Top Banner
BAB I STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN SEDIMEN 1.1. Pengertian Batuan Sedimen Batuan sedimen atau Sedimentary Rock adalah batuan yang terbentuk dari proses litifikasi dari hancuran batuan lain atau dari hasil reaksi kimia/organism. Litifikasi sendiri merupakan proses perubahan material yang lepas/unconsolidated material menjadi material – material yang padat dan kompak/consolidated material. Menurut Tucker (1991), 75 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis. 1.2. Tekstur Batuan Sedimen a. Tekstur Klastik : Batuan sedimen yang terbentuk akibat adanya proses pengerjaan kembali terhadap batuan yang sudah ada. Untuk mendeskripsikan tekstur klastik, kenampakan yang perlu diperhatikan adalah ukuran butir, bentuk butir, sortasi, dan kemas. Ukuran Butir : Untuk membedakan berbagai macam sedimen klastik diperlukan pengertian mengenai
41

laporan PETROLOGI

Nov 30, 2015

Download

Documents

Igun Rastafara

PETROLOGI
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan PETROLOGI

BAB I

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN SEDIMEN

1.1. Pengertian Batuan Sedimen

Batuan sedimen atau Sedimentary Rock adalah batuan yang terbentuk dari

proses litifikasi dari hancuran batuan lain atau dari hasil reaksi kimia/organism.

Litifikasi sendiri merupakan proses perubahan material yang

lepas/unconsolidated material menjadi material – material yang padat dan

kompak/consolidated material.  Menurut Tucker (1991), 75 % batuan di

permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari

volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di

permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

1.2. Tekstur Batuan Sedimen

a. Tekstur Klastik : Batuan sedimen yang terbentuk akibat adanya proses

pengerjaan kembali terhadap batuan yang sudah ada. Untuk mendeskripsikan

tekstur klastik, kenampakan yang perlu diperhatikan adalah ukuran butir,

bentuk butir, sortasi, dan kemas.

Ukuran Butir : Untuk membedakan berbagai macam sedimen klastik

diperlukan pengertian mengenai perbedaan ukuran butiran, dalam geologi

biasa digunakan Skala Besar Butir Wenworth seperti dibawah ini

Page 2: laporan PETROLOGI

Tabel.1. Skala Besar Butir Wentworth

Ukuran Butir ( mm ) Nama Butir

> 256 Bongkah

64 – 256 Berangkal

4 – 64 Kerakal

2 – 4 Kerikil

1 – 2 Pasir sangat kasar

1/2 – 1 Pasir kasar

1/4 – ½ Pasir sedang

1/8 – ¼ Pasir halus

1/16 – 1/8 Pasir sangat halus

1/256 – 1/16 Lanau

< 1/256 Lempung

Bentuk Butir : Berdasarkan kebundaran / keruncingan, bentuk butir sedimen

dibedakan atas 6 tingkatan dari pembulatan terendah sampai tertinggi, yaitu

Sangat meruncing / menyudut (Very Angular), Meruncing / menyudut

(Angular), Meruncing / menyudut tanggung (Sub-Angular), Membundar /

membulat tanggung (Sub-Rounded), Membundar / membulat (Rounded), dan

Sangat membundar / membulat (WellRounded).

Page 3: laporan PETROLOGI

Gambar.1. Bentuk Butir

Sortasi : Keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, yang

berarti semakin seragam ukuran dan besar btirnya, maka sortasinya semakin

baik, begitu pula sebaliknya. Sortasi dapat dibagi menjadi :

Sortasi baik : Bila ukuran butir pada batuan sedimen tersebut seragam, hal

ini biasa terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.

Sortasi sedang : Bila ukuran butir pada batuan sedimen terdapat yang

seragam maupun yang tidak seragam.

Sortasi buruk : Bila ukuran butir pada batuan sedimen sangat beragam,

dari halus hingga kasar dan biasa terjadi pada batuan sedimen dengan

kemas terbuka.

Kemas / Fabrik : Pada batuan sedimen, kemas dapat dibagi 2, yaitu:

Kemas tertutup :  Bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling

bersentuhan atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain

(grain/clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada dua macam

(besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila

ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal

clast supported.

Kemas terbuka :  bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di

antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix

supported).

Page 4: laporan PETROLOGI

Gambar.2. Kemas Pada Batuan Sedimen

Gambar diatas menunjukkan  kemas di dalam batuan sedimen,

meliputi bentuk pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen

(contacts), orientasi butir atau arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan

hubungan antara butir fragmen dan matriks.

Suatu bidang yang terbentuk jika terdapat suatu periode singkat

dimana proses deposisi (pengendapan) menjadi sedikit sekali. Dikatakan

singat karena jika terlalu lama,  apalagi sampai terbentuk bidang erosi,  ini

sudah menjadi ketidakselarasan atau unconformity. Bidang perlapisan ini juga

bisa terbentuk kalau ada perubahan lingkungan pengendapan.

Page 5: laporan PETROLOGI

b. Tekstur Non Klastik : Tekstur yang terbentuk oleh hasil reaksi kimia, baik

anorganik maupun biologik. Pada umumnya batuan sedimen non klastik

terdiri atas satu jenis mineral atau monomineralik. Pembagian jenis – jenis

tekstur pada batuan sedimen non klastik biasanya dengan memperhatikan

kenampakan kristal penyusunnya. Ukuran butir kristal pada batuan sedimen

non klastik dibedakan atas:

Berbutir kasar         : Dengan ukuran > 5 mm

Berbutir sedang      : Dengan ukuran 1 – 5 mm

Berbutir halus         : Dengan ukuran < 1 mm

1.3. Struktur batuan sedimen

Struktur pada batuan sedimen dapat dibagi menjadi :

Pelapisan Laminasi

Suatu perlapisan yang sangat tipis dari beberapa mili sampai 1 cm. Ini biasa

terbentuk karena adanya suplai sedimen yang sangat sedikit, contohnya

endapan silica didasar laut.

Page 6: laporan PETROLOGI

Convolute Lamination

Convolute lamination adalah laminasi yang tampak terlipat. Struktur ini

muncul bukan karena perlipatan akibat gaya endogen, melainkan akibat

adanya arus yang mengalir disekitarnya atau akibat proses dewatering /

liquefaksi (sedimen kehilangan kandungan air secara tiba – tiba akibat

gangguan). Kehilangan air yang tiba – tiba ini membuat sedimen kehilangan

kekuatannya. Gangguan tadi berupa stress (tekanan) yang disebabkan oleh

berbagai macam hal, salah satunya yang sering terjadi adalah gempabumi.

Silang Siur / Croos Bedding

Struktur ini terbentuk jika agen transportasi sedimen berupa arus / current

(bias arus sungai, arus laut, angin dll.). Struktur ini sangat disukai oleh para

ahli geologi karena berguna untuk menentukan paleocurrent atau arus purba.

Page 7: laporan PETROLOGI

Mud Cracks

Permukaan lumpur yang mongering sampai retak – retak karena disinari

matahari. Jika tidak terjadi pembalikan lapisan, biasanya tampak samping

mud cracks berbentuk trapezium dengansisi atas lebih pendek dari sisi

bawahnya. Karena itu lapisan bawah dan atasnya dapat diketahui.

Page 8: laporan PETROLOGI

Ripple Marks

Ripple marks ini sama dengan croos bedding, disebabkan oleh arus. Bedanya,

ripple marks hanya bentukan yang ada di permukaan lapisan sedimen.

Struktur ini juga menandakan arus purba.

Channel

Struktur yang terbentuk sepanjang jalur transportasi sedimen dan air yang

mengalir dalam waktu yang lama, dengan kata lain channel ini adalah sungai

purba. Struktur ini berskala meter sampai kilometer dan dapat menunjukkan

bagian atas dan bawah, karena bagian dasar sungai mempunyai bentuk yang

khas.

Page 9: laporan PETROLOGI

Flute Cast

Struktur sedimen yang terjadi akibat material – material yang dibawa arus

menggerus bagian dasar sungai. Arus sungai mempunyai arah menuju ke

bagian yang memanjang. Dengan kata lain, struktur ini juga

penentu paleocurrent. Karena struktur ini hanya ada dibagian dasar suatu

tubuh arus dan bagian yang menggembung selalu dibawah, maka flute cast

mampu dalamenentukan bagian atas dan bawah perlapisan sedimen.

Page 10: laporan PETROLOGI

Flame Structure / Check

Struktur ini dinamai flame strcture karena kenampakannya menyerupai lidah

api yang menjilat – jilat keatas. Flame structure terbentuk saat suatu

lapisan mudstone berada dibawah lapisan batupasir. Batupasir ini

membebani mudstone yang lemah, sehingga sedikit massa mudstone dibawah

“muncrat” ke atas dan membentuk “lidah”.

Gradasi

Struktur ini dicirikan oleh perubahan tekstur batuan secara perlahan – lahan

dari atas kebawah. Gradasi normal mempunyai kenampakan makin ke bawah

ukuran butir makin besar. Biasanya, proses sedimentasi normal akan

menempatkan butir - butir paling kasar di bagian terbawah lapisan yang

kemudian lapisan halus ke atas. Atas dasar inilah gradasi dapat digunakan

sebagai penciri top and bottom lapisan batuan.  Tetapi, pada beberapa kasus

tertentu bisa juga terbentuk Gradasi Terbalik atau Reverse Grading, karena itu

perlu berhati-hati jika memakai dasar gradasi sebagai acuan top bottom.

Page 11: laporan PETROLOGI

Lenticular Bedding

Struktur yang perlapisanya berbentuk “melensa” yaitu semakin ke tepian,

lapisan semakin tipis. Lenticular bedding menandakan lingkungan yang

didominasi gelombang pasang surut (tidal).

Page 12: laporan PETROLOGI

Ball and Pillow Structure

Struktur ini biasanya terjadi jika ada selapis sedimen pasir berada diantara

sedimen lumpur. Sedimen – sedimen pasir tampak terpecah – pecah sehingga

menyerupai bantal. Diperkirakan penyebabnya akibat peristiwa gempa atau

tingginya tingkat sedimentasi sehingga mengganggu stabilitas perlapisan.

Page 13: laporan PETROLOGI

BAB II

PETROLOGI BATUAN METAMORF

2.1. Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada

sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur

dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan

temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi ( Ehlers & Blatt, 1982).

Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan

yang sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa

magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa

regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan

panas pada batuan yang terkubur sangat dalam.

Namun perlu dipahami bahwa proses metamorfosa terjadi dalam keadaan

padat, dengan perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu saja dan meliputi proses-

proses rekristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru dengan

penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang sebelumnya telah ada. ( Graha, D.S,

1987 .)

Menurut Turner (1954, lihat Williams dkk, 1954:161-162) menyebutkan

bahwa batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan mineralogik

dan struktur oleh proses metamorfisme dan terjadi langsung dari fase padat tanpa

melalui fase cair.

Page 14: laporan PETROLOGI

Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses

metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat

perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari

ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak

terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa.

Temperatur berkisar antara 2000 C- 8000 C, tanpa melalui fase cair (batuan tetap

berada pada fase padat).

Page 15: laporan PETROLOGI

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab antara

lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan perubahan gradien

geothermal. Panas dalam skala kecil juga bisa terjadi akibat adanya gesekan/friksi

selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah

terjadinya metamorfosa umumnya pada suhu 1500 ± 500 C yang ditandai dengan

munculnya mineral-mineral Mg-carpholite, Glaucophane, lawsonite, paragonite,

prehnite atau stilpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum

terjadinya pelelehan adalah berkisar 6500 – 11000 C, tergantung jenis batuan asalnya

(Bucher & Frey, 1994).

Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antar butir batuan

mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak

berperan adalah air beserta karbon dioksida , asam hidroklorik dan hidroflourik.

Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat

membantu reaksi kimia dan penyetimbangan mekanis (Huang, 1962).

2.2. Proses Metamorfisme

Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi   ( 3 – 20

km ) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni

tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru yang sesuai

dengan lingkungan fisik baru pada tekanan ( P ) dan temperatur ( T ) tertentu.

Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang

mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan

terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia

tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk

pelapukan dan diagenesis. Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan

induk, bisa batuan beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf itu sendiri yang

mengalami metamorfosa.

Page 16: laporan PETROLOGI

Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung sempurna, sehingga

perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan pada

batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna menyebabkan

karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang sangat

ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan, padahal perubahan

batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat. Apabila

sampai mencapai titik lebur batuan maka proses tersebut bukan lagi proses

metamorfisme tetapi proses aktivitas magma.

Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah panas,

tekanan dan cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama

pada batuan yang mengalami proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan

kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda. Pada proses metamorfisme tingkat

rendah, kondisi temperatur dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses

pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan pada proses metamorfisme tingkat

tinggi, kondisinya sedikit dibawah kondisi proses peleburan batuan.

A. Tahap-Tahap Proses Metamorfisme

1. Rekristalisasi

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan

kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada

sebelumnya sudah ada.

2. Reorientasi

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian kembali

dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur

yang ada.

Page 17: laporan PETROLOGI

3. Pembentukan mineral-mineral baru

Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang

sebelumnya telah ada.

2.3. Tipe Metamorfosa

Bucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan

geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

2.3.1. Metamorfosa regional/ dinamothermal

Metamorfosa regional/dinamothermal merupakan metamorfosa yang

terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi

tiga, yaitu metamorfosa orogenik, burial dan dasar samudera(Ocean-floor).

a. Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi

proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan

metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi

dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan

kilometer. Proses metamorfosa memerlukan waktu yang sangat lama

berkisar antara puluhan juta tahun.

b. Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur

pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian

terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara

mineral dengan fluida.

c. Metamorfosa dasar Samudera(Ocean-Floor)

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera

di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan

metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa.

Page 18: laporan PETROLOGI

Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia

antara batuan dan air laut tersebut.

2.3.2. Metamorfosa Lokal

Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada

daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja.

Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

a. Metamorfosa Kontak

Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di

sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan

terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma

serta kadang oleh deformasi akibat gerakan magma. Zona metamorfosa

kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa

rekristalisasi, reaksi antar mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta

penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya

berbutir halus.

b. Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal

Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang

menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan

dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik, contohnya

pada xenolith atau pada zona dike.

c. Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik

Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi

intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya

mekanis yang mengakibatkan  penggerusan dan granulasi batuan.

Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault

breccia, fault gauge, atau milonit.

Page 19: laporan PETROLOGI

d. Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme

Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau

gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan

batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia.

Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

e. Metamorfosa Impact

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah

meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya

ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.

f. Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga

kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi

kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah.

2.4. Mineralogi

Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral

yang berasal dari batuan asalnya maupun dari mineral baru yang terbentuk akibat

proses metamorfisme sehingga dapat digolongkan menjadi 3,yaitu :

1. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf

seperti kuarsa, felspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin dan bijih

besi.

2. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan batuan metamorf

seperti kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit dan dolomit.

3. Mineral indeks batuan metamorf seperti garnet, andalusit, kianit, silimanit,

stautolit, kordierit, epidot dan klorit.

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat

dapat dibedakan menjadi secretionary growth, concentrionary growth dan

Page 20: laporan PETROLOGI

replacement (Ramberg, 1952 dalam Jackson, 1970). Secretionary growth

merupakan pertumbuhan kristal hasil reaksi kima fluida yang terdapat pada

batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut.

Concentrionary growth adalah proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya

untuk membuat ruang pertumbuhan. Sedangkan replacement merupakan proses

penggantian mineral lama oleh mineral baru. Secara umum model pertumbuhan

kristal ini dapat dilihat pada gambar IV.1.

Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama

satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan oleh percobaan

Becke, 1904 (Jackson, 1970). Percobaan ini menghasilkan Seri Kristaloblastik

yang menunjukkan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah

membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang lebih

rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan

euhedral.

Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan

metamorf (Huang, 1962). Dalam hal ini dikenal dua golongan mineral yaitu stress

mineral dan antistress mineral. Stress mineral merupakan mineral yang kisaran

stabilitasnya akan semakin besar bila terkena tekanan atau dengan kata lain

merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan. Mineral-mineral tersebut

umumnya merupakan penciri batuan yang terkena deformasi sangat kuat. seperti

sekis. Contoh stress mineral antara lain kloritoid, stauroilit dan kianit. Sedangkan

antistress mineral adalah mineral yang kisaran stabilitasnya akan menurun pada

kondisi tekanan yang sama. Mineral ini tidak tahan terhadap tekanan tinggi

sehingga tidak pernah ditemukan pada batuan yang terdeformasi kuat. Contoh

mineralnya antara lain andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivin, potasium

felspar dan anortit.

Page 21: laporan PETROLOGI

2.5. Fasies Metamorfik

Konsep fasies metamorfik diperkenalkan oleh Eskola, 1915 (Bucher & Frey,

1994). Eskola mengemukakan bahwa kumpulan mineral pada batuan metamorf

merupakan karakteristik genetik yang sangat penting sehingga terdapat hubungan

antara kumpulan mineral dan kompisisi batuan pada tingkat  metamorfosa tertentu.

Dengan kata lain sebuah fasies metamorfik merupakan kelompok batuan yang

termetamorfosa pada kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan mineral yang

tetap. Tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan temperatur tertentu serta

dicirikan oleh hubungan teratur antara komposisi kimia dan mineralogi dalam batuan.

2.6. Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan

ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut(Jackson, 1970).

Pembahasan mengenai struktur juga meliputi susunan bagian massa batuan termasuk

hubungan geometrik antar bagian serta bentuk dan kenampakan internal bagian-

bagian tersebut. (Bucher & Frey, 1994).

Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi struktur foliasi dan

nonfoliasi.

2.6.1. Struktur Foliasi

Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa

batuan (Bucher & Frey, 1994). Foliasi ini dapat terjadi karena adanya

penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissosity), orientasi

butiran(schistosity), permukaan belahan planar(cleavage) atau kombinasi dari

ketiga hal tersebut (Jackson, 1970).

Page 22: laporan PETROLOGI

1. Slaty Cleavage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus

(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar

yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

2. Phylitic

Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat

rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih

dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)

3. Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau

lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang

sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).

4. Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang

mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler

(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic

(mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak

menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

2.6.2. Struktur Non Foliasi.

Struktur ini terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya

terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum

dijumpai antara lain :

1. Hornfelsic/granulose

Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular

dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels

(batutanduk)

Page 23: laporan PETROLOGI

2. Kataklastik

Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan

umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini

terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite

(kataklasit).

3. Milonitic

Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa

kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus,

menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi

rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite

(milonit).

4. Phylonitic

Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi

umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap

sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut

phyllonite (filonit)

2.7. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,

bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf

(Jackson, 1970). Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan

awalan blasto atau akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya.

Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini.

2.7.1. Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa

Berdasarkan ketahanannya terhadap proses metamorfosa ini tekstur batuan

metamorf dapat dibedakan menjadi :

Page 24: laporan PETROLOGI

1. Relict/Palimset/Sisa

Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih

menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya

masih tampak pada batuan metamorf tersebut. Awalan blasto digunakan

untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Contohnya adalah

blastoporfiritik yaitu batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku

asalnya masih bisa dikenali. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini

sering disebut batuan metabeku atau metasedimen.

2. Kristaloblastik

Tekstur kristloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk

oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini

sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.

Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

2.7.2. Tekstur berdasarkan ukuran butir

Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dapat

dibedakan menjadi :

1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata

2. Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata

2.7.3. Tekstur berdasarkan bentuk individu Kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :

1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh  bidang permukaan kristal itu sendiri

2. Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri

dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.

3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain

disekitarnya.

Page 25: laporan PETROLOGI

Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan beku.

Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan

menjadi :

1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral

2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal

berbentuk anhedral.

2.7.4. Tekstur berdasarkan bentuk mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat

dibedakan menjadi :

1. Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular

2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic

3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,

equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured(tidak teratur) dan

umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

4. Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,

equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured(lebih teratur) dan

umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

Selain tekstur yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa tekstur

khusus lainnya yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi,

Yaitu:

1. Porfiroblastik, apabila terdapat beberapa mineral yangh ukurannya lebih

besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts

2. Poikiloblastik/Sieve Texture yaitu tekstur porfiroblastik dengan

porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

Page 26: laporan PETROLOGI

3. Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada

massa dasar material yang berasal dari kirstal yang sama yang terkena

pemecahan (crushing).

4. Decussate texture yaitu tekstur  kristaloblastik batuan polimeneralik yang

tidak menunjukkan keteraturan orientasi.

5. Sacaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

6. Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut

bertekstur homeoblastik, sedangkan batuan yang mempunyai lebih dari

satu tekstur disebut bertekstur heteroblastik.

2.8. Penamaan Dan Klasifikasi  Batuan Metamorf

Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sesismatik penamaan

batuan beku atau sedimen. Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada

kenampakan struktur  dan teksturnya. Untuk memperjelas banyak dipergunakan

kata tambahan yang menunjukkan ciri khusus batuan metamorf tersebut,

misalnya keberadaan mineral pencirinya (contohnya sekis klorit) atau nama

batuan beku yang mempunyai komposisi  yang sama (contohnya granite gneiss).

Beberapa nama batuan juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya

(contohnya kuarsit) atau dapat pula dinamakan berdasarkan fasies

metamorfiknya (misalnya granulit).

Selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur, batuan metamorf

lainnya yang banyak dikenal antara lain :

Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar

dan mineral utama penyusunnya adalah amfibol(umumnya hornblende) dan

plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral

prismatiknya terorientasi.

Page 27: laporan PETROLOGI

Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan

mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium

dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.

Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang

tersusun oleh mineral utama kuarsa dan felspar serta sedikit piroksen dan

garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur

gneissic.

Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hampir

semuanya berupa mineral kelompok serpentin. Kadang dijumpai mineral

tambahan seperti klorit, talk dan karbonat yang umumnya berwarna hijau.

Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit

atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.

Skarn, Yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calc-

silikat seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi

batuan disekitar kontak dengan batuan beku.

Kuarsit, Yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.

Soapstone, Yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.

Rodingit, Yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat  yang terjadi

akibat alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku ultrabasa

yang  mengalami serpentinitasi. (Diktat praktikum petrologi, 2007

Page 28: laporan PETROLOGI

DAFTAR PUSTAKA

http://angelamerricikunti.blogspot.com/2012/01/kristal.html

http://www.toiki.or.id/2010/07/struktur-batuan-sedimen.html

http://khairdblackbeard.blogspot.com/2012/03/batuan-sedimen.html

http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/14/petrologi-batuan-metamorf/