I. JUDUL PERCOBAAN : Pengenalan Jenis-Jenis Karbohidrat II. HARI,TANGGAL PERCOBAAN : Mulai : Rabu, 22 Oktober 2014, 09.30 WIB Selesai : Rabu, 22 Oktober 2014, 12.30 WIB III. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat 2. Melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida 3. Melakukan pengujian adanya gula pereduksi 4. Melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida 5. Menguji hasil hidrolisis polisakarida dan disakarida IV. DASAR TEORI : A. Pengertian Karbohidrat Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. JUDUL PERCOBAAN : Pengenalan Jenis-Jenis Karbohidrat
II. HARI,TANGGAL PERCOBAAN :
Mulai : Rabu, 22 Oktober 2014, 09.30 WIB
Selesai : Rabu, 22 Oktober 2014, 12.30 WIB
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat
2. Melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida
3. Melakukan pengujian adanya gula pereduksi
4. Melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida
5. Menguji hasil hidrolisis polisakarida dan disakarida
IV. DASAR TEORI :
A. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) adalah segolongan besar
senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri atas
karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh
makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan
(misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun
(misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses
fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-
keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan
banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan
senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom
karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula
karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung
Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambah 2-5 tetes larutan benedictDikocokDipanaskan di penangas air 2 menit
Endapan merah bata (gula pereduksi)
0,5mL Sukrosa
Dilarutkan dalam 6mL air air
Larutan Sukrosa
1mL larutan Sukrosa
Dimasukkan dalam tabung 2
Ditambah 1mL air
Dipanaskan di atas penangas air
Didinginkan pada suhu kamar
Ditambah 1,5mL NaOH
Dibagi menjadi dua2A 2B
Ditambah 5mL benedict
Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit
diamati
Ditambah 2mL seliwanoff
Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit
diamatiHasil pengamatan Hasil pengamatan
1mL larutan Sukrosa
Dimasukkan dalam tabung 1
Ditambah 1mL HCl 3M
Dipanaskan di atas penangas air
Didinginkan pada suhu kamar
Ditambah 1,5mL NaOH
Dibagi menjadi dua
Tabung 1A Tabung 1B
Ditambah 5mL benedict
Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit
diamati
Ditambah 2mL seliwanoff
Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit
diamati
Hasil pengamatan Hasil pengamatan
8. Hidrolisis Pati
1mL larutan Sukrosa
Dimasukkan dalam tabung 3
Ditambah 1mL air
Dibiarkan pada suhu kamar
Ditambah 1,5mL air
Dibagi menjadi dua
Tabung 3A Tabung 3B
Ditambah 5mL benedict
Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit
diamati
Ditambah 2mL seliwanoff
Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit
diamatiHasil pengamatan Hasil pengamatan
2mL larutan pati
Dimasukkan dalam tabung 1
Ditambah 2 mL HCl 3 M
Dipanaskan duatas penangas air
Dibiarkan pada suhu kamar
Ditambah 3mL NaOHDitambah 5mL benedict
diamati
Hasil pengamatan Hasil pengamatan
Dilakukan tes iodin
diamati
2mL larutan pati
Dimasukkan dalam tabung 2
Ditambah 2mL H2O
Dipanaskan pada penangas air
didinginkan
Ditambah 3mL H2O
Ditambah 5mL benedict
diamati
Hasil pengamatan Hasil pengamatan
Dilakukan tes iodin
diamati
2mL larutan pati
Dimasukkan dalam tabung 3
Ditambah 2 mL air
Dibiarkan pada suhu kamar
Ditambah 3mL air
Ditambah 5mL benedict
diamati
Hasil pengamatan Hasil pengamatan
Dilakukan tes iodin
diamati
VII. DATA HASIL PENGAMATAN :
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1 Tes Mollish
Tes dinyatakan positif merupakan karbohidrat
Pereaksi Mollish = berwarna cokelat
Sukrosa Sukrosa = larutan tidak berwarna
Sukrosa + Pereaksi Mollish = berwarna cokelat (+)
H2SO4 = larutan tidak berwarna
Sukrosa + pereaksi Mollish + H2SO4 = lapisan atas cokelat keruh dan lapisan bawah ungu kecokelatan
Diencerkan dengan 5 ml air sedikit memudar (ungu muda) terdapat endapan hitam dibawahnya
Glukosa Glukosa = larutan tidak berwarna
Glukosa + Pereaksi Mollish = berwarna cokelat
Glukosa + pereaksi Mollish + H2SO4 = lapisan atas cokelat keruh dan lapisan bawah ungu kecokelatan
Pereaksi molish : dibuat dari α-naftol untuk mengidentifikasi karbohidrat secara umum
Fungsi H2SO4untuk menghidrolisis polisakarida dan menghasilkan fulfural ketika bereaksi dengan monosakarida
Glukosa
C6H12O6H2O
3H2O +HO
CH2
C
H
O
selanjutnya reaksi berlanjut dengan alpha naf tol sebagai berikut:
HO
CH2
C
H
O
+
OH
HO
C
HC
H
O
HO2S
OH
SO2H
O
senyawa kompleks berwarna ungu
Sukrosa, glukosa, dan amilum merupakan karbohidrat karena menunjukkan hasil positif dengan uji molish yang ditunjukkan cengan adannya perubahan warna yakni ungu
Endapan hitam yang terbentuk dari yang terhitam hingga hitam tercerah glukosa > amilum >sukrosa
Hidroksil furfural
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah 5 tetes pereaksi Mollish
Ditambah 7-8 tetes H2SO4 di dasar tabung
2-3 tetes cuplikan sukrosa
2-3 tetes cuplikan glukosa
2-3 tetes cuplikan amilum
Cincin warna merah
Didinginkan selama 2 menit
Diencerkan dengan 5 mL air
Larutan ungu
2. Tes Seliwanoff Reagen Seliwanof = tidak berwarna
Amilum = tidak berwarna +seliwanoff = tidak berwarna Dipanaskan = tidak berwarna
(selama 4 menit 5 detik)
Laktosa = tidak berwarna
+seliwanoff = tidak berwarna Dipanaskan = tidak berwarna
(selama 4 menit 5 detik)
Glukosa = tidak berwarna
+seliwanoff = tidak berwarna Dipanaskan = tidak berwarna
(selama 4 menit 5 detik)
Uji seliwanoff terdiri dari resorsinol dalam HCl 6M digunakan untuk menguji adanya gula ketosa.
HCl berfungsi untuk mengubah hektosa menjadi hidroksi-metil furfural.
C6H12O6 + HClHO
CH2
C
H
O
Selanjutnya bereaksi dengan resorsinol yang menghasilkan warna merah.
HO
CH2
C
H
O
+
OH
O
HO
HOO
CH2OH
Pada amilum, glukosa, dan laktosa tidak terdapat gula ketosa sehingga memberikan hasil negatif terhsdap uji seliwanof .
endapan merah bata Waktu : 11 menit 40 detik Reagen barfoed adalah
pereaksi yang mengandung ion Cu2+
yaitu Cu(CH3COO)2
Tes barfoed digunakan untuk menguji monosakarida
Reaksi barfoed digunakan untuk menguji monosakarida
O
OH
OH
OH
CH2OH
OHH2O
C
OH
OH
OH
CH2OH
O
H
Cu(CH3COO)2
CH3COOH
COO-
OH
OH
OH
OH
CH2OH
+ Cu2O
endapanmerah bata
Pada glukosa merupakan monosakarida karena memberikan hasil positif terhadap uji barfoed yang ditandai dengan adanya endapan merah bata (+) dalam waktu 4menit 26detik
Laktosa merupakan disakarida katena memberikan hasil positif terhadap ujibarfoed yang ditandai dengan adanya endapan merah bata dalam waktu 11 menit 59 detik
Amilum merupakan polisakarida karena memberikan hasil negatif terhadap uji barfoed karena tidak terdapat endapan merah bat
2-5 tetes amilum
2-5 tetes laktosa
2-5 tetes glukosa
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambah 5 mL pereaksi Barfoed
Dipanaskan dalam penangas air
Jika terjadi endapan merah bata selama 2 menit monosakarida
Jika terjadi endapan merah bata selama 10 menit disakarida
Endapan merah bata
4. Tes Tollens Reagen tollens = bening (tidak berwarna)merupakan [Ag(NH3)2}OH digunakan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi adanyapada karbohidrat (gugus aldehid)
Glukosa +reagen tollens = hitam (++)-dipanaskan = terdapat cermin perak (++)
Laktosa +reagen tollens = hitam (++)-dipanaskan terdapat cermin perak (+)
Sukrosa +reagen tollens = hitam kecoklatan -dipanaskan terdapat cermin perak
Amilum +reagen tollens = kekuningan -dipanaskan terdapat cermin perak
Uji tollens digunakan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi pada karbihidrat.
C
OH
CH2OH
OH
OH
O
H2OO
C
OH
CH2OH
OH
OH
O
HAg(NH3)2
OH
CO2-
OH
CH2OH
OH
OH
+ Ag (S)
glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi karena memberikan hasil positif pada uji tollens dengan cincin perak.
Sukrosa dan amilum bukan merupakan gula pereduksi karena memberi hasil negatif pada uji tollens dengan tida terbentuknya cermin perak .
5. Tes Fehling Reagen Fehling A = biru muda
Reagen Fehling B = tidak berwarna
-reagen fehling mengandung Cu2+(tattarat) + 5OH- digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid sebagai gula
Glukosa dan laktosa meeupakan gula pereduksi mengandung gugus
Benedict, Uji Benedict, Hidrolisis Sukrosa dan terakhir Hidrolisis pati, yang masing-masing
akan diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut :
1. Uji Molish
Uji molish bertujuan untuk menguji adanya karbohidrat. Sampel yang digunakan
pada percobaan ini adalah sukrosa 2%, glukosa 2% dan amilum 2%. Adapun pereaksi
yang dijadikan sampel uji adalah pereaksi molish yang berisi α-naftol yang nantinya
akan bereaksi dengan fulfural atau hidroksi metil fulfural dalam identifikasi karbohidrat.
Reaksi yang terjadi yaitu :
Ketiga sampel tersebut ditetesi dengan reagen molish yang kemudian masing-
masing sampel ditambahkan dengan 7 tetes H2SO4 pekat. Penambahan Pereaksi molish
dibuat dari α-naftol untuk mengindentifikasi karbohidrat secara umum.. dan Penambahan
H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis ikatan glikosidik karbohidrat menjadi
monosakarida yang selanjutnya menjadi dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya.
Pada pengujian sampel pertama yaitu sukrosa yang berupa larutan tidak
berwarna. Ketika sukrosa ditambahkan dengan pereaksi molish yang berupa larutan
berwarna coklat terbentuk endapan atau gumpalan hitam yang mengapung diatas larutan.
Setelah ditambahkan dengan 7 tetes larutan H2SO4 pekat terbentuk dua lapisan, lapisan
atas cokelat keruh dan bagian bawah ungu kecokelatan dan ketika larutan diencerkan
dengan 5 mL aquades larutan yang awalnya ungu kecokelatan sedikit memudar menjadi
berwarna ungu muda dengan sedikit endapan ungu kehitaman. Penambahan H2SO4 pekat
dan pengenceran menyebabkan sukrosa terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
adanya warna ungu ini, menunjukkan bahwa sukrosa memberikan uji positif
terhadap pereaksi molish sehingga sukrosa merupakan karbohidrat dengan dua gugus
gula yang terdiri dari glukosa dan fruktosa dan biasanya dikenal dengan disakarida.
Adapun pengujian pada sampel kedua yaitu glukosa yang berupa larutan tidak
berwarna. Ketika ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi molish menghasilkan endapan
atau gumpalan berwarna ungu kehitaman yang mengapung di dasar larutan dan ketika
ditambahkan dengan 7 tetes larutan H2SO4 terbentuk dua lapisan, lapisan atas cokelat
keruh dan bagian bawah ungu kecokelatan (+) dan ketika larutan diencerkan dengan 5
mL aquades larutan yang awalnya ungu kecokelatan sedikit memudar menjadi berwarna
ungu muda dengan sedikit endapan ungu. Warna ungu kehitaman menujukkan bahwa
glukosa merupakan karbohidrat. Uji ini menunjukkan hasil positif bahwa glukosa
merupakan jenis karbohidrat dengan satu gugus gula atau yang disebut dengan
monosakarida
Sedangkan pengujian pada sampel ketiga yaitu amilum yang berupa larutan tidak
berwarna ketika ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi molish menghasilkan endapan atau
gumpalan berwarna ungu kehitaman yang mengapung di dasar larutan dan ketika
ditambahkan dengan 7 tetes larutan H2SO4 pekat terbentuk dua lapisan, lapisan atas
cokelat keruh dan bagian bawah ungu kecokelatan dan ketika larutan diencerkan dengan
5 mL aquades larutan yang awalnya ungu kecokelatan sedikit memudar menjadi
berwarna ungu muda dengan sedikit endapan ungu kehitaman. Warna ungu kehitaman
menujukkan bahwa amilum merupakan karbohidrat. Adanya penambahan H2SO4 pekat
dan pengenceran menyebabkan amilum terhidrolisis menjadi glukosa.
Hasil uji ini menunjukkan bahwa amilum merupaka karbohidrat dengan banyak gugus
gula sehingga disebut dengan polisakarida.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sukrosa, glukosa dan amilum memberikan uji
positif terhadap pereaksi molish yang menunjukkan bahwa ketiga sampel larutan tersebut
termasuk jenis karbohidrat yang ditandai dengan adanya warna ungu.
2. Uji Seliwanof
Uji Seliwanof bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus keton pada
sakarida, Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah amilum 2%, laktosa 2% dan
glukosa 2%. Adapun pereaksi yang dijadikan sampel uji adalah pereaksi seliwanof yang
mengandung resorsinol dalam HCl 6M. Fungsi HCl adalah untuk mengubah hekso asam
menjadi hidoksi metil fulfural, seperti ditunjukkan pada reaksi kondensasi furfural
berikut :
pada reaksi kondensasi furfulal dengan resorsinol ini akan menghasilkan warna kuning
yang menunjukkan adanya gugus keton (gula ketosa).
Pada uji ini, dari ketiga sampel yang digunakan yakni amilum, laktosa dan
glukosa yang ketiganya berupa larutan tidak berwarna, ketika ditambahkan dengan 5
tetes pereaksi seliwanof larutan tidak berwarna menghasilkan larutan yang tidak
berwarna dan setelah dipanaskan selama lebih dari 4 menit larutan tetap tidak berwarna.
Hal ini menunjukkan bahwa amilum, laktosa dan glukosa tidak terjadi reaksi kondensasi
dengan resorsinol yang dikarenakan ketiga sampel tersebut tidak mengandung gugus
keton (gula ketosa), sehingga tidak mengalami perubahan warna. Oleh karena itu, larutan
sampel amilum, laktosa dan glukosa menunjukkan uji negatif terhadap pereaksi
seliwanof.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa amilum, laktosa dan glukosa bukan
merupakan gula ketosa sehingga memberikan uji negatif terhadap pereaksi Seliwanoff.
3. Uji Barfoed
Uji Barfoed bertujuan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida,
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah amilum 2%, laktosa 2% dan glukosa
2%. Adapun pereaksi yang dijadikan sampel uji adalah pereaksi barfoed yang
mengandung ion Cu2+ yaitu Cu(CH3COO)2, dimana ion Cu2+ direduksi oleh gugus
aldehid pada karbohidrat menjadi Cu+ dalam bentuk endapan merah bata Cu2O. Reaksi
yang terjadi yaitu :
Pada pengujian sampel pertama yaitu amilum yang berupa larutan tidak berwarna. Ketika
sampel amilum ditambahkan dengan pereaksi barfoed yang berupa larutan berwarna biru
(+) menghasilkan larutan berwarna biru (+) dan ketika dipanaskan pada tidak
membentuk endapan merah bata Cu2O. Hal ini menunjukkan bahwa amilum bukan
merupakan monosakarida maupun disakarida melainkan polisakarida.
Adapun pada pengujian sampel kedua yaitu glukosa yang berupa larutan tidak
berwarna. Ketika sampel glukosa ditambahkan dengan pereaksi barfoed menghasilkan
larutan berwarna biru (+) dan ketika dipanaskan selama 4 menit 26 detik terbentuk
endapan merah bata (+) Cu2O pada dasar tabung . Hal ini menunjukkan bahwa glukosa
merupakan monosakarida. Larutan Barfoed hanya dapat direduksi oleh
monosakarida.Pereduksi ini disebabkan sakarida mempunyai gugus aldehid, yang
mempunyai sifat mereduksi.Sifat ini dapat diketahui dengan menambahkan ion kupri
dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya terbentuk endapan Cu2O
yang berwarna merah bata.
Sedangkan pada pengujian sampel ketiga yaitu laktosa yang berupa larutan tidak
berwarna. Ketika sampel laktosa ditambahkan dengan pereaksi barfoed menghasilkan
larutan berwarna biru (+) dan ketika dipanaskan selama lebih dari 11 menit 40 detik
terbentuk endapan merah bata Cu2O. Hal ini menunjukkan bahwa laktosa merupakan
disakarida.
4. Uji Tollens
Uji tollens bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid pada
karbohidrat. Langkah awal yang dilakukan pada uji ini adalah dengan membuat reagen
tollens dengan mencampurkan 1mL AgNO3 yang berupa larutan tidak berwarna dengan
1mL NaOH (5%) yang berupa larutan tidak berwarna sampai menghasilkan endapan
abu-abu kecoklatan. Lalu menambahkan NH4OH hingga endapan tepat larut. NH4OH
disini berfungsi untuk melarutkan endapan Ag2O. Dengan reaksi sebagai berikut :
2AgNO3 + 2NaOH Ag2O + 2NaNO3 + H2O
Abu-abu
Ag2O + 4NH4OH 2Ag[(NH3)2]OH + 3H2O
Reagen tollens
Kemudian menyiapkan sampel yang digunakan yakni sukrosa 2%, amilum 2%, laktosa
2% dan glukosa 2%.
Pada pengujian sampel pertama yaitu sukrosa yang berupa larutan tidak
berwarna. Ketika sampel sukrosa ditambahkan dengan reagen tollens dan dipanaskan
tidak membentuk endapan cermin perak dan larutan berwarna hiam kecokelatan. Hal ini,
sukrosa tidak dapat mereduksi reagen tollens karena sukrosa tidak memiliki gugus
aldehid dengan karbon anomer.
Pada pengujian sampel kedua yaitu amilum yang berupa larutan tidak berwarna,
ketika ditambahkan dengan reagen tollens dan dipanaskan tidak membentuk endapan
cermin perak dan larutan berwarna kekuningan. Hal ini dikarenakan, amilum tidak
mengandung gugus pereduksi (aldehid) dan tidak memiki hemiasetal pada salah satu
ujung dari molekulnya, tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak
mengarah ke reaksi yang diamati. Akibatnya, amilum tidak dapat mereduksi pereaksi
tollens untuk membentuk cermin perak dan pula amilum dikatakan bukan gula pereduksi.
Pada pengujian sampel selanjutnya yaitu laktosa dan glukosa yang berupa larutan
tidak berwarna, ketika ditambahkan dengan reagen tollens dan dipanaskan membentuk
endapan cermin perak begitu juga dengan sampel glukosa membentuk cermin perak
ketika ditambahkan denga reagen tollens dan dipanaskan. Hal ini dikarenakan laktosa
dan glukosa memiliki atom C yang merupakan bagian dari gugus hemiasetal. Akibatnya,
laktosa dan glukosa berada dalam kesetimbangan pada larutan dengan aldehid rantai
terbuka, sehingga laktosa dan glukosa dapat mereduksi pereaksi tollens membentuk
cermin perak.
Gugus aldehid pada karbohidrat dioksidasi menjadi anion karboksilat, sedangkan
ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Reaksinya yaitu:
Sehingga dapat disimpulkan bahwa laktosa tidak dapat mereduksi reagen tollens
karena, sukrosa bukan merupakan gula pereduksi dan sukrosa tidak memiliki gugus
aldehid dengan karbon anomer. Begitu juga dengan amilum yang bukan merupakan
mengandung gugus pereduksi (aldehid) dan juga tidak memiki hemiasetal pada salah
satu ujung dari molekulnya, tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dan
tidak mengarah ke reaksi yang diamati, sehingga amilum tidak dapat mereduksi reagen
tollens dan tidak dapat membentuk endapan cermin perak. Sedangkan,
laktosa dan glukosa dapat mereduksi reagen tollens sehingga dapat membentuk
cermin perak. Hal ini dikarenakan laktosa dan glukosa memiliki atom C yang merupakan
bagian dari gugus hemiasetal.
5. Uji Fehling
Uji fehling bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehide sebagai gula
pereduksi pada karbohidrat. Langkah awal yang dilakukan pada uji ini adalah dengan
membuat pereaksi fehling dengan mencampurkan 1mL lrutan fehilng A yang berupa
larutan CuSO4 berwarna biru dengan 1mL larutan fehling B yang merupakan campuran
Ag(NH3)2+
+ Ag↓H2O
dari larutan NaOH dengan kalium natrium tartrat yang tidak berwarna, sehingga
menghasilkan larutan fehling yang berwarna biru tua. Dalam Reagen Fehling, ion Cu2+
terdapat sebagai ion kompleks. Reagen Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Reaksi yang terjadi pada uji Fehling adalah reaksi oksidasi gugus aldehid pada
karbohidrat dan reduksi pada ion Cu2+ menjadi ion Cu+ yang berbentuk endapan merah
bata Cu2O.
Kemudian menyiapkan sampel yang digunakan yakni 2% amilum, 2% laktosa, 2%
sukrosa dan 2% glukosa.
Pada pengujian sampel pertama yaitu sampel amilum yang berupa larutan tidak
berwarna, ketika ditambahkan dengan pereaksi fehling berwarna biru (+) dan
dipanaskan menghasilkan larutan berwarna biru (++) dan tidak terbentuk endapan
merah bata, yang mana proses pemanasan tersebut bertujuan untuk mempercepat reaksi
reduksi glukosa, sukrosa, laktosa dan amilum dengan reagen fehling. Hal ini
dikarenakan, sampel amilum bukan merupakan gula pereduksi yang tidak memiliki
gugus aldehid dan keton bebas, sehinggaamilum tidak dapat mereduksi ion Cu2+ pada
reagen Fehling menjadi ion Cu+, maka pada sampel amilum ini tidak terbentuk endapan
merah bata dan larutan tetap berwarna biru.
Pada pengujian sampel glukosa dan laktosa yang masing-masing sampel berupa
larutan yang tidak berwana, ketika ditambahkan pereaksi fehling dan dipanaskan, kedua
sampel menghasilkan endapan merah bata dimana pada glukosa adalah endapan merah
bata (++++) sedangkan pada laktosa adalah endapan merah bata (+++). Endapan merah
bata ini terbentuk karena ion Cu2+ pada reagen Fehling direduksi oleh gugus aldehid pada
glukosa dan laktosa sehingga membentuk endapan Cu2O.
glukosa mempunyai gugus karbon anomerik yang merupakan bagian dari suatu
gugus hemiasetal. Laktosa dan glukosa berada dalam kesetimbangan dengan bentuk
aldehid rantai terbuka, sehingga dapat mereduksilarutan Fehling menjadi merah bata.
Laktosa juga mengandung gugus gula pereduksi, dikarenakan apabila laktosa dihidrolisis
akan menjadi galaktosa dan glukosa. Adanya glukosa dan galaktosa inilah yang
mengandung gugus aldehid sehingga mampu mereduksi fehling, sehingga terbentuk
endapan. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa mengandung gula pereduksi yaitu gugus
aldehid.
Pada pengujian sampel pertama yaitu sampel sukrosa yang berupa larutan tidak
berwarna, ketika ditambahkan dengan pereaksi fehling berwarna biru (+) dan
dipanaskan menghasilkan larutan berwarna biru (+++) dan tidak terbentuk endapan
merah bat,. Hal ini dikarenakan, sampel sukrosa bukan merupakan gula pereduksi yang
tidak memiliki gugus aldehid dan keton bebas, sehinggaamilum tidak dapat mereduksi
ion Cu2+ pada reagen Fehling menjadi ion Cu+, maka pada sampel amilum ini tidak
terbentuk endapan merah bata dan larutan tetap berwarna biru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Glukosa dan laktosa merupakan jenis
karbohidrat yang mengandung gula pereduksi (mengandung gugus aldehid), Karena
memberikan hasil positif pada uji Fehling. Sedangkan Amilum dan sukrosa bukan
merupakan gula pereduksi. Karena memberikan hasil negatif pada uji Fehling.
6. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk menguji adanya gula pereduksi. Sampel yang digunakan pada uji ini adalah amilum 2%, laktosa 2%, sukrosa 2% dan glukosa 2%. Adapun pereaksi yang digunakan pada uji ini adalah pereaksi benedict yang mengandung CuSO4 dan berfungsi menyediakan Cu2+, Na-sitrat yang berfungsi mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3, dan Na2CO3berfungsi sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi bentuk enol yang reaktif.Berikut merupakan reaksi ion Cu2+ dengan gugus aldehid yang menghasilkan endapan merah bata.
Pada pengujian sampel pertama yakni amilum yang berupa larutan tak berwarna,
ketika ditambahkan dengan reagen Benedict menghasilkan larutan yang berwarna biru
muda. Dan ketika dipanaskan, pada sampel ini tidak terbentuk endapan merah bata
melainkan larutan tetap berwarna biru. Hal ini dikarenakan amilum memiliki bentuk
hemiasetal dengan karbon anomerik pada salah satu ujung dari tiap molekulnya, akan
tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak mengarah pada reaksi
yang diamati. Akibatnya amilum (polisakarida) tidak dapat mereduksi larutan Benedict
dan tergolong bukan gula pereduksi.
Adapun pada pengujian sampel glukosa dan laktosa yang berupa larutan tak
berwarna, ketika ditambahkan dengan pereaksi benedict menghasilkan larutan berwarna
biru dan setelah dipanaskan, kedua sampel tersebut membentuk endapan merah bata,
dimana pada glukosa adalah endapan merah bata (+) sedangkan pada laktosa adalah
endapan merah bata. Endapan merah bata tersebut terbentuk disebabkan glukosa dan
laktosa mampu mereduksi reagen benedict yang memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi
ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O).
Glukosa dan laktosa mampu mereduksi reagen benedict dikarenakan mempunyai gugus
karbon anomerik yang merupakan bagian dari suatu gugus hemiasetal. Laktosa dan
glukosa berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka, sehingga
dapat mereduksi reagen benedict menjadi merah bata.
Reaksi:Glukosa + reagen Benedict——→ enol reaktif
↓mereduksi
Cu2+ ——→ Cu+
Cu+ + OH → CuOH (kuning) Cu2O (merah)
Sedangkan pada pengujian sampel sukrosa yang berupa larutan tak berwarna,
ketika ditambahkan dengan reagen Benedict menghasilkan larutan yang berwarna biru
muda. Dan ketika dipanaskan, pada sampel ini tidak terbentuk endapan merah bata
melainkan larutan tetap berwarna biru. Hal ini dikarenakan sukrosa memiliki bentuk
hemiasetal dengan karbon anomerik pada salah satu ujung dari tiap molekulnya, akan
tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak mengarah pada reaksi
yang diamati. Akibatnya sukrosa tidak dapat mereduksi larutan Benedict dan tergolong
bukan gula pereduksi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Glukosa dan laktosa merupakan jenis
karbohidrat yang mengandung gula pereduksi karena memberi hasil positif pada uji
Benedict yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Sedangkan Amilum
Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena memberikan hasil negatif pada uji
Benedict.
7. Hidrolisis Sukrosa
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa. Langkah percobaan yang dilakukan yaitu dengan mengambil 0,5 ml sukrosa yang berupa larutan tidak berwarna dilarutkan dalam 6 ml air sehingga menghasilkan larutan jernih tidak berwarna. Selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi, yaitu tabung I tabung II, dan tabung III. Lalu hasil larutan dari ketiga tabung tersebut, masing-masing dibagi dalam 2 tabung yaitu tabung A dan tabung B. Pada tabung A diuji dengan Bennedict sedangkan pada tabung B diuji dengan seliwanoff. Uji Benedict berfungsi untuk mengetahui salah satu sifat glukosa yaitu sebagai gula pereduksi. Sedangkan Uji Seliwanoff berfungsi untuk mengetahui fruktosa yang mempunyai gugus fungsi keton, pereaksi ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa.
Hidrolisis sukrosa pada tabung I dilakukan dengan penambahan larutan HCl 3M yang menghasilkan larutan jernih tidak berwarna, kemudian dipanaskan dan ketika ditambahkan dengan larutan NaOH tidak mengalami perubahan. Penambahan HCl bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan penambahan NaOH bertujuan untuk mempercepat laju mutarotasi. Adapun pada tabung II hidrolisis sukrosa dilakukan hanya dengan penambahan air dan pemanasan yang menghasilkan larutan jernih tidak berwarna. Sementara pada tabung III hidrolisis
sukrosa hanya dilakukan dengan penambahan air yang menghasilkan larutan jernih tidak berwarna.
Hasil dari hidrolisis ketiga tabung tersebut, kemudian diuji dengan pereaksi benedict dan pereaksi seliwanof. Pada pengujian dengan benedict, tabung IA, dan IIA menghasilkan larutan berwarna biru jernih dan terbentuk endapan merah bata ketika dipanaskan. Hal ini menunjukkan bahwa, sukrosa pada tabunng I, dan II ini terhidrolisis dengan bantuan HCl membentuk glukosa dan fruktosa, sehingga apabila di reaksikan dengan reagen benedict akan menghasilkan endapan merah bata.untuk tabung I terhidrolisis sempurna dan tabung II terhidrolisis sebagian. Pada tabung III tidak terbentuk endapan merah bata ketika dipanaskan. Hal ini menunjukkan bahwa, sukrosa pada tabunng III ini tidak terhidrolisis dengan bantuan HCl membentuk glukosa dan fruktosa. Sehingga apabila di reaksikan dengan reagen benedict akan menghasilkan endapan merah bata. Dengan reaksi:
Endapan ini dapat terbentuk karena adanya glukosa inilah yang mengandung
gugus aldehid sehingga dapat mereduksi reagen bennedict membentuk endapan Cu2O
yang berwarna merah bata.
Pada uji seliwanof pada tabung IB dan IIB setelah proses pemanasan larutan
berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa terjadi reaksi kondensasi dengan
resorsinol yang dikarenakan sampel tersebut mengandung gugus keton (gula ketosa),
sehingga mengalami perubahan warna menjadi warna kuning. Oleh karena itu, larutan
sampel sukrosa pada tabung IB dan IIB menunjukkan uji positif terhadap pereaksi
seliwanof. Sedangkan pada tabung IIIB setelah proses pemanasan larutan tidak berubah
warna yaitu tetap tidak berwarna menunjukkan bahwa sukrosa tidak terjadi reaksi
kondensasi dengan resorsinol yang dikarenakan sampel tersebut tidak mengandung
gugus keton (gula ketosa). Jika ketiga tabung dibandingkan, maka tabung I akan
menunjukkan warna kuning yang jelas dari pada tabung II dan III. Hal ini karena sukrosa
pada tabung I terhidrolisis sempurna, sukrosa pada tabung II terhidrolisis sebagian dan
sukrosa pada tabung III tidak terhirdolisis.
8. Hidrolisis Pati
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hasil hidrolisis pati. Pati merupakan polimer dari glukosa sehingga jika pati dihidrolisis sempurna akan menghasilkan glukosa. Hidrolisis parsial pada pati akan menghasilkan maltosa. Persamaan reaksinya:
Untuk mengamati berlangsungnya reaksi hidrolisis dapat dilakukan dengan tes iodine.
Campuran pati dan iodine memberikan warna biru tua. Hal ini dikarenakan terbentuknya
kompleks iodine-pati. Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak
diketahui, namun ada pemikiran bahwa molekul-molekul iodine tertahan dipermukaan β-
amilosa.
Langkah percobaan yang dilakukan yaitu 2 ml larutan pati sebanyak 3 kali
kemudian dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda Pada Tabung I, 2mL
larutan pati ditambah 2mL larutan HCl 3M larutan tidak berwarna dan dipanaskan dalam
penangas menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Selanjutnya didinginkan pada suhu
kamar. Setelah dingin, ditambah 3ml larutan NaOH 3M dan larutan tidak mengalami
perubahan. Penambahan HCl bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa. Sedangkan penambahan NaOH bertujuan untuk mempercepat laju
mutarotasi. Proses ini merupakan proses hidrolisis pati, dimana pati akan terhidrolisis
menjadi glukosa. Kemudian hasil hidrolisis ini dilakukan uji iodin dan benedict. Pada uji
iodin, menghasilkan larutan yang kuning kecokelatan sedangkan pada uji benedict
menghasilkan larutan yang berwarna biru (++) terdapat endapan. Hal ini menunjukkan
bahwa tabung I pati terhidrolisis sempurna sehingga menghasilkan banyak glukosa yang
dapat diidentifikasi dari warna larutan setelah penambahan reagen Benedict.
Pada Tabung II, 2ml larutan pati ditambah 2ml air, kemudian dipanaskan dalam
penangas, setelah didinginkan pada suhu kamar dan ditambahkan 3ml air menghasilkan
larutan yang tidak berwarna.Selanjutnya hasil hidrolisis ini dilakukan uji iodin dan uji
benedict. Pada uji iodin, menghasilkan larutan yang berwarna biru kehitaman sedangkan
pada uji benedict menghasilkan larutan yang berwarna biru (+) terdapat endapan. Hal ini
menunjukkan bahwa tabung II pati terhidrolisis.
Pada Tabung III, 2ml larutan pati ditambah 2ml air dan didiamkan pada suhu
kamar, kemudian ditambah 3ml air menghasilkan larutan yang tidak berwarna.
Selanjutnya hidrolisis ini dilakukan uji iodin dan benedict. Pada uji iodin menghasilkan
larutan yang berwarna biru kehitaman (+), sedangkan pada uji benedict menghasilkan
larutan yang berwarna biru.warna biru tersebut terjadi karena telah terbentuk kompleks
iodin-pati. Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui, namun
molekul-molekul iodin akan tertahan di permukaan ß-amilosa. Pada percobaan ini pati
tidak terhidrolisis sehingga pada saat penambahan benedict tidak terbentuk endapan
merah bata.
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Uji Molish
Larutan sampel sukrosa, glukosa dan amilum memberikan uji positif terhadap
pereaksi molish yang menunjukkan bahwa ketiga sampel larutan tersebut termasuk
jenis karbohidrat yang ditandai dengan adanya warna ungu.
2. Uji Seliwanof
Larutan sampel amilum, laktosa dan glukosa memberikan uji negatif terhadap
pereaksi seliwanof yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna larutan dan
ketiga sampel tersebut bukan merupakan gula ketosa.
3. Uji Barfoed
Glukosa merupakan jenis monosakarida, karena glukosa memberikan tes positif
terhadap uji Barfoed yang ditandai dengan adanya endapan merah bata dalam
waktu pemanasan selama 4 menit 26 detik.
Laktosa merupakan disakarida, karena laktosa memberikan hasil positif terhadap
uji Barfoed yang ditandai dengan adanya endapan merah bata dalam waktu
pemanasan 11 menit 40 detik.
Amilum merupakan polisakarida, karena amilum memberikan hasil positif
terhadap uji Barfoed tidak terbentuk endapan merah bata .
4. Uji Tollens
Glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi ( mengandung gugus aldehid) yang
ditunjukkan dengan terbentuknya cermin perak (Ag) setelah direaksikan dengan
reagen tollens.
Amilum dan sukrosa bukan merupakan gula pereduksi., karena memberikan hasil
negatif pada uji Tollens.
5. Uji Fehling
Glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi (mengandung gugus aldehid)
yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata setelah ditetesi dengan
reagen fehling.
Sukrosa bukanlah gula pereduksi walaupun menunjukkan hasil positif terhadap
uji ini.
Amilum dan Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi. Karena memberikan
hasil negatif pada uji Fehling.
6. Uji Benedict
Glukosa dan laktosa merupakan karbohidrat yang mengandung gula pereduksi
yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata setelah ditetesi dengan
reagen benedict.
Amilum dan Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena memberikan
hasil negatif pada uji Benedict.
7. Hidrolisis Sukrosa
Hidrolisis sukrosa bernilai positif pada uji benedict pada tabung I A
menghasilkan larutan berwarna biru jernih (++) dan terbentuk endapan merah bata
dan pada uji seliwanof menhasilkan warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa
sukrosa terhirolisis sempurna menjadi glukosa.
Hidrolisis sukrosa bernilai positif pada uji benedict pada tabung II A
menghasilkan larutan berwarna biru jernih (+) dan terbentuk endapan merah bata
dan pada uji seliwanof menhasilkan warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa
sukrosa terhirolisis sebagian menjadi glukosa.
Hidrolisis sukrosa bernilai negatif pada uji benedict pada tabung III A
menghasilkan larutan berwarna biru jernih dan tidak terbentuk endapan merah
bata dan pada uji seliwanof menghasilkan larutan tidak berwarna. Hal ini
menunjukkan bahwa sukrosa tidak terhirolisis menjadi glukosa.
Hidrolisis sukrosa dapat terjadi secara sempurna maupun parsial. Hidrolisis
sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat diidentifikasi dengan
reagen Benedict dan Seliwanoff.
8. Hidrolisis Pati
Hidrolisis pati dapat terjadi secara sempurna maupun parsial. Hidrolisis pati
menghasilkan glukosa yang dapat diidentifikasi dengan reagen Benedict. Pada uji
iodin, tabung I dan tabung II menghasilkan larutan yang berwarna biru kehitaman
sedangkan pada uji benedict, tabung I menghasilkan larutan yang berwarna biru (++)
terdapat endapan dan tabung II menghasilkan larutan yang berwarna biru (+) terdapat
endapan. Hal ini menunjukkan bahwa tabung I pati terhidrolisis sempurna dan tabung
II terhidrolisis sebagian.
Pada uji iodin, tabung III menghasilkan larutan yang berwarna biru kehitaman
sedangkan pada uji benedict, tabung I menghasilkan larutan yang berwarna biru tidak
terdapat endapan. Hal ini menunjukkan bahwa tabung III pati tidak terhidrolisis.
1. Tuliskan senyawa penyusun reagen-reagen yang di gunakan dalam uji pengenalan
karbohidrat!
Jawaban :
1. Reagen Molisch
Terdiri atas Alfa-naftol berfungsi sebagai indicator warna untuk memudahkan saja,
sedangkan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa) hidroksimetil
fufural atau arabinosa (pentosa) furufural. Reaksi Molisch ini positif untuk semua
karbohidrat.
Rumus ᾳ-naftol
2. Reagen Selliwanof
Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus keton
pada suatu sakarida. Reagen selliwanof terdiri atas 0,5% resorsinol dan 5 N HCl .
Rumus Resorsinol
3. Reagen Barfoed
Terdiri atas senyawa tembaga asetat. Reagen Barfoed merupakan asam lemah dan
hanya direduksi oleh monosakarida.
4. Reagen Benedict
Terdiri atas :
a CuSO4 : menyediakan Cu2+
b Na-sitrat : mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3
c Na2CO3 : sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi
bentuk enol yang reaktif.
5. Reagen Tollens
Terdiri atas 1 ml AgNO3 1% , 1 ml NaOH 2 M, dan NH4OH encer
6. Reagen Fehling
Terdiri atas fehling A dan Fehling B
2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang di uji!
Jawaban :
1. Percobaan Molisch
Prinsip : kondensasi dari hidroksi metal furfural (heksosa) atau furfural (pentosa)
dengan alfa-naftol membentuk suatu cincin berwarna ungu.
2. Percobaan Seliwanof
Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus keton
pada suatu sakarida. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah. HCl akan
mengubah heksosa menjadi hidroksi metal furfural yang kemudian akan bereaksi
dengan resorsinol membentuk kompleks yang berwarna merah.
3. Percobaan Barfoed
Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol
kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+.
Pemanasan yang lama akan menghidrolisa disakarida menghasilkan reaksi positif.
4. Percobaan Benedict
Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya endapan merah bata, maka
cuplikan mengandung gula pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
5. Percobaan Tollens
Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya cermin perak (Ag) dan
mengoksidasi gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Akan tetapi, pada fruktosa
yang mengandung gugus ketosa dapat teroksidasi karena dalam larutan basa fruktosa
berada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diasteromik serta penggunaan
suatu zat antara tautomerik enadiol.
6. Percobaan Fehling
Prinsip reaksi ini didasarkan pada ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi gugus
aldehid, tetapi tidak dapat mereduksi gugus keton.
3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2% selebihnya merupakan siklik.
Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi Tollens dan Fehling!
Jawaban :
Glukosa dapat teroksidasi dengan pereaksi Tollens yaitu membentuk cermin perak
dan dengan Fehling membentuk endapan merah bata karena glukosa terhidrolisis dengan
adanya pemanasan sahingga rantai siklik dari glukosa (struktur Haworth) yang tidak
mengandung gugus aldosa terurai (desiklikisasi) menjadi struktur Fischer (rantai terbuka)
yang mengandung gugus aldosa. Olehkarena itu, glukosa menghasilkan uji positif
terhadap reagen Tollens dan Fehling.
4. Jelaskan beberapa fakta berikut :
a Sukrosa bersifat bukan pereduksi dengan tes Benedict, sedangkan pada kondisi
tersebut laktosa menunjukkan sebagai gula pereduksi.
Jawaban :
Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict , maka sukrosa tidak
mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu2+ jika struktur Haworth terurai
(membentuk rantai terbuka), Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi
Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat
melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid
bebas dan alpha hidroksi keton. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan
fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada
setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat
bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat
mereduksi pereaksi benedict. Sehingga sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.
b Monosakarida bereaksi dengan pereaksi Barfoed lebih cepat dibandingkan dengan
disakarida pereduksi.
Jawaban :
Hal ini terjadi karena sukrosa (disakarida) mempunyai sifat yang lemah dalam
mereduksi ion-ion Cu2+ dalam larutan tembaga (II) asetat, sehingga dalam uji
barfoed sukrosa (disakarida) mengalami perubahan yang lambat dibandingkan
glukosa (monosakarida).
LAMPIRAN
1. Tes Molish
2. Tes Seliwanoff
3. Tes Barfoed
AmilumLaktosa Glukosa
4. Tes Tollens
5. Tes FehlingPembuatan Reagen Fehling
Pengujian dengan reagen Fehling
Laktosa Amilum GlukosaSukrosa
Laktosa Glukosa Amilum
Glukosa terbentuk endapan merah bata selama 2 menit
Laktosa terbentuk endapan merah bata selama 10 menit
Amilum tidak terbentuk endapan
6. Tes Benedict
7. Hidrolisis Sukrosa
Laktosa dan Glukosa mengandung gula pereduksi karena terdapat endapan merah bata pada larutan. Sedangkan sukrosa dan amilum tidak mengandung gula
pereduksi.
Laktosa dan Glukosa mengandung gula pereduksi karena terdapat endapan merah bata pada larutan. Sedangkan sukrosa dan amilum tidak mengandung gula pereduksi karena larutannya berwarna biru muda.
8. Hidrolisis Pati
Hidrolisis pati dengan uji iodin Hidrolisis pati dengan uji benedict