LAPORAN PELAKSANAAN OBSERVASIMENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMATIK
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SEMESTER II DI SD 2
NGEMPLAK UNDAAN KUDUS
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran
bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD
sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Tematik merupakan
pendekatan yang cocok bagi kelas rendah karena pembelajarannya
dikaitkan dengan satu tema yang terpadu. Menurut Permen No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi dalam BAB II Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum yang menerangkan bahwa pembelajaran pada Kelas I
s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada
Kelas IV s.d. VI pelajaran. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6)
menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Pada kenyataan di lapangan banyak SD yang belum menggunakan
pembelajaran secara tematik, salah satunya di SD 2 Ngemplak Undaan
Kudus. Padahal tingkat perkembangan pada siswa kelas I s.d III
masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta
mampu memahami hubungan dilaksanakan melalui pendekatan mata
antara konsep secara sederhana. Pembelajaran tematik mempunyai
keuntungan diantaranya adalah menyenangkan karena sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa, pengalaman dan kegiatan belajar relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, hasil belajar akan
bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna, dan dapat
menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Selain harus
menggunakan pembelajaran secara tematik, guru harus dapat memilih
model pembelajaran yang cocok untuk siswa kelas I. Salah satu model
yang dapat digunakan adalah model pembelajaran CTL dengan media
gambar. Karena proses pembelajaran pada siswa kelas I masih
bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami
secara langsung.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang permasalahan
diatas dapat dirumuskan: apakah model pembelajaran CTL dengan media
gambar dapat meningkatkan hasil belajar tematik untuk siswa kelas I
semester II SD 2 Ngemplak Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. TUJUAN Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tematik siswa
kelas I semester II dengan model pembelajaran CTL melalui media
gambar di SD 2 Ngemplak Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012.
PEMBAHASANA. KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN 1. Kajian
Teori a. Teori Piaget tentang teori perkembangan anak Menurut Jean
Piaget (1886-1980) manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui
perkembangan fisik, perkembangan kepribadian,
perkembangan sosio emosional, dan perkembangan kognitif.
Khususnya perkembangan kognitif sebagian besar bergangtung kepada
seberapa jauh anak mampu memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua
proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi,
seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk
menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Sedangkan
dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur
mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan
lingkungannya. Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan
kognitif manusia berkembanga menurut empat tahap dari lahir sampai
dewasa. Tahaptahap tersebut beserta urutannya berlaku untuk semua
orang. Akan tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki sesuatu
tahapan tertentu selalu sama untuk setiap orang. Keempat tahap
tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap sensori-motor
(sensory-motor stage) Tahap sensori motor berlangsung sejak manusia
lahir sampai berusia 2 tahun. Pada tahap ini pemahaman anak
mengenai berbagai hal terutama bergantung pada kegiatan (gerakan)
tubuh beserta alat-alat indera. Sebagai contoh, pada tahap ini anak
tahu bahwa di dekatnya ada sesuatu barang mainan kalau ia sentuh
barang itu. Pada tahap ini, tanpa menggunakan kegiatan tubuh atau
indera, anak belum bisa memahami sesuatu. 2. Tahap pra-operasional
(pre-operational stage)
Tahap pra-operasional berlangsung dari kira-kira usia 2 tahun
sampai 7 tahun. Pada tahap ini, dalam memahami segala sesuatu, anak
tidak lagi hanya bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh atau
inderanya. Dalam arti anak sudah menggunakan pemikirannya dalam
berbagai hal. Akan tetapi, pada tahap ini pemikiran anak masih
bersifat egosentris. Artinya, pemahamannya mengenai berbagai hal
masih terpusat pada dirinya sendiri. 3. Tahap operasi konkret
(concrete-operational stage) Tahap ini berlangsung kira-kira dari
usia 7 sampai 12 tahun. Pada tahap ini tingkat egosentris anak
sudah berkurang. Dalam arti bahwa anak sudah dapat memahami bahwa
orang lain mungkin memiliki pikiran dan perasaan yang berbeda
dengan dirinya. Dengan kata lain, anak sudah bisa berfikir secara
obyektif. Pada tahap ini anak juga sudah bisa berfikir logis
tentang berbagai hal, termasuk yang agak rumit, tetapi dengan
syarat bahwa hal tersebut disajikan secara konkret (disajikan dalam
wujud yang bisa ditangkap dengan panca indera. Tanpa adanya
benda-benda konkret, anak akan mengalami kesulitan dalam memahami
banyak hal dan dalam berpikir logis. Sehingga, untuk anak yang
berada dalam tahap ini, pengajaran lebih ditekankan pada hal-hal
yang bersifat verbal. 4. Tahap operasi formal (formal operational
stage) Tahap ini berlangsung kira-kira sejak usia 12 tahun ke atas.
Pada tahap ini anak atau orang sudah mampu berfikir secara logis
tanpa kehadiran benda-benda konkret; dengan kata lain anak mampu
melakukan abstraksi. Akan tetapi, perkembangan dari tahap operasi
konkret ke tahap ini tidak terjadi secara mendadak, ataupun
berlangsung sempurna. Tetapi terjadi secara gradual. Sehingga bisa
terjadi pada tahun-tahun pertama ketika anak berada pada tahap ini.
Kemampuan anak dalam berpikir secara abstrak masih belum berkembang
sepenuhnya. Sehingga dalam berbagai hal, si anak mungkin masih
memerlukan bantuan alat peraga.
b. Model Pembelajaran Kontekstual CTL (Contextual Teaching and
Learning)
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual CTL (Contextual Teaching
and Learning) Menurut Muslich (Trianto,2007:41) pembelajaran
kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lebih lanjut
Komalasari (Agus Suprijono,2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan
untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual
adalah konsep belajar atau pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan antara materi
pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata
siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat
maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan
keputusan atas pemecahan masalah yang akan dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual CTL (Contextual
Teaching and Learning). Menurut Muslich (Trianto,2007:42)
pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks otentik, yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam
konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam
lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). c.
Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing). d. Pembelajaran dilaksanakan
melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling mengoreksi antar
teman (learning in group). e. Pembelajaran memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menciptakan rasa kebersamaan, berkerja sama, dan
saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam
(learning to know each other deeply). f. Pembelajaran dilaksanakan
secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerjasama (leaning to ask, to inquiry, to work
together). g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang
menyenangkan (learning as an enjoy activity). Komalasari (Agus
Suprijono,2010:13) mengidentifikasi karakteristik pembelajaran
kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan konsep
keterkaitan (relating), konsep pengalaman langsung (experience),
konsep aplikasi (applying), konsep kerja sama (coorperating),
konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep penilaian
autentik (authentic assesment). 3. Komponen Pembelajaran
Kontekstual CTL (Contextual Teaching and Learning). Ada beberapa
komponen dalam pembelajaran kontekstual. (Muslich, 2007:43)
mengungkapkan komponen-komponen pembelajaran kontekstual adalah
sebagai berikut. 1) Konstruktivisme, membangun, dan membentuk
(contructivism) adalah Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa
pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri,
menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya. 2) Bertanya (questioning), adalah kegiatan belajar yang
mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik
atau permasalahan yang akan dipelajari.
3) Menyelidiki, menemukan sendiri (inquiry), adalah kegiatan
belajar yang mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki,
menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga siswa
berhasil menemukan sesuatu. 4) Masyarakat belajar (learning
community), adalah kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana
belajar bersama atau berkelompok sehingga siswa bisa berdiskusi,
curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman yang
lain. 5) Pemodelan (modeling), adalah kegiatan belajar yang bisa
menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa
dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan
hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya. 6)
Refleksi atau umpan balik (reflection), yaitu kegiatan belajar yang
memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk bertanya jawab
dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya,
merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama
melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa. 7) Penilaian yang
sesungguhnya (authentic assesment), yaitu kegiatan belajar yang
bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui
kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.
4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan
Tradisional
No PENDEKATAN CTL 1
PENDEKATAN TRADISIONAL
Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima
informasi proses pembelajaran secara pasif
2
Siswa belajar dari teman melalui Siswa belajar secara individual
kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.
3
Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak
dan
kehidupan nyata dan atau yang teoritis disimulasikan 4 Perilaku
dibangun atas dasar Perilaku kesadaran diri 5 Keterampilan
kebiasaan dikembangkan Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
baik Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor
dibangun atas dasar
atas dasar pemahaman 6 Hadiah untuk perilaku
adalah kepuasan diri 7
Seseorang tidak melakukan yang Seseorang tidak melakukan yang
jelek karena dia sadar hal itu jelek karena dia takut hukuman
keliru dan merugikan
8
Bahasa
diajarkan
dengan Bahasa
diajarkan struktural: sampai
dengan rumus paham
pendekatan komunikatif, yakni pendekatan siswa diajak
menggunakan diterangkan
bahasa dalam konteks nyata 9 Pemahaman
kemudian dilatihkan
siswa Pemahaman ada di luar siswa, yang
dikembangkan atas dasar yang harus diterangkan, diterima, dan
sudah ada dalam diri siswa 10 Siswa kemampuan dihafal secara pasif
menerima pemahaman mendengarkan, menghafal) tanpa
menggunakan Siswa berfikir kritis, rumusan
atau
terlibat dalam mengupayakan (membaca, terjadinnya proses
pembelajaran mencatat,
yang efektif, ikut bertanggung memberikan kontribusi ide dalam
jawab atas terjadinya proses proses pembelajaran pembelajaran yang
efektif dan membawa pemahaman masingmasing pembelajaran 11
Pengetahuan manusia yang dimiliki Pengetahuan adalah penangkapan
oleh terhadap serangkaian fakta, konsep, dalam proses
dikembangkan
manusia itu sendiri. Manusia atau hukum yang berada di luar diri
diciptakan pengetahuan atau membangun manusia cara
dengan
memberi arti dan memahami pengalamannya 12 Karena ilmu
pengetahuan itu Bersifat absolut dan bersifat final dikembangkan
sendiri, selalu oleh manusia manusia peristiwa
sementara mengalami
baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang. 13 Siswa jawab
diminta bertanggung Guru adalah penentu jalannya
memonitor
dan proses pembelajaran
mengembangkan
pembelajaran
mereka masing-masing 14 Penghargaan pengalaman diutamakan 15
Hasil belajar diukur dengan Hasil belajar hanya diukur dengan
berbagai cara : proses, bekerja, hasil tes hasil karya, penampilan,
siswa terhadap Pembelajaran tidak memperhatikan sangat pengalaman
siswa
rekaman, tes, dll. 16 Pembelajaran terjadi di berbagai
Pembelajaran hanya terjadi dalam tempat, konteks dan setting 17
kelas adalah hukuman dari
Penyesalan adalah hukuman dari Sanksi perilaku jelek
perilaku jelek
18
Perilaku baik berdasar motivasi Perilaku baik berdasar motivasi
intrinsic ekstrinsik Berbasis pada guru baik Seseorang berperilaku
baik karena
19 20
Berbasis pada siswa Seseorang berperilaku
karena ia yakin itulah yang dia terbiasa melakukan begitu.
terbaik dan bermanfaat Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang
menyenagkan
C. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik dapat
diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan
materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta
pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan
tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan
dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi
kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang
pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada
partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar. 2. Ciri-ciri Pembelajaran
Tematik Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau
karakteristik
sebagaimana diungkapkan dalam www. pppg tertulis.or.id. sebagai
berikut 1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung
kepada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4)
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa. Agar diperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa
sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman
belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan
belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar
siswa. 2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa Agar
pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara
langsung dan mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu
menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya
pengalaman yang bermakna. 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling
keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. 5. Bersifat fleksibel Pelaksanaan pembelajaran
tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran. 6. Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan
siswa.
d. Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah
perantara atau pengantar dari oengirim ke penerima pesan. Menurut
Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980), media adalah semua
bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau
gagasan itu sampai pada penerima. Sedangkan Assosiasi Teknologi dan
Komunikasi (Association of Education and Communication Technology/
AECT) di Amerika memberi batasan yaitu: Media sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan orang
untuk menyalurkan pesan/ informasi. Gagne (1970) menyatakan
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsang untuk belajar. Sementara Bringgs (1970)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar buku, film,
kaset adalah contoh-contohnya. Gambar pada dasarnya membantu
mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada
pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan
seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan,
penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan
dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Arif S.
Sadiman, 1984). Penggunaan gambar secara efektif disesuaikan dengan
tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detai, warna dan
latar belakang untuk penafsiran. Dijadikan alat untuk pengalaman
kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki kekurang jelasan. Akan
tetapi gambar juga menjadi tidak efektif, apabila terlalu sering
digunakan dalam waktu yang tidak lama. Gambar sebaiknya disusun
menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas.
Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti
pengajaran yang dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari
gambar sendiri dalam kegiatan pengajaran dapat dilakukan cara,
menulis pertanyaan tentang gambar, menulis cerita, mencari
gambar-gambar yang sama, dan menggunakan gambar untuk
mendemonstrasikan suatu obyek. Pengajaran dalam kelas dengan gambar
sedapat mungkin
penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan
gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta
didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display
gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan
menarik, memotivasi siswa,
meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan
siswa.
Beberapa kelebihan yang lain dari media gambar adalah :
Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok
masalah dibanding dengan media verbal semata.
Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Media
gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Dapat
memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat
usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan
kesalah pahaman.
Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan
peralatan yang khusus. Selain kelebihan-kelebihan tersebut gambar
atau foto mempunyai
beberapa kelemahan yaitu :
Gambar atau foto hanya menekankan presepsi indra mata. Gambar
atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran.
Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar
2. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan
dengan penelitian ini antara lain: a. Berdasarkan hasil penelitian
dari Atik Winarni Rohmah tahun ajaran 2010/2011, berkesimpulan
bahwa dengan menggunakan pendekatan CTL dalam pembelajaran
matematika pada siswa kelas V semester genap di SD Negeri Gumpang
01 dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terutama tentang
materi bangun datar. b. Berdasarkan penilitian yang dilaksanakan
oleh Damayanti Rofiqo
tahun 2011 bahwa dengan penerapan pendekatan CTL dapat
meningkatkan motivasi belajar IPS yaitu pada siswa kelas III B MI
Islamiyah Sukun Malang. c. Penelitian yang dilaksanakan oleh Umi
Nikmatu Rohmah tahun 2011 , berkesimpulan bahwa hasil belajar siswa
kelas II SDN Turi 1 Kota Blitar melalui media gambar pada mata
pelajaran IPS mengalami
peningkatan yang semula rata-rata hasil belajar siswa pra
tindakan adalah 55 meningkat menjadi 78. d. Penelitian yang
dilaksanakan oleh Nurul Hidayah tahun 2010 bahwa dengan melalui
pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV
SDN MADYOPURO I Malang. e. Penelitian yang dilaksanakan oleh Toni
Tulus Santoso berkesimpulan bahwa pemanfaatan media alam tahun 2010
dapat
sekitar
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema
lingkungan di Kelas II C SDN Percobaan 2 Malang dapat diketahui
dengan ketuntasan belajar klasikal pada pra tindakan adalah 20%,
pada akhir siklus I adalah 80% dan pada akhir siklus II adalah 93%.
Dari kelima hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran CTL dengan media gambar dapat meningkatkan hasil
belajar tematik untuk siswa kelas I semester II SD 2 Ngemplak
Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. DESKRIPSI PEMECAHAN
MASALAH a) Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan
mengajar dan observasi pembelajaran tematik dengan model
pembelajaran CTL dan media gambar dilaksanakan di SD N 2 Ngemplak,
Undaan, Kudus. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 27 Maret 2012, pukul 09.00 10.10 WIB. Sedangkan pertemuan
kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 Maret 2012 pukul 07.00
08.45 WIB. b) Deskripsi Data dan Pelakasanaan Pembelajaran a.
Kondisi awal siswa Kondisi awal siswa di SD N 2 Ngemplak,Undaan
Kudus, kelas 1 semester 2 pada mata pelajaran matematika materi
penjumlahan dan pengurangan menunjukkan bahwa dari 16 siswa, ada
25% siswa yang belum mencapai ketentusan minimal, yang
berarti prestasi belajar siswa tersebut masih rendah. Hal
tersebut, dikarenakan guru dalam mengajarkan materi penjumlahan
dan
pengurangan masih menggunakan metode ceramah dan tidak
menggunakan media pembelajaran.
b. Proses pembelajaran Hari pertama, proses pembelajaran yang di
lakukan di SD N 2 Ngemplak dimulai dengan bernyanyi bersama-sama,
karena dengan itu siswa akan termotivasi untuk belajar. Pada
kegiatan awal, guru tanya jawab dengan siswa tentang materi
sebelumnya. Selanjutnya, guru menjelaskan secara garis besar
tentang materi yang akan diajarkan . Setelah itu, guru membagi
siswa menjadi 4 kelompok yaitu kelompok hijau, biru, merah dan
kuning.
Kemudian masing-masing kelompok diberi 2 gambar yaitu gambar
keluarga dan gambar denah rumah serta soal yang terkait dengan
gambar untuk diamati dan didiskusikan bersama kelompoknya.
Guru membimbing jalannya diskusi dengan mendampingi masingmasing
kelompok dalam mengerjakan lembar soal yang sudah dibagikan oleh
guru.
Setelah itu, guru bersama-sama siswa membahas hasil diskusi dari
masing-masing kelompok. Guru menunjuk salah satu kelompok untuk
membacakan hasil diskusinya di tempat duduk kelompok tersebut.
Setiap jawaban yang benar diberi poin berupa gambar bintang
untuk ditempelkan di nama kelompoknya.
Guru menjumlah banyaknya bintang yang diperoleh oleh
masingmasing kelompok. Setelah itu, masing-masing kelompok
mendapatkan hadiah dari guru sejumlah banyaknya bintang yang
diperoleh kelompoknya. c. Hari kedua, guru mengingatkan kembali
materi yang telah disampaikan kemarin. Setelah itu, guru
melanjutkan dengan memberi tugas pada masing-masing kelompok untuk
membuat arah mata angin.
Selanjutnya guru memberi tugas secara individu untuk dikerjakan
oleh masing masing siswa dengan bantuan alat peraga sedotan dalam
mengerjakannya kemudian dikumpulkan.
d. Hasil akhir kondisi siswa setelah diberi perlakuan Setelah
guru mengajar dengan menggunakan pembelajaran tematik dan model
pembelajaran CTL serta penggunaan berbagai metode dan media
pembelajaran gambar, siswa menjadi lebih paham. Hal ini dapat
dilihat dari hasi evaluasi yang di berikan oleh guru. 4. ANALISIS
Sebelum menggunaan model pembelajaran CTL, pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan di SDN 2 Ngemplak masih menggunakan pembelajaran
klasikal. Siswa mudah jenuh serta kurang maksimal dalam menyerap
materi yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran CTL adalah
salah satu solusi yang dapat membantu guru di dalam proses
pembelajaran agar siswa mampu menyerap materi yang disampaikan oleh
guru secara maksimal. Dalam menggunakan model CTL siswa diharapkan
mampu berfikir secara nyata ( kongkrit) dan menghubungkan
pengetahuan yang dimiliki ( pengalaman ) dengan lingkungan sekitar.
Siswa akan tertantang manakala pembelajaran menggunakan model dan
media yang menarik, salah satu contohnya dapat berupa media gambar.
Gambar
disini memiliki peran sangat penting karena dapat membantu guru
dalam proses pembelajaran. Langkah pertama yaitu, membentuk
kelompok secara heterogen, kemudian siswa mengamati gambar.
Selanjutnya guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan
gambar dan siswa diminta berdiskusi secara kelompok. Setelah siswa
selesai berdiskusi, guru membahas hasil diskusi tersebut secara
klasikal. Siswa berlomba tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru sehubungan dengan gambar tersebut. Kelompok
yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapatkan
penghargaan dari guru berupa bintang. Selain itu kelompok yang
memperoleh bintang paling banyak akan mendapatkan hadiah dari guru.
Setelah pembelajaran selesai guru memberikan tugas individu sebagai
evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil
evaluasi tersebut setelah dibandingkan dengan pembelajaran yang
biasa dilakukan oleh guru kelas, yang tidak menggunakan model dan
metode
yang baik ternyata hasilnya jauh berbeda. Setelah guru
menggunakan model pembelajaran CTL dan menggunakan media gambar
siswa lebih paham sehingga mengalami peningkatan yang signifikan.
Namun, kelemahan dari model pembelajaran CTL ini adalah terlalu
banyak memakan waktu. Oleh karena itu guru harus pandai menyiasati
waktu agar pembelajaran berjalan secara efisien. Keterangan Hasil
Akhir Nilai Rata-rata nilai raport untuk semua nilai mata pelajaran
adalah 78. Rata-rata nilai mata pelajaran PKn, Matematika, dan IPS
adalah 75. Rata-rata nilai siswa setelah mendapat pembelajaran
menggunakan model pembelajaran CTL dan pembelajaran tematik
serta
menggunakan media gambar adalah 78,7. Prosentase rata-rata nilai
kelas I SD N 2 Ngemplak Undaan Kudus sesudah diberi perlakuan yang
mencapai KKM adalah 87,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan
siswa kelas 1 di SD 2 Ngemplak mengalami kenaikaan. Sehingga hasil
pembelajaran dapat dikatakan BAIK.
Grafik Nilai Akhir100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Absen 1 Absen
2 Absen 3 Absen 4 Absen 5 Absen 6 Absen 7 Absen 8 Absen 9 Absen 10
Absen 11 Absen 12 Absen 13 Absen 14 Absen 15 Absen 16
Nilai Pretest Nilai sesudah test
Grafik KKM
Prosentase Nilai rata-rata kelas I
12,5% Mencapai KKM 87,5% Belum mencapai KKM
5. KESIMPULAN Dari hasil observasi yang kami lakukan, kami
menyimpulkan bahwa model pembelajaran CTL dapat meningkatkan
pemahaman siswa karena didukung oleh beberapa faktor yaitu
pembelajaran bersifat kontekstual (nyata), siswa mengalami sendiri
dan menggunakan pembelajaran secara tematik serta penggunaan media
yang tepat (gambar) dapat membantu siswa dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKAHidayah, Nurul. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar
Matematika Melalui Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning
) Pada Siswa Kelas Iv Sdn Madyopuro I Di Malang. Terdapat pada
http://www.lib.uinmalang.ac.id/files/thesis/fullchapter/07140085.pdf.
Diunduh tanggal 10 April 2012 jam 09.00
Permen No. 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI dalam BAB II
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Rofiqo, Damayanti. 2011.
Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas III B MI
Islamiyah Sukun Malang. Tersedia dalam
http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/introduction/07140023-damayanti-rofiqo.ps.
Diunduh pada tanggal 9 April 2012 jam 14.00 Rohmah, Atik Winarni.
2011. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran
Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Mata
Pelajaran Matematika Materi Bangun Datar Siswa Kelas V SD N Gumpang
01 Tahun 2010/2011. Tersedia dalam
http://etd.eprints.ums.ac.id/11842/. Diunduh pada tanggal 9 April
2012 jam 14.00 Rohmah, Umi Nikmatu. 2011. Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas II SDN Turi I
Kota Blitar. Dalam
http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/14230 di
unduh pada tanggal 9 April 2012 jam 14.00 Santoso, Toni Tulus.
2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan di Kelas
II C SDN Percobaan 2 Malang.
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/pemanfaatan-mediaalam-sekitar-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-dalampembelajaran-tematik-tema-lingkungan.
Diunduh tanggal 10 April 2012 jam 09.00 Suprijono, Agus. 2010.
Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sutirjo dan Sri
Istuti Mamik. (Sungkono). 2005. Tematik: Pembelajaran Efektif dalam
Kurikulum 2004.
http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Sungkono,%20M.Pd./Pemb
elajaran%20Tematik%20SD.doc. Diunduh tanggal 10 April 2012 jam
09.00
Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-media-pemanfaatan-media.html
http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kontekstual-ctl.html