Top Banner
LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN BERITA RAMAH ANAK PADA BERITA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI MEDIA DARING Oleh Dr. Sri Mustika, MSi. (0327065701) Rita Pranawati, MA (0306047701) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2019
94

LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Feb 21, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

LAPORAN

PENELITIAN INTERNAL

PENERAPAN PANDUAN BERITA RAMAH ANAK PADA BERITA KEKERASAN

TERHADAP ANAK DI MEDIA DARING

Oleh

Dr. Sri Mustika, MSi. (0327065701)

Rita Pranawati, MA (0306047701)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2019

Page 2: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...
Page 3: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...
Page 4: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...
Page 5: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...
Page 6: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

ABSTRAK

Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah

tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan

mempunyai potensi menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

Karena itu anak harus mendapatkan kesempatan bertumbuh kembang secara wajar, baik rohani

maupun jasmaninya. Namun pada kenyataannya anak-anak di Indonesia masih banyak yang

mengalami kekerasan yang mengancam jiwa dan psikisnya. Banyaknya kasus kekerasan

terhadap anak di Indonesia menjadikan pemberitaan media massa, khususnya media daring,

tentang kasus tersebut sangat gencar. Sayangnya, dalam memberitakan kasus-kasus tersebut

masih banyak media yang justru melakukan “kekerasan” baru pada anak yang sudah menjadi

korban. Hal ini disebabkan wartawan di dalam menulis sering mengabaikan Kode Etik

Jurnalistik (KEJ), Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

(SPPA), dan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) yang dikeluarkan Dewan Pers.

PPRA berisi 12 rincian mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan wartawan di dalam

menulis berita tentang anak yang berhadapan dengan hukum dan anak yang berkonflik dengan

hukum. Jika wartawan mengikuti panduan ini diharapkan anak-anak terhindar dari kekerasan

untuk kedua kalinya. Dalam praktiknya, wartawan media daring dalam menulis berita

kekerasan terhadap anak masih sering merugikan anak, karena mengabaikan PPRA.

Penelitian ini mengkaji tentang penerapan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak pada

berita kekerasan terhadap anak di media daring. Tujuan penelitian adalah mengungkapkan

penerapan PPRA pada berita-berita kekerasan terhadap anak di media daring. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan faktor-faktor yang melatarbelakangi penyebab

belum diterapkannya PPRA pada berita kekerasan pada anak-anak di media daring.

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Adapun teorinya adalah teori

konstruksi media. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara

mendalam, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan filling system, yaitu

mengelompokkan data ke dalam kategori-kategori tertentu dan menginterpretasikan dengan

memadukan konsep atau teori tertentu.

Hasil penelitian ini menunjukkan Tribunnews.com telah menerapkan Panduan

Pemberitaan Ramah Anak dengan baik. Kendati demikian, dari tinjauan jurnalistik berita-berita

tentang kekerasan anak pada Tribunnews.com terlalu singkat, sehingga informasinya kurang

lengkap. Wartawan hanya menuliskan unsur who, what, where, dan when, namun tidak

menggali unsur why, mengapa kekerasan tersebut sampai terjadi dan mengapa orang-orang

dewasa di sekeliling anak mengabaikan perlindungan terhadap anak. Judul ada kalanya tidak

sesuai denga isi berita, sehingga terkesan sensasional.

Target luaran penelitian ini adalah artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal terakreditasi

Sinta 3. Luaran tambahan: prosiding seminar seminar internasional.

Kata kunci: anak, berita kekerasan pada anak, panduan pemberitaan ramah anak

Page 7: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-

Nya kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian berjudul Implementasi

Panduan Pemberitaan Ramah Anak dalam Berita Kekerasan terhadap Anak di Media Daring.

Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.

yang telah membawa umat manusia dari alam gelap menuju alam pencerahan.

Penelitian ini merupakan salah satu wujud dari Catur Dharma Perguruan Tinggi

Muhammadiyah. Setiap dosen selain mengajar diwajibkan untuk meneliti dengan luaran

berupa artikel ilmiah yang dimuat di jurnal terakreditasi Sinta.

Peneliti banyak mendapat dukungan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu

pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor UHAMKA, Prof. Dr. Gunawan Suryoputro, M.Hum.

2. Ketua Lemlitbang UHAMKA, Prof. Dr. Suswandari, MPd. yang tak henti-hentinya

menyemangati peneliti agar terus meneliti.

3. Dekan FISIP UHAMKA, Dra. Tellys Corliana, M.Hum.

4. Ketua Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UHAMKA, Farida Hariyati, S.I.P., M.IKom.

5. Kolega dosen di FISIP UHAMKA, terutama Rita Pranawati, MA, yang menjadi mitra

penelitian yang banyak memberikan masukan.

6. Sekretariat FISIP UHAMKA, terutama Evi Sylviana, SH dan Cynthia Ariksa, S.Sos.

7. Keluarga di rumah yang banyak mendukung dan menyemangati peneliti.

8. Para narasumber, Bapak Yulis Sulityawan, General Manager Tribunnews.com, Bapak

Priyambodo RH dari LKBN Antara dan LPDS, serta Bapak Kamsul Hasan dari PWI.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 8: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik

dan saran yang membangun.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Maret 2020

Peneliti

Page 9: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

DAFTAR ISI

Cover i

SPK ii

Lembar Pengesahan iv

Abstrak v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi vii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Rumusan Masalah 2

1.3.Tujuan Penelitian 2

1.4. Urgensi Penelitian 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4

2.1. State of the Art 4

2.2. Kajian Teori 5

2.3. Pedoman Pemberitaan Ramah Anak 6

BAB III METODOLOGI 8

3.1. Pendekatan Penelitian 8

3.2. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 8

3.3. Alur Penelitian 9

3.4. Jadwal Penelitian 10

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 11

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 11

4.1.1. Tribunnews.com. 11

4.1.2. Berita-Berita tentang Kekerasan terhadap Anak 12

4.1.3. Analisis Penerapan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak di Tribunnews.com 15

4.1.4. Hasil Analisis Penerapan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak 48

4.2. Pembahasan 48

BAB V. PENUTUP 60

5.1. Simpulan 60

5.2. Saran 60

Daftar Pustaka 62

Page 10: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berita mengenai kekerasan anak akhir-akhir ini banyak mengisi media massa, baik

media cetak, elektronik maupun media daring di Indonesia. Hal ini disebabkan peristiwa

kekerasan anak hingga saat ini masih terus terjadi. Padahal dalam beberapa Undang-

Undang disebutkan bahwa anak merupakan masa depan bangsa, sehingga keberadaannya

harus dilindungi.

Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak

adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran

strategis dan mempunyai potensi menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara

pada masa depan. Karena itu, anak harus mendapatkan kesempatan bertumbuh kembang

secara wajar, baik rohani maupun jasmaninya. Kenyataanya, keadaan anak-anak banyak

yang mengalami kekerasan, sehingga mereka tidak bertumbuh normal bahkan ada yang

meninggal dunia sebelum menjadi dewasa.

Kekerasan terhadap anak kini sangat marak. Dari 87 juta anak Indonesia terdapat

6 persen yang mengalami kekerasan (www.tribunnews.com). Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI), mencatat selama Januari-April 2019 pelanggaran hak anak mayoritas

terjadi pada kasus perundungan, yaitu berupa kekerasan fisik, psikis, dan kekerasan

seksual. Berdasarkan pengaduan masyarakat pada KPAI, korban kekerasan psikis dan

perisakan (bullying) masih tinggi.

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2015, kekerasan terhadap anak adalah

setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, psikis, seksual, dan atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan dengan cara melawan hukum.

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No

1 Tahun 2010 pada Bab I Ketentuan Umum poin 4 menyebutkan bahwa kekerasan

terhadap anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, mental, seksual, psikologis, termasuk

penelantaran dan perlakuan buruk yang mengancam integritas tubuh dan merendahkan

martabat anak.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Setiap anak memiliki hak perlindungan sesuai dengan perundang-undangan. Anak

yang berhadapan dengan hukum, seperti anak yang menjadi korban kekerasan atau anak

yang berkonflik dengan hukum, seperti anak yang menjadi pelaku kekerasan berhak

mendapat perlindungan khusus dari pemerintah dan lembaga lainnya. Perlindungan

khusus pada anak tertera dalam UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal

15a, 59, 64, 72, 76a dan 77.

Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,

anak adalah penduduk yang berusia antara 0-18 tahun, termasuk yang ada dalam

kandungan. Sedangkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak menyebutkan anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum

menikah.

Dengan meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak, media massa, khususnya

media daring memberitakannya secara gencar, karena peristiwa ini memiliki nilai berita

yang tinggi. Nilai berita yang terdapat di dalam kasus kekerasan adalah konflik. (Iskandar

dan Atmakusumah, ed., 2014:43; Nurudin: 2009: 59).

Ketika memberitakan suatu peristiwa, media massa mengkonstruksikan realitas

yang ada. Karena itu dapat dikatakan kegiatan utama media adalah mengkonstruksikan

realitas. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi

kisah atau wacana yang bermakna dengan bahasa sebagai unsur utama (Hamad, 2004:10).

Dalam memberitakan kekerasan terhadap anak media massa juga melakukan

konstruksi realitas. Media mengikutsertakan cara pandangnya dan menentukan struktur

berita sesuai dengan kehendaknya. Juga memilih hal-hal yang ingin ditonjolkan dan yang

ingin dihilangkan, serta memilih narasumber tertentu yang ingin diwawancarai.

Di dalam memberitakan tentang anak, wartawan harus Kode Etik Jurnalistik

(KEJ). Selain itu juga harus mengikuti Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) dan Panduan Pemberitaan Ramah Anak (PPRA).

PPRA berisi 12 item mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan wartawan dalam menulis

berita yang ramah anak.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

“Bagaimana media daring menerapkan Pedoman Berita Ramah Anak dalam

memberitakan peristiwa kekerasan terhadap anak?”

1.3.Tujuan Penelitiaan

1. Menganalisis penerapan PPRA pada berita kekerasan terhadap anak di media daring.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

2. Memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi belum diterapkannya PPRA pada

berita kekerasan terhadap anak di media daring.

3. Memberikan bahan advokasi pada media daring agar menerapkan PPRA dalam

membuat berita kekerasan terhadap anak.

1.4. Urgensi Penelitian

1. Menghasilkan model konstruksi realitas media tentang kekerasan pada anak di media

daring yang lebih ramah anak.

2. Menghasilkan publikasi ilmiah yang menawarkan model penulisan berita tentang

kekerasan terhadap anak yang lebih ramah anak.

3. Menghasilkan materi ajar mata kuliah Teknik Mencari dan Menulis Berita dan Hukum

& Etika Pers.

4. Menghasilkan artikel ilmiah pada forum nasional tentang pemberitaan anak di media.

5. Memberikan masukan kepada media daring agar menulis berita yang ramah anak.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. State of The Art

Sejalan dengan meningkatnya berita kasus kekerasan terhadap anak, maka

penelitian mengenai berita kekerasan terhadap anak banyak dilakukan. Seperti

penelitian Siregar (2016) tentang Media dan Kekerasan terhadap Anak di Harian Medan

Pos yang menemukan bahwa selama periode Agustus-Desember 2013 terdapat 17

berita kekerasan terhadap anak. Adapun temanya tentang pelecehan seksual 11 kali

(64,70%), penganiayan 3 kali (17,64%), pembunuhan 2 kali (11,76%) dan yang tidak

jelas karena isi tidak sesuai judul (5,88%).

Adapun penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak dalam keluarga diteliti

oleh Praditama, Sandhi, Nurhadi, dan Atik Catur Budiarti (2016). Penelitian yang

dilakukan di Kabupaten Wonogiri, Solo ini mereka menemukan faktor penyebab

kekerasan, yaitu: pewarisan kekerasan antargenerasi, kekerasan terhadap anak sulit

diungkap ke ruang publik, dan latar belakang budaya keluarga yang menempatkan anak

dalam posisi terbawah.

Andini dan kawan-kawan (2019) mencoba mengidentifikasi kekerasan pada

anak SD di Kota Malang. Mereka menemukan bahwa kekerasan dapat berupa

kekerasan fisik, kekerasan verbal, emosional, dan seksual. Usia korban mulai dari 8

tahun (14%), 9 tahun (23%), 10 tahun (31%), 11 tahun (21%), 12 tahun (8%), dan 13

tahun (3%). Mereka merupakan anak satu-satunya dalam keluarga atau tiga bersaudara.

Ibunya adalah istri yang tidak bekerja. Kondisi stres ibu memicunya melakukan

kekerasan terhadap anak.

Rahmad (2016) meneliti tentang konstruksi Koran Tempo dalam memberitakan

kekerasan terhadap anak dengan menggunakan analisis framing Pan dan Kosicki. Ia

menemukan bahwa berdasarkan: a. Struktur skrip. Koran Tempo cenderung menulis

kasus kekerasan terhadap anak dalam bentuk berita lempang, sehingga kesannya

semata bertutur tentang suatu kejadian yang umum. Koran Tempo lebih

mengedepankan aktualitas, namun beritanya kurang mendalam. b. Struktur tematik.

Berita ditandai dengan detail informasi yang serba terbatas. c. Struktur retoris.

Cenderung mengadili (trial by the press) terdakwa dengan cara meramu tulisan antara

fakta dan opini, sehingga dapat mengarahkan pembaca untuk mengadili terdakwa

sebagai bersalah mendahului putusan hakim.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Penelitian ini berbeda dengan keempat penelitian di atas. Penelitian ini

berfokus untuk mengkaji penerapan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak dalam berita

kekerasan anak di media daring dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Selama

ini penelitian tentang kekerasan pada anak memberikan porsi yang besar pada

konstruksi realitas media dibandingkan dengan menelaah sejauh mana media

menerapkan aturan tentang pembuatan berita ramah anak.

2.2. Peta Jalan Penelitian

2.3. Kajian Teori

Peneliti menggunakan teori konstruksi realitas media dari Peter L Berger dan Thomas

Luckman untuk mengkaji tentang berita kekerasan pada anak. Mengenai proses konstruksi

realitas, prinsipnya merupakan usaha “mengisahkan” (mengkonseptualisasikan) suatu

peristiwa, keadaan, atau benda tak terkecuali mengenai peristiwa kekerasan terhadap anak,

adalah suatu usaha mengkonstruksikan realitas.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Menurut Berger dan Luckman (dalam Badara, 2012:8), proses konstruksi realitas

dimulai ketika konstruktor melakukan objektivasi terhadap suatu kenyataan. Objektivasi

adalah melakukan persepsi terhadap suatu objek. Hasil pemaknaan melalui persepsi ini

diinternalisasikan ke dalam diri konstruktor. Pada tahap ini dilakukan konseptualisasi terhadap

suatu objek yang dipersepsi. Setelah itu dilakukan eksternalisasi terhadap hasil proses

perenungan secara internal melalui pernyataan-pernyataan. Alat konseptualisasi dan narasi

adalah bahasa.

Bagi media massa bahasa bukan hanya alat untuk menggambarkan realitas, melainkan

untuk menentukan citra suatu realitas dalam benak khalayak. Media memiliki berbagai cara

untuk memengaruhi bahasa dan makna; mengembangkan kata-kata baru beserta makna

asosiatifnya; memperluas makna; mengganti makna lama suatu istilah dengan makna baru;

memantapkan konvensi makna dalam sistem bahasa (Hamad, 2004:12).

Ketika mengisahkan suatu hal, sesungguhnya kita hendak menyampaikan makna.

Setiap kata, angka, dan simbol lain dalam bahasa kita pasti mengandung makna. Karena itu,

penggunaan bahasa tertentu dapat berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang

dikandungnya. Proses tersebut dapat dilihat pada penampang berikut ini:

Bahasa

Realitas menciptakan menciptakan realitas

Menciptakan

Budaya

Penampang Proses penciptaan realitas

Sumber: Christian dan Christian (dalam Hamad, 2004:13)

Sujiman (dalam Badara, 2012:10) menjelaskan, terdapat tiga tindakan yang biasa

dilakukan redaksi ketika mengkonstruksi realitas. Pertama, media memilih simbol (fungsi

bahasa). Redaksi memilih kata-kata, frasa, atau istilah yang sesuai. Juga di dalam memilih dan

mengemas foto, grafis, dan gambar. Kedua, memilih fakta yang akan disajikan (strategi

pembingkaian). Pembingkaian dipandang sebagai strategi penyusunan realitas untuk

menghasilkan sebuah wacana. Dengan alasan keterbatasan ruang/waktu, media jarang

membuat berita secara utuh. Sesuai dengan kaidah jurnalistik, berita harus singkat dan padat,

maka peristiwa yang panjang dan rumit disederhanakan melalui mekanisme pembingkaian

fakta.

Page 16: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Ketiga, menyediakan ruang untuk suatu berita (fungsi agenda setting). Dengan

memuat berita tertentu, maka peristiwa tersebut memperoleh perhatian dari khlayak. Besarnya

perhatian khalayak terhadap suatu isu, tergantung pada seberapa besar perhatian media massa

pada isu tersebut.

2.3. Panduan Pemberitaan Ramah Anak

Pedoman Pemberitaan Ramah Anak berbunyi sebagai berikut :

1. Wartawan merahasiakan identitas anak dalam memberitakan informasi tentang anak

khususnya yang diduga, disangka, didakwa melakukan pelanggaran hukum atau

dipidana atas kejahatannya.

2. Wartawan memberitakan secara faktual dengan kalimat/narasi/visual/audio yang

bernuansa positif, empati, dan/atau tidak membuat deskripsi/rekonstruksi peristiwa

yang bersifat seksual dan sadistis.

3. Wartawan tidak mencari atau menggali informasi mengenai hal-hal di luar kapasitas

anak untuk menjawabnya seperti peristiwa kematian, perceraian, perselingkuhan

orangtuanya dan/atau keluarga, serta kekerasan atau kejahatan, konflik dan bencana

yang menimbulkan dampak traumatik.

4. Wartawan dapat mengambil visual untuk melengkapi informasi tentang peristiwa anak

terkait persoalan hukum, namun tidak menyiarkan visual dan audio identitas atau

asosiasi identitas anak.

5. Wartawan dalam membuat berita yang bernuansa positif, prestasi, atau pencapaian,

mempertimbangkan dampak psikologis anak dan efek negatif pemberitaan yang

berlebihan.

6. Wartawan tidak menggali informasi dan tidak memberitakan keberadaan anak yang

berada dalam perlindungan LPSK.

7. Wartawan tidak mewawancarai saksi anak dalam kasus yang pelaku kejahatannya

belum ditangkap/ditahan.

8. Wartawan menghindari pengungkapan identitas pelaku kejahatan seksual yang

mengaitkan hubungan darah/keluarga antara korban anak dengan pelaku. Apabila

sudah diberitakan, maka wartawan segera menghentikan pengungkapan identitas anak.

Khusus untuk media siber, berita yang menyebutkan identitas dan sudah dimuat, diedit

ulang agar identitas anak tersebut tidak terungkapkan.

9. Dalam hal berita anak hilang atau disandera diperbolehkan mengungkapkan identitas

anak, tapi apabila kemudian diketahui keberadaannya, maka dalam pemberitaan

Page 17: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

berikutnya, segala identitas anak tidak boleh dipublikasikan dan pemberitaan

sebelumnya dihapuskan.

10. Wartawan tidak memberitakan identitas anak yang dilibatkan oleh orang dewasa dalam

kegiatan yang terkait kegiatan politik dan yang mengandung SARA.

11. Wartawan tidak memberitakan tentang anak dengan menggunakan materi

(video/foto/status/audio) dari media sosial.

12. Dalam peradilan anak, wartawan menghormati ketentuan dalam Undang-Undang

Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA).

Page 18: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Paradigma penelitian ini adalah konstruktivis. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif (qualitative research). Menurut Kriyantono (2010:56), penelitian kualitatif

bertujuan menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui data yang sedetail

mungkin. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan mampu menjelaskan fenomena

yang diteliti, maka tidak perlu mencari informan lainnya. Periset adalah bagian yang

menyatu dengan data. Ia ikut aktif di dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Hasil

penelitian bersifat kasuistik dan tidak dapat digeneralisasikan.

Jenis penelitiannya adalah deskriptif. Tujuannya untuk menggambarkan, meringkas

berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat

yang kemudian ditulis dalam berita di media daring.

3.2. Pemilihan Media

Media daring yang akan diteliti adalah Tribunnews.com. Media ini dipublikasikan

oleh PT Indopersda Prima Media. Peneliti memilih media ini karena tergolong media yang

menempati ranking tiga pada situs Alexa.com (situs pemeringkat media daring) dan cukup

banyak memberitakan tentang kekerasan pada anak.

Penelitian dilakukan terhadap berita-berita yang dimuat pada Januari 2020-Februari

2020.

3.3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan (dalam hal ini terhadap berita

tentang kekerasan terhadap anak yang ada di Tribunnews.com). Selain itu juga dengan

mewawancarai narasumber, yaitu pihak redaksi media daring yang memahami proses

pemilihan berita dan memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi diterapkannya PPRA

dalam pemberitaan kekerasan terhadap anak. Ditambah dengan studi dokumentasi yang

berasal dari artikel-artikel tentang kekerasan pada anak, dokumen di Komisi Perlindungan

Anak Indonesia, hasil-hasil penelitian, dan penelusuran di Internet.

3.4. Alur Penelitian

Berdasarkan paparan di atas, maka alur penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 19: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...
Page 20: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

3.5. Jadwal Penelitian

No. Tahapan Pelaksanaan

Pen.

Sept. Okt. Nov. Des. Jan. Feb

1. Pengumuman v

2. Pengusulan v

3, Penyeleksian v

4. Penetapan v

5. Pelaksanaan v

. a. Kontrak v

b. Pencairan Dana v

c. Pengumpulan Data v v

d. Pengolahan Data v

e. Monev 70% v

6. Pelaporan 100% v

Page 21: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Tribunne ws.com

Tribunnews.com berdiri pada 2010 dan merupakan salah satu media yang

berada di bawah grup Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Media ini dipublikasikan

oleh PT Indopersda Prima Media, Divisi Koran Daerah Kompas Gramedia (Group of

Regional Newspaper). Kantor Tribunnews.com berada di Jalan Palmerah, Jakarta Barat.

Situs berita ini menyajikan berita-berita nasional, regional, internasional, olahraga, ekonomi

dan bisnis, selebritas dan gaya hidup (lifestyle). Tribunnews.com juga menyediakan rubrik

bagi masyarakat yang ingin berbagi pengalaman dalam rubrik Tribuners dan Citizen

Reporters.

Selain menyajikan berita, Tribunnews.com juga mengelola Forum Diskusi dan

komunitas daring melalui Facebook, dan Twitter, serta Google+. Untuk memudahkan pembaca

mengakses Tribunnews.com pengelolanya menyediakan aplikasi mobile dengan alamat

m.tribunnews.com.

Media daring ini mempekerjakan reporter yang bertugas di Jakarta,

Tribunnews.com dan mendapat dukungan dari jaringan 28 koran daerah atau Tribun

Network. Selain itu, juga mendapat dukungan dari hampir 500 wartawan di 22 kota penting

di Indonesia. Situs berita Tribunnews.com merupakan induk bagi lebih dari 20 situs berita

daerah Tribun Network.

4.1.2. Berita-berita tentang Kekerasan terhadap Anak

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap berita-berita kekerasan anak di

Tribunnews.com edisi Januari-Februari 2020 terdapat 15 berita dengan judul

seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.

No Edisi Judul Berita

1. 15 Januari 2020

Pukul 20.58

Polisi Tangkap Penjual Es Krim di Sawangan,

Diduga Lecehkan Anak di Bawah Umur

2. 22 Januari 2020

Pukul 13.40

Diduga Perkosa Balita 16 Bulan, Pria di

Tasikmalaya Diamuk Massa, Pelaku Kini

Disembunyikan Keluarga

Page 22: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

3. 23 Januari 2020

Pukul 23.16

Ibu Ikat Kaki Anaknya dan Menggantungnya

dengan Posisi Kepala di Atas, Polisi Cari Si

Penyebar Video

4. 24 Januari 2020

Pukul 19.47

Paksa Anak Kandung Lakukan Oral Seks saat

Istri sedang Tidur, Seorang Ayah Dipenjara 10

Tahun

5. 25 Januari 2020

Pukul 11.24

Fakta Baru Ayah di Trenggalek Cabuli 2 Putri

Kandung, Anaknya Harus Menjalani Perawatan

Medis

6. 29 Januari 2020

Pukul 23.18

Kasus Ayah Perkosa Anaknya di Mamasa

Terancam Hukuman Pidana dan Adat, Hukum

Adat Lebih Ngeri

7. 30 Januari 2020

Pukul 12.07

Kasus Remaja Dijadikan Budak Seks: Disiksa,

Dicekoki Miras, dan Dipaksa Layani 4 Pria

Sehari

8. 30 Januari 2020

Pukul 13.21

Di Cianjur 8 Anak Dicabuli Ayah Kandung, dan

12 Anak Lainnya oleh Ayah Tiri

9. 30 Januari 2020

Pukul 16.55

Cabuli Anak Kandung dan Anak Tiri, Seorang

Pria di Pontinak Ditembak Polisi

10. 30 Januari 2020

Pukul 19.30

Anak di Bawah Umur Asal Sikka Diusir dari

Kampung Usai Dihamili Sepupu

11. 31 Januari 2020

Pukul 07.43

9 Pria Paruh Baya Pedofilia Ditangkap di

Cianjur, Cabuli Bocah di Bawah Umur, Korban

Termuda 6 Tahun

12 13 Februari 2020

Pukul 06.12

Viral Video Siswa SMP di Purworejo

Membully Siswi Temannya, Polisi Langsung

Menyidik

13 13 Februari 2020

Pukul 08:48

Bullying Siswi SMP di Purworejo Masih

Hangat, Kini Beredar Video Guru Pukuli Siswa

di SMA Bekasi

14 13 Februari 2020

Pukul 11:34

Pria Muarojambi Rudapaksa Anak Tirinya di

Kebun, Dilakukan Saat Tangan dan Kaki

Korban Diikat

Page 23: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Berdasarkan judul-judul berita di atas, tampak bahwa dari 14 berita kekerasan

pada anak di Tribunnews.com terbagi atas: berita kasus pelecehan seksual sebanyak 11

kasus dan berita kekerasan 3 kasus.

4.1.3 Analisis Penerapan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak dalam Berita

Kekerasan Anak di Tribunnews.com

Media massa sebagai sumber informasi dalam memberitakan kekerasan pada

anak juga harus melindungi anak. Untuk itu wartawan di dalam menulis selain harus

mengikuti Kode Etik Jurnalistik, juga harus mengacu pada UU No. 11 Tentang Sistem

Peradilan Anak, serta Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) dari Dewan Pers.

Analisis Berita

1. Berita edisi Rabu, 15 Januari 2020 yang dimuat Pukul 20:58 WIB

https://www.tribunnews.com/metropolitan/2020/01/15/polisi-tangkap-penjual-es-

krim-di-sawangan-diduga-lecehkan-anak-di-bawah-umur.

ilustrasi

Judul: Polisi Tangkap Penjual Es Krim di Sawangan, Diduga Lecehkan Anak di

Bawah Umur

Editor: Imanuel Nicolas Manafe

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Terjadi kasus pelecehan seksual terhadap anak di

bawah umur di Kota Depok.

Korbannya adalah seorang siswi yang bersekolah di bilangan Sawangan. SA salah

seorang petugas keamanan di perumahan yang menjadi lokasi aksi bejat tersebut

mengatakan, pelakunya merupakan seorang pedagang es krim di sekolah tempat

korban mengenyam pendidikan.

Page 24: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

SA juga berujar, pelaku sudah diamankan oleh polisi pada Jumat (10/1/2020) beberapa

hari yang lalu. “Sudah diamankan, kami kerjasama dengan petugas kepolisian Depok,”

tambahnya.

Sementara itu, Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Iptu Isa Fajar pun

membenarkan adanya kejadian tersebut ketika dikonfirmasi.“Iya betul mas pelakunya

sudah kami amankan di Polres Metro Depok,” jelas Isa. Namun, Isa belum bisa

menjelaskan kronologi pelecehan tersebut, lantaran kasusnya tengah dalam tahap

penyelidikan oleh pihaknya.

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

No 1 Berita ini tidak menyebutkan identitas anak

secara jelas, tidak juga mencantumkan nama

singkatannya. Nama sekolah dan alamat

rumahnya tidak pula dijelaskan. Bahkan

petugas keamaan di perumahan tempat

kejadian perkara namanya disingkat dan

nama perumahannya tidak disebutkan.

Berita ini juga tidak menjelaskan

kejadiannya secara detil. Berita ini

menggunakan ilustrasi anak perempuan

duduk dengan kepala menunduk.

Berita ini sudah

menerapkan PPRA,

karena

menyembunyikan

identitas anak secara

penuh. Meskipun

demikian, berita ini

terlalu singkat, sehingga

informasinya kurang

lengkap. Dalam kaidah

jurnalistik, kelengkapan

berita merupakan hal

yang harus dipenuhi

agar pembaca tidak

bertanya-tanya lagi.

Selain itu berita ini tidak

memiliki angle (sudut

pandang yang jelas).

Padahal sudut pandang

akan membantu

pembaca melihat

kejadian dari segi yang

lebih jelas. Dalam hal ini

sebaiknya berita

menggunakan angle

Page 25: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

kemanusiaan karena

peristiwa ini berkaitan

dengan masa depan

seorang anak

perempuan.

2. Berita edisi Rabu, 22 Januari 2020 yang dimuat Pukul 13:40 WIB

https://www.tribunnews.com/regional/2020/01/22/diduga-perkosa-balita-16-bulan-

pria-di-tasikmalaya-diamuk-massa-pelaku-kini-disembunyikan-keluarga

ILUSTRASI - Seorang pria di Tasikmalaya diamuk massa karena diduga

memperkosa balita 16 bulan.

Judul: Diduga Perkosa Balita 16 Bulan, Pria di Tasikmalaya Diamuk Massa,

Pelaku Kini Disembunyikan Keluarga

Editor: Pravitri Retno Widyastuti

TRIBUNNEWS.COM - Satuan Reserse Kriminal Polres Tasikmalaya Kota

menyelidiki laporan warga terkait adanya dugaan pemerkosaan balita perempuan 16

bulan oleh seorang pria dewasa berumur 35 tahun di Kecamatan Sukaratu,

Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (22/1/2020).

Lelaki berinisial O (35), merupakan kakak ipar korban atau suami dari kakak korban

yang tinggal serumah selama ini. Meski saat kejadian tak ada saksi mata, warga di

lingkungan korban berusaha menghakimi lelaki itu. Sampai saat ini, pria 35 tahun itu

diamankan oleh keluarganya dari amukan massa.

Kepala Satuan Reskrim Polres Tasikmalaya Kota AKP Dadang Sudiantoro

menyebutkan, pihaknya langsung melakukan penyelidikan seusai orangtua korban

melapor ke Kepolisian. Berdasarkan laporan peristiwa itu terjadi pada Senin

(13/1/2020) di rumah orang tua korban.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Awalnya, ibu korban menemukan anak mereka berdarah pada bagian kemaluannya.

Setelah itu, korban langsung dibawa ke bidan desa dan akhirnya dirujuk ke Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tasikmalaya. Hasil visum dan pemeriksaan

medis diduga alat kelamin bayi tersebut masuk benda tumpul.

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

No 2 Berita ini sama sekali tidak menyebutkan

identitas anak yang jadi korban. Wartawan

juga tidak menyebut lokasi kejadian. Hanya

ditulis, peristiwa terjadi di rumah orang tua

korban.

Tersangka pelaku namanya disingkat.

Wartawan hanya menulis RS tempat

korban diperiksa, yaitu RSUD Kabupaten

Tasikmalaya. Satu-satunya penjelasan

mengenai kasus ini adalah keterangan

polisi tentang hasil visum yang

menyebutkan alat kelamin korban berdarah

akibat benda tumpul.

Berita ini sudah

menerapkan PPRA.

Meskipun demikian,

berita ini terlalu singkat.

Tidak ada penjelasan

bagaimana kondisi di

rumahnya, sehingga

tersangka pelaku dapat

melakukan

perbuatannya.

Seharusnya berita ini

juga dilengkapi dengan

wawancara dokter anak

untuk menjelaskan

mengenai dampak

terhadap kesehatan

reproduksi korban yang

masih bayi.

Judul berita ini

tergolong sensasional.

Disebutkan bahwa

seorang pria diamuk

massa, tetapi pada isi

berita tidak

dideskripsikan seperti

apa reaksi massa

terhadap tersangka

pelaku.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

3. Berita edisi Kamis, 23 Januari 2020 yang dimuat Pukul 23:16 WIB

https://www.tribunnews.com/regional/2020/01/23/ibu-ikat-kaki-anaknya-dan-

menggantungnya-dengan-posisi-kepala-di-atas-polisi-cari-si-penyebar-video.

Tangkapan layar Instagram seorang ibu menggantung anaknya dengan posisi kaki di atas dan

kepala di bawah viral di media sosial.(tangkap layar Instagram)

Judul: Ibu Ikat Kaki Anaknya dan Menggantungnya dengan Posisi Kepala di

Atas, Polisi Cari Si Penyebar Video

Editor: Willem Jonata

TRIBUNNEWS.COM - Beredar sebuah video menunjukkan seorang anak laki-laki

diikat kakinya. Kemudian menggantungnya dengan psoso kepala di bawah. Bahkan

sempat viral.

Terkait beredarnya video tersebut Kepolisian Sektor Kuta Alam Banda

Aceh memanggil sejumlah saksi. Kapolsek Iptu Miftahuda Dizha Fezuono mengatakan

telah memanggil dan memeriksa lima saksi perempuan untuk dimintai keterangan.

“Selanjutnya masih ada tujuh saksi lain akan turut diperiksa untuk menuntaskan kasus

tersebut, termasuk pelaku penyebar video tersebut,” ujar Kapolsek Iptu Miftahuda,

Kamis (23/1/2020).

Kapolsek menjelaskan, pemanggilan saksi ini dilakukan terkait dengan beredarnya

kembali video aksi tindak kekerasan terhadap anak. Sebelumnya, jelas kapolsek,

permasalahan ini sudah selesai setelah diadakan musyawarah dengan aparat gampong

(desa), polisi, pelaku, serta beberapa saksi.

“Kejadian ini sudah terjadi hampir dua pekan lalu, tapi tiba-tiba videonya kenapa baru

beredar sekarang, jadi kita akan melihat apakah ada unsur tindakan pidana di sana.

Polisi juga akan memeriksa penyebar video tersebut. Saat ini polisi sedang melakukan

penyelidikan hingga gelar perkara,” ujar Iptu Miftahuda.

Dari pemeriksaan terhadap pelaku berinisial NH, sebut Kapolsek Kuta Alam,

disebutkan bahwa NH meninggalkan anaknya, AAF (8) dalam kondisi terikat, dan sang

ibu pergi membeli makan untuk anaknya.Menurut pengakuan NH kepada polisi, ia

melakukan hal tersebut untuk menegur kelakuan nakal anaknya.

Page 28: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Sebelumnya, sebuah rekaman video seorang anak diikat dengan posisi kaki tergantung

ke atas dan kepala ke bawah sempat viral di media sosial tanggal 22 januari 2020.

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

No 3 Berita ini berasal dari video yang viral.

Ilustrasi berita menggambarkan sepasang

kaki kecil yang diikat dengan posisi di atas.

Tidak disebutkan nama dan usia anak yang

menjadi korban. Lokasi kejadian juga tidak

disebutkan. Pembaca hanya mengetahui

polisi yang memberi keterangan adalah

Kapolsek Kuta Alam, Banda Aceh.

Nama tersangka pelaku yang merupakan

ibu kandung korban disingkat. Fotonya

tidak ada. Tersangka mengaku kepada

polisi bahwa ia ingin memberi pelajaran

pada anaknya yang nakal. Persoalan ini

sudah selesai dua minggu sebelumnya,

namun kemudian muncul video adegan

anak disiksa dengan kaki diikat dan posisi

kepala di bawah. Yang menjadi persoalan

kemudian adalah orang yang mengunggah

video yang viral ini. Polisi tengah

menyelidiki motif pengunggahan video.

Berita ini sudah

mengikuti PPRA.

Kendati demikian, berita

ini terlalu singkat.

Wartawan tidak

mendeskripsikan

pernyataan tersangka

yang mengatakan

anaknya nakal.

Seharusnya dijelaskan

jenis dan tingkat

kenakalannya. Karena

itu pembaca hanya

menduga-duga seperti

apa nakalnya si bocah,

sehingga mendorong

ibunya menghukum

dengan cara seperti itu.

Usia anak juga tidak

disebutkan. Dengan

menyebut usia si anak,

pembaca akan memiliki

bayangan apakah

kenakalan si anak sesuai

dengan usianya.

Judul berita keliru.

Disebutkan seorang ibu

mengikat kaki anaknya

dan menggantungnya

Page 29: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

dengan posisi kepala di

atas. Padahal dalam

ilustrasi tampak kaki

anak terikat dan

digantung dengan posisi

kepala di bawah.

Kekeliruan semacam ini

menandakan bahwa

wartawan tidak akurat.

4. Berita edisi Jumat, 24 Januari 2020 yang dimuat Pukul 19:47 WIB

https://www.tribunnews.com/internasional/2020/01/24/paksa-anak-kandung-lakukan-

oral-seks-saat-istri-sedang-tidur-seorang-ayah-dipenjara-10-tahun

Ilustrasi pelecehan seksual

Judul: Paksa Anak Kandung Lakukan Oral Seks saat Istri sedang Tidur, Seorang

Ayah Dipenjara 10 Tahun

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha

Editor: Miftah

TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa bejat dilakukan seorang ayah kepada anak

kandungnya.

Ia memaksa gadis berusia 15 tahun untuk melakukan oral seks kepadanya. Kejadian

baru terungkap selang dua tahun setelah anak sulung korban nafsu ayahnya itu berani

bercerita kepada sang ibu.

Lelaki berusia 50 tahuh itu lalu ditangkap dan baru saja dijatuhi hukuman pidana

penjara selama 10 tahun lebih empat bulan. Seperti diberitakan oleh mohership.sg,

Page 30: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

seorang ayah di Korea dipidana 10 tahun 4 bulan setelah memaksa anak perempuannya

melakukan oral seks padanya.

Dia pun dinyatakan bersalah melakukan pelecehan seksual terhadap korban yang

berusia 15 tahun.Dia mengaku bersalah atas satu tuduhan penyerangan seksual dan

dijatuhi hukuman di pengadilan pada Rabu (22/1/2020).

Menurut dokumen pengadilan, korban adalah anak tunggal dan tinggal bersama ayah

dan ibunya di satu kamar. Dia biasanya berbagi kamar dengan ibunya, sementara

ayahnya, yang bekerja sebagai penjaga keamanan, tidur di sofa di ruang tamu.

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

No 4 Berita ini sama sekali tidak menyebutkan

identitas anak yang menjadi korban.

Wartawan juga tidak menyebut nama ayah

sebagai pelaku pelecehan seksual atau

ibunya.

Peristiwa ini hanya menyebutkan peristiwa

terjadi di Korea (tanpa disebutkan Korea

Utara atau Korea Selatan).

Berita ini sudah

menerapkan PPRA.

Kendati demikian berita

ini kurang akurat, karena

tidak menyebutkan

lokasi. Apakah di Korea

Utara atau Selatan dan

di kota mana? Demikian

pula lokasi pengadilan

kasus ini tidak

disebutkan.

Wartawan juga kurang

menjelaskan terdakwa

terjerat Undang-Undang

apa dan pasal berapa

yang berlaku di Korea.

Akan lebih menarik lagi

jika diulas bahwa di

sana kasus pelecehan

seks mendapat ganjaran

Page 31: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

yang setimpal. Meski

kejadiannya sudah dua

tahun berlalu, namun

setelah dilaporkan ke

polisi tersangka pelaku

tetap dikenakan

hukuman.

5. Judul: Fakta Baru Ayah di Trenggalek Cabuli 2 Putri Kandung, Anaknya Harus

Menjalani Perawatan Medis

Editor: Hasanudin Aco

https://www.tribunnews.com/regional/2020/01/25/fakta-baru-ayah-di-trenggalek-

cabuli-2-putri-kandung-anaknya-harus-menjalani-perawatan-medis.

TRIBUNNEWS.COM, TRENGGALEK - Fakta baru kasus persetubuhan ayah

terhadap dua putri kandung di Trenggalek Jawa Timur, ditemukan fakta baru.

Dalam penyelidikan lanjutan terhadap tersangka inisial HM (51), diketahui sudah

menyetubuhi putri pertamanya berinisial Bunga (kakak) sebanyak 4 kali “Dalam

pemeriksaan sebelumnya, tersangka mengaku menggauli Bunga (kakak) satu kali di

tahun 2018,” terang Kapolres Trenggalek AKBP Jean Calvijn Simanjuntak melalui

sambungan telepon (24/01/2020).

Polisi juga mendapat keterangan baru daru tersangka, bahwa Bunga menolak ajakan

HM (51) untuk berhubungan badan sebanyak 3 kali. Dalam hal ini, pelaku mengakui

semua perbuatannya, telah hendak mencoba menyetubuhi Bunga sebanyak 7 kali

"Pelaku 3 kali ditolak oleh Bunga, atas ajakan berhubungan badan,” terang AKBP Jean

Calvijn Simanjuntak.

Yang lebih mengejutkan lagi, pelaku HM (ayah) menggauili puti pertamanya Bunga,

di samping cucu pelaku, yakni anak kandung bunga yang masih balita. Aksi bejat

tersebut dilakukan oleh pelaku pada malam hari."Pernah, pada saat menggauli bunga,

cucunya menangis, dan tersangka keluar dari kamar,” terang AKBP Jean Calvijn

Simanjuntak.

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

No 5. Berita ini sama sekali tidak menyebutkan

identitas anak yang jadi korban. Wartawan

juga tidak menyebut nama ayah sebagai

tersangka pelaku pelecehan seksual. Lokasi

Berita ini sudah

menerapkan PPRA.

Kendati demikian berita

ini tidak responsif

gender, karena

Page 32: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

kejadian juga tidak disebutkan. Kapan

terjadinya juga tidak disebutkan.

mengganti kata

pemerkosaan dengan

menggauli. Pilihan kata

menggauli, maknanya

sangat merendahkan

perempuan. Kata

menggauli berasal dari

kata gaul yang dalam

Kamus Besar Bahasa

Indonesia artinya hidup

berteman. Dengan

menggunakan kata ini

redaksi menganggap

peristiwa pencabulan ini

bukan suatu pelanggaran

susila, melainkan seperti

halnya berteman.

Berita ini tidak termasuk

dalam kategori berita

kekerasan pada anak di

bawah umur, karena

korban telah menikah

dan memiliki anak.

Judul berita tidak sesuai

denga nisi. Di judul

disebutkan ayah cabuli

dua anak kandung, tetapi

dalam isi berita hanya

dikisahkan pencabulan

pada anak yang lebih tua

(kakak). Dalam judul

juga disebutkan si anak

harus menjalani

Page 33: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

perawatan medis,

sedangkan pada isi

berita tidak ada

penjelasannya.

6. Berita edisi Rabu, 29 Januari 2020 yang dimuat Pukul 23:18 WIB

https://www.tribunnews.com/regional/2020/01/29/kasus-ayah-perkosa-anaknya-di-

mamasa-terancam-hukuman-pidana-dan-adat-hukum-adat-lebih-ngeri.

Judul: Kasus Ayah Perkosa Anaknya di Mamasa Terancam Hukuman Pidana

dan Adat, Hukum Adat Lebih Ngeri

Editor: Sugiyarto

TRIBUNNEWS.COM, MAMASA - Kasus pemerkosaan anak di bawah umur di

Kecamatan Tawalian, Kabupaten Mamasa, Sulbar, telah dalam penanganan pihak

kepolsian.

Meski sudah dalam ranah pihak berwajib dan sudah dijadikan tersangka, namun kasus

ini dianggap tabu bagi adat dan kebiasaan masyatakat setempat Dengan demikian,

kasus ini masih akan ditangani oleh pihak tokoh adat di wilayah tempat kejadian itu

Pasalnya, korban yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP dan berumur 17 tahun,

menjadi korban pemerkosaan ayah, kakak dan sepupunya sendiri. Perlakuan itu dialami

korban sejak masih SD tahun 2016 hingga tahun 2020.Menanggapi kasus ini, Ketua

Lembaga Adat Kabupaten Mamasa, Benyamin Matasak mengatakan, pihaknya telah

menyurat kepada lembaga adat di Kecamatan Tawalian.

"Kita serahkan dulu ke lembaga adat tingkat kecamatan," ungkap Benyamin Matasak,

Rabu (29/1/2020) siang tadi. Alasannya, kata dia, setiap wilayah keadatan di Mamasa,

Page 34: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

masing-masing memiliki kebiasaan. "Jadi tadi pagi saya sudah layangkan surat ke

lembaga adat tingkat kecamatan," tuturnya.

Surat itu, lanjut dia, ditembuskan ke Bupati Mamasa, Kapolres, Kajari. Walaupun

kasus itu sudah ditangan penegak hukum, namun dikatakan, lembaga adat tetap

menjalankan fungsinya, dalam hal pembersihan kampung. Sebab perbuatan itu

dianggap sangat merusak tatanan masyarakat di sekitarnya. Menurut Benyamin, pada

umumnya sesuai kebiasaan orang Mamasa, tokoh adat membersihkan kampung

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

6. Berita ini tidak menyebutkan nama korban

yang masih tergolong anak (17 tahun).

Lokasi kejadian disebutkan pada tingkat

kecamatan dan kabupaten. Nama para

pelaku yang merupakan ayah kandung,

kakak, dan sepupu korban juga tidak

disebutkan. Satu-satunya pihak yang disebut

Namanya adalah Ketua Lembaga Adat

Kabupaten.

Kasus ini selain ditangani oleh pihak

kepolisian juga ditangani oleh Ketua

Lembaga Adat. Karena itu, Ketua Lembaga

Adat menembuskan suratnya kepada

Bupati, Kapolres, dan Kajari.

Berita ini memenuhi

PPRA. Sesuai dengan

panduan PPRA nama

tersangka pelaku yang

masih berhubungan

keluarga tidak boleh

disebutkan namanya.

Namun demikian berita

ini kurang lengkap,

sehingga menimbulkan

kebingungan pembaca.

Peristiwa yang

berlangsung selama

empat tahun ini

bagaimana sampai tidak

diketahui oleh anggota

keluarga lainnya, seperti

ibu korban. Kapan saja

waktu-waktu kejadian

ini tidak dijelaskan.

Apakah pada saat

perkosaan terjadi di

rumah ini tidak ada

orang lain lagi selain

ketiga tersangka?

Page 35: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Karena itu, meski

mengikuti PPRA, berita

ini pada judul cenderung

sensasional.

Berkenaan dengan

hukum adat, wartawan

tidak menjelaskan

sanksi yang diberikan

oleh hukum adat

terhadap pelanggaran

susila seperti ini.

Padahal dalam judul

wartawan menyebutkan

bahwa sanksi hukum

adat lebih ngeri.

Ilustrasi foto yang

digunakan sama dengan

foto yang digunakan

pada berita no 2. Hal ini

menunjukkan redaksi

kurang memperhatikan

estetika.

7. Berita Dimuat Pada Kamis, 30 Januari 2020 Pukul 12:07 WIB

https://www.tribunnews.com/metropolitan/2020/01/30/kasus-remaja-dijadikan-budak-

seks-disiksa-dicekoki-miras-dan-dipaksa-layani-4-pria-sehari

Page 36: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Ilustrasi

Judul : Kasus Remaja Dijadikan Budak Seks: Disiksa, Dicekoki Miras dan

Dipaksa Layani 4 Pria Sehari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktik prostitusi yang melibatkan

wanita di bawah umur di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan terbongkar. Salah

satu korban praktik mesum tersebut adalah remaja putri berinisial JO (15). Dia dijual

kepada para lelaki hidung belang melewati aplikasi Michat oleh para tersangka, yaitu

NA (15), MTG (16), ZMR (16), JF (29), dan NF (19). Tidak hanya eksploitasi seksual,

JO juga mengalami penyiksaan dari para tersangka dari mulai dipukul, digigit, tangan

diikat, hingga dipaksa minum minuman keras. Penyiksaan yang dialami JO selama

disekap akhirnya berakhir ketika polisi menggerebek Tower Jasmine di apartemen

bersangkutan pada 23 Januari 2020. Melansir Kompas.com, berikut beberapa fakta

terkait kasus ini, di antaranya mengenai korban disiksa oleh tersangka yang juga anak-

anak.

JO disiksa oleh tersangka yang juga sesama anak–anak

Kapolresta Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Bastoni Purnama mengatakan, JO

(15), korban eskploitasi anak di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan, juga

mengalami penyiksaan oleh anak-anak lain. Tidak hanya diperdagangkan, JO sering

dianiaya dengan cara digigit dan dipukul.

Bahkan JO dipaksa menenggak minuman keras.

Anak yang melakukan tindak kekerasan tersebut adalah ZMR (16), NA (15), AS (17),

dan MTG (16). "AS dia memberikan minuman vodka dan ginseng, merekam korban

JO dalam keadaan tanpa busana. Pelaku MTG mengikat korban JO juga mengolah hasil

transaksi," kata Bastoni di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Rabu (29/1/2020).

Sedangkan ZMR berperan ikut menjual korban kepada hidung belang lewat aplikasi

Michat. Penyiksaan itu dilakukan atas dasar perintah dari pelaku JF (29) dan NF (19).

Akibatnya, JO mengalami luka gigitan di bagian punggung, sundutan rokok, memar di

sekujur tangan, hingga mimisan. Meski demikian, anak-anak yang terlibat dalam kasus

tersebut juga ditetapkan sebagai korban oleh polisi. Pasalnya, mereka juga jadi korban

eksploitasi oleh dua orang tersangka JF dan NF. "Mereka juga dijajakan pelaku," ucap

Bastoni.

Peran para tersangka dalam menyiksa JO

Page 37: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Dalam jumpa pers, Bastoni menjelaskan peran masing masing tersangka, yakni AS

(17), NA (15), MTG (16), ZMR (16), JF (29), dan NF (19), dalam menyiksa dan

mengeksploitasi JO. "AS bertindak memberikan minuman vodka dan ginseng,

merekam korban JO dalam keadaan telanjang, menyuruh MTG untuk mengikat korban

JO. Dia juga berperan mengelola hasil transaksi," Jelas dia. NA berperan melakukan

kekerasan dengan menggigit lengan, pundak, perut, memukul hidung, serta menjambak

korban. Selanjutnya, giliran MTG yang berperan menampar korban hingga melakukan

hubungan badan sebanyak beberapa kali. "Tersangka ZMR berperan menjual tersangka

lain bernama AS dari November 2019 hingga 21 Januari 2020," ucap Bastoni.

Sedangkan JF berperan menjual korban AS dan JO. Bastoni menambahkan bahwa JF

merupakan kekasih dari AS dan keduanya sempat melakukan hubungan badan.

Terakhir, tersangka NF bertindak sebagai orang yang ikut menjual AS dan

memanfaatkan hasil penjualan tersebut. Para anak perempuan di bawah umur ini

dijajakan lewat aplikasi MiChat kepada para hidung belang

Dipaksa ladeni empat pria hidung belang dalam sehari

Sejak November, JO rupanya telah dinodai oleh banyak lelaki hidung belang. Terang

saja, JO dipaksa melayani empat pria hidung belang dalam sehari. Tidak hanya JO, hal

tersebut juga dialami oleh dua anak perempuan lain berinisial AS (17) dan NA (15)

yang turut menjadi pelaku dalam kasus prostitusi disertai penganiayaan ini. "Rata-rata

korban dipaksa minimal empat pria tiap hari ya," kata Bastoni saat ditemui di Mapolres

Metro Jakarta Selatan, Rabu (29/1/2020). Mereka pun dipatok "tarif" oleh para

muncikari prostitusi anak. Untuk satu kali ajakan kencan, korban "dijual" seharga Rp

350.000-Rp 900.000. Uang tersebut nantinya dibagi untuk membayar sewa kamar di

Apartemen Kalibata City dan sebagainya. "Dari jumlah tersebut, mereka mendapatkan

atau disetorkan ke pelaku Rp 100.000, kemudian Rp 50.000 ke joki, kemudian sewa

apartemen per harinya Rp 350.000," kata dia.

Awal mula JO terjebak dalam lingkaran praktik prostitusi online

JO yang berlatar belakang sebagai remaja perempuan yang putus sekolah awalnya

bertemu dengan salah satu temannya yang juga sebagai tersangka pada 2019. Kepada

JO, tersangka menawari pekerjaan dengan penghasilan yang banyak. JO pun tergiur

dengan ajakan tersebut. Setelah menyetujui ajakan temannya, JO pun ikut ke

Apartemen Kalibata City dengan temannya. Siapa sangka, niat mau mencari nafkah,

JO malah jadi budak seks lelaki hidung belang. "Korban diiming-imingi suatu

pekerjaan, kemudian diimingi uang juga walaupun ternyata kenyataannya mereka

dieksploitasi di media sosial, dipaksa, dilakukan penganiayaan," kata Bastoni.

Pengelola Apartemen Kalibata City bakal diperiksa

Bastoni berencana akan memanggil pengelola Apartemen Kalibata City dalam waktu

dekat terkait kasus prostitusi anak yang terjadi di tempat tersebut. "Ya nanti, kami minta

keterangan (pengelola), termasuk juga pemilik kamar itu nanti kita mintai keterangan.

Apakah yang bersangkutan mengetahui atau tidak," jelas dia. Jika pihak pemilik dan

pengelola mengetahui adanya praktik prostitusi, bukan tidak mungkin keduanya

ditetapkan sebagai tersangka. "Kalau mengetahui, tentunya akan dikenai pidana juga

karena dia turut membantu menyediakan tempat," jelasnya. Hal tersebut menandakan

adanya potensi tersangka baru dari kasus ini. Untuk tersangka yang sudah ada dijerat

Pasal 76 C juncto Pasal 80 UU No 35 Tahun 2004. Pasal 76 ayat 1 juncto Pasal 8 UU

No 35 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak. Tersangka juga dikenakan Pasal 170

KUHP dengan ancaman tujuh tahun penjara. "Dan Pasal 76 Ayat 1 juncto Pasal 8 itu

Page 38: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

menempatkan membiarkan atau menyuruh lakukan secara eksploitasi secara ekonomi

dan atau seksual terhadap anak dengan ancaman 10 tahun penjara," tambah dia.

Respon pengelola Apartemen Kalibata City

Pengelola Apartemen Kalibata City mengecam adanya praktik prostistusi anak di

kawasan tersebut. General Manager Apartemen Kalibata City Ishak Lopung

mengatakan, terjadinya praktik prostitusi tersebut bermula karena kenakalan agen

atau broker. "Seharusnya ini nggak terjadi. Ini karena kenakalan broker yang tidak

bertanggung jawab," kata Ishak saat ditemui di kawasan apartemen, Rabu (29/1/2020).

Dalam hal ini, broker adalah orang yang diminta pemilik unit untuk mencari penyewa.

Ishak menjelaskan, banyak broker tidak resmi yang menyewakan unit secara harian.

"Padahal sudah kita pasang running text dan spanduk kalau hunian ini tidak boleh

disewa harian," ujar dia. Rencananya, pengelola bakal mengumpulkan

seluruh broker pada pekan depan. Namun, Ishak pesimistis broker-broker "nakal" akan

turut hadir. "Tapi kita akan tetap lakukan itu supaya mereka mencegah dan mengimbau

agar tidak melakukan hal itu," jelas Ishak.

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

7. Berita ini tidak menyebutkan nama-nama

para korban yang juga menjadi tersangka.

Ilustrasi menggunakan foto anak remaja

perempuan dengan wajah menunduk.

Penyiksaan dikisahkan secara detil sesuai

dengan keterangan Kapolres Jakarta Selatan

yang menangani kasus ini.

Lokasi kejadian di apartemen Kalibata City,

meski tidak disebutkan blok atau towernya.

Berita ini mematuhi

PPRA. Dibandingkan

dengan berita-berita lain

di Tribunnews.com,

berita ini tergolong lebih

panjang dan detil, serta

menerapkan prinsip

meliput kedua belah

pihak (cover both sides).

Dalam hal ini pengelola

Kalibata City yang

merupakan tempat

kejadian perkara (TKP)

ikut dimintai pendapat.

Kronologi kejadian

ditulis berurutan.

Namun demikian, berita

ini masih belum jelas

karena penyusunan

kalimat yang kurang

Page 39: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

baik. Misalnya dalam

kalimat, “Selanjutnya,

giliran MTG yang

berperan menampar

korban hingga

melakukan hubungan

badan sebanyak

beberapa kali.” Dalam

berita ini tidak

disebutkan MTG adalah

laki-laki, sehingga

membingungkan

pembaca.

8. Berita Dimuat Pada Kamis, 30 Januari 2020 Pukul 13:21 WIB

https://www.tribunnews.com/regional/2020/01/30/di-cianjur-8-anak-dicabuli-

ayah-kandung-dan-12-anak-lainnya-oleh-ayah-tiri

Ilustrasi

Judul : Di Cianjur 8 Anak Dicabuli Ayah Kandung, dan 12 Anak Lainnya Oleh

Ayah Tiri

TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Cianjur hingga saat ini sudah menangani

laporan pencabulan terhadap anak sebanyak 8 perkara dilakukan ayah kandung dan 12

perkara dilakukan ayah tiri. Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Page 40: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Cianjur Lidya Indayani Umar,

mengatakan, pelaku pencabulan terhadap anak mayoritas dikakukan oleh orang-orang

terdekat.

"Sejak tahun 2019 - 2020 ini, saya sudah menangani puluhan kasus, di antaranya yang

dilakukan oleh bapak kandung sebanyak 8 perkara, bapak tiri 12 perkara, dan pelaku-

pelaku lainnya juga tidak jauh, seperti tetangga, bahkan saudaranya," kata Lidya, Kamis

(30/1/2020).

Di antaranya, punya istri tapi istrinya bekerja di luar menjadi TKW, nonton film porno,

dan masih banyak faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual.

"Keseringan nonton film porno, itu yang paling utama membahayakan akan terjadinya

kekerasan seksual, dan bagi yang punya istri tapi ditinggal kerja ke luar juga bisa

menjadi pemicu," katanya.

Ia mengatakan, tak hanya pada kekerasan pencabulan saja. Tapi kasus-kasus lain,

seperti sodomi, untuk tahun 2019 saja menurutnya sudah menangani 3 kasus korban

sodomi yang dilakukan anak di bawah umur juga.

"Kalau saya tanya ke pelaku, kenapa berbuat seperti itu, ternyata ada sesuatu yang

memang harus ia lakukan," ujarnya. Adapun untuk kasus yang menimpa SA, pihaknya

saat ini akan berupaya membantu proses persalinan SA apakah nantinya akan disesar

atau lahirannya secara normal.

Komisioner KPAI, Ai Maryati, mengatakan, pemerintah sudah seharusnya hadir dan

memberikan jaminan kesejahteraan sosial, pendidikan, dan pendampingan khusus pada

anak yang menjadi korban. "Itu sudah jadi hak dasar, supaya masa depan anak yang

menjadi korban itu terjamin. Tapi yang urgent saat ini ialah pendampingan secara

mental dan psikologis korban. Kami juga akan turun tangan, termasuk berkoordinasi

dengan P2TP2A di Cianjur untuk pendampingan tersebut," katanya.

Kisah Sedih Bocah SD Diculik 4 Tahun

Nasib memilukan yang terjadi pada SA (14) bocah SD di Cianjur belum selesai. Saat

ditemukan SA sudah dalam keadaan memilukan. Kini, faktanya SA bukan lagi seorang

bocah perempuan atau gadis biasanya. Ia menjadi korban tindakan cabul dari Sarif Bin

Memed. SA hamil 9 bulan di usianya yang masih belia akibat digagahi Sarif. Tentu saja

kejadian ini sangat menjadi sorotan, dan mestinya mengundang perhatian masyarakat.

Kini setelah ditemukan, nasib SA tak cukup membuatnya kembali pada keadaannya

semula.

Berikut ini fakta-fakta nasib SA dan keluarganya yang memilukan:

1. Awal Mula SA Hilang

Kejadian nasib memilukan datang itu bermula dari SA yang hilang. Seperti dijelaskan

sebelumnya, SA merupakan bocah SD kelas 2 yang hilang empat tahun silam. SA

diculik Sarif pada 2016, dan baru ditemukan pada 23 Januari 2020. Keberadaan SA dan

Sarif terendus dari laporan warga. Empat tahun lamanya SA lantas menjadi budak nafsu

dari perilaku dewasa Sarif. SA disekap dan tak diizinkan keluar dari rumah Sarif di

Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur. Keberadaan mereka pun dirasa warga

cukup meresahkan. Sarif hidup dalam satu rumah tanpa diketahui hubungannya dengan

SA.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

2. Keluarga Mencari SA Berkoban Harta

Sejak SA hilang tentu saja orangtua mana yang khawatir. Kejadian nasib memilukan

datang itu bermula dari SA yang hilang. Seperti dijelaskan sebelumnya, SA merupakan

bocah SD kelas 2 yang hilang empat tahun silam. SA diculik Sarif pada 2016, dan baru

ditemukan pada 23 Januari 2020. Keberadaan SA dan Sarif terendus dari laporan warga.

Empat tahun lamanya SA lantas menjadi budak nafsu dari perilaku dewasa Sarif. SA

disekap dan tak diizinkan keluar dari rumah Sarif di Kecamatan Naringgul,

Kabupaten Cianjur. Keberadaan mereka pun dirasa warga cukup meresahkan. Sarif

hidup dalam satu rumah tanpa diketahui hubungannya dengan SA.

Sejak SA hilang tentu saja orangtua mana yang khawatir. Selama kurang lebih empat

tahun anaknya hilang, keluarga SA kelimpungan. Keluarga SA tak berhenti mencari

keberadaan anaknya itu. Bahkan dalam keadaan kekurangan ekonomi, mereka terpaksa

menjual rumah. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan uang demi mencari SA. Firdaus

bin Umar (47), orangtua SA, bahkan sampai harus meninjam uang kepada bank

keliling. Nahasnya, uang hasil meminjam dari bank keliling justru malah lenyap.

Firdaus ternyata sempat ditipu, uang hasilnya meminjam justru digunakan orang lain

untuk beli tanah. "Saya sudah kehabisan uang dan sudah menjual rumah, saya juga

pinjam ke bank keliling tapi malah ketipu mau dibeliin tanah," kata Firdaus, Selasa

(28/1/2020).

3. Kini Tinggal di Gubuk

Setelah kehilangan rumah hingga tertipu, kini mereka tinggal di sebuah gubuk. Paur

Subag Humas Polres Cianjur, Ipda Budi Setiayuda, mengatakan kondisi korban dan

keluarganya kini dalam kondisi yang memprihatinkan. "Saya mendapat kabar kondisi

terakhir korban cukup tertekan, medis menyarankan agar korban disesar karena

umurnya masih muda," ujar Budi di Mapolres Cianjur, Selasa (28/1/2020). "Setelah

dicek ternyata mereka kini tinggal di gubuk karena sudah tak punya rumah," kata Budi.

Kini kepolisian pun menghimbau bagi orang yang ingin membantu SA dapat

menghubungi Polsek Naringgul atau Polres Cianjur. Tempat tinggal keluarga korban

penculikan dan pencabulan di Cianjur (Tribun Jabar/Ferri AM)

4. Kondisi Pilu SA

Kini nasib SA sedang hamil 9 bulan dan tak lama lagi akan melahirkan. Dengan

kondisinya yang tertekan tak memungkinkan SA bisa melahirkan secara normal.

Terlebih ia hamil di usianya yang baru 14 tahun. Akibatnya dari hasil pemeriksaan, SA

harus melahirkan dengan cara sesar. Di samping itu keadaan orangtua SA yang sudah

kurang mampu tak memilki uang untuk membayar biaya persalinan anaknya itu. Bisa

dikatakan sejak SA hilang keluarganya mengalami penderitaan bertubi-tubi. Mereka

bukan saja kehabisan harta benda, tetapi juga kehilangan mahkota anaknya yang

berharga. Entah apa yang di pikiran AS (54), warga Kecamatan Rajapolah, Kabupaten

Tasikmalya itu tega menyetubuhi anak tirinya.

5. Pasrah

Tentu saja dari kejadian yang bertubi-tubi itu keluarga SA sangat sedih. Kini mereka

hanya bisa pasrah, sementara itu menyerahkan proses hukum pelaku Sarif kepada pihak

kepolisian. Sarif dijerat perkara tindak pidana melarikan perempuan yang belum

dewasa dan tidak dengan kemauan orangtuanya atau walinya.

Page 42: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

8. Artikel ini merupakan berita pendapat, yaitu

berita yang bersumber pada pendapat

narasumber. Dari narasumber yang

merupakan Ketua P2TP2A, wartawan

memperoleh kisah gadis SA yang selama

empat tahun hilang dan kemudian

ditemukan telah hamil 9 bulan akibat

diperkosa penculiknya.

Berita ini menyebut identitas korban dengan

singkatan nama. Namun dalam berita ini

nama orang tua korban tertulis jelas.

Berita ini ada yang

melanggar PPRA poin 8,

karena menyebut dengan

jelas nama ayah korban

penculikan dan

pemerkosaan. Meskipun

rumah korban ditulis

pada tingkat kecamatan,

namun di desa karena

masyarakatnya yang

saling kenal, maka

identitas ini

memudahkan orang

untuk melacak identitas

korban.

Judul berita cenderung

sensasional, karena

menyebutkan bahwa di

Cianjur 8 anak dicabuli

ayah kandung dan 12

anak dicabuli ayah

tirinya. Di dalam isi

berita ternyata judul ini

diambil dari data yang

dikemukakan Ketua

P2TP2A Cianjur.

Redaksi hanya

menjelaskan kronologi

kisah salah satu gadis

cilik SA yang diculik

selama empat tahun dan

kini tengah hamil tua.

Page 43: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Untuk mencari anaknya

yang hilang, ayahnya

terpaksa menjual

rumahnya. Kini SA

sekeluarga tinggal di

gubug reot. Sisi

positifnya, dalam berita

ini disebutkan pihak

kepolisian membuka

kesempatan bagi

pembaca yang ingin

membantu keluarga

tersebut melalui kantor

polisi.

9. Berita Dimuat Pada Kamis, 30 Januari 2020 Pukul 16.55 WIB

https://www.tribunnews.com/regional/2020/01/30/cabuli-anak-kandung-dan-

anak-tiri-seorang-pria-di-pontianak-ditembak-polisi

Ilustrasi

Judul : Cabuli Anak Kandung dan Anak Tiri, Seorang Pria di Pontianak

Ditembak Polisi

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Polisi menangkap Abdullah (44) alias Man

Cendol atas dugaan pencabulan anak kandung dan anak tirinya yang berusia 7 dan 13

tahun. Kasat Reskrim Polresta Pontianak Kompol Rully Robinson mengatakan,

penangkapan dilakukan berdasarkan laporan istri tersangka, Selasa (28/1/2020).

"Setelah adanya laporan itu, kami melakukan penyelidikan. Setekah diketahui

keberadaannya, langsung digelar penangkapan," kata Rully kepada Kompas.com,

Page 44: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Kamis (30/1/2020). Namun saat ditangkap Abdullah melawan sehingga harus

dilumpuhkan. Dari hasil pemeriksaan, tersangka mengaku telah sering berhubungan

badan dengan kedua anaknya tersebut.

Residivis kasus pembunuhan

Rully mengungkapkan, bahwa tersangka merupakan residivis pembunuhan yang pada

2007 lalu ditangkap di Jambi. Pada 2015 tersangka ditangkap lagi dengan kasus

berbeda, yakni kasus kekerasan dalam rumah tangga. "Saat ini tersangka sedang

mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar," kata Rully.

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

9. Berita ini tidak menyebutkan dua nama

korban perkosaan yang masih di bawah

umur. Berita ini juga tidak menyebutkan

nama tempat kejadian perkara.

Berita dua alinea ini

mematuhi PPRA.

Kendati demikian

beritanya terlalu singkat,

sehingga pembaca tidak

memperoleh penjelasan.

Redaksi tidak mencoba

mewawancarai ibu

korban mengenai

perilaku sehari-hari

suaminya atau mengenai

kondisi kedua putrinya

pascakejadian tersebut.

Misalnya, apakah kedua

korban mengalami

trauma, sehingga harus

dikonsultasikan ke

psikolog. Berita tidak

semata memaparkan

fakta, tetapi juga

memberikan pencerahan

pada pembaca.

Ilustrasi foto sudah

digunakan dua kali,

Page 45: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

sehingga dari segi

estetika kurang

memenuhi syarat.

10. Berita Dimuat Pada Kamis, 30 Januari 2020 Pukul 19:30 WIB

https://www.tribunnews.com/regional/2020/01/30/anak-di-bawah-umur-asal-

sikka-diusir-dari-kampung-usai-dihamili-sepupu

Koordinator Divisi Perempuan TRUK, Suster Eustochia, SSpS, dan Kepala Dinas

Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Sikka, dr.Berdina Sada Nenu, menyampaikan dalam catatan akhir tahun kasus

kekerasan perempuan dan anak, Kamis (30/1/2020) di Sekretariat TRUK, Maumere,

Pulau Flores

Judul : Anak di Bawah Umur Asal Sikka Diusir dari Kampung Usai Dihamili

Sepupu

TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Seorang anak di bawah umur di salah satu

desa di bagian timur Kabupaten Sikka, Pulau Flores, beberapa waktu lalu dihamili oleh

kerabat terdekat. Bukannya mendapat pembelaan dari warga sekampung, ia bersama

ibunya diusir keluar dari kampung itu. Mereka berlindung di Divisi Perempuan Tim

Relawan Untuk Kemanusiaan (TRUK) di kompleks Biara Susteran SSpS, Kota

Maumere, Pulau Flores. "Bapaknya sudah meninggal. Dia dihamili oleh sepupunya.

setelah hamil diusir oleh keluarganya dan masyarakat dari kampung itu," kata

Koordinator Divisi Perempuan TRUK, Suster Eustochia, SSpS, kepada wartawan

dalam catatan akhir tahun 2019 kasus kekerasan perempuan dan anak, Kamis

(30/1/2020) di Sekretariat TRUK, Maumere.

Suster Eustochia menuturkan korban tidak boleh tinggal di sana, dianggap aib dan

bawa bencana untuk kampung. Bersama TRUK, kata Suster Esho, mereka menemui

kepala desa setempat. Jawaban kepala desa mengejutkanya, menyatakan adat di

kampung itu mengharuskan perempuan yang hamil harus keluar dari kampung.

Kampung akan mendapat bala, panas, hujan dan bencana lain. Semestinya, kata Suster

Estho, pria yang menghamili perempuan di bawah umur ini diusir. "Dia sudah jadi

korban dikorbankan lagi. Kami bertemu kepala desa, polisi dan ancam laporkan Kades

kepada bupati, akhirnya dia mau selesaikan," ujar Suster Estho. Korban diberikan

sebidang tanah dari orangtua pria yang menghamiliinya. Pada lahan berada di desa itu

Page 46: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

dibangun rumah untuk dihuni bersama ibunya. Pendirian rumah didanai oleh TRUK

bersumber dari donatur.

"Kami beli semua bahan bangunan muat ke kampung. Akhirnya warga bersama-sama

kerja bangun rumahnya. Mereka sudah tempati rumahnya," ujar Suster Estho. Menurut

Suster Estho, kondisi yang menimpa perempuan ini tidak boleh dibiarkan terus-

menerus berlangsung, anak dan perempuan korban kekerasan diusir dari kampung.

Berita Evaluasi Penerapan PPRPA Kesimpulan

10 Berita ini tidak menyebutkan nama

korban. Penyebutan tempat tinggalnya

pun disamarkan. Wartawan hanya

menulis di salah satu desa di

Kabupaten. Dengan demikian orang

tidak mudah melacak keberadaan

korban.

Berita sudah mematuhi

PPRA yang mewajibkan

wartawan merahasiakan

identitas anak. Wartawan

menambahkan keterangan

dengan mewawancarai LSM

TRuK (Tim Relawan untuk

Kemanusiaan) di Maumere,

Flores. Dalam

penjelasannya, suster pegiat

TRuK memprotes kebijakan

Kepala Desa yang

mengharuskan korban keluar

dari kampung, karena

menurut adat anak

perempuan yang hamil di

luar nikah akan membawa

bala (musibah) di kampung

tersebut.

Berkat perjuangan TRuK,

orang tua tersangka pelaku

perkosaan memberikan

sebidang tanah kepada

korban. Para donatur TRuK

juga memberikan

sumbangan untuk membeli

rumah rakitan. Kini, korban

dan keluarganya tinggal di

rumah tersebut.

Keterangan seperti ini

menginspirasi pembaca,

bahwa jika ada pihak lain

yang gigih membantu

korban, pihak-pihak yang

mengabaikan hak

perempuan dan anak

akhirnya akan patuh.

Page 47: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

11. Berita Dimuat Pada Jum’at, 31 Januari 2020 Pukul 07:39 WIB

https://mataram.tribunnews.com/2020/01/31/9-pria-paruh-baya-ditangkap-di-

cianjur-cabuli-bocah-di-bawah-umur-korban-termuda-6-tahun

Para tersangka kasus pencabulan yang diekspos jajaran Polres Cianjur, Jawa Barat,

kemarin. Sedikitnya ada sembilan tersangka dalam perkara medio Mei-Desember

2019 itu.

Judul : 9 Pria Paruh Baya Ditangkap di Cianjur Cabuli Bocah di Bawah Umur,

Korban Termuda 6 Tahun

TRIBUNMATARAM.COM - Sembilan tersangka kekerasan seksual pada anak di

bawah umur ditangkap, korban termuda 6 tahun. Polisi berhasil mengungkap 9 kasus

kekerasan seksual pedofilia di Cianjur yang melibatkan 9 tersangka paruh baya. Ke-9

pria paruh baya tersebut melakukan aksi bejatnya didasari karena beberapa faktor mulai

dari kesepian, penyimpangan sosial, hingga pengaruh video porno. Jajaran Kepolisian

Resor Cianjur, Jawa Barat, mengungkap sembilan kasus kekerasan seksual terhadap

anak di bawah umur. Para tersangka, masing-masing S, R, AS, NO, JR, AH, SA, AR,

dan MAS diamankan dari sejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur, pada medio Mei

hingga Desember 2019. Satreskrim Polres Cianjur AKP Niki Ramdhany

mengungkapkan, modus para tersangka adalah bujuk rayu hingga mengancam korban

demi bisa menyalurkan hasrat bejat mereka. "Para korban dalam perkara ini semuanya

di bawah umur. Ada yang berusia 16 tahun hingga yang baru berumur enam tahun,"

kata Niki kepada Kompas.com, Jumat (31/01/2020).

Disebutkan, antara pelaku dengan korban saling kenal satu sama lain, bertetangga,

bahkan ada yang punya hubungan saudara dan kerabat. "Namun, (pelaku) tidak ada

hubungan darah, seperti saudara atau ayah kandung," ucap dia. Dikatakan, pelaku

didominasi pria paruh baya, dipicu berbagai faktor, mulai dari kesepian, hasrat seksual

yang tidak bisa disalurkan, hingga orientasi seksual pedofil. "Namun, rata-rata akibat

pengaruh video porno," ucapnya. Jajarannya sendiri memberikan atensi terhadap

kasus pencabulan dan persetubuhan di bawah umur yang cenderung tinggi di

Kabupaten Cianjur ini. "Karenanya, kita akan tindak tegas pada pelakunya, dan kita

jerat dengan ancaman hukuman maksimal," kata Niki. Para tersangka ini dijerat dengan

Undang-undang Perlindungan Anak dan KUHPidana dengan ancaman maksimal 15

tahun penjara.

Page 48: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

11 Berita bersumber dari keterangan pers

Kepolisian Reor Cianjur yang baru

menangkap pelaku sembilan orang

pedofilia.

Berita ini tidak

melanggar PPRA, karena

tidak menyebutkan nama

anak korban kejahan

seksual. Wartawan

menuliskan penjelasan

polisi mengenai

penyebab pria-pria

setengah baya yang

melecehkan anak-anak

di bawah umur. Juga

ancaman hukuman

terhadap para tersangka

pelaku. Tulisan semacam

ini memberikan

pengetahuan pada

pembaca. Akan lebih

baik lagi jika wartawan

mewawancarai sosiolog

untuk memberikan

penguatan terhadap

peran keluarga dalam

melindungi anak-anak

dari kejahatan pelecehan

seksual.

12. Berita Dimuat Pada Kamis, 13 Februari 2020 Pukul 13:20 WIB

https://www.tribunnews.com/regional/2020/02/13/viral-siswi-smp-dibully-

temannya-pelaku-kini-ditetapkan-jadi-tersangka-dijerat-pasal-pengeroyokan

Page 49: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Video berdurasi 28 detik ini menunjukkan aksi bullying anak SMP terhadap

temannya

Judul: VIRAL Siswi SMP Dibully Temannya, Pelaku Kini Ditetapkan jadi

Tersangka, Dijerat Pasal Pengeroyokan

TRIBUNNEWS.COM - Polisi menetapkan tiga siswa SMP di Kabupaten Purworejo,

Jawa Tengah, yang merupakan pelaku bullying terhadap seorang siswi sebagai

tersangka. "Tiga pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka hari ini," kata Kabid Humas

Polda Jawa Tengah Kombes Pol Iskandar F Sutisna saat dikonfirmasi di Semarang,

Kamis (13/2/2020). Kasus dugaan perundungan berupa penganiayaan terhadap salah

seorang siswa SMP tersebut ditangani oleh Polres Purworejo.

Iskandar menyebut, para pelaku dijerat dengan Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan.

Peristiwa perundungan itu terungkap setelah video penganiayaan terhadap seorang

siswi SMP di Kecamatam Butuh, Kabupaten Purworejo, tersebut beredar di media

sosial. Dalam video tersebut, tiga siswa laki-laki memukuli dengan tangan, gagang

sapu, dan menendang seorang siswi yang diduga terjadi di dalam ruang kelas. Siswi

yang dipukuli tampak diam saja sembari memegang perutnya yang terlihat kesakitan.

Sementara itu, ketiga siswa SMP tersebut senyum semringah saat menganiaya siswi

tersebut. Dari keterangan pelaku yang diperiksa oleh polisi, peristiwa itu diduga

dilatarbelakangi rasa sakit hati ketiganya yang dilaporkan oleh korban kepada gurunya.

Korban mengadu kepada gurunya karena sempat dimintai uang oleh para pelaku.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo bereaksi terkait hal itu. Ia meminta agak pihak

sekolah segera menyelesaikan persoalan itu. Namun, Ganjar juga minta ketiga pelaku

perundungan diberikan konseling.

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

12. Berita ini tidak membuka identitas korban

dan para tersangka pelaku, baik identitas

nama maupun sekolahnya. Penyebutan

tempat kejadian perkara juga pada tingkat

kabupaten, sehingga sulit dilacak. Berita

mengutip keterangan polisi mengenai

Berita ini tidak

melanggar

PPRA.Wartawan

mengutip saran

Gubernur Jawa Tengah

agar pihak sekolah

menyelesaikan masalah

Page 50: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

ancaman hukuman terhadap para tersangka

pelaku.

ini, namun tetap

memberikan konseling

pada para tersangka

pelaku. Dengan

menambahkan

keterangan ini, pembaca

memperoleh

pemahaman bahwa para

tersangka pelaku adalah

anak-anak, sehingga

perlu diperhatikan masa

depannya.

13. Berita Dimuat Pada Kamis, 13 Februari 2020 Pukul 08:48 WIB

https://www.tribunnews.com/nasional/2020/02/13/bullying-siswi-smp-di-

purworejo-masih-hangat-kini-beredar-video-wakasek-pukuli-siswa-di-sma-

bekasi

Ilustrasi

Judul : Bullying Siswi SMP di Purworejo Masih Hangat, Kini Beredar Video

Guru Pukuli Siswa di SMA Bekasi

TRIBUNNEWS.COM - Dunia pendidikan di Indonesia tengah diwarnai kabar kurang

baik akhir-akhir ini. Bukan karena prestasi, tapi kabar perundungan (bullying) hingga

pemukulan menjadi perbincangan masyarakat. Masih hangat kasus perundungan siswi

SMP di Purworejo, Jawa Tengah yang dilakukan oleh sejumlah siswa, kini beredar

video pemukulan murid oleh seorang guru di sebuah SMA di Bekasi, Jawa Barat. Video

yang viral di media sosial menunjukkan seorang guru secara berulang kali melayangkan

pukulan kepada seorang siswa yang disebut melakukan pelanggaran. Lokasi pemukulan

terlihat berada di halaman sekolah. Pemukulan pun dilakukan di depan sejumlah murid

dan guru lain.

Page 51: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Video tersebut diunggah akun Twitter @namaku_mei, Rabu (12/1/2020). Pemukulan

tersebut diungkapkan terjadi di SMAN 12 Kota Bekasi.

"INFO Guru Kesiswaan SMA 12 Kota Bekasi murid tidak pakai IKAT PINGGANG

Kejadian hari ini sekitar 11.30

Info dari Murid yang lain sudah sering Guru itu melakukan kekerasan cuma Murid

takut untuk melapor, di ancam di keluarkan dari Sekolah.

Saksi-saksinya banyak," tulisnya.

Twitter @Namaku_Mei

Unggahan tersebut telah dibagikan ulang lebih dari 3.500 kali.

Menjabat Wakil Kepala Sekolah

Oknum guru berinisial I tersebut rupanya menjabat wakil kepala sekolah bagian

kesiswaan di SMAN 12 Kota Bekasi. Dilansir Kompas.com, sanksi pencopotan jabatan

Wakil Kepala Sekolah pun dilayangkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Hal

tersebut diungkapkan Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto saat berkunjung ke sekolah

SMAN 12 Bekasi. "Tentunya ada sanksi yang diberikan, sekolah akan mengambil sikap

sesuai dengan stratanya. Nanti dari Kantor Cabang Dinas Pendidikan Jawa Barat

melihat itu, respons dari provinsi sangat cepat, sanksinya dibebastugaskan," ujar Tri

saat ditemui di SMAN 12 Jakarta, Rabu (12/2/2020). Sementara itu Wakil Kepala

Sekolah Bidang Humas Irna Tiqoh mengatakan, I sudah dicopot dari jabatannya.

"Beliau sudah dinonaktifkan sebagai kesiswaan sudah ada SK dari Jawa Barat, kan dia

tugasnya sebagai wakil kesiswaan," ucap dia.

"Masih (guru dan mengajar), belum tahu kalau sanksi lanjutannya bagaimana," tutur

dia. Sementara itu, I dikenal temperamental dan sangat disiplin. I disebut sudah

meminta maaf dan menyesali perbuatanya sebelum video pemukulan tersebut viral. I

mengaku memarahi anak muridnya karena terlambat. Sementara itu Kepala SMAN 12

Kota Bekasi sudah menemui korban dan keluarganya. Ia meminta maaf atas kasus ini.

Page 52: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

13. Berita tidak menyebutkan nama anak

korban, tetapi menyebut jabatan dan nama

sekolah pelaku kekerasan. Dalam berita ini

wartawan melengkapi keterangan Wakil

Walikota Bekasi tentang sanksi yang akan

diberikan pada pelaku.

Berita ini sesuai dengan

PPRA. Wartawan juga

mewawancarai beberapa

pihak, yakni Wakil

Walikota Bekasi dan

Wakil Kepala Sekolah

SMA 12 Bidang Humas.

Dengan penjelasan dari

pihak-pihak ini pembaca

memperoleh informasi

yang cukup lengkap

berkaitan dengan kasus

kekerasan fisik terhadap

murid.

14. Berita Dimuat Pada Kamis, 13 Februari 2020 Pukul 11:34 WIB

https://www.tribunnews.com/regional/2020/02/13/pria-muarojambi-rudapaksa-

anak-tirinya-di-kebun-dilakukan-saat-tangan-dan-kaki-korban-diikat

Tim Reskrim Polres Muarojambi mengamankan tersangka berinisial S (56), ayah tiri

yang telah melakukan pencabulan terhadap anaknya.

Judul : Pria Muarojambi Rudapaksa Anak Tirinya di Kebun, Dilakukan Saat

Tangan dan Kaki Korban Diikat

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Tindakan cabul oleh ayah tiri kepada anaknya di

Kabupaten Muarojambi dilakukan bukan hanya dengan ancaman tapi juga tindakan

kekerasan fisik. Itulah yang dilakukan oleh S (56), terhadap anak tirinya –sebut saja

Page 53: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Gigi (15) dibuat tak berdaya. Karena S sebelum berbuat tak senonoh mengikat tangan

dan kaki korban.

Kelakuan S itu dibeberkan oleh Kapolres Muarojambi, AKBP Ardiyanto melalui Kasat

Reskrim Polres Muarojambi, Iptu Khoirunnas, Rabu (12/2) sore. "Yang terakhir ini

pelaku mendatangi korban yang lagi di rumah saudaranya. Pelaku marah-marah dengan

alasan bahwa korban sering kabur dari rumah. Korban sempat dipu

kul pada bagian kepala dan badannya saat itu," beber Khoirunnas. S tiga merudapaksa

anak tirinya itu dan terakhir kali aksi dilakukan pada 29 Desember 2019. Dari rumah

saudaranya tersebut, pelaku kemudian pulang ke rumah bersama dengan korban.

Namun, dalam perjalanan, tersangka menyuruh korban untuk turun dan membawa

korban ke dalam kebun sawit.

"Di waktu itulah, pelaku merayu korban untuk melakukan hal tak senonoh, tapi korban

tidak mau dan berontak bahkan sempat berusaha lari tapi berhasil ditangkap oleh

pelaku. Saat itulah korban dianiaya oleh pelaku dengan cara membenturkan badan

korban ke pohon sawit," beber Khoirunnas. Tidak sampai di situ, ayah yang sudah

berkepala lima itu mengikat kaki dan tangan korban.

“Setelah itu pelaku mengancam kepada korban agar tidak menceritakan hal tersebut

kepada orang lain. Pelaku mengancam akan membunuh korban, jika menceritakan hal

itu," ujarnya. Gigi akhirnya memberanikan diri menceritakan peristiwa getir itu kepada

ibunya. Karena sang ibu tidak terima, akhirnya sang ibu melaporkan kejadian tersebut

kepada pihak kepolisian. Namun, sambung kasat reskrim, tersangka melarikan diri. S

akhirnya ditangkap oleh tim Satreskrim Polres Muarojambi pada Selasa (11/2) sekitar

pukul 18.00. Ia dibekuk di Dusun Rimbo Hantui, Desa Muaro Medak, Kecamatan

Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Menurut polisi, pelaku merudapaksa Gigi pertama kalai pada awal Desember 2019

dan dilakukan di kebun karet. Kedua pada pada pertengahan Desember di perkebunan

sawit. Korban tidak berani mengungkapkan pada keluarganya karena mendapat

ancaman dari tersangka. "Tersangka ancam akan membunuh korban jika mengungkap

perbutannya kepada orang lain," pungkasnya. Ia menyebutkan tersangka diduga

melakukan kekerasan dengan ancaman dan dikenakan Pasal 76 D Jo Pasal 1 ayat (1),

(2) dan (3) UU nomor 23 Tahun 2002 tetang Perlindungan Anak.

"Sudah kita lakukan penahanan terhadap pelaku dan sudah kita tetapkan sebagai

tersangka, pasal yang disangkakan bahwa tersangka melakukan kekerasan terhadap

anak dengan memaksa melakukan persetubuhan," jelas Khoirunnas. (Samsul Bahri)

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

14. Berita ini tidak menuliskan nama korban

dengan jelas. Tempat tinggal korban juga

tidak disebutkan. Berita ini cukup jelas

dalam menggambarkan kronologi kejadian.

Juga pasal-pasal yang menjerat tersangka

pelaku cukup detil.

Berita ini mematuhi

PPRA. Meski demikian,

wartawan tidak

menambahkan

wawancara dengan

pihak keluarga korban

Page 54: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

untuk mendapatkan

keterangan mengenai

penanganan terhadap

korban pascakejadian.

Keterangan seperti ini

penting karena

wartawan seharusnya

tidak sekadar

memaparkan kasus

perkosaan dari

pertimbangan jumlah

angka semata.

Berita 14. FAKTA TERBARU! Inilah Pengakuan Siswi Korban Bullying di

Purworejo, Mengeluh Badan Sakit Semua

Kamis, 13 Februari 2020 15:17 WIB

Istimewa/Tribunjateng.com

Screenshot video aksi bully siswi oleh siswa di SMP Muhammadiyah Butuh Purworejo, belum lama ini

TRIBUNNEWS.COM - Kasus penganiayaan terhadap CA, siswi Kelas 8

SMP Muhammadiyah Butuh Kabupaten Purworejo mengundang perhatian banyak

kalangan.

Kasus itu kini telah ditangani pihak Kepolisian. Pengungkapan kasus itu berawal dari

beredarnya video yang memerlihatkan aksi kekerasan terhadap seorang siswi oleh

beberapa siswa atau teman lelakinya di kelas. Siswi yang belakangan diketahui adalah

CA itu terlihat pasrah dipukuli sembari duduk dan nenangis tersedu. Paska kejadian itu,

Kamis (13/2/2020) pagi, aktivitas sekolah yang berada di desa itu masih normal. Para

Page 55: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

siswa masih aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Tetapi tidak dengan korban CA,

maupun para pelaku yang tidak lagi tampak di sekolah.

Di luar kelas itu, pejabat dari pemerintah kabupaten maupun provinsi dan awak media

memadat. Rumah korban, CA tidak jauh dari tempat itu rupanya. Rumah sederhana di

pinggir jalan kampung itu sontak ikut dipadati orang.

Di ruang tamu rumah itu, CA dipeluk erat budenya, Nuryani. CA terus menangis

sembari menyembunyikan mukanya di pelukan budenya. Nuryani berusaha

menguatkan, meski ia sendiri tampak tak kuat menahan kesedihan. Nuryani sama sekali

tak menyangka, ada yang tega berbuat jahat terhadap keponakannya. Terlebih,

perbuatan itu dilakukan teman-temannya CA sudah berulang kali. Nuryani sama sekali

tak menyangka, ada yang berbuat jahat terhadap keponakannya.

Ia sendiri mengaku baru tahu peristiwa itu usai melihat video yang viral di media sosial.

"Saya baru tahu ya kemarin pas lihat videonya itu,"katanya Nuryani tentu saja kaget

dengan kejadian ini. Meski ia mengaku telah mengetahui lama keponakannya itu biasa

mendapat perlakuan tak baik dari teman-temannya.

Siswi di-bully oleh 3 siswa di Purworejo (istimewa)

Tetapi sebelumnya ia hanya mengira itu adalah kenakalan biasa. CA ternyata sudah

cukup lama mengeluhkan kenakalan teman-temannya di sekolah terhadapnya. Sekitar

empat bulan lalu, CA pernah mengeluh ke Nuryani sempat dipukuli temannya. CA juga

sering mengeluhkan badannya yang terasa sakit atau pegal-pegal. Tetapi kala itu ia tak

melihat langsung kejadian yang sebenarnya. Nuryani merasa iba, tapi tak bisa berbuat

banyak karena tak punya bukti keponakannya disakiti.

"Bude awakku loro kabeh (badan saya sakit semua). Aku ditendangi kancane (saya

ditendang teman) di sekolahan," ujar Nuryani menirukan keluhan CA dalam bahasa

Jawa

Page 56: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Sebagai keluarga, Nuryani pun ikut geram mendengar curahan hati kemenakannya. Ia

pun sempat menanyai CA perihal alasan teman-temannya menjahatinya. Barangkali,

keponakannya membuat masalah lebih dulu yang menyebabkan ia dianiaya.

"Lha kok iso, opo siro nakal? Ora bude, koncoku nakal kabeh (Kok bisa, apa kamu

nakal? Tidak bude, teman saya nakal semua)," kata Nuryani mengulang percakapannya

dengan CA kala itu.

Editor: Whiesa Daniswara

Berita Evaluasi Penerapan PPRA Kesimpulan

15 Berita ini merupakan berita lanjutan (follow

up news) dari kasus bullying siswi SMP di

Purworejo. Melalui berita ini pembaca

mendapatkan gambaran bahwa

sesungguhnya korban telah lama mendapat

perlakuan semena-mena dari kawan-

kawannya. Sayangnya, pengakuan korban

pada budenya tidak ditindaklanjuti dengan

melaporkan perlakuan yang tidak wajar ini

kepada pihak sekolah, Hingga akhirnya

terjadi peristiwa tragis yang viral di media

sosial.

Berita ini mengikuti

PPRA, sehingga nama

korban dan para pelaku

perisakan tidak ditulis

jelas.

Informasinya

memberikan gambaran

mengenai apa yang

dilakukan teman-teman

korban. Ada pelajaran

yang bisa dipetik dari

berita lanjutan ini. Jika

anak menerima

perlakuan yang tidak

wajar dari temannya,

orang tua harus

melaporkan pada kepala

sekolah atau gurunya.

4.2. Pembahasan

Tugas media massa menurut McQuail (2005) adalah memproduksi dan

mendistribusikan konten simbolik dan partisipasi yang bersifat profesional,

terarah dan bebas nilai kepentingan.

Page 57: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Kekerasan terhadap anak yang dilakukan orang dewasa terdekat, seperti

ayah, kakak, atau guru yang belakangan ini marak menjadi pemberitaan media

jelas bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak.

Media dalam menginformasikan peristiwa ini mengontruksikan realitas.

Media massa menyusun realitas dari peristiwa kekerasan anak, sehingga menjadi

wacana yang mempunyai makna. Konstruksi realitas ini, seperti dikatakan

Hamad (2004) dan Badara (2012) mengutip Berger dan Luckman, melewati

tahapan-tahapan mulai dari objektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi. Sebagai

konstruktor, wartawan mempersepsikan realitas kekerasan anak, kemudian

menginternalisasikan hasil pemaknaannya melalui persepsi ini ke dalam dirinya.

Dari proses internalisasi ini ia mengonseptualisasikan objek yang dipersepsinya.

Pada tahap akhir, ia mengeksternalisasi hasil proses perenungan secara internal

melalui pernyataan dan pertanyaannya.

Menurut pandangan kaum konstruksionis, dalam mengeksternalisasikan

realitas media tidak selamanya netral. Media bukan saluran yang bebas, karena

media juga menjadi subjek yang mengkonstruksikan realitas, lengkap dengan

pandangannya yang mungkin bias dan muncul pemihakannya pada satu pihak

(Eriyanto, 2002).

Berdasarkan penjelasan di atas, tampak bahwa Tribunnews.com dalam

menulis kekerasan anak wartawan mengonstruksikan anak sebagai mahluk yang

lemah, sedangkan orang-orang dewasa di sekitarnya yang berdaya acuh tak

acuh. Ketidakpedulian orang-orang dewasa di sekitarnya ini bisa jadi

menyebabkan peristiwa kekerasan anak terus terjadi.

Page 58: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Wartawan juga cenderung menulis peristiwa kekerasan anak dalam berita

lempang (straight news) yang sangat singkat, sehingga kelengkapan

informasinya kurang. Unsur why (mengapa) peristiwa kekerasan anak bisa

terjadi tidak pernah dibahas atau ditelusur. Mengingat anak berhak mendapat

perlindungan, seharusnya peristiwa kekerasan tidak boleh terjadi. Orang-orang

dewasa di sekitar anak seharusnya melindungi anak-anak. Namun sering terjadi

kekerasan terhadap anak justru dilakukan oleh orang-orang terdekat, seperti

ayah, ibu, dan paman.

Judul berita terkadang tidak sesuai dengan isinya. Judul seperti ini tampak

hanya membuat pembaca penasaran, sehingga tertarik untuk mengeklik. Pada

isi berita wartawan masih menggunakan istilah “menggauli” sebagai kata lain

memperkosa. Pemilihan istilah ini mungkin maksudnya untuk memperhalus

kata, namun penghalusan kata untuk perbuatan yang buruk justru bisa dianggap

merupakan manipulasi fakta.

Kendati masih terdapat kekurangan di dalam penulisan pada isi berita,

wartawan dalam menuliskan berita kekerasan anak sudah mematuhi Pedoman

Pemberitaan Ramah Anak. Wartawan tidak membuka identitas korban. Ini

menunjukkan bahwa wartawan Tribunnews.com memahami panduan tersebut,

berupaya menyembunyikan identitas anak dengan baik.

Mengenai hal ini, Yulis Sulistyawan1, General Manager sekaligus

Content Manager Tribunnews.com, menjelaskan bahwa semua wartawan yang

ke lapangan sudah mendapat arahan tentang apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan dalam menulis tentang anak.

1 Yulis Sulistyawan mengungkap hal ini dalam wawancara melalui telepon pada 1 Mei 2020.

Page 59: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

“Dalam pertemuan pimpinan Tribunnews di Solo pada 2018, kami

membahas semua permasalahan redaksi, termasuk soal pemberitaan tentang

anak. Jika Dewan Pers masih menemukan beberapa kekurangan pada berita

kami, itu mungkin karena editornya lengah, karena banyaknya berita yang

ditangani,” ungkap Yulis.

Tentang penulisan berita yang pendek, Yulis menambahkan, hal itu sesuai

dengan format media digital. “Peristiwa itu terus berjalan. Pembaca tidak hanya

membutuhkan kecepatan informasinya, tetapi juga kelengkapannya. Karena itu,

kami terus meng-update beritanya dan menyediakan halamannya,” lanjut Yulis.

Sejalan dengan pendapat Yulis, Priyambodo RH2, Ombudsmen

Multimedia LKBN Antara menjelaskan, Search Engine Optimation (SEO) yang

menjadi dasar click bait membuat tata kelola informasi di jalur jurnalisme

memiliki mandat akurat-cepat-lengkap dalam satu berita. Hal itu bisa diatasi

antara lain dengan melatih para pengelola konten/isi pesan agar mampu

mengelola situs web/laman/medsos)-nya secara running news atau minimal well

inform. Running news seibarat lari estafet. Karenanya, pengelola konten harus

secara rutin menyambung informasi yang sudah disampaikannya, sehingga pada

bagian akhir ada round up yang akurat dan lengkap. Paling lambat enam jam

setelah informasi awal diunggah.

Priyambodo menyarankan agar pengelola situs web harus fokus pada

suatu isu. Jika ia terlalu banyak mengelola isu, maka bisa kebingungan. Lebih

dari 75% media siber produknya merupakan sharing/forward info dari pihak

lain. Sekarang sudah lumrah jika wartawan mengutip media sosial sebagai

2 Priyambodo RH menjelaskan hal ini dalam wawancara pada 13 April 2020 di Jakarta.

Page 60: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

narasumbernya. Padahal seharusnya beritaseperti ini masuk ke kategori siaran

pers, bukan sebagai berita hasil liputan atau reportase.

Mengenai judul berita kekerasan anak yang terkesan sensasional,

Kamsul Hasan3, Ketua Kompetensi Uji Komptensi Wartawan PWI Pusat

menyatakan bahwa hal ini merupakan click bait. Click bait adalah suatu teknik

memikat pembaca dengan membuat judul yang menjadikan orang penasaran,

sehingga ingin mengklik berita tersebut.

“Kasus asusila dan kekerasan anak termasuk berita yang tinggi

peminatnya. Karena itu redaksi mengumpan pembaca dengan judul-judul yang

sensational, agar orang mengklik berita tersebut, setidaknya empat kali,” lanjut

Kamsul.

Kamsul melihat click bait diterapkan hampir oleh semua media siber.

Padahal seharusnya media siber berbadan hukum bisa lebih baik dalam menulis,

mau mengikuti etika dan rambu-rambu yang ada. Dalam kasus perisakan di

SMP Purworejo, Jawa Tengah, misalnya, banyak media siber yang seolah

berlomba-lomba membuka identitas anak yang seharusnya dirahasiakan.

“Wartawan tidak dilarang memberitakan kekerasan anak. Hanya dalam

menulis wartawan tidak cukup hanya memahami Kode Etik Jurnalistik, tetapi

juga wajib mempelajari UU SPPA dan PPRA yang menjelaskan mekanisme

dalam memberitakan kasus anak berhadapan dengan hukum. Larangannya satu,

membuka identitas anak,” tegas Kamsul.

3 Kamsul Hasan menyampaikan hal ini pada saat wawancara di Jakarta pada 16 Februari dan 18 April

2020.

Page 61: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

BAB V

PENUTUP

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan diskusi di atas peneliti menyimpulkan bahwa Tribunnews.com dalam

memberitakan kekerasan anak telah menataati PPRA. Sekalipun demikian dari segi

standar jurnalistik, berita-berita dalam media ini kurang mendalam, karena redaksi menulis

dalam bentuk berita langsung (straight news) yang sangat singkat. Selain itu, berita-berita

kekerasan anak yang singkat dan muncul hampir setiap hari terkesan seperti pencatatan

statistik belaka. Redaksi tidak mengupayakan untuk menulis secara lebih mendalam

dengan mewawancarai keluarga korban untuk menggali penyebab kelalaian mereka di

dalam melindungi anak.

Redaksi juga belum berpihak pada anak. Hal ini tampak dari belum adanya upaya

untuk menghasilkan tulisan yang berempati pada anak yang tercermin pada judul berita

yang terkadang sensasional dan tidak sesuai dengan isi berita. Redaksi ada kalanya

menggunakan menggunakan istilah menggauli untuk mengganti kata pemerkosaan,

sehingga terkesan menganggap perkosaan sebagai tindakan yang setara dengan bergaul.

Redaksi Tribunnews.com dalam menulis kekerasan anak mengontruksikan anak

sebagai mahluk yang sangat lemah, sedangkan orang-orang dewasa di sekitarnya,

termasuk ibu atau ayahnya, acuh tak acuh. Ketidakpedulian orang dewasa ini bisa jadi

merupakan penyebab peristiwa kekerasan anak yang terus terjadi.

5.2. SARAN

Untuk penelitian selanjutnya yang sejenis disarankan untuk menggunakan analisis

wacana kritis dari van Dijk untuk melihat bagaimana anak-anak diberitakan. Analisis ini

akan melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana.

Page 62: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Pada pihak redaksi Tribunnews.com untuk menulis peristiwa kekerasan anak

dalam bentuk tulisan feature, agar lebih dapat menggali unsur mengapa (why). Dengan

demikian tulisan menjadi lebih komprehensif dan mendalam, sehingga menyentuh hati

pembaca untuk peduli pada anak dan masa depannya.

Page 63: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

DAFTAR RUJUKAN

Andini, Thatit Manon dkk. Identifikasi Kejadian Kekerasan pada Anak di Kota Malang. Jurnal

Perempuan dan Anak Vol. 2 No 1. Februari 2019.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/JPA/article/view/5636

Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana. Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media.

Jakarta: Kencana.

Eriyanto. 2002. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Sebuah Studi Critical

Discourse Analysis terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta:Granit.

Iskandar, Maskun dan Atmakusumah (ed.). 2014. Panduan Jurnalistik Praktis: Mendalami

Penulisan Berita dan Feature. Memahami Etika dan Hukum Pers.

Jakarta:LPDS dan Djarum Foundation Bakti pada Negeri.

Kode Etik Jurnalistik dalam RH, Priyambodo dan Indria Prawtitasari (penyusun). 2014. Buku

Saku Wartawan. Jakarta LPDS dan The Norwegian Embassy.

Kriyantono, Rahmat. 2014. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi

Pemasaran. Jakarta:Kencana.

Kyuna, Hirumi. 2019. Analisis Berita Kekerasan Seksual pada Anak dalam SKH Kompas

Periode Januari-Februari 2018. Yogya: Universitas Pembangunan Nasional. Skripsi

tidak diterbitkan. URL: http://eprint.upnyk.ac.id/id/eprint/20028.

McQuail, Dennis. 2005. Mass Communication Theory. 5th edition. London: Sage Publications.

Mustika, Sri dan Rita Pranawati. 2018. Anak sebagai Pelaku Kekerasan dalam Wacana di

Media Daring Tribunnews.com. Prosiding Seminar Nasional Penguatan Riset dan

Luarannya sebagai Budaya Akademik di PT Memasuki Era 5.0 Jakarta: Lemlit

UHAMKA. https://prosiding.uhamka,ac.id/index.php/riset/index

Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers.

Praditama, Sandhi, Nurhadi, dan Atik Catur Budiarti. Kekerasan terhadap Anak dalam

Keluarga Perspektif Fakta Sosial. Jurnal FKIP Universitas Negeri Surakarta. 2016.

Rakhmawati, Yuniar Fariza. 2015. Jurnalisme Advokatif: Solusi Pemberitaan Anak Korban

Kekerasan Seksual. Jurnal Komunikasi Islam Vol 7 No. 1, 2015

Siregar, Anggi Azhari, 2015. Media dan Kekerasan terhadap Anak (Analisis Isi Berita

Kekerasan terhadap Anak dalam Harian Medan Pos). Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 3

No 2 Tahun 2016.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak dalam www.kpai.go.id

Page 64: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dalam

www.kpai.go.id

Page 65: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

BAB VI

LUARAN PENELITIAN WAJIB

Implementasi Panduan Pemberitaan Ramah Anak

di Media Daring Tribunnews.com Abstract: This study examines how Tribunnews.com implements the Child Friendly News Guideline (PPRA)

in child violence news. PPRA basically protecs children, both as victims and perpetrators of violence. The

research aims to understand the application of PPRA. Data collection techniques was carried out by

observation, in-depth interviews, and documentation studies. Data were analyzed with filling the system. The

results show that tribunnews.com has implemented PPRA. Nevertheless, the news that is too short makes the

information incomplete. Sometimes, the title does not match with the news body and tends to be sensational.

Keywords: children, children violance news, violence, Child Friendly News Guidelines

Abstrak: Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana Tribunnews.com mengimplementasikan Pedoman

Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) dalam berita kekerasan anak. PPRA intinya melindungi anak, baik

sebagai korban maupun pelaku kekerasan. Penelitian ini bertujuan memahami penerapan PPRA.

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Analisis

data dilakukan dengan filling system. Hasilnya, Tribunnews.com sudah menerapkan PPRA. Kendati

demikian, berita-berita yang terlalu singkat membuat informasinya kurang lengkap. Judul adakalanya tidak

sesuai dengan tubuh berita dan cenderung sensasional.

Kata Kunci: anak, berita kekerasan anak, kekerasan, Panduan Pemberitaan Ramah Anak

Kekerasan terhadap anak hingga saat ini masih terus terjadi. Sejalan dengan

peristiwa tersebut, media massa seakan berlomba-lomba untuk memberitakannya. Berita

kekerasan anak termasuk berita yang disukai pembaca, mengingat di dalam terdapat unsur

konflik antara pelaku dan korban dan juga unsur kedekatan (proximity) psikologis.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, kekerasan anak di

Indonesia selama Januari-April 2019 mayoritas berupa perundungan dalam wujud

kekerasan fisik, psikis, dan kekerasan seksual. Berdasarkan pengaduan masyarakat pada

KPAI, korban kekerasan psikis dan perisakan (bullying) hingga saat ini juga masih tinggi.

(www.kpai.go.id, KPAI: Angka Kekerasan pada Anak Januari-April 2019 Masih Tinggi,

diunggah 2 Mei 2019, diakses pada 20 Februari 2020 pukul 18.00).

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) juga

mencatat kenaikan kasus kekerasan terhadap anak perempuan. Selama 2019, terdapat 2.341

kasus atau naik 65% dibandingkan tahun sebelumnya 1.417 kasus. Terbanyak adalah kasus

Page 66: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

inses: 770 kasus, kekerasan seksual: 571 kasus, dan kekerasan fisik: 536 kasus

(www.tempo.co, Kekerasan terhadap Anak Perempuan Naik 65% di 2019 diunggah pada

6 Maret 2020. Diakses pada 18 April 2020 pukul 17.00).

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2014, kekerasan terhadap anak adalah

setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, psikis, seksual, dan atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan dengan cara melawan hukum

(www.bphn.go.id diakses pada 6 Maret 2020 pukul 09.30). Sedangkan Peraturan Menteri

Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permeneg P3A) No 1 Tahun

2010 Bab I tentang Ketentuan Umum poin 4 menyebutkan, kekerasan terhadap anak adalah

setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, mental, seksual, psikologis, termasuk penelantaran dan perlakuan buruk yang

mengancam integritas tubuh dan merendahkan martabat anak (www.jdih.kemenpppa.go.id

diakses pada 7 Maret 2020 pukul 10.00)

Sejatinya, setiap anak memiliki hak mendapat perlindungan. Anak yang

berhadapan dengan hukum, seperti anak yang menjadi korban kekerasan atau anak yang

berkonflik dengan hukum, yaitu anak sebagai pelaku kekerasan berhak mendapat

perlindungan khusus dari pemerintah dan lembaga lainnya. Perlindungan khusus pada anak

tertera dalam UU No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yang menggantikan UU

No 23 Tahun 2002 (www.kpai.go.id diakses pada 7 Maret 2020 pukul 10.15).

Di Indonesia batasan mengenai anak masih berbeda-beda. Menurut Undang-

Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang belum

mencapai usia 21 tahun dan belum menikah (www.bphn.go.id diakses pada 7 Maret 2020

pukul 11.00).

Page 67: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA)

mendefinisikan anak adalah mereka yang belum berusia 18 tahun, belum atau sudah

menikah, hidup atau sudah meninggal (www.kpai.go.id diakses pada 20 Februari 2020

pukul 18.15). Pedoman Pemberitaan Ramah Anak (PPRA) yang disahkan Dewan Pers pada

9 Februari 2019 batasan anak mengacu pada UU No 11 Tahun 2012, yaitu mereka yang

belum berusia 18 tahun, belum atau sudah menikah. Batasan inilah yang harus digunakan

oleh wartawan di dalam menulis berita tentang anak.

Di antara media massa yang sering memberitakan kekerasan anak adalah media

daring. Di Indonesia media daring jumlahnya mencapai 47.000 (www.amsi.or.id Asosiasi

Media Siber Indonesia: Dari 47 Ribu baru 2.700 Media Online Terverifikasi Dewan Pers,

diunggah pada 6 April 2019 diakses pada 6 Januari 2020 pukul 07.00). Media daring

memberitakan kekerasan anak secara gencar, karena memiliki nilai berita yang tinggi, yaitu

unsur konflik (antara pelaku dan korban), simpati, dan kedekatan (proximity) (Iskandar dan

Atmakusumah, ed., 2014; Nurudin, 2009).

Di dalam memberitakan anak, wartawan harus mengikuti Kode Etik Jurnalistik

(KEJ) dan Undang-Undang SPPA. Selain itu juga mengikuti Panduan Pemberitaan Ramah

Anak (PPRA). PPRA yang berisi 12 poin intinya bahwa wartawan harus merahasiakan

identitas anak korban, anak yang diduga, didakwa melakukan pelanggaran hukum.

Wartawan harus memberitakan secara faktual dengan kalimat/narasi/visual/video yang

bernuansa positf, empati, dan atau tidak membuat deskripsi/rekonstruksi peristiwa yang

bersifat seksual dan sadistis.

Penelitian mengenai berita kekerasan anak dalam media daring cukup banyak

seiring dengan meningkatnya kasus kekerasan anak. Di antaranya penelitian Andini dkk

(2019) yang mengidentifikasi kekerasan pada anak SD di Kota Malang. Mereka

menemukan bahwa kekerasan terdiri atas kekerasan fisik, kekerasan verbal, emosional, dan

Page 68: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

seksual. Usia korban mulai dari 8 tahun (14%), 9 tahun (23%), 10 tahun (31%), 11 tahun

(21%), 12 tahun (8%), dan 13 tahun (3%). Mereka merupakan anak satu-satunya dalam

keluarga atau tiga bersaudara. Ibunya adalah istri yang tidak bekerja. Kondisi stres ibu ikut

memicunya melakukan kekerasan anak.

Menurut hasil penelitian Praditama dkk. (2016), penyebab kekerasan terhadap anak

dalam keluarga di Wonogiri, Solo adalah pewarisan kekerasan antargenerasi, sulitnya

mengungkap kekerasan anak ke ruang publik, dan latar belakang budaya keluarga yang

menempatkan anak pada posisi terbawah. 9 tahun (23%), 10 tahun (31%), 11 tahun (21%),

12 tahun (8%), dan 13 tahun (3%). Mereka merupakan anak satu-satunya dalam keluarga

atau tiga bersaudara. Ibunya adalah istri yang tidak bekerja. Kondisi stres ibu ikut

memicunya melakukan kekerasan anak.

Pada kenyataannya anak tidak hanya menjadi korban kekerasan, namun anak juga

dapat menjadi pelaku kekerasan. Mengenai hal ini Elvina dkk. (2016) meneliti anak-anak

yang dititipkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Hasilnya adalah bahwa

penyebab anak menjadi pelaku kekerasan bukan hanya satu faktor, melainkan banyak

faktor dan merupakan akumulasi dari berbagai kondisi yang dialaminya. Seperti, faktor

gagalnya fungsi pengasuhan dalam keluarga. Studi ini juga menunjukkan bahwa ketiadaan

fungsi pengasuhan dalam keluarga berdampak pada perilaku kenakalan remaja. Anak

rawan menjadi pelaku tindakan kejahatan dari kasus yang ringan hingga berat, seperti

pembunuhan sangat berhubungan dengan pola pengasuhan dan peran masyarakat.

Sebagian besar anak pelaku kekerasan yang berada di LPKA merupakan anak-anak

korban kekerasan fisik dan psikis dari keluarganya. Selain itu, meskipun secara umum

pengasuhan anak pelaku itu baik, namun ternyata terdapat masalah dalam hal aktivitas

bersama keluarga. Minimnya kebersamaan anak dengan orang tua merupakan faktor

Page 69: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

pendukung baginya sebagai pelaku kekerasan. Hal ini disebabkan lemahnya kelekatan

hubungan anak dengan orangtuanya.

Lemahnya kelekatan anak dengan orang tua berdampak pada kenakalan remaja,

baik pada remaja laki-laki maupun perempuan (Stams et all, 2012). Rendahnya tingkat

kelekatan anak dengan ibu berdampak lebih besar pada kenakalan remaja dibandingkan

dengan kurangnya kelekatan pada ayahnya. Hubungan kelekatan anak dan orang tua

dengan kenakalan remaja terletak pada problem hubungan antara orang tua dan anak yang

berjenis kelamin sama dibandingkan dengan relasi orang tua dan anak yang berlawanan

jenis kelaminnya. Selain itu, hubungan kelekatan dan kenakalan remaja lebih kuat pada

usia anak yang lebih muda dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Untuk itu, intervensi

yang dapat dilakukan adalah membangun kelekatan antara ayah dengan anak laki-laki dan

anak perempuan dengan ibunya.

Indeks Kualitas Pengasuhan yang disusun oleh KPAI, yang bernilai 0-5,

menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua tentang mengasuh anak sebelum mereka

memiliki anak masih kurang (3,53), kurangnya komunikasi (3,84), akses anak terhadap

media digital (3,45), dan pencegahan dari kekerasan (3,82) (Pranawati, 2015). Indeks

keseluruhan bernilai 3,81. Ini berarti kualitas pengasuhan anak Indonesia masih belum

sepenuhnya baik. Walaupun banyak orang tua telah memberikan pengasuhan terbaik,

namun masih ada gap antara pengasuhan dengan fakta yang dirasakan anak.

Aspek lain dari anak pelaku atau anak berkonflik dengan hukum (ABH) adalah

kurangnya penghargaan. Penghargaan kepada anak akan mempengaruhi kepercayaan diri

dan pengembangan potensi dirinya. Kurangnya pendampingan orang tua saat anak

mengonsumsi bacaan, tontonan, dan mainan yang mengandung unsur kekerasan juga dapat

menyebabkan anak berhadapan dengan hukum (Elvina dkk., 2018). Faktor lain adalah

Page 70: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

kurangnya pencegahan terhadap penggunaan narkoba yang seringkali membawa anak

terlibat dalam tindak pidana narkoba.

Faktor pengaruh pergaulan, kebebasan dalam bermedia sosial tanpa literasi digital

yang baik, kurangnya landasan agama, dan paparan pornografi juga berkontribusi pada

keterlibatan anak sebagai pelaku tindak pidana (Elvina dkk, 2018). Disamping itu, faktor

orang tua yang memiliki riwayat penahanan, juga memiliki risiko yang tinggi dalam

kejahatan anak.

Studi yang dilakukan (Aaron & Dallaire, 2010) menyebutkan bahwa riwayat

penahanan orang tua diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya viktimisasi keluarga,

perilaku kenakalan remaja, dan pengalaman berrisiko lainnya. Situasi ini membutuhkan

solusi yang holistik integratif, khususnya pada anak pelaku.

Siregar (2016) meneliti tentang Media dan Kekerasan terhadap Anak di Harian

Medan Pos. Ia menemukan bahwa selama periode Agustus-Desember 2013 terdapat 17

berita kekerasan terhadap anak. Adapun temanya tentang pelecehan seksual 11 kali

(64,70%), penganiayan 3 kali (17,64%), pembunuhan 2 kali (11,76%) dan yang tidak jelas

karena isi tidak sesuai judul (5,88%).

Penelitian lain tentang berita kekerasan seksual anak di SKH. Kompas (1 Januari

2018-28 Februari 2018) dilakukan oleh Hiromi (2019). Ia menemukan bahwa Kompas

cenderung dominan menulis berita dengan gaya straight news dan mencantumkan banyak

narasumber agar beritanya tampil aktual. Tipe liputannya dua sisi, sehingga berimbang,

menggunakan ilustrasi sebagai pelengkap. Berita-beritanya tidak menyebut nama anak

korban, sehingga tidak melanggar Kode Etik Jurnalistik.

Mustika dan Pranawati (2018) juga mengkaji wacana tentang berita kekerasan yang

dilakukan anak di media daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mewacanakan

kekerasan oleh anak media daring cenderung menulis dalam berita lempang (straight news)

Page 71: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

dan mewacanakannya seperti halnya kekerasan tersebut dilakukan oleh orang dewasa.

Wartawan tidak menelusuri latar belakang anak, meskipun jelas bahwa perilaku anak

merupakan hasil pola asuh keluarga. Wartawan menempatkan korban, koleganya, dan

polisi pada posisi dominan dibandingkan pelaku anak dan wartawan mengidentifikasi diri

sebagai korban, sehingga lebih banyak menyuarakan korban daripada anak pelaku.

Rahmawati (2015) mencoba menawarkan jurnalisme advokatif sebagai solusi pemberitaan

anak korban kekerasan seksual yang berempati pada anak. Dengan jurnalisme advokatif,

redaksi menjadi representasi kepentingan spesifik publik dan memandang kekerasan anak

sebagai suatu ketidakadilan dalam masyarakat.

Kekerasan terhadap anak yang dilakukan orang dewasa terdekat, seperti ayah, kakak,

atau guru yang belakangan ini marak menjadi pemberitaan media jelas bertentangan dengan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Dalam UU No 35 ini

anak berhak mendapatkan perlindungan.

Dari berbagai penelitian di atas kajian yang melihat penerapan PPRA dalam berita

kekerasan anak belum banyak dilakukan. Penelitian ini mengkaji bagaimana media daring

Tribunnews.com menerapkan PPRA dalam memberitakan kekerasan terhadap anak. Sejauh ini

penelitian tentang berita kekerasan anak lebih memfokuskan pada penerapan Kode Etik

Jurnalistik.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian

kualitatif bertujuan menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui data yang

sedetail mungkin (Kriyantono, 2010).

Media yang diteliti adalah Tribunnews.com, milik PT Indopersda Prima Media.

Tribunnews.com dipilih karena menempati peringkat tiga pada situs pemeringkat media daring,

Alexa.com. Selain itu, Tribunnews.com selalu memberitakan tentang kekerasan anak.

Page 72: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Berita yang diteliti adalah semua berita yang diunggah pada 15 Januari 2020-15

Februari 2020. Data dikumpulkan dengan studi dokumentasi dan wawancara mendalam. Studi

dokumentasi di sini adalah yang berorientasi pada teks. Analisis data dilakukan dengan analisis

isi kualitatif.

HASIL

Di bawah ini daftar judul berita yang ditayangkan selama 15 Januari-15 Februari 2020:

No Edisi Judul Berita

1. 15 Januari 2020

Pukul 20.58

Polisi Tangkap Penjual Es Krim di Sawangan,

Diduga Lecehkan Anak di Bawah Umur

2. 22 Januari 2020

Pukul 13.40

Diduga Perkosa Balita 16 Bulan, Pria di

Tasikmalaya Diamuk Massa, Pelaku Kini

Disembunyikan Keluarga

3 23 Januari 2020

Pukul 23.16

Ibu Ikat Kaki Anaknya dan Menggantungnya

dengan Posisi Kepala di Atas, Polisi Cari Si

Penyebar Video

4. 24 Januari 2020

Pukul 19.47

Paksa Anak Kandung Lakukan Oral Seks saat

Istri sedang Tidur, Seorang Ayah Dipenjara 10

Tahun

5. 25 Januari 2020

Pukul 11.24

Fakta Baru Ayah di Trenggalek Cabuli 2 Putri

Kandung, Anaknya Harus Menjalani Perawatan

Medis

6. 29 Januari 2020

Pukul 23.18

Kasus Ayah Perkosa Anaknya di Mamasa

Terancam Hukuman Pidana dan Adat, Hukum

Adat Lebih Ngeri

7. 30 Januari 2020

Pukul 12.07

Kasus Remaja Dijadikan Budak Seks: Disiksa,

Dicekoki Miras, dan Dipaksa Layani 4 Pria

Sehari

8. 30 Januari 2020

Pukul 13.21

Di Cianjur 8 Anak Dicabuli Ayah Kandung, dan

12 Anak Lainnya oleh Ayah Tiri

9. 30 Januari 2020 Cabuli Anak Kandung dan Anak Tiri, Seorang

Pria di Pontinak Ditembak Polisi

Page 73: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Pukul 16.55

10 30 Januari 2020

Pukul 19.30

Anak di Bawah Umur Asal Sikka Diusir dari

Kampung Usai Dihamili Sepupu

11. 31 Januari 2020

Pukul 07.43

9 Pria Paruh Baya Pedofilia Ditangkap di

Cianjur, Cabuli Bocah di Bawah Umur, Korban

Termuda 6 Tahun

12 13 Februari 2020

Pukul 06.12

Viral Video Siswa SMP di Purworejo Membully

Siswi Temannya, Polisi Langsung Menyidik

13 13 Februari 2020

Pukul 08:48

Bullying Siswi SMP di Purworejo Masih

Hangat, Kini Beredar Video Guru Pukuli Siswa

di SMA Bekasi

14 13 Februari 2020

Pukul 11:34

Pria Muarojambi Rudapaksa Anak Tirinya di

Kebun, Dilakukan Saat Tangan dan Kaki

Korban Diikat

15. 13 Februari 2020

Pukul 15.17

Fakta Terbaru! Inilah Pengakuan Siswa Korban

Bullying di Purworejo, Mengeluh Badan Sakit

Semua

16. 13 Februari 2020

Pukul 13.20

Viral! Siswi SMP Dibully Temannya, Pelaku

Kini Ditetapkan jadi Tersangka, Dijerat Pasal

Pengeroyokan

17. 13 Februari 2020

Pukul 18.22

3 Pelaku Bully di SMP Purworejo Terancam

Diberi Sanksi Berat, Ganjar Pranoowo: Apa

Sanksinya?

18. 15 Februari 2020

Pukul 13.43

4 Aksi Kekerasan di Sekolah: Siswa di Malang

Harus Diamputasi hingga Siswa Disabilitas

Dipukuli

Tabel 1

Judul-judul Berita Kekerasan Anak

Ke-18 judul berita kekerasan anak di atas dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok:

kasus pelecehan seksual sebanyak 11 kasus (61%) dan berita kekerasan 7 kasus (39%). Peneliti

menganalisis setiap berita untuk melihat apakah berita tersebut mematuhi atau melanggar

Page 74: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

PPRA. Selain itu, dari segi jurnalistik apakah berita tersebut memenuhi kaidah penulisan yang

benar.

Di bawah ini salah satu sampel berita yang dimua dan dianalisis:

Berita edisi Rabu, 15 Januari 2020 yang dimuat Pukul 20:58 WIB

https://www.tribunnews.com/metropolitan/2020/01/15/polisi-tangkap-penjual-es-krim-di-

sawangan-diduga-lecehkan-anak-di-bawah-umur

.

Ilustrasi

Judul: Polisi Tangkap Penjual Es Krim di Sawangan, Diduga Lecehkan Anak di Bawah

Umur

Editor: Imanuel Nicolas Manafe

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Terjadi kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah

umur di Kota Depok.

Korbannya adalah seorang siswi yang bersekolah di bilangan Sawangan. SA salah seorang

petugas keamanan di perumahan yang menjadi lokasi aksi bejat tersebut mengatakan,

pelakunya merupakan seorang pedagang es krim di sekolah tempat korban mengenyam

pendidikan.

SA juga berujar, pelaku sudah diamankan oleh polisi pada Jumat (10/1/2020) beberapa hari

yang lalu. “Sudah diamankan, kami kerjasama dengan petugas kepolisian Depok,” tambahnya.

Sementara itu, Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Iptu Isa Fajar pun membenarkan

adanya kejadian tersebut ketika dikonfirmasi.“Iya betul mas pelakunya sudah kami amankan

di Polres Metro Depok,” jelas Isa. Namun, Isa belum bisa menjelaskan

kronologi pelecehan tersebut, lantaran kasusnya tengah dalam t

ahap penyelidikan oleh pihaknya.

Analisis

Berita ini menyembunyikan identitas anak dengan baik, sesuai dengan pasal 1 PPRA

bahwa wartawan merahasiakan identitas anak dalam memberitakan informasi tentang anak,

Page 75: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

khususnya yang diduga, disangka, didakwa melakukan. Redaksi tidak menggunakan nama

singkatan, nama sekolah, dan alamat rumahnya. Bahkan nama petugas keamaan di perumahan

tempat kejadian perkara disingkat. Demikian pula nama perumahannya tidak disebutkan.

Berita ini juga tidak menjelaskan kejadian secara detil, sehingga tidak menjadi vulgar.

Seorang wartawan seharusnya memang tidak menceritakan secara detail kejadian kekerasan

sesksual, terlebih yang korbannya adalah anak-anak. Penulisan yang detail mengenai peristiwa

ini akan menyebabkan pembaca merasa ngeri, terganggu psikologisnya, dan terusik hati

nuraninya. Berita ini menggunakan ilustrasi anak perempuan sedang duduk dengan kepala

menunduk. Ilustrasi ini melengkapi tulisan agar tidak membosankan. Dengan demikian redaksi

telah menerapkan PPRA secara benar, karena menyembunyikan identitas anak, mulai dari

nama, nama sekolah, hingga alamat rumahnya.

Berita-berita lain juga pendek-pendek, tidak lebih dari 5 alinea. Ini sesuai dengan

format berita di media daring yang bersifat hyperlink. Kendati demikian, karena terlalu singkat,

informasinya menjadi kurang lengkap. Dalam kaidah jurnalistik, kelengkapan berita

merupakan hal yang harus dipenuhi, agar pembaca tidak bertanya-tanya lagi.

Menurut Mangiang (dalam Iskandar dan Atmakusumah, ed., 2014) untuk menyusun

berita yang berkualitas wartawan perlu memperhatikan beberapa hal. Di antaranya berita tidak

boleh menyisakan pertanyaan bagi pembacanya. Untuk itu wartawan harus memberikan

jawaban yang cukup dan yang relevan untuk unsur 5W + 1H. Relevansi fakta yang disajikan

menjadi hal penting untuk dipertimbangkan oleh wartawan.

Selain itu, berita ini tidak memiliki angle (sudut pandang) yang jelas atau tajam. Sudut

pandang merupakan alat bagi wartawan untuk membantu pembaca melihat suatu kejadian dari

satu posisi, sehingga bisa lebih jelas memandang. Sudut pandang juga akan membantu

pembaca melihat kejadian dari posisi tertentu. Misalnya, wartawan bisa menggunakan angle

kemanusiaan, karena peristiwa ini merusak masa depan seorang anak. Atau menggunakan

Page 76: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

angle psikologi, karena korban kemungkinan besar mengalami trauma atas kejadian ini.

Wartawan bisa menambahkan wawancara dengan psikolog, agar tulisannya dapat memberi

wawasan pada pembaca. Contohnya, feature mengenai pentingnya mengatasi trauma bagi

korban kekerasan. Tribunnews.com sebagai media daring terkemuka, seharusnya dapat

melakukan hal ini. Hasil penjelasan ahli dapat dibuat dalam platform video. Dengan demikian

ada nilai tambah bagi berita kekerasan anak yang diunggah.

Media daring umumnya mempublikasikan suatu berita tidak hanya sekali. Berita

pertama biasanya masih belum lengkap unsur 5W+1H nya, Mungkin baru memenuhi unsur

apa (what) dan siapa (who), dan kapan (when). Pada publikasi berikutnya yang sudah

mengalami pemutakhiran data, unsur di mana (where) dan mengapa (why), serta bagaimana

(how) sudah ada. Meski kadang kala unsur mengapa peristiwa tersebut terjadi memerlukan

waktu lama untuk mengetahuinya. Contohnya, kasus pembunuhan terhadap seseorang. Untuk

memperoleh jawaban unsur mengapa ia dibunuh, bahkan siapa yang membunuh, terkadang

membutuhkan waktu yang sangat lama. Bahkan suatu peristiwa pembunuhan, seperti kasus

wartawan Udin yang terjadi pada 1996 hingga saat ini polisi belum dapat mengungkap siapa

pelakunya dan mengapa ia melakukan perbuatan jahat tersebut.

Sekalipun demikian, wartawan sebagai pihak yang melayani kebutuhan informasi

masyarakat akan terus berupaya memenuhi informasi yang diperlukan. Terlebih lagi media

daring yang secara teknis lebih mudah melakukan pembaruan terhadap berita-beritanya setiap

satu jam sekali.

Dalam menyusun berita tentang kekerasan terhadap anak pun demikian. Awalnya

wartawan mendapat informasi serba singkat dari pihak kepolisian yang menjadi beat-nya.

Misalnya, informasi mengenai seorang anak remaja ditemukan tewas di sebuah bantaran sungai

di kota X. Berdasarkan keterangan ini wartawan menulis berita pertama yang hanya berisi

unsur apa (what), di mana (where) dan kapan (when). Dalam menjelaskan unsur siapanya pun

Page 77: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

wartawan hanya dapat menuliskan identitas jenis kelaminnya. Identitas nama, usia, dan alamat

korban belum dapat diberikan, karena kondisi mayatnya yang sudah hampir membusuk

membuat polisi kesulitan mendeteksi identetitas lainnya. Pihak kepolisian pun belum dapat

memberikan keterangan yang rinci, karena belum ada orang tua yang melaporkan kehilangan

anaknya.

Setelah penyidik (dalam hal ini polisi) melakukan penyidikan, yaitu serangkaian

tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti guna menjadikan perkara pidana

ini terang dan menemukan tersangkanya, barulah wartawan dapat menulis berita berikutnya.

Untuk media daring, pemutakhiran berita (news update) ini biasanya dilakukan setiap jam atau

lebih sesuai dengan kebijaksanaan redaksi.

Alih-alih hanya menuliskan kekerasan dalam bentuk berita lempang (straight news)

kasus per kasus secara singkat, wartawan dapat menuliskannya dalam bentuk feature. Menurut

Williamson (1975), feature adalah karangan yang kreatif, terkadang subjektif yang dirancang

untuk menghibur dan memberi informasi pada pembaca mengenai suatu kejadian, situasi, atau

aspek kehidupan.

Sekalipun peristiwa kekerasan adalah peristiwa yang memilukan, namun dengan

menulis feature wartawan dapat memberikan pencerahan pada pembacanya. Misalnya, dengan

menulis mengenai cara menghilangkan trauma pada anak korban kekerasan. Atau dengan

menulis tips tentang mengajari anak yang sudah cukup usia untuk menghindar dari kekerasan

seksual. Dapat pula dengan menulis feature mengenai bagaimana melaporkan kasus kekerasan

anak ini pada pihak yang berwajib. Hal ini perlu mengingat banyak orang tua yang anaknya

menjadi korban kekerasan (termasuk kekerasan seksual) merasa takut atau malu melaporkan

kejadian ini pada polisi. Alasannya, pelakunya adalah orang terdekat atau orang penting,

sehingga keluarga korban merasa takut,

Page 78: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Dengan feature wartawan dapat menulis secara lebih leluasa, karena dalam feature

penulis dapat menulis dalam bentuk-bentuk narasi, deskripsi, ekposisi, dan argumen. Basorie

(dalam Iskandar dan Atmakusumah, 2014) menjelaskan, narasi adalah bentuk penulisan berupa

penuturan cerita pengalaman seseorang. Deskripsi adalah bentuk penulisan yang

menggambarkan sesuatu yang pernah dilihat atau dialami seseorang. Eksposisi adalah bentuk

penulisan untuk menjelaskan. Misalnya, bagaimana cara orangtua melaporkan kekerasan yang

dialami anaknya ke polisi. Terakhir adalah argument yaitu bentuk penulisan berupa pernyataan

atau pemikiran seseorang dengan maksud membujuk orang lain.

Untuk dapat menuliskan berita kekerasan anak secara baik wartawan harus mengikuti

perkembangan kasusnya dari waktu ke waktu. Dengan demikian ia dapat melihat apa yang

sudah diberitakan dan apa yang belum diberitakan oleh media daring lain. Penguasaan terhadap

kasus akan mempermudah wartawan di dalam memilih angle tulisan. Dengan pilihan angle

yang tepat wartawan akan menunjukkan tingkat kepiawaiannya.

DISKUSI

Tugas media massa menurut McQuail (2005) adalah memproduksi dan

mendistribusikan konten simbolik dan partisipasi yang bersifat profesional, terarah dan bebas

nilai kepentingan. Menurut definisi di atas, tugas media massa yang paling pokok adalah

mendistribusikan konten simbolik. Dalam mendistribusikan konten tersebut wartawan dituntut

untuk bersikap profesional, terarah, dan bebas nilai. Dalam memberitakan kekerasan anak

wartawan dituntut untuk bersikap profesional. Dalam penafsiran Kode Etik Jurnalistik Pasal 2,

profesional artinya bekerja sesuai dengan standard operational procedure (SOP). Salah satu

SOP tersebut adalah menunjukkan identitas diri kepada narasumber atau menghormati hak

privasi (Priyambodo dan Indria P., 2014).

Lasswell (dalam Severin dan Tankard, 2011) mencatat ada tiga fungsi media massa:

pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam masyarakat untuk merespons

Page 79: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

lingkungan, dan penyampaian warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kemudian Wright menambahkan fungsi keempat, yaitu hiburan. Melalui fungsi pengawasan,

media massa memberi informasi dan menyediakan berita, Media memberikan prediksi

mengenai suatu kejadian pada masa mendatang. Dalam kaitannya dengan kekerasan pada anak

yang hampir setiap hari terjadi, wartawan perlu mengingatkan pada para orang tua untuk

menjaga dan melindungi anak-anaknya agar terhindar dari kekerasan atau kekerasan seksual.

Fungsi korelasi merupakan seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan.

Fungsi ini bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus dengan

mengekspos penyimpangan, termasuk tindakan kekerasan terhadap anak.

Pelimpahan warisan sosial merupakan fungsi media untuk menyampaikan informasi,

nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bisa juga dari anggota masyarakat

kepada pendatang.

Terakhir adalah fungsi hiburan. Kesibukan masyarakat yang sudah demikian padat

membuat mereka mengalami stres. Untuk melepaskan diri dari beban pikiran, media meyajikan

hiburan dengan tujuan melepaskan masyarakat dari rutinitas sehari-hari. Peristiwa kekerasan

pada anak, sedikit banyak akan mempengaruhi pikiran masyarakat. Untuk itulah media perlu

memberikan hiburan ringan pada khalayaknya.

Media dalam menginformasikan peristiwa mengontruksikan realitas. Sosiolog

Tuchman (dalam Severin dan Tankard, 2011) menyatakan dalam bukunya Making News

(1978) bahwa berita merupakan konstruksi realitas. Ia menulis hal ini atas dasar pengamatan

partisipasinya di ruang berita dan mewawancarai karyawan pemberitaan selama sepuluh tahun.

Menurut Tuchman, tindakan membuat berita adalah tindakan mengonstruksi realitas dan bukan

penggambaran realitas. Ia menekankan bahwa berita adalah sekutu bagi lembaga-lembaga yang

berlegitimasi dan bahwa berita juga melegitimasi status quo.

Page 80: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Dalam memberitakan kasus kekerasan anak, media massa menyusun realitas dari

peristiwa kekerasan anak, sehingga menjadi wacana yang mempunyai makna. Konstruksi

realitas ini, seperti dikatakan Hamad (2004) dan Badara (2012) mengutip Berger dan Luckman,

melewati tahapan-tahapan mulai dari objektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi. Sebagai

konstruktor, wartawan mempersepsikan realitas kekerasan anak, kemudian

menginternalisasikan hasil pemaknaannya melalui persepsi ini ke dalam dirinya. Dari proses

internalisasi ini ia mengonseptualisasikan objek yang dipersepsinya. Pada tahap akhir, ia

mengeksternalisasi hasil proses perenungan secara internal melalui pernyataan dan

pertanyaannya.

Menurut pandangan kaum konstruksionis, dalam mengeksternalisasikan realitas media

tidak selamanya netral. Media bukan saluran yang bebas, karena media juga menjadi subjek

yang mengkonstruksikan realitas, lengkap dengan pandangannya yang mungkin bias dan

muncul pemihakannya pada satu pihak (Eriyanto, 2002).

Berdasarkan penjelasan di atas, tampak bahwa Tribunnews.com dalam menulis

kekerasan anak wartawan mengonstruksikan anak sebagai mahluk yang tidak berdaya. Mereka

tidak memperoleh perlindungan dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Orang-orang dewasa

di sekitar anak adalah orang yang tidak peduli pada keberadaan anak. Akibat ketidakpedulian

orang-orang dewasa terhadap anak-anak, maka kekerasan terhadap anak-anak bisa terjadi.

Wartawan juga cenderung menulis peristiwa kekerasan anak dalam berita lempang

(straight news) yang sangat singkat, sehingga kelengkapan informasinya kurang. Judul berita

terkadang tidak sesuai dengan isinya. Judul seperti ini tampak hanya membuat pembaca tertarik

mengeklik. Terkadang wartawan membuat judul yang bersifat label head atau hanya sekadar

memberitahukan cerita yang ada dalam tubuh berita. Judul ini tidak mengisahkan kejadian atau

masalah. Wartawan masih menggunakan istilah “menggauli” sebagai kata lain memperkosa.

Page 81: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Pemilihan istilah ini mungkin untuk memperhalus kata, namun penghalusan kata untuk

perbuatan yang buruk bisa dianggap merupakan manipulasi fakta.

Sekalipun masih kurang memperhatikan kelengkapan berita dan syarat-syarat berita

yang berkualitas, namun redaksi Tribunnews.com dalam menuliskan berita kekerasan anak

sudah mematuhi Pedoman Pemberitaan Ramah Anak. Ini menunjukkan bahwa wartawan

Tribunnews.com memahami panduan tersebut. Mereka menyembunyikan identitas anak

dengan baik.

Mengenai hal ini, Yulis Sulistyawan (wawancara melalui telepon pada 1 Mei 2020),

General Manager sekaligus Content Manager Tribunnews.com, menjelaskan bahwa semua

wartawan yang ke lapangan sudah mendapat arahan tentang apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan dalam menulis tentang anak.

“Dalam pertemuan pimpinan Tribunnews di Solo pada 2018, kami membahas semua

permasalahan, termasuk soal pemberitaan tentang anak. Jika Dewan Pers masih menemukan

beberapa kekurangan pada berita kami, itu mungkin karena editornya lengah karena banyaknya

berita yang ditangani,” ungkap Yulis.

Tentang penulisan berita yang pendek, Yulis menambahkan, hal itu sesuai dengan

format media digital. “Peristiwa terus berjalan. Pembaca tidak hanya membutuhkan kecepatan

informasinya, tetapi juga kelengkapannya. Karena itu, kami terus meng-update beritanya dan

menyediakan halamannya,” lanjut Yulis.

Sejalan dengan pendapat Yulis, Ombudsmen Multimedia LKBN Antara Priyambodo

RH menjelaskan (dalam wawancara melalui Whattap pada 13 April 2020), berita dalam media

daring menggunakan Search Engine Optimation (SEO) yang menjadi dasar bagi click bait. Hal

ini membuat tata kelola informasi di jalur jurnalisme memiliki mandat: akurat-cepat-lengkap

dalam satu berita. Untuk itu redaksi dapat mengatasinya antara lain dengan melatih para

pengelola konten/isi pesan, agar mampu mengelola situs web/laman/medsos)-nya secara

Page 82: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

running news atau minimal well inform. Running news seibarat lari estafet. Karenanya,

pengelola konten harus secara rutin menyambung informasi yang sudah disampaikannya,

sehingga pada bagian akhir ada round up yang akurat dan lengkap. Paling lambat enam jam

setelah informasi awal diunggah.

Priyambodo menyarankan agar pengelola situs web harus fokus pada suatu isu. Jika ia

terlalu banyak mengelola isu, maka bisa kebingungan. Lebih dari 75% media siber produknya

merupakan sharing/forward info dari pihak lain. Sekarang sudah lumrah jika wartawan

mengutip media sosial sebagai narasumbernya. Padahal seharusnya berita seperti ini masuk ke

kategori siaran pers, bukan sebagai berita hasil liputan atau reportase.

Mengenai judul berita kekerasan anak yang terkesan sensasional, Kamsul Hasan

(wawancara di Jakarta pada 16 Februari dan 18 April 2020), Ketua Kompetensi Uji Komptensi

Wartawan PWI Pusat, menyatakan bahwa judul-judul seperti itu disebabkan click bait. Click

bait adalah suatu teknik memikat pembaca dengan membuat judul yang menjadikan orang

penasaran, sehingga ingin mengklik berita tersebut beberapa kali.

“Kasus asusila dan kekerasan anak termasuk berita yang tinggi peminatnya. Karena itu

redaksi memberikan umpan judul yang sensational, agar orang mengklik berita tersebut,

setidaknya empat kali. Ini karena format berita yang pendek dan dibuat terbagi dalam 3-4

halaman,” lanjut Kamsul.

Kamsul melihat click bait diterapkan hampir oleh semua media siber. Padahal

seharusnya media siber berbadan hukum bisa lebih baik dalam menulis. “Seharusnya mau

mengikuti etika dan rambu-rambu yang ada. Dalam kasus perisakan di SMP Purworejo, Jawa

Tengah, misalnya, banyak media siber yang seolah berlomba-lomba membuka identitas anak

yang seharusnya dirahasiakan.”

“Wartawan tidak dilarang memberitakan kekerasan anak. Hanya dalam menulis

wartawan tidak cukup hanya memahami Kode Etik Jurnalistik, tetapi juga wajib mempelajari

Page 83: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

UU SPPA dan PPRA yang menjelaskan mekanisme dalam memberitakan kasus anak

berhadapan dengan hukum. Larangannya satu, membuka identitas anak,” tegas Kamsul.

SIMPULAN

Berdasarkan diskusi di atas peneliti menyimpulkan bahwa Tribunnews.com dalam

memberitakan kekerasan anak telah menataati PPRA. Sekalipun demikian dari segi standar

jurnalistik, berita-berita dalam media ini kurang mendalam, karena redaksi menulis dalam

bentuk berita langsung (straight news) yang sangat singkat. Selain itu, berita-berita kekerasan

anak yang singkat dan muncul hampir setiap hari terkesan seperti pencatatan statistik belaka.

Redaksi tidak mengupayakan untuk menulis secara lebih mendalam dengan mewawancarai

keluarga korban untuk menggali penyebab kelalaian mereka di dalam melindungi anak.

Redaksi juga belum berpihak pada anak, sehingga belum ada upaya untuk

menghasilkan tulisan yang berempati pada anak. Ini tercermin pada judul berita yang terkadang

sensasional dan tidak sesuai dengan isi berita. Redaksi ada kalanya menggunakan

menggunakan istilah menggauli untuk mengganti kata pemerkosaan, sehingga terkesan

menganggap perkosaan sebagai tindakan bergaul.

Redaksi Tribunnews.com dalam menulis kekerasan anak mengontruksikan anak

sebagai mahluk yang sangat lemah, sedangkan orang-orang dewasa di sekitarnya, termasuk ibu

atau ayahnya, acuh tak acuh. Ketidakpedulian orang dewasa ini bisa jadi merupakan penyebab

peristiwa kekerasan anak yang terus terjadi. Tribunnews.com yang memiliki banyak pembaca

sesungguhnya memiliki posisi strategis untuk mencegah kekerasan anak. Caranya adalah

dengan menulis berita kekerasan anak secara komprehensif dan mendalam, sehingga

menyentuh hati pembaca untuk peduli pada perlindungan dan masa depan anak.

Page 84: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

DAFTAR RUJUKAN

Aaron, L., & Dallaire, D. H.(2010). Parental Incarceration and Multiple Risk Experiences: Effects on Family

Dynamics and Children’s Delinquency. Journal Youth Adoloscence, 39, 1471–1484.

Andini, Thatit Manon dkk. Identifikasi Kejadian Kekerasan pada Anak di Kota Malang. Jurnal Perempuan dan

Anak Vol. 2 No 1. Februari 2019. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/JPA/article/view/5636

Badara, Aris. (2012). Analisis Wacana. Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana.

Elvina, P. & dkk. (2016). Harapan dan Realita: 2 Tahun Implementasi Sistem Peradilan Pidana Anak. Jakarta:

KPAI.

_____________ (2018). Dampak Pengasuhan dan Upaya Pembinaan Anak Berkonflik Hukum. Jakarta: KPAI.

Eriyanto. (2002). Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Sebuah Studi Critical Discourse Analysis

terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta:Granit.

Hoeve, M., & et all (2012). A Meta-analysis of Attachment to Parents and Delinquency. Journal Abnorm Child

Psychology, 40, 771-785.

Iskandar, Maskun dan Atmakusumah (ed.). (2014). Panduan Jurnalistik Praktis: Mendalami Penulisan Berita

dan Feature. Memahami Etika dan Hukum Pers. Jakarta:LPDS dan Djarum Foundation Bakti pada

Negeri.

Kode Etik Jurnalistik dalam RH, Priyambodo dan Indria Prawitasari (penyusun). (2014). Buku Saku Wartawan.

Jakarta LPDS dan The Norwegian Embassy.

Kriyantono, Rahmat. (2014). Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public

Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta:Kencana.

Kyuna, Hirumi.. Analisis Berita Kekerasan Seksual pada Anak dalam SKH Kompas Periode Januari-Februari

2018. Yogya: Universitas Pembangunan Nasional. Skripsi tidak diterbitkan. URL:

http://eprint.upnyk.ac.id/id/eprint/20028.

McQuail, Dennis. (2005). Mass Communication Theory. 5th edition. London: Sage Publications.

Mustika, Sri dan Rita Pranawati. (2018). Analisis Wacana Kritis Berita Kekerasan oleh Anak di Media Daring.

Prosiding Seminar Nasional Penguatan Riset dan Luarannya sebagai Budaya Akademik di Perguruan

Tinggi Memasuki Era 4.0 Jakarta: Lemlit UHAMKA

(https://prosiding.uhamka.ac.id/indexphp/riset/index)

Nurudin. (2009). Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers.

Praditama, Sandhi, Nurhadi, dan Atik Catur Budiarti. Kekerasan terhadap Anak dalam Keluarga Perspektif Fakta

Sosial. Jurnal FKIP Universitas Negeri Surakarta. 2016.

Pranawati, R. (2015). Kualitas Pengasuhan Anak Indonesia: Survei Nasional dan Telaah Kebijakan Pemenuhan

Hak Pengasuhan Anak di Indonesia. Jakarta: KPAI.

Rakhmawati, Yuniar Fariza. Jurnalisme Advokatif: Solusi Pemberitaan Anak Korban Kekerasan Seksual. Jurnal

Komunikasi Islam Vol 7 No. 1, 2015

Severin, Werner J. dan James W. Tankard, Jr. (2011) Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan terapan di dalam

Media Massa. (edisi terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Page 85: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Siregar, Anggi Azhari, Media dan Kekerasan terhadap Anak (Analisis Isi Berita Kekerasan terhadap Anak dalam

Harian Medan Pos). Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 3 No 2 Tahun 2016.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dalam

www.kpai.go.id

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dalam www.kpai.go.id

Williamson, Daniel. (1975). Feature Writing for Newspaper. New York: Hasting House Publisher.

Page 86: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452

Page 87: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452

BAB VII

LUARAN TAMBAHAN

Preventing Children Violence by Writing Child-

Friendly News

1st Sri Mustika*

Department of Communication Study

Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. HAMKA

Jakarta, Indonesia

[email protected]

2nd Rita Pranawati

Department of Communication Study

Universitas Muhammadiyah prof. Dr. HAMKA

Jakarta, Indonesia

[email protected]

Page 88: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452

Abstract--Many cases of children violence in Indonesia have

encouraged mass media, especially online media, to aggressively

report on these cases. Indonesia Press Council has released Child-

Friendly News Guidelines in Reporting of Child’s Violence to

protect children. This study examined the implementation of

Child-Friendly News Guidelines in Tribunnews.com. The research

objective was to understand the application of PPRA to news of

violence against children in online media. Data were collected

through observation, in-depth interviews, and documentation

studies. Data analysis was done by filling system, which is

grouping data into certain categories and interpreting them by

combining certain concepts or theories. The results showed that

Tribunnews.com has implemented PPRA. However, in terms of

journalism, the news in this media was too short, so it does not

deepen the "why" and "how" elements of the child violence

incident. The title of the news was not described at the news

body; thus it seems that the purpose was just for click bait or for

attracting the readers to click the news. It seems that the

Tribunnews.com put the violence against children cases as just

ordinary case and not serious case that we must fight together,

based on how Tribunnews.com presented the news itself.

Keywords--children, child-friendly news guideline, news of

children violence

I. INTRODUCTION

Mass media has four functions: surveillance, correlation, cultural transmission, and entertaining [1]. Until now all four functions are still relevant. The mass media still exists to find and convey information. It is through media that the public learns about various events in their environment. When in our environment there is a lot of violence against children, then we find out through the mass media. For example, when in Bali in 2015 a girl Angeline (8 years old) was found dead in the backyard of her adopted parents' house, all the mass media vigorously reported the case. Actually, child abuse is not actually a new problem in society, but merely a newly recognized [2].

The mass media reports on child abuse because this case has high news value. According to Bell A., news values include competition, cooptation, prefabrication, and predictability [3]. Violence against children has a high news value, which includes conflicts between perpetrators and victims. It also often includes conflict on sexual related issues, and how those kind of news can attract attention and empathy from readers because children are part of our family. These cases cause feelings of sympathy for many readers [4][5].

In Indonesia, violence against children continues to occur until today. The Indonesian Child Protection Commission (KPAI) noted that the majority of child violence in Indonesia during January-April 2019 took the form of physical, psychological, and sexual violence. Based on complaints from the public at KPAI, the number of

victims of psychological violence and bullying is also still high [6].

Data from the National Commission on Non-Violence against Women (Komnas Perempuan), showed that during 2019 child violence increased to 65% (2,341 cases) compared to 2018 with only 1,417 cases. Incest was the most dominant cases of 770 cases, with sexual violence case: 571 cases, and physical violence cases: 536 cases. This data showed that girls from their early childhood are in an unsafe situation, even by those who closest to them [7].

Regarding child protection, Indonesia refers to first Law No. 23 of 2002 concerning Child Protection [8] and Law No. 11 of 2012 concerning the Children's Criminal Justice System (SPPA) [9]. In the SPPA Law, protection of children's identity is becoming increasingly widespread. Children aged 0-18 years, married or not still called a child. Children in the womb and children who have died when related to criminal acts, their identity remains covered. Children are confronted with the law, not only the offender's child, but also the victim's child and the witness's child in a criminal case. Identity is anything that can open up who the child is dealing with the law, besides name, face, place of residence, school, association, as well as the names of parents, brothers, sisters, uncles, teachers, and neighbors or other identities.

In addition, based on the two laws above, the Press Council on February 19, 2019 issued a Child Friendly News Guide (PPRA) which contained 12 points [10]. The point is to protect children by hiding their identity. Journalists must keep the identity of child victims and the child suspected, accused of violating the law. The reporter also have to report factually with sentences narration/visual/video that are positive, empathetic, and or do not make a description/reconstruction of events that are sexual and sadistic.

The increased cases of child abuse, encourages researchers to examine how the mass media report violence against children. Among them Siregar (2016) who examined the Media and Violence against Children in Medan Post Daily, North Sumatra in 2013 [11], found that during the August-December 2013 period there were 17 reports of child abuse. The theme was varied. News about sexual harassment were 11 (64.70%), mistreatment (17.64%), murder 2 (11.76%) and which were unclear because the contents did not match the title (5.88%).

Other researchers Praditama et al. (2016) examined the factors causing violence against children in a number of families in Wonogiri and Solo, Central Java. They found the contributing factors were the inheritance of intergenerational violence, the difficulty of exposing child abuse to the public sphere, and the cultural background of the family that placed children at the bottom [12].

In Malang City, East Java, Andini et al (2019)

Page 89: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452 found that violence consisted of physical, verbal, emotional and sexual violence. The ages of the victims varied from 8 years (14%), 9 years (23%), 10 years (31%), 11 years (21%), 12 years (8%), and 13 years (3%). One of cases showed that the victim was the only child in a family or three siblings. Her mother who does not work experienced stress and that was the cause her to commit child abuse [13].

Another news of child sexual violence in Kompas daily (1 January 2018-28 February 2018) was studied by Hiromi (2019). She found that Kompas daily tended to be dominant in writing news in a straight news style and included many sources so that the news appeared actual. The type of coverage was two-sided so that it is balanced and it used illustration as a complement. In reporting child abuse, Kompas was already quite professional because it complied with the Journalism Code of Ethics, which hid the identity of the victim [14].

Discourse on news of child abuse in Tribunnews.com was also examined by Pranawati in 2018. Researcher found that in writing violence by children, the online media tended to write in the straight news formula. Journalists described about it with the same tone and description of violence as if it was done by adults. Journalists did not trace the background of child, even though the child's behaviors were the result of family parenting. Journalists place victim, his colleagues, and polices in a dominant position compared to child offenders, and journalists identify themselves as victim so that they gave more voices to victim than child of perpetrators [15].

To prevent child abuse, Rahmawati (2015) offered advocative journalism as a solution to the reporting of children who are victims of sexual violence to highligh empathizing with children. With advocative journalism, editors become representatives of specific public interests and view child abuse as an injustice in society [16].

This study examined how the online media Tribunnews.com applied PPRA in reporting violence against children. The novelty of this research is in the object of research. Previous research on child abuse news has only focused more on the application of the Journalistic Code of Ethics and has not reviewed the implementation of the Child- Friendly News Guide

II RESEARCH METHOD

This research used qualitative approach and it was descriptive in nature. Qualitative research aims to explain the phenomenon as deeply as possible through the data as detailed as possible. Although qualitative research can be the best way to collect and analyze data, researchers must remember that this study has limited interpretation [17].

The object of research was the cyber media Tribunnews.com. This media is under the Kompas Gramedia group which is a huge media group in Indonesia. Tribunnews.com ranked third on the

online media rating site, based on Alexa.com. Researchers analyzed the news

that were uploaded during 15 January-15 February 2020. Data were collected by observation, in-depth interviews, and documentation studies. Data analysis was performed using qualitative content analysis.

III. RESULTS AND DISCUSSION

In a month (January 15-February 15, 2020) Tribunnews.com contains 18 titles. These titles can be categorized into two groups: 11 cases of sexual harassment (61%) and 7 cases of violence (39%). Researchers analyzed each story to see whether it complies with or violates PPRA. The results showed that all child abuse news on Tribunnews.com complied with PPRA. There was no news that reveals the identity of the victim. This means Tribunnews.com reporters understand PPRA rules.

Another finding was Tribunnews.com journalists tended to write the incidence of child violence in the straight news narration with a very short paragraph thus it lacks of detail information related to the case. In journalism the completeness of information is one aspect that must be fulfilled.

Regarding this issue, Priyambodo RH, Antara News Agency Multimedia Ombudsmen explained, Search Engine Optimization (SEO), which became a click bait based, made information governance in the path of journalism carrying an accurate-fast-complete mandate in one story. If not, it can be overcome, among others, by training content managers to be able to manage their websites/pages/social media in a running news or minimal well information. Running news is like running a relay. Therefore, content managers must routinely connect information that has been conveyed so that at the end there is an accurate and complete round-up. This is not later than six hours after the initial information is uploaded [17].

Priyambodo further explained that website managers must also focus in certain articles. If he/she manages too many issues, then there can be confusion. More than 75% of cyber media products are sharing/forward info from other people. It is now commonplace for journalists to cite social media as their sources, even though this kind of news should be in the category of press releases, not as news coverage or reportage [17].

Sulistyawan, General Manager and Content Manager of Tribunnews.com explained that all journalist of Tribunnews.com who went to the field had received direction on do’s and don’ts in writing about child violence. About writing news in a short style he explained that this format was in accordance with the format of digital media [18].

“The incident continues. The readers not only need the speed of the information but also the

Page 90: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452 completeness. Therefore, we continue to update the news and provide the page,” Sulistyawan added [18].

Researchers still founds several news titles that do not match their contents. Titles like this appear to have been made to attract readers to click on the news. There was also some news that replace the term raping with other terms which are actually gender-biased. The choice of terms intended to refine words for immorality can actually be considered a manipulation of facts.

According to Kamsul Hasan, Chair of the Competency of Journalist, Competency Test of Indonesian Journalist Association, the tendency of journalists to make a rather sensational title is a click bait. Click bait is a technique that entices the reader to create a title that makes people curious, so they want to click on the news [19].

"The case of immorality and child abuse has high news value. Because of that, the editor gave a sensational headline feed, so that people click on the news, at least four times,” continued Kamsul.

Kamsul stated click bait being implemented by almost all cyber media. Even though the cyber media should have a legal body hence they can be better at writing, willing to follow the ethics and existing guidelines [19].

"Journalists are free to write about child violence. The condition is that they must understand the Journalistic Code of Ethics, especially Article 5, SPPA and PPRA Law which explains the mechanism for reporting cases of children dealing with laws which all prohibit disclosing children's identities," said Kamsul [19].

III. CONCLUSION

Researchers concluded that Tribunnews.com in reporting child abuse had complied with PPRA. Even so, this media writes news that is very short so that in terms of journalism it is incomplete to provide detail information related to the case. Journalists should write in the form of feature that is more flexible. Journalists should interview victims' families to explore facts about their negligence in protecting children.

Tribunnews.com editors constructed children as very weak creatures through the news narration. Nevertheless, it can be assumed that reporters have not sided with children. This can be seen from the very short news, so that it is only like the statistics of child abuse. Journalists sometimes replaced the term rape with other terms which are actually gender-biased.

By not interviewing adults and significant others around the victim, it seems the reporters favored the adults to not take responsibility for cases that damage their children's future life. As a top-ranked media Tribunnews.com actually has a strategic position in preventing child abuse by writing in-depth news and complete narration, thus they will inspire readers to care about the future of children and being aware of violence against children.

Page 91: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452

REFERENCES

[1] McQuail, Dennis. 2005. Mass Communication Theory. 5th edition. London: Sage Publications.

[2] Nelson, Barbara J. 1984. Making an Issue of Child Abuse: Political Agenda-Setting for Social Problem. Chicago: The University Chicago Press.

[3] Bell A, Hanitzsch. 1991. The Language of News Media. Blackwell: Oxford.

[4] Iskandar, Maskun & Atmakusumah. 2014. Panduan Jurnalistik Praktis. Mendalami Penulisan Berita dan Feature, Memahami Etika dan Hukum Pers. Jakarta: LPDS dan Djarum Foundation Bakti pada Negeri.

[5] Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Press.

[6] KPAI: Angka Kekerasan pada Anak Januari-April 2019 Masih Tinggi, DetikNews, 2 Mei 2019 diakses pada 20 Februari 2020 pada pukul 18.00 WIB

[7] Kekerasan terhadap Anak Perempuan Naik 65% di 2019, Tempo.co, 6 Maret 2020 diakses pada 18 April 2020 pada pukul 17.00 WIB.

[7] Undang-Undang No 23 Tentang Perlindungan Anak Tahun 2002. www.kpai.go.id

[8] Undang-Undang No. 11 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Tahun 2012. www.kpai.go.id [9] Panduan Pemberitaan Ramah Anak. www.dewanpers.or.id [10] Siregar, Anggi Azhari, 2015. Media dan Kekerasan Anak (Analisis Isi Kekerasan Anak di Harian Medan Post). Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 3

No 2, 2016.

[11] Praditama, Sandhi, Nurhadi, dan Atik Catur Budiarti. Kekerasan terhadap Anak dalam Keluarga Perspektif Fakta Sosial. Jurnal FKIP Universitas Negeri Surakarta. 2016.

[12] Andini, Thatit Manon dkk. Identifikasi Kekerasan pada Anak di Kota Malang, Jawa Timur. Jurnal Perempuan dan Anak Vol. 2 No 1. Februari 2019. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/JPA/article/view/5636

[13] Kyuna, Hirumi. 2019. Analisis BeritaKekerasan Seksual pada Anak di Harian Kompas Edisi Januari-Februari 2018. Yogya: Universitas Pembangunan Nasional. Tesistidak dipublikasikan. URL: http://eprint.upnyk.ac.id/id/eprint/20028.

[14] Mustika, Sri and Rita Pranawati. 2018. Analisis Wacana Kritis Berita Kekerasan oleh Anak di Media Daring, dipresentasikan pada Colloquium di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA pada 23 Desember 2019.

[15] Rakhmawati, Yuniar Fariza. 2015. Jurnalisme Advokatif: Solusi bagi Anak Korban Kekerasan Seksual. Jurnal Komunikasi Islam Vol 7 No. 1, 2015.

[16] Kriyantono, Rahmat. 2014. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta:Kencana.

[17] Hasil wawancara dengan Priyambodo RH, Ombudsmen Multimedia Lembaga Kantor Berita Nasional Antara di Jakarta pada 13 April 2020.

[18] Hasil wawancara dengan Yulis Sulistyawan, General Manager dan Content Manager Tribunnews.com pada 1 Mei 2020.

[19] Hasil Wawancara dengan Kamsul Hasan, Ketua Kompetensi Wartawan untuk Uji Kompetensi Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia pada 16 Februari 2020 dan 18 April 2020.

Page 92: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452

Page 93: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452

Page 94: LAPORAN PENELITIAN INTERNAL PENERAPAN PANDUAN ...

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 452