

23

Anugerah Pharmindo Lestari

Novell Pharma

Antarmitra Senbada Banyumas

Eva Surya Pratama

Gafiliah Farma

Galoeh Husada Farma

Glorienta Panca Honna

Multi Husada Farma

Natsepa Murni

Novartis Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 106: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

92

Universitas Indonesia

Parta Karya

Sumber Mutiara

Unoson

Utama Bina Farma

24 Merapi Utama Pharma Otsuka

25

Anugerah Argon Medica

Djembatan Dua

Dos Ni Roha

Samglorina

Tabah Delca Farina

Pfizer

26

Antarmitra Sembada

Banyumas

Gafillah Farma

Galah Djaja Farma

Unoson

Utama Bina Farma

Pharos

27 Tempo Roche

28

Banyumas

Bina Putera Husada Jaya

Bina San Prima

Cipta Niaga

Dwiputra Medikaindo

Ladang Mitabu

Matakar Pantam

Optima Farina

Rifanti Asti

Sanbe

29 Parit Padang Soho

30 Tempo Tempo Scan Pacific

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 107: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

UNIVERSITAS INDONESIA

PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELIAN PRODUK,

DESIGN LAYOUT DAN KATEGORI PRODUK DI SWALAYAN

APOTEK KIMIA FARMA NO.55 KEBAYORAN LAMA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55

JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34 K JAKARTA SELATAN

PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

IDIL FARHAN, S.Farm.

1306343675

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 108: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2

2.1 Konsep Merchandising ....................................................................... 2

2.1.1 Pengertian Merchandising ........................................................ 2

2.1.2 Point of Purchase Display........................................................ 3

2.2 Struktur Merchandising dan Penataan Produk ................................... 4

2.3 Display Manual .................................................................................. 6

2.3.1 Desain Layout ........................................................................... 6

2.3.2 Pengelompokan Produk............................................................ 8

2.4 Pemajangan Produk ............................................................................ 11

2.4.1 Jenis-jenis Sarana Display ........................................................ 12

BAB 3 METODE PELAKSANAAN ................................................................. 14

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 14

3.2 Metode Pelaksanaan ........................................................................... 14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 15

4.1 Pembelian (Purchasing) ..................................................................... 15

4.2 Design Layout .................................................................................... 16

4.3.Kategori Produk .................................................................................. 19

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 25

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 25

5.2 Saran ................................................................................................... 25

DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 26

LAMPIRAN ......................................................................................................... 27

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 109: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

ii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh material POP ...................................................................... 4

Gambar 4.1 Desain Layout Apotek Kimia Farma no.55.................................... 17

Gambar 3.2 Kondisi Area Swalayan.................................................................. 19

Gambar 4.3 Kondisi Area Farmasi (Ethical) ...................................................... 19

Gambar 4.4 Island Gondola dan End Gondola................................................... 21

Gambar 4.5 Wall Gondola .................................................................................. 22

Gambar 4.6 Check out counter ............................................................................ 22

Gambar 4.6 Cooler .............................................................................................. 23

iii Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 110: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

ii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tata cara pengelompokan produk di swalayan apotek ........................ 9

Tabel 2.2 Ketentuan jumlah wall dan island gondola untuk setiap swalayan .... 10

iv Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 111: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

ii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tata cara penempatan produk di gondola ....................................... 28

Lampiran 2. Jenis-jenis sarana display produk ................................................... 29

v Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 112: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai

peran penting dalam mewujudkan upaya kesehatan. Fungsinya adalah sebagai sarana

distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau

harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga berperan sebagai sarana pemberian

informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga mereka

mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obat-obatan sehingga akan

meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

Dalam menjalankan suatu apotek dibutuhkan strategi bisnis dan manajerial

yang baik agar apotek dapat berjalan dengan baik dan memperoleh keuntungan yang

diiginkan. Kimia Farma Apotek merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Kimia

Farma TBK. Kimia Farma Apotek menggunakan sistem retailer dalam pelaksaan bisnis

apoteknya. Tujuannya adalah agar mampu menjual barang atau jasa semaksimal

mungkin dan mengasilkan keuntungan bagi perusahaan

Salah satu area yang dapat memberikan keuntungan besar bagi apotek adalah

area swalayan. Untuk memaksimalkan fungsi dari area swalayan ini maka diperlukan

suatu strategi pembelian produk, penataan design layout serta pengelompokan kategori

produk yang tepat sehingga diharapkan akan meningkatkan minat konsumen untuk

datang dan berbelanja di apotik.

1.2 Tujuan

Mengetahui cara pelaksanaan strategi pembelian produk, design layout dan

kategori produk di swalayan Apotek Kimia Farma no.55 Kebayoran Lama, Jakarta

Selatan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 113: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

2 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Merchandising

2.1.1 Pengertian Merchandising

Secara umum, merchandising adalah aktivitas untuk mendapatkan barang

atau jasa tertentu dan menjadikannya tersedia pada waktu, tempat, harga serta

jumlah yang bertujuan agar produk secara cepat sampai ke tangan konsumen. Jadi

merchandising merupakan suatu kegiatan perencanaan, pelaksanaan maupun

pengaturan dan penempatan produk serta promosi produk sekaligus evaluasi

produk yang dijual di toko agar produk bisa cepat terjual.

Ada 6 hal yang berhubungan erat dan menjadi faktor penentu keberhasilan

merchandising. Faktor tersebut adalah :

1. Pembelian (Purchasing)

2. Pemberian harga (Pricing)

3. Kategori produk

4. Lay out & shelving

5. Tata letak (Display)

6. Promosi

Setiap swalayan aptotek mempunyai program merchandising masing-

masing. Swalayan apotek merumuskan sebuah program merchandising yang

menyeluruh dan dikembangkan untuk merespons kebutuhan pelanggan dan kondisi

pasar di mana apotek tersebut berada.

Bagi para pengecer, merchandising berarti sebuah perencanaan untuk

memasarkan produk yang tepat pada tempat, waktu, jumlah serta harga yang tepat.

Merchandising yang efektif menuntut agar seorang retiler untuk dapat merencakan

pembelian produk, mengelola persediaan, dan mengembangkan program

merchandising yang meliputi product assortment, pricing, promotion dan display

management. Bagi retail farmasi, istilah merchandising berarti sebuah kombinasi

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 114: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

3

Universitas Indonesia

teknik-teknik untuk meletakkan, menyusun, dan promosi sebuah produk di dalam

sebuah swalayan apotek sedemikian rupa sehingga para pelanggan termotivasi

untuk membeli setiap saat.

2.1.2 Point of Purchase Display

Point of Purchase Display (POP) merupakan suatu penataan barang dalam

suatu perbelanjaan dengan tujuan untuk memberikan rangsangan kepada konsumen

untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. POP

mempunyai jenis dan bentuk beragam antara lain adalah signage, hanging poster,

shelf talker dan lain-lain. Displai POP adalah displai interior yang menyediakan

informasi, tambahan untuk iklim apotek, dan menyajikan sebuah peran promosi

penting kepada konsumen yang akan berdampak positif terhadap penjualan produk.

POP ini digunakan untuk program penjualan rutin maupun dalam rangka

mempromosikan barang dagangan. Karakteristik displai POP yang baik adalah :

a. Displai harus beda dan punya nilai seni serta harus menarik perhatian dan minat

pengunjung.

b. Displai harus menyenangkan dan pantas. Semua elemen hendaknya sesuai

sehingga pengaruh produk hanya satu dan unik.

c. Displai harus sederhana. Hendaknya menyajikan sebuah pesan yang sederhana

yang dapat diterima dan dipahami oleh konsumen dengan cepat. Penelitian

menunjukkan secara tepat bahwa pengunjung secara khusus melewati sebuah

displai dalam waktu sepuluh detik atau kurang.

Contoh material POP yang terdapat dia apotek antara lain adalah hanging

mobile, stopper dan wobbler. Hanging mobile merupakan material POP yang

digantungkan pada langit-langit apotek. Stopper merupakan material POP yang

dipasang sedemikian rupa pada rak tempat penatan berang apotek. Sedangkan

wobbler merupakan contoh material POP yang ditempelkan pada rak atau lemari

tempat penataan barang apotek. Contoh materila POP dapat dilihat pada Gambar

2.1.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 115: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

4

Universitas Indonesia

Gambar 2.1. Contoh material POP

2.2 Struktur Merchandising dan Penataan Produk

Struktur merchandise dan penataan produk merupakan suatu cara untuk

menata produk sesuai standar yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk menarik

minat konsumen. Pelaksanaan penataan yang bagus merupakan salah satu cara

untuk memperoleh keberhasilan pelayanan dalam menjual produk. Ketentuan

dalam menentukan struktur marchendise dan penataan produk-produk di apotek

antara lain :

a. Semua vitamin golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan obat bebas terbatas

(lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Health.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 116: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

5

Universitas Indonesia

a. Khusus vitamin yang mengandung bahan alami/ekstrak tidak dimasukkan ke

dalam kategori Traditional Medicine tetapi masuk ke dalam kategori Vitamin

& Mineral.

b. Semua jenis obat kumur (bahan alami/obat/kesegaran) dimasukkan ke dalam

kategori Beauty Care.

c. Obat gosok yang berupa jamu seperti minyak gosok (minyak tawon, minyak

kayu putih dll) tidak dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine akan

tetapi masuk ke dalam kategori Medicine.

d. Obat panas dalam dimasukkan ke dalam kategori Household.

e. Bedak dan lotion untuk gatal atau biang keringat atau antijamur dimasukkan ke

dalam kategori Baby Product.

f. Shampoo antiseptik atau antijamur dimasukkan ke dalam kategori Personal &

Beauty.

g. Sabun kesehatan atau antiseptik dimasukkan ke dalam kategori Personal &

Beauty.

h. Semua produk sediaan oral yang mengandung ekstrak bahan alam yang

diproduksi oleh non-perusahaan jamu maka dimasukkan ke dalam kategori

Food Supplemet sedangkan apabila diproduksi oleh perusahaan jamu maka

dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine.

i. Yang termasuk ke dalam kategori Traditional Medicine adalah sediaan oral,

selain sediaan oral maka dimasukkan ke dalam kategori Medicine.

j. Semua obat batuk, pilek, analgesik, dan antipiretik golongan oabt bebas

(lingkaran hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam

kategori Medicine sedangkan obat keras dimasukkan ke dalam kategori

Prescription.

k. Produk fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan alami yang telah

ada uji klinis.

l. Semua obat pencernaan golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan bebas

terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Medicine sedangkan

oabt keras dimasukkan ke dalam kategori Prescription.

m. Produk pemutih dimasukkan ke dalam kategori Skin Helath.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 117: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

6

Universitas Indonesia

n. Botol obat, pot salep, dan wadah bedak serta wadah lain dimasukkan ke dalam

Prescription subkategori war material & anmak

o. Semua minuman kesehatan atau minuman yang berkhasiat obat dimasukkan ke

dalam kategori Household sub kategori minuman.

2.3 Display Manual

2.3.1 Desain tata letak produk

Perencanaan tata letak produk mempunyai peran yang sangat penting untuk

mengembangkan kesan yang baik dan pengoperasian ritel yang efisien.

Perencanaan tata letak produk setiap toko harus ditujukan untuk hal-hal berikut :

a. Efektifitas dalam melayani pelanggan sehingga memudahkan pelanggan

mencapai semua bagian di dalam apotek.

b. Efisiensi apotek dengan meminimalkan kegiatan atau pekerjaan untuk

menangani produk ke seluruh bagian apotek dengan tetap memastikan

tercapainya sasaran merchandising.

c. Memaksimalkan penjualan dan produktifitas apotek dengan mengoptimalkan

penyajian produk kepada pelanggan.

d. Membantu meningkatkan citra apotek melalui pengaturan lahan yang optimal

untuk penyajian kategori yang hendak ditawarkan kepada pelanggan.

e. Membantu menjaga keamanan apotek.

Tahap perencanaan desain tata letak produk mencangkup desain tata letak

produk dengan mempertimbangkan target pasar dan jalur yang dibutuhkan untuk

berjalan sehingga dapat diperoleh area untuk berjualan, area pelayanan dan area

publik. Perencanaan desain juga perlu mempertimbangkan zona terhadap area

penjualan yang terdiri dari tiga zona yaitu :

a. Area destination product (medicine)

b. Area image product (non-medicine)

c. Area impulse product

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 118: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

7

Universitas Indonesia

Beberapa pertimbangan dan ketentuan dalam memajang produk adalah :

a. Area pelayanan resep yang tidak memerlukan pemajangan yang luas maka

lahannya harus lebih kecil daripada area bukan pelayanan resep.

b. Posisi area pelayanan resep berada di titik akhir (paling belakang) dari arah

pintu masuk konsumen sehingga konsumen akan melalui area bukan pelayanan

resep.

c. Area medicine/OTC diletakkan di area yang dekat dengan area pelayanan resep

karena karakter produknya yang dekat dengan obat-obatan yang dapat

digolongkan menjadi produk yang banyak diminati dan memudahkan

pengawasan dan pelayanan oleh karyawan yang bertugas di area penjualan

resep.

d. Area non-medicine diletakkan di bagian terluar atau paling dekat dengan

pintu/arah masuk konsumen untuk menghasilkan kesan yang seimbang atas

kelengkapan apotek yang juga menyediakan produk-produk Personal &

Beauty.

e. Menyusun letak wall dan island gondola sesuai dengan desian tata letak barang.

Sedapat mungkin susunannya adalah sebagai berikut :

1) Island gondola adalah gondola yang berada di area teangah area swalayan.

2) Island gondola disusun sejajar dengan arah konsumen memasuki area

swalayan, jadi tidak bileh menimbulkan kesan menghalangi akses

konsumen ke bagian dalam dan kalau bisa juga diupayakan tegak lurus

terhadap counter pelayanan.

3) Jarak antar island gondola minimal 90 cm untuk memberi keleluasaan

kepada konsumen saat berjalan dan melihat-lihat merchandise pada displai.

4) Penomoran pada island gondola berlaku untuk satu sisi island gondola

berurutan mengikuti alur jalannya kosumen dari pintu/arah masuk menuju

area swalayan. Arah selanjutnya ditunjukkan dalam setiap desain layout.

5) Dalam penyusunan tata letak produk, penomoran dilakukan terhadap setiap

sisi dari island gondola mengikuti arah alur jalannya pelanggan di area

swalayan dari pintu/arah masuk kosumen sehingga akan ditemukan bahwa

banyaknya penomoran sisi island gondola adalah dua kali jumlah island

gondola yang dipasang di ruangan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 119: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

8

Universitas Indonesia

6) Ukuran lorong/gang antar gondola minimal 90 cm agar memudahkan

posisi konsumen dalam mengambil produk atau berpapasan.

7) Jarak antara counter pelayanan dengan island gondola yang terdekat

minimal 150 cm atau disesuaikan dengan luas area apotek. Hal yang perlu

diperhatikan adalah bisa menimbulkan suasana aman dan nyaman.

8) Wall gondola diusahakan diletakkan pada sisi yang dapat dilihat dengan

mudah.

9) Posisi wall gondola diusahakan dekat dengan kasir/counter pelayanan.

10) Wall gondola nomor 1 adalah wall gondola pertama dari pintu masuk ke

area swalayan.

11) Pada sisi yang berdinding kaca hanya boleh meletakkan wall gondola

rendah dengan tinggi 120 cm.

f. Check out counter (COC) adalah tempat di mana pelanggan akan membayar

barang yang dibelinya yang merupakan titik terakhir sebelum pelanggan keluar

apotek. Dalam hal ini COC di apotek adalah area seputar kasir swalayan

ataupun kasir di counter perscription.

g. Tiang atau unsur bagian bangunan yang tidak standar pada bangunan disiasati

untuk digunakan sebagai area pemajangan produk atau informasi produk.

h. Tempat duduk pasien saat menunggu diperiksa dokter atau saat menunggu obat

sedapat mungkin menghadap ke area swalayan.

i. Floor display untuk alat-alat kesehatan disarankan diletakkan pada dinding

kaca bagian depan apotek.

2.3.2 Pengelompokan Produk

Pengelompokan produk merupakan komponen yang paling penting yang

akan berdampak terhadap efektifitas penyajian produk di dalam apotek.

Pengelompokan produk yang tidak tepat dapat membuat pelanggan bingung atau

bersusah payah untuk menemukan produk yang dicari. Pengelompokan produk di

dalam apotek perlu memperhatikan hal-hal berikut :

a. Arus pelanggan yang dibuat secara khusus lurus karena letak gondola yang

berjajar.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 120: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

9

Universitas Indonesia

b. Tipe pengelompokan produk berdasarkan fungsi produk dan tujuan untuk

menimbulkan motivasi pelanggan untuk masuk dan membeli.

c. Dalam penyajian atau pemajangan produk perlu diperhatikan penentuan letak

pejangan masing-masing kategori produk sesuai dengan karakter produknya.

Pedoman tata cara untuk pengelompokan produk di swalayan dapat dilihat

pada Tabel 2.1

Kategori produk Wall

gondola

Island

gondola

Lainnya

Medicine cabinet x 1

Vitamin dan mineral x 1

Food supplement 1 x

Milk & nutrition 1 x

Traditional medicine x 1

First aid x 1

Home diagnostics x x Lemari kaca dekat counter atau di

rak belakang counter

Medical supplies x x Lemari kaca floor display

(walkersm wheelchairs, etc)

Laboratory tools x x Lemari kaca

Personal care x 1 Pembalut wanita dan adult

diapers bisa digabung dengan

paper product di wall

Soap & body wash x 1

Skin care x 1

Hair care x 1

Oral care x 1

+

perforated

panel

Men’s grooming x 1

Cosmetics x 1 Tenant

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 121: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

10

Universitas Indonesia

Bath, skin and hair care 1 2

Baby diapering 1 x Pada tipe drugs store apt

digabung dengan paper product,

adult diapers di wall

Feeding & accessories 1 2

Cleaning and freshener x 1

Food and snack 2 1 2 (gondola COC)

Drinks x 1 1 cooler

Paper prducts 1 x Pembalut wanita, adult diaper,

baby diaper bisa digabung dalam

1 wall dengan paper product

Insectisida & veterinary x 1

Miscellaneous x 1

Keterangan : 1 = prioritas, 2 = alternatif, x = tidak diperbolehkan

Tabel 2.1 Tata cara pengelompokan produk di swalayan apotek

Jumlah sarana display yang digunakan pada area swalayan berbeda-beda

tergantung tipe toko apotek itu sendiri. Pedoman untuk menentukan jumlah sarana

displai tiap swalayan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

No Tipe toko Wall Island Floor

display

medical

equipment

Wall

rendah

dekat floor

display

Lemari kaca

medical

equipment

Cooler

1 Mega store 10 14 √ √ √ √

2 Superstore 10 12 √ √ √ √

3 Community

store

8 8 √ x √ √

4 Drug store 4/6 4 √(*) x √ √

Keterangan (*) : untuk drug store hanya produk walkers dan wheelchairs

Tabel 2.2 Ketentuan jumlah wall dan island gondola untuk setiap swalayan

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 122: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

11

Universitas Indonesia

Apabila untuk tipe toko yang telah ditetapkan tetapi jumlah gondola tidak

mencukupi, misalnya untuk community store hanya memiliki 6 wall gondola, maka

semua kategori yang ditetapkan harus disusun di wall yang ada, hanya jenis itemnya

yang menyesuaikan, dilihat dari pareto penjualan. Misalnya, untuk food supplement

tidak terlalu banyak produk yang diminati pelanggan, maka cukup dipasang satu

unit wall saja dengan satu atau dua brand yang memegang penjualan tertinggi.

2.4 Pemajangan Produk

Pemajangan produk bertujuan agar produk terpajang pada tempat yang baik

untuk mempermudah menemukan apa yang dibutuhkan oeh pelanggan maupun

petugas. Untuk memajang suatu produk maka perlu diperhatikan faktor-faktor

sebagai berikut :

a. Kebutuhan konsumen

b. Ketersediaan obat

c. Posisi/letak susunan barang

d. Kenyamanan

Pemajangan produk harus dilakukan dengan baik (contoh dapat dilihat pada

Lampiran 1). Dalam memajang produk di toko/apotek seringkali ditemui masalah-

masalah. Masalah tersebut antara lain adalah :

a. Produk yang diminati pelanggan dipajang dalam jumlah yang terlalu sedikit.

b. Produk dipajang dalam jumlah yang berlebihan.

c. Produk habis dalam jangka waktu yang lama atau bahkan tidak dipesan lagi.

d. Pemajangan produk tidak beraturan dan saling tidak berhubungan.

e. Produk rusak, kotor dan masa daluwarsa tidak dipantau.

f. Tidak ada edukasi kepada pasien.

g. Produk yang harganya mahal diletakkan di dalam godola bukan di area kasir.

h. End gondola yang semestinya untuk promo, disewakan justru untuk dipakai

untuk produk yang murah dan tampat obat atau vitamin.

i. Produk promo tidak dipajang dengan baik, pada tempatnya dan jumlah stok

yang minimum.

j. Penempatan poster yang tidak sesuai.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 123: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

12

Universitas Indonesia

k. Ada pembatas menuju OTC sehingga membuat pasien canggung.

l. Masih ada penjualan produk-produk yang kemasannya kecil akan tetapi

menghabiskan ruangan.

m. Produk dipajang terlalu menjorok ke dalam dan tidak sejajar dengan garis muka

shelving.

2.4.1 Jenis-jenis Sarana Display

Sarana displai digunakan untuk memajang barang-barang yang terdapat

pada area swalayan apotek. Jenis dan jumlah sarana displai yang dipakai pada area

swalayan dipikirkan dengan baik sehingga area swalayan dapat memajang barang

dalam jumlah yang banyak tanpa menggangu tata ruang apotek maupun arus

pelanggan yang datang ke apotek. Jenis-jenis sarana displai (dapat dilihat pada

Lampiran 1) yang digunakan di apotek antara lain adalah :

a. Island gondola

Island gondola merupakan area pajangan secara umum yang digunakan untuk

memajang semua produk bukan resep, baik yang termasuk kategori medicine

maupun non-medicine. Fungsi regular gondola adalah untuk menempatkan dan

memajang semua produk yang dijual yang tidak termasuk kategori obat resep.

b. End gondola

Definisi dari end gondola adalah bentuk pajangan dimana gondola diletakkan

di bagian ujung. End gondola ini mempunyai beberapa fungsi antara lain adalah

digunakan untuk menonjolkan suatu produk tertentu atau untuk promosi, serta

bisa juga digunakan sebagai sarana pajangan yang disewakan dalam periode

waktu tertentu kepada pihak yang menyewa

c. Floor display / offer block

Definisi dari floor display / offer block adalah bentuk pemajangan produk

dengan cara menata produk di atas palet dengan ukuran tinggi sekitar 15 cm

yang diletakkan di area tertentu di dalam swalayan apotek. Fungsinya adalah

sebagai sarana pemajangan produk promosi, terutama produk yang sedang

digemari dan punya harga jual promosi khusus dan untuk pemajangan produk

khusus dari pihak yang menyediakan rak khusus (kosmetik milik Kimia Farma)

atau juga untuk pemajangan produk alat-alat kesehatan yang berukuran besar.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 124: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

13

Universitas Indonesia

d. Slat wall

Definisi slat wall adalah bentuk pajangan yang menggunakan gantungan yang

diletakkan pada sarana khusus di dinding yang digunakan, misalnya kolom,

dinding kosong, wall/end gondola perforate.

e. Clip strip dan perforated

Definisi dari clip strip adalah bentuk pajangan yang dilakukan dengan cara

menggantung produk pada alat gantungan khusus yang telah disediakan. Fungsi

dari clip strip adalah sebagai sarana pemajangan untuk produk kategori

berlainan dengan kelompok kategori produk disekelilingnya, namun masih

saling berkaitan dan melengkapi dalam penggunaanya.

f. Wing display

Fungsi dari wing display antara lain sebagai sarana pemajangan produk dengan

kuantitas besar dan hendak ditonjolkan, namun kuantitas tidak mencukupi

untuk dipajang di floor display dan tidak punya harga jual promosi. Selain itu

wing display dapat berfungsi sebagai pemecah perhatian di lorong gondola dan

sebagai sarana penggabung kategori produk yang berlainan tetapi masih saling

terkait dan saling melengkapi dalam penggunaannya.

g. Check out counter / counter prescription

Definisi dari check out counter adalah counter penerimaan resep yang pada

prinsipnya digunakan hanya untuk menyimpan persediaan obat resep dengan

menggunakan kotak penyimpanan yang telah ditentukan (kotak mika). Bagian

counter tertentu didekat meja kasir, bila dipergunakan sebagai sarana pajangan

untuk produk nonresep (baik obat maupun bukan) yang mempunyai karakter

sebagai produk utama.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 125: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

14 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Apotek Kimia

Farma No. 55 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mulai dari tanggal 03 April 2014

sampai dengan 10 Mei 2014.

3.2 Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan tugas khusus ini terfokus pada produk-produk yang dipajang

di swalayan apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama. Terdapat dua metode

pengkajian yang dilakukan selama menyelesaikan proyek PKPA yaitu metode

observasi langsung di lapangan dan metode diskusi. Observasi langsung di

lapangan dilakukan dengan cara membandingkan ketentuan penataan dan promosi

produk dari PT. Kimia Farma Apotek dengan pelaksanaan penataan dan promosi

produk di swalayan apotek. Sedangkan diskusi dilakukan dengan cara melakukan

tanya jawab secara langsung baik dengan asisten apoteker maupun apoteker

mengenai permasalahan yang ditemui selama melakukan observasi.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 126: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 127: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

15

Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembelian (Purchasing)

Pembelian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma dimaksudkan untuk

menjamin tersedianya perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi

mencakup obat, bahan obat, dan alat kesehatan, baik untuk area swalayan maupun area

farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 dilakukan

secara selektif dengan menggunakan sistem pareto. Sistem pareto merupakan suatu

sistem yang memprioritaskan penyediaan barang-barang yang laku atau berdasarkan

nilai rupiah barang. Jadi, barang dipesan berdasarkan pada kebutuhan dan seringnya

barang tersebut dicari orang. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya

penumpukan barang yang berlebih. Keuntungan lain dari sistem pareto adalah

perputaran modal menjadi cepat, menghindari kerusakan barang, dan memperkecil

kemungkinan barang hilang. Obat, alat kesehatan, dan barang-barang HV

(Handverkoop) yang tinggal sedikit atau sudah habis dicatat pada buku defekta dan

statusnya tertulis pada data di komputer, kemudian pemesanan dan pembelian barang

didasarkan pada data tersebut. Jumlah yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan

kebutuhan sebelumnya. Barang-barang yang akan dipesan serta jumlahnya selanjutnya

dibuat sebagai Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA).

Pengadaan yang efektif penting dilakukan karena dengan tersedianya produk

farmasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan jumlah yang sesuai, akan timbul rasa

percaya masyarakat pada apotek, sehingga akan terus mencari obat atau produk farmasi

lain yang mereka butuhkan di apotek. Keuntungan lainnya adalah secara tidak langsung

pasien yang sudah merasa percaya dapat merekomendasikan apotek ini ke masyarakat

lainnya. Pada akhirnya jika obat atau produk farmasi yang masyarakat butuhkan selalu

ada maka apotek semakin dipercaya oleh masyarakat sehingga terbentuknya kesetiaan

15 Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 128: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

16

Universitas Indonesia

pada apotek dan penjualan apotek akan semakin sering yang menyebabkan omzet

apotek dapat terus bertambah.

Pengadaan barang dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya I (BM Jaya I).

Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek

(BPBA) melalui Kimia Farma Information System (KIS). Di Apotek Kimia Farma no.

55 ini permintaan barang dilakukan setiap hari jumat. Jika barang yang dipesan oleh

apotek tersedia di gudang BM Jaya I, maka akan diantarkan langsung pada apotek

sesuai dengan jadwal. Jika barang tidak tersedia di gudang BM, bagian pengadaan akan

mebuat Surat Pesanan (SP) ke PBF yang menjual obat tersebut, barang dari PBF akan

disimpan di gudang selanjutnya di drop ke apotek yang memesan, namun jika

pemesanan bersifat cito, PBF akan langsung mengirimkan ke apotek yang memesan.

Di apotek Kimia Farma no. 55, barang dikirim oleh BM Jaya I pada hari rabu dan hari

jum’at. Namun, bila permintaan barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang

Apotek (BPBA) tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh BM Jaya I selama 1 periode

pemesanan, maka dicantumkan kembali barang tersebut pada BPBA selanjutnya.

Pengadaan barang yang dilakukan pada Apotek Kimia Farma no.55 telah

dilakukan dengan cukup baik, namun adakalanya tetap terjadi kekosongan barang di

apotek yang menyebabkan konsumen tidak bisa mendapatkan barang yang mereka

inginkan. Hal ini terjadi keterlambatan kedatangan barang maupun kesalahan jenis

barang yang tidak sesuai dengan pesanan apotik yang dikirim dari BM Jaya 1.

4.2 Design Lay Out

Desain lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam keberhasilan

suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out apotek yang efektif dan

efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka penyajian produk akan optimal dan

image apotek akan bagus sehingga menyebabkan konsumen akan tertarik untuk datang

ke apotik tersebut. Desain layout Apotek juga harus disesuaikan dengan lokasi apotik

dan tingkat ekonomi masyarakat yang menjadi target pasar dari apotek tersebut.

Misalnya berada di sekitar daerah padat penduduk dan berada pada tepi jalan raya dua

arah, atau berada dekat dari tempat fasilitas umum, seperti pasar, bank, dan rumah sakit.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 129: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

17

Universitas Indonesia

Desain layout Apotek Kimia Farma no. 55 dapat dilihat pada gambar 3.1. Dari

gambar desain tersebut dapat kita lihat bahwa Apotek Kimia Farma no 55 telah

memiliki perencanaan layout yang baik dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh

PT. Kimia Farma TBK.

Gambar 4.1. Desain Layout Apotek Kimia Farma no.55

Ruang Dokter

Isla

nd

Go

nd

ola

Wal

l Go

nd

ola

Wal

l Go

nd

ola

Isla

nd

Go

nd

ola

Is

lan

d G

on

do

la

Isla

nd

Go

nd

ola

Penerimaan Resep

Cooler

Cooler

Cooler

TV Konsultasi Apoteker

Area Swalayan

Pen

yer

ahan

Ob

at

Pen

eri

maa

n

Ob

at

Ku

rsi

Tun

ggu

Area Ethical

Alu

r K

on

sum

en

End G. End G.

End G. End G. End G. End G.

End G. End G.

Kursi admin

Lemari obat

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 130: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

18

Universitas Indonesia

Pada desain layout apotek diatas dapat kita lihat secara garis besar apotek dibagi

menjadi 2 area, yaitu area swalayan dan area farmasi (ethical).

Area swalayan apotek telah diatur dengan baik dan mempertimbangkan arus

konsumen di dalam apotek sehingga konsumen yang datang ke apotek tidak akan

merasa sesak. Pada area swalayan ini terdapat beberapa sarana displai yang digunakan

sebagai tempat memajang produk swalayan. Sarana display tersebut antara lain :

a. Empat buah island gondola

b. Delapan buah end gondola.

c. Dua belas buah wall gondola pada sisi kanan kiri apotek.

d. Satu buah floor display.

e. Satu buah slat wall.

f. Tiga buah counter prescription.

g. Tiga buah lemari pendingin (cooler).

Pada masing-masing island gondola juga terdapat top shelving. Island gondola

terletak di tengah-tengah area swalayan apotek dan memiliki jarak antar gondola yang

cukup lebar, hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam mencari produk

yang diinginkan dengan leluasa. Wall gondola terletak pada sisi kiri dan kanan apotek

sehingga dapat dengan mudah terlihat oleh konsumen yang baru datang. Area swalayan

dan area ethical dibatasi oleh meja kasir dan meja kosultasi apoteker. Area ini berada

paling belakang dari pintu masuk apotek sehingga konsumen yang datang untuk

menebus resep akan melewati area swalayan terlebih dahulu sebelum memasuk area

ethical. Area ethical dibuat lebih kecil daripada area swalayan karena tidak

memerlukan pemajangan yang luas. Pada area ini juga terdapat tempat peracikan obat.

Pada area ini juga disediakan kursi tunggu, televisi dan majalah untuk dibaca oleh

konsumen selama menunggu resep mereka disediakan oleh petugas apotek.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 131: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

19

Universitas Indonesia

Gambar 4.2 Kondisi Area Swalayan

Gambar 4.3 Kondisi Area Farmasi (Ethical)

Secara garis besar desain layout Apotek Kimia Farma no.55 telah dibuat dengan

baik. Apotek dibuat sesuai dengan konsep dari Kimia Farma Apotek, serta juga

mempertimbangkan lokasi apotek yang berada di daerah padat penduduk dan berada

pada tepi jalan raya dua arah, serta dekat dari tempat fasilitas umum, seperti pasar,

bank, dan rumah sakit. Tata ruang apotek juga telah dibuat dengan baik dan

memikirkan arus konsumen, hal ini terlihat dari apotek yang tetap terasa lapang dan

nyaman walaupun ramai oleh konsumen yang datang.

4.3 Kategori Produk

Pengelompokan produk merupakan hal yang penting dan harus dilakukan

karena akan berdampak kepada efektifitas dan efisiensi dari apotek itu sendiri.

Pengelompokan yang baik akan memudahkan petugas apotek dalam mencari obat yang

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 132: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

20

Universitas Indonesia

dibutuhkan oleh pasien sehingga dapat mempercepat pelayanan kepada pasien dan

meningkatkan kepuasan pasien,. Pengelompokan produk yang baik juga akan

memudahkan pasien dalam mencari obat-obatan yang mereka butuhkan di area

swalayan, sehingga pada akhirnya dengan adanya strategi pengelompokan produk yang

baik pada area swalayan akan meningkatkan keuntungan yang didapat oleh apotek itu

sendiri

Area swalayan merupakan tempat dimana pasien dapat memilih sendiri obat

atau produk lain yang pasien butuhkan. Pada area swalayan seluruh produk disusun

dan dikelompokkan berdasarkan kategori. Kategori tersebut adalah :

a. Skin care,

b. Soap and body wash,

c. Hair care,

d. Oral care,

e. Personal care,

f. Traditional medicine,

g. Medicine,

h. Vitamin and mineral,

i. Topical,

j. First aid,

k. Baby diapers,

l. Baby and child care,

m. Milk and nutrition,

n. Food supplement,

o. Adult diapers dan

p. Paper product.

Pada tiap kategori yang telah ditentukan tersebut produk juga disusun

berdasarkan jenis produk dan abjad dari produk itu sendiri. Walaupun sudah diberikan

tanda yang menyatakan golongan produk-produk tersebut, pasien kadang masih terlihat

kebingungan dan kesulitan untuk mencari produk yang mereka perlukan. Pada area

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 133: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

21

Universitas Indonesia

swalayan ini juga terdapat SPG yang bertugas untuk mempromosikan produk-produk

yang ada di apotek sekaligus membantu konsumen menemukan obat-obatan yang

mereka butuhkan.

Pada island gondola diletakan produk kategori skin care, soap and body wash,

hair care, oral care, personal care, traditional medicine, medicine, vitamin and

mineral, topical dan first aid. Produk-produk yang dipajang pada end gondola adalah

produk-produk yang dikeluarkan oleh Kimia Farma dan juga produk yang sedang

dalam masa promosi atau produk-produk yang melakukan kerja sama dengan Kimia

Farma Apotek.

Gambar 4.4 Island Gondola dan End Gondola

Sedangkan untuk produk-produk yang dipajang pada wall gondola antara lain

adalah baby diapers, baby and child care, milk and nutrition, food supplement, adult

diapers dan paper product. Pada bagian atas dari wall gondola ini diletakkan duratran

yang digunakan sebagai media iklan atau promosi dari produk-produk principal.

Penyusunan produk pada wall gondola ini kurang tertata dengan rapi, seperti

penyusunan produk yang tidak teratur, penempatan produk yang tidak sesaui dengan

kategorinya dan juga penaataan produk yang tidak baik dimana masih terdapat banyak

ruang kosong yang tidak terisi oleh produk. Sedangkan produk-produk yang dipajang

di end gondola adalah produk-produk promosi dan juga produk-produk keluaran Kimia

Farma.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 134: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

22

Universitas Indonesia

Gambar 4.5 Wall Gondola

Pada check out counter juga diletakkan produk-produk promosi maupun produk

kimia farma, hal ini dilakukan. Check out counter merupakan tempat dimana pelanggan

akan membayar barang yang dibelinya, jadi ini merupakan ttik akhir sebelum

pelanggan keluar dari apotik, jadi produk-produk yang dipajang disini

merupakanproduk-produk promosi atau produk yang dirasa bisa menarik hati

pelanggan untuk membelinya.

Gambar 4.6 Check Out Counter

Pada apotek juga terdapat cooler yang digunakan sebagai tempat untuk

menyimpan minuman, cooler yang terdapat disini ada 3 buah cooler yang berbeda

dimensinya dan diletakkan disamping kursi tunggu pasien. Namun cooler yang bisa

digunakan hanya dua buah karena ssalah satunya ada yang rusak.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 135: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

23

Universitas Indonesia

Gambar 4.7 Cooler

Jenis obat yang disimpan pada area ethical adalah obat-obat golongan keras,

narkotika, psikotropika, vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan khusus dalam.

Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi (hormon, antidiabetes,

kolesterol, hipertensi, pencernaan, alergi, antibiotik, pernafasan, analgesik), generik,

bentuk sediaan (sirup dan sirup kering antibioti, sirup, krim dan salep, tetes mata, tetes

telinga, inhaler), obat-obat untuk lembaga tertentu (misalnya ASKES/BPJS, Inhealth)

dan penyimpanan khusus (di lemari es, misalnya insulin, suppositoria), masing-masing

obat dalam kelompok tertentu diurutkan secara alfabetis dan diberikan label dengan

warna tertentu untuk memudahkan pencarian. Jenis pengelompokan ini memiliki

beberapa keuntungan, diantaranya adalah memudahkan Apoteker atau AA untuk

menawarkan pilihan dan merekomendasikan obat berdasarkan efek farmakologi obat

tersebut dan menghindari adanya kesalahan pengambilan obat ataupun penyimpanan

obat yang dikarenakan nama atau merek dagang yang hampir sama yang efeknya

farmakologinya jauh berbeda.

Pengelompokan produk pada Apotek Kimia Farma no.55 telah dilakukan

dengan baik. Setiap produk dipajang pada sarana dislpai yang yang tepat dan sesuai

dengan konsep dari Kimia Farma Apotek. Produk yang ada di apotek telah disusun

berdasarkan jenis dan kategori produknya, baik itu produk obat-obatan, alat kesehatan

maupun produk lainnya. Penyusunan pada tiap kategori juga telah dilakukan dengan

baik seperti penyusunan produk yang diurutkan berdasarkan abjad dan bentuk sediaan.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 136: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

24

Universitas Indonesia

Namun tetap saja ada kesalahan pada saat penyusunan dikarenakan banyaknyan jumlah

barang yang datang ke apotek, kesibukan dari petugas apotek maupun petugas apotek

yang belum memahami tata cara penyusunan barang di apotek.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 137: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

25 Universitas indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. Pengadaan perbekalan farmasi dimaksudkan untuk menjamin tersedianya

perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi mencakup obat,

bahan obat, dan alat kesehatan. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia

Farma No. 55 dilakukan secara selektif dengan menggunakan sistem pareto

b. Desain lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam keberhasilan

suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out apotek yang efektif

dan efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka penyajian produk akan

optimal dan image apotek akan bagus sehingga menyebabkan konsumen akan

tertarik untuk datang ke apotik tersebut.

c. Pengelompokan produk merupakan hal yang penting dan harus dilakukan

karena akan berdampak kepada efektifitas dan efisiensi dari apotek itu sendiri.

Pengelompokan yang baik akan memudahkan petugas apotek dalam mencari

obat yang dibutuhkan oleh pasien sehingga dapat mempercepat pelayanan

kepada pasien dan meningkatkan kepuasan pasien.

4.2 Saran

a. Perlu perencanaan pengadaan yang lebih baik pada apotek kimia farma no. 55

untuk mengatasi kekosongan produk yang terjadi pada apotek.

b. Pengelompokan produk harus dilakukan dengan lebih baik lagi seperti dengan

melakukan pelatihan kepada petugas apotek tentang tata cara pengelompokan

produk yang baik dan benar.

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 138: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

26 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Logistik & Merchandising Direktorat Operasional PT. Kimia Farma

Apotek. (2010). Merchandise Structure & Display Manual, Pedoman

Pengelompokan dan Penyajian Produk di Store Apotek Kimia Farma.

Jakarta : PT. Kimia Farma Apotek

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 139: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

26 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 140: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 141: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

28

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Tata cara penempatan produk di gondola

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 142: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

29

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Jenis-jenis sarana display produk

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014

Page 143: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390893-PR-Idil...penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

30

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Idil Farhan, FFar UI, 2014