LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI KEBONROMO 5 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Oleh: SUGIHARTO NIM X8806524 PROGRAM PJJ S-1 PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA DESEMBER, 2009
60
Embed
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN …... · No Nama Uraian Hal Ket 1 Tabel IV.1 Hasil Pra Siklus & Siklus I 35 2 Tabel IV.2 Rekapitulasi Hasil Pra Siklus & Siklus I 36 ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Sugiharto 2009: Penelitian Tindakan Kelas (PTK). “Penerapan model pembelajaran Make A Match dalam meningkatkan keaktifkan siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kebonromo 5 Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Tujuan penelitian ini untuk memberi jawaban masalah keaktifan siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kebonromo 5. Adapun yang menjadi permasalahan adalah:
- Hasil prestasi pembelajaran IPA rendah. - Kurangnya penggunaan media pembelajaran. - Dari permasalahan di atas dapat teratasi dengan memaksimalkan
penggunaan media pembelajaran. - Menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Make A
Match. Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi dunia pendidikan yaitu
manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan dua siklus. Tiap siklus dengan
langkah-langkah: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap analisis serta refleksi.
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diketahui perbandingan prestasi belajar siswa sebelum siklus 1 dan setelah pelaksanaan siklus I dan siklus II.
Hasil Nilai Formal KKM Sebelum Siklus I Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata 57 57,61 72,85 81,66 Prosentase 58% 73% 82%
Dengan perubahan hasil yang telah dicapai dapat disimpulkan bahwa
pendekatan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya atas
limpahan taufiq, hidayah dan kasih sayang-Nya semata penulisan Laporan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya dengan tulus penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Bapak Direktur LPMPTK Jakarta, Selaku Pimpinan yang telah berjasa dalam
mengemban amanah untuk pengembangan Program Pendidikan Jarak Jauh
S-1 PGSD.
2. Bapak Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Koordinator Progaram PJJ S-1
PGSD, Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu yang bermanfaat.
3. Dra. Siti Istiyati, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing, dengan tulus ikhlas dan
penuh kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat terselesaikan.
4. Yatmanto, S.Pd Guru Pamong/Kepala SD Negeri Kebonromo 5, Kec.
Ngrampal, Kab. Sragen yang telah berkenan memberikan arahan dan
bimbingan dengan penuh kesabaran.
5. Segenap Mahasiswa Program PJJ S-1 PGSD yang telah memberikan
dorongan semangat untuk menyelesaikan studi.
6. Isteri tersayang yang senantiasa mendukung, dan mendo’akan.
7. Rekan seprofesi yang telah memberikan bantuan apa saja sehingga penulis
dapat menyelesaikannya dengan lancar.
Dan semoga amal ibadahnya diterima dalam naungan ridla-Nya.
Penulis menyadari akan segala keterbatasan, sehingga penulisan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
senantiasa penulis nantikan.
Surakarta, Desember 2009
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ......................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................................. 5
B. Penelitian yang Relevan ........................................ 24
C. Kerangka Pikir ............................................................................. 24
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 26
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 27
B. Subyek penelitian ......................................................................... 27
C. Prosedur penelitian ...................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 35
B. Pembahasan ................................................................................. 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 40
B. Saran ............................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 41
viii
DAFTAR TABEL
No Nama Uraian Hal Ket
1 Tabel IV.1 Hasil Pra Siklus & Siklus I 35
2 Tabel IV.2 Rekapitulasi Hasil Pra Siklus & Siklus I 36
3 Tabel IV.3 Hasil Siklus II 37
4 Tabel IV.4 Rekapitulasi Hasil Siklus II 38
ix
DAFTAR GAMBAR
No Nama Uraian Hal Ket
1 Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran 25
2 Gambar III. 1 Siklus I & 2 34
3 Gambar IV. 1 Grafik Hasil Pra Siklus & Siklus I 36
4 Gambar IV. 2 Grafik Hasil Siklus II 38
x
LAMPIRAN
No Nama Uraian Hal Ket
1 Lampiran A Perangkat Pembelajaran 42
2 Lampiran B Instrumen Penelitian 47
3 Lampiran C Personalia Penelitian 59
4 Lampiran D Curriculum Vitae Peneliti 60
5 Lampiran E Data Penelitian 61
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mutu Pendidikan Nasional akan menjadi barometer sumber
daya manusia terutama generasi penerus. Apabila kita menginginkan
generasi penerus yang aktif, kreatif, inofativ, mandiri, dan demokratis
yang bertumpu pada akhlak mulia seperti yang tercantum pada
Undang-Undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnnya potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Untuk merealisasikan hal tersebut di atas, pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar bertujuan untuk meningkatakan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM). Dengan meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, diharapkan prestasi belajar siswa juga akan
meningkat, khususnya pembelajaran IPA kelas IV SDN kebonromo 5,
dan umumnya mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar.
Adapun salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dengan menerapkan
berbagai model pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
xii
Berdasarkan pengamatan di lapangan pada umumnya Guru
Sekolah Dasar masih mendominasi penggunaan metode ceramah,
minimnya alat peraga dan media. Sehingga prestasi belajar siswa
rendah. Oleh karena itu dalam penelitian ini kami terapkan model
pembelajaran Make A Match, dan memaksimalkan penggunaan
alat peraga yang mendukung serta penggunaan metode yang
bervariasi. Dengan harapan proses belajar mengajar berjalan
dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta prestasi
belajar siswa lebih baik.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan Masalah.
Selama ini pembelajaran di Sekolah Dasar masih berpusat pada
guru (Teacher Centre), sehingga siswa hanya mendengarkan
penjelasan guru dan mencatat keterangan guru, kemudian
mengerjakan tugas atau LKS.
Dengan permasalahan tersebut, dalam penelitian ini dirumuskan:
“Apakah penerapan model pembelajaran MAKE A MATCH dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA Kelas IV
SDN Kebonromo 5?”
2. Pemecahan Masalah
Permasalahan yang dikemukakan pada rumusan masalah
diatas dapat teratasi dengan menyusun beberapa langkah yang
akan diambil yaitu:
1. Membuat rencana pembelajaran IPA dengan menggunakan
model Pembelajaran Make A Match.
xiii
2. Membuat rencana kegiatan siswa yang mengacu pada
model pembelajaran Make A Match.
3. Menyediakan media pembelajaran yang berupa mainan yang
sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4. Melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan
model pembelajaran Make A Match, penilaian proses, refleksi
dan refisi
5. Membuat tes berupa soal yang mengacu pada materi
pembelajaran, tiap siklus.
6. Membuat kriteria penilaian kegiatan belajar siswa.
7. Melakukan analisis kemajuan siswa pada tiap siklus.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan
hal-hal yang berguna bagi kemajuan pendidikan yaitu :
1. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kealtifan siswa
dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran Make A Match siswa kelas IV SD Negeri Kebonromo
5, Kecamatan Ngrampal, Kab. Sragen.
2. Menentukan langkah-langkah untuk mengorganisasi pelaksanaan
pembelajaran IPA Sekolah Dasar melalui Model Pembelajaran
Make A Match.
3. Mengkaji kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan Model
Pembelajaran Make A Match.
4. Mencapai solusi yang tepat untuk mengatasi kendala yang
dihadapi dalam menerapkan Model Pembelajaran Make A
Match.
D. Manfaat Penelitian
xiv
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi dunia
pendidikan yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti agar dapat
mengembangkan ilmu yang didapat dibangku kuliah sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat, terutama
dalam pengembangkan dunia kehidupan. Selain itu juga sebagai
sumbangan pemikiran dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran di Sekolah Dasar terutama pelajaran IPA dan
umumnya pada pelajaran yang ada di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Model Pembelajaran Make A Match dapat memotivasi
keaktifan siswa pada kegiatan belajar mengajar,
sehingga nilai prestasi belajar juga meningkat, khususnya
mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kebonromo 5,
Kecamatn Ngrampal, Kab. Sragen.
2) Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang
disampaikan.
3) Tercapainya prestasi yang lebih baik
b. Bagi Guru
1) Penelitian ini dapat memperluas wawasan guru Sekolah
Dasar, terutama dalam memilih dan menerapkan modek-
model pembelajaran yang tepat, terutama
pembelajaran mata pelajaran IPA.
2) Terjapainya tujuan Pembelajaran yang diinginkan.
3) Meningkatnya profesi yang lebih profesional.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini, bisa sebagai salah satu ajuan dan motivasi
bagi Sekolah Dasar dalam usaha mengembangkan model-
xv
model pembelajaran sehingga akan membawa dampak
pada peningkatan dan kemajuan sekolah dalam prestasi
belajar meningkatkan kwalitas pendidikan.
xvi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Pada tinjauan pustaka ini akan membahas tentang hakekat
belajar, hakekat pembelahar IPA di Sekolah Dasar, model-model
pembelajaran, Model Pembelajaran Make A Match.
1. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
berasal dari hasil pengalaman dan latihan, belajar akan timbul
apabila seseorang menemui situasi yang baru kemudian situasi
yang baru itu akan dihadapi dengan menggunakan
pengalaman yang dimiliki. Keberhasilan belajar dipengaruhi
dengan minat, keinginan, motivasi, tujuan, dan situasi saat itu.
Hilgard dan Bower ( Theories of Learning. 1975 ) dalam
Ngalim Purwanto (1990 : 84) belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku terhadap situasi tertentu yang
disebabkan pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi
itu. Perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau atas
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan,
atau keadaan sesaat.
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono
(1994 : 9) belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
xvii
mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan
informasi menjadi kapabilitas baru. Pengertian belajar juga
dirumuskan oleh Kimble Singgih D Gunarso (1990 : 119). Belajar
adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi
tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan
penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena
kematangan , kelelahan, dan kerusakan sistem saraf.
Dari pendapat-pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses diri siswa
secara aktif dan kontinyu baik jasmani dan rohani dalam
menanggapi suatu informasi yang baru untuk menghasilkan
perubahan-perubahan baik efektif, konitif, motorik, dan sikap.
Perubahan itu bersifat konstan dan menetap sehingga perlu
adanya minat dan motivasi.
b. Komponen Belajar
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono ( 1994 : 11)
ada tiga komponen penting dalam belajar yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Komponen tersebut
dilukiskan dalam bagan sebagai berikut:
Kondisi Internal Belajar
Keadaan internal dan proses kognitif siswa
(minat, bakat, sehat, sakit, kecerdasan, dll)
Kondisi Eksternal Belajar
Stimulus dari lingkungan
Hasil Belajar:
- Informasi verbal - Keterampilan intelek - Keterampilan
motorik - Sikap
xviii
Berinteraksi dengan
Bagan di atas menjelaskan bahwa belajar merupakan
interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa
dengan stimulus dari lingkungan terjadi dalam pembelajaran
sehingga menghasilkan hasil belajar atau kapabilitas yaitu
informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik,
sikap, dan siasat kognitif.
Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan.
Keterampilan intelek adalah kecakapan yang berfungsi untuk
perhubungan dengan lingkungan, mempresentasikan konsep,
dan lambang. Keterampilan motorik adalah kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani, Sikap adalah kemauan
untuk menerima dan menolak suatu obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut. Sedang strategi kognitif
adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan dan kaidah dalam memecahkan masalah.
c. Faktor-gaktor yang mempengaruhi Belajar
Acara
xix
Menurut Slameto (1995:54–72) berpendapat ada dua
hal yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.
1) Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam diri
individu yang sedang belajar, diantaranya faktor jasmani,
faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmani
misalnya intelegensi, minat, bakat, motivasi, kematangan,
dan lain-lain. Sedang faktor kelelahan ada dua macam
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
2) Faktor ekstern adalah faktor belajar yang berada di luar
individu yang sedang belajar. Faktor ini biasa disebut
faktor lingkungan, yang terdiri dari faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
Faktor keluarga yang dapat mempengaruhi belajar
misalnya cara orang tua mendidik. Hubungan antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga. Latar
belakang kebudayaan keluarga, dan lepedulian orang tua
terhadap pendidikan, latar belakang pendidikan orang tua,
serta lingkungan tempat anak tinggal.
Faktor sekolah yang dapat mempengaruhi belajar
misalnya metode mengajar, kurikulum, hubungan antara guru
dengan murid dan murid dengan murid, kedisiplinan sekolah,
sarana prasarana belajar, kondisi fisik sekolah, standar
pelajaran dan lain-lain.
Faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi belajar
diantaranya Kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
xx
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Kata “IPA” merupakan terjemahan dari kata-kata
bahasa Inggris “Natural Science” atau secara singkat sering
disebut Science. Natural artinya alamiah, berhubungan
dengan alam atau bersangkut-paut dengan alam. Science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA secara harfiah dapat
disebut pengetahuan tentang alam atau ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhuhungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan (BNSP: 13) Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
Webster’s: New Lollegiate Dictionary dalam Srini M.
Iskandar (1997: 2) menyatakan natural science knowkedge
concerned with the physical world and its phenomena yang
artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang
alam dan gejala-gejalanya. Menurut Purnell : Concise
Dictionary of Science dalam Srini M. Iskandar (1997 : 2 )
menyatakan “Science broad field of human knowledge.
Acquired by systematic observation and experiment.
Ilmu pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan
IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak
buruk bagi lingkungan. Untuk itu penerapan IPA bagi siswa
xxi
tingkat Sekolah Dasar diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas ( Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat ) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan keompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
b. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan
empiric dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para
ilmuwan selama berabad - abad. Bentuk Ilmu Pengetahuan
Alam sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Fakta-fakta merupakan hasil
dan kegiatan empiric dalam IPA sedang konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasih dari
kegiatan analitik.
Fakta adalah pernyataan-pemyataan tentang benda-
benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang
betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.
Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta
IPA serta merupakan penghubung antara fakta-fakta yang
ada hubungannya. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang
hubungan diantara konsep-konsep IPA. Sedang teori ilmiah
merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-
konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhuhungan. Suatu
teori merupakan model atau gambaran yang dibuat oleh
Ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam. Prinsip-prinsip IPA,
hukum alam, dan teori dapat berubah jika ada bukti-bukti baru
yang berlawanan dengan hal tersebut.
c. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Proses
xxii
IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan
pengetahuan atau fakta-fakta. tidak hanya merupakan
kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk tetapi
juga merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara
memecahkan masalah. Dalam memahami IPA selain
mengetahui fakta-fakta juga memahami proses IPA, yaitu
memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan
memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk
mempretasikannya. Para ilmuwan mempergunakan berbagai
prosedur empiric dan prosedur analitik dalam usaha untuk
memahami alam semesta. Prosedur - prosedur tersebut disebut
proses ilmiah atau proses sains dalam hal ini memerlukan
keterampilan proses IPA.
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang
dilakukan oleh para ilmuwan yang diantaranya mengamati,
mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel,
merumuskan hipotesa, membuat grafik dan tabel data,
membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen.
d. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
Paolo dan Marten dalam Srini M. Iskandar (1997 : 15 )
mendifinisikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak meliputi
mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang
diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk
meramalkan apa yang akan terjadi, dan menguji ramalan-
ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah
ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten
menegaskan dalam IPA anak-anak dan kita harus tetap
bersikap skeptis sehingga kita selalu siap memodifikasi model-
model yang kita punyai tentang alam sejalan dengan
xxiii
penemuan yang kita dapat. memodifikasi materi IPA.
keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan kita latihkan
dan harus sesuai dengan perkembangan anak.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (science inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir , bekerja. dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA untuk siswa Sekolah
Dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap Ilmiah. untuk mewujudkan
pembelajaran IPA yang mengkondisikan siswa dapat
rnempunyai sikap dan kemampuan berpikir ilmiah tidaklah
mudah. Guru perlu mempunyai dan menguasai berbagai
macam strategi dan pendekatan pembelajaran. Srini M.
Iskandar (1997 : 68 ) menyebutkan pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar dibedakan menjadi dua yaitu Pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri dan pendekatan STM.
1. Pembelajaran dengan Inkuiri
Webster’s: New Collegiate Dictionary dalam Srini M.
Iskandar mengatakan kata inkuiri (“inquiry”) berarti
pertanyaan atau menyelidiki. Sedang Piaget dalam Srini M.
Iskandar meberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai
pendidikan yang dipersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan
yang mereka ajukan.
Kuslan dan Stone, 1986 dalam Srini M. Iskandar
mendifinisikan pembelajaran inkuiri sebagai pengajaran
dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa
xxiv
ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Lebih
lanjut mengatakan hahwa pembelajaran inkuiri
mempunyai karakteristik yaitu:
1) Menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA
2) Tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu
dalam waktu tertentu.
3) Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih
dahulu dan tidak ada dalam buku pelajaran.
4) Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan
“mengapa dan bagaiman kita mengetahui” serta
“betulkah kesimpulan ini”.
5) Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga
terlihat kernungkinan masalah dapat dipecahkan oleh
siswa.
6) Hipotesa dirumuskan oleh siswa.
7) Siswa mengusulkan cara pengumpulan data,
melakukan eksperimen. observasi, membaca, dan
menggunakan sumber lain.
8) Siswa melakukan penelitian, secara individu atau
kelompok untuk pengumpulan data dalam menguji
hipotesa.
9) Siswa mengolah data dan sampai menemukan
kesimpulan sementara.
2. Pembelajaran dengan STM
STM atau Sains-Teknologi-Masyarakat adalah
pembelajaran sains dan teknologi dalam konteks
pengalaman manusia. atau dalam arti STM diberikan untuk
menyajikan konteks dunia nyata dalam pendidikan sains
dan pendalaman sains.
xxv
Dalam pembelajaran STM siswa harus diikut sertakan
dalam penentuan tujuan, prosedur perencanaan, dan
dalam usaha mendapatkan informasi dan mengevaluasi.
Yang menjadi Tujuan utama STM adalah siswa setelah lulus
sekolah menjadi warga negara yang mampu mengambil
keputusan tentang masalah-masalah di dalam masyarakat
dan mengambil tindakan sebagai akibat menekankan
pentingnya sains dan teknologi.
3. Model Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lain untuk
mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995 : 57). Dalam
hal ini kondisi pembelajaran pendidikan formal harus
mampu memaksimalkan peluang bagi siswa untuk
berlangsungnya interaksi yang hakiki bukan sekedar
menyampaikan pengetahuan dan membentuk
keterampilan saja. Bila pembelajaran hanya proses
menyampaikan pengetahuan dan keterampilan saja
maka kualitas pembelajaran akan menurun.
Menurut Gagne dalam Purwanto (1989 ) pembelajaran
adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar
sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar
(event of learning), yaitu cara atau kegiatan untuk