Top Banner
i LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL INTERVENSI PENCEGAHAN STUNTING TERINTEGRASI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN NUSA TENGGARA BARAT Tim Pelaksana RUBEN WADU WILA, SKM, M.Sc ROY NUSA R.E.S, SKM,M.Si FRIDOLINA MAU S.Si, M.Sc MAJEMATANG MADING, S.KM,M.Ked.Trop. MONIKA NOSHIRMA, SKM, M.Kes NI WAYAN DEWI ADNYANA, S.Si VARRY LOBO, S.KM ELFRIDA FRIDOLIN WUWUR, SE YUSTUS EDISON TANGKUYAH RUTH VICTORIA SINADIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN LOKA LITBANGKES WAIKABUBAK 2021
98

LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

Feb 22, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

i

LAPORAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL INTERVENSI PENCEGAHAN STUNTING

TERINTEGRASI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN NUSA

TENGGARA BARAT

Tim Pelaksana

RUBEN WADU WILA, SKM, M.Sc

ROY NUSA R.E.S, SKM,M.Si

FRIDOLINA MAU S.Si, M.Sc

MAJEMATANG MADING, S.KM,M.Ked.Trop.

MONIKA NOSHIRMA, SKM, M.Kes

NI WAYAN DEWI ADNYANA, S.Si

VARRY LOBO, S.KM

ELFRIDA FRIDOLIN WUWUR, SE

YUSTUS EDISON TANGKUYAH

RUTH VICTORIA SINADIA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

LOKA LITBANGKES WAIKABUBAK

2021

Page 2: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

ii

JUDUL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL INTERVENSI PENCEGAHAN STUNTING

STUNTING TERINTEGRASI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DAN NUSA TENGGARA BARAT

Page 3: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

iii

Page 4: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

iv

Page 5: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

v

Page 6: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

vi

SUSUNAN TIM PENELITI

No N a m a Keahlian/

Kesarjanaan

Kedudukan

dalam Tim Uraian tugas

1.

Ruben, S.KM,

M.Sc

Entomologikes

ehatan

Kedokteran

Tropis

Ketua

Pelaksana

Tim Peneliti

Bertanggungjawab terhadap

keseluruhan pelaksanaanpenelitian

2 Roy Nusa

RES,S.KM.,M.Si

Entomologi

Kesehatan

Anggota

tim

Membantu dalam perijinan,

koordinasi ke daerah dan

pelaksanaan pengumpulan data

kualitatif lapangan analisis data dan

pelaporan

3 Fridolina Mau,

S.Si, M.Sc

Kedokteran

tropis

Anggota

tim

Membantu dalam perijinan,

koordinasi ke daerah dan

pelaksanaan pengumpulan data

kualitatif lapangan, analisis data dan

pelaporan

4 Monika

Noshirma, S.KM.

M.Kes

Biostatistik Anggota

tim

Pesiapan penelitian, Membantu

dalam perijinan, koordinasi ke

daerah dan pelaksanaan

pengumpulan data kualitatif

lapangan, analisis data dan pelaporan

5 Majematang

Mading, S.KM,

M.Kedok

Kedokteran

Tropis

Anggota

tim

Membatu pelaksanaan pengumpulan

data lapangandan pelaporan, analisis

data dan pelaporan

6 Varry Lobo,

S.KM

Membatu persiapan penelitian,

pengumpulan data dan analisis data

7 Ni Wayan Dewi

Adyana, S.Si

Biologi Anggota

tim

Membantu dalam persiapan

lapangan, dan pelaksanaan

pengumpulan kuantitatif data

lapangan

8 Eka Triana Kesehatan

lingkungan

Anggota

tim

Membantu pelaksanaan

pengumpulan data, pengolahan data

kuantitatif

9 Yustus

Tangkuyah

Kesehatan

lingkungan

Anggota

tim

Membantu proses pengumpulan data

10 Ruth Victoria

Sinadia

Analis

kesehatan

Anggota

tim

Membantu proses pengumpulan data

11 Elfrida Fridolin Akuntansi Administras

i

Bertanggjawab terhadapa segala

pelaksaan administrasi penelitian

Page 7: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

vii

PERSETUJUAN ETIK

Page 8: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

viii

PERSETUJUAN ATASAN YAG BERWENANG

PENGEMBANGAN MODEL INTERVENSI PENCEGAHAN STUNTING STUNTING

TERINTEGRASI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN NUSA TENGGARA

BARAT TAHUN 2021

Waikabubak, 31 Desember 2021

Ketua Pelaksana

Ruben Wadu Wila, S.KM, M.Sc

NIP. 198007142006041002

Kepala Loka Litbangkes Waikabubak

Roy Nusa R.E.S, S.KM, M.Si

NIP. 19720725 199903 1 003

Page 9: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segalah berkat dan penyertaan-

Nya penelitian tentang Pengembangan Model Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi di

Provinnsi Nusa Tenggara timur dan Nusa Tenggara Barat dapat diselesaikan. Penelitian ini

berujuan untuk pengembangan model intervensi penurunan stunting terintegrasi pada berbagai di

Provinsi NTT dan NTB. Penelitian ini adalah riset operasional bersifat pendampingan

dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR), terhadap pelaksanaan intervensi

penurunan stunting terintegrasi di provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu dari dua provinsi dengan prevalensi

stunting tertinggi di Indonesia.

Pada laporan ini hasil penelitian tentang pengembangan model intervensi pencegahan

stunting terintegrasi di provinsi NTT dan NTB. Laporan ini akan membahas tentan program

intervensi penpegahan stunting, cakupan intervensi pencegahan stunting, pengetahuan sikap dan

tindakan ibu Baduta terhadap stunting, model intervensi pencegahan stunting dan komitmen dari

sector yang melakukan intervensi teradap pencegahan stunting. Masih terdapat banyak

keterbatasan dari laporan penelitian ini, saran dan masukan akan sangat berarti untuk

penyempurnaan laporan ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasig kepada semua pihak yang telah membantu dan

memberikan semua masukan dan dukungan bagi penelitian ini, semoga penelitian ini bermanfaat

untuk kita, Tuhan memberkati setiap karya kita.

Waikabubak, 31 Desember 2021

Tim Peneliti

Page 10: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

x

RINGKASAN EKSEKUTIF

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan prevalensi stunting cukup tinggi. Stunting

adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000

Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak.

Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya.

Bahkan stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3% Produk

Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya (Bapenas.,2018). Berdasarkan data Riskesdas tahun

2018 prevalensi stunting pada balita 30,8.% menurun jika dibandingkan dengan data Riskesdas

tahun 2013 yaitu 37,2%. Sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur prevalensi stunting pada

Balita lebih besar dari angka nasional berdasarkan Riskesdas tahun 2018 sebesar 42,6% lebih

rendah dari hasil Riskesdas 2013 sebesar 51,7%. Namun prevalensi stunting tersebut masih

tinggi jika dibandingkan dengan standar WHO yaitu < 20%.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan perbaikan

gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Dalam peraturan

Persiden Republik Indonesia No 83 tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan di

bidang perbaikan gizi masyarakat salah satunya meliputi perbaikan gizi bagi ibu hamil, ibu

menyusui, bayi, balita, remaja, dan kelompok rawan gizi lainnya; penguatan sistem surveilan

pangan dan gizi serta penguatan program gizi lintas sektor melalui program sensitif gizi.

Upaya penurunan stunting yang dilakukan oleh program melalui dua intervensi, yaitu

intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk

mengatasi penyebab tidak langsung. Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung

mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular,

dan kesehatan lingkungan. Intervensi gizi sensitif mencakup: (a) Peningkatan penyediaan air

bersih dan sarana sanitasi; (b) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; (c)

Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; (d) Peningkatan

akses pangan bergizi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian

Kesehatan. Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat dan dilakukan

melalui berbagai program dan kegiatan mencangkup (a) Peningkatan penyediaan air bersih dan

sarana sanitasi; (b). Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; (c).

Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktek pengasuhan gizi ibu dan anak; (d). Peningkatan

akses pangan dan gizi.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

xi

Selain mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung, diperlukan prasyarat pendukung

yang mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan

lintas sektor, serta kapasitas untuk melaksanakan. Intergrasi tersebut harus dilaksanakan mulai

dari perencaan pengganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evalusi serta pelaporan hasil.

Apabila intervensi tersebut dapat berjalan secara terintegrasi maka akan membawa dampak pada

penurunan stunting. Intervensi penurunan stunting terintegrasi oleh program bisa berjalan

dengan baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan dan evaluasi. Tujuan

penelitian ini untuk pengembangan model intervensi penurunan stunting terintegrasi pada

berbagai di Provinsi NTT dan NTB. Penelitian ini adalah riset operasional bersifat

pendampingan dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR), terhadap

pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi di provinsi Nusa Tenggara Timur dan

Nusa Tenggara Barat.

Jenis program intervensi spesifik di Puskesmas Baing dan Lewa adalah sebagai berikut.

Program Remaja Putri. Jenis kegiatan yang dilakukan untuk remaja putri antara lain:

Pemeriksaan secara berkala terhadap status gizi remaja putri antara lain pengukuran berat badan

(BB), pengukuran tinggi badan (TB), pengukuran Lingkar Lengan Atas, periksaan anemia dan

konseling gizi pada remaja putri serta pembagian tablet tambah darah (TTD). Program KIA/KB

antara lain: Pemeriksaan kehamilan secara rutin bagi ibu hamil, penyuluhan dan koseling Gizi,

pengukuran Berat Badan (BB), Pengukuran Tinggi Badan (TB), pengkuran Lingkar Lengan Atas

(LILA). Pemberian Tablet Tambah Darah bagi ibu hamil, Immunisasi T1/T2, KB pasca bersalin,

Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil KEK.

Program kesehatan Lingkungan antara lain inspeksi santasi rumah sehat, inspeksi sarana

air bersih monitoring jamban sehat dan pemeriksaan air bersih. Program gizi puskesmas antara

lain: konseling ASI Eklusif, konseling Makananan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemantauan

status gizi balita yang terdiri dari pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan atas.

Pemberian makanan tambahan balita gizi buruk, pemberia Vit A warna merah dan pemberian vit

A warna biru serta pemberian makanan tambahan utuk iu hamil. Pogram immunisasi antara lain,

pemberian immunisasi HB 0, BCG, Polio 1-4, IPV, DPT 1-3, MR dan DPT lanjutan serta MR

lajutan. Program pengendalian penyakit untukmendukng pencegahan stunting antara lain

pemerian obat cacing bagi ibu hamil. Pembagian kelambu beritetisida kedapa ibu hamil.

Sebanyak 300 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang menjadi responden

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap stunting di kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu.

Sebanyak 34,38 % dari ibu yang memiki bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wulla waijellu

sudah memiki pengetahuan yang baik tetang stuting,sedangkan sisanya masih memiki

Page 12: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

xii

pengetahuan yang keliru tentang stunting. Terdapat 60,07 % dari ibu yang memiliki bayi usia 0-

23 bulan yang mengetahuai tentng stunting memiliki pengetahuan yang baik tentang penyeb

stuting sedangkan sisanya masih pemiliki pengetahuan salah tentang penyebab stunting. Sikap

ibu terhadap pencegahan stunting sebanyak 70,83 % sudah memiliki sikap yang baik terhadap

stunting. Terdapat sebanyak 43,40 % memiliki sikap yang tidak baik terhadap pencegahan

stunting dan sebanyak 42,71 % sudah emiliki sikap yang baik. Sebanyak 83,33% dari ibu yang

memiki bayi usia 0-23 bulan sudah memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan stunting.

Tindakan ibu terhadap pencegahan stunting sebanyak 92,01 % dari ibu yang memiliki bayi

usia 0-23 bulan sudah mendapatkan suntikan TT pada saat kehamilan. Ibu yang memiliki bayi

usia 0-23 yang sudah mendapatkan tablet tambah darah selama masa kehamilan sebanyak 98,96

%.. Ibu baduta yang dinyatakan menderita malaria oleh tenaga kesehatan selama masa

kehamilan sebanyak 4,51 % dan sebanyak 27, 78 % yang menyatakan tidak pernah mendapatkan

sosialisasi tentang ASI-Eklusif pada masa kehamilan. Sebanyak 22,22% mennyatakan tidak

pernah mendapatkan sosialisasi tentang MP-ASI anak usia lebih dari bulan. Sebanyak 18,06 ibu

yang memiliki bayi usia 023 bulan tidak rutin membawa anak-anaknya secara rutin ke posyandu.

Pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil dan ibu yang memiliki Baduta tentang

pencegahan dan penanggulangan stunting di Kabupaten Lombok Tengah. Pengetahuan ibu

tentang stunting sebanyak 19,00 % dari yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang memiliki

pengetahuan yang baik tentang stunting dan masih lebih dari 80% belum memiki pengetahuan

yang tidak baik tentang stunting. Sikap ibu tentang stunting sebanyak 64,00 % Ibu yang

memiliki Baduta sudah memiliki sikap yang baik tentang stunting. Tindakan tentang stunting

Sebanyak 18,33% ibu baduta yang menderita Kurang Energi Kronik (KEK) atau dengan lingkar

lengan kurang dari 23,5 cm yang dinyatakan oleh tenaga kesehayan. Sebanyak 92,00% ibu tidak

memilii kelambu berinsektisida dan masih terdapat 1,67 % dari ibu Baduta yang didiagnosa

malaria oleh tenaga kesehatan selama masa kehamilan. Sebanyak 81,33 % ibu yang meiliki

Baduta yang menyatakan tidak pernah mendapatkan pemberian makan tambahan PMT selama

masa kehamilan, dari sebanyak 28,67 % yang menyatakan pernah mendapatkan PMT.

Kendala Implementasi Intervensi Gizi Spesisik dan sensitif Dalam Rangka Penurunan

Stunting pada Puskesmas Lewa dan Baing Kabupaten Sumba Timur adalah sebagai berikut:

Sektor kesehatan dan non kesehatan belum menggunakan data sasaran intervensi pencegahan

stunting yang sama. Data sasaran intervensi belum lengkap bahkan masih terdapat data sasaran

tertentu seperti remaja putri tidak tersedia data by name dan by adres. Belum terjangkaunya

semua sasaran intervensi pencegahan stunting pada kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu.

Montoring pelaksanaan intervensi pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu

Page 13: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

xiii

untuk memudahkan koordinasi dan singkronisasi program antar sektor. Kendala Implementasi

Intervensi Gizi Spesisik Dalam Rangka Penurunan Stunting pada empat puskesmas di Kabuaten

Lombok Tengah adalah sebagai berikut: Sasasaran intervensi pencegahan stunting di Kabupaten

Lombok Tengah belum terjangkau semuanya. Data sasaran intervensi untuk remaja putri sebagai

calon ibu belum lengkap masih terbatas pada data yang terdapat di sekolah-sekolah dan belum

tersedia data by name dan by adres. Monitoring terhadap pelasanaan intervensi yang

dilakukan oleh program dan lintas sektor masih belum maksimal.

Hasil diskusi sektoral tersebut menyepakati suatu komitmen bersama yaitu …“ Semua sector

melakukan intervensi pencegahan stunting dengan satu data sasaran untuk memastikan tidak ada

ibu hamil yang melahirkan anak stunting sasaran intervensi dimulai dari remaja putri, ibu hamil

dan bayi usia 0-23 bulan. Sasaran ini akan dilakukan intervensi oleh sema sector yang

berkontribusi dalam pencegahan. Pelaksanaan intervensi akan dilakukan monitoring

mengunakan apliksi. Model pencegahan stunting di Kabupaten Lombok Tengah dengan tujuan

yaitu semua sasaran intervensi gizi spesifik terjangkau 100%. Untuk menjangkau sasaran diawali

dengan mengulpukan semua data sasaran yang dimuali dari remaja putri, ibu hamil, wanita usia

subur dan anak usia 0-23 bulan. Data sasaran ini dikumpulkan mengunakan aplikasi google form

dengan melibatkan semua tenaga kesehatan puskesmas dan lintas sector desa dan kepala dusun.

Hasil intervensi gizi spesifik akan dikirim menggunakan aplikasi google form sebagai bahan

monitoring dan evauasi terhadap data sasaran.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

xiv

DAFTAR ISI

HAMALAM SAMPUL ...............................................................................................

JUDUL PENELITIAN………………………………………………………………..

SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN......... ...............................................................

SUSUNAN TIM PENELITI ......................................................................................

PERSETUJUAN ETIK ................................................................................................

PERSETUJUAN ATASAN BERWENANG ……………………………………….

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….

RINGKASAN PENELITIAN ......................................................................................

i

ii

iii

vi

vii

viii

ix

x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................

1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................................

1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................

1

3

3

3

3

II. METODOLOGI

2.1 Kerangka Teori .................................................................................................

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................

2.3 Desain dan Jenis Penelitian .............................................................................

2.4 Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................

2.5 Sampel Penelitian .............................................................................................

2.6 Variabel ...........................................................................................................

2.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...........................................................................

2.8 Defenis Operasional .........................................................................................

2.9 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ...........................................................

2.10 Tahapan Pelaksanaan .....................................................................................

2.11 Manajemen Data Penelitian ...........................................................................

4

5

6

6

6

6

7

7

8

9

11

III. HASIL PENELITIAN .......................... ................................................................ 20

IV. PEMBAHASAN ................................................................................................... 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 79

VI. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81

Page 15: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Tingkat Pendidikan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23 di

Kecamatan Lewa dan Wulla waijelu Kabupaten Sumba Timur

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting

Terintergrasi di Prov NTT dan NTB.................................................

34

Grafik 3.2 Jenis Pekerjaan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23 di

Kecamatan Lewa dan Wulla waijelu Kabupaten Sumba Timur

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting

Terintergrasi di Prov NTT dan NTB......................................................

35

Grafik 3.3 Tingkat Pendapatan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23 di

Kecamatan Lewa dan Wulla waijelu Kabupaten Sumba Timur

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting

Terintergrasi di Prov NTT dan NTB…………………………………..

36

Grafik 3.4 Distribusi Usia Saat Hamil anak Pertama Responden Ibu yang

memiliki Bayi Usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wulla waijelu

Kabupaten Sumba Timur penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB ...............................................................................................................

43

Grafik 3.5 Tingkat Pendidikan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23

Kabupaten Lombok Tengah penelitian Pengembangan Model

Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB

44

Grafik 3.6 Jenis Pekerjaan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23

Kabupaten Lombok Tengah penelitian Pengembangan Model

Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB

44

Grafik 3.7 Distribusi Usia saat Hamil anak Pertama Responden Ibu yang

memiliki Bayi Usia 0-23 Kabupaten Lombok Tengah penelitian

Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di

Prov NTT dan NTB

46

Page 16: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Cakupan intervensi gizi spesisik untuk mendukung penegahan stunting

tahun 2020 di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupaten Sumba

Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur..................

32

Tabel 3.2 Cakupan intervensi gizi spesisik untuk mendukung penegahan stunting

tahun 2020 di Kabupaten Lombok Tengah. ……………........

33

Tabel 3.3 Distribusi umur ibu yang memiliki balita penelitian Pengembangan

Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT.

34

Tabel 3.4 Distribusi Pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di Kecamatan

Lewa dan Wula Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB

37

Tabel 3.5 Sikap ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wula

Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan

Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB………………………...

39

Tabel 3.6 Tindakan ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan

Wula Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan

Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB………………………...

40

Tabel 3.7 Intervensi Sensitif yang didapatkan bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa

dan Wula Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB…………….

41

Tabel 3.8 Distribusi Umur Ibu dari bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting

Terintergrasi di Prov NTT dan NTB………………………...

43

Tabel 3.9 Pengetahuan Ibu dari bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting

Terintergrasi di Prov NTT dan NTB…………………………………..

45

Tabel 3.10 Jenis Intervensi Sensitif yang didapat bayi usia 0-23 di Kecamatan

Lewa dan Wulla Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB…………….

47

Tabel 3.11 Jenis Intervensi Sensitif yang didapat bayi usia 0-23 di Kecamatan

Lewa dan Wulla Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB…………….

48

Tabel 3.12 Sikap Ibu dari bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah penelitian

Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di

Prov NTT dan NTB………………………………….

49

Tabel 3.13 Tindakan Ibu dari bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting

Terintergrasi di Prov NTT dan NTB ………………………………….

50

Tabel 3.14 Jenis Intervensi Spesifik yang didapat bayi usia 0-23 di Kabupaten

Lombok Tengah penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB…………….

51

Tabel 3.15 Jenis Intervensi Sensitif yang didapat bayi usia 0-23 di Kabupaten

Lombok Tengah penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB ……………

52

Tabel 3.16 Jenis Intervensi gizi sensitif yang didapat bayi usia 0-23 di Kabupaten

Lombok Tengah penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB

53

Page 17: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan prevalensi stunting cukup tinggi. Stunting

adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000

Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak.

Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya.

Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama

serta terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang

tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK.1 Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional

(PPN) atau Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada pertemuan WNPG

XI menyatakan Pentingnya Investasi pada Program Penurunan Stunting dan menjelaskan masalah

stunting adalah masalah nasional yang cukup serius karena bias mengganggu pembangunan

dimana 1 dari 3 anak Indonesia yang berusia di bawah 2 tahun banyak yang terkena stunting,

.Berdasarkan studi yang dilakukan kerugian ekonomi Indonesia akibat stunting mencapai 2-3

persen PDB atau 400 triliun rupiah kerugian ekonomi pertahunnya terangnya. 2

Menurut United Nations Children's Emergency Fund (UNICEF) lebih dari setengah anak

stunting atau sebesar 56% tinggal di ASIA dan lebih dari sepertiga atau sebesar 37% tinggal di

Afrika.3 Indonesia masih mengalami permasalahan dalam masalah gizi dan tumbuh kembang

anak. UNICEF mengemukakan sekitar 80% anak stunting terdapat di 24 negara berkembang di

Asia dan Afrika.4 Indonesia merupakan negara urutan kelima yang memiliki prevalensi anak

stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Saat ini, prevalensi anak stunting di

bawah 5 tahun di Asia Selatan sekitar 38%.5 Penduduk Indonesia dengan asupan kalori di bawah

tingkat konsumsi minimum masih cukup banyak. Kondisi ini salah satunya diindikasikan oleh

Page 18: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

2

masih tingginya prevalensi stunting yang disebabkan oleh kurang asupan gizi dalam waktu cukup

lama. Terdapat 8,9 juta (2013) anak balita Indonesia yang mengalami stunting, angka ini

menempatkan Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah penderita stunting yang

tinggi.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 prevalensi stunting pada balita 30,8.% menurun jika

dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013 yaitu 37,2%. Sedangkan Provinsi Nusa Tenggara

Timur prevalensi stunting pada Balita lebih besar dari angka nasional berdasarkan Riskesdas tahun

2018 sebesar 42,6% lebih rendah dari hasil Riskesdas 2013 sebesar 51,7%. Namun prevalensi

stunting tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan standar WHO yaitu < 20%. Apabila

stunting melebihi angka 20% makan akan menjadi masalah kesehatan. Upaya yang dilakukan

harus dapat menekan angka stunting sampai kurang dari 20%. 4 Berdasarkan Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2018 persentase balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia

tahun 2018 adalah 11,5% dan 19,3%. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu

persentase balita usia 0-59 bulan sangat pendek sebesar 9,8% dan balita pendek sebesar 19,8%.

Provinsi dengan persentase tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun

2018 adalah Nusa Tenggara Timur. 5

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan perbaikan gizi

adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Meningkatkan mutu gizi akan

tercapai melalui perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang, perbaikan

perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang

sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi dan peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

Dalam peraturan Persiden Republik Indonesia No 83 tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis

Pangan dan di bidang perbaikan gizi masyarakat salah satunya meliputi perbaikan gizi bagi ibu

Page 19: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

3

hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, dan kelompok rawan gizi lainnya; penguatan sistem

surveilan pangan dan gizi serta penguatan program gizi lintas sektor melalui program sensitif gizi.

5. Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap anak balita

dikonversikan dalam nilai terstandar (Z-score) menggunakan baku antropometri anak balita WHO

2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score dari masing-masing indikator tersebut ditentukan

status gizi anak balita dengan batasan sebagai berikut.

a. Klasifikasi berdasarkan indeks BB/U

Gizi buruk : Z-score < -3,0

Gizi kurang : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0

Gizi Baik : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0

Gizi lebih : Z-score > 2,0

b. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator PB/U

Sangat pendek : Z-score < -3,0

Pendek : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0

Normal : Z-score ≥ -2,0

c. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/PB:

Sangat kurus : Z-score < -3,0

Kurus : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0

Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0

Gemuk : Z-score > 2,0

Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik

untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak

langsung. Intervensi gizi spesifik yang dilakukan oleh program merupakan kegiatan yang langsung

mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular,

dan kesehatan lingkungan. Intervensi gizi sensitif mencakup: (a) Peningkatan penyediaan air

bersih dan sarana sanitasi; (b) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; (c)

Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; (d) Peningkatan

akses pangan bergizi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian

Kesehatan. Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat dan dilakukan melalui

Page 20: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

4

berbagai program mencangkup (a) Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi; (b).

Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan; (c). Peningkatan kesadaran,

komitmen dan praktek pengasuhan gizi ibu dan anak; (d). Peningkatan akses pangan dan gizi.

Selain mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung, diperlukan prasyarat pendukung yang

mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas

sektor, serta kapasitas untuk melaksanakan. Intergrasi tersebut harus dilaksanakan mulai dari

perencaan pengganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evalusi serta pelaporan hasil. Apabila

intervensi tersebut dapat berjalan secara terintegrasi maka akan membawa dampak pada penurunan

stunting.

1.2 Perumusan Masalah

Prevalensi stunting pada Balita di Provinsi NTT yaitu sebesar 42,6% dan Provinsi NTB sebesar

33,7% lebih besar dari angka nasional. Pelaksanaan intervensi penurunan stunting selama ini telah

dilakukan oleh program. Namun pelaksaan masih mengalami berbagai kendala mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan belum dilaksanakan secara

terintegrasi.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah model intervensi penurunan stunting dan kendala yang dihadapi dalam manajemen

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan dapat dilaknanakan

secaara terintegrasi antara berbagai level kebijakan, program dan sektor dalam penunurunan

prevalensi stunting di provinsi NTT dan NTB

Page 21: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Diperolehnya model intervensi penurunan stunting terintegrasi di Provinsi Nusa Tenggara

Timur dan Nusa Tenggara Barat

Tujuan khusus :

1) Diperolehnya Informasi manajemen implementasi penurunan stunting di prov NTT dan

NTB

2) Diperolenya informasi jenis program implementasi intervensi gizi spesisik dan intervensi

gizi sensitif dalam rangka penurunan stunting.

3) Memperoleh informasi cakupan implementasi intervensi gizi spesisik dan intervensi gizi

sensitif.

4) Diketahuinya pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil dan ibu yang memiliki Baduta

tentang pencegahan dan penanggulangan stunting

5) Diketahuinya kendala implementasi intervensi gizi spesisik dan intervensi gizi sensitif

dalam rangka penurunan stunting pada masing-masing sektor

6) Diperolehnya solusi implementasi intervensi gizi spesisik dan intervensi gizi sensitif

dalam rangka penurunan stunting pada masing-masing sektor

7) Diperolehnya model intervensi penurunan stunting terintegrasi di provinsi NTT dan NTB

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi.

1) Puskesmas : mengataui model intervensi penurunan stunting terintegrasi di wilayan kerja.

2) Pemerintah daerah : mengetahui model intervensi penurunan stunting terintegrasi dalam

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi kegiatan percepatan penurunan stunting

wilayah kabupaten/kota.

Page 22: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

6

3) Kemenkes : sebagai masukan kepada stakeholder terkait kebijakan terkait intervensi

penurunan stunting di Provinsi NTT dan NTB

II. METODE PENELITIAN

2.1 Kerangka Teori

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis

terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)1 yang disebabkan oleh kurangnya

asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang dan kedua faktor penyebab ini

dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai dalam 1.000 HPK. Stunting mempengaruhi

perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko

menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan

terhadap penyakit. Penyebab langsung masalah stunting adalah rendahnya asupan gizi dan

status kesehatan. Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah

gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap

pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan

bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan

pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air

bersih dan sanitasi. Penelitian Dubois, et.al pada tahun 2012 menunjukkan bahwa faktor

keturunan hanya sedikit (4-7% pada wanita) mempengaruhi tinggi badan seseorang saat lahir.

Sebaliknya, pengaruh faktor lingkungan pada saat lahir ternyata sangat besar (74-87% pada

wanita). Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang mendukung dapat membantu

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Page 23: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

7

Gambar 1. Kerangka teori penyebab masalah stunting di Indonesi

Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami penyakit infeksi akan

melahirkan bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR), dan/atau panjang badan bayi di bawah

standar. Asupan gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah

tangga tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh seperti pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali

keluar), Inisasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, dan pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat. Selain itu, faktor kesehatan lingkungan seperti akses air

bersih dan sanitasi layak juga berhubungan erat dengan kejadian infeksi penyakit menular pada

anak.

Page 24: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

8

2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Cakupan Intervensi Gizi Spesisfik

Pelayanan Kesehatan Kesehatan lingkungan Akses ais bersih dan sanitasi

1. Persentase cakupan PMT ibu hamil dari kelompok miskin/KEK

2. Prensntase cakupan suplemen tablet tambah darah ibu hamil, PUS dan remaja putri

3. Persentase cakupan pemberian suplemen kalsium

4. Persentase cakupan Pemberian MP-ASI anak usia > 6 bulan

5. Pemberian makanan tambahan bagi anak kurus 6. Jumlah inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif

termasuk konseling KB 7. Persentase cakupan pemeriksaan kehamilan

8. Persentase cakupan promosi dan koseling

menyusui

9. Persentase cakupan promosi pemebrian

makanan bayi dan anak (PMBA)

10. Persentase cakupan kelambunisasi pada ibu

hamil dan balita

11. Persentase Cakupan KIE Pemberian MP-ASI 12. Persentase cakupan pemeriksaan kehamilan 13. Tatalaksana gizi buruk untuk anak 0-23 dan 24

– 59 bulan

14. Pemantauan dan promosi pertumbuhan

15. Cakupan imunisasi dasar lengkap

16. Cakupan pengobatan kecacingan

17. Pengetahuan dan sikap masyarakat tentang

stunting dan dan PMBA

1. Persentase cakupan akses terhadapan air bersih

2. Persentase sanitasi yang layak 3. Persentase cakupan Cuci tangan dan

PHBS 4. Persentase cakupan jamban sehat 5. Pengetahuan sikap dan tindakan

masyarakat tentang hidup sehat

Cakupan Intervensi Gizi Sensitif Terintegrasi

Akses dan pelayanan Gizi

1. Persentase cakupan program PKH 2. Angka pemakaian kontrasepsi/CPR

bagi perempuan menikah usia 15 – 49 tahun

3. Persentase angka kelahiran 4. Cakupan kepemilikan JKN

Intervensi Participatory Action Research (PAR).

Sosialisasi dan pendampingan

Prevanlensi Stunting

Peningkatan Cakupan Intervensi Gizi

Spesisfik dan Sensitif

Model intervensi penurunan stunting

Page 25: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

9

Upaya intervensi penurunan stunting yang dilakukan oleh program perlu di lakukan secara

terintegrasi antara semua sektor dan program yang mempunyai kontribusi dalam penurunan

stunting. Keberhasilan intervensi tersebut diukur dari cakupan masing-masing program intervensi

stunting. Namun permasalahan selama ini yang sering ditemui sektor kesehatan sering kali sulit

untuk mendapatkan data sasaran yang menyeluruh untuk intervensi. Melalu PAR sektor kesehatan

diajak untuk mengidenfikasi permasalahan rendahnya sasaran dan cakupan intervensi serta diajak

untuk berinovasi dalam pemecahan masalah tersebut serta segai pelaku dalam pemecahan masalah

dan pengambangan sehingga pada akhirnya sasaran dan cakupan intervensi program gizi spesifik

dapat meningkat.Pada penelitian ini sebagai baseline data dilakukan pengumpulan data intervensi

gizi spesifik dan sensitif dan untuk melihat dampak intervensi PAR (sosilisasi dan pendampingan

selama penelitian dilakukan terhadap program) juga dilakukan pengumpulan data post intervensi

pendampingan. Intervensi PAR hanya dilakukan untuk intervensi gizi spesifik saja yaitu bidang

kesehatan.

2.3 Desain dan Jenis penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode quasi experimental dengan pendekatan One Group

Pretest-Postest. Desain ini diukur menggunakan pretest yaitu diukur sebelum diberikan perlakukan

berupa intervensi sosilisasi dan pendampingan tentang stunting serta postest yaitu dikur setelah

dilakukan intervensi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

(PAR). Melalui PAR, mengubah peran subjek penelitian sebagai peneliti aktif sekaligus agen

perubahan, tidak memisahkan antara subjek dengan objek serta terlibat dalam perkembangan,

implementasi dan merefleksikan tindakan sebagai bagian proses riset. Subjek penelitian akan

dilibatkan dari awal dalam mengidentifikasi masalah mencari solusi dan membuat model

intervensi yang tepat. Group adalah petugas pelaksana program gizi, KIA/KB, Kesling, P2P dan

Page 26: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

10

Program remaja putri pada puskesmas dan dinas Kesehatan kabupaten sedangkan data ibu

hamil/baduta sebagai bentuk konfirmasi atas pelaksanaan intervensi gizi sensitif maupun spesifik.

2.4 Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur yaitu propinsi

dengen kasus stunting cukup tinggi di Indonesia. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 10 bulan

yaitu mulai bulan Februari sampai November tahun 2021. Untuk pendampingan di daerah

penelitian, akan dilaksanakan pada tingkat puskesmas, Dinas Kesehatan dan Bappeda, Dinas

PU/PR, Dinas Lingkungan Hidup, dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Kantor

BPMD di Kabupaten Sumba Timur provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Lombok

Tengan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2021.

2.5 Populasi dan Sampel (estimasi dan cara pemilihan)

Popolasi penelitian adalah stakeholder di Kabupaten Sumba Timur Provinsi NTT dan Kabupaten

Lombok Tengah Provinsi NTB. Sedangkan sampel penelitian ini merupakan stakeholder yang

terlibat dalam program intervensi penurunan stunting di kabupaten yang Dinas Kesehatan dan

Puskesmas (Pengelolah program gizi, KIA, Remaja Putri, P2P dan Kesling) Bappeda, Dinas

PU/PR, dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dengan total sebanyak 30 orang dan

ibu yang memiliki baduta di desa terpilih di Kabupaten Sumba Timur provinsi Nusa Tenggara

Timur dan Kabupaten Lombok Tengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Data kuatitatif besar

sampel ibu yang memiliki baduta dihitung menggunakan Metode Survei Cepat (Rapid Survey

Method) dengan rancangan sampel klaster dua tahap (two-stage cluster survey). Satuan yang

digunakan sebagai cluster adalah posyandu dengan tahapan pertama dilakukan pemilihan 30

klaster secara probability proportionate to size (PPS) atau menggunakan teknik probabilitas yang

proporsional terhadap besar klaster. Tahap kedua dilakukan pemilihan sampel 10 ibu baduta dari

Page 27: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

11

setiap klaster sehingga dapat ditentukan besar sampel sejumlah 300 ibu baduta untuk Kabupaten

Sumba Timur dan 300 ibu baduta untuk kabupaten Lombok Tengah. Ibu baduta pertama dari 10

ibu baduta tersebut dipilih ibu baduta terdekat dari rumah kepala desa dan selanjutnya 9 ibu baduta

lainnya dipilih dari rumah terdekat.

2.6 Variabel penelitian

Variabel dependen : Prevalensi stunting

Variabel independen: Pelayanan kesehatan (cakupan intervensi gizi spesifik) dan kesehatan

lingkungan (cakupan intervensi gizi sensitif) serta pengetahuan sikap dan tindakan tentang

stunting

2.7 Kriteri Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi sebagai petugas pengelolah Program gizi, Kesga KIA, Pengendalian Penyakit

pada Puskesmas dan Dinas kesehatan, pengelolah program stunting pada lintas sektor antara lain

Bapeda, Dinas PU/PR, Dinas Lingkungan Hidup, dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan

Anak dan ibu hamil dan ibu yang memiliki baduta pada puskesmas terpilih pada Kabupaten

Sumba Timur provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Lombok Tengan Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Pemilihan Puskesmas didasarkan hasil diskusi dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten dan Keterwakilan wilayah.

Kriteria Eksklusi sebagai petugas pengelolah Program gizi, Kesga KIA, Pengendalian Penyakit

pada Puskesmas dan Dinas kesehatan, pengelolah program stunting pada lintas sektor antara lain

Bapeda, Dinas PU/PR, Dinas Lingkungan Hidup, dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan

yang karena alasan tertentu seperti sakit, cuti melebihi jangka waktu penelitian atau dengan

alasan lain yang sah. Serta sebagai ibu yang memiliki anak baduta yang tidak bisa terjangkau

atau wilayah konflik atau rawan keamanan.

Page 28: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

12

6.8 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara

pengukuran

Indikator

keberhasilan

intervensi PAR

Pelayanan

kesehatan

Adalah suatu proses

layanan yang

berhubungan dengan

pencegahan,

pengobatan dan

manajemen stunting

yang diselenggarakan

oleh Puskesmas

Koesioner

dan

Pedoman

wawancara

Wawancara

dan indept

interview

Upaya

peningkatan

cakupan gizi

spesifik di

puskesmas

Kesehatan

lingkungan

Semua aspkek alam

dan lingkungan yang

dapat mempengaruhi

kesehatan manusia

Koesioner

dan

Pedoman

wawancara

Wawancara

dan indept

interview

Upaya

peningkatan

cakupan

pelayan gizi

sensitif

Pengetahuan Adalah semua

informasi yang

diketahui oleh ibu

hamil dan ibu yang

memiliki baduta

tentang stunting

Kusioner Wawancara

terstruktur

Peningkatan

cakupan

edukasi dan

peluluhan gizi

tentang

stunting

terhadap ibu

hamil

Sikap kecenderungan dan

perasaan ibu hamil dan

ibu yang memiliki

baduta tentang

stunting

Kuesioner Wawancara

terstruktur

Peningkatan

cakupan

edukasi dan

peluluhan gizi

tentang

stunting

terhadap ibu

hamil

Tindakan suatu perbuatan, atau

aksi yang dilakukan

oleh ibu hamil dan ibu

Kuesioner Wawancara

terstruktur

Peningkatan

cakupan

edukasi dan

Page 29: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

13

yang memiliki baduta

tentang stunting peluluhan gizi

tentang

stunting

terhadap ibu

hamil

2.8 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan oleh tim selama pendampingan di daerah pengembangan:

1) Pedoman Kegiatan Pendampingan dinas kesehatan dan Puskesmas

2) Kuesioner wawancara terstruktur pada sektor kesehatan (Dinas Kesehatan dan Puskesmas)

tentang pelaksanaan intervensi penurunan stunting

3) Kuesioner wawancara terstruktur peran lintas sektor Bapeda, Bapeda Dinas PU/PR, Dinas

Lingkungan Hidup, dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dalam pelaksanaan

intervensi penurunan stunting.

4) Panduan Wawancara Mendalam tingkat Bapeda, Bapeda Dinas PU/PR, Dinas Lingkungan

Hidup, dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak perencanan, Pelaksanaan,

pengawasan, evaluasi dan pelaporan intervensi penurunan stunting (P1-P3)

5) Panduan wawancara mendalam Dinas Kesehatan tentang perencanan pelaksanaan dan

pengawasan, evaluasi dan pelaporan intervensi penurunan stunting intervensi penurunan

stunting (P1-P3)

6) Kuesioner PSP ibu yang memiliki baduta tentang stunting

Cara pengumpulan data.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data Kuatitatif dan data Kualitatif

Data Kuantitati dikumpulkan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner intervensi

gizi spesifik kepada pelaksana program gizi, Kesga dan Rematri pada Dinas Kesehatan dan

Page 30: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

14

Puskesmas. Data intervensi gizi sensitif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur

menggunakan kuesioner intervensi gizi sensitif kepada pelaksana program gizi pada Dinas PUPR,

Bapeda, Lingkungan Hidup, BPMD Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak. Data PSP ibu

Baduta tantang stunting dikumpulkan melaui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner

kepada ibu yang memiliki baduta.

Data kualitatif diperoleh dari wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara

intervensi gizi spesisif kepada pelaksana program gizi, Kesga dan Rematri pada Dinas Kesehatan

dan intervensi gizi sensitif kepada pelaksana program gizi pada Dinas PUPR, Bapeda, Lingkungan

Hidup, BPMD Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak. Selain dari wawancara mendalam

data kualitaif juga dapat diperoleh dari hasil catatan selama pendampingan.

2.9 Tahapan pelaksanaan penelitian

Dalam riset implementasi, stakeholder terkait dengan kebijakan akan duduk bersama dan terlibat

sejak awal riset direncanakan. Oleh karena itu, riset implementasi ini akan melalui tahapan:

1) Pesiapan penelitian

2) Penyusunan protokol

3) Sosialisasi rencana riset dan adaptasi proposal

4) Uji coba kuesioner

5) Perijinan

6) Pelaksanaan riset

7) Pengolahan dan analisis data

8) Deseminasi hasil

9) Penyusunan laporan

10) Deseminasi akhir

Page 31: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

15

Secara terperinci pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut ini:

Persiapan Penelitian

Tahap I : Pertemuan Tim peneliti Pembuatan protokol & Instrumen. diperkirakan perlu pertemuan

rutin sebanyak 3 kali yang dihadiri oleh anggota tim.

Tahap II : Pemetaan awal Tim

Sebanyak satu kali pertemuan yang dihadiri oleh anggota tim dengan melibatkan pejabat

structural, pengelolah program pada gizi pada Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Pada tahapan ini

dilakukan pembentukan tim pendamping daerah yang terdiri dari peneliti, Dinkes Kesehatan

Kabupaten. Pembentukan tim hanya pada sektor kesehatan ini dikarenakan intervensi yang

dilakukan oleh fasilitator melalui pendampingan dan sosilaisasi lebih dititiberapkan pada

intervensi Gizi Spesisif. Selain itu juga penjajakan untuk pengembangan protokol dalam

penyusunan kesepakatan atau komitmen bersama tentang masalah, solusi dan model intervensi

Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi yang diharapkan.

Pelaksanaan/ Pengumpulan Data.

Tahap I: Pengumpulan data Pre (Sebelum Intervensi)

Sebelum kegiatan intervensi sebagai baseline data pada seluruh wilayah yg terpilih sebagai daerah

penelitian. Setelah Intervensi juga akan dilakukan pengumpulan data kembali sebagai pembanding

atas keberhasilan intervensi PAR yaitu melaui pendampingan dan sosialisasi. Pada saat melakukan

wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam untuk menghindari risiko penularan covid-

19 diupayakan untuk dilakukan pada tempat terbuka, dengan memakai masker dan menjaga jarak

minimal 2 sampai 4 meter dari responden.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

16

Data yang dikumpulkan adalah :

- Data Kuantitatif:

Dilakukan pengumpulan data sasaran dan cakupan program dan kegiatan intervensi

penurunan stunting pada masing-masing sektor terkait, baik program intervensi gizi spesifik

maupun intervensi gizi sensitif yang dilakukan dengan wawancara terhadap penanggung

jawab program intervensi penurunan stunting pada masing-masing sektor terkait dengan

berpedoman pada kuesioner terstruktur. Data PSP ibu yang memiliki baduta tentang stunting

yang dikumpulkan melaui wawancara terstruktur menggunakan kusioner kepada ibu yang

memiki baduta.

- Data Kualitatif

Dilakukan pengumpulan data terkait kegiatan program intervensi gizi spesifik maupun

intervensi gizi sensitif yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap

penanggung jawab program intervensi penurunan stunting

Tahap II: Tahap intervensi

Proses intervensi ini dilakukan dengan metode pendekatan Participatory Action Research (PAR)

intervensi yang dilakukan berupa sosialisasi dan pendampingan. Karena keterbatasan sumber daya

intervensi yang dilakukan hanya pada program intervensi gizi spesifik. Melalui PAR, mengubah

peran subjek penelitian sebagai peneliti aktif sekaligus agen perubahan, tidak memisahkan

antara subjek dengan objek serta terlibat dalam perkembangan, implementasi dan

merefleksikan tindakan sebagai bagian proses riset. Subjek penelitian akan dilibatkan dari awal

penelitian pada saat adaptasi protokol dan penyamaan persepsi PAR. Subjek dilibatkan dari awal

dalam mengidentifikasi masalah mencari solusi/inovasi dan membuat model intervensi yang tepat

untuk meningkatkan cakupan dan capaian intervensi gizi spesifik. Indikator keberhasilan yang

Page 33: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

17

dipakai untuk mengukur keberhasilan PAR antara lain adanya komitmen menyelesaikan

permasalahan stuntiing, ada solusi/inovasi dan langkah-langkah yang diambil dalan rangkah

pemecahan masalah stunting dan, adanya peningkatan cakupan kegiatan intervensi stunting

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses intervensi ini sebagai berikut :

1). Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi dilakukan secara luring dengan memperhatikan protokol covid-19 yaitu

melakukan pengukuran suhu tubuh sebelum mengikuti kegiatan, mengcuci tangan pake sabun

dengan air mengalir, memakai masker dan menjaga jarak pada selama mengikuti kegiatan.

Kegiatan dilakukan satu kali dengan mengundang pelaksana program Gizi, Kesga, Kesling,

Rematri, Kepala puskesmas dan Bidang Kesmas serta Seksi Gizi dan Kesga pada Dinas Kesehatan.

Kegiatan ini bertujuan untuk menilai sejauh mana kesiapan Dinas Kesehatan, puskesmas.

Materi berupa permasalahan dan intervensi gizi spesifik penurunan stunting setelah paparan dari

narasumber. kegiatan selanjutnya adalah diskusi untuk menyusun rencana tindak lanjut untuk

intervensi penurunan stunting terintegrasi.

2). Pendampingan Pertama

Sebelum pelaksanaan pendampingan, Selama melakukan pendampingan akan melakukan

pengamatan dan pengisian formulir pengamatan yang merekam proses dialog saat pendampingan.

Melakukan analisis formulirpengamatan sebagai bahan dalam penyusunan laporan. Kegiatan

pendampingan pertama dilakukan dua minggu setelah kegiatan sosialisasi. Kegiatan

pendampingan pertama merupakan kegiatan pertemuan di Puskesmas yang diikuti oleh

Pengelolah Program Gizi, Kesga/KIA, Kesling dan P2 Puskesmas dan Dinas Kesehatan serta

Peneliti. Agenda dari pendampingan pertama ini adalah adanya diskusi secara bersama untuk

Page 34: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

18

melakukan membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk merealisasikan kesepakatan yang telah

dibuat pada saat peretemuan awal penggalangan komitmen dan pada saat sosialisasi. Pada

pendampingan pertama ini diharapkan masing-masing telah membuat rencana tindak lanjut berupa

Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Intervesi Penurunan Stunting Terintegrasi.

3). Pendampingan kedua

Kegiatan pendampingan kedua dilakukan 1 bulan setelah kegiatan pendampingan pertama.

Kegiatan pendampingan kedua dilakukan pertemuan di Puskesmas yang dihadiri oleh Dinas

Kesehatan, Puskesmas dan Peneliti Agenda dari pendampingan kedua ini adalah Agenda dari

pendampingan kedua ini adalah pendampingan dalam implementasi RTL yang telah dibuat. Untuk

intervensi gizi spesifik, indentifikasi hambatan/permasalahan yang dihadapi saat pelaksanaan RTL

dan pendampingan pertama.serta membuat rencana implementasi selanjutnya.

Output dari kegiatan pendampingan kedua ini adalah sudah terlaksananya kegiatan yang

direncanakan dan teridentifikasi dukungan, hambatan, dan rencana kegiatan selanjutnya.

3). Pendampingan ketiga

Kegiatan pendampingan ketiga dilakukan 1 bulan setelah kegiatan pendampingan kedua. Kegiatan

pendampingan ketiga dilakukan pertemuan di Puskesmas yang diikuti oleh masing-masing

Pengelolah Program Gizi, Kesga/KIA, Kesling dan P2 di Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

Kegiatan pendampingan ketiga bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap komitmen/kegiatan

penurunan stunting yang sudah disepakati.

Tahap III: Pengumpulan data Pos (Setelah Intervensi)

Setelah intervensi juga akan dilakukan pengumpulan data kembali dengan jenis data sama dengan

data pre intervensi sebagai pembanding atas keberhasilan intervensi PAR

Page 35: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

19

Data yang dikumpulkan adalah :

- Data Kuantitatif:

Data rencana program dan kegiatan serta kebijakan intervensi penurunan stunting pada

masing-masing sektor terkait, baik program intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi

sensitif yang dilakukan dengan wawancara terhadap penanggung jawab program intervensi

penurunan stunting pada masing-masing sektor terkait dengan berpedoman pada kuesioner

terstruktur.

- Data Kualitatif

Pengumpulan data terkait kegiatan program intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi

sensitif yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap penanggung

jawab program intervensi penurunan stunting atau pada pengambil kebijakan pada masing-

masing sektor terkait.

2.10 Manajemen Data

Data hasil wawancara dientri pada lembar kerja elektronik.

Analisis Data:

a. Data kuantitatif akan dianalisis secara deskriptif.

b. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif. Analisis kualitatif

dapat dilakukan secara induktif, yaitu pengambilan kesimpulan umum berdasarkan data-data

yang telah terkumpul (Notoatmodjo, 2002). Langkah-langkah dalam menganalisis data adalah

sebagai berikut:

- Coding (Pengkodean)

Coding (pengkodean) dimaksudkan untuk memudahkan klasifikasi data.Klasifikasi data yaitu

kegiatan untuk mengelompokkan atau menggolong-golongkan data.

Page 36: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

20

- ReduksiData

Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan dan perhatian pada

penyederhanaan,pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengkoordinasi data dengan

cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi

(Miles dan Huberman, 1992).

- Interpretasi

Kegiatan pengolahan data diakhiri dengan penyimpulan hasil analisa data yang nantinya harus

siap untuk dibahas dan diinterpretasikan lebih lanjut dalam konteks pemecahan masalah.

Page 37: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

20

III. HASIL

1. Manajemen Implementasi Penurunan Stunting di Kabupaten Sumba Timur Prov NTT

Kabupten Lombok Tenga Prov NTB

Manajemen intervensi stunting di Kabupaten Sumba Timur

Manajemen intervensi penurunan stunting pada daerah lokus stunting mengacu pada 8 aksi

konvergensi stunting yang dimulai dari kegiatan perencanaan yaitu analisis situasi program

penurunan stunting, penusunan rencana kegiatan, rembuk stunting dan pengintegrasian rencana

kegiatan kedalam Rencana Kerja Pembngunan Daerah, penetapan peraturan Bupati, pelatihan

kader pembangunan manusia, sistim manajemen data dan pengukuran dan publikasi stunting dan

review kinerja tahunan. Kegiatan perencanaan diawali dari tingkat desa yang dimulai dari rembok

stunting tingkat desa, yaitu melakukn analisis situasi awal dan rencana kegiatan tingkat desa.

Pelaksanaan pelayanan gizi puskesmas dilakukan melalui pemberian PMT, Pemantauan

pertumbuhan dan konseling gizi. Selain itu juga puskesmas menyelenggarakan pelayanan esensial

lainya yang mendukung penurunan stunting. Untuk Perencanaan progam gizi puskesmas yang

tidak termasuk dalam lokus stuting perencanaan pemberian Makanan Tambahan baik untuk Ibu

hamil atau ibu hamil KEK dan balita dilakukan oleh Dinas kesehatan kabupaten Sumba Timur,

Perhitungan kebutuhan berdasarkan laporan ruting pemantauan status gizi yang diimput pada

EPPGBM dan laporan rutin puskesmas. Perencanaan kebutuhan tersebut akan diserahkan ke

Kementerian Kesehatan dalam bentuk permintaan kebutuhan PMT stelah melihat stok yeng

terdapat pada masing-masing puskesmas. Pengadaan dan pendistribusian akan dilakukan oleh

kemenkes ke masing-masing dinas Kesehatan dan Dinas Kesehatan akan menditribusikan ke

masing-masing puskesmas.

Page 38: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

21

Sedangkan untuk kebutuhan PMT gizi buruk puskemas melakukan permintaan ke dinas

kesehatan dan dinas kesehatan melakukan pengadaan langsung berupa susu untuk baita dan ibu

hmil yang gizi kurang. Monitoring dilkukan setiap bulan yang dibantu oleh kader kesehatan dan

Bidan desa, pemantauan pertumbuhn dilakukan setiap tiga bulan dan akan dilakukan evaluasi

melalui minilokakary puskesmas.

Manajemen intervensi stunting di Kabupaten Lombok Tengah

Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik

untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak

langsung. Semua sektor terlibat. Untuk dinkes Lombok Tengah menangani intervensi gizi spesifik

yaitu kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status

gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan dengan kelompok sasaran : ibu hamil, ibu

menyusui dan anak usia 0-23 bulan sertaanak remaja putrid an Wanita usia subur.

Prosesnya perencanaan program melewati 8 aksi konvergensi stunting untuk meningkatkan

efektifitas yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi..dari analisa

situasi..sampai ke perencanaan untuk menentukan desa lokus penanganan stunting. Untuk

pendanaan bersumber dari DAK non fisik stunting yaitu APBD dan dana desa, sedangkan dana

di puskesmas untuk program stunting bersumber dari dana BOK.

Program di Dinas Kesehatan antara lain: Suplementasi tablet tambah darah pada Remaja dan

Wanbita Usia Subur, Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil, Promosi, konseling menyusui

dan (PMBA), Stimulasi, deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang dan manajemen terpadu

balita sakit. Pelaksanaan di Puskesmas program-program tersebut dilakukan intervensi oleh semua

program yang ada di puskesmas (berdasarkan SPM dari dinas kesehatan). Programnya sesuai paket

konvergensi stunting yaitu KIA (ibu hamil pelayanan ANC, tablet tambah darah, kelas gizi ibu

Page 39: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

22

hamil, kelas gizi ibu balita, PMT pemulihan, ibu hamil resiko tinggi, dan PMT pemulihan untuk

balita, konseling). Untuk program sanitasi melibatkan program kesling dan promkes dalam

memantau 5 pilar STBM, jumlah rumah tangga yang memiliki sanitasi.

Pencatatan dan pelaporan rutin tiap bulan menggunakan aplikasi pelaporan gizi khusus

bernama Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) per triwulan.

Data yang diinput secara langsung dari pengukuran balita (BB, PB/TB, PMT, dll), perkembangan

balita, data ibu hamil (LILA, PMT, dll) serta 23 indikator gizi. Data di input per bulan by name by

address. Aplikasi lainnya untuk pencatatan dan pelaporan adalah Komdat Kesmas yang merupakan

bentuk aplikasi terpadu dengan program lainnya. Walaupun pada kenyataannya masih ditemukan

keterlambatan dalam memberikan laporan namun bisa diatasi dengan forum komunikasi dijadikan

sebagai alat untuk mengingatkan pengisian laporan bulanan.

Monitoring dan evaluasi kegiatan program stunting bisa dilakukan sampai 4 kali namun

karena keterbatasan SDM dan anggaran sehingga hanya bisa dilakukan 1-2 kali dalam setahun.

Monitoring ini dilakukan oleh masing-masing seksi di Dinkes misalnya evaluasi Kesga lebih di

fokuskan penurunan AKI AKB dengan sasaran ibu hamil, bayi dan lanjut usia. Monitoring evaluasi

gizi terkait yang anemia bumil, anemia remaja, KEK, anak stunting, gizi buruk. Sementara

monitoring evaluasi promosi kesehatan tahun 2021 tidak ada, namun setidaknya bisa menempel

pada kegiatan penilaian posyandu dan pembinaan kader posyandu.

Permasalahan yang sering ditemui antara lain; masih kurangnya kegiatan konseling serta

kepatuhan dalam pencatatan laporan. Tindak lanjut dari kegiatan monitoring dan evaluasi

mengingatkan dan memotivasi Dinas kesehatan kabupaten Kota untuk selalu mengupdate

ilmunya, terutama bagi pengelola program yang sudah pernah mengikuti pelatihan, karena

bagaimanapun terpilih menjadi peserta pelatihan dengan biaya negara merupakan beban untuk

Page 40: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

23

mengimplementasikan hasil pelatihan dan transfer ilmu ke teman pengelola program di Kabupaten

Kota. Selain itu perlu pelatihan peningkatan kapasitas petugas terkait ANC dan penanganan

stunting bagi pengelola program yang belum pernah mengikuti pelatihan.

Untuk lokus stunting anggaran untuk implementasi bersumber dari dana BOK. Puskesmas

selalu mengadakan pertemuan rutin dengan kader. Tahun 2021 dana PMT tidak bisa dialokasikan

karena refocusing untuk Covid. Ada tambahan dana dari Kabupaten (Dinas) tapi terbatas. Dana

desa juga refocusing. Puskesmas kerjasama dengan desa tapi karena keterbatasan dana maka

mobile dan intervensi stunting dan kunjungan terhambat. Kegiatan imunisasi juga terhambat

karena focus ke penanggulangan covid. Dana BOK hanya untuk pemantauan perkembangan.

Konseling juga terbatas.

2. Jenis Program Implementasi Intervensi Gizi Spesisik dan Intervensi Gizi Sensitif Dalam

Rangka Penurunan Stunting

1) Jenis Program Implementasi Intervensi Gizi Spesisik Dan Intervensi Gizi Sensitif Dalam

Rangka Penurunan Stunting di Puskesmas Lewa dan Baing Provisi Nusa Tenggara

Timur

a. Program Intervensi Spesifik

Intervensi spesifik merupakan intervensi yang dilakukan oleh sektor kesehatan untuk

pencehagan terhadap stunting. Intervensi tersebut dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten maupun oleh puskesmas.

Jenis program intervensi spesifik dalam rangka pencegahan stunting di Pusksmas

Kecamatan Wulla Waijelu ditujukan untuk pencegahan dan penurunan stunting.

Jenis program intervensi spesifik di Puskesmas Baing dan Lewa adalah sebagai berikut.

a) Program Remaja Putri

Page 41: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

24

Program remaja putri ditujukan pada sasaran remaja putri yang terdapat pada

sekolah-sekolah Menengah atas yang terdapat di kecamatan Wula Waijelu yang

ditujukan untuk pencehagah terhadap stunting. Jenis kegiatan yang dilakukan untuk

remaja putri antara lain: Pemeriksaan secara berkala terhadap status gizi remaja putri

antara lain pengukuran berat badan (BB), pengukuran tinggi badan (TB), pengukuran

Lingkar Lengan Atas, periksaan anemia dan konseling gizi pada remaja putri serta

pembagian tablet tambah darah (TTD).

b) Program KIA/KB

Program kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga berencana yang ditujukan untuk

pencegahan stunting antara lain: Pemeriksaan kehamilan secara rutin bagi ibu hamil,

penyuluhan dan koseling Gizi, pengukuran Berat Badan (BB), Pengukuran Tinggi

Badan (TB), pengkuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pemberian Tablet Tambah

Darah bagi ibu hamil, Immunisasi T1/T2, KB pasca bersalin, Inisiasi Menyusui Dini

dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil KEK.

c) Kesehatan Lingkungan

Program kesehatan Lingkungan yang ditujukan untuk mendukung pencegahan

stunting antara lain inspeksi santasi rumah sehat, inspeksi sarana air bersih

monitoring jamban sehat dan pemeriksaan air bersih.

d) Gizi

Program gizi puskesmas untuk melakukan pencegahan stunting antara lain: konseling

ASI Eklusif, konseling Makananan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemantauan status

gizi balita yang terdiri dari pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan

Page 42: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

25

atas. Pemberian makanan tambahan balita gizi buruk, pemberia Vit A warna merah

dan pemberian vit A warna biru serta pemberian makanan tambahan utuk iu hamil.

e) Program immunisasi

Pogram immunisasi antara lain, pemberian immunisasi HB 0, BCG, Polio 1-4, IPV,

DPT 1-3, MR dan DPT lanjutan serta MR lajutan.

f) Program Pengendalian Penyakit

Program pengendalian penyakit untukmendukng pencegahan stunting antara lain

pemerian obat cacing bagi ibu hamil. Pembagian kelambu beritetisida kedapa ibu

hamil untuk pencegahan malaria pada ibu hamil.

b. Program Intervensi Sensitif

Intervensi sensitive merupakan jenis intervensi yang dilakukan oleh sektordi luar

kesehatan yang bertujuan untuk melakukan pencegahan terhadap stunting. Intervensi ini

dapat dilakukan oleh Dinas Keluarga Berencana, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat, Dinas Pertanian dan Peternakan dan Pemerintahan Desa.

Gambaran jenis program yang dilakukan oleh masing-masing sektor tersebut adalah

sebagai berikut.

a) Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Jenis program intervensi untuk pencegahan stunting yang dilakuan oleh Balai

Penyuluhan KB yang terdapat pada setiap kecamatan

(a). Program siap nikah anti stunting program ini terdiri dari kegiatan ini berupa

sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat atau pasangan yang akan melakukan

pernikahan dengan melibatkan semua lini yang terdapat di kecamatan.

Page 43: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

26

(b). Perencanaan Kehamilan: Sasaran dari program ini adalah Wanita Usia Subur dan

Pasangan Usia Subur dengan jumlah sasaran sebanyak 2.596 orang.

(c). Program Bina Keluarga Balita : Sasaran dari program ini adalah orang tua yang

memiliki anak balita usia 0-59 bulan kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan

tumbuh kembang anaka dan peran ayah dalam pertumbuhan balita. Namun yang

menjadi kendala adalah tidak tersedia data seluruh balita by name by adres.

(b). Program bina keluarga remaja : Sasaran program ini adalah anak usia 13-18 tahun

yang berada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Kegiatan yang dilakukan

berupa penyuluhan kesehatan reproduksi yang dilakukan setiap sebulan sekali.

b) Dinas Pekerjaan Umu dan Perumahan Rakyat

Program dari Dinas Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat yang berhubungan

dengan stunting antara lain :

(a). Sanitasi yaitu dengan menyediakan jamban sehat dengan target masing-masing

desa sebanyak 50 unit.

(b). Pengadaan air bersih yang terdiri dari dua bagian yaitu penyediaan air minum

dengan melibatkan masyarakat yang disbut program PANSIMAS dengan

menggunakan anggaran APBN. Penyediaan akses air minum untuk masyarakat

dengan menggunakan sumur bor yang dilakukan oleh bidang P2AT dengan

menggunakan tenaga surya untuk menaikan air namu mempunyaiketerbatasan

karena tidak memiliki teknisi untukmemperbaiki apabia terjadi kerusakan.

c) Dinas Pemberdayaan masyarakat Desa

Dinas pemerintahan desa mempunyai tanggungjawab untuk meningkatkan kopetensi

aparatur pemerintahan desa termasuk kader posyandu melalui pembinaan dan

Page 44: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

27

pelatihan. Selain itu juga menyediakan anggaran opeasional kader sebesar 1.140.000

per posyandu per tahun. Dinas pemerintahan Desa juga memfasilitasi dalam

pengusuan anggaran desa yang bertujuan untuk penceghan stunting

Program yang bertujuan untuk penceghan stuting yang terdapat di desa antara lain:

(a). Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan anggaran untuk pelayanan PMT

diberikan oleh desa ke posyandu dan posyandu akan membelanjaan dalam

bentuk susu. Selain itu terdapat beberapa desa PMT diberikan sekali sebulan

selama tiga bulan Oktober, November dan Desember dalam bentuk kacang

hijau 3 Kg, susu 8 saset dan gula 1 Kg untuk setiap posyandunya.

(b). Pengadaan sarana air besih : pengadaan air bersih bagi masyarakat desa melalui

pengadaan perpipaan dari mata air untuk wilayah-wilayah yang susah air. Tetapi

tidak semua masyarakat terlayani. Terdapat juga pengadaaan air bersih melalui

penyadiaan sumur gali namun mengalami kendala pada musim kemarau

cenderung mengering.

(c). Pengadaan jamban sehat. Untuk pengadaan jamban sehat bagi masyarakat masih

banyak yang belum terlayani. Karena keterbatasan anggaran desa yang banyak

dialihkan ke bantuan social untuk pencegahan covid-19. Pengadaan jamban akan

dilakukan secara bertahap sesui dengan anggaran yang tersedia.

2) Jenis Program Implementasi Intervensi Gizi Spesisik Dalam Rangka Penurunan

Stunting di di Kabupate Lombok Tengah

Intervensi spesifik merupakan intervensi yang dilakukan oleh sektor kesehatan untuk

pencehagan terhadap stunting. Intervensi tersebut dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten maupun oleh puskesmas.

Page 45: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

28

Jenis program intervensi spesifik dalam rangka pencegahan stunting pada 4 Pusksmas

Pusksmas yaitu Puskesmas Mujur, Puskesmas Aikmual, Puskesmas Mantang dan

Puskesmas Kuta ditujukan untuk pencegahan dan penurunan stunting.

Jenis program intervensi gizi spesifik untuk pencegahan stunting di Puskesmas Aikmual

adalah sebagai berikut.

a) Program Remaja Putri

Program remaja putri ditujukan pada sasaran remaja putri yang terdapat pada

sekolah-sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kendala

yang dihadapi adalah keterbatasan data sasaran data yang ada saat ini hanya data

jumlah anak sedangkan untuk by name dan by address tidak dicatat. Jenis kegiatan yang

dilakukan untuk remaja putri antara lain: konseling gizi pada remaja putri serta

pembagian tablet tambah darah (TTD) pemberian 4 tablet untuk sebulan.

b) Program KIA/KB

Program kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga berencana yang ditujukan untuk

pencegahan stunting antara lain: Pemeriksaan kehamilan secara rutin bagi ibu hamil,

penyuluhan dan koseling Gizi, pengukuran Berat Badan (BB), Pengukuran Tinggi

Badan (TB), pengkuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pemberian Tablet Tambah

Darah bagi ibu hamil, Immunisasi T1/T2, KB pasca bersalin, Inisiasi Menyusui Dini

dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil KEK.

c) Kesehatan Lingkungan

Program kesehatan Lingkungan yang ditujukan untuk mendukung pencegahan

stunting antara lain inspeksi santasi rumah sehat, inspeksi sarana air bersih

monitoring jamban sehat dan pemeriksaan air bersih.

Page 46: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

29

d) Gizi

Program gizi puskesmas untuk melakukan pencegahan stunting antara lain: konseling

ASI Eklusif, konseling Makananan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemantauan status

gizi balita yang terdiri dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pemberian

makanan tambahan balita gizi buruk, pemberia Vit A warna merah dan pemberian

vit A warna biru serta pemberian makanan tambahan utuk iu hamil.

e) Program immunisasi

Pogram immunisasi antara lain, pemberian immunisasi HB 0, BCG, Polio 1-4, IPV,

DPT 1-3, MR dan DPT lanjutan serta MR lajutan.

f) Program Pengendalian Penyakit

Program pengendalian penyakit untukmendukng pencegahan stunting antara lain

pemerian obat cacing bagi ibu hamil. Pembagian kelambu beritetisida kedapa ibu

hamil untuk pencegahan malaria pada ibu hamil.

Jenis program intervensi gizi spesifik yang bertujuan untuk pencegahan stuting di Puskesmas

Kuta adalah sebagai berikut

a) Monitoring evaluasi puskesmas ke kader posyandu saja dilakukan untuk melihat langsung

kegiatan yang dilakuan di posyandu.

b) Program Remaja Putri

Program remaja putri ditujukan pada sasaran remaja putri yang terdapat pada sekolah-

sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jenis kegiatan remaja

putri antara lain berupa pemberian TTD ke pada kemaja putri dan penyuluhan kesehatan

reproduksi pada remaja. Kegiatan ini belum maksimal karena untuk remaja putri yang

Page 47: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

30

putus sekolah belum terjangkau. Pemberian TTD remaja putri juga belum semua sekolah

terlayani

c) Program KIA/KB

Program kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga berencana yang ditujukan untuk

pencegahan stunting antara lain: Pemeriksaan kehamilan secara rutin bagi ibu hamil,

penyuluhan dan koseling Gizi, pengukuran Berat Badan (BB), Pengukuran Tinggi Badan

(TB), pengkuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pemberian Tablet Tambah Darah bagi ibu

hamil, Immunisasi T1/T2, KB pasca bersalin, Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil.

d) Gizi

Program gizi puskesmas untuk melakukan pencegahan stunting antara lain: konseling

ASI Eklusif, konseling Makananan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemantauan status gizi

balita yang terdiri dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pemberian makanan

tambahan balita gizi buruk, pemberia Vit A warna merah dan pemberian vit A warna

biru serta pemberian makanan tambahan utuk iu hamil.

e) Program immunisasi

Pogram immunisasi antara lain, pemberian immunisasi HB 0, BCG, Polio 1-4, IPV,

DPT 1-3, MR dan DPT lanjutan serta MR lajutan.

f) Program Pengendalian Penyakit

Program pengendalian penyakit untuk mendukng pencegahan stunting antara lain

pemerian obat cacing bagi ibu hamil.

Page 48: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

31

Jenis program intervensi gizi spesifik yang bertujuan untuk pencegahan stuting di Puskesmas

Mujur adalah sebagai berikut

a) Program Remaja Putri

Program remaja putri ditujukan pada sasaran remaja putri yang terdapat pada sekolah-

sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jenis kegiatan remaja

putri antara lain berupa distribusi TTD ke pada kemaja putri.

b) Program KIA/KB

Program kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga berencana yang ditujukan untuk

pencegahan stunting antara lain: Pemeriksaan kehamilan secara rutin bagi ibu hamil,

penyuluhan dan koseling Gizi, pengukuran Berat Badan (BB), Pengukuran Tinggi Badan

(TB), pengkuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pemberian Tablet Tambah Darah bagi ibu

hamil, Immunisasi T1/T2, KB pasca bersalin, Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil. Kelas gizi ibu balita, kelas gizi ibu hamil

KEK. . Kunjungan rumah balita dan pelatihan PMBA bagi kader.

c) Gizi

Program gizi puskesmas untuk melakukan pencegahan stunting antara lain: konseling

ASI Eklusif, konseling Makananan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemantauan status gizi

balita yang terdiri dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pemberian makanan

tambahan balita gizi buruk, pemberia Vit A warna merah dan pemberian vit A warna

biru serta pemberian makanan tambahan utuk iu hamil.

d) Program immunisasi

Pogram immunisasi antara lain, pemberian immunisasi HB 0, BCG, Polio 1-4, IPV,

DPT 1-3, MR dan DPT lanjutan serta MR lajutan.

Page 49: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

32

e) Program Pengendalian Penyakit

Program pengendalian penyakit untuk mendukng pencegahan stunting antara lain

pemerian obat cacing bagi ibu hamil.

3. Cakupan intervensi gizi spesisik untuk mendukung pencegahan stunting di kabupaten

Sumba Timur dan Lombok Tengah.

Cakupan intervensi gizi spesifik untuk mendukung pencegahan stunting di Puskesmas

Lewa dan Puskesmas Baing dapat dilihat pada tabel di bawah ini, hamper sebagia besar

cakupan masing-masing indicator telah mencapai 100%, terdapat beberapa indicator yang

masih cukup kecil diantaranya cakupan pemberian tablet tambah darah pada remaja

putri,cakupan inisiasimenyusui dni dan pemantauan pertumbuhan balita.

Tabel 3.1 Cakupan intervensi gizi spesisik untuk mendukung penegahan stunting tahun 2020

di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa

Tenggara Timur.

Indikator Lewa Baing

Pesentase cakupan Pemberinan Makanan Tambahan (PMT)

ibu hamil dari kelompok miskin/KEK 100% 100,00%

Prensntase cakupan suplemen tablet tambah darah pada ibu

hamil 100% 100%

Prensntase cakupan suplemen tablet tambah darah pada

remaja putri 14% 73%

Persentase cakupan pemberian suplemen kalsium 100% 100%

Persentase cakupan promosi dan koseling menyusui 19% 100%

Jumlah inisiasi Menyusui Dini 67% 99%

ASI Ekslusif 67% 99%

Cakupan vitamin A anak usia 6-11 bulan 100% 100%

Cakupan Vitamin A anak usia 12-23 bulan 100% 100%

Pemberian makanan tambahan bagi anak kurus 100% 100%

Pemantauan dan promosi pertumbuhan (balita (D/S)) 79,00%

Cakupan pengobatan kecacingan 0,00% 0%

Persentase Cakupan KIE Pemberian MP-ASI 0% 100%

Cakupan imunisasi dasar lengkap 95,00%

Page 50: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

33

Tabel 3.2 Cakupan intervensi gizi spesisik untuk mendukung penegahan stunting tahun 2020

di Kabupaten Lombok Tengah.

Indikator Aimual Kuta Mantang Mujur

Pesentase cakupan Pemberinan Makanan

Tambahan (PMT) ibu hamil dari kelompok

miskin/KEK 100% 82,35% 100% 100%

Prensntase cakupan suplemen tablet tambah darah

pada ibu hamil 100% 106% 100% 0%

Prensntase cakupan suplemen tablet tambah darah

pada remaja putri 0% 46% 55,25% 0%

Persentase cakupan pemberian suplemen kalsium 0% 0% 0% 0%

Persentase cakupan promosi dan koseling

menyusui 100% 0% 0% 0%

Jumlah inisiasi Menyusui Dini 87% 71% 100% 100%

ASI Ekslusif 94% 78% 100% 100%

Cakupan vitamin A anak usia 6-11 bulan 100% 98% 100% 100%

Cakupan Vitamin A anak usia 12-23 bulan 100% 95% 100% 100%

Pemberian makanan tambahan bagi anak kurus 83% 100% 100% 100%

Pemantauan dan promosi pertumbuhan (balita (D/S)) 80,20% 84,96 77,1 85,04%

Cakupan pengobatan kecacingan 98,50% 95% 0% 100%

Persentase Cakupan KIE Pemberian MP-ASI 0% 17% 0% 100%

Cakupan imunisasi dasar lengkap 100% 79,57% 100% 100%

Cakupan intervensi gizi spesifik untuk pencegahan stuting pada empat puskesmas di

Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat pada batel di atas. Sebagian besar cakupan beberapa

indicator telah mencpai 100% . terdapat beberapa indicator dengan capaian masih cukup kecil

seperti cakupan pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri, cakupan pemberian

suplemen kalsium pada puskesmas yang menjadi lokus penelitian masih 0% atau boleh

dikatakan tidak terdapat kegiatan. Cakupan promosi kesehatan dan konseling menyusui

hanya pada puskesmas Aikmual yang mencapai 100% sedangkan pada puskesmas lainya

hanya mencapai 0%.

Page 51: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

34

4. Pengetahuan Sikap Dan Tidandakan Ibu yang Memiliki Anak Usia 0-23 Bulan Tentang

Stunting di Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Karakteristik Resonden Ibu yang Memiliki Anak Usia 0-23 Bulan Tentang Stunting di

Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel 3.3 Distribusi umur ibu yang memiliki balita penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB.

Umur responden Persentase (%)

17-22 16,32%

23-28 29,86%

29-34 30,90%

35-40 16,32%

41-46 6,60%

Berdasarkan tabel…di atas sebanyak 16,32% dari ibu Baduta di Kecamatan Lewa dab Wulla Waijelu

memiliki umur kurang dari 22 tahun dan sebanyak 6,60% dari ibu yang memiki Baduta yang memilki umur

lebih dari 41 tahun. Jika dlihat dari tingkat pendidikan ibu Baduta sebagian besar adalah 33,33 % tamat

SLTA/MA dan 26,04 dari ibu Baduta berpendidikan tamat SD/MI serta hanya sebanyak 7,29 % ibu Baduta

berpendidkan tamat PT.

Grafi. 3.1 Tingkat Pendidikan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23 di Kecamatan Lewa

dan Wulla waijelu Kabupaten Sumba Timur penelitian Pengembangan Model

Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB..

3,47%

11,81%

26,04%

15,63%

33,33%

2,43%

7,29%

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00%

Tidak/belum pernah sekolah

Tidak tamat SD/MI

Tamat SD/MI

Tamat SLTP/MTS

Tamat SLTA/MA

Tamat D1/D2/D3

Tamat PT

Page 52: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

35

Jika dilihat dari jenis pekerjaan ibu yang memiiki bayi kurang dari dua tahun di Kecematan

Lewa dan Wula Waijelu sebanyak 59,03% berjenis pekerjaan sebagai petani dan sebanyak 29,86

tidak bekerja atau hanya mengurus rumah tangga saja, sedangkan sebanyak 0,69 % bekerja sebagai

PNS/TNI/Polri.

Grafik…Distribus pendidikan ibu yang memilki balita penelitian Pengembangan Model Intervensi

Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB.

Grafik 3.2 Jenis Pekerjaan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23 di Kecamatan Lewa

dan Wulla waijelu Kabupaten Sumba Timur penelitian Pengembangan Model

Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB.

Grafik 3.3 Tingkat Pendapatan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23 di Kecamatan Lewa

dan Wulla waijelu Kabupaten Sumba Timur penelitian Pengembangan Model

Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB..

29,86%

0,69%

0,35%

1,04%

59,03%

0,35%

8,68%

Tidak bekerja

PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD

Pegawai swasta

Wiraswasta

Petani

Buruh/Sopir/Asisten Rumah tangga

Kontrak/honor, Lainnya

89,93%

3,82%

1,04%

3,47%

1,74%

Kurang dari Rp. 1.950.000

Kurang dari Rp. 2.192.987

Lebih dari Rp. 3.000.000

Lebih dari sama dengan Rp. 2.192.987

Lebih dari sama dengan Rp.1.950.000

Page 53: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

36

Tingkat pendapatan dari ibu yang memiliki bayi usia0-23 di Kecamatan Lewa dan Wulla

Waijelu 89,93 % kurangdari 1.950.000 rupiah untuk setiap bulanya dan hanya sebanyak 1,04%

ibu yang memiki bayi usia 0-23 bulan yang memiliki pendapatan setiapbulanya lebih dari 3 juta

rupiah.

Grafik 3.4 Distribusi Usia Saat Hamil anak Pertama Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-

23 di Kecamatan Lewa dan Wulla waijelu Kabupaten Sumba Timur penelitian

Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan

NTB..

Usia ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan di kecamatan Lewa dan Wulla Waijellu saat

hamil anak pertama sebanyak 46, 67% dari ibu baduta berusia 15-19 tahun dan sebanyak 0,67 %

ibu baduta berusia lebih dari 40 tahun ketika hamil anak pertama serta sebanyak 15,33 % ibu

baduta memiliki usia 25-29 tahun saat kehamilan anak pertama.

Pengetahuan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-23 Bulan Tentang Stunting di Kabupaten

Suma Timur

Sebanyak 300 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang menjadi responden

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap stunting di kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu. Hasil

wawancara yang dilakukan terhadap ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulang di Kecamatan Lewa

dan Wulla Waijelu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

46,67%

36,00%

15,33%

0,67% 0,67% 0,67%0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44

Page 54: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

37

Tabel 3.4 Distribusi Pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wula

Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi

di Prov NTT dan NTB.

Pertanyaan Persentase (%)

Dalam dua tahun terakhir anak pernah diasuh orang lain

a. Ya 91,32 %

b. Tidak 8,86%

Pernah mendengar tentang stunting

c. Ya 77,08%

d. Tidak 22,92%

Sumber informasi tentang stunting

a. Petugas kesehatan 22,92%

b. Petugas kesehatan, Media sosial 34,38%

c. Petugas kesehatan, Media sosial, Media cetak(buku,koran,leaflet,dll) 12,15%

d. Media sosial, Media cetak(buku,koran,leaflet,dll) 5,21%

e. Tetangga 25,35%

f. Lainnya 2,92%

Stunting menurut ibu baduta

a. Kondisi tubuh anak lebih kecil daripada anak lainnya 22,92%

b. Kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan

anak lain yang seusia. 34,38%

c. Kondisi berat badan anak sangat kurang pada usianya. 12,15%

d. Kondisi anak menjadi pendek karena keturunan/bawaan 5,21%

e. Tidak tahu 25,35%

Penyebab langsung terjadinya stunting

a. Kekurangan gizi pada ibu hamil dan anak balita 60,07%

b. Bawaan sejak kandungan 13,89%

c. Faktor ekonomi 2,43%

d. Cacat pada anak 1,04%

e. Tidak tahu 22,57%

Ciri-ciri anak stunting menurut ibu Baduta

a. Tubuh lebih pendek untuk usianya 46,88%

b. Pertumbuhan melambat 25,32%

c. Tubuh lebih pendek untuk usianya, Pertumbuhan melambat 3,13%

d. Wajah tampak lebih muda dari usianya 1,39%

e. Tidak tahu 23,26%

Saat yang tepat untuk mencegah stunting

a. Masa kehamilan hingga bayi 6,94%

b. Saat anak terlihat lebih pendek 63,54%

c. Anak usia lima tahun 4,86%

d. Anak usia sekolah 1,74%

e. Tidak tahu 22,92%

Page 55: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

38

ASI eksklusif diberikan sampai usia

a. Hanya memberikan ASI saja hingga bayi usia 6 bulan 54,17%

b. ASI diberikan hingga bayi usia 6 bulan ditambah makanan bergizi 24,31%

c. ASI diberikan hingga bayi usia 6 bulan ditambah vitamin 1,39%

d. ASI dapat digantikan dengan susu formula 20,14%

e. Tidak tahu 35,33

Terdapat 8,86 % dari anak usia 0-23b bulan di kecamatan Lewa dan Wulla wijellu

Kabupaten Sumba Timur yang pernah di asuh oleh orang lain selama dua tahun terakhir. Terdapat

sebanyak 22,92 % dari Ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang sama sekalibelum pernah

mendengar tentang stunting. Hanya terdaat sebanyak 22,92 % yang pernah mendengan stunting

dengan sumber informai dari tenaga kesehatan dan sebanyak 34,38 % mendapatkan informasi

tentang stuting dari petugas kesehatan dan media social.

Sebanyak 34,38 % dari ibu yang memiki bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wulla

waijellu sudah memiki pengetahuan yang baik tetang stuting,sedangkan sisanya masih memiki

pengetahuan yang keliru tentang stunting. Terdapat 60,07 % dari ibu yang memiliki bayi usia 0-

23 bulan yang mengetahuai tentng stunting memiliki pengetahuan yang baik tentang penyeb

stuting sedangkan sisanya masih pemiliki pengetahuan salah tentang penyebab stunting.

Sebanyak 46,88 % ibu yangmemilii anak usia 0-23 di kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu

Kabupaten Sumba Timur sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang ciri-ciri dari anak yang

mengalami stunting sedangkan sebanyak 22,92 % menyatakan tidak mengetahui ciri-ciri dari

anak-anak yang mengalami stunting. Sebanyak 63,54 % masih memiliki pengetahuan yang salah

tentang saat yang tepat untuk pencegahan stunting,dan sebanyak 22,92 % menyatakan tidak tahu

tentang saat yang tepat untuk melakukan pencehagahan terhadap stunting. Sebanyak 54,17 % dari

ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian

ASI-eklusif.

Page 56: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

39

Sikap Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-23 Bulan Tentang Stunting di Kabupaten Suma

Timur

Tabel 3.5 Sikap ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wula Waijelu

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov

NTT dan NTB.

No Penyataan

Setuju

(%)

Ragu-

Ragu (%)

Tidak

setuju (%)

1 Stunting adalah anak pendek tidak sesuai dengan

umurnya 70,83 12,15 17,01 2

Stunting berbahaya bagi anak-anak 49,65 15,97 34,38 3 Stunting adalah faktor keturunan yang tidak

dapat diperbaiki 42,71 13,89 43,40 4 Stuntingn dapat dicegah sejak masa kehamilan

hingga anak usia 2 tahun 83,33 7,29 9,38 5 Stunting terjadi karena kekurangan gizi yang

lama 75,00 0,28 15,00 6 Pergi ke posyandu merupakan salah satu cara

mencegah terjadinya stunting 91,32 3,82 4,84 7 Persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan

(puskesmas/rumah sakit) 80,56 3,47 15,97 8 Bayi umur 0 – 6 bulan hanya boleh mendapat

ASI saja tanpa makanan lainnya 88,89 1,74 9,38 9 Salah satu cara mencegah stunting ibu hamil

harus minum tablet tambah darah 97,57 1,39 1,04 10 Kesehatan bayi dalam kandungan ibu

dipengaruhi oleh gizi ibu 95,14 2,78 2,08 11 Memakai garam beryodium penting untuk

kesehatan anak 89,93 5,56 4,51

Jika dilihat dari sikap ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan terhadap stunting di Kecamatan

Lewa dan Wula Waijelu sebanyak 70,83 % sudah memiliki sikap yang baik terhadap stunting.

Terdapat sebanyak 43,40 % memiliki sikap yang tidak baik terhadap pencegahan stunting dan

sebanyak 42,71 % sudah emiliki sikap yang baik. Sebanyak 83,33% dari ibu yang memiki bayi

usia 0-23 bulan sudah memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan stunting. Sebanyak 91,32

dari ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang cara

pencegahan stunting. Sebanyak 88,89 % dari ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan sudah

Page 57: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

40

memiliki sikap yag baik tentang pemberian ASI-Eklusif higga bayi usia 6 bulan. Sebanyak 97,57

% ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di kecamatan Lewa dan Wula Waijelu sudah memiliki sikap

yang baik tentang minum tablet tambah darah sebagai salah satu cara utuk melakukan pencegahan

terhadap stunting.

Tindakan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-23 Bulan Tentang Stunting di Kabupaten Suma

Timur

Tindakan ibu yang memiliibayi usia 0-23 bulan di Kecaamatan Lewa dan Kecamatan Wulla

Waijelu dapat dilihat pada tabel berikut ini. Ibu yang memiliki bayi usia 0-23 masih terdapat

sebanyak 30,19 % yang pada saat hamil dinyatakan kurang energy kronis oleh tenaga kesehatan.

Selama masakehamlan terdapat sebanyak 23,26% yang menyatakan tidak mendapatkan PMT baik

dari pemerintahan desa maupun dari tenaga kesehatan.

Tabel 3.6 Tindakan ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wula Waijelu

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov

NTT dan NTB.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Pada saat hamil dinyatakan kurang energi kronis/ Lingkar Lengan

Atas kurang dari 23,5 oleh tenaga kesehatan 30,19% 69,81%

2 Selama kehamilan, ibu pernah mendapat PMT 76,74% 23,26%

3 Pernah mendapat suntikan imunisasi TT 92,01% 7,99%

4 Selama kehamilan ibu mengkonsumsi tablet tamba darah 98,96% 1,04%

5 selama hamil ibu mendapat suplemen kalsium 79,86% 20,14%

6 Ibu memiliki kelambu berinsektisida 91,67% 1,04%

7 Selama hamil, ibu pernah didiagnosa malaria menurut tenaga

kesehatan 4,51% 95,49%

8 Pernah mendapat sosialisasi tentang inisiasi menyusui dini 34,03% 65,97%

9 Pernah mendapat sosialisasi ASI Eksklusif 72,22% 27,78%

10 Pernah mendapatkan sosialisasi tentang MP-ASI anak usia 6 bulan 77,78% 22,22%

11 Pernah mendapat sosialisasi garan beryodium 61,11% 38,89%

12 Keluarga menggunakan garam beryodium 63,54% 36,46%

13 Anak memiliki buku KIA 98,96% 1,04%

14 Anak dibawa ke posyandu setiap bulan 81,94% 18,06%

Page 58: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

41

Sebanyak 92,01 % dari ibu yang memilii bayi usia0-23 bulan di Kecamatan Lewa dan Wula

Waijelu sudah mendapatkan suntikan TT pada saat kehamilan. Ibu yang memiliki bayi usia 0-23

yang sudah mendapatkan tablet tambah darah selama masa kehamilan sebanyak 98,96 %. Masih

terdapat 20,14 % dari ibu yang memiki bayi usia 0-23 bulan yang belum mendapatkan suplemen

kalsium pada saatkehamilan. Ibu baduta yang dinyatakan menderita malaria oleh tenaga kesehatan

selama masa kehamilan sebanyak 4,51 % dan sebanyak 27, 78 % yang menyatakan tidak pernah

mndapatkan sosialisasi tentang ASI-Eklusif pada masa kehamilan. Sebanyak 22,22%

mennyatakan tidak pernah mendapatkan sosialisasi tentang MP-ASI anak usia lebih dari bulan.

Sebanyak 18,06 ibu yang memiliki bayi usia 023 bulan tidak rutin membawa anak-anaknya secara

rutin ke posyandu.

Tabel 3.7 Intervensi Sensitif yang didapatkan bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wula

Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi

di Prov NTT dan NTB.

Bayi baru lahir (Usia 0-6 bulan) Ya Tidak

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 73,96% 26,04%

Pada saat peletakkan tersebut anak sampai menghisap puting susu 55,40% 44,60%

Anak pada usia 0-6 bulan mendapatkan makananan/minuman lain

selain ASI 30,90% 69,10%

Pernah mendapat sosialisasi tentang garam beryodium 61,11% 38,89%

Anak usia 6-11 bulan

Mendapatkan Vit A berwarna biru pada usia 6-11 bulan 91,43% 8,57%

Pernah buang air besar lebih dari 3 kali sehari/mencret 49,05% 50,95%

Pernah dinyatakan diare oleh petugas kesehatan 24,29% 75,71%

Pernah mendapatkan tablet zink 84,31% 15,69%

Anak pernah menderita kurang gizi 13,81% 86,19%

Anak pernah mendapatkan PMT 52,38% 47,62%

Anak usia 12-23 bulan 91,43% 8,57%

Anak pernah mendapatkan Vit A warna merah pada usia 12-23 bulan 90,70% 9,30%

Anak pernah mendapatkan periksaan kecacingan 94,57% 5,43%

Pernah minum obat cacing 27,13% 72,87%

Anak masih mendapatkan ASI sampai sekarang 41,86% 58,14%

Makanan anak mendapatkan garam beryodium 65,89% 34,11%

Page 59: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

42

Bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan Inisiasi menyusui Dini (IMD) sebanyak 26,04 %

tidak dilakukan IMD pada saat lahir, yang dilakukan IMD sebanyak 73,96 % dari sejumlah yang

melakukan IMD saat peletakkan tersebut anak sampai menghisap puting susu sebanyak 55,04 %

sedangkan sisanya tidak sampai mengisap putting susu ibu bayi. Masih terdapat 69,10% dari bayi

usia 0-23 bulang yang tidak hanya mendapatkan ASI-eklusif samai usia 6 bulan tetapi sudah diberi

makanan atau minuman selain ASI. Sebanyak 38,39 % dari ibu yang memliki byi usia 0-23 bulan

di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu tidakmendapatkan sosialisasi tentang garam beryodium.

Bayi usia 6-11 bulan yang sudah mendapatkan Vit A berwarna biru sebanyak 91,43 % dan

bayi pernah buang air besar lebih dari 3 kali sehari/mencret sebanyak 49,05 % serta yang pernah

dinyatakan diare oleh petugas kesehatan sebanyak 24,29%. Anak pernah menderita kurang gizi

sebanyak 13,81 %, masih terdapat sebanyak 47,62 yang belum mendapatkan PMT. Anak usia

12-23 bulan yang pernah mendapatkan Vit A warna merah sebanyak 90,70 %. Anak tidak

mendapatkan ASI sampai saat pengumpulan data sebanyak 58,14%.

Pengetahuan Sikap dan Tindakan Ibu yang Memiliki Anak Usia 0-23 Bulan di Kabupaten

Lombok Tengah Provinsi NTB.

Karakateristik Ibu Tindakan Ibu yang Memiliki Anak Usia 0-23 Bulan di Kabupaten

Lombok Tengah Provinsi NTB.

Hasil wawancara terhadap 300 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang menjadi

responden pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap stunting di Kabupaten Lombok Tengah pada

empat wilayah kerja puskesmas yaitu Puskesmas Aikmual, Mujur, Mantang dan Puskesmas Kuta.

Disribusi umur resonden ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan di pada empat wilayah kerja

puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut.

Page 60: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

43

Tabel 3.8 Distribusi Umur Ibu dari bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah penelitian

Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan

NTB

Umur responden Persentase (%)

13-17 0,33

18-22 18,33

23-27 27,00

28-32 26,00

33-37 11,33

38-42 11,33

43-48 2,67

Umur responden ibu yang memiliki anak usia0-23 bulan di kabupaten Lombok Tengah

masih terdapat usia ibu 13-17 tahun sebanyak 0,33% dan sebanyak 18,33 % berusia 18-22 tahun

serta masih terdapat sebanyak 2,67 % ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok

yang sudan berusia lebih dari 43 tahun.

Grafik 3.5 Tingkat Pendidikan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23 Kabupaten Lombok

Tengah penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi

di Prov NTT dan NTB.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan responden ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan

sebanyak 35,00 % memiliki tingkat pendidikan tamat SLTA/MA dan kedua terbanyak adalah

1,67%

6,00%

19,00%

28,00%

35,00%

7,00%

3,33%

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00%

Tidak/belum pernah sekolah

Tidak tamat SD/MI

Tamat SD/MI

Tamat SLTP/MTS

Tamat SLTA/MA

Tamat D1/D2/D3

Tamat PT

Page 61: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

44

pendidikan tamat SLTP sebanyak 28,00 sedangkan responden yang memiliki pendidikan amat

perguruan tinggi sebanyak 3,33% dan yang berpendidikan tidak tamat SD sebanyak 6,00.

Grafik 3.6 Jenis Pekerjaan Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23 Kabupaten Lombok

Tengah penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi

di Prov NTT dan NTB.

Jenis pekerjaan ibu yang memiliki anak usia 0-23 bulan sebagia besar 33,00% adalah sebagia

buruh asisten rumah tangga dan tik bekerja sebanyak 31 % dan yang bekerja sebgai petani

sebanyak 11 % sedangakan yang bekerja sebagai PNS/TNI Polri sebanyak 1,67 %.

Grafik 3.7 Distribusi Usia saat Hamil anak Pertama Responden Ibu yang memiliki Bayi Usia 0-23

Kabupaten Lombok Tengah penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan

Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB..

1

1,67

2

9

10

11

31

33

0 5 10 15 20 25 30 35

Pegawai swasta

PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD

Nelayan

Wiraswasta

Kontrak/honor, Lainnya

Petani

Tidak bekerja

Buruh/Sopir/Asisten Rumah tangga

46,67%

36,00%

15,33%

0,67% 0,67% 0,67%

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44

Page 62: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

45

Distribusi ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan di Kabupaten Lombok tengah jika dilihat

dari umur ibu saat hamil anak pertama sebanyak 46,67 berusia 15-19 tahun dan sebanyak 36,00

berusia 20-24 tahun dan juga terdapat sebanyak 0,67 % yang hamil anak pertama pada usia lebih

dari 40 tahun.

Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Usia 0-23 Bulan tentang Stunting di Kabupaten

Lombok Tengah Provinsi NTB.

Sebanyak 300 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang menjadi responden

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap stunting di Kabupaten Lombok Tengah pada empat

wilayah kerja puskesmas yaitu Puskesmas Aikmual, Mujur, Mantang dan Puskesmas Kuta. Hasil

wawancara yang dilakukan terhadap ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulang di Kecamatan Lewa

dan Wulla Waijelu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.9 Pengetahuan Ibu dari bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah penelitian

Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan

NTB

Pertanyaan Persentase (%)

Dalam dua tahun terakhir anak pernah diasuh orang lain

a. Ya 0,67%

b. Tidak 99,33%

Pernah mendengar tentang stunting

a. Ya 56,67%

b. Tidak 43,33%

Sumber informasi tentang stunting

a. Petugas kesehatan 58,24

b. Petugas kesehatan, Media sosial 10,00

c. Petugas kesehatan, Media sosial, Media cetak(buku,koran,leaflet,dll) 3,53

d. Media sosial 11,76

e. Media sosial, Media cetak(buku,koran,leaflet,dll) 7,65

f. Tetangga 5,88

g. Lainnya 2,94

Stunting menurut ibu baduta

Page 63: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

46

a. Kondisi tubuh anak lebih kecil daripada anak lainnya 21,67

b. Kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan

anak lain yang seusia. 19,00

c. Kondisi berat badan anak sangat kurang pada usianya. 5,67

d. Kondisi anak menjadi pendek karena keturunan/bawaan 5,00

e. Tidak tahu 48,67

Penyebab langsung terjadinya stunting

a. Kekurangan gizi pada ibu hamil dan anak balita 32,67

b. Bawaan sejak kandungan 6,33

c. Faktor ekonomi 9,00

d. Cacat pada anak 3,00

e. Tidak tahu 49,00

Ciri-ciri anak stunting menurut ibu Baduta

a. Tubuh lebih pendek untuk usianya 30,00

b. Pertumbuhan melambat 55,00

c. Tubuh lebih pendek untuk usianya, Pertumbuhan melambat 7,00

d. Wajah tampak lebih muda dari usianya 4,00

e. Pertumbuhan melambat, Tubuh lebih pendek untuk usianya 3,00

Saat yang tepat untuk mencegah stunting

a. Masa kehamilan hingga bayi 44,00

b. Saat anak terlihat lebih pendek 11,33

c. Anak usia lima tahun 1,67

d. Anak usia sekolah 2,00

e. Tidak tahu 41,00

ASI eksklusif diberikan sampai usia

a. Hanya memberikan ASI saja hingga bayi usia 6 bulan 58,00

b. ASI diberikan hingga bayi usia 6 bulan ditambah makanan bergizi 4,00

c. ASI diberikan hingga bayi usia 6 bulan ditambah vitamin 1,67

d. ASI dapat digantikan dengan susu formula 2,00

e. Tidak tahu 35,33

Sebanyak 99,33 % bayi yang berusia 0-23 bulan tidak pernah diasuh oleh orang lain tetapi

di asuh sendiri oleh orang tuanya. Masih terapat 43,3 % dari ibu yang memiliki bayi ussia 0-23

bulang di Kabupaten Lombok Tengah yang menyatakan belum pernah mendengar tentang

stunting. Sumber nformasi tentang stunting sebanyak 58,24 % menyatakan berasal dari petugas

kesehatan dan sebanyak11,76% menyatakan mendapatkan informasi dari media social.

Page 64: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

47

Dan sebanyak10,00 % menyatakan mendapatkan informasi tentang stunting dari tenaga

kesehatan dan mediasosial. Sebanyak 19,00 % dari yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang

memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting dan masih lebih ari 80% ibu yang memiliki bayi

usia 0-23 bulang yang memiki pengetahuan yang tidak baiktentang stunting. Sebanyak 32, 67 %

dari yng memiki bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki pengetahuan yang

baik tentang penyebab dari stunting, dan terapat sebanyak49,00% dari ibu yang memiliki bayi usia

0-23 bulang yang pernah mendengr tapi tikengetahuai penyebab dari stunting.

Sebanyak 30,00 % dari ibu yang memiki bayi usia 0-23 bulan di Kabupaten Lombok Tengah

yang sudah memiliki pengetahuan yang baik tentng ciri-ciri dari anak yag stunting. Masih terdapat

sebanyak 55,00 % yang memiliki pengetahuan yangurang tepat tentang ciri-ciri anak stunting yaitu

pertumbuhan melambat. Sebnayak 44,00 % sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang cara

pencegahan stunting dan sebanyak lebih dari 55 % yang memiki pengetahuan yang

tidakbaiktentang cara pencegahan stunting. Sebanyak 58,00 % sudah memiki pengetahuan yang

baik tentang pemberian ASI-eklusif dan masi sebanyak 42,00 % yang memiliki pengetahuan yang

kurang baik tentang pemberian asi eklusif untuk bayi usia 0-6 bulan.

Tabel 3.10 Jenis Intervensi Sensitif yang didapat bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wulla

Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi

di Prov NTT dan NTB

Jenis sumber air

a. Sumur terlindung 12,90%

b. Perusahaan air minum 7,99%

c. Sumur tidak terlindung 59,63%

d. Mata air/sungai 16, 90%

e. Lainnya 2,08%

Jarak ke sumber air

0-29 63,89%

30-59 9,38%

60-89 12,85%

Page 65: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

48

90-119 1,39%

180-209 0,35%

240-269 4,17%

480-509 1,04%

780-809 3,82%

Jika dilihat dari sumber air bersih yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari ibu yang

memiliki bayi usia 0-23 bulan di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu sebanyak 59,63%

mengguakan air besih dari sumur gali yang tidak terlindung dan sebanyak 12,90 % yang

menggunakan air dari sumur gali terlindung serta sebanyak 16,90% menggunakan mata air tidak

terlindung atau air sungai. Jika dilihat dari akses terhadap air besih 63,897% menyatakan akses

terhadap air minum kurang dari 20 meter jarak tempat tinggal dengan sumber air.

Tabel 3.11 Jenis Intervensi Sensitif yang didapat bayi usia 0-23 di Kecamatan Lewa dan Wulla

Waijelu penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi

di Prov NTT dan NTB

No Intervensi Ya Tidak

1 Keluarga memiliki jamban sehat 79,86% 20,14%

2 Ibu memiliki kartu BPJS 92,01% 7,99%

3 Kelurga menerima PKH 29,86% 70,14%

4 Ibu mengikuti program kelas ibu hamil 28,82% 71,18%

5 Ibu mengikuti kelompok Bina Keluarga Balita 11,11% 88,89%

6 Ibu mendapat sosialisasi tentang KB 72,22% 27,78%

7 Ibu pernah menggunakan alat KB 57,99% 42,01%

8 Ibu pernah mendapat konseling calon penganting 8,68% 91,32%

Masih terdapat sebanyak 20,14 % dari ibu yang memiliki bayi usia 0-23 di kecamatan Lewa

dan Wulla Waijelu yang belum memiliki akses terhadap jamban sehat. Sebanyak 92,01 % sudah

menjadi anggota JKN dan hanya sebanyak 29,86 % ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang

mendapatkan bantuan PKH. Sebanyak 71,18 % yang tidak mengikuti program kelas ibu hamil.

Sebanyak 88,89% ibu tidak mengikuti kelompok Bina Keluarga Balita.

Page 66: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

49

Sikap Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-23 bulan Tentang Stunting di Kabupaten Lombok

Tengah

Tabel. 3.12 Sikap Ibu dari bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah penelitian Pengembangan

Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan NTB

No Penyataan

Setuju

(%)

Ragu-

Ragu

(%)

Tidak

setuju

(%)

1

Stunting adalah anak yang pendek tidak sesuai dengan

umurnya 64,00 27,67 8,33

2 Stunting berbahaya bagi anak-anak 42,67 33,00 24,33

3

Stunting adalah faktor keturunan yang tidak dapat

diperbaiki 39,67 32,67 27,67

4

Stuntingn dapat dicegah sejak masa kehamilan hingga

anak usia 2 tahun 52,33 38,33 9,33

5 Stunting terjadi karena kekurangan gizi yang lama 57,67 32,00 10,33

6

Pergi ke posyandu merupakan salah satu cara mencegah

terjadinya stunting 65,67 27,33 7,00

7

Persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan

(puskesmas/rumah sakit) 59,67 21,00 19,33

8

Bayi umur 0 – 6 bulan hanya boleh mendapat ASI saja

tanpa makanan lainnya 74,00 22,67 3,33

9

Salah satu cara mencegah stunting ibu hamil harus

minum tablet tambah darah 88,33 16,33 0,33

10

Kesehatan bayi dalam kandungan ibu dipengaruhi oleh

gizi ibu 69,67 27,67 2,67

11 Memakai garam beryodium penting untuk kesehatan anak 57,33 35,00 7,67

Sebanyak 64,00 % Ibu yang memiliki Baduta sudah memiliki sikap yang baik tentang

stunting, sebanyak 24,33 % ibu Baduta tidakmemilki sikap yang baik tentang bahaya stunting bagi

anak-anak dan 27,67 ibu yang memiliki Baduta memiki sikap yang tidakbaik tentang penyebab

stunting. Sebanyak 65,67 % ibu yang memiliki Baduta memiliki sikap yang baik tentang stunting.

Sebanyak 88,33 % memiliki sikap yang baik tentng minum tablet tambah darah untuk mencegah

stuting dan sebanyak 57,33% memiliki sikap yang baik dalam penggunaan garam beryodium.

Page 67: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

50

Tindakan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-23 bulan Tentang Stunting di kabupaten Lombok

Tengah tahun 2021

Tabel 3.3 Tindakan Ibu dari bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah penelitian

Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov NTT dan

NTB

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Pada saat hamil dinyatakan kurang energi kronis/ Lingkar Lengan

Atas kurang dari 23,5 oleh tenaga kesehatan 18,33 81,33

2 Selama kehamilan, ibu pernah mendapat PMT 28,67 71,33

3 Pernah mendapat suntikan imunisasi TT 81,67 18,33

4 Selama kehamilan ibu mengkonsumsi tablet tamba darah 96,00 4,00

5 selama hamil ibu mendapat suplemen kalsium 53,67 46,33

6 Ibu memiliki kelambu berinsektisida 8,00 92,00

7 Selama hamil, ibu pernah didiagnosa malaria menurut tenaga

kesehatan 1,67 98,33

8 Pernah mendapat sosialisasi tentang inisiasi menyusui dini 45,00 55,00

9 Pernah mendapat sosialisasi ASI Eksklusif 51,00 49,00

10 Pernah mendapatkan sosialisasi tentang MP-ASI anak usia 6 bulan 45,00 55,00

11 Pernah mendapat sosialisasi garan beryodium 22,00 78,00

12 Keluarga menggunakan garam beryodium 100,00 0,00

13 Anak memiliki buku KIA 98,00 2,00

14 Anak dibawa ke posyandu setiap bulan 75,00 25,00

Sebanyak 18,33% ibu baduta yang menderita Kurang Energi Kronik (KEK) atau dengan

lingkar lengan kurang dari 23,5 cm yang dinyatakan oleh tenaga kesehayan. Sebanyak 92,00% Ibu

Baduta tidak memilii kelambu berinsektisida dan masih terdapat 1,67 % dari ibu Baduta yang

didiagnosamenerita malaria oleh tenaga kesehatan selama masa kehamilan. Sebanyak 81,33 % ibu

yang meiliki Baduta yang menyatakan tidak pernah mendapatkan pemberian makan tambahan

PMT selama masa kehamilan, dari sebanyak 28,67 % yang menyatakan pernah mendapatkan PMT

sebagian besar menyatakan mendapakan biskuit program dan sisanya mendapatkan dalam bentuk

bahan makanan local. Sebanyak 55,00% ibu yang memiliki Baduta yangmenyatakan selamamasa

Page 68: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

51

khamilan tidak pernah mendapatkan sosialisasi tentang IMD dan sebanyak 49,00 % menyatakan

tidak pernah mendapatkan sosialisasi tentang ASI Eklusifdari tenaga kesehatan.

Sebanyak 55,00 % ibu Baduta menyatakan tidakpernah mendapatkan sosialisasi tentang MP-

ASI dari tenaga kesehatan selama masa kehamilan. Menurut pengakuan ibu Baduta semuanya

menyatakan telah menggunakan garam beryodium. Sebanyak 98,02% Ibu baduta menyatakan

telah memiliki buku KIA dan masih terdapat sebanyak 25,00 % yang menyatakan tdak rutin

membawa anaknya ke posyandu setiap bulannya.

Tabel 3.14 Jenis Intervensi Spesifik yang didapat bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov

NTT dan NTB

Bayi baru lahir (Usia 0-6 bulan) Ya Tidak

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 51,00 49,00

Pada saat peletakkan tersebut anak sampai menghisap puting susu 94,01 5,99

Anak pada usia 0-6 bulan mendapatkan makananan/minuman lain

selain ASI 48,33 51,67

Pernah mendapat sosialisasi tentang garam beryodium 98,00 2,00

Anak usia 6-11 bulan

Mendapatkan Vit A berwarna biru pada usia 6-11 bulan 84,83 15,15

Pernah buang air besar lebih dari 3 kali sehari/mencret 37,44 62,56

Pernah dinyatakan diare oleh petugas kesehatan 21,33 78,67

Pernah mendapatkan tablet zink 22,22 77,78

Anak pernah menderita kurang gizi 6,64 88,63

Anak pernah mendapatkan PMT 30,81 69,19

Anak usia 12-23 bulan

Anak pernah mendapatkan Vit A warna merah pada usia 12-23 bulan 92,54 7,46

Anak pernah mendapatkan periksaan kecacingan 10,45 89,55

Pernah minum obat cacing 80,60 19,40

Anak masih mendapatkan ASI sampai sekarang 71,64 28,36

Makanan anak mendapatkan garam beryodium 20,90 79,10

Sebanyak 49,00 % dari ibu yang memiliki bayi usia usia 0-6 bulan di Kabupaten Lmbok

Tengah yang tidak melakukan IMD pada saat melhirkan sedangkan dari jumalh ibu yang

Page 69: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

52

melakukan IMD pada saat melahirkan terdapat sebanyak 58,99% yang melakukan peletakan kulit

bayi dengan kulit ibu kurang dari satu jam, sedangkan sebanyak 41,01% yang melakukan

peletakan lebih dari satu jam. Terdapat sebanyak 15,15 % dari ibu yang memiliki anak usia 6-11

bulan menyatakan tidak pernahmendapatkan VIT A.

sebanyak 37,44 % menyatakan pernah buang air besar lebih dari 3 kali sehari/mencret 21,33

% menyatakan pernah dinyatakan diare oleh petugas kesehatan dan sebanyak 6.64% anak pernah

dinyatakan menderita kurang gizi oleh tenaga kesehatan. Sebanyak 69,19 % ibu yang memilki

Baduta menyatakan ananya tidak pernah mendapatkan PMT. Sebanyak 92,4% ibu Baduta

menyatakan anak pernah mendapatkan Vit A warna merah pada usia 12-23 bulan. Sebanyak 28,36

% menyatakan anak masih mendapatkan ASI sampai sekarang dan sebanyak 19,40 % menyatakan

anak tidak pernah minum obat cacing. Sebanyak 79,10 % menyatakan tidak diberikan garam

beryodium pada makanan anak.

Tabel 3.15 Jenis Intervensi Sensitif yang didapat bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov

NTT dan NTB

Jenis sumber air

f. Sumur terlindung 71,33%

g. Perusahaan air minum 8,00%

h. Sumur tidak terlindung 12,33%

i. Lainnya 8,33%

Jarak ke sumber air

0-29 90,67%

30-59 3,33%

60-89 0,67%

90-119 2,00%

180-209 0,67%

240-269 0,33%

480-509 2,00%

780-809 0,33%

Page 70: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

53

Jika dilihat dari sumber air bersih yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari ibu yang

memiliki bayi usia 0-23 bulan di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 7,33% sudah mengguakan

air besih dari sumur gali terlindung dan sebanyak 1,33 % yang menggunakan air dari sumur gali

tidak terlindung. Jika dilihat dari akses terhadap air besih 90,067% menyatakan akses terhadap air

minum kurang dari 20 meter jarak tempat tinggal dengan sumber air.

Tabel 3.16 Jenis Intervensi gizi sensitif yang didapat bayi usia 0-23 di Kabupaten Lombok Tengah

penelitian Pengembangan Model Intervensi Penurunan Stunting Terintergrasi di Prov

NTT dan NTB

No Intervensi Ya Tidak

1 Keluarga memiliki jamban sehat 91,00 9,00

2 Ibu memiliki kartu BPJS 51,33 48,67

3 Kelurga menerima PKH 17,33 82,67

4 Ibu mengikuti program kelas ibu hamil 16,67 83,33

5 Ibu mengikuti kelompok Bina Keluarga Balita 1,00 99,00

6 Ibu mendapat sosialisasi tentang KB 26,00 74,00

7 Ibu pernah menggunakan alat KB 79,00 21,00

8 Ibu pernah mendapat konseling calon penganting 0,00 100,00

Jika dilihat dari intervensi sensitive untuk penceghan stunting di Kabupaten Lombok

Tengah sebanyak 91,00 % ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan sudah memiliki jamban sehat.

Masih tedapat 48,67% dari ibu yang memilki bayi usia0-23bulan belum memiliki kartu BPJS

kesehatan. Sebanyak 82,67 % tidak mendapatkan bantuan PKH dan sebanyak 83,33 % ibu yang

memiiki bayi usia 0-23 bulan tidak mengikuti kelas ibu hamil selama masa kehamilan.

Sebanyak74,00 % menyaakan belumpernah mendapatkan konseling tentang program KB dan

semua ibu yang memiliki bayi usia 0-23bulan menyakan tidak perna mendapatkan konseling pada

saat jadicalon penganting.

Page 71: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

54

5. Kendala Implementasi Intervensi Gizi Spesisik Dan Intervensi Gizi Sensitif Dalam Rangka

Penurunan Stunting Pada Masing-Masing Sektor

Kendala implementasi interversi yang diperoleh atas hasil diskusi sosialisasi lintas sektor

pencegahan stunting tingkat kecamatan Lewa dan Wula Waijelu pada tanggal 25-28 Agustus

2021. Peserta yang hadir pada acara diskusi tersebut adalah Pusekesmas dan pengelolah program

terkait dengan stunting di Puskesmas Lewa dan Puskesmas Baing, Camat dan aparat kecamatan,

Kepala Balai Penyuluh pertanian dan Balai Penyuluh KB dan semua kepala desa pada kecamatan

Lewa dan Wulla Waijelu. Kendala Implementasi Intervensi Gizi Spesisik dan sensitif dalam

Rangka Penurunan Stunting pada Puskesmas Lewa dan Baing Kabupaten Sumba Timur adalah

sebagai berikut:

1) Sektor kesehatan dan non kesehatan belum menggunakan data sasaran intervensi pencegahan

stunting yang sama.

2) Data sasaran intervensi belum lengkap bahkan masih terdapat data sasaran tertentu seperti

remaja putri tidak tersedia data by name dan by adres

3) Belum terjangkaunya semua sasaran intervensi pencegahan stunting pada kecamatan Lewa

dan Wulla Waijelu

4) Montoring pelaksanaan intervensi pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla

Waijelu untuk memudahkan koordinasi dan singkronisasi program antar sektor

Kendala Implementasi Intervensi Gizi Spesisik Dalam Rangka Penurunan Stunting pada empat

puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut:

1) Sasasaran intervensi pencegahan stunting di Kabupaten Lombok Tengah belum terjangkau

semuanya.

Page 72: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

55

2) Data sasaran intervensi untuk remaja putri sebagai calon ibu belum lengkap masih terbatas

pada data yang terdapat di sekolah-sekolah dan belum tersedia data by name dan by adres

3) Monitoring terhadap pelasanaan intervensi yang dilakukan oleh program dan lintas

sektor masih belum maksimal.

6. Model Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Di Provinsi NTT dan NTB

1) Model intervensi pencegahan Stunting di Kabupaten Suba Timur

Sebelum dilakukan penyusunan model intervensi pencegahan stunting dilakukan

diskusi sektoral untuk peningkatan pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla

Waijelu. Diskusi sekoral ini bertujuan untuk menghasilkan suatu komitmen yng akan

dipergunakan dalam penecagahan stunting. Diskusi sektoral ini diikuti oleh Pusekesmas dan

pengelolah program terkait dengan stunting di Puskesmas Lewa dan Puskesmas Baing, Camat

dan aparat kecamatan, Kepala Balai Penyuluh pertanian dan Balai Penyuluh KB dan semua

kepala desa pada kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu.

Hasil diskusi sektoral tersebut menyepakati suatu komitmen bersama yaitu …“ Semua

sector melakukan intervensi pencegahan stunting dengan satu data sasaran untuk memastikan

tidak ada ibu hamil yang melahirkan anak stunting “ Untuk memastikan tidak terdapat ibu

hamil yang melahirkan anak stunting maka sasaran intervensi disepakati dimulai dari remaja

putri, ibu hamil dan bayi usia 0-23 bulan. Sasaran ini akan dilakukan intervensi oleh sema

sector yang berkontribusi dalam pencegahan. Pelaksanaan intervensi akan dilakukan

monitoring mengunakan apliksi.

Page 73: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

56

Gambar 3.1 Model intervensi pencegaha stunting di kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupten

Sumba Timur.

Untuk memastikan tidak terdapat ibu hamil yang melahirkan anak stunting maka sasaran

intervensi disepakati dimulai dari remaja putri, ibu hamil dan bayi usia 0-23 bulan. Sasaran ini

akan dilakukan intervensi oleh sema sector yang berkontribusi dalam pencegahan. Pelaksanaan

intervensi akan dilakukan monitoring mengunakan apliksi. Semua sector akan melakukan

intervensi terhadap sasaran yng sama, data sasaran akan distribusikan ke semua sector untuk

dilakukan intervensi. Pada saat melakukan intervensi sector yang melakukan intervensi akan

melakukan pengisian data intervensi pada aplikasi WTS (Waijellu Tolak Stunting) untuk

kecamatan Wulla Waijelu. Dan aplikasi LGBS (Lewa Generasi Bebas Stunting). Data tersebut

akan dari aplikasi akan dipakai sebagi bahan evalusia dan monitoring terhadap hasil intervensi.

Page 74: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

57

Gambar1 Gambar 2

Gambar 3.2 Tampilan awal aplikasi intervensi pencegahan stunting di Kecamatan Wulla Waijellu

gambar 1 dan Kecamtan Lewa gambar 2 di Kabupaten Sumba Timur

Gambar 3.3 Tampilan display data hasil intervensi pencegahan stunting di Kecamatan Wulla di

Kabupaten Sumba Timur

Bentuk tampilan data hasil intervensi akan terlihat seperti pada gambar di atas, jumlah

inntervensi yang dilakuan oleh masing-masing sector akan kelihatan termasuk identitas nomor

induk kependudukan dari sasran yang mendapatkan intervensi pencegahan stunting. Hasil display

ini dapat dipergunakan sebagai bahan monitoring dan evaluasi bersama pada tingkat kecamatan

maupun kabupaten.

Page 75: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

58

2) Modekl Intervensi Pencegahan stunting di Kabupaten Lombok Tengah.

Berdasarkan diskusi dengan bidang kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Model yang

dihasilkan adalah model pengumpulan data sasaran dan model monitoring pelaksanaan

intervensi terhadap data sasaran. Pengumpulan data sasaran dilakukan masing-masing

puskesmas dengan menggunakan aplikasi Gunting Rapi untuk puskesmas Mantang,

pengumpulan data sasaran di Puskesmas mantang dengan mengajak kader dan bidan serta

tenaga perawat di desa.

Gambar 3.4 Model intervensi intervensi pencegahan gizi spesisf untuk stunting di Kabupaten

Lombok Timur

Aplikasi pelaporan data sasaran ibu remaja putri, ibu hamil, wanita usia subur dan balita

di wilayah kerja puskesmas kuta menggunakan aplikasi yang dinamakan Sikirana. Untuk

pengisian aplikasi Sikirana dengan mengajak lintas sector yang terdiri dari kepala desa, kepala

dusun, bidan desa dan perawat desa. Untuk pengumpulan data di wilayah puskesms Aikmual

menggunakan format manual dengan pertimbangan terdapat kader yang tidak memiliki HP

android.

Page 76: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

59

Gambar 3.5 Tampilan awal aplikasi intervensi pencegahan stunting di Kabupaten Lombok Timur

Hasil intervensi juga akan dilaporkan melalui aplikasi ini. Kabupaten Lombok Tengah akan

memprioritaskan pada pencapaian intervensi gizi spesifik. Hasil intervensi yang dilakukan oleh

semua prohram akan masuk dalam google sheet sebagai bentuk display data.hasil display data

akan dipakai untuk memonitoring dan bahan evaluasi intervensi terhadap semua sasaran,

harapanya bahwa semua sasaran pencegahan stunting dapat diintervensi 100%.

Gambar 3.6 Tampilan hasil intervensi pencegahan stunting di Kabupaten Lombok Timur

Page 77: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

60

7. Affective Commitment dan Normative Commitment untuk pencegahan stunting di

Kabupaten Sumba Timur Provinsi NTT dan Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB.

Salah satu tujuan pendekatan Participatory Action Research (PAR) adalah timulnya rasa

kepemilikan dari semua komponen yang terlibat dalam pencegahan terhadap stunting. Rasa

kepemilikan tersebt akan melahirkan komitmen untuk menelesaikan masalah stuting. Untuk

mengukur sejauhmanakan keberhasin dari PAR dilakukan pengukuran terhadap komitmen

masing-msing sktor terkait. Komitmen yang timbul dapat berupa affective commitment yang

timbul karena kesadaran maupun normative commitment karena jabatan yang diduduki.

Affective Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan stunting

di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupaten Sumba Timur Provinsi NTT.

Hasil pengukuran Affective Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi untuk

pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupaten Sumba Timur dapat

dilihat pada tabel di bawa ini. Semua sektor yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan

stunting sudah memiliki komitmen yang sagat baik untuk melakkan pencegahan terhadap

stunting.

Tabel 3.17 Hasil pengukuran Affective Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi

untuk pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupaten

Sumba Timur Provinsi NTT

No Pertanyaan

Alternatif jawaban

Rata-

rata

Kesimpulan 1 2 3 4 5

1 Memilki komitmen untuk pencegahan stunting 2 1 13 82 111 4,41 Sangat baik

2 Mersa yakin dapat menjangkau semua sasaran 1 16 33 108 52 3,92 Baik

3 Memiliki rasa tanggung jawab untuk pencegahan

stunting 3 8 9 82 108 4,35 Sangat baik

4 Yakin permasalahan stunting dapat diselesikan. 1 1 25 102 81 4,24 Sangat baik

5 Mersa masalah stunting sangat merugikan masa

depan dari anak-anak 0 4 5 74 127 4,54 Sangat baik

6 Akan menjadi sektor yang telah mengambil bagian

dalam pencegahan terhadap stunting 1 4 5 111 91 4,40 Sangat baik

Page 78: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

61

7 Telah mengetahui dengan pasti besarnya masalah

stunting 2 8 37 108 55 3,98 Baik

8 Telah mengetahui penyebab dari masalah stunting 0 11 40 105 54 3,96 Baik

9 Telah mengetahui solusi/aplikasi untuk

memecahkan permasalahan stunting 4 17 32 100 57 3,90 Baik

10 Mendapatkan kendala dalam mengoperasikan

aplikasi pencegahan stunting. 7 27 49 95 32 3,56 Baik

11 Memanfaatkan aplikasi intervensi pencegahan

stunting 9 37 46 83 35 3,47 Baik

12 Mengetaui dengan pasti sasaran yang akan

dilakukan intervensi pencehgahan terhadap stunting 2 15 38 91 64 3,95 Baik

13 Tidak terdapat kendala untuk mendapatkan data

sasaran pencegahan stunting. 2 13 24 112 59 4,01 Baik

14 Memiki data sasaran untuk diintervensi agar

stunting 8 15 27 98 62 3,91 Baik

Rata-rata skor variabel Affective Commitment untuk pencgahan stunting 4,04 Baik

Hasil rata-rata skor variabel Affective Commitment untuk pencgahan stunting di kecanatan

Lewa dan Wulla Waijeu menunjukkaan memiliki komitmen yang baik. Semua sudah memiliki rasa

tanggung jawab untuk pencegahan stunting dengan komitmen yang sangat baik dan mesa yakin

bahwa masalha stunting dapat diselesaikan karena merasa sangat mrugikan masa depan dari

anak-anak.

Normative Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan

stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupaten Sumba Timur Provinsi NTT

Hasil pengukuran terhadap normative commitment dari sector yang mempunyai kontribusi

untuk pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu menunjukkan komimen yang

baik unttuk melakukan pencegahan terhadap stunting. Rata-rata skor variabel Normative

Commitment utuk pencegahan stunting menunjukkan omitmen yang baik dan mersa yakin bahwa

permasalahan stunting dapat teratasi. Hasil pengukuran terhadap commitment normative dapat

dilihat pada tabel di bawa ini.

Page 79: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

62

Tabel 3.17 Hasil pengukuran Normative Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi

untuk pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupaten

Sumba Timur Provinsi NTT

No Pertanyaan Alternatif jawaban Rata-

rata Kesimpulan 1 2 3 4 5

1 Merasa belum memberikan banyak kontribusibagi bagi

pencegahan stunting 9 24 26 118 33 3,68 Baik

2 Merasa telah memenuhi kewajiban saya untuk

pencegahan stunting 2 27 43 89 49 3,74 Baik

3 Yakin bahwa kegiatan/program pencegahan stunting

yang dilakukan telah sesui sasaran. 1 13 29 95 72 4,07 Baik

4 Yakin bahwa program dilakukan menjangkau semua

sasaran pencegahan stunting 0 8 38 111 54 4,02 Baik

5 Telah merencanakan mengalokasikan sejumlah

anggaran untuk mencegah stunting 8 36 53 72 42 3,51 Baik

6 Merasa telah aktif bekerja sama dengan sektor lain

untuk melakukan pencegahan stunting 1 10 29 108 62 4,05 Baik

7 Telah mengetahui i sektor yang dapat diajak untuk

kerjasama mencegah stunting 1 13 28 104 64 4,03 Baik

8 Telah aktif hadir dalam setiap pertemuan yang

dilakukan untuk membahas permasalahan stunting 1 9 25 98 77 3,99 Baik

Rata-rata skor variabel Normative Commitment utuk pencegahan stunting 3,89 Baik

Affective Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan stunting

pada empat Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB.

Hasil pengukuran terhadap pengukuran Affective Commitment dari sector yang mempunyai

kontribusi untuk pencegahan stunting pada empat Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah rata-

rata skor variabel Affective Commitment untuk pencegahan stunting menunjukkan komitmen

yang baik. Semua sktor memiliki komitmen yang sangat baik untk melkukan pencegahan terhadap

stunting.

Page 80: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

63

Tabel 3.18 Hasil pengukuran Affective Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi untuk

pencegahan stunting pada empat Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah Provinsi

NTB.

No

Pertanyaan Alternatif jawaban

Rata-

rata

Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 memilki komitmen pencegahan 2 0 5 112 93 4,43 Sangat baik

2 Dapat menjangkau semua sasaran 2 2 33 138 37 4,01 Baik

3 Tanggung jawab 0 2 7 118 85 4,39 Sangat baik

4 Yakin permasalahan stunting dapat diselesikan. 0 2 15 116 79 4,32 Sangat baik

5 Masalah stunting sangat merugikan masa depan dari

anak-anak 1 4 6 84 117 4,51 Sangat baik

6 Menjadi sektor yang telah mengambil bagian dalam

pencegahan terhadap stunting 0 1 18 145 48 4,17 Baik

7 Telah mengetahui dengan pasti besarnya masalah

stunting 0 3 38 134 37 4,00 Baik

8 Telah mengetahui penyebab dari masalah stunting 2 2 50 126 33 3,93 Baik

9 Telah mengetahui solusi/aplikasi untuk memecahkan

permasalahan stunting 6 6 53 118 30 3,80 Baik

10 Mendapatkan kendala dalam mengoperasikan

aplikasi pencegahan stunting. 7 25 51 104 27 3,62 Baik

11 Memanfaatkan aplikasi intervensi pencegahan

stunting 4 17 57 109 27 3,71 Baik

12 Mengetaui dengan pasti sasaran yang akan

dilakukan intervensi pencehgahan terhadap stunting 0 5 38 123 48 4,08 Baik

13 Tidak terdapat kendala untuk mendapatkan data

sasaran pencegahan stunting. 4 7 40 123 40 3,95 Baik

14 Memiki data sasaran untuk diintervensi agar stunting 4 11 25 118 56 4,06 Baik

Rata-rata skor variabel Affective Commitment untuk pencegahan stunting

4,07 Baik

Sektor yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan stunting sudah memilki komitmen

yang sanat baik untuk dapat menjangkau semua sasaran pecegahan stunting dan mersa bahw

masalaha stuning dapat diselesikan. Sector merasa yakin telah cukup mengambil bagian

dalmkegiatan kegiatan yag bertujuan untuk pencegahan stunting.

Page 81: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

64

Normative Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan

stunting pada empat Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB.

Tabel 3.19 Hasil pengukuran Normative Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi

untuk pencegahan stunting pada empat Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah

Provinsi NTB.

No Pertanyaan Alternatif jawaban Rata-

rata Kesimpulan 1 2 3 4 5

1 Merasa belum memberikan banyak kontribusibagi bagi

pencegahan stunting 13 30 46 103 23 4,07 Baik

2 Merasa telah memenuhi kewajiban saya untuk pencegahan

stunting 3 3 39 132 37 4,00 Baik

3 Yakin bahwa kegiatan/program pencegahan stunting yang

dilakukan telah sesui sasaran. 1 2 33 132 45 4,08 Baik

4 Yakin bahwa program dilakukan menjangkau semua

sasaran pencegahan stunting 0 2 29 136 46 4,12 Baik

5 Telah merencanakan mengalokasikan sejumlah anggaran

untuk mencegah stunting 3 7 47 112 46 3,98 Baik

6 Merasa telah aktif bekerja sama dengan sektor lain untuk

melakukan pencegahan stunting 1 3 16 140 53 4,19 Baik

7 Telah mengetahui i sektor yang dapat diajak untuk

kerjasama mencegah stunting 0 3 21 148 41 4,12 Baik

8 Telah aktif hadir dalam setiap pertemuan yang dilakukan

untuk membahas permasalahan stunting 1 0 24 128 56 4,12 Baik

Rata-rata skor variabel Normative Commitment untuk pencegahn stunting 4,09 Baik

Rata-rata skor variabel Normative Commitment untuk pencegahn stunting sudah enunjukkan

komitmen yang baik denga nilai rata-rata sebanyak 4,09. Sektor yang mempunyai kontribusi untuk

pncegahan stunting di kabupaten Lombok tengah telah memiliki komitmen yang baik untuk dapat

menjangkau semua sasaran intervensi dengan skor sebanyak 4,12.

Page 82: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

65

IV. PEMBAHASAN

Intervensi gizi spesifik merupakan intervensi yang dilakukan oleh sektor kesehatan yaitu

puskesmas dan dinas kesehatan yang bertujuan untuk pencegahan terhadap stunting. Jenis

program intervensi gizi spesifik dalam rangka pencegahan stunting di Pusksmas Kecamatan

Wulla Waijelu terdiri dari program remaja putri yang terdiri dari kegiatan pemberian tablet

tambah darah (TTD) kepada remaja putri. Pemberian tablet tambah darah ini bertujuan untuk

mencegah terjadinya anemia pada remaja putri. Salah satu faktor yang mempengaruhi

kesehatan reproduksi remaja adalah masalah gizi.

Masalah gizi yang terjadi pada remaja adalah anemia dan kurang energy kronis dan

pertumbuhan yang pada remaja putri sehingga mengakibatkan panggul sempit dengan resiko

melahirkan bayi berat di kemudian hari. Anemia adalah berkurangnya hemoglobin (HB) dalam

darah. HB adalah komponen didalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi mengangkut

oksigen keseluruh tubuh. Jika terjadi kekurangan HB atau anemia maka jaringan tubuh akan

terjadi kekurangan oksigen, oksigen diperlukan tubuh sebagai bahan bakar proses metabolism.

Seuai standar pemberian tablet tambah darah pada remaja putri yaitu 1 tablet untuk setiap

minggunya dan 1 tablet untuk setiap hari selama 10 hari ketika menstruasi (Kemenkes 2003).

Program pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri di kecamatan Lewa dan

Wula waijelu masih jauh dar harapan. Program pemberian ablet tambah darah ini belum dapat

menjangkau semua sasaran remaja putri yang terdapat di di Kecamatan Lewa dan Wulla

Waijellu. Cakupan pemberian TTD di kecamatan Lewa baru mencapai 14 dari target yang ada,

cakupan ini masih sangat jauh dari harapan. Demikian juga cakupan pemberian TTD di

Kecamatan Wulla waijelu telah mencapai 73% dari sasaran yang ada. Namun yang menjadi

persoalan adalah puskesmas belum memiliki data sasaran semua remaja putri yang terdapat di

wilayah kerjanya. Puskesmas hanya memiliki data remaja putri yang terdapat disekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sedangkan data remaja putri

Page 83: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

66

yang telah putus sekolah tidak dimiliki. Remaja putri yang terdapat disekolah-pun belum dapat

dijangkau semuaya.

Selain pemberian tablettambah darah kegiatan pelayanan terhadap remaja putri juja

dilakukan pengukuran berat badan (BB), pengukuran Tinggi Badan (TB) dan pengkuran

Lingkar Lengan Atas (LILA) kegaiat ini bertjuaan untk mengetahui status gizi dari remaja

putri. Selain itu juga untuk meningkatkan wawasan remaja putri Puskesmas Lewa dan baing

juga memberikan konseling dan edukasi gizi kepada remaja putri. Selain di Kabupaten Sumba

Timur Empat Puskesmas yang menjadi Lous penelitian di Kabupaten Lombok Tengah juga

mempunyai program untukremaja putri.

Program remaja putri di Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari konseling gizi pada

remaja putri serta pembagian tablet tambah darah (TTD) pemberian 4 tablet untuk sebulan.

Kegaiatn pembagian tablet tambah darahdan konseling diberikan kepada sasaran remaja putri

yang terdapat disekolah sekolah SMP dan SMA yang terdapat di Kabupaten Lombok Tengah.

Kendala yang dihadapi oleh puskesmas yang terdapat di Kabu[aten Lombok Tengah adalah

sama dengan di Kabupaten Suba Timur yaitu tidak tersedia data sasaran semua remaja putri

yang terdapat di wilayah Lombok Tengah by name dan by address dan tidak dapat menjangkau

semua sasaran yang ada selama ini.

Puskesmas pelu melakukan pendataan pada semua remaja putri yang terdapat

diwilayah kerjanya. Untuk mendapatkan data remaja putri yang lengkap puskesmas jug dapat

menggunakan sumber data lainnya yang cukup lengkap seperti data Program Indonesia Sehat

Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Data remaja putri di PIS-PK sudah lengkap untuk setia

wilayah kerja puskesmas yang telah melakukan pendataan keluarga sehat total coverage.

Untuk memaksimalkan pelaksanaan program perlu melakukan integrasi dengan setiap program

yang terdapat di puskesmas baik intergrasi pelaksanaan maupun integrasi data sasaran.

Page 84: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

67

Pemantauan status gizi dilakukan pada puskesms baik di Kabupaten Sumba Timur

maupun di Kabupaten Lombok Tengah sudah dilakukan. Pemantauan status gizi remaja putri

dilakukan untuk mengetahuai status gizi remaja putri. Pada umumnya masyarakat terutama

remaja putri masih banyak yang belum mengetahui berapa berat badan yang sesuai untuk

dirinya dengan hanya mereka nerka atau hanya melihat sebatas pandangannya untuk

menentukan kategori ukuran tubunya.

Pemantauan status gizi yang dilakukan di Kabupaten Lombok Tengan antara lain

pengukuran berat badan (BB), pengukuran tinggi badan (TB), pengukuran Lingkar Lengan

Atas (LILA). Kegiatan ini dilakukan dengan sasaran anak sekolah Menengah Perama (SMP)

dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Kegiatan belum menjangkau remaja putri yng telh putus

ataua selesai sekolah. Zat besi adalah komponen penting hemoglobin. Hemoglobin

mengandung besi yang disebut hem dan protein globulin. Setiap molekul hemoglobin mengikat

oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Pada remaja putri, kebutuhan yang tinggi akan besi

terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Beberapa faktor penyebab

kurangnya konsumsi zat besi pada remaja adalah ketersediaan pangan, kurangnya pengetahuan

dan kebiasaan makan yang salah (Nurhaedar,2021)

Jenis program intervensi gizi spesifik yang terdapat di Puskesmas Lewa dan Wula

Waijellu adalah program Kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga berencana. Program ini terdiri

dari beberapa kegiatan antara lain Pemeriksaan kehamilan secara rutin bagi ibu hamil,

penyuluhan dan koseling Gizi, pengukuran Berat Badan (BB), Pengukuran Tinggi Badan (TB),

pengkuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Pemberian Tablet Tambah Darah bagi ibu hamil,

Immunisasi T1/T2, KB pasca bersalin, Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) bagi ibu hamil KEK. Program KIA dan KB bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan ibu dan anak yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,

Page 85: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

68

ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Salah satu tujuan pelayanan

program kesehatan ibu dan anak adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu

indikator derajat kesehatan. Namun masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih

merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi

prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014.

Program kesehatan ibu an anak yang dilakua di Kabupaten Sumba Timur umumnya sama

dengan program yang dilakukan di Kabupaten Lmbok Tengah. Data sasasara ibu hamil dan

anak usia 0-23 bulan pada umumnya tidak mengalami kendala karena data tersebut telah

tersedia pada masing-masing puskesmas.

Salah satu program kesehatan yang dilakukan di puskesmas untuk mendukung

pencegahan stunting adalah program kesehatan lingkungan. Program kesehatan Lingkungan

yang ditujukan untuk mendukung pencegahan stunting antara lain inspeksi santasi rumah

sehat, inspeksi sarana air bersih monitoring jamban sehat dan pemeriksaan air bersih.

Ketersediaan air besih dan jamban sehat akan berpengaruh terhadap sanitasi lingkugan.

Sanitasi lingkugan merupakan factor yang tidak langsung yang berpengaruh terhadap stunting.

Sanitasi yang layak akan berpengaruh terhadap penyakit infeksi yang terjadi pada anak-anak.

Penyakit infeksi yag mumunya terjadi adalah kecaingan. Kabupaten Sumba Timur merupakan

salah satu kabupaten dengan prevaleni kecacigan cikup tinggi yaitu lebih dari 70%.

Untuk menurunkan prevalensi penyakit infeksi pada anak tersebut masyarakata harus

menerapakan perilakuhidup bersih dan sehat. Inti dari pengembangan desa dan kelurahan

adalah memberdayakan keluarga-keluarga agar mampu mempraktikkan PHBS. Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai

hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu

Page 86: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

69

menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakat. Aspek kesehatan lingkungan dari sektorkelesahatan lebih ditekankan

pada perubahan perilaku dan penyehatan lingkungan tempat tinggal masyarakt.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus dipraktikkan di semua bidang kesehatan

masyarakat karena pada hakikatnya setiap masalah kesehatan merupakan hasil perilaku, yaitu

interaksi manusia (host) dengan bibit penyakit atau pengganggu lainnya (agent) dan

lingkungan (environment). Sedangkan dari aspek penyediaan adalah merupakan tanggung

jawab bidang PUPR karena merupakan standar minimal pelayanan SPM dari Bupati dan

Walikota Bidang PUPR (Kemenkes, 2016)

Salah satu program utama puskesmas yang bertujuan untuk melakukan pencegahan

terhadap stunting di Kabupaten Sumba Timur adalah program gizi. Program gizi puskesmas

untuk melakukan pencegahan stunting antara lain: konseling ASI Eklusif, konseling

Makananan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemantauan status gizi balita yang terdiri dari

pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan atas. Pemberian makanan tambahan

balita gizi buruk, pemberia Vit A warna merah dan pemberian vit A warna biru serta pemberian

makanan tambahan utuk iu hamil.

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah konseling kepada ibu hamil tentang ASI-

Eklusif, yaitu bayi diberikan ASI sampai usia 6 bulan tanpa diberi makanan atau minuman

tambahan. Cakupan pemberian ASI-Ekslusif di Puskesmas Baing sudah mencapai 99% dan

puskesmas Lewa mencapai 67 %. Cakupan ini sudah cukup tinggi, pemebrian ASI-ekslusif

mengalami kendala yaitu iubu hamil pada saat melahirkan air susu tidak langsung keluar, hal

tersebut menyebabkan ibu bayi memberikan makanan atau minuman selain ASI. Selain

program di atas terdapat juga program-program rutin yang yang terdapat di puskesmas di

Kabupaten Sumba Timur dan kabupaten Lombok Tengah anatar lain program immunisasi

antara lain, pemberian immunisasi HB 0, BCG, Polio 1-4, IPV, DPT 1-3, MR dan DPT lanjutan

Page 87: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

70

serta MR lajutan. Program pengendalian penyakit untuk mendukng pencegahan stunting antara

lain pemerian obat cacing bagi ibu hamil.

Selain intervensi terhadap gizi spesifik dikabupaten Sumba Timur jua dilakukan

pengukuran terhadap intervensi gizi sensitive. Intervensi gizi sensitif merupakan jenis

intervensi yang dilakukan oleh sektor di luar kesehatan yang bertujuan untuk melakukan

pencegahan terhadap stunting. Intervensi ini dapat dilakukan oleh Dinas Keluarga Berencana,

Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dinas Pertanian dan Peternakan dan

Pemerintahan Desa. Jenis kegiatan intervensi sensitive dari Dinas Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana yang dilakukan oleh balai KB pada kecamatan Lewa dan Wula Waijellu

terdiri dari,

Program siap nikah anti stunting program ini terdiri dari kegiatan ini berupa sosialisasi

dan edukasi kepada masyarakat atau pasangan yang akan melakukan pernikahan dengan

melibatkan semua lini yang terdapat di kecamatan. Perencanaan Kehamilan: Sasaran dari

program ini adalah Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur dengan jumlah sasaran

sebanyak 2.596 orang. Program ini melalui penyediaan alat kotrasepi pada unit pelayanan

kesehatan puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes, pogram ini ditujukkan untuk

meningkatkan cakupan keluarga memnggunakan KB.

Tujuannya adalah membatasi jarak kelahiran, salah satu penyebab kematian Ibu adalah

jarak terlalu dekat. Program lain yang dilakukan oleh dins KB adalah Program Bina Keluarga

Balita, Sasaran dari program ini adalah orang tua yang memiliki anak balita usia 0-59 bulan

kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan tumbuh kembang anak dan peran ayah dalam

pertumbuhan balita. Namun yang menjadi kendala adalah tidak tersedia data seluruh balita by

name dan by adres. Balai peyuluh KB harus berekrja sama dengan sector yang memilii data

balita 0-59. Data tersebut tersedia pada puskesmas secara lengkap bay name dan by address.

Masih kurangnya koordinasi dan kerjasama antara sector dalam melakukan pencegahan

Page 88: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

71

terhadap stunting. Program lainya yang dilakukan oleh balai penyuluh KB adalah program

bina keluarga remaja : Sasaran program ini adalah anak usia 13-18 tahun yang berada jenjang

pendidikan SMP dan SMA. Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan kesehatan reproduksi

yang dilakukan setiap sebulan sekali. Program ini bisa disenirgiskan denga program pelayanan

yang terdapat di puskesmas.namun kenyataan selama ini masih berjalan masing-masing.

Salah satu dinas yang mempunyai kontribusi dalam pencegahan stunting adalah Dinas

Pekerjaan Umu dan Perumahan Rakyat. Program dari Dinas Pekerjaan Umum dan perumahan

Rakyat yang berhubungan dengan stunting antara lain : Sanitasi yaitu dengan menyediakan

jamban sehat dengan target masing-masing desa sebanyak 50 unit. Pengadaan air bersih yang

terdiri dari dua bagian yaitu penyediaan air minum dengan melibatkan masyarakat yang disbut

program PANSIMAS dengan menggunakan anggaran APBN. Penyediaan akses air minum

untuk masyarakat dengan menggunakan sumur bor yang dilakukan oleh bidang P2AT dengan

menggunakan tenaga surya untuk menaikan air namu mempunyaiketerbatasan karena tidak

memiliki teknisi untukmemperbaiki apabia terjadi kerusakan.

Salah satu Dinas yang mempunyai kotribus dalam pencegahan stunting adalah Dinas

Pemberdayaan masyarakat Desa, Dinas ini mempunyai tanggungjawab untuk meningkatkan

kopetensi aparatur pemerintahan desa termasuk kader posyandu melalui pembinaan dan

pelatihan. Selain itu juga menyediakan anggaran opeasional kader sebesar 1.140.000 per

posyandu per tahun. Dinas pemerintahan Desa juga memfasilitasi dalam pengusuan anggaran

desa yang bertujuan untuk penceghan stunting. Program yang bertujuan untuk penceghan

stuting yang terdapat di desa antara lain: Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan anggaran

untuk pelayanan PMT diberikan oleh desa ke posyandu dan posyandu akan membelanjaan

dalam bentuk susu. Selain itu terdapat beberapa desa PMT diberikan sekali sebulan selama tiga

bulan Oktober, November dan Desember dalam bentuk kacang hijau 3 Kg, susu 8 saset dan

gula 1 Kg untuk setiap posyandunya. Pengadaan sarana air besih : pengadaan air bersih bagi

Page 89: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

72

masyarakat desa melalui pengadaan perpipaan dari mata air untuk wilayah-wilayah yang susah

air. Tetapi tidak semua masyarakat terlayani. Terdapat juga pengadaaan air bersih melalui

penyadiaan sumur gali namun mengalami kendala pada musim kemarau cenderung mengering.

Pengadaan jamban sehat. Untuk pengadaan jamban sehat bagi masyarakat masih banyak yang

belum terlayani. Karena keterbatasan anggaran desa yang banyak dialihkan ke bantuan social

untuk pencegahan covid-19. Pengadaan jamban akan dilakukan secara bertahap sesui dengan

anggaran yang tersedia.

Jika dilihat dari cakupan interevnsi pencegahan pgizi spesifik di Kecamatan Lewa

wilayah kerja puskesmas Lewa dan Kecamatan Wulla Waujelu kwilayah kerja puskesmas

Baing Presentase cakupan PMT bagi ibu hamil Kurang Energi Kronik sudah mencapai 100%

pada kedua puskesmas ini. Kekurangan energy kronik merupakan keadaan dimana seseorang

mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama. salah satu bentu

intervensi yang diberikan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil adalah PMT.

Pemberian PMT dapat berupa pangan local ataupun bahan makanan jadi seperti biskuti

untuk ibu hamil. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah citra rasa dan kemudahan untu

mendapatkan bahan tersebut. Upaya penngkatan gizi pada ibu hamil dan perubahan perilaku

masyarakat tentang pola konsumsi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya

perbaikan gizi secara menyeluruh. Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan

kurang gizi pada ibu hamil akan berdampak pada ibunya sendiri dan bayi yang dilahirkan.

Demikian juga dengan cakupan pemberian tablet tambah darah TTD pada ibu hamil pad

kedua puskesmas sudah mencapai 100%. Tujuan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil

adalah utuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Pemerintah merekomendasikan

konsumsi tablet tambah darah (TTD) atau tablet zat besi untuk ibu hamil sebanyak minimal 90

tablet atau setiap hari selama kehamilan sampai masa nifas. Hal tersebut tentu bertujuan untuk

Page 90: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

73

mencegah anemia defisiensi zat besi saat hamil. Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil

adalah sayuran berdaun hijau seperti bayam dan brokoli. Jenis sayuran ini adalah jenis makanan

yang banyak mengandung zat besi dan asam folat, kandungan ini menjadi penambah darah

yang baik untuk ibu hamil. Kurangnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12 bisa menjadi

penyebab rendahnya kadar Hb saat hamil. Hal ini karena ketiga nutrisi tersebut dibutuhkan

untuk pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi, asam folat, dan vitamin B12

biasanya disebabkan oleh diet dan pola makan yang kurang sehat selama kehamilan.

Cakupan pemberian tablet TTD pada remaja putri masih sangat rendah pada puskesmas

lewa sebanyak 14% sedangkan di di puskesmas baing sudah lebih tinggi yaitu mencapai 73%.

Cakupan tersebut adalah terhadap remaja putri yang terdapat pada sekolah SMP dan SMA.

Cakupan tersebut belum termasuk remaja putri yang telah selesai sekolah atau yang putus

sekolah. Kedua puskesmas tersebut belum memiliki data remaja putri yang

menyeluruh.kegiatan yang belum terdapat cakupannya adalah cakupan pemberian obat cacing.

Ibu hamil yang mengalami kecacingan akan berpengaruh terhadap status gizi anakannya.

Kecacingan merpakan salah satu penyakit infeksi yag berpengaruh terhadap status gizi.

Jika dilihat dari cakupan intervensi gizi spesifik di Kabupaten Lombok Tengah Sudah

cukup bagus rata-rata dari cakupan telah mencapai 100%. Pesentase cakupan Pemberinan

Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil dari kelompok miskin/KEK telah mencapai 100%.

cakupan suplemen tablet tambah darah pada ibu hamil pada ibu hamil dan cakupan pemberin

vit A telah mencapai 100%. Prensntase cakupan suplemen tablet tambah darah pada remaja

putri masih sangat kecil dengan sasaran terbatas pada anak SMP dan SMA yang terdaftar di

sekolah saja naun kelompok sasaran remaja putri yang telah tamat dan yang putus sekolah

belum terjangkau karena tidak tersedia data sasaran., persentase cakupan pemberian suplemen

kalsium dan persentase cakupan promosi dan koseling menyusui masih belum ada. Hal ini

kemungkinan program tersebut belum berjalan pada wilayah yang menjadi lokus penelitian.

Page 91: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

74

Jika dilihat dari pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan di Kecamatan Lewa

dan Kecamatan Wula Waijelu Sebanyak 34,38 % dari ibu yang memiki bayi usia 0-23 sudah

memiki pengetahuan yang baik tetang stuting, sedangkan sisanya masih memiki pengetahuan

yang keliru tentang stunting. Dan masih sebanyak 60,07 % dari ibu yang memiliki bayi usia

0-23 bulan yang mengetahuai tentng stunting memiliki pengetahuan yang baik tentang penyeb

stuting sedangkan sisanya masih pemiliki pengetahuan salah tentang penyebab stunting. Sikap

ibu terhadap pencegahan stunting sebanyak 70,83 % sudah memiliki sikap yang baik terhadap

stunting.

Pengetahuan merupakan aspek yang cukup penting ditanamkan kepada masyarakat.

Apabila ibu hamil memiki pengetahuan yang kurang tentang stuting akan berpengaruh terhadap

pengasuhan dan pola pemberian makanan bagi anaka maupun pola konsumsi ibu selama masa

kehamilan. Dari sejumlah ibu yang sudah mengetahui tentng stung masih banyak yang memilii

sikap yang kurang baik terhadap stunting. Terdapat sebanyak 43,40 % memiliki sikap yang

tidak baik terhadap pencegahan stunting. Sebanyak 83,33% dari ibu yang memiki bayi usia 0-

23 bulan sudah memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan stunting.

Tindakan ibu terhadap pencegahan stunting sebanyak 92,01 % dari ibu yang memiliki

bayi usia 0-23 bulan sudah mendapatkan suntikan TT pada saat kehamilan. Ibu yang memiliki

bayi usia 0-23 yang sudah mendapatkan tablet tambah darah selama masa kehamilan sebanyak

98,96 %.. Ibu baduta yang dinyatakan menderita malaria oleh tenaga kesehatan selama masa

kehamilan sebanyak 4,51 % dan sebanyak 27, 78 % yang menyatakan tidak pernah

mendapatkan sosialisasi tentang ASI-Eklusif pada masa kehamilan. Sebanyak 22,22%

mennyatakan tidak pernah mendapatkan sosialisasi tentang MP-ASI anak usia lebih dari bulan.

Sebanyak 18,06 ibu yang memiliki bayi usia 023 bulan tidak rutin membawa anak-anaknya

secara rutin ke posyandu.

Page 92: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

75

Demikian juga dengan pengetahuan ibu tentang stunting di Kabupaten Lombok Tengah

sebanyak 19,00 % dari yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang memiliki pengetahuan yang

baik tentang stunting dan masih lebih dari 80% belum memiki pengetahuan yang tidak baik

tentang stunting. Sikap ibu tentang stunting sebanyak 64,00 % Ibu yang memiliki Baduta sudah

memiliki sikap yang baik tentang stunting.

Tindakan tentang stunting Sebanyak 18,33% ibu baduta yang menderita Kurang Energi

Kronik (KEK) atau dengan lingkar lengan kurang dari 23,5 cm yang dinyatakan oleh tenaga

kesehayan. Sebanyak 92,00% ibu tidak memilii kelambu berinsektisida dan masih terdapat

1,67 % dari ibu Baduta yang didiagnosa malaria oleh tenaga kesehatan selama masa kehamilan.

Sebanyak 81,33 % ibu yang meiliki Baduta yang menyatakan tidak pernah mendapatkan

pemberian makan tambahan PMT selama masa kehamilan, dari sebanyak 28,67 % yang

menyatakan pernah mendapatkan PMT. Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdapat

hubungan antara pengetahuan sikap dan tindakan ibu dengan kejadian stuting.

Kendala implentasi interversi yang diperoleh atas hasil diskusi sosialisasi penecegahan

stunting tingkat kecamatan Lewa dan Wula Waijelu pada tanggal 25-28 Agustus 2021. Peserta

yang hadir pada acara diskusi tersebut adalah Pusekesmas dan pengelolah program terkait

dengan stunting di Puskesmas Lewa dan Puskesmas Baing, Camat dan aparat kecamatan,

Kepala Balai Penyuluh pertanian dan Balai Penyuluh KB dan semua kepala desa pada

kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu. Kendala Implementasi Intervensi Gizi Spesisik dan

sensitif Dalam Rangka Penurunan Stunting pada Puskesmas Lewa dan Baing Kabupaten

Sumba Timur adalah sebagai berikut: (a) Sektor kesehatan dan non kesehatan belum

menggunakan data sasaran intervensi pencegahan stunting yang sama. (b) Data sasaran

intervensi belum lengkap bahkan masih terdapat data sasaran tertentu seperti remaja putri tidak

tersedia data by name dan by adres . (c) Belum terjangkaunya semua sasaran intervensi

pencegahan stunting pada kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu (c) Montoring pelaksanaan

Page 93: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

76

intervensi pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu untuk memudahkan

koordinasi dan singkronisasi program antar sektor.

Kendala Implementasi Intervensi Gizi Spesisik Dalam Rangka Penurunan Stunting pada

empat puskesmas di Kabuaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut: (a) Sasasaran intervensi

pencegahan stunting di Kabupaten Lombok Tengah belum terjangkau semuanya. (b) Data

sasaran intervensi untuk remaja putri sebagai calon ibu belum lengkap masih terbatas pada

data yang terdapat di sekolah-sekolah dan belum tersedia data by name dan by adres (c)

Monitoring terhadap pelasanaan intervensi yang dilakukan oleh program dan lintas sektor

masih belum maksimal. Untuk memaksimalkan intervesi pencegahan stunting semua sector

yang mempunai kontribusi terhadap pencegahan harus menggunakan data sasaran yang sama.

Dengan satu data sasaran untuk semua maka dapat memonotirng sasaran mana yang sudah

endapatkan intervensi dan sasaran mana yang belum mendapatkan intervensi.

Model intervensi pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wula Waijellu adalaha

sebagi berikut; Berdasarkan hasil diskusi lintas sector untuk pencegahan stunting dilakukan

penyusunan model untuk pencegahan stunting, Pada saat penyusunan model melibatkan semua

sector yang ada sehingga dapat menghasilkan model yang aplikatif. Model tersebut dimulai

dari perbaikaan dan melengkapi data sasaran. Data sasaran yang terdiri dari remaja putri yaitu

usia 10-17 tahun, data ibu hamil dan data anak balita usia 0-23 bulan. Data tersebut harus

tersedia by name dan by adres untuk semua sector yang melakukan intervensi.

Data sasaran tersebut akan didistribukan atau di akses oleh semua sector melalui link

google sheet pada deskripsi media komunisasi yaitu group whatsapp (Wa) data sasaran tersebut

akan diintervensi oleh semua sector yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan stuting.

Pada saat melakukan intervensi sector yang memeri intervensi akan mengisi aplikasi

WTS/LGBS, pengisian data dapat dilakukan tanpa bantuan jringan internet setelah

mendapatkan jaringan internet data hasil entrain akan diuplod ke server data. Data yang telah

Page 94: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

77

dikirim akan masukan dalam display data. Hasil display data akan dipakai sebagai laporan

intervensi dan juga bahan evaluasi untuk pelaksanaan intervensi pencegahan stunting. Selain

itu data tersebut juga dapat dipakai untuk melakukan monitoring terhadap data sasaran yang

sudah mendapat ntervensi maupun belum mendapatkan intervensi. hasil monitoring dan

evaluasi tersebut dapat dipakai untuk membuat perencanaan intervensi selanjutnya.

Model intervensi pencegahan stunting pada 4 puskesmas di Kabupaten Lombok tengah

adalah sebagai berikut.

Salah satu tujuan PAR dalam penelitian ini adalah timbulnya rasa kepemilikan terhadap

permasalahan stunting di masing-masing daerah lokus penelitian. Rasa kepemlikan akan

melahirkan komitmen untuk menyelesaikan permasalahan stuting pada wilayah masing-

masing. Pengukuran erhadap komitmen dilakukan terhadap semuayang memiliki kotribusi

terhadap pencegahan stunting pada wilayah kecamatan yang menjadi lokus penelitian.

Pengukuran komitmentersebut terdiri dari aspek Affective Commitment dan normative

commitment.

Hasil pengukuran Affective Commitment dari sector yang mempunyai kontribusi untuk

pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu Kabupaten Sumba Timur dapat

dilihat pada tabel di bawa ini. Semua sector yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan

stunting sudah memiliki komitmen yang sagat baik untuk melakkan penecgahan terhadap

stunting. Hasil rata-rata skor variabel Affective Commitment untuk pencgahan stunting di

kecanatan Lewa dan Wulla Waijeu menunjukkaan memiliki komitmen yang baik. Semua

sudah memiliki rasa tanggung jawab untuk pencegahan stunting dengan komitmen yang

sangat baik dan mesa yakin bahwa masalha stunting dapat diselesaikan karena merasa sangat

mrugikan masa depan dari anak-anak.

Hasil pengukuran terhadap normative commitment dari sector yang mempunyai

kontribusi untuk pencegahan stunting di Kecamatan Lewa dan Wulla Waijelu menunjukkan

Page 95: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

78

komimen yang baik unttuk melakukan pencegahan terhadap stunting. Rata-rata skor

variabel Normative Commitment utuk pencegahan stunting menunjukkan omitmen yang baik

dan mersa yakin bahwa permasalahan stunting dapat teratasi.

Hasil pengukuran terhadap pengukuran Affective Commitment dari sector yang

mempunyai kontribusi untuk pencegahan stunting pada empat Puskesmas di Kabupaten

Lombok Tengah rata-rata skor variabel Affective Commitment untuk pencegahan stunting

menunjukkan komitmen yang baik. Semua sktor memiliki komitmen yang sangat baik untk

melkukan pencegahan terhadap stunting. Sector yang mempunyai kontribusi untuk pencegahan

stunting sudah memilki komitmen yang sanat baik untuk dapat menjangkau semua sasaran

pecegahan stunting dan mersa bahw masalaha stuning dapat diselesikan.

Sector merasa yakin telah cukup mengambil bagian dalmkegiatan kegiatan yag bertujuan

untuk pencegahan stuntin. Rata-rata skor variabel Normative Commitment untuk pencegahn

stunting sudah enunjukkan komitmen yang baik denga nilai rata-rata sebanyak 4,09. Sektor

yang mempunyai kontribusi untuk pncegahan stunting di kabupaten Lombok tengah telah

memiliki komitmen yang baik untuk dapat menjangkau semua sasaran intervensi dengan skor

sebanyak 4,12.

Page 96: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

79

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka kesimpulan penelitian pengembangan

model intervensi pencegahan stunting terintegrasi di Provinsi NTT danNTB adalah sebagai

berikut.

1) Pelaksanaan intervensi pencegahan stunting sudah dilaksanakan oleh sektor-sektor

namun dalam pelaksanaan belum begitu efektif karena dalam pelaksanaan masing-

masing sector belum mengacu pada data sasaran yang sama yaitu remaja putri, ibu

hamil dan balita usia 0-23 bulan.

2) Data sasaran intervensi remaja putri, ibu hamil dan balita usia 0-23 bulan yang akan

dipakai saat intervensi belum lengkap total coverage dan by name dan by adres.

3) Penggunaan aplikasi intervensi berbasis android dapat meningkatkan efektifitas

intervensi, montoring dan evaluasi pencegahan stunting guns memastikan semua

sasaran terlayani..

4) Monitoring dan evaluasi intervensi pencegahan stunting belum dilakukan secara

bersama-sama dengan semua sector yang memiliki kontribusi terhadap pencegahan

stunting.

5) Sudah terdapat komitmen yang baik dari semua sector dalam melakukan intervensi

pencegahan stunting.

2. Saran

Saran yang diberikan untuk pengembangan model intervensi pencegahan stunting

terintegrasi di Kabupaten Sumba Timur.

Page 97: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

80

1) Untuk meningkatkan efektivitas intervensi pencegahan stunting sudah dilaksanakan

oleh sektor-sektor pelaksanaan masing-masing sector perlu mengacu pada satu data

sasaran yang sama yaitu remaja putri, ibu hamil dan balita usia 0-23 bulan.

2) Puskesmas dengan bekerja sama dengan lintas sector perlu melakukan pengumpulan

data sasaran intervensi remaja putri, ibu hamil dan balita usia 0-23 bulan secara

lengkap total coverage dan by name dan by adres.

3) Semua sector yang melakukan intervensi perlu menggunakan aplikasi intervensi

berbasis android dapat meningkatkan efektifitas intervensi, montoring dan evaluasi

pencegahan stunting.

4) Perlu melakukan monitoring dan evaluasi intervensi pencegahan stunting belum

dilakukan secara bersama-sama dengan semua sector yang memiliki kontribusi

terhadap pencegahan stunting.

Page 98: LAPORAN PENELITIAN - Loka Litbangkes Waikabubak

81

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian kesehatan RI., 2008 Pogram penanggulangan anemia pada wanita usia subur dan

remaja putri, Jakarta Direktorat Jenderal Kesehatan Masyrakat.

Nurhaedar Jafar.,2012, Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja. Skripsi: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin. 2012

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.,2018, Pedoman Pelaksanaan

Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota, Jakarta.

Tonasi, Siti D, Ade Irawan., 2019, Efektifitas Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja putri

Terhadap Peningkatan Hemoglobin. Jurnal SMART Kebinadan 6 (2) 2019.

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional (Bappenas), disampaikan pada WNPG XI Angkat Pentingnya

Investasi pada Program Penurunan Stunting.

UNICEF. 2016. A Fair Chance For Every Child. New York. USA www.unicef.org/publications.

Diakses 20 April 2017.

UNICEF. 2009. Tracking Progress on Child and Maternal Nutrition a Survival and Development

Priority. New York. USA www.unicef.org/publications. Diakses 20 April 2017.

UNICEF. 2014. The State of the World‟s Children 2014 in Numbers. Everychild

Counts: Revealing Disparities, Advancing Children‟s Rights. New York. USA

www.unicef.org/publications. Diakses 20 April 2017