Page 1
TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teoritis Penyakit
1. Definisi
Tuberkulosis tulang adalah suatu proses peradangan kronik dan destruktif
yang disebabkan basil tuberkulosa yang menyebar secara hematogen dari focus jauh,
dan hampir selalu berasal dari paru-paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada
waktu infeksi primer atau pasca primer.
Tuberculosis dapat menyebar dari daerah tersebut ke daerah diskus
intervertebralis. Pada dewasa, penyakit pada piringan merupakan sekunder terhadap
infeksi yang berasal dari badan vertebra. Sedangkan pada anak – anak, karena diskus
masih mendapatkan vaskularisasi, maka masih dapat menjadi tempat primer.
Tuberkulosis tulang belakang merupakan kejadian yang paling umum dari
tuberculosis tulang & itu terjadi sekitar 50% dari semua kasus tuberkuosis tulang
hampir 88% tentang kasus infeksi atau peradangan tulang belakang yang kronis
adalah tuberculous asal (kemp et.al 1973). Area predileksi yang utama adalah Tulang
belakang, Pinggul, Lutut, Kaki, Siku, Tangan, dan Bahu. Rahang bawah (mandibula)
dan sendi temperomandibular adalah daerah yang paling sedikit kejadiannya.
Anatomi Fisiologi Organ
1. Muskuler/Otot
1.1 Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.Terdapat
lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otottersebut
dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagiankecil ada
yang melekat di bawah permukaan kulit
1
Page 2
Fungsi sistem muskuler/otot:
-Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak
dalam bagian organ internal tubuh.
-Penopang tubuh dan mempertahankan postur.
Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat
duduk terhadap gaya gravitasi.
-Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
-Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan
menegang, yang dapat atau tidak melibatkan
pemendekan otot.
-Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons
dengan kuat jika distimulasi olehimpuls saraf.
-Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki
kemampuan untuk menegang melebihi panjang otot saat rileks.
-Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang
Kerja Otot
- Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
- Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
- Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
- Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
- Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
- Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
2
Page 3
1.2 Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yangterbuat dari fibrous
protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan
otot. Gambar.2 Tendon
1.3 Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang
yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
-Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament
kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya
pergerakan
-Ligamen jaringan elastik kuning. Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan
yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang
lengan atas. Gambar.3 Ligamen
2. Skeletal
2.1 Tulang/ Rangka
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang
tersusun atas tulang-tulang. Tubuhkita
memiliki 206 tulang yang membentuk rangka.
Bagian terpenting adalah tulang belakang.
Fungsi Sistem Skeletal :
1.Memproteksi organ-organ internal dari
trauma mekanis
2.Membentuk kerangka yang yang berfungsi
untuk menyangga tubuh dan otot-otot yang.
3
Page 4
3.Melekat pada tulang
4.Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan
pembentuk darah.
5.Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam
darahmisalnya
6.Hemopoesis
Struktur Tulang
Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak
hidup(matriks).
Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk.
Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel
tulangdewasa).
Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang).
Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
1. Tulang Kompak
a. Padat, halus dan homogeny
b.Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung ’yellow bone
marrow”
c. Tersusun atas unit : Osteon Haversian System
d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat pembuluh darah
dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik (lamellae).
e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang disebut
periosteur, membran ini mengandung:
Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang
Osteoblas
4
Page 5
2. Tulang Spongiosa
a.Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula
b.Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan
c.Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang mengandung
pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.
d. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada ujungtulang
lengan dan paha.
Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya
1.Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna
2.Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki
3.Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan sternum
4.Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka, pelvis
2.2 Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehinggadimaksudkan
untuk memudahkan terjadinya gerakan.
1. Synarthrosis (suture)Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan,
strukturnya terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di tengkorak
2. Amphiarthrosis Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan,
strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang
3. DiarthrosisHubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang
terdiri daristruktur sinovial. Contoh: sendi peluru (tangan dengan bahu), sendi
engsel(siku), sendi putar (kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari)
2. Etiologi
5
Page 6
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di
tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3
dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa
atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman
ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.
Faktor resiko
Endemic tuberculosis
Kondisi sosio-ekonomi yang kurang
Infeksi HIV
Tempat tinggal yang padat
Malnutrisi
Alkoholisme
Penggunaan obat – obatan kortikosteroid
Diabetes mellitus
Gelandangan
3. Manifestasi Klinis
Pada Arthritis Tuberkulosa berlangsung lambat, kronik dan biasanya hanya
mengenai 1 sendi, keluhan biasanya ringan dan makin lama makin berat disertai
perasaan lelah pada sore dan malam hari, subfebris, penurunan berat badan. Keluhan
yang lebih berat seperti panas tinggi, malaise, keringat malam, anoreksia biasanya
bersamaan dengan tuberculosis milier.
6
Page 7
Pada sendi, mula-mula jarang timbul gambaran yang khas seperti pada
arthritis yang lainnya. Tanda awal berupa bengkak, nyeri dan keterbatasan lingkup
gerak sendi. Kulit diatas daerah yang terkena teraba panas, kadang-kadang malah
dingin, berwarna merah kebiruan. Bisa terjadi sendi berada dalam kedudukan fleksi
berkelanjutan dan mungkin disertai tenosinovitis.
Bila pinggul yang terkena, maka terjadi kelemahan tungkai dengan sedikit
rasa tidak enak. Dalam keadan yang lanjut dan berat, pasien sukar menggerakkan dan
mengangkat tungkai pada sendi pinggul yang terkena, disertai rasa sakit yang sangat
mengganggu disekitar paha dan daerah pinggul tersebut.
Tuberkulosis vertebra (penyakit pott) biasanya terjadi didaerah thoracolumbal.
Penyakit pott merupakan 50% dari seluruh kasus tuberculosis tulang dan sendi. Pada
mulanya seluruh kasus Tuberculosis tulang dan sendi. Pada mulanya proses tejadi di
bagian depan discus intervertebra, menyebabkan penyempitan ruang discus, memberi
keluhan nyeri punggung yang menahun, kemudian disertai munculnya kifosis runcing
akibat remuknya korpus vertebra yang terkena yang disebut gibbus. Gangguan
neurologis terjadi karena terkenanya spinal cord atau adanya meningitis.
4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan LED dan mungkin disertai dengan leukositosis
uji mantoux positif
pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikrobakterium
biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radilogik pada penyakit tuberculosis dapat dilakukan foto toraks
PA, lateral, fluoroskopi) masih mempunyai nilai diagnostik yang tinggi, ini dilakukan
7
Page 8
pada pasien yang dicurugai adanya infeksi TB paru. Untuk menegakkan diagnosis
pada penyakit TB tulang dapat dilakukan foto polos tulang dan CT-Scan tulang.
Pemeriksaan Penunjang Untuk Tbc Tulang Belakang
Pemeriksaan CT scan
CT scan menggambarkan luasnya infeksi secara lebih akurat dan mendeteksi
lesi lebih dini dibandingkan foto polos. Lesi terlihat osteolitik iregular, bermula pada
korpus dan kemudian menyebar sehingga vertebra kolaps dan terjadi herniasi diskus
ke dalam vertebra yang hancur.
CT scan dapat memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi
irreguler, skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang.
Mendeteksi lebih awal serta lebih efektif umtuk menegaskan bentuk
dan
kalsifikasi dari abses jaringan lunak. Terlihat destruksi litik pada
vertebra dengan abses soft-tissue
Pemeriksaan MRI
Kelebihan MRI adalah kemampuannya dalam proyeksi multiplanar dan dalam
spesifitas terutama jaringan lunak yang dapat ditampilkan lebih baik sehingga dapat
mendeteksi lesi lebih awal dan lebih menyeluruh.
MRI menggambarkan perluasan infeksi paling baik dan dapat memperlihatkan
penyebaran granuloma tuberkulosis di bawah ligamentum longitudinal anterior dan
posterior. MRI dapat membedakan jaringan patologis yang mengakibatkan penekanan
pada struktur neurologis. Hal ini penting karena intervensi bedah dibutuhkan pada
defisit neurologis yang disebabkan penekanan oleh deformitas tulang berupa kifosis
atau oleh konstriksi akibat fibrosis di sekeliling kanalis neuralis.
8
Page 9
klasifikasi tuberkulosis vertebra torakal berdasarkan ekstensi lesi yang terlihat
pada MRI untuk perencanaan strategi pembedahan.
Mengevaluasi infeksi diskus intervertebrata dan osteomielitis tulang
belakang.
Menunjukkan adanya penekanan saraf.
Dilaporkan 25 % dari pasien mereka memperlihatkan gambaran proses infeksi
pada CT-Scan dan MRI yang lebih luas dibandingkan dengan yang terlihat dengan
foto polos. CT-Scan efektif mendeteksi kalsifikasi pada abses jaringan lunak . Selain
itu CT-Scan dapat digunakan untuk memandu prosedur biopsi.
Bakteriologis
Kultur kuman tuberkulosis merupakan baku emas dalam diagnosis. Tantangan
yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mengonfirmasi diagnosis klinis dan
radiologis secara mikrobakteriologis. Pemeriksaan mikroskopis dengan pulasan
Ziehl-Nielsen membutuhkan 104 basil per mililiter spesimen, sedangkan kultur
membutuhkan 103 basil per mililiter spesimen.
Histopatologis
Infeksi tuberkulosis pada jaringan akan menginduksi reaksi radang
granulomatosis dan nekrosis yang cukup karakteristik sehingga dapat membantu
penegakan diagnosis. Ditemukannya tuberkel yang dibentuk oleh sel epiteloid, giant
cell dan limfosit disertai nekrosis perkejuan di sentral memberikan nilai diagnostik
paling tinggi dibandingkan temuan histopatologis lainnnya. Gambaran histopatologis
berupa tuberkel saja harus dihubungkan dengan penemuan klinis dan radiologis.
5. Penatalaksanaan
9
Page 10
Tujuan dari pengobatan tuberculosis adalah untuk menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.
Jenis dan Dosis OAT
Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bacterisida, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman
dalam keadaan metabolic aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian
yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu dengan dosis 10 mg/ kg BB.
Rifampisin
Bersifat bakterisida, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian
maupun intermiten 3 kali seminggu.
Pirazinamid
Bersifat bakterisida, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
Streptomisin
10
Page 11
Bersifat bakterisida, dosis yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita yang
berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun
atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
Etambutol
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg
BB.
Prinsip pengobatan
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Sedangkan
ditahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjut ini penting untuk membunuh kuman persistent
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Penatalaksanaan Medis
Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan
sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah
paraplegia.
Pengobatan terdiri atas :
1. Terapi konservatif berupa:
Tirah baring (bed rest)
Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak
vertebra
Memperbaiki keadaan umum penderita
11
Page 12
Pengobatan antituberkulosa
Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita
bertambah baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis berupa
nyeri dan spasme berkurang serta gambaran radiologik ditemukan adanya union pada
vertebra.
2. Terapi operatif
Indikasi operasi yaitu:
Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka
dan sekaligus debrideman serta bone graft.
Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun
pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada
medulla spinalis.
Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah
semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan,
setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita
tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan
penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi
tuberkulosa, paraplegia dan kifosis :
Abses Dingin (Cold Abses)
Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena dapat
terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses yang besar
dilakukan drainase bedah. Ada tiga cara menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:
12
Page 13
a. Debrideman fokal
b. Kosto-transveresektomi
c. Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.
Paraplegia
Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:
a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata
b. Laminektomi
c. Kosto-transveresektomi
d. Operasi radikal
e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang
Operasi kifosis
Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat,. Kifosis
mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan
operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal.
Operasi PSSW
Operasi PSSW adalah operasi fraktur tulang belakang dan pengobatan tbc
tulang belakang yang disebut total treatment (1989). Metode ini mengobati tbc tulang
belakang berdasarkan masalah dan bukan hanya sebagai infeksi tbc yang dapat
dilakukan oleh semua dokter. Tujuannya, penyembuhan TBC tulang belakang dengan
tulang belakang yang stabil, tidak ada rasa nyeri, tanpa deformitas yang menyolok
dan dengan kembalinya fungsi tulang belakang, penderita dapat kembali ke dalam
masyarakat, kembali pada pekerjaan dan keluarganya.
6. Komplikasi
13
Page 14
Komplikasi yang paling serius adalah Pott’s paraplegia yang apabila muncul
pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus maupun sequester, atau
invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan bila muncul pada stadium lanjut
disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang
(ankilosing) di atas kanalis spinalis.
Mielografi dan MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab
paraplegi ini. Paraplegi yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun
sequester membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis
dan saraf.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra
torakal ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan
pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas
abses yang merupakan cold abscess
7. WOC
14
Page 15
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan :
1. Pengkajian
1) Identitas klien dan penanggung jawab
a) Identitas klien
Identitas klien terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian.
b) Penanggung jawab
Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan Klien.
a) Alasan Masuk Perawatan
Menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan pasien dibawa ke Rumah
Sakit dan dirawat.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama ini diambil dari data subjektif atau objektif yang paling
menonjol yang dialami oleh klien.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah pengembangan dari keluhan utama dan
data yang menyertai menggunakan pendekatan PQRST (Priharjo, 1996 : 10)
d) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
15
Page 16
Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang faktor resiko penyebab masalah
kesehatan sekarang serta jenis penyakit dan kesehatan masa lalu.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang penyakit yang menular atau
penyakit menurun yang ada dalam keluarga.
3) Pemeriksaan fisik
a. Dada
Paru
I Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati
gerakkan paru. Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P rasakkan apakah sama paru ki.ka.
Pe (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan
jantung: redup). Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
A Gunakan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak dan
dengarkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
Jantung
I Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping
bawah xifoideus.
P Merasakan adanya pulsasi
Pe Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
A Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis
ke-5 sambil menekan arteri carotis
16
Page 17
b. PERUT/ABDOMEN
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan,
adanya ketidak simetrisan, adanya asites. Akan tampak adanya
pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak
mengencang (distensi).
P = Didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri
c. GENETALIA
I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.Pada penis yang
tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi.
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran.
P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari
d. REKTUM DAN ANAL
- Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan
ulkus
- Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan
adanya nodul dan atau pelebaran vena pada rectum.
4) PENGKAJIAN 11 FUNGSIONAL GORDON
Persepsi dan penanganan kesehatan
- Gambaran kesehatan secara umum saat ini
- Alasan kunjungan dan harapan
- Gambaran terhadap sakit, penyebabnya dan penanganan yang dilakukan
- Penggunaan obat resep dan warung
- Gambaran kesehatan keluarga
17
Page 18
gambaran komposisi makanan
- gambaran komposisi makanan
- tipe dan intake cairan
- kondisi nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi nafsu
makan
- penggunaan obat diet
- makanan kesukaan, pantangan dan alergi
- penggunaan suplemen makanan
- gambaran berat badan, perubahan berat badan 6-9 bulan
- perubahan pada kulit (lesi, kering, bengkak dan gatal)
- proses penyembuhan luka ( normal-lambat)
eliminasi
- berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
- apakah ada masalah dalam proses miksi, penggunaan alat bantu untuk
miksi
- gambaran pola defekasi, karakteristik
- penggunaan alt bantu
- bau badan, keringat berlebihan, lesi dan pruritus
aktivitas dan latihan
- gambaran tingkat aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
- aktivitas saat senggang atau waktu luang
- melakukan aktivitas sendiri atau dibantu orang lain
tidur dan istirahat
- berapa lama tidur di malam hari,
- jam berapa tidur-bangun
- apakah terasa efektif
- apakah ada kebiasan sebelum tidur
- apakah ada mengalami kesulitan dalam tidur
kognitif – persepsi
18
Page 19
- kemampuan menulis dan membaca
- kemampuan berbahasa
- kesulitan dalam mendengar
- penggunaan alat bantu mendengar/melihat
- apakah ada keluhan pusing
- apakah ada merasa nyeri (skala dan karakteristik)
persepsi diri-konsep diri
- bagaimana gambaran diri klien
- apakah ada kejadian yang mengubah gambaran diri klien
- apa yang membebani pikiran
- apakah sering merasa marah, cemas depresi, takut
peran – hubungan
- gambaran pengaturan kehidupan (sendiri dan bersama)
- apakah mempunyai orang terdekat? Bagaimana kualitas hubungan?
- Perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling keterikatan
- Apakah mempunyai kegiatan sosial
Seksalitas dan reproduksi
- Apakah kehidupan seksualnya aktif
- Apakah mempunyai alat bantu
- Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
seks
Koping dan toleransi stres
- Apakah selalu mendapatkan apa yang diinginkan
- Apakah ada tujuan,cita-cita, rencana dimasa yang akan dating
Nilai- Kepercayaan
- Mengkaji agama yang dianut klien
- Mengkaji apakah agama merupakan hal penting dalam kehidupan klien.
-
19
Page 20
2. Perumusan Diagnosa (NANDA), Penentuan Kriteria Hasil (NOC) & Perumusan
Intervensi Keperawatan (NIC)
NO: DIAGNOSA (NANDA) NOC NIC
1. Nyeri Kronik
Definisi :
Ketidakseimbangan
ekspresi sensori dan
motorik yang timbul dari
kerusakan jaringan secara
actual dan potensial atau
menggambarkan suatu
kerusakan. Yang terjadi
secara perlahan dari
ringan sampai berat tanpa
antisipasi dan prediksi
sebelumnya
Batasan Karakteristik :
- Laporan verbal dan
nonverbal
- Posisi pasien untuk
menghindari nyeri
- Tingkah laku berhati-
hati
- Gangguan tidur (mata
sayu, tampak lelah,
a. Tingkat kenyamanan
Klien diharapkan melaporkan :
Nyeri berkurang
Kecemasan berkurang
Stres berkurang
Ketakutan berkurang
b. Kontrol nyeri
Klien diharapkan :
Menggunakan analgesik
Memantau gejala nyeri dari
waktu ke waktu
Menjelaskan faktor – faktor
penyebab nyeri
Mengunakan langkah-
langkah pencegahan
Menggunakan bantuan non
analgesik seperti yang di
rekomendasikan
Melaporkan perubahan
dalam perubahan gejala
nyeri
c. Level Nyeri
Setelah dilakukannya
a. Manajemen nyeri
Intervensi :
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor presipitasi
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
Kaji kebiasaan yang mempengaruhi
respion nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Ajarkan pasien teknik relaksasi
b. Mangemen lingkungan :
kenyamanan
Intervensi :
Tentukan tujuan pasien dan keluarga
untuk mengatur lingkungan yang
nyaman dan optimum
Ciptakan ketenangan dan lingkungan
yang mendukung
20
Page 21
pergerakan yang
sulit/kacau, meringis)
- Fokus pada diri
sendiri
- Respon otonomi
(Diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Tingkah laku
ekspresif (gelisah
merintih, menangis,
waspada, iritabel,
nafas panjang,
berkeluh kesah)
intervensi keperawatan,
kriteria hasil yang diharapkan
yaitu :
Nyeri yang dirasakan oleh
klien berkurang.
Lamanya waktu nyeri yang
dirasakan oleh klien
berkurang
Pola Istirahat klien cukup
adekuat
Ekpresi wajah saat nyeri
normal
d. Nyeri : efek-efek yang
mengganggu
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan, kriteria hasil
yang diharapkan yaitu :
Klien diharapkan mampu :
konsentrasi terganggu
gangguan rutinitas
tidur terganggu
mobilitas fisik terganggu
produktivitas kerja
menurun
Sesuaikan temperatur ruangan
Hindari sumber yang tidak
menguntungkan
Posisikan klien pada posisi yang
nyaman
Sediakan pendidikan yang sesuai dan
dapat digunakan dalam menagemen
sakit dan luka pada pasien dan keluarga.
c. Pemberian Analgesik
Periksa order pengobatan, dosis,
kualitas sebelum memberikannya
kepada pasien
Evaluasi kemampuan pasien untuk
berpartisipasi dalam memilih
analgesic rute dan pemberiannya
Evaluasi keefektifan analgesic
Dokumentasikan respon klien
terhadap pemberian analgesic dan
efek yang ditimbulkan
d. Exercise promotion
Defenisi :
Memfasilitasi aktivitas fisik yang
teratur untuk mempertahankan atau
meningkatkan kemampuan dan
kesehatan pada level yang lebih
tinggi
Aktivitas :
21
Page 22
Menilai keyakinan kesehatan
individu tentang latihan fisik.
Memeriksa terlebih dahulu
pengalaman-pengalaman latihan
sebelumnya
Menentukan motivasi pasien untuk
memulai atau melanjutkan program
latihan
Monitor respon pasien terhadap
program latihan
Memberikan respon positif dari
usaha pasien.
e. Tekhnik Relaksasi
Menutupi tingkat energi klien yang
menurun, ketidakmampuan klien
untuk berkonsentrasi, atau gejala –
gejala lainnya yang datang
bersamaan yang mungkin
menganggu kemampuan kognitif
klien untuk fokus pada tekhnik
relaksasi.
Mengajak klien untuk relaks dan
melupakan sensasi nyeri yang
dirasakannya.
Mengevaluasi secara teratur
laporan tingkat kenyamanan yang
telah dicapai oleh klien dan secara
periodik memantau tanda – tanda
vital klien.
22
Page 23
f. Pengurangan rasa cemas
Intervensi keperawatan yang dilakukan
yaitu :
menggunakan lingkungan yang
tenang untuk melakukan pendekatan
kepada klien
menyediakan informasi yang faktual
mengenai dagnosis, pengobatan, dan
prognosis penyakit.
tetap dengan klien untuk
mempromosikan keamanan dan
mengurangi rasa takut
membantu klien untuk manajemen
nyeri
g. Pengaturan posisi
Intervensi keperawatan yang dilakukan
yaitu :
dorong pasien untuk terlibat dalam
perubahan posisi
monitor status oksigen sebelum dan
sesudah operasi
tempatkan pada posisi terapeutik
yang ditunjuk
menyesuaikan posisi tidur ke dalam
rencana perawatan
mendorong aktif atau pasif tentang
rentang gerakan dan latihan yang
sesuai
hindari menempatkan pasien dalam
23
Page 24
posisi yang meningkatkan rasa sakit
minimalkan gaya gesek dan geser
ketika posisi posisi untuk
menghindari keterangan pada luka
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi :
Keterbatasan dari
kemandirian, penggunaan
perpindahan fisik dari
tubuh, baik satu ataupun
kedua ekstremitas
Batasan Karakteristik :
- Kesulitan
membolak-balik
posisi
- Perubahan cara
berjalan
- Keterbatasan
kemampuan untuk
melakukan
keterampilan
motorik kasar
- Tremor akibat
pergerakan
- Pergerakan lambat
a. Ketahanan
Klien diharapkan
mempunyai :
Ketahanan untuk
mempertahankan
aktivitas
kinerja rutin biasa
aktivitas
konsentrasi
daya tahan otot
pola makan
libido
energi di kembalikan
setelah istirahat
b. Mobilitas
klien diharapkan mampu
untuk mempertahankan :
Keseimbangan
Koordinasi
Kiprah
gerakan tulang
kinerja posisi tubuh
berjalan
melompat
a. Penahan fisik
Intervensi :
Membatasi aktivitas fisik untuk
mengurangi gangguan.
Menyediakan staf yang cukup untuk
membantu klien dengan perangkat
aplikasi yang aman.
Gunakan hal yang sesuai ketika
pasien dalam situasi darurat
Monitor respon pasien untuk
prosedur.
Hindari mengikat hambatan di luar
jangkauan pasien.
Memberikan tingkat yang tepat dari
pengawasan / memantau pasien dan
untuk memungkinkan tindakan
terapi, sesuai kebutuhan.
b. Terapi Aktivitas
Intervensi :
Tentukan komitmen pasien untuk
peningkatan frekuensi –kegiatan
Membantu untuk memilih kegiatan
sesuai dengan fisik, kemampuan
psikologis, dan sosial
24
Page 25
crawling
Bergerak dengan
mudah
c. Fungsi rangka
klien diharapakan
memiliki kemampuan
tulang untuk :
integritas tulang
kepadatan tulang
penyelarasan rangka
Membantu untuk mengidentifikasi
dan memperoleh sumber daya yang
diperlukan untuk kegiatan yang
diinginkan
Membantu pasien untuk
mengidentifikasi preferensi untuk
kegiatan
Membantu pasien untuk
mengidentifikasi kegiatan yang
berarti
Membantu pasien dan keluarga
untuk mengidentifikasi tingkat defisit
kegiatan
c. Manajemen Energi
Aktivitas :
Tentukan keterbatasan fisik klien
Tentukan penyebab dan persepsi
klien tentang penyebab kelelahan
Tentukan apa dan bagaimana
aktivitas yang diperlukan
Pantau intake nutrisi yang mencukupi
untuk sumber energy yang adekuat
Batasi stimulasi lingkungan
Lakukan latihan ROM aktif/pasif
Evaluasi peningkatan program dalam
tingkat aktivitas.
3. Resiko infeksi b.d luka
insisi
Definisi: peningkatan
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan, kriteria hasil
yang diharapkan yaitu :
Pengetahuan :
a. Kontrol Infeksi
- Mengajarkan klien bagaimana
tekhnik mencuci tangan yang baik.
- Membersihkan jahitan kulit luka
25
Page 26
resiko di invasi oleh
organisme patogen
Batasan Karakteristik :
penyakit kronik
imunitas yang tidak
adekuat
pertahanan primer
yang tidak adekuat
(luka, trauma
jringan)
pertahanan sekunder
yang tidak adekuat (
penurunan HB,
leukopenia)
peningkatan paparan
patogen
imunosupresi
prosedur invasif
ketidakcukupan
pengetahuan tentang
menghindari
paparan patogen
malnutisi
trauma
kerusakan jaringan
Manajemen Infeksi
Klien diharapkan mampu :
- Mengetahui bentuk
penyebaran infeksi.
- Mengetahui tanda dan
gejala infeksi.
- Melakukan aktivitas
untuk resistensi
terhadap infeksi.
- Mengobati infeksi
yang dideritanya.
- Mengetahui efek
samping pengobatan.
- Mengetahui efek
terapi pengobatan.
- Mengetahui risiko
resistensi pengobatan.
- Mengetahui strategi –
strategi untuk
mengatur stress.
Kontrol Risiko :
Proses Infeksi
Klien diharapkan mampu :
- Mengetahui risiko diri
terhadap infeksi.
- Mengetahui
konsekuensi –
konsekuensi yang
terjadi pada diri
berhubungan dengan
infeksi.
operasi klien dengan agen anti
bakteri.
- Melakukan tekhnik perawatan pada
jahitan luka operasi klien dengan
baik.
- Memastikan intake cairan klien
sesuai dengan yang diharapkan.
- Memberikan pengajaran terkait
terapi antibiotik kepada klien.
b. Perlindungan Infeksi
- Memonitor tanda – tanda dan gejala
– gejala sistemik dan lokal infeksi
pada jahitan luka operasi klien.
- Memonitor kerentanan jahitan luka
operasi klien terhadap infeksi.
- Memonitor perkembangan hasil sel
darah putih.
- Memberikan perawatan kulit yang
sesuai untuk area jahitan luka
operasi klien yang ber-edema.
- Memonitor kondisi jahitan
insisi/luka operasi klien.
c. Perawatan area insisi :
menjelaskan prosedur keperawatan
kepada klien
menginspeksi area insisi ;
kemerahandan dehisiensi
mencatat ciri-ciri drainase
memonitor proses penyembuhan
26
Page 27
- Mengetahui perilaku –
perilaku yang
berhubungan dengan
risiko infeksi.
- Mengidentifikasi
risiko infeksi pada
setiap situasi.
- Mengidentifikasi
tanda – tanda dan
gejala – gejala yang
mengindikasikan
risiko potensial
terhadap infeksi.
- Mengidentifikasi
strategi – strategi
untuk melindungi diri
dari hal – hal lainnya
yang menyebabkan
infeksi.
- Memelihara keadaan
lingkungan agar tetap
bersih.
- Mengembangkan
strategi – strategi
kontrol infeksi yang
efektif.
- Memonitor perubahan
– perubahan dalam
status kesehatan.
- Melakukan tindakan –
tindakan tanggap
pada area insisi
membersihkan area sekitar insisi
dengan larutan pembersih yang
sesuai
memonitor tanda-tanda dan gejala-
gejala infeksi
d.Manajemen lingkungan :
menciptakan suatu lingkungan yang
aman bagi klien
mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan yang aman bagi klien
berdasarkan pada tingkat fisik dan
fungsi kognitif serta riwayat
kesehatan masa lalu
menyediakan suatu lingkungan yang
bersih serta tempat tidur dan
lingkungan yang nyaman
menempatkan posisi tubuh pada
tempat tidur dalam suatu pencapaian
yang mudah
membatasi jumlah pengunjung
e. Manajemen Nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
Mendorong intake kalori yang
sesuai untuk jenis tubuh dan gaya
hidup
Mendorong intake protein, zat besi
dan vitamin C sesuai kebutuhan
klien
27
Page 28
untuk mengurangi
risiko.
Penyembuhan Luka :
Tujuan utama
Kondisi klien diharapkan :
- Pembentukan kulit
bekas luka operasi
klien kembali normal.
- Luka yang bernanah
menghilang.
- Edema disekitar luka
menghilang.
a.Tanda-tanda Vital
Klien diharapkan mampu
untuk menyeimbangkan:
Temperatur tubuh
Denyut jantung
Irama jantung
Denyut nadi
Tingkat pernapasan
Ritme pernapasan
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolic
Tekanan nadi
Kedalaman inspirasi
Memberikan klien intake makanan
dengan kandungan tinggi protein,
tinggi kalori, serta minuman yang
siap dikonsumsi
Mengajarkan klien bagaimana
menjaga catatan harian makanan
klien
f. Medikasi obat obatan
mengikuti cara pemberian obat
dengan 5 benar
mencatat riwayat penggunakan obat
dan allergi pada pasien
mencatat tanggal kadaluarsa obat
menyediakan peralatan yang
dibutuhkan pada saat pemberian
obat-obatan
mencampurkan cairan dengan
merata jika menambahkan obat
dalam container cairan IV
g.Perawatan luka
mencukur bulu-bulu disekitar area
yang terluka, seperlunya
memantau karakteristik luka,
termasuk drainase, warna, ukuran,
dan bau.
bersihkan luka dengan salin normal
atau pembersih non toksin
berikan perawatan ulserasi kulit jika
diperlukan
28
Page 29
sediakan perawatan daerah insisi,
jika diperlukan
lakukan dressing sesuaidengan tipe
luka
DAFTAR PUSTAKA
29
Page 30
Smelzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Vol. 1.
Jakarta : EGC.
Smelzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Vol. 3.
Jakarta : EGC.
Engram, Barbara.2001. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC
Bulechek, Glonom M, Docherman, Joanne Mectoskey. 2008. Nursing Intervention
Classification Fifth Edition. USA
Morhead Sue, dkk. 2004. Nursing Outcome Classification. Fourth Edition Mosby
Elsevier : USA
Willey, Blackwell. 2009. NANDA International Nursing Diagnoses Definition and
Classification. British : A John Willey and John. Ltd.
30