BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Cahaya bisa dikatakan sebagai suatu bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Maka, untuk mengetahui seberapa besar intensitas cahaya tersebut, dibutuhkan suatu alat ukur cahaya yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya cahaya dalam satuan lux. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Kualitas penerangan yang tidak memadai berefek buruk bagi fungsi penglihatan, psikologis serta aktivitas kerja. Sesuai Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, telah menetapkan ketentuan penting intensitas penerangan menurut sifat pekerjaan dan intensitas penerangan sesuai dengan standart. Banyak industri yang sering kali lupa akan hal yang sederhana mengenai intensitas penerangan lingkungan kerja. Hal in dapat mengakibatkan pada menurunnya intensitas produktifitas pekerja. Jika hal tersebut terjadi dan tidak dibenahi makan akan merugikan industri sendiri. Intensitas yang cukup diharapkan dapat memberikan solusi agar pekerja dapat bekerja secara nyaman, sehingga produktivitas yang 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Cahaya bisa dikatakan sebagai suatu bagian yang mutlak dari
kehidupan manusia. Maka, untuk mengetahui seberapa besar intensitas
cahaya tersebut, dibutuhkan suatu alat ukur cahaya yang dapat digunakan
untuk mengukur besarnya cahaya dalam satuan lux. Pencahayaan
merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Kualitas
penerangan yang tidak memadai berefek buruk bagi fungsi penglihatan,
psikologis serta aktivitas kerja. Sesuai Peraturan Menteri Perburuhan Nomor
7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan dalam Tempat Kerja, telah menetapkan ketentuan penting
intensitas penerangan menurut sifat pekerjaan dan intensitas penerangan
sesuai dengan standart. Banyak industri yang sering kali lupa akan hal yang
sederhana mengenai intensitas penerangan lingkungan kerja. Hal in dapat
mengakibatkan pada menurunnya intensitas produktifitas pekerja. Jika hal
tersebut terjadi dan tidak dibenahi makan akan merugikan industri sendiri.
Intensitas yang cukup diharapkan dapat memberikan solusi agar pekerja
dapat bekerja secara nyaman, sehingga produktivitas yang dihasilkan tinggi
sehingga industri dapat merih keuntungan.
Hal ini juga dapat diterapkan pada tempat kerja atau ruangan kelas di
PPNS. Oleh karena itu dalam praktikum ini dilakukan, untuk mengetahui
seberapa besar kondisi intensitas penerangannya. Sehingga dapat diketahui
berapa besar intensitas penerangan yang seharusnya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara membuat analisa survey awal pengukuran dan
pemetaan ruangan yang sesuai?
b. Bagaimana cara merekomendasikan ruangan kelas yang diukur agar
diperbaiki kondisi penerangan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja
yang baik?
c. Bagaimana cara melakukan pengukuran penerangan dengan lux meter?
1
1.3. Tujuan
a. Mampu membuat analisa survey awal pengukuran dan pemetaan
ruangan.
b. Mampu merekomendasikan ruangan kelas yang diukur agar diperbaiki
kondisi. penerangan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja yang baik.
c. Mampu melakukan pengukuran penerangan dengan lux meter.
d. Mampu melakukan analisa hasil pengukuran dengan membandingkan
dengan standar, serta mennetukan kondisi idealsesuai dengan landasan
teori benar
1.4. Manfaat
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran intensitas cahaya dengan
menggunakan Lux meter dan sekaligus dapat menganalisa hasil yang
diperoleh, serta mampu merancang kondisi penerangan yang baik untuk
kerja.
1.5. Ruang Lingkup Permasalahan
a. Nama Ruangan : belas Lab. Elka Daya
b. Tanggal : 28 Mei 2012
c. Waktu pengukuran : Sore, Pukul 16:30
d. Team Pengukur : 1. Hoffman B (6511040605)
2. Agus Hermawan (6511040608)
3. Dyan Hatining A.S (6511040611)
e. Alat yang digunakan : Luxmeter
f. Parameter yang digunakan : Intensitas Cahaya
g. Standart yang dipakai : Kep Menkes No 1405/ th 2002
IES (Illuminating Engineering Socienty)
2
BAB 2 DASAR TEORI
2.1. Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan dinyatakan lux. Intensitas penerangan dapat
diukur dengan 2 cara (menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia 1405/2002), yaitu :
1. Penerangan umum, pengukuran di lakukan setiap meter persegi luas
lantai dengan tinggi ±85 cm dari lantai.
2. Penerangan lokal, diukur di tempat kerja atau meja kerja pada objek yang
di lihat oleh tenaga kerja.
Keadaan penerangan di tempat kerja, memadai atau tidak selain
ditentukan oleh kuantitas atau tingkat iluminasi (pencahayaan) yang
menyebabkan objek dan sekitarnya terlihat dengan jelas, juga di tentukan
oleh kualitas penerangan tersebut yang diantaranya menyangkut arah dan
penyebaran atau distribusi cahaya tipe dan tingkat kesilauan karena
penerangan yang terlalu kuat, dipengaruhi dekorasi tempat kerja seperti
warna dinding, langit–langit, peralatan kerja dan lain–lain.
2.2. Penentuan Titik Pengukuran
2.2.1. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada
setiap jarak tertentu setinggi 1 m dari lantai. Pengukuran umum
dibedakan atas beberapa jenis, yaitu :
1. Luas ruangan kurang dari 10 m2 (dengan cara pengukuran 1x1 m2)
2. Luas ruangan antara 10 m2 sampai 100 m2 (dengan cara
pengukuran 3x3 m2)
3. Luas ruangan lebih dari 100 m2 (dengan cara pengukuran 6x6 m2)
2.2.2. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Lokal
Objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja, pengukuran dapat di lakukan di atas meja yang
3
ada. Jarak tertentu tersebut di bedakan berdasarkan luas ruangan
sebagai berikut:
1. Luas ruangan kurang dari 10 m² : Titik potong garis hortisontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan kurang dari 10 m² seperti Gambar 2.1 berikut.
1 m 1 m 1 m 1 m
Gambar 2.1. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan
Umum dengan Luas.Kurang dari 10 m² (Sumber : PPNS, 2007)
2. Luas ruangan antara 10 m² - 100 m² : Titik potong garis
hortisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3
meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum
untuk luas ruangan antara 10 m²-100 m² seperti Gambar 2.2
berikut.
3 m 3 m 3 m 3 m
Gambar 2.2 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum
dengan Luas antara 10 m² - 100 m² (Sumber : PPNS, 2007)
3. Luas ruangan lebih dari 100 m² : Titik potong garis hortisontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 6 meter.
4
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan lebih dari 100 m² seperti Gambar 2.3 berikut.
6 m 6 m 6 m 6 m
Gambar 2.3 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum
dengan Luas Lebih dari 100 m² (Sumber : Modul Praktikum PLK
PPNS)
2.3. Perhitungan
Untuk menghitung jumlah armatur yang akan dibutuhkan untuk
menghasilkan tingkat intensitas penerangan tertentu, sehingga rumus dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
n = ...............................( 2.1 )
Menghitung jumlah lampu yang dibutuhkan yang akan dipasang di dalam
lingkungan tempat kerja :
.............................. ( 2.2 )
5
Jumlah lampu =
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penerangan
2.4.1. Kontras
Sifat.terlihat diperoleh dengan memberi cahaya dari lampu.
Sebagai contoh, tinta tulis yang berwarna hitam memantulkan sedikit
cahaya atau sama sekali tidak memantulkan cahaya, sementara kertas
surat yang dapat ditulisi memantulkan hampir seluruh cahaya yang
jatuh padanya. Oleh karena adanya kontras (perbedaan) yang tinggi,
maka sifat dapat dilihat pada tempat kerja menjadi baik, dan membaca
dapat dilakukan dengan mudah. Seperti contoh di atas, menulis
dengan tinta berwarna biru di atas kertas berwarna biru muda, bila
dilihat pada tabel 2.1. maka persen kontras dapat dihitung sebagai
berikut :
61 - 36 X 100% = 41 %
61
Warna dan pantulan permukaan mempunyai pengaruh yang
besar atas penggunaan cahaya (penerangan). Berikut ini faktor faktor
pantulan yang disarankan: Untuk langit-langit antara 75% sampai
85%; dinding antara 50% sampai 60%; permukaan meja =35%; meja-
kursi (alat-alat rumah tangga) antara 30% sampai 35%; dan untuk
lantai adalah 30%.
2.4.2. Arah dan distribusi cahaya
Ditinjau dari cara distribusinya, kita memiliki 6 macam
sistem sumber cahaya buatan (lampu) sebagai berikut :
Langsung : 90% cahaya menuju ke bawah.
Semi langsung : 60%-90% cahaya menuju ke bawah,
sedang komponen cahaya yang lain menuju ke atas.
General diffuse : 40%-60% cahaya menuju ke bawah,
sedang komponen yang lain menuju ke arah horizontal.
Langsung-tidak langsung : 40%-60% cahaya menuju ke atas dan
komponen yang lain menuju ke bawah.
6
Semi tidak langsung :10%-40% cahaya menuju ke bawah,
dan komponen yang lain menuju ke atas.
Tidak langsung : kurang dari 10% cahaya menuju ke
bawah.
2.4.3. Kesilauan
Kesilauan didefinisikan sebagai reaksi Psycho-Physiologi dari
tenaga kerja terhadap besarnya penerangan lampu (sumber cahaya)
yang terlalu terang. Kita mengenal 3 macam kesilauan ialah :
a. Kesilauan langsung (direct-glare) ialah kesilauan yang diakibatkan
oleh besarnya penerangan atau terlalu terangnya lampu (sumber
cahaya) yang utama pada lapangan pandang, lampu sumber cahaya
yang utama ini adalah lampu biasa yang digunakan untuk
penerangan seluruh ruangan.
b. Kesilauan tidak langsung (indirect-glare) ialah kesilauan yang
diakibatkan oleh besarnya penerangan atau terlalu terangnya lampu
(sumber cahaya) yang berasal dari lampu sumber yang kedua,
yakni permukaan yang dapat memantulkan cahaya, misalnya kaca,
meja, atap dan dinding yang mengkilat dan lain-lain.
c. Kesilauan oleh kontras (contrast-glare) ialah kesilauan yang
diakibatkan oleh terlalu besarnya perbandingan atau perbedaan dari
penerangan di tempat kerja (visual task) dengan lingkungan kerja
(penerangan seluruh ruangan).
2.5. Tabel dan Peraturan
Pantulan terjadi apabila cahaya jatuh pada suatu permukaan, cahaya
akan diabsorpsi atau akan dipantulkan. Apabila permukaan tersebut kasar
dan berwarna hitam, maka praktis semua cahaya diabsorpsi. Namun jika
permukaan berwarna muda, maka sebagian besar cahaya akan dipantulkan.
Oleh karenanya langit-langit, dinding dan lantai yang daya absorpsinya
rendah dan daya pantulannya tinggi, secara material menambah penerangan
7
(ruangan menjadi semakin terang). Berikut disajikan tabel tentang faktor
pantulan dari cat dengan bermacam-macam warna sebagai berikut:
Tabel 2.1 Faktor Pantulan Zat dengan Permukaan Bermacam-macam Warna
Klasifikasi Koefisien pantulan (%)Plester putih (dinding tembok) 90-92