LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI APOTEK NUR AKBAR II SAMARINDA DI SUSUN OLEH : Rabiatul Adawiyah (723901S.08.054) Rahma (723901S.08.056)
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI APOTEK NUR AKBAR II
SAMARINDA
DI SUSUN OLEH :
Rabiatul Adawiyah (723901S.08.054)
Rahma (723901S.08.056)
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
SAMARINDA
2011
LEMBAR PENGESAHANLAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGANDI APOTEK NUR AKBAR II SAMARINDA
Samarinda, 31 Maret 2011
Disetujui Oleh :Pembimbing PKL Pembimbing Lahan
Akademi Farmasi Samarinda Apotek Nur Akbar II
Sapri, S. Si NIDON :1117087802
Mengetahui,
dr. Nata SiswantoNIP : 19710201 200312 1 004
Disahkan Oleh:
Akademi Farmasi Samarinda
Direktur,
Risa Supringrum, S.SiNIDON : 1110016801
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan dan menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Nur Akbar II
Samarinda.
Praktik Kerja Lapangan di Apotek ini adalah salah satu program
pendidikan di tingkat Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi Samarinda yang
bekerja sama dengan Apotek Nur Akbar II Samarinda. Tujuan Praktik Kerja
Lapangan ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan teori-teori yang
diperoleh dari mata kuliah yang telah di pelajari dibidang kefarmasian. Semoga
Laporan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Nur Akbar II dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Dalam menyelesaikan laporan ini banyak pihak yang memberi bantuan
baik moril maupun materil, sehingga pada kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. selaku Pemilik Apotek Nur Akbar II Samarinda
2. Rika selaku Pembimbing Lahan di Apotek Nur Akbar II Samarinda
3. Sapri, S. Si selaku Pembimbing PKL di Akademi Farmasi Samarinda
4. Risa Supriningrum, S.Si selaku Direktur Akademi Farmasi Samarinda
5. Seluruh Staf Apotek Nur Akbar II Samarinda
6. Semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita. Semoga laporan ini bermanfaat untuk menambah wawasan kita
dalam hal pengetahuan tentang kefarmasian umumnya dan pengetahuan tentang
Apotek Nur Akbar II Samarinda khususnya.
Samarinda, 31 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR……………………..…………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………..…………………………………..v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………1
B. Tujuan PKL……………………………………………………….2
C. Manfaat PKL……………………………………………………...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Puskesmas…………………………………………….4
B. Azas Puskesmas…………………………………………………..4
C. Kedudukan Puskesmas…………………………………………...6
D. Tugas dan Tanggung Jawab Pengelolaan Obat di Puskesmas……8
E. Pengelolaan Obat di Puskesmas…………………………………..12
BAB III KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Data Puskesmas Karang Asam……………………………………34
B. Peran Asisten Apoteker di Puskesmas Karang Asam…………….36
C. Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan di Puskesmas
Karang Asam……………………………………………………...36
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………47
B. Saran………………………………………………………………..47
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Jumlah Kunjungan Tahun 2010 Puskesmas Karang Asam
Kecamatan Sungai Kunjang……………………………………......49
Lampiran 2. Daftar Sepuluh Jumlah Penyakit Terbanyak……………………….50
Lampiran 3. Gambar Puskesmas Karang Asam
Kecamatan Sungai Kunjang………………………………………..51
Lampiran 4. Gambar Ruang Peracikan Obat di Apotek Puskesmas Karang Asam
Kecamatan Sungai Kunjang………………………………………..52
Lampiran 5. Gambar Gudang Farmasi di Puskesmas Karang Asam Kecamatan
Sungai Kunjang…………………………………………………….53
Lampiran 6. Contoh Etiket………………………………………………………54
Lampiran 7. Contoh Kartu Berobat Puskesmas Karang Asam…………………..55
Lampiran 8. Struktur Organisasi Puskesmas Karang Asam Kecamatan Sungai
Kunjang…………………………………………………………….56
Lampiran 9. Laporan LB1 Puskesmas Karang Asam Kecamatan Sungai
Kunjang…………………………………………………………….57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kefarmasian, serta makin tinggi kesadaran masyarakat dalam meningkatkan
kesehatan, maka dituntut juga kemampuan dan kecakapan para petugas dalam
rangka mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Dengan demikian pada dasarnya
kaitan tugas pekerjaan Farmasis dalam melangsungkan berbagai proses
kefarmasian, bukannya sekedar membuat obat, melainkan juga menjamin serta
meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang diselenggarakan adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang diderita
pasien. Mengingat kewenangan keprofesian yang dimilikinya, maka dalam
menjalankan tugasnya harus berdasarkan prosedur-prosedur kefarmasian demi
dicapainya produk kerja yang memenuhi : syarat ilmu pengetahuan
kefarmasian, sasaran jenis pekerjaan yang dilakukan serta hasil kerja akhir
yang seragam, tanpa mengurangi pertimbangan keprofesian secara pribadi
(ISFI, 2004).
WHO dalam rapatnya tahun 1997, mengenalkan lahirnya asuhan
kefarmasian. Dimensi pekerjaan profesi farmasis tidak kehilangan bentuk,
tetap menjadi seorang ahli dalam bidang obat. Pasien menikmati layanan
professional dari seorng farmasis dalam bentuk penjelasan tentang obat,
sehingga pasien memahami program obatnya.
Dengan demikian sebagai seorang Ahli Madya Farmasi dirasa perlu
membekali diri dengan pengetahuan mengenai Apotek. Oleh sebab itu,
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) apotek bagi mahasiswa Akademi
Farmasi Samarinda sangatlah perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan
diri untuk berperan langsung dalam rangka mempersiapkan diri untuk
berepran langsung dalam pengelolaan apotek sesuai fungsi dan kompetensi
Ahli Madya Farmasi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana manajemen apotek yang
meliputi pengelolaan obat, pendistribusian, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, dan pelaporan obat di apotek.
2. Untuk bisa lebih terampil dalam membuat sediaan obat terutama pada
bagian peacikan obat, perhitungan dosis, membagikan sediaan obat,
membungkus sediaan obat dan member etiket obat.
C. Manfaat
1. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang teori yang didapat
dengan terjun ke lapangan.
2. Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung pada iklim kerja
kefarmasian sebenarnya, khususnya di Apotek.
3. Membangkitkan sifat entrepreneur sehingga suatu saat mampu membaca
dan menggeluti aspek-aspek usaha yang potensial di bidang farmasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Apotek
1. Pengertian Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan Permenkes
No.922/MENKES/Per/X/1993 tentang dan tata cara pemberian izin
Apotek, pasal 1 ayat 1 : Apotek adalah suatu tempat, tertentu dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker (PP No
51 Tahun 2009). Apotek merupakan suatu sarana pelayanan kefarmasian
dan penyaluran perbekalan farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional,
bahan obat tradisional, alat kesehatan, dan kosmetika) kepada masyarakat
(Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004).
Syarat Apotek
Harus siap dengan tempat, perbekalan farmasi dan perlengkapan
teknis dan administrasi (buku resep, buku SP, Kop surat, Amplop.
Form laporan narkotik/psikotropik, timbangan, lemari narkotik
yang berkunci, lemari es, alat pemadam).
Dapat melayani komoditi selain farma (boleh jual apa saja selain
obat).
Fungsi Apotek
Pengelolaan obat/bahan obat, distribusi dan pelayanan informasi
kepada tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan
dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, dan mutu obat.
Kewajiban Apotek
Melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter
hewan dengan tanggung jawab APA.
Perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat harus
dimusnahkan dengan membuat beita acara.
Menyediakan perbekalan farmasi yang bermutu dan asbah.
Tidak boleh mengganti obat generic dengan obat paten.
Pasien tidak mampu menebus obat, konsultasi dengan dokter untuk
mengganti dengan obat lain yang memiliki kandungan zat aktif
yang sama.
Member informasi penggunaan atas permintaan masyarakat.
Keharusan apotek
Bila dianggap ada yang keliru, konsultasi pada dokter yang
bersangkutan.
Salinan resep ditandatangani oleh APA.
Resep-resep di apotek disimpan 3 tahun.
Resep-resep boleh diperhatikan pada dokter yang menulis, pasien,
petugas kesehatan, polisi yang memenuhi peraturan yang berlaku
(Hartono, 2003).
2. Peranan Apotek
Peranan APA diapotek yang terpenting adalah sebagai informasi obat
kepada masyarakat dan segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Dengan
pemberian informasi kepada para pasien, maka dapat dijalin hubungan
yang baik sehingga dapat mengurangi atau menghindarkan kemungkinan
yang biasa terjadi yaitu kesalahan penyerahan obat.
3. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek meliputi :
Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pencampuran, penyimpanan, dan
penyerahan obat dan bahan obat.
Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan perbekalan farmasi lainnya.
Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi
4. Manajemen Apotek
Manajemen menurut Mery Parker Follet adalah suatu seni. Dalam
bahasa Inggrisnya terkenal dengan kata-kata sebagai berikut :
Art of getting things done through people.
Dalam bahasa Indonesia, manajemen dapat disamakan dengan
pengelolaan, dimana tercakup kemampuan/keterampilan untuk
memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan dengan melibatkan orang
lain.
Jadi seorang manager (menejer) atao pengelola harus memiliki
kemampuan dalam 4 hal, yaitu :
Perencanaan (Planning) = P
Mengorganisir (Organizing) = O
Memimpin (Acuating) = A
Pengawas (Controling) = C (Hartono, 2003)
5. Sarana dan Prasarana Apotek
Berdasarkan Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenli
oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas
tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh
anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat
yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal
ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta
mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akese
secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi
dan konseling.
Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas
dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang
konstan, terutama untuk lemari pendingin.
Apotek harus memiliki:
Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
Tempat untuk memberikan informasi bagi pasien, temasuk
penempatan brosur/materi informasi.
Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan
meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
Ruang peracikan.
Tempat pencucian alat.
Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan
obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari
debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada
kondisi ruangan dengan temperature yang telah ditetapkan (Depkes RI,
2006).
6. Kemudahan Apotek
APA, Apoteker Pendamping atau Apoteker pengganti diizinkan
menjual obat keras (Daftar G) tanpa resep yang dinyatakan sebagai
daftar Obat Wajib Apotek (OWA), yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Bila APA berhalangan hadir dapat menunjukkan Apoteker
Pendampng.
Bila APA lebih dari 3 bulan berhalangan hadir, ditunjuk Apoteker
pengganti.
Bila APA berhalangan 2 tahun terus-menerus maka dapat mengganti
Apoteker (Hartono, 2003)
7. Pelayanan Apotek
Apotek wajib melayani resep Dokter, Dokter Gigi, dan Dokter Hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker yaitu
Apoteker pengelola Apotek (APA). Dalam melayani resep harus sesuai
dengan tanggung jawab dan keahlian profesi Apoteker dengan
dilandasi kepentingan masyarakat.
Tenaga farmasis tidak boleh mengganti obat generic dalam resep
dengan obat paten. Bila tidak menebus obat yang tertulis dalam resep
Apoteker wajib konsultasi dengan dokter untuk memilih obat yang
lebih tepat.
Apoteker wajib member informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat yang diserahkan pada pasien. Penggunaan obat yang tepat, aman,
rasional atas permintaan masyarakat.
Bila Apoteker berpendapat ada kekeliruandalam resep atau penulisan
tidak tepat, Apoteker harus memberitahu dokter penulis resep tetap
pada pendirinya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau
membubuhkan tanda tangan yang lazim diatas resep.
Copy resep (salinan resep) harus ditandatangani Apoteker.
Resep harus dirahasiakan dan disimpan baik dalam waktu tiga tahun.
Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep atau yang merawat pasien bersangkutan, petugas lain
yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Di Apotek : Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau
Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras yang termasuk
Daftar Obat Wajib Apotek tanpa resep.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugas
pada jam buka apotek, dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila
Apoteker Pendamping juga berhalangan dapat menunjuk Apoteker
Pengganti. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan dengan tembusan kepada Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat.
Bila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugas lebih
dari 2 tahun terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan
dicabut.
Kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker
Pengganti dalam mengelola Apotek, Apoteker Pengelola turut
bertanggung jawab.
Apoteker Pengelola Apotek data dibantu oleh Asisten Apoteker dalam
mengelola apotek.
Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasiannya di Apotek
harus dibawah pengawasan Apoteker (Hartono, 2003).
8. Pengalihan Tanggung Jawab Pengelola Apotek
Setiap pergantian Apoteker apotek kepada Apoteker pengganti wajib
dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi
lainnya serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.
Pada serah terima wajib dibuat berita acara sesuai dengan ketentuan
dalam rangkap empat ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia ahli warisnya
dalam jangka 2 x 24 jam wajib melapor secara tertulis kepada Kepala
Dinas Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya. Apabila
Apotek tidak ada Apoteker Pendamping pelaporan tersebut wajib
disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan
kunci tempat penyimpanan dan psikotropika. Penyerahan disertai
berita serah terima (Hartono, 2003).
B. Pelayanan Obat Bebas dan Resep
Pelayanan di apotek meliputi pelayanan obat-obat bebas, resep kontan dan
resep kredit. Obat-obat bebas membutuhkan penentuan dilemari etalasi secara
farmakologis. Karena itu petugas penjual obat-obat bebas harus diberi
pengertian dan pengetahuan tentang khasiat obat.
Resep
Resep adalah permintaan tertulis darii seorang dokter kepada apoteker
untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Yang berhak
menulis resep adalah:
1) Dokter
2) Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut
3) Dokter hewan sebatas pengobatan hewan
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap, apabila resep tidak dapat
dibaca jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menyakan kepada dokter
penulis resep. Resep memuat :
1) Nama, alamat dan nomer izin praktek dokter, doter gigi dan dokter
hewan.
2) Tanggal penulis resep.
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulis resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat.
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis
5) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
6) Jenis hewan dan beserta nama dan alamat pemiliknya untuk resep
dokter hewan.
7) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
mengandung dosis maksimal.
Apograph
Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep. Istilah lain dari kopi
resep adalah apograph, exemplum. Salinan resep selain memuat
keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula:
1) Nama dan alamat apotek
2) Nama dan nomor SIK apoteker pengelola apotek
3) Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
4) Tanda Det = detur untuk obat yang telah diserahhkan atau tanda ne det
= me detur untuk obat yang belum diserahhkan.
5) Nomor resep dan tanggal pembuatan
Ketentuan mengenai salinan resep yaitu :
1) Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. Apabila pengelola
apotik berhalangan, penandatanganan atau paraf salinan resep dapat
dilakukan oleh pendamping apoteker atau apoteker pengganti dengan
mencantumkan nama terang dan status bersangkutan.
2) Resep harus dirahasiakan dan disimpan didalam apotek dengan baik
selama 3 tahun.
3) Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep atau penderita yang berasangkutan, petugas kesehatan,
petugas kehakiman atau kepolisian yang berwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4) Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping atau pengganti
diizinkan menjual obat keras yang disebut Daftar Obat Wajib Apotek
tanpa resep. Daftar obat tersebut ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
(Lestari, 2002).
Tata Cara Penulisan Resep
Proses pengobatan akan berhasil jika resepnya harus rasional sesuai
dengan penyakit dan kondisi pasien. Resep yang baik ditulis lengkap dan
jelas.
Resep yang lengkap menurut SK. Menkes RI Nomor :
26/Menkes/per/1981, Bab III pasal 10, memuat :
1) Nama, alamat dan Nomor Surat Izin Praktek dokter
2) Tanggal penulisan resep
3) Nama setiap obat/komponen obat
4) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
5) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
6) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum
Atau dapat dibedakan menjadi 4 (empat) bagian :
1) Inscription
Bahasa latin yang artinya alamat, isinya dokter (nama, nomor surat
izin praktek, dan alamat), tempat dan tanggal penulisan resep, serta
tanda R/ sebelah kiri (pembuka resep atau incovation).
2) Praescription
Bahasa latin yang artinya perintah atau pesanan atau merupakan inti
resep, ialah bagian resep yang pokok, terdiri dari nama obat, BSO
(bentuk sediaan obat) dan dosis obat.
3) Signatura
Bahasa latin yang artinya tanda yang harus ditulis di etiket obatnya,
terdiri dari nama penderita dan petunjuk mengenai obatnya (biasanya
cara pemakainya).
4) Subscription
Bahasa latin yang artinya tanda tangan atau paraf. Masing-masing
bagian tersebut mempunyai kegunaan penting. Oleh karenanya, apabila
resep tidak lengkap akan mengganggu kelancaran penyediaan obat.
Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya
ditulis secara betul dan sempurna/lengkap.
Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi 6
(enam) tepat ialah sebagai berikut : setelah diagnosanya tepat maka
kemudian memilih obatnya tepat sesuai dengan penyakitnya diberikan
dosis yang tepat dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada
waktu yang tepat dan cara yang tepat untuk penderita yang tepat
(Lestari, 2002).
Bahasa dalam Resep
Dalam menulis resep, bahasa yang digunakan adalah bahasa negeri
sendiri atau bahasa latin. Bahasa latin sampai saat ini masih digunakan
dalam menulis resep khususnya pada bagian siganature, karena bahasa
latin mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Bahasa latin merupakan bahasa yang statis/mati, dimana tidak
mengalami perkembangan/perubahan. Hal ini menjamin tidak akan salah
tafsir sepanjang jaman.
1) Bahasa latin merupakan bahasa dunia untuk ilmu kesehatan sehingga
apabila resep ditulis dengan bahasa latin oleh siapapun dan dimana pun
selalu akan dilayani secara tepat/dimengerti oleh yang terkait (APA).
2) Nama obat yang ditulis dengan bahasa latin tidak akan terjadi salah
tafsir (salah obat).
3) Bahasa latin dapat merahasiakan sesuatu untuk kepentingan penderita.
Singkatan bahasa latin sering digunakan pada bagian signature. Ada
beberapa yang penting, antara lain Cito, Iter dan lain-lain. Penting untuk
diperhatikan adalah cara menyingkat, meletakkan pada resep, dan
digunakan (Lestari, 2002).
C. Obat
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kotrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23
tahun 1992).
Penggolongan Obat
Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan ekiet obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter,
dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam.
Contoh : CTM.
Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotik, yang berkhasiat psikotropika melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital.
Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Peidin (Depkes RI, 2006).
Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur
Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya pada
etiket, brosur atau kemasan obat agar penggunaannya tepat dan aman.
Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan :
Nama obat
Komposisi
Indikasi
Informasi cara kerja obat
Aturan pakai
Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)
Perhatian
P no.1Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya
P no.4Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P no.2Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P no.5Awas! Obat KerasTidak boleh ditelan
P no.3Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan
P no.6Awas! Obat Keras
Obat wasir, jangan ditelan
Nama produsen
Nomor batch/lot
Nomor registrasi
Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda ijin edar abash yang
diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat.
Tanggal kadaluwarsa (Depkes RI, 2006)
Tanda Peringatan
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,
berupa empat persegi panjang bewarna hitam berukuran panjang 5 (lima)
sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna
putih sebagai berikut :
(Depkes RI, 2006).
Cara Pemilihan Obat
Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :
Gejala atau keluhan penyakit
Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes meliitus
dan lain-lain.
Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping, dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brodur obat.
Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum.
Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada Apoteker (Depkes RI, 2006).
Cara Penggunaan Obat
Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,
hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap tanyakan
kepada Apoteker.
Cara Pemakaian Obat yang Tepat
Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat dan
dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.
a) Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut)
Adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman.
Yang terbaik adalah minum obat dengan segelas air.
Ikuti petunjuk dari profesi pelayanan kesehatan (saat makan atau saat
perut kosong)
Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak
boleh dipecah atau dikunyah.
Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran
untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.
Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter
minta pilihan bentuk sediaan lain (Depkes RI, 2006).
b) Petunjuk Pemakaian Obat Oral untuk Bayi/Anak Balita
Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok
takar dalam kemasan obatnya.
Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat yang
terasa tidak enak/pahit (Depkes RI, 2006).
c) Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata
Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata)
dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.
Untuk glaucoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada
kemasan harus diikuti dengan benar.
Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari
telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka
kantung konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva, dan
mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip.
Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit
Cuci tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar
pada tangan.
d) Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata
Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata).
Cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata
bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva,
tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva
dan mata ditutup selama 1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-
bawah.
Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tisu bersih
(jangan dicuci dengan air hangat) dan wadah salep ditutup rapat.
Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada
tangan (Depkes RI, 2006).
e) Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Hidung
Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan obat
dilakukan sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup berbaring saja.
Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama
beberapa menit agar obat dapat tersebar di dalam hidung.
Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan dilemparkan diantara dua paha.
Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan
keringkan dengan tisu bersih (Depkes RI, 2006).
f) Petunjuk Pemakaian Obat Semprot Hilang
Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak. Kemudian obat disemprotkan
kedalam lubang hidung sambil menarik napas dengan cepat.
Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha.
Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air hangat tetapi
jangan sampai air masuk ke dalam botol kemudian dikeringkan dengan
tissue bersih (Depkes RI, 2006).
g) Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Telinga
Ujung alat penetes hangan menyentuh benda apapun termasuk telinga.
Cuci tangan sebelum menggunkan obat tetes telinga.
Bersihkan bagian luar telinga dengan “cotton bud”.
Jika sediaan berupa suspense, sediaan harus dikocok terlebih dahulu.
Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan telinga yang
akan ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga
lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa telinga ditarik
ke atas dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak telinga ditarik ke
bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan dan dibiarkan selama
5 menit.
Bersihkan ujung penetes dengan tisu bersih (Depkes RI, 2006).
h) Petunjuk Pemakaian Obat Suppositoria
Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria
dibasahi dengan air.
Penderita berabring dengan posisi miring dan suppositoria dimasukkan
kedalam rektum.
Masukkan suppositoria dengan cara bagian ujung suppositoria didorong
dengan ujung jari sampai melewati otot sfingter rectal; kira-kira ½ - 1
inci pada dewasa.
Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka sebelum
digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit
kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum kemasan dibuka.
Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci bersih (Depkes
RI, 2006).
i) Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep Rektal
Bersihkan dan keringkan daerah rectal, kemudian masukkan salep atau
krim secara perlahan ke dalam rectal.
Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator. Caranya adalah
aplikator dihubungkan dengan wadah salep/krim yang sudah dibuka,
kemudian dimasukkan ke dalam rectum dan sediaan ditekan sehingga
salep/krim keluar.
Buka aplikator dan cuci bersih dengan air hangat dan sabun.
Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih (Depkes RI, 2006).
j) Petunjuk Pemakaian Obat Vagina
Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai
dengan petunjuk penggunaan dari industri penghasil sediaan.
Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat sebaiknya
berkonsultasi terlebih dahulu dengan professional perawatan kesehatan.
Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan dan dengan
menggunakan aplikator obat dimasukkan ke dalam vagina sejauh
mungkin tanpa dipaksakan dan dibiarkan selama beberapa waktu.
Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan
sabun dan air hangat (Depkes RI, 2006).
Efek Samping
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran
normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Yang perlu
diketahui tentang efek samping adalah :
Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin
timbul.
Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan
apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.
Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal,
ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.
Penggunaan pbat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui,
lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang
fatal, penggunaan obat harus dibawah pengawasan dokter-Apoteker (Depkes
RI, 2006).
Cara Penyimpanan Obat
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau
seperti yang tertera pada kemasan.
Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan.
Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku,
kecuali jika tertulis pada etiket obat.
Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak (Depkes RI, 2006).
Tanggal Kadaluwarsa
Tanggal kadaluwarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang
dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat.
Tanggal kadaluwarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak
merupakan obat yang mengalami perubuhan mutu, seperti :
a) Tablet
Terjadinya perubahan warna, bau dan rasa.
Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak
dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab.
Kaleng atau botol rusak.
b) Tablet Salut
Pecah-pecah, terjadi perubahan warna.
Basah dan lengket satu dengan yang lainnya.
Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik.
c) Kapsul
Perubahan warna isi kapsul.
Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain.
d) Cairan
Menjadi keruh atau timbul endapan
Konsistensi berubah
Warna atau rasa berubah
Botol plastik rusak atau bocor
e) Salep
Warna berubah
Pot atau tube rusak atau bocor
Bau berubah (Depkes RI, 2006)
Dosis
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau
volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan berat
badan pasien.
a) Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian.
Contoh :
Tiga kali sehari berarti obat diminm setiap 8 jam sekali.
Obat diminum sebekum atau sesudah makan.
Jika menggunakan obat-obar bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau
brosur/leaflet.
b) Bila terlupa minum obat :
Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hamper
mendekati dosis berikutnya, maka abaikan dosis yg terlupa dan kembali
ke jadwal selanjutnya sesuai aturan.
Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang
berdekatan (Depkes RI, 2006).
Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a) Kemasan/wadah
Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa
jelas terbaca.
b) Penandaan pada wadah
Baca zat berkhasiat dan manfaatnya.
Baca aturan pemakaiannya, misalnya sebelum atau sesudah makan.
Untuk pncegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila
sebelumnya lupa minum obat.
Baca kontraindikasinya.
Misalnya :
Tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui.
Tidak boleh diminum oleh penderita gagal ginjal.
Baca efek samping yang mungkin timbul.
Baca cara penyimpanannya.
Bila ragu Tanya pada Apoteker.
Bila sakit berlanjut hubungi dokter (Depkes RI, 2006).
D. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek
Perencanaan Pembelian
Setiap pembelian harus dilakukan secara terencana, disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan setempat. Perencanaan pembelian biasanya berdasarkan
obat-obat yang cepat terjual. Jenis obat yang diperlukan dapat dilihat dari buku
defacto baik dari bagian penerimaan resep obat bebas di counter depan maupun
dari gudang, juga dapat melalui kartu stock dan bukti penjualan. Fungsi dari kartu
stock adalah mengontrol obat yang dikeluarkan serta mengontrol obat yang
masuk. Kartu stok dibuat untuk ketertiban administrasi dan untuk perencanaan
pembelian, sedangkan defacto dibuat untuk permintaan pembelian.
Pembelian
Cara melalukan pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
a) Pembelian dalam jangka terbatas (Hand to mouth buying)
Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu
pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas
dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari Apotek, misalnya satu kota dan
selalu siap dapat segera melayani kebutuhan obat dan segera obatnya dapat
dikirim.
b) Pembelian secara spekulasi
Pembelian ini dapat dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari
kebutuhan, dengan harapan aka nada kenaikan harga dalam waktu dekat atau
karena ada diskon atau bonus. Meskipun apabila spekulasinya benar dapat
untung besar, tetapi cara ini mengandung resiko mengenai rusak dan
kadaluwarsa.
c) Pembelian berencana
Cara pembelian ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan
barang. Penawasan stok obat/barang dagangan penting sekali dengan
demikian dapat diketahui nama yang laku keras dan mana yang kurang laku
hal ini dilihat pada kartu stok. Selajnutnya dapat dilakukan perencanaan
pembelian sesuai dengan kebutuhan per item (Anief, 2005).
Tahap-tahap pembelian adalah sebagai berikut :
Persiapan
Pengumpulan data obat-obatan yang maau dipesan dari buku defacto
maupun gudang termasuk oabt baru yang ditawarkan oleh supplier.
Pemesanan
Menyiapkan Sura Pemesanan untuk supplier, sebaiknya minimal
rangkap dua, satu untuk supplier yang harus dilampirkan dengan faktur
pada waktu mengirim barang dan yang satu lagi untuk arsip pembelian
atau petugas gudang untuk mengontrol apakah kiriman barang sesuai
dengan pesanan.
Penerimaan
Petugas yang menerima harus mencocokkan barang dengan faktur
surat pemesanan lembar kedua dari gudang, petugas harus memeriksa
apakah jumlah, merk, nama obat, harga satuan, diskon perhitungannya
benar semua lalu mencatat apabila ada obat dengan kadaluwarsa dalam
buku tersendiri dengan urutan tanggalnya selain itu perlu dicocokkan
dengan nomor batch yang tercantum dalam faktur, untuk mempermudah
pada saat retur barang, baik retur ED.
Penyimpanan
Barang disimpan dalam tempat yang aman, tidak terkena sinar
matahari langsung, bersih dan tidak lembab, disusun sistematis, untuk
insulin, vaksin atau serum yang perlu disimpan dalam lemari es, untuk
bahan yang mudah terbakar disimpan terpisah. Setiap barang diberi kartu
stok.
Pada penyimpanan obat golongan narkotika disimpan dalam lemari
khusus sesuai dengan PERMENKES No. 28/Menkes/per/1978 dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Dibuat dari kayu atau bahan lain yang kuat.
Harus mempunyai kunci yang kuat
Almari dibagi menjadi 2 pintu yang berlainan
Apabila ukuran almari kurang dari 40 x 80 x 100 cm maka almari
tersebut harus dibuat dipaku pada tembok atau lantai.
Almari tidak boleh menyimpan barang lain kecuali yang tentukan
oleh menteri.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, menurukan sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menyebabkan ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik yang berkhasiat psikoaktif memalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku (Lestari, 2002).
E. Stock Opname
Stock opname biasanya dilakukan secara berkala yang berfungsi untuk mengetahui
untung rugi perusahaan pada apotek tersebut. Untuk obat narkotika diadakan stock
opname sebulan sekali pada tiap bulan tanggal 1 (satu) bulan berikutnya, untuk
dilaporkan kepada kantor wilayah Departemen Kesehatan daerah tingkat 1. Stock
opname juga dilakukan untuk memenuhi ED sehingga mempermudah dalam
pengembalian retur barang.
F. Perhitungan Nilai (Harga Obat) Persediaan
Harga obat dalam persediaan dapat ditentukan dengan bermacam-macam metode
ialah sebagai berikut :
Metode harga standar, merupakan suatu harga yang ditetapkan lebih dulu untuk
jangka pendek dan bukan untuk jangka panjang.
Metode FIFO = First in first out, yaitu menurut harga pertama dibeli. Jadi
meskipun harga sudah naik, tetap digunakan harga lama pada waktu obat ini
dibeli.
Metode LIFO = Last in first out, yaitu menurut pembelian harga terkahir (Anief,
2005).
G. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan
Dari faktur disalin dalam buku penerimaan barang, dimana selain ditulis nama
supplier, nama obat, banyaknya, harga satuan, jumlah harga, nomor urut, tanggal.
Setiap hari dijumlah untuk mengetahui berapa banyaknya utang apotik, dari
catatan inilah kita harus waspada jangan sampai jumlah pembelian kita setiap
bulannya melebihi anggaran yang telah ditetapkan, kecuali bila ada kesempatan.
Pelaporan
Laporan narkotik dan psikotropik dilakukan setiap satu bulan sekali ke Dinas
Kesehatan Kota dengan tembusan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BPPOM) dan Dinas Kesehatan Provinsi Setempat.
H. Pemusnahan
Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi karena rusak, hilang
atau kadaluwarsa dilakukan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara yang
lain yang ditetapkan oleh peraturan. Pemusnahan dilakukan dengan cara apoteker
pengelola apotek melaporkan tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan
mencantumkan :
Nama dan alamat apotek
Nama APA
Perincian obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi yang akan
dimusnahkan
Rencana tanggal dan tempat pemusnahan
Cara pemusnahan
Pemusnahan dilakukan oleh apoteker pengelola apotek dengan sekurang-
kurangnya seorang asisten apoteker yang bersangkutan disaksikan oleh petugas Dinas
Kesehatan Kota. Pada pemusnahan dibuat berita acara pemusnahan sesuai petunjuk
dalam rangkap 5 (lima) dan ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dan Dinas
Kesehatan.
I. Gambaran Umum Apotek Nur Akbar II Samaarinda
Perizinan
Nama Apotek : NUR AKBAR II
Alamat Apotek : Jl. Palang Merah No. 18
Nomor dan Tanggal SIA : No.
Susunan Personalia
Pemilik Sarana Apotek (PSA)
- Nama : Rosita Hafiedz, SE
Apoteker Pengelola Apotek (APA)
- Nama : Rika, S. Farm
- KP : 01.03.1.3.4376
Asisten Apoteker
Zakaria Taddori, Amd. Far
Suzan, Amd. Far
Lorenita Juniar, Amd. Far
Ulfa. N, Amd. Far
Dokter
- dr. H.S Rusdi, Sp A
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A. Sejarah Apotek
Apotek NUR AKBAR II didirikan pada tahun 2009 berdasarkan PP No. tahun ,
dan terletak dijalan Palang Merah No. 18 Samarinda.
B. Tata Ruang Apotek
Gedung yang ditempati oleh Apotek Nur Akbar II berstatus milik sendiri atas
nama Ibu Rosita Hafiedz, SE selaku pemilik Sarana Apotek di Apotek Nur Akbar II
ini. Ruangan apotek Nur Akbar II hanya mempunyai satu lantai yang terdiri dari
ruang tunggu pasien, ruang etalase, ruang peracikan obat, ruang praktek Dokter
Spesialis Anak, dan WC.
C. Struktur Organisasi
Untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan adanya
suatu struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar
elemen orang.
Struktur Organisasi Apotek Nur Akbar II
Pemilik Sarana Apotek
Tugas, Kewajiban dan Wewenang :
a) Mengawasi Kinerja Pegawai
b) Keuangan
c) Administrasi umum
Apoteker Pengelola Apotek
Pemilik Sarana Apotek
Asisten 1 Asisten 2 Asisten 3 Asisten 4
Apoteker Pengelola Apotek
Tugas, Kewajiban dan Wewenang :
a) Memimpin semua kegiatan Apotek, antara lain mengelola kegiatan
Kefarmasian serta membina karyawan yang menjadi bawahan apotek.
b) Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan
dan mengembangkan hasil usaha apotek.
c) Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan terutama diruang
peracikan.
d) Membina serta member petunjuk teknis Farmasi kepada bawahannya
terutama dalam memberikan informasi kepada pasien.
Asisten Apoteker
a) Mengerjakan sesuai dengan profesinya sebagai Asisten Apoteker, yaitu :
Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima pasien
sampai menyerahkan obat yang diperlukan)
Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat Narkotika, obat
Psikotropika, obat KB, obat Bebas Terbatas dan obat Keras.
Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal lalu disimpan.
Memelihara kebersihan ruangan peracikan, lemari obat.
b) Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir dalam
pelayanan obat bebas maupun juru resep.
Tanggung jawab :
Asisten Apoteker bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek
sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya, artinya bertugas atas
kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan,
kehilangan dan kerusakan.
Wewenang :
Asisten Apoteker berwewenang melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai dengan petunjuk atau instruksi dari Apoteker Pengelola Apotek dan
semua peraturan perundang-undangan yang berlaku (Anonim, 2003).
D. Kegiatan Apotek
Kegiatan pelayanan di Apotek Nur Akbar II terbagi atas 2 waktu kerja (shift) yaitu
pukul 08.00-15.00 dan pukul 15.00-22.00 WITA. Untuk mendukung kelancaran
kegiatan pelayanan tersebut maka diadakan pembagian jam kerja bagi para karyawan.
Kegiatan pelayanan di Apotek Nur Akbar II meliputi dua bagian yaitu
pelayanan/penjualan obat bebas atau over the counter (OTC) dan pelayanan obat
dengan menggunkan resep. Di apotek Nur Akbar II juga terdapat tempat Dokter
Spesialis Anak, yang setiap senin-sabtu melakukan pelayanan kepada pasien.
E. Pengelolaan Apotek
Selama Apotek Nur Akbar berdiri telah diakukan upaya-upaya pengelolaan
Apotek dengan baik, agar Apotek ini terus berkembang dan dapat bertahan dengan
adanya pesaing-pesaing baru dibidang perapotekan.
Sistem pengelolaan apotek Nur Akbar II sesuai dengan fungsi dan tugas Apotek
meliputi :
Membuat, mengelola, meracik, mengubah bentuk, mencampur obat dan bahan
obat untuk melayani resep Dokter yang praktek di Apotek Nur Akbar II, serta
menyerahkan kepada pasien.
Memberi pelayanan lanngsung tanpa resep khusus untuk obat bebas dan obat
bebas terbatas.
Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi, meliputi obat,
bahan obat dan alat-alat kesehatan.
Secara garis besar ada tiga hal yang sangat penting dalam pengelolaan apotek
Nur Akbar II yaitu :
Pengelolaan Umum (Administrasi dan Umum)
Pengelolaan administrasi dan umum di Apotek Nur Akbar II sebagian besar
dilakukan oleh Pemilik Sarana Apotek (PSA) sendiri tetapi ada juga AA yang
membantu, baik dalam penjualan melalui resep maupun obat bebas. Laporan
keuangan kemudian dibukukan dan dibakukan rekapitulasi bulanan dan tahunan.
Pemasukan Apotek Nur Akbar II antara lain berasal dari penjualan obat bebas
(OTC) dan penjualan obat melalui resep. Pengeluaran antara lain untuk
pembelian perbekalan farmasi, pembayaran hutang, gaji karyawan, tunjangan dan
pajak.
Pengelolaan Obat
Perencanaan Barang
Untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pembeli, dilakukan suatu
kegiatan perencanaan barang, tentunya dengan mempeetimbangkan factor-
faktor ekonomis. Barang disini meliputi obat, alat kontrasepsi dan alat-alat
kesehatan yang diperdagangkan oleh Apotek Nur Akbar II. Perencanaan
barang yang akan dilaksanakan perlu mempertimbangkan faktor-faktor
seperti perbekalan farmasi yang laris terjual, obat-obat yang sering
diresepkan oleh dokter dan juga mempertimbangkan diskon serta bonus yang
ditawarkan oleh PBF tertentu.
Pengadaan Barang
Pengadaan barang dilakukan setiap hari dengan order ke PBF melalui
salesman yang datang setiap hari, untuk melaksanakan pengadaan barang di
apotek Nur Akbar II harus diketahui oleh Pemilik Sarana Apotek (PSA),
Apoteker kemudian dilaksanakan oleh asisten Apoteker.
Sebelum melakukan kegiatan pengadaan barang perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a) Stok barang
b) Rencana Anggaran pembelian
c) Daftar harga terakhir
d) Pemilihan PBF yang sesuai dengan pertimbangan diskon jangka waktu
pembayaran, pelayanan yang baik dan tepat waktu serta kualitas barang.
Pada saat penerimaan barang, salesman membawa SP disertai faktur
pembelian sebanyak 4 lembar, dua lembar untuk PBF, satu lembar untuk
penagihan dan satu lembar untuk apotek. Faktur ini dibuat sebagai bukti yang
sah dari pihak kreditur mengenai transaksi penjualan barang, surat pesanan
digunakan untuk mencocokkan barang yang dipesan dengan barang yang
dikirim. Apabila sesuai dengan pemasanan, Apoteker Pengelola Apotek atau
Asisten Apoteker yang menerima menandatangani faktur dan memberi cap
apotek sebagai bukti penerimaan barang kemudian barang di entri kedalam
komputer dan kartu stok agar mempermudah pemantauan distribusi obat.
Untuk barang yang memiliki masa kadaluwarsanya sudah dekat dilakukan
dekat dilakukan perjanjian terlebih dahulu, apakah barang tersebut boleh
dikembalikan atau tidak, dengan waktu pengembalian yang telah ditentukan.
Penyimpanan Barang
Penyimpanan barang di Apotek NUR AKBAR II secara umum digolongkan
menjadi tiga yaitu :
Secara Alphabetis juga dibedakan berdasarkan bentuk sediaan :
Obat Bebas dan Bebas Terbatas
Obat Keras
Syrup Vitamin
Syrup Obat Keras
Obat-obat yang memerlukan kondisi penyimpanan pada suhu yang dingin
disimpan dalam lemari Es, Misalnya : Suppositoria, Vaksin dan Obat
tertentu.
Obat Narkotika dan Psikotropika, disimpan dalam lemari khusus dan sesuai
dengan ketentuannya.
Penyimpanan persediaaan barang/obat di Apotek NUR AKBAR II
diperuntukkan bagi obat yang pergerakannya cepat ( fast moving ) yaitu obat dan
bahan obat yang paling banyak dan cepat dan terjual dan sering digunakan dan
diresepkan oleh Dokter. Dengan adanya penyimpanan barang, maka persediaan
barang dapat terkontrol sehingga dapat mencegah terjadinya kekosongan. Untuk
sediaan Narkotika dan Psikotropika, disimpan secara terpisah dari bahan lainnya,
yaitu didalam lemari khusus dan selalu dalam keadaan terkunci. Lemari
penyimpaanan tersebut hanya di buka jika terdapat permintaan resep terhadap
obat-obatan tersebut.
Penjualan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 280/1980 pasal 24 menyatakan
bahwa harga obat dengan jasa apotek diekan serendah mungkin berdasarkan
struktur harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atas asal usul panitia
terdiri atas wakil-wakil Dirjen POM, Industri Obat dan lain-lain. Struktur harga
yang ditetapkan oleh Gabungan Pengusaha Farmasi (GPF) dan disetujui oleh
Pemerintah yaitu harga eceran tertinggi kepada konsumen yang tidak boleh
dicampuri oleh pedagang eceran.
Pada prinsipnya pemberian harga obat di Apotek NUR AKBAR II adalah sebagai
berikut :
HJA = B + FK + PPN + BP
Keterangan :
HJA = Harga Jual Apotek
B = Harga Barang
FK = Faktor Keuntungan ( Etical = 30%, OTC = 20 %)
PPN = Pajak 10%
BP = Biaya pelayanan ( service )
Pelayanan Resep Dokter
Resep yang masuk diterima oleh asisten Apoteker kemudian diteliti apakah
obat yang diresepkan tersedia di Apotek atau tidak, jika tersedia maka resep
diberikan harga sesuai dengan harga yang berlaku di Apotek. Di jelaskan obat-
obat yang diresepkan dan kegunaanya. Jika pembeli setuju dengan harga yang
ditawarkan, maka resep dikerjakan kemudian diberi etiket, dan diperiksa lagi oleh
Apoteker Pengelola Apotek dan diserahkan kepada pasien disertai dengan
informasi mengenai aturan penggunaan obat. Bila diminta atau diperlukan copy
resep atau kwitansi pembelian.
Pelayanan Obat wajib Apotek
Apotek NUR AKBAR II juga dapat menyerahkan obat keras tanpa resep
dengan jumlah terbatas yaitu Obat Wajib Apotekyang harus diserahkan Oleh
Apoteker kemudian data pembeli dicatat dalam buku penggunaan Obat Wajib
Apotek ( OWA ) yang terdiri dari Nama, Alamat, No Telepon , Nama Obat dan
Jumlah. Hal tujuan agar mudah dalam pemantauan penggunaan obat.