Top Banner
BAB I Pendahuluan 2.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita yang diperkirakan sebesar 1 dari 4 kematian yang terjadi. ISPA diklasifikasikan menjadi pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens ISPA di Negara berkembang dengan angka kematian balita adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO sekitar 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membuna uh 4 juta anak balita setiap tahun. 1 Di Indonesia, kematian balita akibat penyakit itu menduduki peringkat terbesar. Pada 1995, dari hasil survei kesehatan rumah tangga dilaporkan, proporsi kematian bayi akibat penyakit sistem pernapasan mencapai 32,1%, sementara pada balita 38,8%. 1 Masih tingginya angka penderita ISPA di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan di negara kita, diantaranya adalah cuaca yang tidak menentu, kebersihan lingkungan yang masih rendah, hygiene perorangan yang buruk, 1
23

Laporan PKM Angelia

Jan 02, 2016

Download

Documents

Budiono Mulyo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan PKM Angelia

BAB I

Pendahuluan

2.1. Latar Belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit

menular yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia dan

merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita yang

diperkirakan sebesar 1 dari 4 kematian yang terjadi. ISPA diklasifikasikan menjadi

pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya.1

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens ISPA di Negara

berkembang dengan angka kematian balita adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia

balita. Menurut WHO sekitar 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan

sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia

merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membuna uh 4 juta anak balita

setiap tahun.1

Di Indonesia, kematian balita akibat penyakit itu menduduki peringkat terbesar. Pada

1995, dari hasil survei kesehatan rumah tangga dilaporkan, proporsi kematian bayi akibat

penyakit sistem pernapasan mencapai 32,1%, sementara pada balita 38,8%.1

Masih tingginya angka penderita ISPA di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai

faktor lingkungan di negara kita, diantaranya adalah cuaca yang tidak menentu,

kebersihan lingkungan yang masih rendah, hygiene perorangan yang buruk, kesadaran

masyarakat akan kesehatan yang masih buruk, masih banyaknya penduduk yang tinggal

di tempat-tempat yang tidak memenuhi standar kesehatan.1

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan

primer yang komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan

mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta

pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin,

usia ataupun jenis penyakitnya. Dengan adanya kunjungan rumah dengan pendekatan

kedoteran keluarga, diharapkan dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas ISPA.

1

Page 2: Laporan PKM Angelia

2.2. Masalah

- Anak usia 2 tahun menderita batuk dan pilek sejak 2 hari lalu, anak suka makan

makanan cemilan yang dijual di warung, anak tidak mengalami peningkatan berat

badan.

- Lingkungan tempat tinggal anak kurang sehat, terutama kamar tempat tinggal anak.

2.3. Sasaran

Semua keluarga yang tinggal bersama pasien.

2.4. Tujuan

a. Tujuan umum

Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan pada mata kuliah Skill-

Lab Family Folder Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

b. Tujuan khusus

Mahasiswa belajar menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga dalam

mengatasi masalah tidak hanya pada penyakit pasien, tetapi juga faktor psikososial dari

keluarga yang mempengaruhi timbulnya penyakit dan peran serta keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan.

2

Page 3: Laporan PKM Angelia

Bab II

Materi dan Metode

1.1. Materi

- Laporan mengenai kasus ISPA pada pasien di Puskesmas Kecamatan Grogol

Petamburan pada tanggal 15 Juli 2011: keluhan pasien, riwayat penyakit pasien,

diagnosis penyakit pasien dan keluarga.

- Data riwayat biologis, psikologis, spiritual, keadaan social, dan kultural keluarga

pasien.

- Keadaan rumah/lingkungan dimana pasien tinggal.

1.2. Metode

Untuk membuat laporan kasus ISPA di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

pada tanggal 15 Juli 2011 digunakan pendekatan sistem kedokteran keluarga dengan

berkunjung ke rumah pasien.

3

Page 4: Laporan PKM Angelia

Bab III

Kerangka Teori

Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran pernapasan Akut dengan

pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya Mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran pernapasan adalah

organ mulai dari hidung hingga Alveoli beserta organ Adneksanya seperti sinus, rongga

telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14

hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14

hari. Sedangkan Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(Alveoli). Terjadi pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut

pada Bronkus disebut Broncho pneumonia.2

Berdasarkan pengertian di atas, maka ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung

selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan

atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah),

termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.2

Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan

napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak

dapat minum, kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati. Usia

Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya

bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara

berkembang.2

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,

mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus,

sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA

bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang

berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.2

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptcocus, Stapilococcus,

Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara

lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus dan lain-lain.2

4

Page 5: Laporan PKM Angelia

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran

pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua

golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.3

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama

apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.

Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang,

beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta

tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.3

Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kematian akibat pneumonia adalah umur di

bawah 2 bulan, tingkat sosial ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat

pendidikan ibu rendah, tingkat jangkauan pelayanan kesehatan rendah, imunisasi yang tidak

memadai, menderita penyakit kronis dan aspek kepercayaan setempat dalam praktek

pencarian pengobatan yang salah.2

Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :

1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2) Immunisasi.

3) Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.3

Pemberantasan ISPA yang dilakukan adalah :

1) Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.

2) Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

3) Immunisasi.3

Pengobatan  pada ISPA:

1) Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri

oksigen dan sebagainya.

2) Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika

terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin

3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk

batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung

zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya

5

Page 6: Laporan PKM Angelia

bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang

tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.3

Untuk perawatan ISPA  dirumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu

untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA:

1) Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol

atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.

Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi

sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan

menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

2) Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½

sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

3) Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering

dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap

diteruskan.

4) Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari

biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah

sakit yang diderita.

5) Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-

lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk

mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan

lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.

Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk

membawa kedokter atau petugas kesehatan.3

6

Page 7: Laporan PKM Angelia

Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di

tingkat primer. Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif,

holistik,koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan

lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang

jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.4

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang

lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah:

1) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga.

2) Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan

kedokteran keluarga.

3) Menguasai ketrampilan berkomunikasi.

Dokter keluarga diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien

untuk:

1) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan

perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga.

2) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan

masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta

pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga.

3) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada

penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Karakteristik dokter keluarga menurut IDI:

1) Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat.

2) Pelayanan menyeluruh dan maksimal.

3) Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan.

4) Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya.

5) Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya

Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga:

Skala kecil:

1) Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga .

2) Mewujudkan keluarga sehat sejahtera.

7

Page 8: Laporan PKM Angelia

Skala besar:

1) Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Kunjungan rumah dengan pendekatan kedokteran keluarga berguna untuk mengetahui

kesehatan anggota keluarga dan kesehatan rumah dan lingkungan dimana pasien tinggal.

Dengan pendekatan kedokteran keluarga, bias didapat informasi mengenai kebiasan pasien,

kebiasaan keluarga, serta kehidupan sosial pasien dengan keluarga maupun dengan

masyarakat di lingkungan sekitar.

8

Page 9: Laporan PKM Angelia

Bab IV

Hasil dan Data

Puskesmas : Kecamatan Grogol Petamburan

Nomor register : 1789/9

Data riwayat keluarga :

I. Identitas Pasien

a. Nama : Ferliana

b. Umur : 2 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Pekerjaan : Belum bekerja

e. Pendidikan : Belum sekolah

f. Alamat : Jelambar Barat II B No.46 RT 5/11 Jakarta Barat

Telepon: 021- 94607166

II. Riwayat Biologis Keluarga

Variabel Pasien Ayah Ibu

Keadaan kesehatan sekarang Kurang Baik Baik

Kebersihan perorangan Sedang Baik Baik

Penyakit yang sering diderita Batuk, pilek Pernah tifoid &

demam berdarah

-

Penyakit keturunan - - -

Penyakit kronis/menular - - -

Kecacatan anggota keluarga - - -

Pola makan Kurang Sedang Sedang

Pola istirahat Kurang Sedang sedang

III. Psikologi Keluarga

a. Kebiasaan buruk : Merokok tapi sudah berhenti sejak 1 bulan lalu

b. Pengambilan keputusan : Bapak

c. Ketergantungan obat : Tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas

9

Page 10: Laporan PKM Angelia

e. Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan rumah / lingkungan

a. Jenis bangunan : Permanen

b. Lantai rumah : Keramik

c. Luas rumah : 3x3 m2 (kamar kos-kosan)

d. Penerangan : Kurang

e. Kebersihan : Sedang

f. Ventilasi : Sedang

g. Dapur : Ada

h. Jamban keluarga : Ada

i. Sumber air minum : Air gallon

j. Sumber pencemaran air : Tidak ada

k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada

l. Sistem pembuangan air limbah : Ada

m. Tempat pembuangan sampah : Ada

n. Sanitasi lingkungan : Sedang

V. Spiritual Keluarga

a. Ketaatan beribadah : Cukup

b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VI. Keadaan Sosial Keluarga

a. Tingkat pendidikan : Rendah

b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik

c. Hubungan dengan orang lain : Baik

d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang

e. Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural Keluarga

a. Adat yang berpengaruh : Sunda dan Jawa, namun tidak berpengaruh terhadap

kesehatan.

10

Page 11: Laporan PKM Angelia

VIII. Daftar Anggota Keluarga

No NamaHubungan

dengan KKUmur Pendidikan Pekerjaan Agama

Keadaan

Kesehatan

Keadaan

GiziImunisasi KB

1Rendi KK 23 tahun Tamat

SMA

Buruh pabrik

percetakan

Islam Baik Cukup - -

2Nia Istri 22 tahun Tamat

SMA

Ibu rumah

tangga

Islam Baik Cukup - Ada

3Ferliana Anak 2 tahun Belum

sekolah

- Islam Kurang Kurang Lengkap -

IX. Keluhan utama : Batuk sudah 2 hari

X. Keluhan tambahan : Pilek

XI. Riwayat penyakit dahulu : Batuk, pilek, demam

XII. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Berat badan : 10 kg

d. Tinggi badan : 84,5 cm

e. Suhu tubuh : 36,30C

f. Pernapasan : 36 kali/menit

g. Perut terasa kembung

XIII. Diagnosis penyakit

Batuk bukan pneumonia (ISPA)

XIV. Diagnosis keluarga

Di dalam keluarga pasien, yang mengalami batuk dan pilek hanya pasien. Pasien

sering berobat ke puskesmas dengan keluhan batuk dan pilek hampir setiap bulan. Dari

wawancara dengan ibu pasien, dikatakan bahwa setelah pasien berhenti menyusui, pasien

menjadi sulit makan dan hanya sering makan jajanan cemilan yang dibeli di warung

seperti ciki, dan pasien suka minum minuman yang dingin.

Dari wawancara juga didapat bahwa bapak dari pasien pernah mengalami sakit

demam tifod dan demam berdarah. Bapak pasien juga sering merokok, namun sejak 1

bulan lalu sudah berhenti merokok.

11

Page 12: Laporan PKM Angelia

XV. Anjuran penatalaksanaan penyakit:

a. Promotif :

Meningkatkan kesadaran pasien terhadap kesehatannya, dengan memotivasi

pasien untuk makan makanan yang bergizi dan pola makan yang baik, yang

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pasien.

b. Preventif :

Mengupayakan pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan jajanan warung

seperti ciki, dan tidak minum minuman yang dingin.

Mengupayakan pasien untuk tinggal di tempat yang kesehatan lingkungan dan

rumah yang lebih baik dimana penerangan, kebersihan, dan ventilasi rumah

sesuai dengan criteria rumah sehat.

c. Kuratif:

Pihak Puskesmas tetap terus memberi pengobatan setiap kali pasien datang untuk

memeriksakan kesehatannya.

d. Rehabilitatif:

Mengupayakan pasien untuk tetap terus memeriksakan dirinya ke Puskesmas agar

penyakit batuk dan pilek yang merupakan gejala ISPA tidak menjadi lebih berat.

XVI. Prognosis

a. Penyakit:

Prognosis penyakit pasien bias menjadi buruk apabila kesehatan lingkungan dan

kesehatan pasien tidak dijaga. Karena penyakit ISPA pada balita merupakan penyakit

dengan angka mortalitas yang tinggi.

b. Keluarga:

Apabila kebiasaan-kebiasaan buruk dalam keluarga bias diatasi dengan baik, maka

prognosis kesehatan di dalam keluarga akan baik.

c. Masyarakat:

12

Page 13: Laporan PKM Angelia

Prognosis baik apabila peran masyarakat yang saling menghargai dan menghormati

satu dengan yang lain, hidup rukun, damai dan tentram, serta menjaga kebersihan dan

kesehatan lingkungan sekitar.

XVII. Resume

Seorang pasien anak perempuan berusia 2 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan

Grogol Petamburan dengan keluahan batuk sejak 2 hari lalu disertai keluhan tambahan

pilek. Pasien sering mengalami keluhan yang sama hampir setiap bulan. Napsu makan

dan pola makan pasien kurang baik setelah berhenti minum ASI. Pasien sering makan

jajanan warung seperti ciki dan minuman dingin. Ayah pasien pernah mengalami sakit

demam tifoid dan demam berdarah. Ayah pasien punya riwayat merokok, dan baru

berhenti merokok sejak 1 bulan lalu. Pasien tinggal di rumah kos-kosan bersama ayah dan

ibunya, dengan lingkungan rumah yang kurang baik dari segi penerangan, kebersihan dan

ventilasinya.

BAB V

13

Page 14: Laporan PKM Angelia

Penutup

4.1 Kesimpulan

Diagnosis pada pasien ini adalah batuk bukan pneumonia yang merupakan gejala dari

Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Dari analisis kedokteran keluarga, penyebab dari

penyakit pasien adalah kesehatan lingkungan rumah yang kurang baik, dimana pasien

tinggal di kamar kos-kosan berukuran 3x3 meter bersama ayah dan ibunya. Penerangan

kamar yang kurang baik (kamar agak gelap), kebersihan yang kurang, dan ventilasi yang

kurang dimana hanya ada 1 jendela, dan kamar terasa pengap dan sumpek.

Selain itu, kebiasaan pasien yang sering mengkonsumsi jajanan warung seperti ciki

dan minuman dingin, serta ayah pasien yang sering merokok, merupakan penyebab

timbulnya keluhan batuk pada pasien. Dengan pola makan pasien yang kurang baik, dan

usia pasien yang masih balita, menjadi rentan untuk terserang penyakit.

4.2 Saran

a. Puskesmas

Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui

penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat

khususnya penyakit yang tergolong berat dan memiliki angka mortalitas yang tinggi.

b. Pasien

Pasien disarankan untuk mengurangi makan-makanan cemilan seperti ciki dan

minuman dingin, sebaiknya pasien menjaga pola makan dengan makan makanan yang

bergizi yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik pasien. Pasien juga

sebaiknya tinggal di rumah yang lebih luas dimana rumah tersebut termasuk dalam

kriteria rumah sehat.

Daftar Pustaka

14

Page 15: Laporan PKM Angelia

1. Deby. Evaluasi Program Pemberantasan ISPA di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma

Periode Juni 2009 sampai dengan Mei 2010. Jakarta. 2010

2. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Diunduh

dari http://syair79.wordpress.com/2009/04/26/faktor-risiko-kejadian-infeksi-saluran-

pernapasan-akut-ispa-pada-balita/. Pada tanggal 25 Juli 2011.

3. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Diunduh dari http://www.klinikita.co.id/?

pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25. Pada tanggal 25 Juli 2011.

4. Laporan Kedokteran Keluarga. Diunduh dari

http://asramamedicafkunhas.blogspot.com/2009/04/laporan-kedokteran-keluarga-poli-

ibnu.html. Pada tanggal 25 Juli 2011.

Lampiran

15

Page 16: Laporan PKM Angelia

Foto 1. Pasien beserta ibu pasien di depan kamar rumah pasien.

Foto 2. Kamar mandi bersama dan tempat cuci piring dan baju bersama

Foto 3. Kamar kos-kosan pasien.

16