Daftar isiKata pengantar.
Bab 1. Pendahuluan.a. Latar belakang.b. Tujuanc. Manfaat..
Bab 2. Pembahasan.
Bab 3. Penutup.a. Kesimpulanb. Saran..Daftar pustaka...
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb.Syukur Alhamdulillah. Segala puji hanya
diserahkan kepada Allah SWT., tuhan semesta alam yang telah
memberikan kami kesempatan sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Kami juga berterima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu kami serta memberikan ilmunya guna memperluas
wawasan kami. Demikian pun, kepada semua pihak yang turut terlibat
dalam penyelesaian makalah ini.Selanjutnya, makalah ini membahas
mengenai askep pada penyakit urtikaria Setiap pembahasan dari
makalah ini , diambil dari dengan literatur yang ada.Sesuai kata
orang bijak Tidak ada didunia ini yang sempurna. Demikian pun
halnya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran yang sifatnya membangun kami terima demi
perbaikan dan kemaslahatan makalah ini.Harapan kami, semoga makalah
ini bermanfaat dalam pembuatan makalah yang lain dan isinya pun
dapat menjadi sumber referensi yang baik bagi generasi
mendatang.
Makassar, 7 mei 2012
Penyusun
Bab 1 Pendahuluan
a.Latarbelakang Pengertian Urtikaria adalah lesi di kulit yang
ditandai khas dengan urtika. Pengertian urtikaria yang lain adalah
reaksi vaskular dari dermis yang ditandai dengan gambaran sementara
dengan bercak atau bejolan, lebih merah atau lebih pucat dari pada
kulit disekitarnya dan seringkali ditandai dengan gatal yang sangat
hebat.
Urtikaria merupakan penyakit yang sering ditemukan, diperkirakan
3,2-12,8% dari populasi pernah mengalami urtikaria. Urtikaria atau
lebih di kenal dengan biduran adalah suatu gejala penyakit berupa
gatal-gatal pada kulit di sertai bercak-bercak menonjol ( edema )
yang biasanya disebabkan oleh alergi ( www.urtikaria.com )
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan
yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan
kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. (
robin graham, brown. 2205 ) Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai
dengan timbulnya urtika atau edema setempat yang menyebabkan
penimbulan diatas permukaan kulit yang di sertai rasa sangat gatal
( ramali,ahmad. 2000)
b.TUJUANTujuan dari pembuatan makalah ini asuhan keperawatan ini
adalah untuk membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme
terjadinya penyakit urtikaria
c.MANFAATManfaat dari asuhan keperawatan anak dengan penyakit
urtikaria Ini bermanfaat untuk melakukuan askep yang valid mulai
dari pengkajian, diagnose keperawatan, proses kaperawatan,
implementasi, evaluasi
Bab.2 pembahasan
1. PENGERTIAN
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan
yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan
kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat
(Brown Robin Graham halaman 2205).Urtikaria adalah penonjolan di
atas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat hilang
perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan gigitan
serangga (Saripati Penyakit Kulit halaman 3).Urtikaria adalah
erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol),
berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal.
Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang
(klinik pediatric, 2009).Urtikaria (biduran) merupakan suatu reaksi
pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena pengeluaran histamin
yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan kebocoran dari
pembuluh darah. Secara imunologik, dari data yang ada sejak tahun
1987, urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi
pada kulit yang paling sering dikemukakan oleh penderita, keadaan
ini juga didukung oleh penelitian ahli yang lain (Hodijah,
2009).Urtikaria (gelagata) merupakan reaksi alergi
hipersensitivitas tipe 1 pada kulit yang ditandai oleh kemunculan
mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda
dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan
menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat
mengenai setiap bagian tubuh, termasuk membran mukosa (khususnya
mulut), laring (kadang-kadang dengan komplikasi respiratorius yang
serius) dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan
bertahan selama periode waktu tertentu yang bervariasi dari
beberapa menit hingga beberapa jam sebelum menghilang. Selama
berjam-jam atau berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul,
hilang dan kembali lagi secara episodik (Brunner dan Sudarth,
2002).Urtikaria (kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai
oleh bilur-bilur berwarna merah dengan berbagai ukuran di permukaan
kulit (Medicastore, 2009).Secara umum, Urtikaria yang disebut juga
Kaligata, Biduran, atau Gelagata adalah suatu reaksi alergi pada
kulit akibat pengeluaran histamin ditandai dengan kemunculan
mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda
dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan
menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat.Istilah lain yang
digunakan untuk urtikaria yaitu : Hives, nettle rash, biduran,
kaligata, gelagata. Gambar 1 : Urtikaria di berbagai tempat
2. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20%
populasi mengalami urtikaria dalam masa hidupnya. Kemungkinan
mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur (terbanyak
pada kelompok umur 40-50 an). Hanya saja, pada urtikaria kronis
(berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita yaitu 60%
(Anonim, 2009). Urtikaria dapat terjadi pada semua ras. Kedua jenis
kelamin dapat terkena, tapi lebih sering pada wanita usia
pertengahan. Urtikaria kronik idiopatik terjadi 2 kali lebih sering
pada wanita daripada laki-laki.Urtikaria akut lebih sering terjadi
pada anak-anak, sedangkan urtikaria kronik lebih sering terjadi
pada usia dewasa (Asta Qauliyah, 2007). Urtikaria sering dijumpai
pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria
dibandingkan dengan usia muda. Umur rata-rata penderita urtikaria
ialah 35 tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau
lebih dari 60 tahun. Urtikaria kronik cenderung dialami oleh orang
dewasa dan wanita memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar daripada
laki-laki (Hodijah, 2009). Urtikaria merupakan penyakit yang sering
ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari populasi pernah mengalami
urtikaria (klinik pediatric, 2009). Urtikaria sering dijumpai pada
semua umur, namun orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria
dibandingkan dengan usia muda. SHELDON (1951), menyatakan bahwa
umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35 tahun, jarang dijumpai
pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun.Ditemukan
40% bentuk urtikaria saja, 49% bentuk urtikaria bersama angioderma,
dan 11% bentuk angioederma saja. Lama serangan berlangung
bervariasi, ada yang lebih dari satu tahun, bahkan ada yang lebih
dari 20 tahun.Penderita atopi (alergi) lebih mudah mengalami
urtikaria dibandingkan dengan orang normal. Tidak ada perbedaan
frekuensi dari faktor jenis kelamin baik laki-laki atau perempuan.
Umur, ras, jabatan/pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musim
dapat mempengaruhi hipersensitivitas yang diperankan oleh IgE.
Penisilin tercatat sebagai obat yang sering menimbulkan urtikaria
(Irga, 2009).3. ETIOLOGI
Faktor pencetus terjadinya urtikaria, antara lain: makanan
tertentu, obat-obatan, bahan hirupan (inhalan), infeksi, gigitan
serangga, faktor fisik, faktor cuaca (terutama dingin tapi bisa
juga panas berkeringat), faktor genetik, bahan-bahan kontak
(misalnya: arloji, ikat pinggang, karet sandal, karet celana dalam,
dan lain-lain) dan faktor psikis.1. Jenis makanan yang dapat
menyebabkan alergi misalnya : telur, ikan, kerang, coklat, jenis
kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dan
lain-lain. Zat pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga
dapat menimbulkan urtikaria.2. Jenis obat-obatan yang dapat
,menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin, bronide, serum,
vaksin, dan opium.3. Bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung
seperti serbuk kembang, jamur, debu dari burung, debu rumah, dan
ketombe binatang.4. Faktor lingkungan yang terpapar dengan debu
rumah, jamur, serbuk sari bunga, pengaruh cuaca yang terlalu dingin
atau panas sinar matahari, tekanan atau air juga dapat menimbulkan
urtikaria.5. Pada urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu
diperhatikan. Stress emosional dapat secara langsung dan tidak
langsung menyebabkan seseorang meningkat kemungkinan terjadi
urtikaria.6. Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan
dapat menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering
disertai urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, Lupus
Eritematosus Sistemik, dll.7. Gigitan serangga. Gigitan serangga
dapat menimbulkan urtikaria setempat. Nyamuk, lebah dan serangga
lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat
gigitan, biasanya sembuh sendiri.4. PATOFISIOLOGI
Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang
spesifik dan menimbulkan reaksi setempat yang mirip reaksi
anafilaksis. Histamin yang dilepaskan setempat akan menimbulkan (1)
vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare (kemerahan) dan
(2) peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam
beberapa menit kemudian akan terjadi pembengkakan setempat yang
berbatas jelas (Guyton, 2008).Urtikaria terjadi karena vasodilatasi
disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi
transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan lokal.
Sehingga secara klinis tampak edema lokal disertai eritem.
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi
akibat pelepasan mediator misalnya histamine, kinin, serotonin,
slow reacting substance of anafilacsis (SRSA) dan prostaglandin
oleh sel mast dan atau basofil (Asta Qauliyah, 2007). Sel mast
merupakan sel yang berperan dalam pelepasan mediator vasoaktif
seperti histamin yaitu agen utama dalam urtikaria. Mediator lain
seperti leukotrin dan prostaglandin juga mempunyai kontribusi baik
dalam respon cepat maupun lambat dengan adanya kebocoran cairan
dalam jaringan (Hodijah, 2009). Urtikaria terjadi karena
vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat,
sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan
cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema setempat
disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator, misalnya
histamin, kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis
(SRSA), dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil. Selain
itu terjadi inhibisiproteinase oleh enzim proeolotik, misalnya
kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast. Baik
faktor imunologik, maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast
atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut. Pada yang
nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono phosphate)
memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan
kimia seperti golongan amin dan derivat amidin, obat-obatan seperti
morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotik berperan pada
keadaan ini. Bahan kolinergik, misalnya asetilkolin, dilepaskan
oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui,
langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator.
Faktor fisik, misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan
pemijatan, dapat langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan,
misalnya demam, panas, emosi, dan alkohol dapat merangsang langsung
pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas. Faktor imunologik lebih berperan pada
urtikaria yang akut daripada yang kronik dimana biasanya Ig. E
terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya
reseptor Fc, bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan Ig. E,
maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator.
Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya
alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi
komplemen secara klasik maupun secara alternatif menyebabkan
pelepasan anafilatoksin (C3aC5a) yang mampu merangsang sel mast dan
basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri. Ikatan
dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi
sitotoksik dan kompleks imun, pada keadaan ini juga dilepaskan zat
anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga terjadi misalnya
setelah pemakaian bahan penangkis serangga, bahan kosmetik, dan
sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor secara genetik
menyebabkan edema angioneurotik yang herediter (Irga, 2009).
Gangguan Citra Tubuh
5. KLASIFIKASI
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria. Irga, 2009
mengklasifikasikan urtikaria menurut beberapa hal.Berdasarkan
lamanya serangan berlangsung, urtikaria dibedakan menjadi :
Urtikaria AkutDisebut akut bila serangan berlangsung kurang dari 6
minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari.
Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anak muda, umumnya
laki-laki lebih sering daripada perempuan. Penyebab urtikaria akut
lebih mudah diketahui. Urtikaria KronikDisebut kronik bila serangan
berlangsung lebih dari 6 minggu. Urtikaria kronik lebih sering pada
wanita usia pertengahan. Kasus urtikaria kronik sulit
ditemukan.Urtikaria kronik dibagi menjadi beberapa subtipe meliputi
:a. Urtikaria FisisPada urtikaria fisis timbulnya gejala biasanya
terkait dengan perubahan tempratur lingkungan yang mencolok, lebih
sering akibat dingin. Pemicu yang lain misalnya; trauma mekanis,
getaran, aktivitas fisik / exercise, stres emosional, sinar
matahari, air.b. Urtikaria VaskulitisUrtikaria Vaskulitis
sebenarnya merupakan manifestasi kulit dari penyakit sistemik /
Autoimmune diseases.c. Urtikaria Kronik IdiopatikDisebut Urtikaria
kronik idiopatik jika tidak diketahui pemicunya yang spesifik pada
penelusuran dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, maupun hasil
laboratorium. Sebanyak 80-90% dari urtikaria kronik adalah
idiopatik.
Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menurut
bentuknya, yaitu : Urtikaria Papular bila berbentuk papul,
Urtikaria Gutata bila besarnya sebesar tetesan air, dan Urtikaria
Gurata bila ukurannya besar-besar.. Terdapat pula yang Urtikaria
Anular dan Urtikaria Arsinar. Menurut luasnya dan dalamnya jaringan
yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi : Urtikaria Lokal
Generalisata AngioedermaAda pula yang menggolongkan berdasarkan
penyebab urtikaria dan mekanisme terjadinya, meliputi : Urtikaria
atas dasar reaksi imunologik :a. Bergantung pada IgE (reaksi alergi
tipe I) :i. Pada atopiii. Antigen spesifik (polen, obat, venom)b.
Ikut sertanya komplemen :i. Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi
tipe II)ii. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)iii.
Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetik)c. Reaksi Alergi tipe IV
(urtikaria kontak) Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologika.
Langsung memacu sel mast, sehingga terjadi pelepasan mediator
(misalnya obat golongan opiat dan bahan kontras).b. Bahan yang
menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat (misalnya
aspirin, obat anti-inflamasi nn-steroid, golongan azodyes).c.
Trauma fisik, misalnya dermografisme, rangsangan dingin, panas atau
sinar, dan bahan kolinergik. Urtikaria yang tidak jelas penyebab
dan mekanismenya, digolongkan sebagai urtikaria idiopatik.
Ada pula sumber lain yang membagi urtikaria menjadi :1.
URTIKARIA AKUTUrtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam
atau beberapa hari. yang sering terjadi penyebabnya adalah:a.
adanya kontak dengan tumbuhan (misalnya jelatang), bulu
binatang/makanan.b. akibat pencernaan makanan, terutama
kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan strowberi.c. akibat memakan
obat misalnya aspirin dan penisilin.2. URTIKARIA KRONISBiasanya
berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun.
pada bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab
tunggal.3. URTIKARIA PIGMENTOSAYaitu suatu erupsi pada kulit berupa
hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-kadang disertai
pembengkakan dan rasa gatal.4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO
SISTEMIK )Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada
bayi kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria yang
berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan
menjadi:1.Heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan
panas.2.Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas
penyebabnya atau sulit dideteksi.3.Cold urtikaria adalah urtikaria
yang disebabkan oleh rangsangan dingin.4.Pressure urtikaria yaitu
urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan.5.Contact urtikaria
yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi.6.Aquagenic urtikaria
yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air.7.Solar
urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar
matahari.8.Vaskulitik urtikaria.9.Cholirgenic urtikaria yaitu
urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.
6. GEJALA KLINISGejala atau tanda-tanda urtikaria mudah
dikenali, yakni bentol atau bercak meninggi pada kulit, tampak
eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas,
kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa
terjadi dalam berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari
empat sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain dapat
muncul kembali. Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar, atau
tertusuk. Penampakan urtikaria beragam, mulai yang ringan berupa
bentol merah dan gatal hingga yang agak heboh yakni bengkak pada
kelopak mata (bisa satu mata atau keduanya), bibir membengkak ,
daun telinga menebal dan adakalanya disertai perut mulas serta rasa
demam. Gejala mungkin tidak terjadi setiap saat. Untuk beberapa
orang, kondisi tertentu seperti panas, dingin atau stress akan
menyebabkan perburukan gejala.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : kulit tampak kemerahan, terdapat batas pinggir yang
jelas (timbul secara tiba-tiba, memudar bila disentuh, jika digaruk
akan timbul bilur-bilur yang baru), tampak adanya edema dan
pembengkakan.Palpasi : terasa adanya edema dan pembengkakan serta
adanya nyeri tekan.8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC/ PENUNJANG
Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar Imunoglobulin
E, eosinofil dan komplemen. Tes eliminasi makanan dengan cara
menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu,
lalu mencobanya kembali satu per satu. Pemeriksaan darah, urin, dan
feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi
atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin
perlu diperiksa pada dugaan urtikaria dingin. Pemeriksaan gigi,
telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk
menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal. Pada urtikaria fisik
akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel. Tes kulit, meskipun
terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis.
Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes
intradermal dapat dipergunakan untuk mencari alergen inhalan,
makanan, dermatofit dan kandida. Pemeriksaan histopatologik,
walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu diagnosis.
Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di papilla
dermis, geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak.
Pada tingkat permulaan tidak tampak infiltrasi seluler dan pada
tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit, terutama disekitar
pembuluh darah. Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada
diagnosis urtikaria kolinergik. Tes dengan es (ice cube test) pada
urtikaria dingin. Tes dengan air hangat pada urtikaria panas.
(Irga, 2009).9. DIAGNOSIK /KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis urtikaria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis. Anamnesis harus dilakukan dengan lengkap dan
teliti serta lebih menekankan pada faktor-faktor etiologi yang
dapat menimbulkan urtikaria. 10. THERAPY / TINDAKAN
PENANGANANSecara umum penatalaksanaan dari urtikaria itu sendiri
meliputi :1. Identifikasi dan pengobatan adalah menghindari faktor
resikoIni yang paling penting dan hanya ini yang efektif untuk
terapi jangka panjang. Menghindari aspirin atau zat-zat aditif pada
makanan, diharapkan dapat memperbaiki kondisi sekitar 50% pasien
dengan urtikaria kronik idiopatik.2. Pengobatan lokala. Kompres air
es atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloid Aveeno oatmeal
yang bisa mengurangi gatal.b. Lotion anti pruritus atau emulsi
dengan 0,25% menthol bisa membantu dengan atau tanpa 1% fenol dalam
lotion Calamine. 3. Pengobatan sistemika. Anti histamine dengan
antagonis H1 adalah terapi pilihan.b. Doxepin, yaitu anti depresan
trisiklik dengan efek antagonis H1 dan H2.c. Kombinasi antihistamin
H1 dan H2, misalnya simetidin.d. Cyproheptadin, mungkin lebih
efektif daripada antihistamin.e. Korticosteroid, biasanya digunakan
untuk mengontrol vascukitis urtikaria.f. Profilaksis dengan steroid
anabolic, misalnya : danazol, stanozolol.g. Hormon tyroid juga
dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan angioderma.h.
Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi
Helicobacter pylory dengan urtikaria kronis.(Asta Qauliyah,
2007).Pada tahun-tahun terakhir ini dikembangkan pengobatan yang
baru, hasil pengamatan membuktikan bahwa dinding pembuluh darah
manusia juga mempunyai reseptor H2. Hal ini apat menerangkan,
mengapa antihistamin H1 tidak selalu berhasil mengatasi urtikaria.
Kombinasi antihistamin H1 dan H2 masih dalam penelitian lebih
lanjut. Tetapi pada dermografisme yang kronik pengobatan kombinasi
ternyata lebih efektif daripada antihistamin H1 saja.Pada edema
angioneurotik kematian hampir 30% disebabkan oleh karena obstruksi
saluran nafas. Biasanya tidak responsif terhadap antihistamin,
epinefrin, maupun steroid. Pada gigitan serangga akut mungkin dapat
diberikan infus dengan plasma fresh frozen, yang obyektif tentu
saja pemberian plasma yang mengandung C1 esterase inhibitor, C2,
dan C4. Hal yang penting ialah segera dilakukan tindakan mengatasi
edema larins.Pengobatan dengan anti-enzim, misalnya anti plasmin
dimaksudkan untuk menekan aktifitas plasmin yang timbul pada
perubahan reaksi antigen-antibodi. Preparat yang digunakan adalah
ipsilon. Obat lain ialah trasilol, hasilnya 44%
memuaskan.Pengobatan dengan cara desensitasi, misalnya dilakukan
pada urtikaria dingin, dengan melakukan sensitisasi air pada suhu
10oC (1-2 menit) dua kali sehari selama 2-3 minggu. Pada alergi
debu, serbuk sari bunga jamur, desensitasi mula-mula dengan alergen
dosis kecil 1 minggu 2x; dosis dinaikkan dan dijarangkan
perlahan-lahan sampai batas yang dapat ditolerir oleh penderita.
Eliminasi diet dicobakan pada yang sensitif terhadap
makanan.Pengobatan lokal di kulit dapat diberikan secara
simptomatik, misalnya anti-pruritus di dalam bedak atau bedak
kocok.
11. KOMPLIKASI Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi.
Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan
excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan
antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien
dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup
(Asta Qauliyah, 2007).
12. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis urtikaria adalah baik, dapat sembuh
spontan atau dengan obat. Tetapi karena urtikaria merupakan bentuk
kutan anafilaksis sistemik, dapat saja terjadi obstruksi jalan
nafas karena adanya edema laring atau jaringan sekitarnya, atau
anafilaksis sistemik yang dapat mengancam jiwa.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIANPada pengkajian
dilakukan wawancara dan pemeriksaan diagnostik untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk
membuat rencana asuhan keperawatan klien. Dari wawancara akan
diperoleh informasi tentang biodata, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat kesehatan atau penyakit di masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pola aktifitas sehari-hari, dan riwayat
psikososial.Adapun yang bisa dikaji dari pasien dengan urtikaria
adalah :a. Keadaan UmumMeliputi kondisi seperti tingkat ketegangan
atau kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS,
pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.b. Tanda-tanda
VitalMeliputi pemeriksaan: Tekanan darah Heart Rate Respiratory
rate Suhu
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher Bentuk wajah Grimace/tanda
kesakitan, tanda ketegangan, dan atau kelelahan Bentuk hidung,
sekret, elastisitas septum Kaji adanya pernafasan cuping hidung
Kaji adanya cyanosis Adanya ptosis Konjungtiva Sklera
normal/ikhterus
d. Pemeriksaan Thorax dan Abdomen InspeksiPerhatikan manifestasi
distres pernafasan seperti: sinkronisasi gerakan dinding
dada-abdomen, dypsnea, orthopnea, PND, Cheyne Stokes, tanda-tanda
retraksi otot intercostae & suprasternal. PalpasiMenilai
getaran suara pada dinding dada (tactile fermitus), denyut apex
(normal: ICS V MCL sinistra, lebar denyutan 1 cm), getaran/thrill
(menunjukkan bising jantung), dan denyut arteri. PerkusiMenilai
batas-batas paru dan jantung, serta kondisi paru
AuskultasiPerhatikan suara nafas dan suara nafas tambahan (ronchi,
rales, wheezing, pleural friction rub), bunyi jantung, bising
jantung atau murmur.
e. Pemeriksaan Abdomen InspeksiMeliputi bentuk, ketegangan
dinding perut, gerakan dinding perut, pelebaran vena abdominal,
denyutan di dinding perut. AuskultasiMenilai peristaltik usus dan
bising sistolik PalpasiMeliputi ada tidaknya hepatomegali,
splenomegali, asites. PerkusiShifting dullness menunjukkan adanya
accites
f. Ekstrimitas dan Integumen Inspeksii. Warna kulit : kaji
adanya eritemaii. Kaji adanya edemaiii. Kaji adanya lesiiv.
Inspeksi kesimetrisan ekstremitas kanan dan kiri
Palpasii. Kaji adanya edemaii. Kaji perubahan warna saat
ditekaniii. Nyeri tekaniv. Kaji akral hangat atau dinginPemeriksaan
Penunjang Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar
Imunoglobulin E, eosinofil dan komplemen. Tes eliminasi makanan
dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk
beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu. Pemeriksaan
darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi
yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan
cold hemolysin perlu diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.
Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina
perlu untuk menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal. Tes kulit,
meskipun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu
diagnosis. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test),
serta tes intradermal dapat dipergunakan untuk mencari alergen
inhalan, makanan, dermatofit dan kandida. Pemeriksaan
histopatologik, walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu
diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di
papilla dermis, geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen
membengkak. Pada tingkat permulaan tidak tampak infiltrasi seluler
dan pada tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit, terutama
disekitar pembuluh darah. Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat
dilakukan tes foto tempel. Suntikan mecholyl intradermal dapat
digunakan pada diagnosis urtikaria kolinergik. Tes dengan es (ice
cube test) pada urtikaria dingin. Tes dengan air hangat pada
urtikaria panas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (BERDASARKAN
PRIORITAS)1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai
dengan penilaian melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal,
perilaku melindungi atau proteksi, perilaku distraksi (merintih,
menangis, gelisah) wajah tampak menahan nyeri.2. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan status alergenik ditandai
dengan bentol kemerahan pada kulit dan rasa gatal, terbaka,
tertusuk pada daerah kemerahan.3. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan pruritas ditandai dengan klien mengeluh sering terbangun
saat tidur karena gatal pada daerah kemerahan dan klien tampak
pucat.4. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya
organisme sekunder.5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan dalam penampilan sekunder akibat urtikaria ditandai
dengan kulit tampak kemerahan, mata dan bibir bengkak, telinga
menebal.
23. INTERVENSI
NoDiagnosa keperawatanTujuan / Out comeIntervensiRasional
1.Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan
penilaian melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal, perilaku
melindungi atau proteksi, perilaku distraksi (merintih, menangis,
gelisah) wajah tampak menahan nyeri.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil : Klien mengatakan
nyeri (gatal) berkurang pada kulit yang bengkak dan kemerahan.
Klien tidak meringis, merintih dan menangis. Klien tampak kembali
tenang
Mandiri Observasi rasa ketidaknyamanan yang dialami klien (
nyeri/ gatal pada daerah kemerahan, klien tampak meringis kesakitan
). Kaji rasa nyeri yang dirasakan klien baik intensitas,
karakteristik maupun beratnya ( skala 1-10) Beri posisi yang
nyaman.
Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri yang
penting.
Ajarkan teknik manajemen nyeri (metode
relaksasi,distraksi)Kolaborasi Berikan analgetik sesuai indikasi.
Berikan bedak sesuai yang dianjurkan dokter.Mandiri. Mengetahui
intensitas ketidaknyamanan yang dialami klien.
Sebagai indikator keefektifan intervensi yang diberikan dan
perubahan karakteristik nyeri.
Posisi yang nyaman membantu mengurangi nyeri. Menurunkan gerakan
yang dapat meningkatkan nyeri.
Membantu mengurangi nyeri.
Kolaborasi Membantu mengurangi nyeri.
Membantu mengurangi rasa gatal.
2
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status alergenik
ditandai dengan bentol kemerahan pada kuit dan rasa gatal, terbaka,
tertusuk pada daerah kemerahan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan integritas kulit membaik dengan kriteria hasil : Tidak
ada bentol kemerahan pada kulit. Klien tidak merasa gatal, panas,
dan tertusuk pada daerah kemerahan.
Mandiri Kaji status kerusakan integritas kulit.
Cuci area kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan
bilaslah seluruh area dengan bersih untuk menghilangkan sabun, lalu
keringkan. Anjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan klien
banyak minum.
Anjurkan keluarga klien secara rutin memberi bedak pada daerah
yang bentol kemerahan dan gatal serta melarang klien menggaruk pada
daerah yang gatal.
Kolaborasi Berikan obat anti alergi dan penanganan alergi.
Mandiri Membantu dalam pemberian implementasi keperawatan yang
tepat. Bertujuan untuk membersihkan area kemerahan agar tidak
terinfeksi oleh kuman ataupun bakteri penyebab penyakit.
Asupan cairan yang cukup dapat menjaga kelembapan kulit sehingga
dapat mecegah terjadinya iritasi pada kulit akibat gatal. Mencegah
penyebaran urtikari ke daerah yang lain.
Kolaborasi Mencegah alergi untuk bertambah parah.
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas ditandai
dengan klien mengeluh sering terbangun saat tidur karena gatal pada
daerah kemerahan dan klien tampak pucat.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan klien tidak mengalami gangguan pola tidur dengan
kriteria hasil : Klien tidak mengeluh sering terbangun saat tidur
karena gatal. Klien tidak pucatMandiri - Kaji waktu tidur klien
tiap hari.
Berikkan posisi yang nyaman dengan meninggikan kepala ditempat
tidur. Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap
alergen yang telah diketahui.
Jelaskan pada klien gejala gatal yang berhubungan dengan
penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal
hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Mandiri Untuk memberikan informasi tentang kondisi umum klien.
Untuk meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan perhatian.
Untuk menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
Untuk mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip
gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder.
Setelah diberikam asuhan keperawatan selama ..x 24 jam
diharapkan tidak terjadi/ adanya gejala-gejala infeksi dengan
kriteria hasil: Klien tidak mengalami infeksi. Tanda-tanda infeksi
tidak ada, WBC (4,00-11,00 k/ul) Klien tidak demam.Mandiri- Pantau
tanda-tanda infeksi.
- Lakukan perawatan luka- Berikan pendidikan kesehatan mengenai
pencegahan infeksi.
Mandiri - Mengetahui secara dini tanda-tanda infeksi sehingga
bisa melakukan intervensi secara tepat- Menghindari infeksi-
Mengajarkan klien agar terhindar dari
5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat urtikaria ditandai dengan kulit tampak
kemerahan, mata dan bibir bengkak, telinga menebal.
Setelah diberikan askep selama ... x 24 jam diharapakan tidak
terjadi gangguan citra tubuh dengan kriteria hasil : Klien
menyatakan penerimaan terhadap diri.
Mandiri Validasi masalah yang dialami klien. Libatkan klien
dalam melakukan perawatan diri, seperti memberi bedak pada daerah
yang kemerahan.
Berikan dukungan moral.
Jelaskan pada klien tentang prognosis penyakit dan waktu
penyembuhan. Mandiri Meninjau perkembangan klien.
Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra
tubuh.
Meningkatkan status mental klien.
Dapat memberi ketenangan pada klien dan meningkatkan konsep
dirinya atas kesembuhan.
4. EVALUASINo. DxDiagnosa KeperawatanEvaluasi
1.Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan
penilaian melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal, perilaku
melindungi atau proteksi, perilaku distraksi (merintih, menangis,
gelisah) wajah tampak menahan nyeriKlien mengungkapkan nyeri
teratasi dengan kriteria hasil: Klien mengatakan nyeri (gatal)
berkurang pada kulit yang bengkak dan kemerahan. Klien tidak
meringis, merintih dan menangis. Klien tampak kembali tenang
2.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status alergenik
ditandai dengan bentol kemerahan pada kuit dan rasa gatal, terbaka,
tertusuk pada daerah kemerahanIntegritas kulit kembali normal
kriteria hasil : Tidak ada bentol kemerahan pada kulit. Klien tidak
merasa gatal, panas, dan tertusuk pada daerah kemerahan
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas ditandai
dengan klien mengeluh sering terbangun saat tidur karena gatal pada
daerahGangguan pola tidur klien dapat teratasi dengan kriteria
hasil : Klien tidak mengeluh sering terbangun saat tidur karena
gatal. Klien tidak pucat
4.Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunderKlien tidak mengalami gejala-gejala infeksi dengan kriteria
hasil: Klien tidak mengalami infeksi. Tanda-tanda infeksi tidak
ada, WBC (4,00-11,00 k/ul) Klien tidak demam.(suhu klien
36-370C)
5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat urtikaria ditandai dengan kulit tampak
kemerahan, mata dan bibir bengkak, telinga menebal.klien tidak
mengalami gangguan citra tubuh dengan kriteria hasil : Klien
menyatakan penerimaan terhadap diri.
Bab.3PenutupKesimpulan Dari uraian materi di atas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut
Urtikaria adalah lesi di kulit yang ditandai reaksi vaskular
dari dermis yang ditandai dengan gambaran sementara dengan bercak
atau bejolan, lebih merah atau lebih pucat dari pada kulit
disekitarnya dan seringkali ditandai dengan gatal yang sangat
hebat.Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang
spesifik dan menimbulkan reaksi setempat yang mirip reaksi
anafilaksis. Histamin yang dilepaskan setempat akan menimbulkan (1)
vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare (kemerahan) dan
(2) peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam
beberapa menit kemudian akan terjadi pembengkakan setempat yang
berbatas jelasPengobatan lokala. Kompres air es atau mandi air
hangat dengan mencampurkan koloid Aveeno oatmeal yang bisa
mengurangi gatal.b. Lotion anti pruritus atau emulsi dengan 0,25%
menthol bisa membantu dengan atau tanpa 1% fenol dalam lotion
Calamine
saranSetelah membaca makalah ini, mungkin komentar yang timbul
adalah rasanya masih banyak hal yang belum di jawabsecara tuntas
dan menyeluruh serta mengenai metabolisme lipid, makalah ini jauh
dari sempurna, umtuk itu kami menerima keritik, usul, dan
saran.
DAFTAR PUSTAKA
Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCAnonim. 2009.
Urtikaria. http://www.klikdokter.com/illness/detail/28. Carpenito,
Lynda Juall. 1992. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinis, Edisi 6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCHodijah. 2009.
Urtikaria Kronik (Chronic Urticaria).
http://www.kulitkita.com/2009/02/urtikaria-kronik-chronic-urticaria.html.
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCIrga. 2009. Urtikaria.
http://irwanashari.blogspot.com/2009/04/urtikaria.html.
Medicastore.2009.Kaligata(Urtikaria).http://medicastore.com/penyakit/151/Kaligata_urtikaria.htm.
Pediatri, Klinik. 2009. Urtikaria.
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/09/biduran
giduan-urtikaria-bukan-sekedar-alergi-makanan-biasa/. Qauliyah,
Asta. 2007. Referat : Urtikaria Kronik (Chronic
Urticaria).http://astaqauliyah.com/2007/06/20/referat-urtikaria-kronik-chronic-urticaria/.
Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of
Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta:
EGC. 1997