LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMURU, Sardinella lemuru (Bleeker, 1853) YANG DIDARATKAN DI Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) KEDONGANAN, BALI OLEH : RAHMAYUNITA STK. 316020 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN (STITEK) BALIK DIWA MAKASSAR 2019
149
Embed
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG BIOLOGI REPRODUKSI IKAN ... · laporan praktek kerja lapang biologi reproduksi ikan lemuru, sardinella lemuru (bleeker, 1853) yang didaratkan di pangkalan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
BIOLOGI REPRODUKSI
IKAN LEMURU, Sardinella lemuru (Bleeker, 1853)
YANG DIDARATKAN DI Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
KEDONGANAN, BALI
OLEH :
RAHMAYUNITA
STK. 316020
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN (STITEK)
BALIK DIWA MAKASSAR
2019
BIOLOGI REPRODUKSI
IKAN LEMURU, Sardinella lemuru (Bleeker, 1853)
YANG DIDARATKAN DI Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
KEDONGANAN, BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Sebagai Salah Satu Syarat penyelesaian studi mahasiswa di
Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa
Makassar
Oleh:
RAHMAYUNITA
STK. 316020
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN (STITEK)
BALIK DIWA MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PKL
Judul Laporan : Biologi Reproduksi Ikan Lemuru, Sardinella lemuru
(Bleeker, 1853) Yang Didaratkan di PPI Kedonganan, Bali
Nama Mahasiswa : Rahmayunita
NIM : 316020
Lokasi PKL : Loka Riset Perikanan Tuna (LRPT), Jl. Mertasari No.
matang), Hydrate stage (matang/hidrasi) (Farley et al.,
2013).
16
1. Unyolked stage (belum berkembang)
Sel telur berukuran kecil dengan sitoplasma berwarna
ungu dan nukleus yang berbentuk bulat. Peripheral
nucleoli terlihat bersamaan dengan perbedaan warna dari
sitoplasma di dalam nukleus.
2. Early Yolked Stage (berkembang)
Sel telur dengan butiran yolk berwarna ungu pucat
terlihat pada sitoplasma dan berpindah kearah nukleus
yang awalnya berada di tepi oosit. Terlihat adanya
nukleus. Diameter lebih besar dibanding dengan sel telur
pada fase unyolked stage. Zona radiata terlihat sangat
jelas pada fase early yolked stage ini.
3. Advanced yolked stage
Sel telur dengan butiran yolk terlihat berwarna pink.
Melebarnya zona radiata dan berubah menjadi merah
muda serta mengalami penebalan. Inti sel berada
ditengah.
4. Migratory nucleus stage (hampir matang)
Berpindahnya nukleus ke tepi oosit serta mulai
muncul oil droplets yang berukuran besar. Butiran-butiran
yolk terlihat atau oil droplet saja yang terlihat pada oosit.
Fase oosit berlangsung singkat dan terjadi pada waktu
tertentu saja.
17
5. Hydrated stage (matang/hidrasi)
Butiran yolk berwarna pink dan bergabung
sepenuhnya. Sel telur mengalami perbesaran yang
signifikan serta berbentuk tidak beraturan yang
merupakan akibat kehilangan cairan selama proses
preparasi histologi. Tidak terdapat oil droplets, serta zona
radiata menjadi tipis pada saat oosit melebar.
C. Klasifikasi perkembangan gonad
Klasifikasi perkembangan gonad dilakukan menurut
metode (Farley et. al., 2013) yang mengklasifikasikan dalam
7 development class, dengan 2 status kematangan gonad
(Immature dan mature), development class dilihat
berdasarkan ada atau tidak adanya folikel postovulasi
(POF), alfa (α) atresia dan beta (ẞ) atresia, maturity
markers.
Tabel 1.2 Penentuan klasifikasi perkembangan gonad
(Sumber : (Farley et al., 2013)
18
Gambar 1.2 Perkembangan fase oosit pada ikan albacore (Thunnus alalunga) (Sumber : Farley et al., 2013)
D. Diameter Telur
Diameter telur diukur menggunakan mikroskop. Jumlah
sel telur yang ditemukan di dalam satu preparat diukur
diameternya sebanyak 5 butir (Farley et al., 2013). Apabila
bentuk telur tidak bulat sempurna maka diameter telur
dihitung menggunakan rumus (Williams, 1997) sebagai
berikut :
D = �� � ��
� ………………………..…………..(2)
Keterangan :
D = Diameter telur sebenarnya ( μm )
D1 = Diameter telur secara horizontal (μm)
D2 = Diameter telur secara vertikal (μm)
19
E. Fekunditas
Fekunditas ditentukan dengan cara menghitung jumlah
telur pada gonad betina yang telah memasuki TKG III, IV
dan V. Metode perhitungan yang digunakan yaitu metode
gravimetrik berdasarkan Bagenal (1978) dalam Tampubolon
(2016). Adapun rumus perhitungan fekunditas ikan adalah
sebagai berikut :
F =
� x n ................................................................ (3)
Keterangan :
F = Fekunditas (butir)
Wg = Berat Gonad Total (gram)
Ws = Berat Gonad Sampel (gram)
N = Jumlah Telur Sampel (butir)
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKL
2.1 Peta Lokasi PKL
PKL dilaksanakan di tiga tempat yaitu PPI Kedonganan sebagai
tempat pengambilan sampel, kantor LRPT yang terletak di Jl.Mertasari
No.140 Br.Suwung Kangin, Sidakarya, Denpasar, Bali. Dengan Kode
Pos 80223 , Indonesia dengan titik koordinat 08° 42’ 18.54” LS dan
115° 14’ 00,23” BT, serta Pelabuhan Benoa yang terletak di Propinsi
Bali yang secara administratif mencakup Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar atau tepatnya secara geografis berada pada koodinat 115°
12' 30″ Bujur Timur dan 08° 44' 22″ Lintang Selatan, yaitu di bagian
Selatan Pulau Bali atau berada di Teluk Benoa, Denpasar Selatan.
Gambar 2.1 Peta Lokasi PKL
(Sumber: Google earth, 2019)
2.2 Sejarah Berdirinya Loka Riset Perikanan Tuna (LRPT)
Loka Riset Perikanan Tuna atau disingkat LRPT merupakan Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang riset
sumberdaya perikanan tuna dan sejenisnya (tuna like species) yang
berada dibawahnya dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan
Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan. LRPT
pertama dibentuk pada tahun 2011 dengan nama Loka Penelitian
Perikanan Tuna berdasarkan Persetujuan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam
Surat Nomor B-3677/M.PAN-RB/12/12 tanggal 2 Desember 2010.
Kemudian pada tahun 2017, nama Loka Penelitian Perikanan Tuna
berubah menjadi Loka Riset Perikanan Tuna yang ditetapkan melalui
PERMEN KP No. 16/ PERMEN-KP/ 2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja LRPT.
Dasar hukum pembentukan LRPT meliputi Persetujuan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
dalam Surat Nomor B-3677/M.PAN-RB/12/12 tanggal 2 Desember
2010 dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor: PER.27/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja LRPT. Pada 27 Maret 2017, LP2T resmi berganti nama menjadi
LRPT berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 16/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi
dan Tata Kerja LRPT.
2.3 Visi dan Misi LRPT
Adapun visi dan misi yang dimiliki oleh LRPT adalah sebagai
berikut :
2.3.1 Visi
“Menjadi institusi utama penyedia data dan informasi perikanan
tuna di Samudera Hindia”
2.3.2 Misi
1. Menyediakan data dan informasi terkini hasil riset perikanan
tuna.
2. Mengembangkan profesionalisme kelembagaan dan
sumberdaya riset perikanan tuna.
2.4 Tujuan dan Sasaran LRPT
2.4.1 Tujuan
Adapun tujuan yang telah ditetapkan oleh LRPT adalah sebagai
berikut.
1. Menghasilkan data dan informasi karakteristik sumberdaya
ikan tuna di Samudera Hindia.
2. Menyiapkan bahan kebijakan bagi perencanaan pengelolaan
perikanan tuna.
3. Menggalang kerjasama riset perikanan tuna.
4. Melaksanakan dan menyediakan bahan diseminasi hasil
riset.
5. Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan kompetensi
sumberdaya riset perikanan tuna.
6. Menyiapkan sarana dan prasarana bagi pelaksanaan
kegiatan riset.
7. Meningkatkan akuntabilitas dan kapabilitas kelembagaan.
2.4.2 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan riset
adalah sebagai berikut.
1. Teridentifikasi potensi produksi dan karakteristik sumberdaya
ikan tuna di Samudera Hindia.
2. Tersedianya bahan informasi bagi kebijikan perencanaan
pengelolaan perikanan tuna.
3. Terbentuknya kemitraan dan jejaring kerja.
4. Tersedianya bahan diseminasi hasil riset.
5. Terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung kegiatan
riset.
6. Tersedianya sumberdaya manusia yang kompeten dan
handal dibidangnya.
7. Terbentuknya institusi riset yang akuntabel
2.5 Struktur Organisasi LRPT
Adapun struktur organisasi dan pejabat struktural yang duduk
dalam organisasi LRPT terlihat pada bagan dibawah ini.
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Loka Riset Perikanan Tuna TA 2019 (Sumber : LRPT, 2019)
LRPT memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh kepala Loka
Riset Perikanan Tuna dan empat bagian dibawahnya yaitu Urusan
Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha,
keuangan, kepegawaian, perlengkapan, dan rumah tangga, serta
penyusunan laporan. Subseksi Tata Operasional mempunyai tugas
melakukan penyusunan rencana, program dan anggaran,
penyebarluasan hasil riset serta pemantauan dan evaluasi. Subseksi
Pelayanan Teknis mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis,
pengelolaan sarana dan prasarana, dan kerja sama riset. Kelompok
Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
penelitian sumberdaya perikanan tuna dan sejenisnya (tuna like-
species) dan kegiatan lain sesuai dengan tugas masing-masing
jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2.6 Sumberdaya Manusia LRPT
Tahun 2019, LRPT memiliki 49 pegawai yang terdiri dari 21 orang
Pegawai Negeri Sipil dan 28 orang Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri Sipil. Berdasarkan pada tingkat pendidikan terakhir, pegawai
LRPT bervariasi mulai dari SLTP (1), SLTA (11), Diploma III (3),
Diploma IV (1), S-1 (27) dan S-2 (4). Komposisi pegawai LRPT
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada diagram
berikut:
Gambar 2.3 Komposisi Pegawai LRPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan
(Sumber : LRPT, 2019)
Berdasarkan pada golongannya, Pegawai Negeri Sipil LRPT terdiri
dari golongan II dan III dengan rincian golongan IIc (2), IId (1), IIIa (6),
IIIb (6), IIIc (4), dan IIId (2). Komposisi pegawai LRPT berdasarkan
perkembangan golongan tahun 2011-2018 dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 2.4. Komposisi PNS LRPT Berdasarkan Golongan Tahun 2018
(Sumber : LRPT, 2019)
Berdasarkan jabatan fungsional, LRPT memiliki tiga kelompok
jabatan fungsional yang meliputi peneliti muda sebanyak 5 orang,
penelitipertama sebanyak 2 orang, calon peneliti sebanyak 6 orang.
Komposisi jabatan fungsional pegawai LRPT dapat dilihat pada
diagram berikut:
Gambar 2.5 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan Fungsional 2018
(Sumber : LRPT, 2019)
Seluruh sumber daya manusia LRPT memiliki tugas dan fungsi
masing-masing untuk mendukung pelaksanaan penelitian sumber daya
perikanan tuna dan sejenisnya (tuna like species) di wilayah Negara
Republik Indonesia pada Perairan Samudra Hindia.
2.7 Kegiatan Umum LRPT
LRPT mempunyai tugas melaksanakan kegiatan riset sumberdaya
perikanan tuna dan sejenisnya (tunalike-species) di wilayah Republik
Indonesia di perairan Samudera Hindia. Dalam melaksakan tugas
melaksanakan kegiatan riset sumber daya perikanan tuna dan
sejenisnya. LRPT menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan,
evaluasi dan laporan.
2. Pelaksanaan kegiatan riset sumberdaya perikanan tunadan
sejenisnya di wilayah Negara Republik Indonesia pada perairan
Samudra Hindia yang meliputi aspek biologi, lingkungan, dinamika
populasi dan eksploitasi.
3. Pelayanan teknik, jasa, informasi, komunikasi, dan kerja sama
riset.
4. Pengelolaan sarana dan prasarana riset, dan
5. Pelaksanaan ukuran tata usaha
2.8 Fasilitas LRPT
Adapun fasilitas yang disediakan di LRPT Denpasar, Bali yaitu:
a. Ruang kepala LRPT
b. Ruang urusan tata usaha
c. Ruang urusan tata operasional
d. Ruang urusan pelayanan teknis
e. Ruang peneliti
f. Ruang rapat
g. Ruang rapat kecil
h. Laboratarium Histologi
i. Laboratarium genetika
j. Laboratarium otolith
k. Laboratarium data
l. Mushola
m. Perpustakaan
n. Parkiran
o. Pura
p. Guest House
q. Dapur
2.9 Laboratarium Histologi LRPT
Laboratarium histologi merupakan laboratarium yang terdapat di
LRPT dan mulai berproses pada tahun 2011. Didalam Lab. Histologi
terdapat 2 ruangan antara lain ruang Lab. Basah dan Lab. Kering
(analisa). Fokus penelitian pada Lab. Histologi LRPT yaitu pengamatan
TKG ikan betina secara mikroskopis.Penentuan TKG ikan dimulai dari
pembuatan preparat gonad secara histologi hingga analisis.
Pembuatan preparat dilakukan di Lab. Basah dan proses analisa
dilakukan di Lab. Kering.
Organisasi Lab. Histologi meliputi kepala Lab. Histologi yaitu Hety
Hartati, S.Pi, penyelia Lab. Histologi yaitu Gussasta Levi A., S.S.T.Pi,
dua orang analis yaitu Indrastiwi P.,S.Si dan Desy Shintya Irene, S.Kel.
Sampel yang dianalisis adalah sampel gonad ikan betina yang berasal
dari lokasi pengambilan data LRPT.
Gambar 2.6 Laboratarium Histologi LRPT
(Sumber : LRPT, 2019)
BAB III
URAIAN KEGIATAN
3.1 Pengambilan Sampel Ikan
Sampel ikan diambil di Pasar Kedonganan Jimbaran, Bali pada
pukul 07.10 WITA hari Selasa, 8 Oktober 2019. Berikut merupakan
gambar peta lokasi pengambilan sampel.
Gambar 3.1 Peta lokasi pengambilan Sampel
(Sumber : Google Maps, 2019)
3.2 Pengambilan Data Sampel Ikan
Pengambilan data sampel dilakukan pada hari Selasa, 8 Oktober
2019 yang meliputi identifikasi jenis sampel ikan, pengukuran panjang
dan bobot, serta pengambilan sampel gonad ikan
3.2.1 Identifikasi Jenis Sampel Ikan
Karakteristik ikan lemuru yaitu memiliki badan memanjang agak
bulat, sisik lebih halus (dibanding famili Clupeidae lainnya),
tutup insang bagian bawah membentuk sudut, keping insang
antara berbentuk setengah lingkaran. Di belakang tutup insang
ada noda kuning kehijauan diikuti dengan garis berwarna
kekuningan pada gurat sisi (lateral line). Pungung berwarna
gelap, sedangkan perut berwarna keperakan. Nama lokal:
Kucingan, Protolan, Semenit, Seroi, Tembang Mata Kucing,
Tembang Moncong. Habitat Ikan lemuru termasuk jenis ikan
pelagis yang membentuk gerombolan sangat besar.
Penyebarannya terutama di wilayah perairan pantai. Selat Bali
adalah salah satu habitat ikan Lemuru yang dianggap paling
besar di wilayah Samudera Indonesia, dengan tipologi pantai
yang sering membentuk up-welling. Makanan utamanya adalah
Fitoplankton dan Zooplankton, terutama Copepods (Swasta,
2015).
Sistematika ikan lemuru menurut Saanin (1984) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleotei
Ordo : Malacopterygii
Famili : Clupeidae Sub Famili : Clupeinae
Genus : Sardinella
Spesies : S. lemuru, Sardinella lemuru
Bleeker 1853
Gambar 3.2 Ikan Sardinella lemuru
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
3.2.2 Pengukuran Panjang Dan Bobot Sampel
Pengukuran panjang dan bobot sampel ikan menggunakan
alat seperti; penggaris, timbangan analitik, timbangan digital,
dan alat tulis. Langkah yang dilakukan adalah memberi kode
penomoran pada sampel ikan untuk memudahkan dalam proses
identifikasi dan pendataan, kemudian mengukur panjang dari
sampel ikan lemuru menggunakan penggaris. Panjang yang
diukur meliputi Fork Length (FL) dan Total Length (TL).
Kemudian dilakukan penimbangan berat ikan dengan timbangan
analitik.
Gambar 3.3 Pengukuran panjang dan bobot sampel lemuru
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
29
3.2.3 Pengambilan Sampel Gonad Ikan
Proses pengambilan sampel gonad ikan dilakukan dengan
membedah perut ikan lemuru dengan gunting bedah. Ikan
dibedah dibagian abnomen secara vertikal dari anus menuju
insang hingga terlihat isi perutnya, isi perut dikeluarkan
kemudian gonad diambil dan ditimbang dengan timbangan
digital. Gonad yang telah ditimbang diberi formalin 10 % dengan
tujuan agar struktur dan jaringan gonad tetap terjaga kualitasnya
/ tidak rusak. Memberikan kode penomoran yang ditulis pada
kertas kalkir dengan menggunakan pensil dan dimasukkan pada
botol sampel. Penggunaan kertas kalkir sebagai penanda
karena strukturnya tidak mudah robek, sedangkan tujuan
menggunakan pensil pada kertas kalkir agar tidak
terkontaminasi larutan kimia yang digunakan.
Gambar 3.4 Penimbangan gonad ikan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
30
3.3 Proses Pembuatan Preparat Sampel Gonad Ikan di Laboatarium
Histologi
Proses pembuatan preparat sampel gonad ikan di Laboratarium
Histologi LRPT dilaksanakan mulai tanggal 9 Oktober 2019 sampai
kamis 25 Oktober 2019.
3.3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada saat proses pembuatan
preparat sampel gonad ikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Alat-alat dalam pembuatan preparat
No Nama Alat Fungsi Gambar
1 Dissecting set Untuk membedah perut ikan dan mengambil gonad
2 Botol sampel Sebagai wadah
penyimpanan sampel gonad
3 Timbangan
Analitik Untuk menimbang Sampel Ikan
31
4 Timbangan digital
Untuk Menimbang gonad
5 Staining rack Sebagai tempat
object glass pada saat proses staining
6 Base mould Sebagai cetakan
pada saat penanaman sampel gonad (embedding)
7 Staining jar Sebagai media untuk meletakkan larutan kimia pada saat staining dan dehidrasi
8 Lemari asam Sebagai media
pelindung pada saat dehidrasi dan staining agar bau bahan kimia tidak menyebar
9 Microtome Untuk memotong
sampel pada saat sectioning dengan
ketebalan 5 µm
32
10 Water bath Untuk memanaskan air pada saat sectioning agar sampel dapat meregang dan mengurangi kerutan
11 Hot plate Untuk mengeringkan
object glass
12 Parafin
dispenser Untuk mencairkan parafin pada saat proses embedding
13 Cold plate Untuk mempercepat
proses pembekuan parafin pada saat blocking
14 Automatic
tissue procesor Untuk proses dehidrasi secara modern
15 Cawan petri Sebagai tembat
untuk memisahkan butir telur dengan selaputnya pada saat pengamatan fekunditas
33
16 Mikroskop stereo trinokular
Untuk mengamati fekunditas disambungkan ke komputer
17 Mikroskop
compound trinokuler
Untuk mengamati TKG dan diameter telur disambungkan dengan komputer
18 Handtally
counter Untuk menghitung jumlah telur
19 Jas lab Melindungi tubuh dari
bahan kimia
20
Sendal kodok Melindungi kaki dari bahan kimia
21 Baskom plastik Sebagai tempat
untuk meletakkan rak tissue casette pada saat washing
34
22
Pipet tetes Untuk mengambil dan memindahkan sampel telur
23 Spatula Untuk memisahkan
telur dari selaputnya
24 Jarum Ose Untuk memisahkan
telur dengan selaputnya
25 Cawan
Bogorov Sebagai tempat meletakkan butir telur pada saat pengamatan
26 Botol semprot Sebagai tempat
aquadest
27 Diamond pen Untuk menulis pada
object glass
35
28 Digital Timer Sebagai penanda waktu
29 Lemari sampel Untuk menyimpan
sampel
30 Kuas Untuk membersihkan
microtome
31 Kotak preparat Untuk menyimpan
preparat
32 Kalkulator Untuk membantu
perhitungan
33 Alat tulis Untuk mencatat hasil
pengamatan
36
34 Keranjang ATP Untuk mempermudah pemindahan sampel pada proses tissue processing
35 Pisau
microtome Sebagai alat pemotong sampel gonad
36 Nampan Sebagai alas dan
wadah ketika proses pemotongan sampel
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada saat proses pembuatan
preparat sampel gonad ikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Bahan-balan dalam proses pembuatan preparat
No Nama Bahan Fungsi
1. Tissue cassette
Sebagai wadah irisan gonad yang dijadikan sampel
37
2. Formalin 10 %
Untuk mengawetkan gonad agar tidak mudah rusak
3. Alkohol 70 % Untuk membersihkan dan
mengurangi cairan dalam irisan gonad dalam tissue cassette pada saat dehidrasi
4. Alkohol 90 % Untuk membersihkan dan
mensterilkan sampel saat dehidrasi dan mengurangi kandungan cairan pada sampel.
5. Alkohol
absolut Untuk membersihkan dan mensterilkan sampel saat dehidrasi dan mengurangi kandungan cairan pada sampel, sebelum preparat dimasukkan kedalam zat warna pada proses staining
6. Aquadest Untuk cairan penetral
pada saat staining dan cairan untuk membantu pemisahan telur dengan selaputnya pada saat pengamatan fekunditas
38
7. Parafin Untuk penanaman gonad pada base mould
8. Xylene Untuk mensterilkan
sampel serta menghilangkan cairan dalam sampel agar parafin bisa masuk ke jaringan
9. Hematoxilin Untuk memberikan warna
ungu pada inti sel
10. Eosin Untuk memberikan warna
orange pada sitoplasma
11. Entellan Lem untuk merekatkan
object glass dan cover glass
39
12. Sarung tangan / glove
Untuk melindungi tangan dari zat-zat berbahaya pada saat pengamatan
13. Masker Untuk menutup hidung
agar terhindar dari bau menyengat dari larutan
14. Tissue Untuk membersihkan
peralatan
15. Kertas kalkir Untuk menulis identitas
ikan yang dimasukkan kedalam botol sampel berisi sampel gonad
3.3.2 Tahap Pemotongan Sampel Gonad
Sampel gonad dalam keadaan utuh diambil pada bagian
tengah gonad, karena titik tersebut merupakan titik yang
mewakili seluruh gonad. Sampel gonad dipotong dengan
ketebalan kurang lebih 3 mm. Potongan gonad tersebut
40
dimasukkan kedalam tissue cassette yang sebelumnya telah
diberi kode sampel menggunakan pensil.
Gambar 3.5 Pemotongan Sampel
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
3.3.3 Tahap Fiksasi
Fiksasi adalah proses pengawetan pada sampel, alat dan
bahan yang digunakan yaitu staining jar , pinset, tissue cassette
yang berisi sampel gonad, serta formalin 10 %. Tissue cassette
yang telah berisi sampel tersebut selanjutnya direndam dalam
larutan formalin 10% selama ± 24 jam. Fiksasi bertujuan untuk
mempertahankan sel-sel atau jaringan agar tidak mengalami
perubahan bentuk ataupun ukuran. Sedangkan fungsi dari
fiksasi adalah menghambat terjadinya metabolisme secara
cepat, mengawetkan elemen dan bentuk yang sebenarnya juga
mengeraskan sampel yang lunak.
41
Gambar 3.6 Tahap Fiksasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
3.3.4 Tahap Tissue Processing
Tissue processing terbagi dalam tiga tahap yaitu dehidrasi,
clearing, dan infiltration . Dehidrasi adalah proses penarikan
molekul air dari dalam jaringan. Tujuan dari dehidrasi adalah
agar seluruh ruang-ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi
dengan molekul paraffin. Clearing adalah proses penjernihan
atau mentransparankan jaringan. Clearing berfungsi untuk
menarik alkohol atau dehidran yang lain dari dalam jaringan
agar dapat digantikan oleh molekul paraffin. Infiltration
merupakan tahap pengisian rongga atau pori-pori jaringan
dengan cairan paraffin. Tissue processing dilakukan dengan
menggunakan Automatic Tissue Processor (ATP). Sampel yang
berada pada tissue cassette selanjutnya dimasukkan kedalam
keranjang yang dapat memuat hingga 120 buah tissue cassette
kedalam larutan yang telah diisi ke mesin ATP, urutan
larutannya dapat dilihat pada tabel berikut.
42
Tabel 3.3 Urutan larutan tissue processing
Langkah Larutan Waktu Proses
1 Alkohol 70% 45 Menit
Dehydration
2 Alkohol 70% 45 Menit
3 Alkohol 90% 45 Menit
4 Alkohol 90% 45 Menit
5 Alkohol Absolut 45 Menit
6 Alkohol Absolut 45 Menit
7 Xylene 45 Menit Clearing
8 Xylene 45 Menit
9 Paraffin 45 Menit Infiltration
10 Paraffin 45 Menit
Pada mesin ATP juga terdapat larutan formalin 10 % dan
aqua DM, sebelum memasuki proses dehidrasi keranjang yang
berisi tissue cassette secara otomatis melalui proses fiksasi dan
washing terlebih dahulu. Washing adalah proses pencucian
untuk menghilangkan larutan fiksasi dari jaringan. Proses
washing bertujuan untuk menghilangkan molekul-molekul fiksatif
yang tertinggal di dalam jaringan. Proses ini berlangsung
selama 30 menit.
Keranjang yang berisi sampel pada mesin ATP akan pindah
secara otomatis sesuai waktu yang telah diatur. Dehidrasi
dimulai dari fiksasi, pencucian dengan air, perendaman dalam
larutan, dan paraffin terjadi dalam satu alat. Tiap-tiap komponen
tersebut ditempatkan dalam gelas berukuran besar dan sampel
dalam tissue casette ditempatkan pada keranjang berbentuk
tabung yang kemudian dipasang pada alat.Waktu yang
43
diperlukan untuk satu kali running yaitu ± 9 jam. Proses running
menggunakan ATP da pat dilihat pada gambar 14 dibawah ini.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.7 Dehidrasi menggunakan ATP (Automatic Tissue Processing) (a), Persiapan larutan (b), memasukkan tissue cassette kedalam keranjang ATP (c), pemasangan keranjang pada ATP (d)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
3.3.5 Tahap Penanaman Sampel (Embedding dan Blocking)
Tujuan embedding dan blocking adalah untuk mengeraskan
atau memadatkan jaringan agar memudahkan dalam proses
pemotongan atau pengirisan. Parafin padat dimasukkan
kedalam parafin dispenser bersuhu ± 60°C agar mencair,
44
kemudian sampel gonad yang telah melewati tahap dehidrasi
lalu diangkat dan diletakkan pada baskom plastik. Base mould
diisi dengan parafin cair hingga setengah wadah menggunakan
parafin dispenser lalu gonad dikeluarkan dari tissue casette dan
diletakkan pada base mould berisi parafin cair dengan posisi
sejajar dan ditengah, lalu ditutup menggunakan tissue casette
yang terdapat kode gonad ikan tersebut kemudian dialiri parafin
cair lagi hingga penuh dan menutup semua area. Base mould
diangkat dan diletakkan diatas cold plate agar parafin cepat
dingin dan mengeras. Dalam tahap blocking ini, pemindahan
sampel dari tissue cassette ke cairan parafin dalam base mould
harus dilakukan dengan cepat agar gonad tidak kering dan
menempel pada tissue cassette sehingga susah untuk
pengambilannya.
Gambar 3.8 Penanaman Sampel
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
45
3.3.6 Tahap Pemotongan (sectioning)
Sectioning atau pemotongan sampel dilakukan untuk
mendapatkan potongan jaringan gonad yang sangat tipis
menggunakan alat pemotongan yang bernama microtome dan
pisau pemotong (microtome blade) dengan ketebalan 5 µm.
Setelah parafin mengeras, balok parafin dikeluarkan dari base
mould menggunakan pisau secara hati-hati agar parafin tidak
pecah. Blok paraffin tersebut selanjutnya dibersihkan bagian
pinggir tissue cassette dari parafin yang berceceran dan juga
dilakukan pemotongan parafin yang tidak terdapat gonad
didalamnya menggunakan pisau, agar proses sectioning dapat
berjalan dengan lancar dan pada saat pemotongan
menggunakan microtome tidak mengenai pinggiran tissue
cassette sehingga pita parafin yang dihasilkan bagus dan tepat
pada sasaran yaitu jaringan gonad.
Gambar 3.9 Merapikan sampel (treaming) (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
46
Memasang blok paraffin yang berisi sampel pada microtome
yang jaraknya diatur sedemikian rupa sehingga jarak antara
blok paraffin dan microtome blade tidak terlalu dekat atau jauh,
jika jaraknya terlalu dekat maka dikhawatirkan sampel gonad
dalam paraffin akan terpotong habis. Dalam pengaturan
microtome ini yang perlu diperhatikan yaitu penguncian engkol
pemutar sampel, karena jika tidak terkunci pada saat
pengaturan maka ditakutkan jari tangan akan terkena microtome
blade, sehingga perlu sangat berhati-hati dalam
pengoperasiannya. Apabila jarak antara blok paraffin dan
microtome blade telah sesuai dan ketebalan sampel telah
sesuai maka selanjutnya kunci dibuka dan pemutar sampel
diputar searah jarum jam hingga paraffin terpotong membentuk
pita paraffin. Ketika pemotongan, pita paraffin ditarik
menggunakan pinset agar tidak menumpuk dan berkerut.
Memilih pita paraffin terbaik, dan mengambil menggunakan
pinset serta meletakkan pada water bath yang berisi air dengan
suhu 45º-50ºC, yang berfungsi untuk meminimalisir kerutan dan
meregangkan pita paraffin. Sebelumnya memberi tanda pada
object glass. Membersihkan bagian bawah object glass
menggunakan tisu. Setelah itu meletakkan pada hot plate
dengan suhu 50ºC hingga kering.
47
(a) (b)
(c)
Gambar 3.10 Pemotongan / sectioning (proses pemotongan dengan microtome) (a), pengambilan pita paraffin dengan water bath (b), pengeringan dengan hot plate (c)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
3.3.7 Tahap Pewarnaan (staining)
Staining adalah pemberian warna pada jaringan dengan
menggunakan larutan pewarna. Pewarnaan berfungsi untuk
memberikan warna pada jaringan agar dapat mempermudah
proses identifikasi menggunakan mikroskop. Prinsip pewarnaan
yaitu memasukkan zat warna pada jaringan. Berikut merupakan
urutan larutan dalam proses pewarnaan
48
Tabel 3.4 Urutan Proses Staining
Larutan Waktu
Xylene 5 menit
Alkohol Absolute 1 menit
Alkohol 90 % 1 menit
Distiled water (Aqua DM) 1 menit
Hemotoxylin 4 menit
Rince running water (aliran air) 1 menit
Eosin 2 menit
Rince running water (aliran air) 1 menit
Alkohol 90 % 1 menit
Alkohol Absolute 2 menit
Xylene 4 menit
Sebelum dimasukkan kedalam larutan pewarna, object glass
yang berisi potongan sampel yang sudah kering ditata pada
staining rack, kemudian memasukkan staining rack kedalam
larutan pewarna secara berurutan dan sesuai dengan waktu
yang ditetapkan. Memasukkan kedalam larutan xylene, hal ini
berfungsi untuk melunturkan paraffin yang terdapat dalam
jaringan, lalu memasukkan kedalam alkohol absolute dan
alkohol 90% yang berfungsi untuk redehidrasi. Selanjutnya
memasukkan kedalam aquadest untuk menetralkan jaringan,
lalu masuk kedalam pewarnaan yaitu hematoxylin, kemudian
diambil dan dialiri air agar zat warna yang terdapat pada
jaringan tidak terlalu pekat, lalu memasukkan kembali kedalam
zat warna eosin untuk mewarnai sitoplasma, dan memasukkan
kedalam aliran air kembali. Setelah masuk ke zat warna, cairan
didalam jaringan harus dikurangi agar preparat tidak mudah
49
busuk dan berubah warna dengan cara memasukkan kedalam
larutan pencuci yaitu alkohol 90%, alkohol absolute dan terakhir
larutan xylene agar jaringan menjadi kering dan dapat di
identifikasi menggunakan mikroskop. Setelah proses staining
selesai, maka preparat di letakkan diatas hot plate agar cepat
kering sebelum proses covering.
Gambar 3.11 Tahapan staining
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
3.3.8 Tahap Penutupan (covering)
Covering yaitu proses penutupan dengan object glass.
Proses penutupan menggunakan lem entelan sebanyak ±3 tetes
agar object glass dan cover glass dapat melekat sempurna.
Proses covering harus dilakukan secara berhati-hati agar tidak
terdapat gelembung udara diantara object glass dan cover
glass, hal tersebut sangat penting karena apabila terdapat
gelembung udara maka akan mempersulit ketika proses
pembacaan / analisa preparat. Setelah object glass menempel
secara sempurna pada object glass, selanjutnya meletakkan
preparat pada hot plate, dan menunggu hingga preparat sampel
50
gonad kering dan siap disimpan untuk dilakukan analisis
selanjutnya.
Gambar 3.12 Covering (penutupan dengan cover glass)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
3.3.9 Tahap Pelabelan dan Penyimpanan
Alur pelabelan yaitu menuliskan kode preparat sampel
gonad menggunakan pen pada kertas label, kemudian ditempel
pada bagian atas/ujung preparat. Selanjutnya preparat tersebut
ditata dalam kotak preparat.
Gambar 3.13 Tahap Pelabelan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
51
3.3.10 Tahap Analisis Preparat
Menganalisis preparat yang telah melalui proses pembuatan
preparat secara histologi meliputi penentuan fase oosit,
klasifikasi perkembangan gonad, perhitungan fekunditas, dan
pengukuran diameter telur
3.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4.1 Hubungan Panjang Dan Bobot
Hasil perhitungan panjang dan bobot tubuh ikan yang
berjumlah 69 ekor dengan menggunakan analisis regresi linear
sederhana didapatkan persamaan W= 0.1349L2.2861. Nilai b =
2.2861, artinya pola pertumbuhan ikan bersifat alometrik negatif.
Nilai b < 3 menunjukkan bahwa pertambahan panjang pada ikan
tersebut lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan
bobotnya.
Gambar 3.14 Hubungan panjang dan bobot ikan lemuru
W= 0.1349L2.2861
R² = 0.882n = 69
60
80
100
120
140
1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5
Bo
bo
t/W
eig
ht
(g)
Panjang Cagak/Fork Lenght (cm)
HUBUNGAN PANJANG DAN BOBOT
52
Pola pertumbuhan dapat berbeda setiap bulannya diduga
dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Ikan lemuru diperairan
Selat Bali memiliki pola pertumbuhan allometrik positif dengan
nilai b=3,167. (Wujdi, 2012), sedangkan menurut (Setyohadi,
2010), Ikan lemuru jantan dan betina di Selat Bali memiliki pola
pertambahan ukuran panjang seimbang dengan pertambahan
bobot tubuhnya yang bersifat isometrik dengan nilai b=3.
3.4.2 Penentuan Perkembangan / Fase Oosit
Penentuan fase oosit (sel telur) dikelompokkan berdasarkan
perkembangan oosit paling tinggi / MAGO (Most Advanced
Group of Oocytes) yang terdiri dari 5 kelas yaitu Unyolked stage
(belum berkembang), Early yolked stage (berkembang),
(covering), pelabelan dan penyimpanan, serta analisa preparat.
2. Pola pertumbuhan ikan bersifat alometrik negatif. Nilai b < 3
menunjukkan bahwa pertambahan panjang pada ikan lemuru lebih
cepat dibandingkan dengan pertambahan bobotnya.
3. Hasil analisis dari 43 sampel ikan betina, fase oosit tertinggi berada
pada advanced yolked stage, ditemukan development class
(spawning capable, regressed 1, dan regenerating), semua sampel
sudah matang gonad (mature). Jumlah fekunditas dari 5 sampel
yang berada pada MAGO tertinggi (advanced yolked stage) sekitar
5.655 – 12.634 butir. Diameter telur Unyolked Stage berada pada
kisaran 43,815 – 106,368 μm. Early yolked stage kisaran
diameternya 134,753 – 197,465 μm, dan Advanced yolked stage
kisaran diameternya 283,948 – 429,661 μm.
77
4.1.2 SARAN
1. Pelaksanaan PKL memerlukan waktu minimal 2 bulan agar
lebih memahami proses pembuatan preparat serta analisis hasil
preparat.
2. Pada saat pengambilan sampel diperlukan mengetahui ukuran
pertama kali matang gonad pada ikan (Lm) agar sampel dapat
bervariasi.
3. Perlu menguasai materi dasar, meliputi penentuan TKG secara
visual, agar dapat dibandingkan dengan analisis secara
histologi
DAFTAR PUSTAKA
Bagenal, T. B. 1978. Aspects of Fish Fecundity. dalam: Ecology of Freshwater Fish Reproduction. S. D. Gerking (ed.) Third Edition. FBA, Windermere Lab., Ambleside, UK. P. 75-101.
Desrino. 2009. Budidaya Ikan Dalam Menciptakan Bibit Unggul. Agro Media Pustaka Jakarta
Djaelani Aunu Rofiq. 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam
Penelitian Kualitatif. Jurnal Majalah Ilmiah Pawitatan. Vol: 20, No:1 Maret 2013
status from histological sections and estimating batch fecundity. CSIRO, Marine Research. 18pp.
Farley, J.H., Davis, T.L.O., Bravington, M.V., Andamari, R., Davies, C.R.,
2015. Spawning Dynamics And Size Related Trends In Reproductive Parameters Of Southern Bluefin Tuna, Thunnus Maccoyii.PLOS ONE 10,E0125744. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0125744.
Farley, J.H., Williams, A.J., Hoyle, S.D., Davies, C.R., Nicol, S.J., 2013. Reproductive Dynamics and Potential Annual Fecundity of South Pacific Albacore Tuna (Thunnus alalunga). PLoS ONE 8, e60577. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0060577
Ginanjar, M. 2006. Kajian Reproduksi Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Blk.) Berdasarkan Perkembangan Gonad Dan Ukuran Ikan Dalam Penentuan Musim Pemijahan Di Perairan Pantai Timur Pulau Siberut. Sarjana thesis, Institut Pertanian Bogor Bogor.
Jatmiko, I., B. Setyadji., D. Novianto. 2016. Produksi Perikanan Tuna Hasil Tangkapan Rawai Tuna Yang Berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 22 No. 1
Lagler, K. F., 1977. Ichtiologi. The Study Of Fishery. John and Sons. Ins.
New York. Merta, I.G.S, Badrudin, 1992. Dinamika Populasi Dan Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan Lemuru di Perairan Selat Bali. Jurnal Penelitian Perikanan Laut (65): 1-9
Muazwir. 2012. Analisis Aspek Biologi Reproduksi ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus Albacares) yang Tertangkap di Samusera Hindia. Tesis (Tidak dipublikasikan) Program Magister UI. Depok
Mugiya, Y, J. Watanabe, J. Yamada, J.M. Dean, D.G. Dunkelberger, And
M. Shimizu. 1981. Diurnal rhythm in otolith formation in the goldfish, Carassius auratus. Comp. Biochem. Physiol. 68A: 659-662.
Mulfizar., Zainal., Muclisin dan Dewiyanti. 2012. Hubungan Panjang Berat
Dan Faktor Kondisi Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Kuala Gigieng. Aceh Besar. Provinsi Aceh. Jurnal Departemen Perikanan. 1 (1).
Pangestuti, SelfiDwi. 2016. Analisis Biologi Ikan Lemuru (Sardinella
lemuru) Yang Tertangkap Di Perairan Selat Bali. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Pauly, D., 1984. Some Simple Methods for the Assessment of Tropical
Fish Stock, FAO Rome.
Rahardjo, M.F., Sjafei, D.S., Affandi R., Sulistiono, Hutabarat, J. 2011. Iktiology. Penerbit Lubuk Agung. Bandung. 395 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. Penerbit Binacipta. Bogor. 1 hal
Satria W. N., Abdul G., Suradi W. S. 2018. Monitoring Perikanan Lemuru Di
Perairan Selat Bali. JOURNAL OF MAQUARES Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 130-140.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/maquares. Secor, D. H. Dean, J. M., Laban, E. H. 1992. Otolith Removal and
Preparation for microstructural Examination. Canandian Special Publication Fisheries Aquatic Science p 19-57
Setyohadi,D. 2010. Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru
(Sardinella lemuru) di Selat Bali: Analisis Simulasi Kebijakan Pengelolaan 2008-2020. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. 339p.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta Sukiya. (2005). Biologi Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.
Susilo, E., 2015. Variabilitas Faktor Lingkungan Pada Habitat Ikan Lemuru
Di Selat Bali Menggunakan Data Satelit Oseanografi Dan Pengukuran Insitu. Omni-Akuatika VOL. XIV, HAL. 13-22.
Sofijanto, M. A., Kristina, R dan Subagio, H. 2016. Rasio Jenis Kelamin
dan Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) yang Tertangkap Pada Pukat Cincin Berlampu Setan di Perairan Lamongan. Prosiding Seminar Nasional Kelautan Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016.
Wudianto. 2001. Analisis Sebaran dan Kelimpahan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru, Bleeker 1853) di Perairan Selat Bali ; Kaitannya dengan Optimasi Penangkapan. Disertasi (Tidak Dipublikasikan). Program Pascasarjana IPB. Bogor .215p.
Wujdi, A., Suwarso, Wudianto, 2012. Ukuran Ikan Lemuru (Sardinella
lemuru Bleeker, 1853) Di Perairan Selat Bali 4, 8.
Wujdi, A., Suwarso, Wudianto 2012. Some Population Parameters Of Bali Sardinella (Sardinella lemuru, Bleeker 1853) In Bali Strait Waters 4, 9.
Wujdi, A., Suwarso, Wudianto, 2013. Biology Reproduction And Spawning Season Of Bali Sardinella (Sardinella lemuru Bleeker 1853) In Bali Strait Waters 5, 9.
Yanuarto, W.N., 2015. Deskripsi Partisipasi Aktif, Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Pada Mata Kuliah Geometri Analitik Bidang Melalui Penerapan Lesson Study. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin PKL
84
Lampiran 2. Surat Persetujuan PKL
85
Lampiran 3. Surat Pengantar PKL
86
Lampiran 4. Jurnal Harian PKL
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
Lampiran 6. Halaman Pengesahan Draft Laporan
126
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan
1. Pembukaan PKL & seminar proposal
Pembukaan oleh kepala LRPT dan seminar proposal
127
2. Kegiatan Enumerasi
Penjelasan kegiatan enumerasi di
kantor LRPT Sampling Ikan Segar
Sampling Ikan Beku Pengukuran panjang ikan tuna
Penimbangan ikan tuna Pencatatan pada form sampling
Foto bersama enumerator Rekapitulasi data
128
3. Kegiatan pengambilan sampel
Pasar Kedonganan Pengambilan sampel ikan
Sampel yang akan diukur Pengukuran panjang ikan
Penimbangan berat ikan Pembedahan perut ikan
Penimbangan berat gonad Pengawetan sampel gonad
129
4. Kegiatan di Lab. histologi
Pemotongan sampel ke tissue
casette Pemberian kode penomoran pada
tissue casette
Persiapan larutan untuk tissue processing
Memasukkan keranjang ATP pada ATP
Proses embedding Pemotongan blok parafin
Proses sectioning Persiapan larutan staining
130
Proses staining Memasukkan staining rack pada
larutan pewarna
Pengaliran air pada proses staining Proses covering