BAB 1PEBDAHULUAN1.1 Latar BelakangTanah merupakan dasar dari
suatu struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi bangunan
gedung, konstruksi jalan, maupun konstruksi yang lainnya. Dalam
pengertian teknik, tanah adalah akumulasi partikel mineral yang
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain yang terbentuk
karena pelapukan dari batuan.Sifat-sifat tanah yang kurang baik,
tidak menguntungkan bagi berdirinya suatu struktur. Sifat-sifat
tersebut antara lain plastisitas yang tinggi, kekuatan geser yang
rendah, kemampuan atau perubahan volume yang besar potensi kembang
susut yang besar, yang terdapat pada tanah berbutir halus seperti
lempung.Mengingat sifat tanah lempung sangat dipengaruhi
lingkungan, untuk dapat berfungsi sebagai perletakan bangunan yang
aman, juga jalan maka secara keseluruhan perlu dilakukan
stabilisasi tanahnya.1.2 Tujuan UmumAdapun tujuan yang harus
dilakukan dalam pengujian tanah lapangan adalah :1. Melakukan
pengujian kepadatan tanah dengan metode Sand Cone2. Melakukan
pengujian dengan alat DCP3. Melakukan pengujian dengan alat
sondir4. Melakukan pengujian dan pengambilan sampel tanah dengan
alat Hand Bor1.3 Waktu dan TempatTempat yang digunakan untuk
praktikum pengujian tanah lapangan berlokasi di Politeknik Negeri
Pontianak dengan waktu dari jam 07.00-12.00 WIB selama 3 hari.
BAB 2DASAR TEORI2.1 Tanah2.1.1 Pembentukan TanahTanah berasal
dari pelapukan batuan dengan organisme, membentuk tubuh unik yang
menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai
pedegenesis . Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh
alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon
tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses
fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah
tersebut.Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss
yang bekerja di Amerika Serikat menyebutkan bahwa tanah terbentuk
dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat
dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief
permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu.
Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai
jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.2.1.2
KarakteristikTubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan
mineral. Tanah nonorganik atau tanah mineral terbentuk dari batuan
sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik
(organosol/humosol).Tanah organik berwarna hitam dan merupakan
pembentukan utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara.
Tanah organik cenderung memiliki kesamaan tinggi karena mengandung
beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai
bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan
mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan
makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat
fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukuc air namun
karena memiliki keasamam cukup air namun kerena memiliki keasaman
tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas
dan di bawah capaian optimum.Tanah nonorganik didominasi oleh
mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur
tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk
tanah : pasir, lanau dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh
pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan
komposisi pasir, lanau dan lempung yang seimbang dikenal sebagai
geluh (loam).Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah
diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam
kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain
itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna
yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau
pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali
menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena
pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna
gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang dan
nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan
kandungan besi teroksidasi yang tinggi: warna yang berbeda terjadi
karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana
aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan
warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada
pola warna yang bertotol-totol atau warna yang
terkonsentrasi.Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah
yang terbentuk dari komposisi antaran agregat (butir) tanah dan
ruang antar agregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fasa padatan,
fasa cair dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antar
agregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor
penyusun ini. Ruang antar agregat disebut sebagai porus (jamak
pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran
besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori)
terisi air. Tanah yang gembur(sarang) memiliki agregat yang cukup
besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi
semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan
makropori.
BAB 3PEMBAHASAN 3.1 PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN KERUCUT
PASIR (SAND CONE) Tujuan Setelah mengikuti materi ini mahasiswa
diharapkan dapat : 1. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan
metoda Sand Cone dengan baik dan benar 2. Menentukan nilai
kepadatan lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan.
Dasar Teori Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai
kepadatan tanah di lapangan dari lapisan yang telah dipadatkan
dengan mengetahui berat volume kering secara langsung dari lapisan
tanah yang diuji. Sementara nilai derajat kepadatan lapangan adalah
dengan membuat perbandingan berat volume kering di lapangan
terhadap berat volume kering maksimum hasil pengujian pemadatan di
laboratorium.
Peralatan dan Bahan Botol pasir kapasitas + 4,5 kg Corong pasir
dengan diameter 16,5 cm Plat dasar untuk corong pasir dengan ukuran
30,48 x 30,48 cm dengan lubang di tengah berdiameter 16,5 cm
Timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 1,0 gram Timbangan kapasitas
500 gram ketelitian 0,1 gram Mistar perata (Straight Edge) Alat
bantu lain seperti ; centong, talam/kaleng, paku, cawan buat
pemeriksaan kadar air, kantong plastik, pahat, dan lain-lain. Pasir
ottawa/kwarsa yang bersih dan kering lolos saringan no.10 (2mm) dan
tertahan saringan no. 200 (0,075 mm).
Keterangan :
1. Botol Pasir 6. Plat Berlubang
2. Pasir Ottawa/Kwarsa 7. Pahat
3. Keran Corong 8. Sendok
4. Kaleng/Talam Kosong 9. Palu Karet
5. Corong Sand Cone 10. Cawan
Langkah Kerja Pemeriksaan Berat Isi Pasir (p) 1. Timbang berat
botol dan corong (W1) 2. Isi botol dengan pasir secara
perlahan-lahan sampai penuh (W3) 3. Kosongkan botol, kemudian isi
dengan air sampai penuh (W2) 4. Volume botol (V) adalah (Berat
botol + corong + air) dikurangi dengan (Berat botol + corong) ; V =
W2-W1 5. Berat Isi pasir adalah (Berat botol + corong + pasir)
dikurangi (Berat Botol + corong), kemudian dibagi dengan Volume
botol ; p =
Pemeriksaan Berat Pasir dalam Corong1. Masukkan pasir ke dalam
botol dan corong sampai kurang lebih 2/3 tinggi botol dan kunci
keran corong, Timbang berat botol + corong + pasir (W4) 2. Balikkan
posisi botol sehingga corong berada di bawah, dan letakkan di atas
sebuah plat yang rata, kemudian buka keran corong hingga pasir
turun mengisi corong.3. Setelah pasir berhenti turun, kunci kembali
keran corong, kemudian timbang berat botol + corong + sisa pasir
(W5)4. Berat pasir dalam corong (W6) adalah (berat botol + corong +
pasir) dikurangi dengan (berat botol + corong + sisa pasir) ; W6 =
W4 W5Pemeriksaan Berat Isi Kering Tanah (d) 1. Timbang berat talam
kosong (W7) 2. Isi botol dan corong dengan pasir secukupnya (kurang
lebih tinggi botol) dan timbang beratnya (W10) 3. Ratakan permukaan
tanah yang akan diuji, letakkan plat berlubang dan jepit atau paku
keempat ujung plat supaya plat tidak bergeser. 4. Buat lubang pada
tanah dengan ukuran diameter lubang sama dengan diameter lubang
pada plat, dan dalam + 10 cm (tidak melebihi satu hamparan padat).
5. Masukkan seluruh tanah hasil galian ke dalam talam, kemudian
timbang beratnya (W8) 6. Hitung Berat Tanah Basah (W9) yaitu (berat
talam + tanah) dikurangi (berat talam kosong) ; W9 = W8 W7 7.
Balikkan posisi botol dan corong yang berisi pasir di atas plat
berlubang, kemudian buka keran corong sehingga pasir mengalir turun
mengisi lubang dan corong, biarkan sampai pasir berhenti mengalir.
8. Kunci keran setelah pasir berhenti mengalir, kemudian timbang
berat botol + corong + sisa pasir (W11) 9. Hitung Berat Pasir dalam
Lubang (W12) yaitu (berat botol + corong + pasir) dikurangi (berat
botol + corong + sisa pasir) dikurangi (berat pasir dalam corong) ;
W12 = W10 W11 W6 10. Hitung volume pasir dalam lubang yaitu (berat
pasir dalam lubang) dibagi dengan (berat isi pasir) ; V = 11.
Hitung Berat Isi Tanah Basah (b) yaitu (berat tanah basah) dibagi
dengan (volume pasir dalam lubang) ; b = 12. Periksa kadar air
tanah (w %) 13. Hitung Berat Isi Tanah Kering Tanah (d) ; d = 14.
Hitung Derajat Kepadatan (D) ; D = x 100 Keselamatan Kerja
Hindarkan getaran ketika mengadakan pengujian ini, terutama ketika
pasir mengalir memenuhi lubang dan corong
Perawatan Lumasi keran corong secara berkala dengan minyak untuk
mencegah karat dan macet saat pengoperasian. Jemur pasir bila sudah
lembab, dan bersihkan dari unsur-unsur lain seperti tanah, kerikil
dll.
3.2 PENGUJIAN NILAI CBR LAPANGAN DENGAN DCP (DYNAMIC CONE
PENETROMETER) Tujuan Setelah mengikuti materi ini mahasiswa
diharapkan dapat : 1. Melakukan pengujian dengan alat DCP secara
baik dan benar 2. Menentukan nilai CBR lapangan dari hasil
pengujian DCP Dasar Teori Pengujian cara dinamis ini dikembangkan
oleh TRLL (Transport and Road Research Laboratory), Crowthorne,
Inggris dan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1985 /
1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR
(California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu
sistem perkerasan. Pengujian ini akan memberikan data kekuatan
tanah sampai kedalaman + 70 cm di bawah permukaan lapisan tanah
yang ada atau permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan dengan
mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke
dalam tanah untuk setiap pukulan dari palu/hammer yang berat dan
tinggi jatuh tertentu pula.
Peralatan dan Bahan Satu set alat DCP Palu/hammer geser dengan
berat 10 kg dan tinggi jatuh 46 cm Batang baja berdiameter 16 mm
primer dan sekunder Konus bersudut 60 0 atau 300 dengan diameter
tengah sebesar 2cm Batang baja berskala 1 100 cm
Keterangan :
1. Pemegang 5. Stang Penetrasi
2. Penumbuk 6. Konus
3. Stang Penghantar 7. Mistar Skala Penetrasi
4. Kepala Penumbuk 8. Mur Pengatur Skala Mistar
Langkah Kerja 1. Pilih titik pengujian yang akan dilakukan
pengujian. Biasanya dilakukan secara zig zag pada arah dan jarak
tertentu. 2. Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara
vertikal tegak lurus terhadap permukaan tanah. Bila terjadi
penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran
yang relatif besar. 3. Atur batang berskala sehingga menunjukkan
angka 0 dan catat dalam centi meter. 4. Naikkan palu geser sampai
menyentuh bagian bawah pegangan, lalu lepaskan sehingga palu jatuh
secara bebas menumbuk anvil atau landasan penumbuk sambil menjaga
agar posisi alat tidak menjadi miring. Tumbukan ini akan
menyebabkan konus menembus lapisan yang akan diuji. 5. Catat jumlah
pukulan dan kedalaman penetrasinya ke dalam formulir/blanko
percobaan. 6. Hentikan pengujian jika jumlah pukulan telah mencapai
40 kali atau kedalaman penetrasi antara 70 s/d 90 cm. 7. Cabut
batang dan konus yang telah masuk ke dalam tanah dengan cara
menumbukkan palu geser ke atas hingga menyentuh plat alas pemegang
alat. Data Percobaan dan Perhitungan Catat jumlah tumbukan pada
kolom n (tumbukan ke n), dan bacaan penetrasi pada kolom D (dalam
mm). Plotkan bacaan tersebut pada grafik Kedalaman (D) terhadap
Jumlah Tumbukan Kumulatif (n) Hitung D, yaitu selisih pembacaan
penetrasi dalam mm, dan SPP yaitu Skala Penetrasi dalam cm/tumbukan
Tarik garis antara titik-titik pada grafik, dan dengan bantuan
penggaris segitiga, sejajarkan garis yang didapat dengan
garis-garis nilai CBR pada pojok kanan bawah form pengisian
Keselamatan Kerja Jaga posisi alat saat melakukan tumbukan agar
selalu tetap pada posisi vertikal tegak lurus terhadap permukaan
tanah. Pastikan posisi tangan tidak berada di dekat anvil/landasan
penumbuk Perawatan Bersihkan peralatan (terutama pada batang baja
dan konus) setiap kali selesai digunakan. Masukkan kembali
peralatan ke dalam kantongnya setelah selesai digunakan agar
terhindar dari air dan cuaca yang dapat menyebabkan karat.
3.3 PENGUJIAN TANAH DENGAN ALAT SONDIR (DUTCH CONE
PENETROMETER)
Tujuan Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan pengujian sondir dengan benar.2. Menentukan nilai
perlawanan tanah terhadap tekanan ujung konus (perlawanan konus)
dan perlawanan geser terhadap selimut bikonus (jumlah hambatan
lekat) suatu tanah.3. Menggambar hasil percobaan dalam bentuk
grafik . Dasar Teori Metode pengujian penetrometer konus menerus
semi statis seringkali disebut dengan istilah Dutch Cone Test atau
Cone Penetration Test atau disingkat dengan CPT. Sedangkan di
Indonesia dikenal dengan nama Penyondiran. Metoda ini banyak
digunakan di Eropa dan telah diterima baik di Amerika Serikat.
Dengan metoda ini dimungkinkan eksplorasi yang cepat dan ekonomis
pada tanah yang cukup dalam (dari lunak sampai sedang) dan untuk
menentukan daya dukung lapisan tanah secara rinci. Penggunaan alat
sondir untuk semua perlawanan penetrasi menerus termasuk hambatan
lekat dan tahanan konus di darat atau di air, kecuali tanah yang
sangat keras. Pengujian penetrometer konus pada pendugaan daya
dukung tanah, berupa perlawanan konus (cone resistance) pada saat
penetrometer (alat ukur penetrasi) ditekan, dan gesekan sisi (side
friction) yang ditimbulkan akibat adhesi antara bidang atau
permukaan mantel konus dengan tanah.
Peralatan dan Bahan Alat Sondir kapasitas 2,5 ton, 5,0 ton atau
10,0 ton Batang sondir terdiri dari batang luar dan batang dalam
dengan panjang masing-masing 1 meter. Konus (mantle cone) / Bikonus
(friction cone) Manometer dengan kapasitas 0 - 60 kg/cm2 dan 0 -
250 kg/cm2 Angker spiral + kunci sayap Perlengkapan lain seperti :
Kunci-kunci pipa, minyak hidrolik (castor oil), oli, kain
pemebersih, sikat kawat, water pass, kunci penarik dan penekan,
kunci plunyer (piston), dan lain-lain.
Keterangan1. Gigi Penekan 14. Kunci Tiang
2. Gigi Cepat 15. Kaki Sondir
3. Gigi Lambat 16. Jangkar Spiral
4. Tiang Pelurus 17. Stang Dalam
5. Rantai 18. Konus
6. Setelan Rantai 19. Lubang Pengisian Oli
7. Engkol Pemutar 20. Piston
8. Ruang Oli 21. Oli Seal
9. Kunci Tiang 22. Ring Penahan Seal
10. Treker 23. Mur Penjepit Seal
11. Manometer 24. Kunci Piston
12. Kaki Ruang Oli 25. Kop Penarik
13. Stang Sondir 26. Bikonus
Langkah Kerja 1. Bersihkan lokasi pengujian lalu pasanglah dua
atau empat jangkar spiral (angkur) sesuai dengan kondisi tanah
dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir.2. Jepitlah
rangka sondir pada jangkar tersebut, lalu atur posisi sondir agar
tegak lurus dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu
gunakan waterpass untuk mengontrolnya.3. Buka baut penutup lubang
pengisian oli dan buka kedua keran manometer, lalu pasang kunci
piston pada ujung piston.4. Tekan berkali-kali kunci piston ke atas
sampai oli keluar semua.5. Setelah oli yang lama habis, isilah oli
(castor oil) dari lubang pengisian sampai penuh, gerakkan kunci
piston naik turun secara perlahan untuk menghilangkan gelembung
udara. Setelah tidak ada gelembung udara tutup kembali lubang
pengisian tadi.6. Tutup salah satu keran manometer, tekan kunci
piston pada alas rangka, perhatikan kenaikan jarum manometer
hentikan penekanan dan tahan (kunci) stang pemutar apabila jarum
akan mencapai 25% ke maksimal manometer. Bila terjadi penurunan
pada jarum manometer berarti ada kebocoran antara lain pada
sambungan, buat penutup oli atau pada seal piston. Lakukan hal yang
sama untuk manometer lainnya.7. Pasang friction cone/mantle cone
pada draad batang sondir berikut batang dalamnya.8. Dorong treker
pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar sampai
menyentuh ujung atas batang dalam sondir. Percobaan dan pembacaan
sudah siap dilakukan. 9. Beri tanda pada tiang sondir tiap 20 cm
dengan mengunakan spidol atau kapur untuk mengetahui saat dilakukan
pembacaan manometer.10. Engkol pemutar kembali diputar sehingga
friction cone atau mantle cone masuk ke dalam tanah. Setelah
mencapai batas 20 cm (lihat tanda spidol/kapur), engkol pemutar
sedikit ke arah berlawanan. Treker ditarik ke depan dalam posisi
lubang bulat. 11. Buka keran manometer. 12. Engkol pemutar diputar
kembali sehingga batang dalam tertekan ke dalam tanah dengan
kecepatan kurang lebih 2 cm/detik. Batang dalam akan menekan piston
lalu akan menekan oli di dalamnya, tekanan yang terjadi akan
terbaca di manometer. Mantle cone atau konus hanya akan mengukur
tahanan ujung konus (PK ; Perlawanan Konus) sedangkan friction cone
atau bikonus akan mengukur tahanan ujung konus dan gesekan selimut
konus terhadap tanah. 13. Tekan batang sondir, catat angka
penunjukkan pertama pada manometer sebagai nilai perlawanan ujung
konus. Teruskan sampai jarum manometer bergerak untuk yang kedua
kalinya. Catat pembacaan kedua ini sebagai jumlah perlawanan (JP ;
Jumlah Perlawanan) yaitu Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat.
14. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum
manometer. Bila diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas
manometer, tutup keran manometer dan buka kran manometer yang
berkapasitas besar.
15. Batang sondir jangan menyentuh piston karena dapat
menyebabkan kelebihan tekanan secara drastis dan akan merusak
manometer.
16. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu pindahkan
kembali posisi treker ke posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan
kembali pada jarak 20 cm berikutnya.
17. Setelah mencapai kedalaman 1 meter, batang sondir perlu
ditambah. Caranya terlebih dahulu naikkan piston penekan supaya
batang sondir dapat disambung. Gunakan kunci pipa untuk
mengencangkannya.
18. Setelah mencapai kedalaman tanah keras, tahanan ujung konus
telah menunjukkan angka yang lebih besar dari 150 kg/cm2 tiga kali
berturut-turut (untuk sondir kapasitas 2,5 ton) atau lebih besar
dari 500 kg/cm2 (untuk sondir kapasitas 10 ton) penyelidikan boleh
dihentikan.
Posisi A Stang Sondir menekan bikonus sampai kedalaman tertentu,
stang dalam belum ditekan (belum ada pengukuran) Posisi B Stang
dalam ditekan masuk sedalam 4 cm. ujung bikonus menembus lapisan
tanah. Tahanan konus diukur ole manometer Posisi C Stang dalam
ditekan terus, ujung bikonus dan dinding gesek bergerak
bersama-sama menembus lapisan tanah. Jumlah tahanan konus dan
hambatan lekat diukur oleh manometer Posisi D Stang sondir ditekan
kembali, ujung bikonus dan dinding gesek bergabung kembali. Bikonus
siap melakukan penetrasi untuk pengukuran pada kedalaman
selanjutnya
Data Percobaan dan Perhitungan Kolom (1) berisikan kedalaman
lapisan yang diuji (m) Kolom (2) berisikan bacaan nilai PK ;
Perlawanan Konus (kg/cm2) Kolom (3) berisikan nilai JP ; Jumlah
Perlawanan yaitu nilai Perlawanan Konus ditambah hambatan setempat
(local friction) (kg/cm2) Kolom (4) berisikan nilai Hambatan Lekat
(HL); HL = , dimana B adalah faktor alat yaituB = , biasa nilai B
dipakai 10 (kg/cm2) Kolom (5) berisikan nilai Hambatan Lekat
sedalam tahap pembacaan (biasanya tiap 20 cm); Kolom (5) = Kolom
(4) x 20 cm (kg/cm) Kolom (6) berisikan Jumlah Hambatan Lekat (JHL)
;JHL = ; i adalah kedalaman yang dicapai Kolom (7) berisikan Rasio
Gesekan (FR) adalah Nilai Hambatan Lekat dibagi dengan nilai
Perlawanan Konus dikali 100% ; Kolom (7) = x 100 % Buat grafik yang
terdiri dari : Grafik Perlawanan Konus terhadap Kedalaman Penetrasi
Grafik Jumlah Hambatan Lekat Kumulatif terhadap Kedalaman Penetrasi
Grafik Rasio Gesekan terhadap Kedalaman Penetrasi
Keselamatan Kerja Pasang Konus atau Bikonus dengan baik benar.
Pasang kunci pipa dengan benar pada batang sondir yang akan dicabut
saat membuka kop penarik.
Perawatan Batang sondir yang telah dipakai harus segera
dibersihkan dari kotoran/tanah yang melekat. Setelah dibersihkan,
lumurjan oli secukupnya agar tidak berkarat. Konus atau bikonus
yang telah dipakai harus segera dibersihkan. Setelah dibersihkan
coba digerak-gerakkan untuk memastikan tidak terjadi kemacetan.
Apabila terjadi kemacetan, buka rangkaian alat tersebut dan rendam
dalam minyak tanah lalu disikat dengan hati-hati. Lumuri oli yang
masih baru, kemudian dirangkai kembali dan simpan di suatu tempat
tertutup. Tambahkan grease/stempet pada gigi penggerak alat sondir
bagian atas bila kondisinya sudah mengering. Jika terjadi kebocoran
oli yang diakibatkan seal oli yang sudah robek, segera ganti dengan
seal yang baru.
3.4 PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL TANAH DENGAN BOR TANGAN
(HAND BOR)
Tujuan Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan pengujian dan pengambilan sampel tanah dengan
menggunakan alat bor tangan / hand bor dengan benar.2. Melakukan
penamaan / pendeskripsian tanah secara visual Dasar Teori Metoda
pemboran tangan (hand auger boring) termasuk metoda pengamatan yang
banyak digunakan untuk eksplorasi geoteknik dangkal dari jenis
tanah lunak dan kenyal. Dengan pemboran tangan dapat dilakukan
pengambilan sampel tanah terganggu (disturbed sample = DS) maupun
sampel tanah tak terganggu (undisturbed sample = UDS). Selain itu
dengan pemboran tangan dapat diketahui kedalaman muka air tanah
(M.A.T) yang diperlukan dalam perencanaan pondasi, serta dapat
membantu dalam penentuan jenis tanah/lapisan.
Peralatan dan Bahan Mata bor (tipe Iwan Auger, spiral atau
helical) Stang bor (rod), umumnya terdiri dari 10 batang yang
masing-masing panjangnya 1 meter Kunci T pemutar bor Stang
pemutar
Kepala (head) pengambil contoh atau stick apparatus Kunci-kunci
untuk menyambung dan melepaskan sambungan stang Hammer / palu untuk
mengambil sampel Tabung sampel Parafin atau lilin Meteran Kain
pembersih, kantong plastik dan lain-lain
Keterangan :
1. Stang Engkol Pemutar 5. Palu / Hammer
2. Kunci T - Pemutar 6. Kepala(Head)Pengambil Contoh
3. Stang Bor 7. Stick Apparatus
4. Iwan Auger 8. Tabung Contoh / Sampel
Langkah Kerja 1. Bersihkan lokasi di sekitar lubang yang akan
dibor.2. Pasang mata bor pada stang bor lalu pasang pemutarnya.3.
Tekan mata bor ke dalam tanah sambil diputar. Setelah tanah mengisi
mata bor sampai penuh (kurang lebih 20 cm) lakukan pengangkatan
secara perlahan dan hati-hati.4. Keluarkan contoh tanah dari mata
bor, lakukan pengamatan dan buat deskripsi secara visual (jenis,
warna dan keadaannya), catat pula nomot titik bor, kedalaman dan
tanggal pengeboran.5. Masukkan contoh tanah ke dalam kantong
plastik. Ini adalah sampel tanah terganggu (DS : Disturbed Sample)
hanya digunakan untuk keperluan klasifikasi dan deskripsi tanah.6.
Ulangi percobaan 3 dan 4 sampai pada kedalaman yang diinginkan
untuk mendapatkan sampel tanah asli/tak terganggu (UDS :
Undisturbed Sample).7. Ganti mata bor dengan stick apparatus.8.
Pasang tabung sampel untuk mengambil sampel tanah dan masukkan ke
dalam lubang bor yang telah terbentuk.9. Tekan stang bor sedalam
panjang tabung. Jika tanah lunak, tekan secara perlahan-lahan,
kemudian diputar satu kali untuk melepaskan/memotong sampel tanah
pada dasar tabung. Sedangkan bila tanah cukup keras sehingga tabung
tidak dapat ditekan, gunakan palu/hammer untuk memukulnya secara
perlahan-lahan dengan terlebih dahulu memasang kop penahan.10.
Setelah didapatkan sampel tanah asli dalam tabung, lepaskan stick
apparatus lalu bersihkan dinding luar tabung. Potong kedua bagian
ujung tanah pada tabung setebal 1 cm kemudian segera tutup dengan
parafin. 11. Tuliskan label yang berisi nomor titik bor, kedalaman,
bagian atas/ bagian bawah, tanggal pengambilan sampel di bagian
luar tabung. 12. Sampel tanah asli ini sebaiknya dimasukkan ke
dalam peti pelindung terutama jika tempat pemeriksaan/laboratorium
cukup jauh dari lokasi pengujian. Keselamatan Kerja Lindungi sampel
tanah pada waktu pengangkutan atau dari pengaruh yang dapat merusak
atau mengubah sampel tanah tersebut. Tutup kembali lubang bor bila
tidak diperlukan Perawatan Bersihkan mata bor dan stang bor setiap
kali selesai digunakan. Lumuri dengan oli secukupnya untuk
menghindari karat Sebelum digunakan, tabung sampel harus dalam
keadaan bersih dan bagian dalamnya diberi pelumas sehingga tanah
dapat masuk dan keluar dengan mudah.
GAMBAR
BAB .4PENUTUP
4.1 KesimpulanDari praktek ini kami mahasisawa/i teknik sipil D3
dapat mengetahui bagaimana cara melakukan pengujian kepadatan
lapangan dengan alat Sand Cone, pengujian daya dukung lapisan tanah
dengan alat DCP, pengujian Sondir dan pengujian dengan alat Hand
Bor. Kami juga mengetahui bagaimana cara mengolah data-data dari
hasil pengujian tersebut.Pengujian tanah lapangan ini merupakan hal
pertama yang dilakukan untuk membuat perencanaan sebuah konstruksi
bangunan, konstruksi jalan, dan lainnya.
2 Pengujian Tanah Lapangan