Page 1
i
LAPORAN PENELITIAN STIMULUS
PENGARUH PEMBERIAN SARI KURMA DAN FE TERHADAP
PENINGKATAN KADAR HB PADA REMAJA PUTRI DI SMP YAMAD
BEKASI
TIM PENELITI
Ketua : Risza Choirunissa S.SiT., MKM
Anggota : Triana Indrayani, S.ST., M.Kes
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
TAHUN 2019
DENGAN BANTUAN BIAYA
DARI UNIVERSITAS NASIONAL
Page 3
v
RINGKASAN
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan/atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oxygen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai
penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah
normal (Handayani, 2008). Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel
darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Anemia
ditandai dengan dengan menurunnya jumlah eritrosit atau kadar hemoglobin
dibawah 11 g/dl. Kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab paling
umum anemia diseluruh dunia (Utami, 2017).
Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi,
menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia
berkisar 40-88%, angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-negara
berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang
remaja putri disebabkan karena stress, haid, atau terlambat makan (Kaimudin,
2017)
Anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3% . jumlah penduduk usia
remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-
laki dan 49,1% perempuan. Selain itu, berdasarkan hasil Riskesdes 2013,
prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia
berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24
tahun. Data Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil
Page 4
v
sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun
sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 35,5%. (Kaimudin, 2017). Hasil
SDKI 2012 Jawa Barat memiliki angka kejadian anemia sebesar 51,7%
(Parasdia, 2017 ), sedangkan di Bekasi pada siswi SMP dan SMK usia 10-18
tahun prevalensi anemia sebesar 38,3% (Rohani, 2017)
Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita
anemia dibanding remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami
mentruasi setiap bulannya. Selain itu, ketidakseimbangan asupan zat gizi juga
menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja biasanya sangat
memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi
makanan dan banyak pantangan terhadap makanan. (Proverawati, 2011)
Page 5
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………….. ii
RINGKASAN ...................................................................... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………… iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................. 1
B. Kerangka Teori……………........................................ 4
C. Rumusan Penelitian..................................................... 5
D. Tujuan Penelitian……………………………………. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi .......................................................................... 6
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian …………………. 18
B. Alat, bahan dan Responden ……………………. 18
C. Cara Kerja ……………………………………… 18
IV. JADWAL DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN 20
DAFTAR PUSTAKA
Page 6
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan/atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oxygen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai
penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah
normal (Handayani, 2008). Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah
sel darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
Anemia ditandai dengan dengan menurunnya jumlah eritrosit atau kadar
hemoglobin dibawah 11 g/dl. Kekurangan zat besi dianggap sebagai
penyebab paling umum anemia diseluruh dunia (Utami, 2017).
Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi,
menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia
berkisar 40-88%, angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-
negara berkembang sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering
menyerang remaja putri disebabkan karena stress, haid, atau terlambat
makan (Kaimudin, 2017)
Anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3% . jumlah penduduk
usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari
Page 7
v
50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan. Selain itu, berdasarkan hasil
Riskesdes 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan
penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita
berumur 15-24 tahun. Data Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar
40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri
usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 35,5%.
(Kaimudin, 2017). Hasil SDKI 2012 Jawa Barat memiliki angka kejadian
anemia sebesar 51,7% (Parasdia, 2017 ), sedangkan di Bekasi pada siswi
SMP dan SMK usia 10-18 tahun prevalensi anemia sebesar 38,3%
(Rohani, 2017)
Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk
menderita anemia dibanding remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja
putri mengalami mentruasi setiap bulannya. Selain itu, ketidakseimbangan
asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja
biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang
membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan.
(Proverawati, 2011)
Anemia pada remaja putri dapat disebabkan dari berbagai macam
faktor. Anemia defisiensi besi yang merupakan penyebab utama anemia di
masyarakat terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah yang
disebabkan oleh kekurangan gizi. Faktor lain yang dapat menyebabkan
anemia pada remaja adalah kehilangan berlebihan kerena perdarahan saat
mentruasi yang berlebihan, infeksi parasit dan poliposis (Utami, 2017).
Page 8
v
Dampak yanag akan terjadi jika remaja putri mengalami anemia adalah
kekebalan tubuh berkurang, menurunnya kemampuan intelektual (prestasi
belajar), kehamilan berisiko (melahirkan prematur, BBLR dan kematian
janin) (Sudargo, 2018)
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
masalah anemia pada remaja putri adalah melalui pemberian suplemen
Tablet Tambah Darah (TTD) berupa zat besi (60mg FeSO4) dan asam folat
(0,25 mg). Pemberian dengan pola satu minggu sekali dan 10 tablet saat
menstruasi (Permatasari, 2018). Selain dengan suplemen Fe, ternyata
kurma juga memiliki kandungan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Kurma merupakan sumber yang baik dari berbagai vitamin dan mineral
dengan sumber energi yang baik, gula dan serat. (Suryana, 2018). Buah
kurma memiliki kalori yang tinggi dibandingkan buah yang lain yaitu
3.000 kalori/kg, karbohidrat 73,51gr/100gr, besi,Fe 1,15mg/100gr, folat
13mg/100gr, vitamin B6 0,192 mg/100gr (Rostita, 2009).
Menurut Agustina 2017 dalam penelitian yang berjudul “The
Impacts of Fe with Vitamin C and Date Extract Consumption to the
Increasing Level of Haemoglobin on Anemia Female Students in Pondok
Pesantren Al-Munawwir Krapyak Bantul Yogyakarta” mengatakan bahwa
pemberian Fe dengan vitamin C dan sari kurma sama-sama dapat
meningkatkan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukn oleh Novadela tahun 2015 yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Tablet Fe Dan Buah Kurma Pada
Mahasiswi Dijurusan Kebidanan Tanjungkarang” mengatakan bahwa
Page 9
v
adanya peningkatan kadar Hb setelah dilakukan intervensi dengan Fe dan
buah kurma. Penelitian yang dilakuakan oleh Susilowati, 2015 yang
berjudul “Pengaruh Suplemen Besi Terhadap Profil Darah Mahasiswi
Akper Dharma Husada Kediri” mengatakan bahwa peningkatan nilai profil
darah pada klompok suplementasi besi 1 tablet setiap minggu lebih tinggi
di bandingkan pada kelompok suplementasi 1 tablet setiap hari. Sehingga
mahasiswi agar lebih meningkatkan asupan gizi sehari-hari agar tidak
terjadi anemia.
Sari kurma yang kaya akan zat besi dapat meningkatkan kadar
hemoglobin. Kandungan protein, kerbohidrat dan lemak pada sari kurma
mendukung proses sintesis hemoglobin. Karbohidrat dan lemak
membentuk suksinil CoA yang selanjutnya bersama glisin akan
membentuk protoporfirin melalui serangkaian proses porfirinogen.
Protoporfirin tang terbentuk selanjutnya bersama molekul heme dan
protein globin membentuk hemoglobin. Kombinasi buah kurma yang
kaya kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P, dan niasin dengan palmyra
yang kaya kandunagan vitamin A dan kelapa yang kaya kandunagn Na dan
K mampu memperbaiki kadar hemoglobin pada pasien anemia (Agustina,
2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Sari 2018 yang berjudul “The
Addition of Dates Plam (Phoenix Dactylifera) on Iron Supplementation
(Fe) Increases the Hemoglobin Level of Adolescent Grils With Anemia”
mengatakan bahwa remaja putri yang mengkonsumsi tablet Fe dan 7 buah
kurma selama 30 hari mengalami peningkatan yang lebih tinggi dari
Page 10
v
remaja putri yang hanya mengkonsumsi tablet Fe. Terlihat pada mean
kelompok eksperimen sebelum intervensi adalah 9.94 dan sesudah
intervensi adalah 11.22 dengan p=0.000 < 0.05, sedangkan mean pada
kelompok kontrol sebelum intervensi adalah 10.09 dan sesuah intervensi
adalah 10.93 dengan p=0.012 < 0.05, sehingga terdapat perbedaan pada
kelompok eksperimen dan kontrol sebelum dan sesudah intervensi. Uji
beda yang dilakukan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
didapatkan nilai p=0.855 > 0.05 sehingga tidak ada pengaruh yang
signifikan antara pemberian buah kurma dan Fe keduanya sama-sama
dapat meningkatkan kadar hemoglobin, tetapi jika dilihat dari sebelum dan
sesudah intervensi, pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan
hemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Besi (Fe) dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah
merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang mengangkut
paru-paru. Hemoglobin akan mengakut oksigan ke sel-sel yang
membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak, dan protein menjadi
energi (ATP). Pembentukan hemoglobin memerlukan beberapa zat gizi
dalam pembentukan sel darah merah, yang paling penting adalah zat besi,
vitamin B12 dan asam folat dam membutuhkan vitamin C untuk
membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Tanpa zat gizi tersebut,
pembentukan sel darah merah tidak akan mencukupi. Selnya bisa memiliki
kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana
mestinya (Agustina, 2017)
Page 11
v
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
terletak pada judul yaitu “pengaruh pemberian sari kurma dan Fe terhadap
peningkatan kadar Hb pada remaja putri” untuk penelitian sari kurma lebih
banyak dilakukan pada ibu hamil dan ibu menyusui dan dilakukan selama
1 minggu, sedangkan yang dilakukan pada remaja putri masih terbatas.
Untuk tempat penelitian peneliti menggunakan SMP dan dilakukan selama
30 hari karena bersamaan dengan pemberian tablet Fe pada remaja putri
yang mengalami anemia.
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan
mengalami anemia. Remaja putri merupakan generasi masa depan bangsa
yang nantinya akan menentukan generasi berikutnya. Stasus gizi remaja
putri pranikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan
kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu (Permatasari,
2010). SMP Yamad adalah salah satu SMP yang terletak di Bekasi dan
belum masuk dalam program pemerintah untuk pemberian Tablet tambah
darah (TTD). Selain itu, belum pernah ada penelitian yang terkait dengan
pemeriksaan Hb atau pemberian terapi yang berkaitan dengan anemia.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan ini ke dalam sebuah penelitian dengan tujuan untuk melihat
pengaruh pemberian sari kurma dan Fe terhadap peningkatan kadar Hb
remaja putri di SMP Yamad Bekasi.
Page 12
v
B. Kerangka Teori
Berdasarkan hal tersebut maka kerangka teori yang akan diteliti dapat
dilihat pada diagram berikut ini:
Kerangka Teori Tentang Pengaruh Pemberian Sari Kurma Dan Fe
Terhadap Peningkatan Kadar Hb Pada Remaja Putri
Sumber : Andriani (2014), Anamisa (2015), Utami (2017), Handayani (2008),
Adriani (2016), Sudargo (2018), Setiowati (2018), Suryana (2018), Rostita
(2009), Ali (2015), Kusmiran
B. Permasalahan
Jenis konsumsi makanan yang
mengahmbat penyerapan zat
besi
Jenis konsumsi makanan yang
mendukung penyerapan zat besi
Konsumsi makanan yang
mengandung zat besi (besi heme
dan besi nonheme)
Konsumsi tablet besi (Fe)
Konsumsi sari kurma
Kadar hemoglobin
pada remaja putri
Page 13
v
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan
mengalami anemia. Remaja putri merupakan generasi masa depan bangsa
yang nantinya akan menentukan generasi berikutnya. Stasus gizi remaja
putri pranikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan
kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu (Permatasari,
2010). SMP Yamad adalah salah satu SMP yang terletak di Bekasi dan
belum masuk dalam program pemerintah untuk pemberian Tablet tambah
darah (TTD). Selain itu, belum pernah ada penelitian yang terkait dengan
pemeriksaan Hb atau pemberian terapi yang berkaitan dengan anemia.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan ini ke dalam sebuah penelitian dengan tujuan untuk melihat
pengaruh pemberian sari kurma dan Fe terhadap peningkatan kadar Hb
remaja putri di SMP Yamad Bekasi.
E. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
mendeskripsikan pengaruh pemberian sari kurma dan Fe terhadap
peningkatan kadar Hb remaja putri di SMP Yamad Bekasi.
Page 14
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemoglobin
2.1.1 Pengertian Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin merukapan zat warna yang terdapat dalam darah merah
yang berguna untuk mengangkut O2 dan CO2 dalam tubuh. Hemoglobin
adalah ikatan antara protein, garam besi dan zat warna. (Adriani, 2016)
Kadar hemoglobin merupakan parameter yang paling mudah
digunakan dalam menentukan status anemia pada skala luas. Sampel darah
yang digunakan biasanya sampel darah tepi, seperti dari jari tengah, dapat
Page 15
v
pula dari jari kaki serta telinga. Akan tetapi kadar hemoglobin bukan
merupakan indikator yang sensitif untuk melihat atatus besi seseorang.
Karena turunnya kadar hemoglobin merupakan tahap yang sudah lanjut dari
adanya defisiensi besi.
2.1.2 Fungsi Hemoglobin
Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat
oksigen (O2). Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa
oleh darah, dengan adanya Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen ke
berbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan
terisolasi sekalipun akan tercapai
2.1.3 Pembentukan Hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritoblas dan kemudian
dilanjutkan sampai tingkat retikulosit, karena ketika retikulosit
meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka
retikulosit tetap membentuk hemoglobin selama beberapa hari berikutnya.
Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin adalah yang pertama,
suksinil-KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan klisin
untuk membentuk molekul pirol. Selanjutnya, empat senyawa pirol bersatu
membentuk senyawa protoporfirin, yang kemudian berikatan dengan besi
membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem berikatan dengan
Page 16
v
satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom reticulum
endoplasma, membentuk hemoglobin.
Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin
yang berbeda, bergantung pada susunan asam amino dibagian polipeptida.
Tipe-tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai
delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang dewasa, yaitu
hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai
beta. Karena setiap rantai mempunyai sekelompok prostetik heme, maka
terdapat empat atom besi dalam setiap molekul hemoglobin, masing-masing
dapat berikatan dengan 1 molekul oksigen, total membentuk 4 molekul
oksigen yang dapat diangkut oleh setiap molekul hemoglobin.
Hemoglobin A mempunyai berat molekul Afinitas ikatan
hemoglobin terhadap oksigen ditentukan oleh sifat rantai hemoglobin.
Abnormalitas rantai ini dapat mengubah sifat-sifat fisik molekul
hemoglobin. Contohnya, pada anemia sel sabit, asam amino valin akan
digantikan oleh asam glutamat pada satu tempat dalam setiap dua rantai
beta. Jika tipe hemoglobin ini terpapar dengan oksigen berkadar rendah,
maka terbentuklah kristal panjang di dalam sel-sel darah merah yang
panjangnya kadang-kadang sampai 15 mikrometer. Hal ini membuat sel-sel
tersebut hampir tidak mungkin melewati kapiler-kapiler kecil, dan ujung
berduri dari kristal tersebut cenderung merobek membran sel, sehingga
terjadi anemia sel sabit. (Anamisa, 2015)
Perbaikan besi intraseluler dalam waktu 12-24 jam. Hiperplasi seri
eritropoitik dalam sumsum tulang terjadi dalam waktu 36-48 jam yang
Page 17
v
ditandai oleh retikulositosis di darah tepi dalam waktu 48-72 jam, yang
mencapai puncak dalam 5-7 hari. Dalam 4-30 hari setelah pengobatan
didapatkan peningkatan kadar hemoglobin. (Utami, 2017)
2.1.4 Klasifikasi kadar hemoglobin
Nilai normal yang paling sering dinyatakan adalah untuk pria 14-18
gr/100 ml dan untuk wanita 12-16 gm/100 ml (gram/100ml sering disingkat
dengan gr% atau gr/dl). Beberapa literatur lain menunjukkan nilai yang
lebih rendah, terutama pada wanita, sehingga mungkin pasien sering tidak
dianggap menderita anemia sampai Hb kurang dari 13gr/100 ml pada pria
dan 11gr/100 ml untuk wanita. (Handayani, 2008)
2.1.5 Cara Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
2.1.5.1 Alat pemeriksaan Hb
2.1.5.1.1 Cek Hb digital (Easy Touch GCHB)
2.1.5.1.2 Chip Hb Easy Touch GCHB
2.1.5.1.3 Jarum lanset
2.1.5.1.4 Lancing device (alat pencoblos)
2.1.5.1.5 Alkohol swab
2.1.5.1.6 Handscoon
2.1.5.2 Prosedur kerja
2.1.5.2.1 Mengambil darah pada ujung jari dengan menggunakan jarum
lanset.
2.1.5.2.2 Tekan jari hingga darah keluar sentuhkan pada ujung chip Hb
yang sudah terpasang pada alat Hb digital.
Page 18
v
2.1.5.2.3 Tunggu hingga hasil muncul dan hasil dapat terbaca.
2.2 Anemia
2.2.1 Pengertian Anemia
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh.
Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin se rta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal.
(Handayani, 2008)
2.2.2 Kriteria Anemia
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas
hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia.
Batasan yang umum digunakan adalah kriteria WHO dan dinyatakan
sebagai anemia bila terdapat nilai dengan kriteria sebagai berikut :
2.2.2.1 Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
2.2.2.2 Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
2.2.2.3 Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl
2.2.2.4 Anakusia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
2.2.2.5 Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia diklinik, rumah sakit atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagi berikut :
2.2.2.1 Hb < 10 gr/dl
Page 19
v
2.2.2.2 Hematokrit < 30%
2.2.2.3 Eritrosit < 2,8 juta/mm
2.2.3 Derajat anemia
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia
yang umum dipakai adalah sebagai berikut :
2.2.3.1 Anemia ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
2.2.3.2 Anemia ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
2.2.3.3 Anemia sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
2.2.3.4 Anemia berat Hb < 6 gr/dl
2.2.4 Prevalensi Anemia
Perkiraan prevalensi anemia di Indonesia menurut Husaini, dkk
tergambar dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2.1
Prevalensi Anemia di Indonesia
Kelompok Polulasi Angka Prevalensi
1. Anak prasekolah 30 - 40%
2. Anak usia sekolah 25 – 35%
3. Dewasa tidak hamil 30 – 40%
4. Hamil 50 – 70%
5. Laki-laki dewasa 20 – 30%
6. Pekerja berpenghasilan rendah 30 – 40%
2.2.5 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan susmsum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan. Kegagalan sumsum
Page 20
v
tulang dapat terjad i akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila kosentrasi plasmanya
melebihi kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan ke dalan urine.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal hal berikut ini :
2.2.5.1 Aniksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah ke jaringan.
2.2.5.2 Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia
2.2.6 Gejala Klinis
2.2.6.1 Sistem kardiovaskular : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
2.2.6.2 Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga, mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstermitas.
2.2.6.3 Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun.
2.2.6.4 Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisiitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus.
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
2.2.7.1 Pemeriksaan laboratorium hematologis
2.2.7.2 Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
2.2.7.3 Pemeriksaan penunjang lain
2.2.8 Penatalaksanaan terapi
2.2.8.1 Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
Page 21
v
2.2.8.2 Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.
2.2.8.3 Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah :
2.2.8.3.1.1 Terapi gawat darurat
2.2.8.3.1.2 Terapi khas untuk masing-masing anemia
2.2.8.3.1.3 Terapi kausal
2.2.8.3.1.4 Terapi ex-juvantivus (empiris)
2.3 Suplemen Zat Besi
2.3.1 Pengertian Zat Besi (FE)
Zat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk
hemoglobin (Hb). Dalam tubuh zat besi mempunyai fungsi yang
berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen
dan berada dalam bentuk hemoglobin, mioglobin, atau cytochrom. Untuk
memenuhi kebutuhan guna untuk pembentukan hemoglobin, sebagian zat
besi berasal dari pemecahan sel darah merah akan dimanfaatkan kembali
baru kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui makanan.
Kandungan besi didalam tubuh wanita 35 mg/kgBB dan pada laki-
laki 50 mg/kgBB, dimana 70% terdapat di dalam hemoglobin dan 25%
merupakan besi cadangan yang terdiri dari Feritin dan hemosiderin yang
terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Jumlah besi yang dapat
disimpan dalam tubuh 0,5-1,5 g pada laki-laki dewasa dan 0,3-1,0 g pada
wanita dewasa. Pembuangan besi ke luar tubuh terjadi melalui beberapa
jalan diantaranya melalui keringat 0,2-1,2 mg/hari, air seni 0,1 mg/hari, dan
melalui Feses dan mestruasi 0,5-1,4 mg/hari. (Adriani, 2016)
Page 22
v
2.3.2 Metabolisme Zat Besi (Fe)
Besi (Fe) dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah,
yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang mengangkut paru-paru.
Hemoglobin akan mengakut oksigan ke sel-sel yang membutuhkannya
untuk metabolisme glukosa, lemak, dan protein menjadi energi (ATP).
Proses penyerapan zat besi ini meliputi tahap-tahap utama sebagai
berikut :
2.3.2.1 Besi yang terdapat dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Ferri
(Fe+++) atau Ferro (Fe++) mula-mula mengalami proses
pencernaan.
2.3.2.2 Di dalam usus, Fe+++ larut dalam asam lambung kemudian diikat
oleh gestroFerin dan direduksi menjadi Fe++.
2.3.2.3 Di dalam usus, Fe++ dioksidasi menjadi Fe+++, Fe++ berikatan
dengan apoFerritin kemudian di transformasi menjadi Ferritin,
membebaskan Fe++ ke dalam plasma darah.
2.3.2.4 Di dalam plasma Fe++dioksidasi menjadi Fe+++, dan berikatan
dengan transFerin.
2.3.2.5 TransFerin mengangkut Fe++ kedalam sumsum tulang untuk
bergabung membentuk hemoglobin.
2.3.2.6 TransFerin mengangkut Fe++ ke dalam tempat penyimpanan besi di
dalam tubuh (hati, tulang, limpa, sistem reticuloendotelial),
kemudian dioksidasi menjadi Fe+++, Fe+++ bergabung dengan
Page 23
v
apoFerritin membentuk Ferritin dan kemudian disimpan. Besi yang
terdapat dalam plasma seimbang dengan yang disimpan.
2.3.3 Kecukupan Konsumsi Zat Besi
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi
yang hilang melalui tinja air seni dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14
ug/kg BB/hari atau hampir sama dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki
dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa. (Adriani, 2016)
Zat besi dalam makanan dapat terbentuk heme dan nonheme.zat besi
heme adalah zat besi yang berikatan dengan protein dan banyak pada
hewani. Zat besi nonheme adalah senyawa besi anorganik yang kompleks.
Zat besi heme dapat diabsorpsi sebanyak 20-3-%, sebaliknya zat besi
nonheme hanya diabsorpsi sebanyak 1-6%.
Menurut FAO/WHO jumlah zat besi yang dikonsumsi sebaiknya
berdasarkan jumlah kehilangan zat besi dari dalam tubuh kita serta bahan
makanan hewani yang terdapat dalam menu.
2.3.4 Faktor yang Mempengarihi Absorpsi Zat Besi
Hasil dari suatu penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 37% zat
besi heme dan 5% zat besi nonheme yang ada dalam makanan dapat
diabsorpsi. Zat besi nonheme yang rendah absorpsinya dapat ditingkatkan
apabila adanya peningkatan asupan vitamin C dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi absorpsi seperti daging, ikan dan ayam.
2.3.4.1 Vitamin C
Page 24
v
Vitamin C berperan dalam pembentukan subtansi antara sel
dari berbagai jaringan, meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan aktivitas fagositosis sel darah putih, meningkatkan
absorpsi zat besi dalam usus, serta transportasi besi dari transFerin
dalam darah ke Feritin dalam sumsum tulang, hati dan limpa.
Vitamin C dapat meningkatka absorpsi nonheme sanpai empat kali
lipat. Vitamin C dengan zat besi membentuk senyawa askorbat besi
kompleks yang larut dan mudah di absorpsi, karena itu sayur-
sayuran segar dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
baik dikonsumsi untuk mencegah anemia.
2.3.4.2 Protein
Protein adalah zat pembangun yang merupakan komponen
penting dalam siklus kehidupan manusia, dapat pula untuk mencegah
dan mengatasi anemia. Protein nabati maupun hewani tidak
meningkatkan absorpsi zat besi, tetapi bahan makanan yang di
sebuat meat factor seperti daging, ikan dan ayam, apabila ada dalam
menu makanan walaupun dalam jumlah yang sedikit akan
meningkatkan absorpsi zat besi nonheme yang berasal dari serealia
dan tumbuh-tumbuhan.
Butir-butir darah merah juga dibuat dari protein. Disamping
itu, dalam cairan darah sendiri harus terdapat protein dalam jumlah
yang cukup, karena berguna dalam mempertahankan tekanan osmose
darah, jika protein dalam cairan darah tidak cukup, maka tekanan
osmose akan turun.
Page 25
v
2.3.5 Konsumsi Tablet Besi (Fe)
Pentingnya pemberian zat besi ini kepada seseorang yang sedang
terkena anemia defisiensi besi dan tidak ada gangguan absorpsi maka dalam
7 – 10 hari kadar kenaikan Hb bisa terjadi dengan mengkonsumsi tablet
tambah darah sebesar 1,4 mg/hari (Kristyan, 2011). Pada keadaan
perdarahan berlebihan atau perdarahan normal pada haid, kehilangan besi
akibat perdarahan harus diganti. Karena haid rata-rata mengeluarkan darah
60 ml per bulan, yang sama dengan 30 mg besi, perempuan memerlukan
satu ekstra miligram per hari untuk diserap agar keseimbangan terjaga
(Agustina, 2017)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 88 Tahun 2014
tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil
mengatakan bahwa wanita usia subur diberikan sebanyak 1 (satu) kali
seminggu dan 1 (satu) kali sehari selama haid dan untuk ibu hamil diberikan
setiap hari selama masa kehamilannys atau minimal 90 (sembilan puluh)
tablet.
Menurut Kemenkes RI 2016 tentang pemberian tablet tambah darah
pada remaja putri dan wanita usia subur mengatakan bahwa pelaksanaan
pemberian TTD sebelumnya adalah 1 (satu) tablet per minggu dan pada
masa haid diberikan 1 (satu) tablet selama 10 hari, tetapi pertemuan para
pakar memberi rekomendasi pemberian TTD diubah supaya lebih efektif
dan mudah pelaksanaannya. Dan pada teknik pelaksanaannya cara
Page 26
v
pemberian TTD dengan dosis 1 (satu) tablet per minggu sepanjang tahun,
pemberian TTD dilakukan untuk remaja putri usia 12-18 tahun.
Suplemen zat besi sebaiknya dikonsumsi pada malam hari, karena
efek dari suplemen zat besi tersebut dapat menimbulkan rasa mual. Jumlah
suplemen yang diberikan diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan wanita.
Kebutuhan akan zat besi 3000 s/d 5000 mg yang ada dalam tubuh, yang
diekskresikan tubuh setiap harinya hanya 1 mg dan hanya 60 % (1800 –
3000 mg) berada dalam eritrosit, 30 % berada sebagai besi cadangan dan
hanya 20 % berada dalam berbagai organ lainnya seperti otot, enzim dan
lain – lain .
2.3.5.1 Angka kecukupan besi yang dianjurkan
Tabel 2.2 Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 75 tahun
2013 tentang angka kecukupan besi bagi bangsa indonesia :
Kelompok umur Besi (mg)
Bayi/Anak
0 – 6 bulan -
7 – 11 bulan 7
1 – 3 tahun 8
4 – 6 tahun 9
7 – 9 tahun 10
Laki-laki
10 – 12 tahun 13
13 – 15 tahun 19
16 – 18 tahun 15
19 – 29 tahun 13
30 – 49 tahun 13
50 – 64 tahun 13
65 – 80 tahun 13 80+ tahun 13
Perempuan
10 – 12 tahun 20
13 – 15 tahun 26
16 – 18 tahun 26
19 – 29 tahun 26
30 – 49 tahun 26
50 – 64 tahun 12
65 – 80 tahun 12
80+ tahun 12
Hamil (+an)
Page 27
v
Trimester 1 +0
Trimester 2 +9
Trimester 3 +13
Menyusui (+an)
6 bulan pertama +6
6 bulan kedua +8
Sumber : Permenkes RI, 2013
2.3.6 Sumber besi
Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam dan
ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu
diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, danamakan juga ketersediaan
biologik. Pada umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai
ketersediaan biologik sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayuran,
terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai
ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan
sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu absorpsi.
Menu makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan,
kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin
C. (Sudargo, 2018)
Adanya senyawa tertentu yang dapat menghambat penyerapan zat
besi seperti yang terdapat dalam sereal, kopi, teh, dan susu. ASI (Air Susu
Ibu) mempunyai kandungan zat besi rendah namun lebih mudah terserap
dibandingkan dengan susu sapi. (Siti, 2018)
2.4 Sari Kurma
Page 28
v
2.4.1 Pengertian Sari Kurma
Kurma yang dalam bahasa latin disebut Phoenix dactyliFera adalah
buah yang tumbuh khas di daerah gurun pasir. Buah ini telah lama terkenal
dan merupakan salah satu buah yang paling penting di wilayah Arab, Afrika
Utara, dan Timur Tengah.kurma mengandung ribulavin, niasin, pirpdoksal
dan folat dimana dalam 100 gram kurma memenuhi lebih dari 95%
kebutuhan vitamin sehari. Kurma matang kaya akan kandungan kalsium dan
besi (Utami, 2017). Kurma mengandung karbohidrat tinggi sehingga dapat
menyediakan energi yang cukup. Sebagian kandungan gulanya terdiri atas
glukosa, fruktosadan sukrosa. (Setiowati,2018)
Di Indonesia buah kurma banyak diproduksi dalam bentuk sari
kurma. Sari kurma adalah salah satu jenis minuman khusus yang berfungsi
untuk pengobatan dan merawat kesehatan bagi tubuh yang mengandung zat
mineral yaitu besi yang esensialbagi pembentukan hemoglobin untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam tubuh. (Setiowati, 2018)
Sari kurma (Dates Syrup) merupakan salah satu produk olahan dari
buah kurma dengan metode pengepresan yang saat ini mudah diperoleh di
pasaran. Sari kurma bentuk sediaan cair seperti sirup, sehingga mudah
dikonsumsi dan lebih mudah disimpan. Sari kurma di masyarakat dikenal
dan dipercaya mempunyai khasiat berkenaan dengan penyembuhan
penyakit, meningkatkan stamina, mengatasi kurang darah, dan manfaat
lainnya. (Hernawan, 2019)
Sari kurma memiliki banyak sekali manfaat terutama untuk menjaga
kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, serta kesehatan balita dan anak-anak.
Page 29
v
Khasiat buah kurma sudah tidak diragukan lagi. Baik kurma segar maupun
olahannya seperti sari kurma, tetap memiliki kandungan gizi yang sangat
baik bagi kesehatan (Fitriani, 2016).
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP YAMAD Bekasi
B. Alat, Bahan dan Responden
Alat dalam penelitian ini Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah lembar observasi, Cek Hb digital (Easy Touch GCHB), Chip Hb
Easy Touch GCHB, Jarum lanset, Lancing device (alat pencoblos),
Alkohol swab, Handscoon
C. Cara Kerja
1. Pengumpulan data
Page 30
v
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder yang diperoleh tidak secara langsung dan tidak langsung dari
subjek penelitian dengan definisi operasional sebagai berikut:
Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi
operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala
ukur
Variabel
Independen
Sari kurma
Sari kurma adalah
olahan dari buah
kurma yang
memiliki banyak
nutrisi yang baik
untuk kesehatan
Sari kurma
dikonsumsi 2
kali sehari
selama 30 hari
1 Sendok
teh atau
2,5ml
1. Mengkonsumsi
sari kurma
2. Tidak
Mengkonsumsi
sari kurma
Nominal
Tablet Fe Fe adalah
suplemen yang
dapat membantu
mengatasi anemia
Fe dikonsumsi
1 minggu 1x
dan ketika
menstruasi
dikonsumsi 1
hari 1x selama
30 hari
Lembar
Observasi
1. Mengkonsumsi
tablet Fe
2. Tidak
Mengkonsumsi
tablet Fe
Nominal
Variabel
Dependen
kadar
hemoglobin
remaja putri
Jumlah
hemoglobin dalam
sel darah merah
pada remaja putri
di SMP Yamad
Melakukan
pengecekan
Hb sebelum
dan sesudah
intervensi sari
kurma dan Fe
pada
kelompok
eksperimen
dan kelompok
kontrol
Easy Touch
GCHB
≥ 12 g/dl Interval
1. Pengolahan Data
Pemberian kode terhadap data yang diperoleh di lapangan dan
memasukan data dari formulir penelitian kedalam program pengolahan
data yaitu SPSS versi 17.0.dan disajikan dalam bentuk tabel.
2. Analisis Data
a. Analisa univariat
Page 31
v
untuk melihat distribusi frekuensi darivariabel dependent dan
variabel independent. Dibuat table distribusi frekuensi dari semua
sebaran variabel yang terdapat dalam penelitian ini.
b. Analisis Bivariat
Data dianalisis dengan menghubungkan antara variabel
independent dengan variabel dependent. Untuk mengetahu ia dan
tidaknya hubungan antara variabel dependent dan variabel
independent digunakan table silang serta melakukan identifikasi
variable yang bermakna dengan menggunakan ujiChi-Square
dengan tingkat kemaknaan 95%, yang berarti apabila P value ≤0,05
berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel dependent dan
variable independent, dan apabila P value ≥0.05 berarti tidak ada
hubung anantara variabel dependen dan variabel independen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat
Page 32
v
Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan
distribusi frekuensi Umur dan Kelas pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada
remaja putri di SMP Yamad Bekasi
Umur Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
F % F %
12 Tahun 7 36.8 5 26.3
13 Tahun 8 42.1 11 57.9
14 Tahun 4 21.1 3 15.8
Total 19 100 19 100
Tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar remaja putri yang
mengalami anemia untuk kelompok eksperimen berusia 13 tahun
sebanyak 8 responden (42.1%) dan untuk kelompok kontrol yang
berusia 13 tahun sebanyak 11 responden (57.9%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas pada
Remaja Putri di SMP Yamad Bekasi
Kelas Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
F % F %
VII 10 52.6 9 47.4
VIII 9 47.4 10 52.6
Total 19 100 19 100
Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar remaja putri yang
mengalami anemia untuk kelompok eksperimen berasal dari kelas VII
sebanyak 10 responden (52.6%) dan untuk kelompok kontrol berasal
dari kelas VIII sebanyak 10 responden (52.6%)
Tabel 4.3 Distribusi Perubahan Kadar Hb Pre-test dan Post-test
Remaja Putri pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yang di SMP Yamad Bekasi
Page 33
v
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretest
(gr%)
Posttest
(gr%)
Pretest
(gr%)
Posttest
(gr%)
7.1 13.3 10.0 12.4
11.5 14.0 11.9 13.2 10.5 8.1 10.0 14.4
11.7 15.0 9.9 15.9
8.4 13.9 12.0 15.5
10.3 15.4 11.2 14.7
7.8 13.6 9.7 13.6
11.5 12.0 10.6 12.0
12.0 11.7 9.3 11.4
9.4 12.8 12.0 12.2
11.4 14.0 10.9 13.1
10.7 14.3 11.9 14.9
11.0 12.6 9.6 12.0
11.3 14.9 11.3 15.9 10.1 15.7 10.1 12.1
8.5 15.3 9.7 11.0
12.0 11.2 8.9 11.2
11.2 11.9 10.3 12.3
12.0 10.7 12.0 10.9
Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari hasil post-test pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol rata-rata mengalami peningkatan
kadar Hb.
4.1.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak
pengaruh pemberian saari kurma terhadap kenaikan kadar Hb pada
remaja putri dengan menggunakan anailis Uji Paired T-Test dan Uji
Independen T-Test
Tabel 4.4 Rata-rata skor kadar Hb pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan sari kurma dan
Fe di SMP Yamad Bekasi
Page 34
v
Variabel Pre Test Post-test
t p M SD M SD
Kelompok Eksperimen 10.44 1.509 13.17 1.928 -4.332 0.000
Kelompok Kontrol 10.59 1.026 13.08 1.671 -6.685 0.000
Keterangan M = Mean, SD = Standar Deviasi
Tabel 4.3 Berdasarkan hasil skor kadar Hb pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan sari
kurma dan Fe. Pada kelompok eksperimen didapatkan nilai p = 0.000
dan untuk kelompok kontrol didapatkan nilai p = 0.000, sehingga
(p<0.05) terdapat perbedaan rata-rata kadar Hb sebelum dan sesudah
diberikan sari kurma dan Fe pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Tabel 4.5 Rata-rata skor kadar Hb antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol sebelum dan sesusah diberikan sari kurma
dan Fe di SMP Yamad Bekasi
Variabel
Kelompok Eksperimen
(n = 19)
Kelompok Kontrol
(n = 19) t p
M SD M SD
Kadar Hb
Pre Test 10.44 1.509 10.59 1.026 -0.364 0.718
Post Test 13.17 1.928 13.08 1.671 0.153 0.879
Keteranagn M = Mean, SD = Standar Deviasi
Tabel 4.4 Berdasarkan hasil skor rata-rata kadar Hb antara
kelompok eksperiman dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah
diberikan sari kurma dan Fe yaitu pada pre test kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol nilai p=0.718 dan pada post test kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol nilai p=0.879, sehingga nilai
Page 35
v
(p>0.05) tidak terdapat perbedaan pada pemberian sari kurma dan Fe
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Univariat
Jumlah remaja putri di SMP Yamad kelas VII dan VIII
berjumlah 69 remaja putri dan terdapat 38 remaja putri yang
mengalami anemia, untuk kelas VII dan kelas VIII masing-masing
terdapat 19 remaja putri yang mengalami anemia. Anemia adalah
keadaan dimana masa eritrosit atau masa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oxygen bagi jaringan
tubuh, sehingga kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan
hematokrit dibawah normal. (Handayani, 2009)
Menurut data Survay Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%,
ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia
10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 35,5%. Data
yang terlampir responden penelitian minimal 12 tahun dan maksimal
14 tahun. Usia responden paling banyak mengalami anemia adalah 13
tahun yaitu sebanyak 19 remaja putri (50.0%), usia 12 tahun sebanyak
12 remaja putri (21.6%) dan usia 14 tahun sebanyak 7 remaja putri
(18.4%).
Remaja adalah segala sesuatu yang mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja juga sedang mengalami
Page 36
v
perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Usia 13 tahun
remaja putri tergolong dalam remaja awal, keinginan mencoba segala
sesuatu hal yang baru dan adanya dorongan rasa ingin tahu yang
tinggi, membuat remaja cenderung berpetualang, menjelajah segala
sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.
Adanya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan remaja yaitu
makanan yang sering kali membuat remaja lebih memilih-milih
makanan yang mereka konsumsi dan lebih menyukai makanan siap
saji, sehingga saat berpengaruh terhadap kesehatan remaja terutama
berkaitang dengan anemia atau defisisensi besi. (Ali, 2015).
4.2.2 Analisis Bivariat
Hasil uji statistik dengan uji Paired T-Test pada tabel 4.3
menunjukan bahwa ada perbandingan yang bermakna pada skor kadar
Hb dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan
sesudah diberikan sari kurma dan Fe. Hal tersebut dapat diketahui dari
uji Paired T-Test yang dilakukan dengan program SPSS versi 22
dengan hasil t hitung kelompok eksperimen -4.332 dan p 0.000
dimana nilai tersebut (p ≤ 0.05) maka ada perbedaan yang bermakna
pada skor kadar Hb sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Rata-rata kadar Hb sebelum mengkonsumsi sari kurma dan Fe
selama 30 hari adalah 10.44 gr% dan rata-rata kadar Hb sebelum
mengkonsumsi Fe adalah 10.59 gr%. Rata-rata kadar Hb sesudah
konsumsi sari kurma dan Fe adalah 13.17 gr% dan rata-rata kadar Hb
Page 37
v
sesudah konsumsi Fe adalah 13.08 gr%. Selisish kadar Hb sebelum
dan sesudah intervensi sari kurma dan Fe adalah 2.73 gr%, sedangkan
selisih kadar Hb sebelum dan sesudah intervensi Fe adalah 2.49 gr%,
yang artinya kadar Hb sesudah diberi intervensi mengalami kenaikan
dibanding sebelum diberi intervensi.
Hasil uji stasitsik dengan uji Independent T-Test menunjukan
bahwa pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
memiliki nilai p = 0.718 dan post-test pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol memiliki nilai p = 0.879, sehingga p ≥ 0.05 dan
dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara pemberian sari kurma dan Fe. Sebenarnya dari nilai mean yang
ada pada tabel 4.4 pada pre-test baik kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol hanya memiliki selisih nilai rata-rata 0.15,
sedangkan pada post-test kelompok eksperimen maupun kelompok
kotrol hanya memiliki selisih nilai rata-rata 0.09. Akan tetapi jika
dilihat dari analisis pre dan post perlakuan, kedua kelompok tersebut
sama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan. Dengan demikian,
pemberian sari kurma bersamaan dengan Fe dapat meningkatkan
kadar Hb, hanya saja kedua kelompok tersebut tidak mempunyai
perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kadar Hb.
Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan
Jannah (2018) yang meneliti tentang peningkatan kadar Hb ibu hamil
dengan jus kurma dan sari kacang hijau di kota Pekalongan. Jenis
penelitian mengguanakan quasi eksperiman dengan pre-test dan post-
Page 38
v
test pada kedua kelompok. Hasil uji statistik paired t-test pada
kelompok yang diberikan jus kurma didapatkan nilai p=0.555
(p>0.05) menunjukan tidak ada kenikan Hb ibu hamil setelah
mengkonsumsi jus kurma, sedangkan pada kelompok yang diberikan
sari kacang hijau didapatkan nilai p=0.021 (p<0.05) yang menunjukan
adanya kenaikan kada Hb ibu hami setelah mengkonsumsi sari kacang
hijau. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi sari kacang hijau lebih
efektif dalam meningkatkan kadar Hb ibu hamil dibandingkan dengan
jus kurma.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2017)
dalam penelitian pengaruh pemberian Fe dengan vitamin C dan sari
kurma terhadap peningkatan hemoglobin pada siswi di Pondok
Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Penelitian in
menggunakan desain penelitian quasi eksperiman dengan metode Pre
Post-Test Control Group Design. Hasil uji statistik menggunakan
paired t-tets dan uji beda independen t-test, pada uji paired t-test
kelompok Fe dan Vit C didapatkan nilai p=0.006 (p<0.05) ada
kenikan Hb pada dan pada kelompok yang diberikan Fe dan Vitamin
C, sedangkan pada kelompok yang diberikan sari kurma didapatkan
nilai p=0.027 (p<0.05) terdapat kenikan kadar hemoglobin setelah
diberikan sari kurma. Pada uji beda independent t-test didapatkan nilai
p=0.641 (p>0.05) maka dapat ditarik kesimpulan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara pemberian Fe dan vitamin C dengan pemberian
sari kurma.
Page 39
v
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulya (2018)
tentang pengaruh pemberian ekstrak daging buah kurma Ajwa
(Phoenik DactyliFera L) terhadap kadar hemoglobin pada mencit
(Mus Musculus) bunting. Penelitian ini menggunakan penelitian
eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Hasil uji
statistik dengan uji ANOVA menunjukan tingkat signifikansi p=0.601
> a=0.05, sehingga tidak ada perbedaan nyata atau signifikan rata-rata
kadar hemoglobin pada semua klompok
Penelitian yang dilaukan oleh Sendra 2016 tentang “Pengaruh
Konsumsi Kurma (Phoenix Dactylifera) Terhadap Kenaikan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hami Trimester II Di Wilayah Puskesmas
Kediri” mengatakan bahwa, ibu hamil yang mengkonsumsi buah
kurma 25 gr/hari tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap
ibu hamil yang tidak mengkonsumsi buah kurma, karena terlihat dari
hasil pemeriksaan antara kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
sama-sama mengalami peningkatan dan penurunan kadar hemoglobin.
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau
masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia
dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit
dan hematokrit dibawah normal (Handayani, 2008). Kondisi anemia
defisiensi besi bervariasi menurut usia, jenis kelamin dan ketinggian.
Anemia ditandai dengan menurunnya jumlah eritrosit atau kadar
hemoglobin dibawah normal (Utami, 2017).
Page 40
v
Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, anemia
defisiensi besi yang menjadi penyebab utama anemia di masyarakat
terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, hal ini dapat
disebabkan oleh kekuranagan gizi. Wanita usia subur sering
mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil (Utami, 2017).
Zat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk
membentuk hemoglobin (Hb). Untuk memenuhi kebutuhan guna
pembentukan hemoglobin, sebaigan zat besi berasal dari pemecahan
sel darah merah dan akan dimanfaatkan kembali baru kekurangannya
harus dipenuhi dan diperoleh dari makanan (Adriani, 2016).
Pengobatan dengan preparat besi, seorang pasien dinyatakan memberi
respon baik bila retikulosis naik pada minggu pertama, mencapai
puncak pada hari ke-10 dan normal lagi setelah hari ke-14, diikuti
kenaikan Hb 0.15 g/hari atau 2 g/dl setelah 3-4 minggu (Agustina,
2017).
Sari kurma adalah olahan dari buah kurma yang memiliki
banyak kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh, salah satunya
adalah zat besi. Dalam kurma juga terdapat berbagai nutrisi lainnya
seperti asam folat, dan vitamin yang mendukung penyerapan zat besi
dalam tubuh sehingga dapat mencegah anemia Sari kurma tidak dapat
meningkatkan kadar hemoglobin dalam beberapa penelitian tetapi, sari
kurma yang kaya akan zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin
Page 41
v
secara fungsi dan kandungan yang ada dalam sari kurma. (Jannah,
2018).
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang telah
dilakukan Setiowati (2019) dalam penelitian pengaruh sari kurma
(Phoenix DactyliFera) terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu
hamil trimerster III, mengatakan bahwa terdapat pengaruh dalam sari
kurma terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester III di wilayah kerja Puskesmas Batulicin dan didapatkan
nilai p=0.002 (<0.05).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahayu (2017)
dalam penelitian efektifitas penambahan sari kurma dalam pemenuhan
gizi ibu hamil anemia di Puskesmas Wedi, kabupaten Klaten
mengatakan bahwa ibu hamil yang diberikan sari kurma mengalami
kenaikan kadar hemoglobin lebih tinggi daripada ibu hamil yang di
beri MMN dan didapatkan nilai p=0.045 (p<0.05), sehingga dapat
disimpulkan sari kurma lebih efektif dalam menaikan kadar
hemoglobin dibandingkan dengan MMN.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad 2018 tentang
“Pengaruh Konsumsi Buah Kurma Terhadap Peningkatan Kadar Hb
Pada Siswi Kelas X MA Darul A’MAL Metro” mengatakan bahwa
siswi kelas X yang diberi buah kurma mengalami peningkatan kadar
Hb dan didapatkan nilai p=0.031 < 0.05, sehingga ada pengaruh
Page 42
v
konsumsi buah kurma terhadap peningkatan kadar Hb pada siswi
kelas X MA Darul A’Mal.
Pembentukan hemoglobin memerlukan beberapa zat gizi
dalam pembentukan sel darah merah yang paling penting adalah zat
besi, vitamin B12, dan asam folat, dan membutihkan vitamin C untuk
membentu penyerapan zat besi dalam tubuh. Tanpa zat gizi tersebut,
pembentukan sel darah merah tidak akan mencukupi. Selnya bisa
memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen
sebagaimana mestinya (Agustina, 2017).
Pemberian sari kurma berpengaruh terhadap kenaikan kadar
hemoglobin. Sintesis hemoglobin dimulai di dalam proeritroblas dan
dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit. Saat retikulosit
meninggalkan susmsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah,
retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin. Kandungan zat besi
dapat mensintesis pembentukan heme yang dapat memacu kadar
hemoglobin. Penyerapan zat besi bersifat rate limiting, yang berarti
bahwa jika penyerapan zat besi sudah cukup maka tubuh akan
mengurangi sendiri penyerapan zat besi tersebut. Besi diangkut oleh
darah menuju sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah merah
dimana besi merupakan bagian dari hemoglobin protein yang
membawa oksigen ke dalam darah (Setiyawan, 2017).
Kandungan protein, karbohidrat dan lemak pada kurma
mengandung proses sintesis hemoglobin. Pembentukan hemoglobin
Page 43
v
adalah yang pertama, suksinil-KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs
berikatan dengan klisin untuk membentuk molekul pirol. Selanjutnya,
empat senyawa pirol bersatu membentuk senyawa protoporfirin, yang
kemudian berikatan dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya
empat molekul hem berikatan dengan satu molekul globin, suatu
globulin yang disintesis dalam ribosom reticulum endoplasma,
membentuk hemoglobin (Anamisa, 2015). Kandungan buah kurma
berupa glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P dan niasin mampu memperbaiki
kadar hemoglobin pada pasien anemia (Utami, 2017)
Agustina (2017), mengatakan selain dengan suplemen Fe,
kurma juga dapat membantu penyembuhan anemia karena kurma yang
memiliki nama latin phoenix dactyliFera memiliki kandungan nutrisi
yang sangat banyak salah satunya mengandung zat besi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Karena kandungan zat besi yang ada pada
buah kurma dapat membantu meningkatkan kadar hemoglobin. Sari
kurma dapat digunakan sebagai penunjang dari Fe dalam meningktkan
kadar Hb.
Kurangnya zat besi dapat menyebabkan kemampuan dan
konsentrasi belajar menurun, mudah lelah, tidak berkembangnya otak
dan perkembangan kecerdasan otak terganggu, menghambat
pertumbuhan, gangguan saluran pencernaan, serta ketidak stamilan
imun sehingga berrisiko terkena infeksi (Utami, 2071).
Page 44
v
Menurut asumsi peneliti kenaikan kadar Hb dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti pola makan dan asupan gizi. Seperti
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SMP Yamad Bekasi,
diketahui bahwa hasil pre-test dan post-test pada kelompok
eksperiman dan kelompok kontrol mengalami kenaikan setelah
diberikan sari kurma dan Fe, tetapi jika dilihat kenaikan kadar Hb
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pemberian sari kurma dan Fe, ini
membuktikan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok. Hal ini dapat disebabkan karena pola makan remaja
putri setiap hari selama 30 hari masa pemberian sari kurma dan Fe.
Dengan demikian sari kurma dapat membantu Fe dalam kenaikan
kadar Hb,
BAB V
JADWAL DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN
A. Jadwal Penelitian
No
.
Kegiatan Bulan
Sep Oktobe Novembe Desembe Januar Februar
Page 45
v
t r
r r i i
1. Persiapan
proposal dan
kuesioner
2. Pengurusan
Izin
penelitian
3. Pengumpula
n Data
4. Tabulasi dan
analisis Data
5 Pembuatan
Laporan
B. Pembiayaan Penelitian
No. Uraian Rincian Total ( Rp,-)
PEMASUKAN
Page 46
v
1. Universitas Nasional in kind Rp.
5.000.000,-
2. Universitas Nasional in cash Rp.
3.500.000,-
TOTAL Rp.
8.500.000,-
PENGELUARAN
1 Pembuatan Proposal Rp. 500.000,-
2. Snack Rp. 400.000.-
3. Makan Responden 40 responden X Rp
30.000,-
Rp.
1.200.000.-
4 Cek Hb digital (Easy Touch
GCHB)
Rp. 300.000,-
5 Chip Hb Easy Touch GCHB,
Jarum lanset
Rp. 300.000,-
6 Lancing device (alat pencoblos),
Alkohol swab, Handscoon
Rp. 300.000,-
7 Biaya Transportasi Rp. 500.000,-
JUMLAH TOTAL Rp.
3.500.000,-
Page 47
v
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., & Wijatmadi, B. 2016. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana.
Jakarta.
Agustina, S, A., Faujiah, S., & Lanangu, S, K. 2017. The Impacts Of Fe With
Vitamin C And Date Extract Consumption To The Increasing Level Of
Hameoglobin On Anemia Female Students In Pondok Pesantren AL-
Munawwir Krapyak Bantul Yogyakarta, Prosiding Seminar Nasional Dan
Call for Papers 343-350.
Ahmad, F., Lestariningsih, S., & Lestari, G, I. 2018. Pengaruh Konsumsi Buah
Kurma Terhadap Peningkatan Kadar Hb Pada Siswi Kelas X MA Darul
A’Mal Metro. Jurnal Teknologi Kesehatan, 14(1), 22-25.
Ali, M, dan Asrori, M. 2015. Psikologi Rermaja Perkembangan Peserta Didik. PT
Bumi Aksara, Jakarta.
Anamisa, D, A. 2015.rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin.
Jurnal Ilmu Komputer Dan Sains Terapan, 10(10), 106-110.
Page 48
v
Ariani. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Kesehatan
Reproduksi, Nuha Medika, Yogyakarta.
Fitriani, E. 2016. Keajaiban Buah Kurma. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Handayani, W., & Haribowo, A, S. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gngguan Sistem Hematologi. Salemba Medika. Jakarta.
Helmyati, S., Yuliati, E., Risnhukathulistiwi, M., & Setyo, U, W. 2018.
Manajemen Gizi dalam Kondisi Bencana. Gajah Mada Univercity Press.
Yogyakarta.
Hernawan, B., Sofro, Z, M., & Sulistyorini, S, L. 2019. Pengaruh Konsumsi Sari
Kurma (Dates Syrup) Terhadap Konsentrasi Lipid Peroksids Selama
Latihan Aerobik Akut Bagi Pemula. Biomedika, 11(1), 30-34.
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Salemba Medika, Jakarta.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://tervisetestid.ee
/sites/default/files/202386%2520A3%2520EasyTouch_GCHB%2520EMC
%2520Revised.pdf. User Manual EasyTouch GCHB, diakses 27
Desember 2018.
Jannah, M., & Puspaningtyas, M. 2018. Peningkatan Kadar Hb Ibu Hamil Dengan
Jus Kurma Dan Sari Kacang Hijau Di Kota Pekalongan.PLACENTUM
Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya, 6(2), 1-6.
Kaimudin, N, I., Lestari, H., & Afa, J, R. 2017. Skrining Dan Determinan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMA Negeri 3 Kendari Tahun 2017.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1-10.
Kristyan, N. 2011. Perbedaan Kadar Hemoglobin Sebelum dan Setelah Pemberian
Tablet Besi (Fe) pada Santri Putri Di Pondok Pesantren AL-Hidayah
Kabupaten Grobokan. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Page 49
v
Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita,: Salemba
Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Novadela, N, I., & Imron, R. 2015. Pengaruh Pemberian Tablet Fe Dn Buah
Kurma Pada Mahasiswi Di Jurusan Kebidanan Tanjungkarang, Jurnal
Keperawatan, 11(2), 305-309.
Parasdia, R, A., Sari, P., Susanti, A, I., & Widjayanti, M. 2017. Hubungan
Anemia Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri. The Southeast Asian
Journal Of MidwiFery, 3(1), 27-32.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan
Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://gizi.dep
kes.go.id/download/kebijakan%2520gizi/pmk%252075-
2013.pdf&ved=2ahUKEwiC46348JrhAhWhg63MBHUDMCa0QFjAAeg
QIAhAB&usg=AOvVaw29ZDqORG5ECcclDSFVuniT, diakses 24 Maret
2019
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 88 tahun 2014 tentang Standar Tablet
Tambah Darah bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil.
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://sinforeg.l
itbang.depkes.go.id/upload/regulasi/PMK_No._88_ttg_Tablet_Tambah_D
arah_.pdf&ved=2ahUKEwin5v2e9JrhAhWN_XMBHdhjDAQQFjAAegQ
IBRAB&usg=AOvVaw3b1lvfl5N3x9azXScQZiMa, diakses 24 maret
2019
Permatasari, T., Briawan, D., & Madanijah, S. 2018. EFektifitas Program
Suplementasi Zat Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor, Jurnal MKMI,
14 (1), 1-8.
Pradanti, C, M., Wulandari, M., & Hapsari, S, K. 2015. Hubungan Asupan Zat
Besi (Fe) Dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Pada Siswi Kelas
VIII SMP Negeri 3 Brebes, Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah
Semarang, 4(1), 24-29.
Page 50
v
Proverawati. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Rahayu, R, D. 2017. EFektifitas Penambahan Sari Kurma Dalam Pemenuhan Gizi
Ibu Hamil Anemia Di Puskesmas Wedi, Kabupaten Klaten. Jurnal
Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 2(2), 97-103.
Rohani. 2017. Kejadian Anemia Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT), Status
Sarapan, Dan Status Haid Pada Siswi Usia 12-17 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pejeruk Kota Mataram. Media Bina Ilmiah, 11(2), 79-85.
Rostita. 2009. Khasiat dan Keajaiban Kurma. Qanita. Bandung.
Sari, A., Pamungkasari, E, P., & Dewi, Y, L, R. 2018. The Addtion of Dates Plam
(Phoenix Dactylifera) on Iron Supplementation (Fe) Increases the
Hemoglobin Level of Adolescent Girls with Anemia at SMA N 1 Nguter
And SMK 2 Muhammadiyah Sukoharjo. Bali Medical Journal (Bali Med
J), 7(2), 356-360.
Sendra, E., Pratamaningtyas, S., & Panggayuh, A. 2016. Pengaruh Konsumsi
Kurma (Phoenix Dactylifera) Terhadap Kenaikn Kadar Hemoglobin Pada
Ibu Hamil Trimester II Di Wilayah Puskesmas Kediri. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 5(1), 96-104.
Setiowati, W., & Nuriah, S. 2018. Pengaruh Sari Kurma (Phoenix Dactylifera)
Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III. Jurnal
Darul Azhar, 6(1), 85-91
Setiyawan., & Widiyastuti, E. 2017. Pengaruh Jus Buah Kurma Terhadap Kadar
Hemoglobin Pasien Kanker Dengan Kemoterapi. Seminar Nasional Hasil
Penelitian, VII,
Sudargo, T., Kusmayati, N, A., & Hidayati, N, L. 2018. Defisiensi Yodium, Zat
Besi, dan Kecerdasan. Gajah Mada Univercity Press. Yogyakarta.
Page 51
v
Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Penelitian. ALFABETA, cv : Bandung.
Surat Edaran Kementrian Kesehatan RI Nomor HK.03.03/V/2016 tentang
Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia
Subur.
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://dinkes.su
mutprov.go.id/editor/gambar/file/SE%2520TTD%2520Renatri.pdf&ved=2
ahUKEwiZsdPP9JrhAhV1muYKHTeaCToQFjACegQIBBAB&usg=Aov
Vaw2jWjSm8ROI05LuCvPap5lf, diakses 24 Maret 2019
Suryana, D. 2018. Manfaat Buah. Internasional Lisense.
Susilowati, E. 2015. Pengaruh Suplementasi Besi Terhadap Profil darah
Mahasiswa Akper Dharma Husada Kediri, Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1),
110-118.
Ulya, S. 2018. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daging Buah Kurma AJWA
(Phoenix DactyliFera L) Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Mencit (Mus
Musculus) Bunting, Skripsi Program Studi Biologi, Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel.
Utami, N., & Graharti, S. 2017. Kurma (Phoenix DactyFera) dalam Terapi
Anemia Defisisensi Besi. JK Unila, 1(3), 591-597.