Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON/HISPRUNG HIRSPRUNG / MEGA COLON A. Pengertian Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi. Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ). B. Etiologi Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
26

LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

Dec 28, 2015

Download

Documents

obi_prasetyo

laporan ini berisi tentang laporan pendahuluan pada pasien dengan megacolon
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON/HISPRUNG

HIRSPRUNG / MEGA COLON

A.    Pengertian

Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit

yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada

usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion

dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan

keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz,

Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan

penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm

dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer,

2000 ).

B.     Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga

terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom,

kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada

myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C.    Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer

dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic

hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini

menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak

adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada

saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily

& Sowden, 2002:197).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan

relaksasi peristaltik secara normal.

Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,

menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi

obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

D.    Manifestasi Klinis

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah

lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan

distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).

Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit

Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan

muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi

meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi

selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan

entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas

pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi

distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).

1.      Anak – anak

a. Konstipasi

b. Tinja seperti pita dan berbau busuk

c. Distenssi abdomen

d. Adanya masa difecal dapat dipalpasi

e. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ).

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

E.      Komplikasi

a. Obstruksi usus

b. Konstipasi

c. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

d. Entrokolitis

e. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

F.     Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :

a. Daerah transisi

b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit

c. Entrokolitis padasegmen yang melebar

d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )

2.      Biopsi isap

Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada

daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )

3.      Biopsi otot rektum

Yaitu pengambilan lapisan otot rektum

4.      Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas

terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )

5.      Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus

( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )

6.      Pemeriksaan colok anus

Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot.

Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada

usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

G.     Penatalaksanaan

1.      Medis

Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk

membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga

fungsi spinkter ani internal.

Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan

obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan

ukuran normalnya.

b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai

sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama ( Betz Cecily &

Sowden 2002 : 98 )

Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley &

Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari

penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah

( Darmawan K 2004 : 37 )

2.      Perawatan

Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan

terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :

a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini

b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI,2000 :

1135 )

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal

nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah

serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )

H. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna dapat berjalan disepanjang usus

karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut

gerakan peristaltic). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut

ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschprung ganglion / pleksus yang

memerintahkan gerakan peristaltic tidak ada, biasanya hanya sepenjang beberapa sentimetir.

Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltic tidak dapat mendorong bahan-bahan yang

dicerna sehingga terjadi penyumbatan (Dasgupta, 2004).

Dengan kondisi tidaka adanya ganglion, maka akan memberikan manisfestasi gangguan

atau tidak adanya peristalsis sehingga akan terjadi tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu

sfingter rectum tidak dapat berelaksasi secara optimal, kondisi ini dapat mencegah keluarnya

feses secara normal. Isi usus kemudian terdorong ke segmen aganglionik dan terjadi akumulasi

feses di daerah tersebut sehingga memberikan manifestasi dilatasi usus pada bagian proksimal.

Kondisi penyakit Hisrchsprung memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien

dan memberikan implikasi pada penderita asuhan keperawatan.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

I. PATHWAYS

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIRSCHSPRUNG

A.     Pengkajian

Identitas

Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal.

Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen

aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan

anak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus

halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).

B.     Riwayat Kesehatan

1.      Keluhan utama

Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah

mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah

berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.

2.      Riwayat penyakit sekarang

Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan

muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi,

muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang

diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan

diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.

3.      Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.

4.      Riwayat kesehatan keluarga

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.

C.     Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survey umum terlihat lemah

atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi dan takikardi dimana menandakan terjadinya

iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada

kondisi syok atau sepsis.

Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan didapatkan

Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan rectum dan

fese akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan berbau busuk.

Auskultasi : Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya

bisng usus.

Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.

Palpasi : Teraba dilatasi kolon abdominal.

1.      Sistem kardiovaskuler : Takikardia.

2.      Sistem pernapasan : Sesak napas, distres pernapasan.

3.      Sistem pencernaan : Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah

berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan

merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium

atau tinja yang menyemprot.

4.      Sistem saraf : Tidak ada kelainan.

5.      Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri

6.      Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.

7.      Sistem integument : Akral hangat, hipertermi

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

8.      Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan.

D.     Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil

1.      Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat gambaran

obstruksi usus rendah.

2.      Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi usus

yang tidak teratur di bagian menyempit, enterokolitis pada segmen yang melebar dan terdapat

retensi barium setelah 24-48 jam.

3.      Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa.

4.      Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum.

5.      Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat peningkatan aktivitas

enzim asetilkolin eseterase.

E.     Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1.      Risiko konstipasi berhubungan dengan penyempitan kolon, sekunder, obstruksi mekanik

2.      Risiko ketidakseimbangan volume cairan/elektrolit tubuh berhubungan dengan keluar

cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorbs air oleh intestinal.

3.      Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding

intestinal sekunder dari kondisi obtruksi usus

4.      Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen, iritasi intestinal, respon pembedahan

5.      Risiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan penurunan volume darah, sekunder

dari absorpsi saluran intestinal, muntah-muntah.

6.      Risiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang kurang adekuat.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

7.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan

8.      Pemenuhan informasi berhubungan dengan adanya kolostomi, evaluasi diagnostic, rencana

pembedahan, dan rencana perawatan rumah.

9.      Risiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan perubahan kondisi psikososial

anak selama dirawat sekunder dari kondisi sakit.

10.  Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, miniterpretasi informasi, rencana

pembedahan.

F.      Analisa Data

Data Etiologi Masalah keperawatan

DS : anak terus rewel

DO: konstipasi, tidak ada

mekonium > 24-48 jam

pertama, kembung, distensi

abdomen, peristaltic

menurun

Segment pendek/ segment

panjang

Peristaltic dalam segment

Obstruksi kolon

Risiko konstipasi

DS: tidak mau minum, rewel

DO: mukosa mulut kering,

ubun-ubun dan mata cekung,

turgor kulit kurang elastic

Mual, muntah, kembung

anorexia

Intake nutrisi tidak adekuat

Risiko ketidakseimbangan

volume cairan tubuh

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

Kehilangan cairan dan

elektrolit

DS: rewel dan merasa

kurang nyaman akibat

kolostomi

DO: BAB melalui kolostomi

Intervensi pembedahan

Kerusakan jaringan pasca

pembedahan

Risiko injuri

DS : pasien merasa demam

DO : hipertermi (suhu 38o C)

Obstruksi kolon proksimal

Intervensi pembedahan

Kerusakan jaringan pasca

pembedahan

Risiko infeksi

G.    Diagnosa keperawatan prioritas

Pre Operasi

1.      Risiko konstipasi berhubungan dengan penyempitan kolon, sekunder, obstruksi mekanik

2.      Risiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh berhubungan dengan keluar cairan tubuh

dari muntah, ketidakmampuan absorbs air oleh intestinal.

Post Operasi

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

1.      Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding

intestinal sekunder dari kondisi obtruksi usus

2.      Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.

H.    Intervensi Keperawatan

Dx KeperawatanTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Rasional

1.   Resiko kostipasi b/d

penyempitan kolon,

sekunder, obstruksi

mekanik

Tujuan : Pola BAB

normal

Kriteria hasil : pasien

tidak mengalami

konstipasi, pasien

mempertahankan

defekasi setiap hari

1.   Observasi bising usus dan

periksa adanya distensi

abdomen pasien. Pantau dan

catat frekuensi dan karakteristik

feses

2.   Catat asupan haluaran

secara akurat

3.   Dorong pasien untuk

mengkonsumsi cairan 2.5 L

setiap hari, bila tidak ada

kontraindikasi

4.   Lakukan program defekasi.

Letakkan pasien di atas pispot

atau commode pada saat

1.   Untuk menyusun

rencana penanganan yang

efektif dalam mencegah

konstipasi dan impaksi fekal

2.   Untuk meyakinkan

terapi penggantian cairan

dan hidrasi

3.   Untuk meningkatkan

terapi penggantian cairan

dan hidrasi

4.   Untuk membantu

adaptasi terhadap fungsi

fisiologi normal

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

tertentu setiap hari, sedekat

mungkin kewaktu biasa

defekasi (bila diketahui)

5.   Berikan laksatif, enema,

atau supositoria sesuai instruksi

5.    Untuk meningkatkan

eliminasi feses padat atau

gas dari saluran pencernaan,

pantau keefektifannya

2.   Risiko

ketidakseimbangan

volume cairan tubuh b/d

keluarnya cairan tubuh

dari muntah, ketidak

mampuan absorps air

oleh instentinal

Tujuan : kebutuhan

cairan terpenuhi

Kriteria hasil : turgor

kulit elastik dan

normal, CRT < 3

detik

1.  Timbang berat badan pasien

setiap hari sebelum sarapan

2.  Ukur asupan cairan dan

haluaran urin untuk

mendapatkan status cairan

3.  Pantau berat jenis urin

4.  Periksa membran mukosa

mulut setiap hari

1.    Untuk membantu

mendeteksi perubahan

keseimbangan cairan

2.    Penurunan asupan atau

peningkatan haluaran

meningkatkan defisit cairan

3.    Peningkatan berat jenis

urin mengindikasikan

dehidrasi. Berat jenis urin

rendah, mengindikasikan

kelebihan volume cairan

4.    Membran mukosa

kering merupakan suatu

indikasi dehidrasi

5.    Untuk meningkatkan

asupan

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

5.  Tentukan cairan apa yang

disukai pasien dan simpan

cairan tersebut di samping

tempat tidur pasien, sesuai

instruksi

6.  Pantau kadar elektrolit

serum

6.    Perubahan nilai

elektrolit dapat menandakan

awitan ketidakseimbangan

cairan

3.   Risiko injury

berhubungan dengan

pasca prosedur bedah,

iskeimia, necrosis

dinding intestinal

sekunder dari kondisi

obstruksi usus

Tujuan : dalam waktu

2x24 jam pasca

intervensi reseksi

kolon tidak

mengalami injuri

Kriteria Hasil : TTV

normal (RR : 16-24

x/mnt, Suhu : 360 C-

370C,

N:60-100x/mnt, TD :

120/70 mmHg),

kardiorespirasi

optimal, tidak terjadi

infeksi pada insisi

1.   Observasi faktor-faktor

yang meningkatkan resiko

injuri

2.   Monitor tanda dan gejala

perforasi atau peritonitis

1.    Pasca bedah terdapat

resiko rekuren dari hernia

umbilikalis akibat

peningkatan tekanan intra

abdomen

2.    Perawat yang

mengantisipasi resiko

terjadinya perforasi atau

peritonitis. Tanda dan gejala

yang penting adalah anak

rewel tiba-tiba dan tidak bisa

dibujuk atau diam oleh

orang tua atau perawat,

muntah-muntah,

peningkatan suhu tubuh dan

hilangnya bising usus.

Adanya pengeluaran pada

anus yang berupa cairan

feses yang bercampur darah

merupakan tanda klinik

penting bahwa telah terjadi

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

3.   Lakukan pemasangan

selang nasogatrik

4.   Monitor adanya komplikasi

pasca bedah

5.   Pertahankan status

hemodinamik yang optimal

peforasi. Semua perubahan

yang terjadi

didokumentasikan oleh

perawat dan laporkan pada

dokter

3.    Tujuan memasang

selang nasogatrik adalah

intervensi dekompresi akibat

respon dilatasi dan kolon

obstruksi dari kolon

aganglionik. Apabila

tindakan ini dekompresi ini

optimal, maka akan

menurunkan distensi

abdominal yang menjadi

penyebab utama nyeri

abdominal pada pasien

hirschprung

4.    Perawat memonitor

adanya komplikasi pasca

bedah seperti mencret

ikontinensia fekal,

kebocoran anastomosis,

formasi striktur, obstruksi

usus, dan enterokolitis

5.    Pasien akan

mendapatkan cairan

intravena sebagai

pemeliharaan status

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

6.   Bantu ambulasi dini

7.   Hadirkan orang terdekat

8.   Kolaborasi pemberian

antibiotik pasca bedah

hemodinamik

6.    Pasien dibantu turun

dari tempat tidur pada hari

pertama pasca operasi dan

disorong untung mulai

berpartisipasi dalam

ambulasi dini

7.    Pada anak,

menghadirkan orang

terdekat dapat

mempengaruhi penurunan

respon nyeri. Sedangkan

pada dewasa merupakan

tambahan dukungan

psikologis dalam

menghadapi masalah kondis

nyeri baik akibat kolik

abdomen atau nyeri pasca

bedah

8.    Antibiotik menurunkan

resiko infeksi yang

menimbulkan reaksi

inflamasi lokal dan dapat

memperlama proses

penyembuhan pasca

funduplikasi lambung

4.   Resiko infeksi b/d

pasca prosedur

Tujuan : tidak

menunjukkan adanya

1.   Minimalkan risiko infeksi

dengan : mencuci tangan

1.    Mencuci tangan adalah

satu-satunya cara terbaik

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

pembedahan tanda-tanda infeksi

Kriteria hasil : suhu

dalam rentang

normal, tidak ada

patogen yang terlihat

dalam kultur, luka

dan insisi terlihat

bersih, merah muda,

dan bebas dari

drainase purulen

sebelum dan setelah

memberikan perawatan,

menggunakan sarung tangan

untuk mempertahankan asepsis

pada saat memberikan

perawatan langsung

2.   Observasi suhu minimal

setiap 4 jam dan catat pada

kertas grafik. Laporkan

evaluasi kerja

untuk mencegah patogen,

sarung tangan dapat

melindungi tangan pada saat

memegang luka yang dibalut

atau melakukan berbagai

tindakan

2.    Suhu yang terus

meningkat setelah

pembedahan dapat

merupakan tanda awitan

komplikasi pulmonal,

infeksi luka atau dehisens.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN MEGACOLON

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Mengenal Penyakit Hirschsprung (Aganglionic Megacolon). Disitasi dari

http://www.indosiar.co.id/v2003/pk. pada tanggal 26 Oktober 2010.

Behrman, dkk.1996. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta: EGC.

Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung. Disitasi dari

http://www.mediakeperawatan.com/?id=budixtbn. pada tanggal 26 Oktober 2010.

Yuda. 2010. Penyakit Megacolon. Disitasi dari

http://dokteryudabedah.com/wp-content/uploads2010/01/mega-colon pada tanggal 26 Oktober

2010.

Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.


Related Documents