LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT
1. Pengertian
Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic.
Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair (setengah
padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak.
(Soebagyo, 2008)
Dengan kata lain Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi
pada daerah usus yang menyebabkan bertambahnya keenceran dan
frekuensi buang air besar ( BAB ) lebih dari 3 kali perhari yang
dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu keadaan
kekurangan atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
Secara klinis Gastro Enteritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu:
a. Gastro Enteritis Desentriform.
Disebabkan oleh antara lain: Shigella, Entamoeba
Hystolitica.
b. Gastro Enteritis Koleriform.
Disebabkan oleh antara lain: Vibrio, Klastrida, atau Intoksikasi
makanan.
2. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan,
bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama Gastroenteritis. Infeksi enteral
meliputi:
a) Infeksi Bakteri :
- Salmonella (Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C,
Salmonella spp)
Infeksinya kebanyakan disebabkan oleh kontaminasi makanan dan
minuman terutama terjadi pada anak-anak, identifikasi salmonella
dari feses penderita.
- Escherichia coli
Merupakan suatu kuman penghuni kolon yang tidak patogen tetapi
dapat menjadi patogen pada bagian tubuh yang lain, dapat
menimbulkan radang pada vesika urinaria.
- Vibrio (Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non 01,
Vibrio parachemolyticus)
Kebanyakan merupakan organisme non patogen, hanya beberapa jenis
yang menimbulkan penyakit pada manusia, seperti vibrio cholera dan
vibrio eltor.
- Shigella (Shigella dysentriae, Shigella Flexneri)
Ditularkan secara oral melalui air dan makanan, lalat yang
tercemar oleh sekresi / feses penderita. Lokalisasi yang paling
sering terkena adalah usus besar dengan bagian terbesar adalah
bagian sigmoid.
- Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni,
Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis,
Coccidosis.
b) Infeksi Virus :
- Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
- Adenovirus
- Rotavirus
- Norwalk virus
- Astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi Parasit :
- Cacing, (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides)
- Protozoa (Entamoeba Histtolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas
Haminisis)
- Jamur (Candida Albicans).
2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar
alat pencernaan, seperti Ortitis Media Akut (OMA),
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia (Radang Paru), Encephalitas
(Radang Otak) dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi Karbohidrat :
- Disakarida (Intoleransi Laktosa, Maltosa, Dan Sukrosa)
- Monosakarida (Intoleransi Glukosa, Fruktosa Dan Galaktosa)
2) Malabsorbsi lemak
- Long Chain Triglyceride
3) Malabsorbsi protein
- Asam Amino dan B-Laktoglobulin
c. Faktor makanan :
- Makanan basi dan Makanan yang belum waktunya diberikan.
d. Keracunan
e. Alergi :
- Alergi Susu
- Alergi Makanan
- Cow's Milk Potein Sensitive Enteropathy (CMPSE)
f. Imunodefisiensi
g. Faktor lain :
- psikis
- lingkungan
- cuaca
3. Patofisiologis
Sebanyak sekitar 9 - 10 liter cairan memasuki saluran cerna
setiap harinya, berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita
(sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar (75
- 85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus
dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90
% dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi, sehingga
tersisa jumlah 150 - 250 ml cairan yang akan ikut membentuk
tinja.
Faktor-faktor faali yang menyebabkan Gastro Enteritis sangat
erat hubungannya satu sama lain, misalnya saja, cairan intra
luminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya usus secara
mekanisme meningkatnya volume, sehingga motilitas usus
meningkat.
Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus
sehingga waktu penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain
terganggu.
Mekanisme dasar yang menimbulkan Gastro Enteritis :
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula (Latief
dkk, 2005 ).
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan. (Suriadi, 2006)
Gastro Enteritis juga dapat terjadi karena Kuman Patogen masuk
ke dalam traktus gastro intestinal melalui makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi kuman tersebut, kemudian merusak sel-sel
mukosa usus, khususnya melibatkan ileum dan kolon, sehingga akan
terjadi peradangan.
Gastro Enteritis yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua
yaitu :
a. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk ke dalam makanan atau minuman yang tercemar oleh
bakteri tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam
lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung,
namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos
ke dalam usus 12 jari (duodenum).
Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga
jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per-ml cairan usus.
Dengan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan
lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga
bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di
dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A
dan sub unit B. Sub unit B melekat di dalam membrane dari sub unit
A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP
(cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi
cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel
tersebut.
Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan
absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan
bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus
menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan
megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau
hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus
besar.
Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya
untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada
batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5
liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut
melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
b. Bakteri Enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan
ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S.
Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan
Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan
berupa usus besar (E. Histolytica) kerusakan vili yang penting
menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia) patofisologi
kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena
superinfeksi dengan jasad renik lain.
Pada Gastro Enteritis yang disebabkan oleh virus, lapisan mukosa
usus menjadi merah dan meradang, dan terjadi edema. Biasanya hanya
terbatas pada lapisan mukosa usus, terjadi pengrusakan terhadap
sel-sel epithel yang matang dan kemudian digantikan oleh absorbsi,
yang tidak matang yang tidak dapat menyerap karbohidrat atau gizi
lain dan air secara efisien.
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan
dengan merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial,
sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit. Sebaliknya
sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya
sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula
kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang
akhirnya memperlama diare.
Gastro Enteritis Akut dapat terjadi disebabkan oleh infeksi
langsung virus ataupun oleh efek neurotoksik yang dihasilkan oleh
bakteri. Akibatnya terjadi peningkatan frekuensi buang air
besar.
4. Patogenesis
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan Gastro
Enteritis Akut atau diare akut karena infeksi adalah faktor kausal
(agent) dan faktor penjamu (host).
- Faktor kausal
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah
daya lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus.
Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang juga dapat
menginduksi diare.
- Faktor penjamu
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas
faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus
intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan
juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim
pencernaan. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella
terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan
menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh V.
cholera.
Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan
gejala penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan
lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi.
Potogenesis diare akut :
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam
usus halus.
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin.
d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis-metabolik
hipokalemi dan sebagainya).
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah).
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
5. Manifestasi klinis
Secara umum, tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : Turgor kulit jelek
(elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran
mukosa kering.
c. Demam
d. Nafsu makan berkurang
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Nyeri abdomen
j. Perih di ulu hati
k. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
l. Menurun atau tidak adanya pengeluaran urine.
Secara khusus, tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :
1) Agen Bakterial :
a. Kelompok Shigella gram negative
Demam, kram abdomen, sakit kepala, Diare cair disertai mucus dan
pus. Penyakit dapat sembuh sendiri , pengobatan dengan
antibiotic.
b. Salmonella
Suhu tubuh meningkat, konsistensi tinja encer, berbau tidak
enak, kadang bercampur sedikit lendir dan berdarah, stadium
predromal 2 4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri, perut
kembung.
c. Escherrichia Coli
Pada bayi malas menetek, lemah, berat badan sukar naik. Insiden
banyak pada musim panas, dengan hanya pengobatan simptomatis.
Gejala berkurang dalam 3-7 hari.
d. Vibrio
Konsistensi tinja encer dan buang air besar didahului oleh
mules, dalam waktu singkat tinja berubah menjadi cairan putih
keruh, tidak berbau amis, diendapkan mengeluarkan gumpalan-gumpalan
putih , kejang otot betis, bisep, trisep dan dinding perut: suara
serak, kelopak mata cekung, tulang pipi menonjol, menonjol, bibir
kering, turgor kulit kering, perut kembung.
e. Campylobacter jejuni (inkubasi 1-7 hari)
Kebanyakan pasien sembuh sendiri, antibiotik dapat mempercepat
penyembuhan
.
2) Agen Viral :
- Rotavirus
Awitan tiba-tiba, nyeri perut, demam, mual, muntah, diare dapat
menetap lebih dari satu minggu. Terjadi lebih tinggi pada musim
dingin, biasanya ringan dan sembuh sendiri.
3) Agen Protozoa :
- Entamoeba Hystolitica.
Tinja biasanya berlendir dan berdarah, gejala menyolok adalah
tenesmusnya.
(perasaan konstan untuk mengosongkan usus yang disertai rasa
sakit, kram dan spontan)
4) Keracunan makanan :
a. Staphilococcus (inkubasi 4-6 jam)
mual, muntah, kram abdomen, diare hebat, demam ringan, syok pada
kasus berat. Ditularkan melalui makanan terkontaminasi, sembuh
sendiri, perbaikan terlihat dalam 24 jam.
b. Clostridium Perfringens (inkubasi 8-24 jam)
Kram sedang sampai hebat, nyeri midepigastrik. Dapat sembuh
sendiri.
c. Clostridium botulinum (inkubasi 12-26 jam)
Mual, muntah, diare, mulut kering, disfagia. Keparahan
bervariasi cepat dalam beberapa jam, dapat diberikan
antitoksin.
Tanda-tanda dehidrasi menurut derajat dehidrasi (Muscari
2005).
TANDA
Ringan
Sedang
Berat
Kehilangan Cairan
< 5 %
5-9 %
> 10 %
Warna Kulit
Pucat
Abu Abu
Bercak-bercak
Turgor Kulit
Menurun
Tidak elastic
Sangat tidak elastic
Membran Mukosa
Kering
Sangat Kering
Pecah pecah
Tekanan Darah
Normal
Semakin rendah
Rendah
Denyut Nadi
Normal/meningkat
Meningkat
Cepat dan panjang
Keluaran Urine
Menurun
Oliguria
Oliguria nyata
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Pemeriksaan Feses
- Makroskopis dan mikroskopis.
- pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
- Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
- pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama
basa.
- Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
7. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan penderita Gastroenteritis adalah pemberian
cairan, 4 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian :
a) Jenis cairan.
Cairan rehidrasi oral dan cairan rehidrasi parenteral.
b) Jalan pemberian.
Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita dehidrasi atau
belum, tetapi kesadarannya menurun, tidak terdapat muntah-muntah
hebat.
c) Jumlah cairan.
Jumlah cairan yang harus diberikan adalah:
- Dehidrasi ringan, penggantinya 50 cc/kg berat badan
perhari.
- Dehidrasi sedang, penggantinya 60 90 cc/kg berat badan
perhari.
- Dehidrasi berat, penggantinya 100 cc/hari berat badan
perhari.
d) Jadwal pemberian.
Jadwal pemberian cairan tergantung pada derajat dehidrasi.
- Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh
pada keadaan syok.
- Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi
cepat dan dalam.
- Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut terdiri atas :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a) Jenis cairan yang hendak digunakan.
1) Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts)
Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Kadar
natrium 90 meEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6
bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi
(untuk pencegahan dehidrasi).
Kadar Natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non kolera pada anak
dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi. Formula lengkap sering disebut oralit.
Formula sederhana atau tidak lengkap hanya mengandung NaCl dan
sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan
air tajin garam, larutan tepung beras garam dan sebagainya untuk
pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik
sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.
2) Cairan parenteral
DG aa (1 bagian larutan Darrow +1bagian glukosa 5%)
Rl g (1bagian Ringer Laktat +1bagian glukosa 5%)
RL (Ringer Laktat)
3@ (1bagian NaCl 0,9 % + 1bagian glukosa 5% + 1bagian Na Laktat
1/6 mol/l)
DG 1 : 2(1bagian larutan Darrow+2 bagian glukosa 5%)
RLg 1 : 3(1bagian RL + 3bagian glukosa 5-10%)
Cairan 4 : 1 (4bagian glukosa 5-10%+1bagian NaHCO3 1 % atau
4bagian glukosa 5-10% 1bagian NaCl, 9%)
b) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan
harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
cara/rumus:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
0,001
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
- Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah = 1
* BP sistolik 60-90 mmHg = 1
* BP sistolik 120 x/mnt = 1
* Kesadaran apatis = 1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2
* Frekuensi napas >30 x/mnt = 1
* Facies cholerica = 2
* Vox cholerica = 2
* Turgor kulit menurun = 1
* Washer womens hand = 1
* Ekstremitas dingin = 1
* Sianosis = 2
* Usia 50-60 tahun = 1
* Usia >60 tahun = 2
Kebutuhan cairan =
Skor
-------- x 10% x kgBB x 1 ltr
15
c) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi
dan bila anak mau minum serta kesadaran baik
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun
3) Intravena untuk dehidrasi berat
d) Jadwal pemberian cairan
Jadwal rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma
atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk
mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal pemberian cairan
tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan
selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi
diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi
Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan
dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui
melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine
lengkap dan tinja lengkap.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah,
elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi
dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu,
Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat
dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan
Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan
penyaring.
3. Pengobatan Dietetik
Makanan dan minuman diberikan khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan.
Adapun hal yang perlu diperhatikan : Memberikan bahan makanan
yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang
bersih.
Mempuasakan penderita diare tidak dianjurkan, yang menjadi
pegangan dalam pengobatan dietetik adalah O B E S E , sebagai
singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding, Simultaneously,
Education.
4. Pemberian Terapi Simptomik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan
memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif
karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang
seyogyanya cepat dieliminasi.
a. Obat-obat antidiare:
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat.
Antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, loperamid dan
sebagainya) yang menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan
terjadi peningkatan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan
absorbsi. Obat-obat ini perut akan bertambah kembung dan dehidrasi
bertambah berat (Noerasid dkk., 1988).
b. Adsorbens:
Obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin, charcoal (norit,
Tabonal) dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.
c. Stimulans:
Obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamide dan
sebagainya tidak akan memperbaiki dehidrasi (hipovolemic shock)
sehingga pengobatan yang paling tepat pemberian cairan secepatnya
(Noerasid dkk., 1988).
d. Antiemetic:
Obat antiemetik seperti chlorpromazine dan prochlorperazine
mempunyai efek sedative. Obat antiemetik seperti klorpromazin
(largaktil)terbukti selain mencegah muntah juga mengurangi sekresi
dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat
(sampai dengan 1mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat, tetapi juga
perlu diingat efek samping dari obat ini. Penderita menjadi ngantuk
sehingga intake cairan kurang.
e. Antipiretika :
Obat antipiretika seperti preparat silisilat (asetosal,aspirin)
dalam dosis rendah (25mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk
menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena
infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama
tinja.
f. Zat Hidrofilik :
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,
Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu
dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan
mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau
diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
g. Probiotik :
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami
peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran
cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan
diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
5. Pemberian Terapi Definitive
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang
dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada: pasien dengan gejala
dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit
pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
a. V. kolera El Tor:
- Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari
- Kortimoksazol dosis awal 2 x 3 tab, kemudian 2 x 2 tab selama
6 hari
- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 7 hari
- Golongan Fluoroquinolon.
b. ETEC:
- Trimetoprim-sulfametoksazole
- Kuinolon selama 3 hari.
c. S. Aureus:
- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr
d. Salmonella Typhi:
- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 2 minggu
- Sefalosporin generasi 3 yang diberikan secara iv selama 7-10
hari
- Ciprofloksasin 2 x 500 mg selama 14 hari.
e. Salmonella Non Typhi:
- Trimetoprim-sulfametoksazole
- Ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 7
hari.
f. Shigellosis:
- Ampisilin 4 x 1 g/hr
- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 5 hari.
g. Helicobacter Jejuni (C. Jejuni):
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr selama 5-7 hari.
- Eritromisin
Dewasa : 3 x 500 mg atau 4 x 250 mg
Anak : 30-50 mg/kgbb/hr dalam dosis terbagi selama 5-7 hari
h. Amoebiasis:
- Tinidazol dosis tunggal 2 g/hr selama 3 hari.
i. Giardiasis:
- Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu
- Chloroquin 3 x 100 mg/hr selama 5 hari.
j. Balantidiasis:
- Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari
k. Virus:
- Simptomatik dan suportif. BerandaPENYAKIT DALAM PADA MANUSIA
01Senin, GASTROENTERITIS pada ANAK (Diare Akut)
PENGERTIANGastroentritis atau diare akut adalah peradangan yang
terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan
frekwensi lebih dari 3 kali perhari dengan tinja berbentuk cair
/setengah padat dan banyaknya lebih dari 200 250 gram.
ETIOLOGI1. Faktor infeksi : Bakteri 2. Faktor makanan : Makanan
basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kurang
matang.
TANDA DAN GEJALA1. Defekasi cair lebih dari 3 kali2. Anak
menjadi rewel dan gelisah3. Tonus otot menurun4. Muntah 5. Demam
sub febris6. Nyeri abdomen7. Membran mukosa mulut kering8.
Fontanela anterior cekung ( bayi yang kurang 18 bln) 9. Kehilangan
berat badan 10. Lemah
KOMPLIKASI :1. Akut: a. Dehidrasi:Derajat
dehidrasiRinganSedangBerat
BB( % kehilangan )4-56-97-10
Keadaan UmumHaus, sadarHaus, gelisah, letargiMengantuk, dingin,
berkeringat
Air mataAdaTidak adaTidak ada
Turgor jaringanNormalTidak adaTidak ada
Membran mukosaBasahKeringSangat kering
Tekanan darahNormalNormal / rendah< 90mmHg, mungkin tidak
dapat diukur
BAKNormalMenurun / keruhOliguria
NadiNormalCepatCepat, lemah, mungkin tidak teraba
MataNormalCekungSangat cekung
Fontanela anteriorNormalCekungSangat cekung
Defisit cairan ( ml/ kg )40-5060-90>100
b. Intoleran laktosaLaktosa adalah karbohidrat terpenting dalam
ASI dan susu formula. Hampir semua laktosa yang masuk usus halus
dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase yang
terdapat pada mikrovili sel epitel usus halus. Hasil hidrolisis
akan diabsorpsi dan masuk ke dalam aliran darah sebagai nutrisi.
Pada diare (terutama akibat rotavirus) terjadi kerusakan mikrofili
sehingga terjadi defisiensi laktase sekunder. Intoleransi laktosa
adalah gejala klinis akibat tidak terhidrolisisnya laktosa secara
optimal di dalam usus halus akibat defisiensi laktase, yaitu diare
profus, kembung, nyeri perut, muntah, sering flatus, merah di
sekitar anus, dan tinja berbau asam.c. Kejang Disebabkan oleh kuman
shigela yang mengeluarkan toksik berupa Shigatoksik yang dapat
menembus sampai ke SSP.d. Hipovolemik2. Kronik: Malnutrisi
Hipoglikemi Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
PATOFISIOLOGI a. Gangguan absorbsiYang disebabkan oleh
malabsorbsi makanan,KKP,atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi
baru lahir selain itu toxin dari rotavirus menghancurkan vili
sehingga fungsi absorbsinya terganggu dan terdapatnya makanan atau
zat yang tidak dapat diserap ke duanya menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus.Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.b.
Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (mis: toxin akibat
infeksi rotavirus,kuman pathogen dan apatogen) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga
usus dan timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Untuk membedakan penyebab diare akibat gangguan absorbsi atau
ekskresi adalah dengan cara bayi dipuasakan sementara :Jika
dipuasakan dan bayi tetap diare, maka terdapat gangguan fungsi
sekresinyaJika dipuasakan dan diare berhenti , maka menunjukan
terjadinya gangguan pada fungsi absorbsiPENATALAKSANAANDasar
pengobatan diare adalah :1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara
memberikan dan jumlah cairan. Jenis cairanCairan peroral :Pada
pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan
bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa
cairan yang berisi Na ( 75 mMol/l),Cl ( 65 mMol/l), glukosa ( 75
mMol/l), K (20 mMol/l), HCO3 (30 mMol/l), Sitrat (10 mMol/l) dan
osmolitas (245 mMol/l). Formula lengkap sering disebut juga oralit.
Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)
hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), 1). Belum ada
dehidrasiPeroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap
defekasi.2). Dehidrasi ringan1 jam pertama : 25 50 ml/kg BB per
oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari. Secara IV 3).
Dehidrasi sedang1 jam pertama : 50 100 ml/kg BB peroral
/intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari.
4). Dehidrasi berata. Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun, berat
badan 3 10 kg yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes /
kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes /
kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml
/kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit.16 jam
berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila
anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2 atau 3
tetes/kgBB/menit.b. Untuk anak lebih dari 2,5 tahun dengan BB 10 -
15 kg :o 1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 atau 10
tetes/kgBB/menit.o 7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 Atau 4
tetes/kgBB/menit.o 16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral
atau intragastrik.c. Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 20
-25 kg.Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb
/24 jam.Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3
1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml/kgBB/jam atau 6
tetes/kgBB/menit, 8 tetes/kgBB/menit.20 jam berikutnya 150 ml
/kgBB/20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit atau 2 tetes/kgBB/menit.
Derajat dehidrasiKebutuhan cairanJenis cairanCara/lama
pemberian
Berat (10%)+30ml/kg/jamRLIV / 1 jam
Sedang (6-9%)+70ml/kg/jamRL DarrowIV / 3 jamIG / 3 jam
(oralit)
Ringan (5%)+50ml/kg/jam DarrowOralitIV / 3 jamIG / oralit
Tanpa dehidrasi10-20 ml/kg setiap diareOralit / cairan rumah
tanggaOral
A. Pemberian cairan intravena (biasanya RL). RL mengandung Na+
130 mEq/liter, K+ 4 mEq/liter, Cl- 109 mEq/liter dan Ca++
mEq/liter.Pemberian cairan infuse : Water set factor tetesan 20 dan
15 tts. Diindikasikan untuk pasien dewasa atau anak-anak usia
sekolah, digunakan untuk pemakaian pemberian cairan infuse seperti
RL,D 5%, NaCl 0,9%. Jumlah cairan yang diberikan adalah dalam
jumlah banyak dan untuk waktu yang cepat ( grojok ) Precetion set
factor tetesan 60 tts. Biasanya digunakan untuk obat-obatan atau
kemoterapi seperti manitol dan pada bayi digunakan untuk pembatasan
cairan. Penggunaannya untuk jumlah cairan yang sedikit dan
dibutuhkan dalam waktu yang singkat. Pediatric set factor tetesan
60 tts. Digunakan pada bayi/anak. Blood set factor tetesan 15 tts.
Digunakan untuk tranfusi darah
Rumus penghitungan tetesan infuse:Jumlah cairan X factor
tetesanWaktu(jam) X 60B. Minum sesuai dengan usia :UsiaBB
(kg)Kebutuhan air total per 24 jam (ml)
3 hari3,0250-300
10 hari3,2400-500
3 bln5,4750-850
6 bln7,3950-1100
9 bln8,61100-1250
1 thn9,51150-1300
2 thn11,81350-1500
4 thn16,21600-1800
6 thn20,01800-2000
10 thn28,72000-2500
14 thn45,02000-2700
18 thn54,02200-2700
Bisa dengan rumus berikut ini :BB Kebutuhan air (perhari) sampai
10 kg100ml/kgBB11 20 kg1000ml+50ml/kgBB> 20
kg1500ml+20ml/kgBB
2. Dietetik Pada bayi dengan ASIASI dilanjutkan bersama sama
dengan oralit, selang seling.Pada bayi berumur lebih dari 4 bulan
(sudah mendapat buah buahan,makan tambahan I & II) dilanjutkan
dengan fase readaptasi, sedikit demi sedikit makanan diberikan
kembali seperti sebelum sakit. Pada bayi dengan susu
formulaDiberikan oralit, selang seling dengan susu formula. Jika
bayi telah mendapat makanan tambahan (umur > 4 bln) untuk
sementara dihentikan, diberikan sedikit demi sedikit mulai hari ke
3. Anak anak berumur lebih dari 1 tahun *Dengan gizi jelek (BB <
7 kg), realimentasi sama dengan bayi*Dengan gizi baik, realimentasi
diberikan sbb: Hari 1 : oralit dan bubur tanpa sayur serta pisang
Hari 2 : bubur dengan sayur Hari 3 : makanan biasa.3.
Obat-obatan.a. Zink - 10 mg untuk usia < 6 bulan - 20 mg untuk
usia > 6 bulan b. Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan
dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 1 mg /kg bb /hari.c.
Antibiotik :1. Kolera Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 2
hari ) Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 3 hari )2.
Shigella: Trimetoprim 5-10mg/kg/hari 3. Sulfametoksasol
25-50mg/kg/hari Dibagi 2 dosis ( 5 hari )4. Asam Nalidiksat :
55mg/kg/hr , 4 dosis (5 hr ) 5. Amebiasis : Metronidasol
30mg/kg/hr, 4 dosis ( 5-10 hari)6. Giardiasis : Metronidasol
15mg/kg/hr, 4 dosis ( 5 hari )dr SennO Blog Pribadi Menampilkan
Referat n Jurnal Kedokteran buat teman2 sejawat n adik2 yg lagi
menempuh studi kedokteranRabu, 29 Februari 2012PENATALAKSANAAN
DIARE MENURUT WHO TAHUN 2005
BAB IPENDAHULUANPenyakit diare adalah penyebab utama morbiditas
dan kematian anak di negara berkembang, dan penyebab penting
kekurangan gizi. Pada tahun 2003 diperkirakan 1.87 juta anak-anak
di bawah 5 tahun meninggal karena diare. Delapan dari 10 kematian
ini terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan. Rata-rata, anak-anak
di bawah usia 3 tahun pada negara-negara berkembang mengalami tiga
episode diare setiap tahun. Diare yang terjadi pada banyak negara,
termasuk kolera, juga merupakan penyebab penting morbiditas di
antara anak-anak dan orang dewasa. (1)Banyak kematian diare
disebabkan oleh dehidrasi. Sebuah perkembangan penting telah
menemukan bahwa dehidrasi akibat diare akut dari setiap etiologi
dan pada usia berapa pun, kecuali bila parah, dapat dengan aman dan
secara efektif diobati dengan metode sederhana oral rehidrasi
menggunakan cairan tunggal pada lebih dari 90% kasus. Glukosa dan
beberapa campuran garam yang dikenal sebagai Garam Rehidrasi Oral
(Oral Rehidration Salts (ORS) atau oralit) yang dilarutkan dalam
air untuk membentuk larutan ORS atau oralit. Larutan ORS diserap di
usus kecil bahkan selama terjadi diare yang berlebihan, sehingga
menggantikan air dan elektrolit hilang yang dalam tinja. Larutan
ORS dan cairan lain juga dapat digunakan sebagai perawatan di rumah
untuk mencegah dehidrasi. Setelah penelitian selama 20 tahun, telah
dilakukan perkembangan dari larutan ORS. Disebut larutan ORS
osmolaritas rendah, larutan ORS baru ini sebanyak 33% mengurangi
kebutuhan tambahan terapi cairan IV setelah rehidrasi awal bila
dibandingkan dengan standar larutan ORS WHO sebelumnya. Larutan
oralit baru juga mengurangi insiden muntah sebanyak 30% dan volume
diare sebesar 20%. Larutan ORS osmolaritas rendah baru ini,
mengandung 75 mEq / l natrium dan 75 mmol / l glukosa, dan sekarang
perumusan ORS ini secara resmi direkomendasikan oleh WHO dan
UNICEF. Dalam dokumen yang direvisi ini, ketika ORS / ORT
disebutkan, artinya mengacu pada larutan ORS osmolaritas rendah
baru ini. (1)Unsur penting dalam pengelolaan anak dengan diare
adalah penyediaan terapi rehidrasi oral dan terus menyusui, dan
penggunaan antimikroba hanya untuk anak dengan diare berdarah,
kasus kolera yang parah, atau infeksi non-usus serius. Para
pengasuh anak-anak yang masih muda juga harus diajarkan tentang
praktek-praktek cara pemberian makanan dan kebersihan yang dapat
mengurangi morbiditas diare. (1)Pedoman penatalaksanaan diare di
Indonesia saat ini merujuk pada pedoman penatalaklaksanaan diare
yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes
RI) pada tahun 1999. Sedangkan World Health Organization (WHO)
telah mengeluarkan pedoman penatalaksanaan diare terbaru pada tahun
2005. Pada referat ini akan dikemukakan perbedaan-perbedaan antara
kedua pedoman penatalaksanaan diare tersebut.BAB IITINJAUAN
PUSTAKA2.1 DEFINISIDiare ialah buang air besar dengan konsistensi
lebih encer/cair dari biasanya, 3 kali per hari, dapat/tidak
disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 2 minggu.(2)Diare adalah buang air besar
yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali dalam 24 jam.
Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada daripada jumlah.
Seringkali, buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya
bayi yang diberi ASI sering buang air besar, buang air besar yang
"pucat" juga bukan diare.(1).2.1.1 Jenis-Jenis DiareDiare terdiri
dari beberapa jenis yang dibagi secara klinis, yaitu : (1)a. Diare
cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam atau
hari. mempunyai bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat
badan juga dapat terjadi jika makan tidak dilanjutkan.b. Diare akut
berdarah, yang juga disebut disentri, mempunyai bahaya utama yaitu
kerusakan mukosa usus,sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi
seperti dehidrasi.c. Diare persisten, yang berlangsung selama 14
hari atau lebih, bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi
non-usus serius dan dehidrasi.d. Diare dengan malnutrisi berat
(marasmus atau kwashiorkor) mempunyai bahaya utama adalah infeksi
sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan kekurangan
vitamin dan mineral.2.1.2 DehidrasiDehidrasi adalah gangguan dalam
keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena
pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan
keseimbangan zat elektrolit tubuh.(3)Volume cairan yang hilang
melalui tinja dalam 24 jam dapat bervariasi dari 5 ml / kg (dekat
normal) sampai 200 ml/kg, atau lebih. Konsentrasi dan jumlah
elektrolit yang hilang juga bervariasi. Total defisit natrium tubuh
pada anak-anakdengan dehidrasi berat akibat diare biasanya sekitar
70-110 milimol per liter air defisit. Hilangnya kalium dan klorida
berada dalam kisaran yang sama. Defisit sebesar ini dapat terjadi
pada diare akut dengan etiologi apapun. Penyebab dehidrasi paling
umum adalah rotavirus, enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) dan,
selama epidemi, Vibrio cholerae.(1)2.1.3 MalnutrisiAnak-anak yang
meninggal saat diare, biasanya dapat disebabkan juga kekurangan
gizi dan sering berat, meskipun telah dilakukan manajemen yang baik
pada dehidrasinya. (1)Selama diare terjadi berkurangnya asupan
makanan, penurunan penyerapan gizi, dan peningkatan kebutuhan gizi
sering bergabung menyebabkan penurunan berat badan dan gagalnya
pertumbuhan, anak dengan status gizi buruk sebelumnya menjadi
dibuat menjadi lebih buruk lagi. Malnutrisi memberikan kontribusi
terjadi diare yang lebih parah, berkepanjangan, dan mungkin lebih
sering pada anak-anak dengan kurang gizi. Lingkaran setan ini dapat
dipecah oleh: (1) Terus untuk memberikan makanan yang kaya gizi
selama dan setelah diare Memberikan makanan bergizi, cocok untuk
usia anak, ketika anak baik.2.1.4 Suplemen ZincKekurangan Zinc
banyak terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan muncul di
sebagian besar Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan Asia
Selatan. Zinc diketahui mempunyai peran penting pada enzim
metalloproteinase, poliribosom, dan membran sel, dan fungsi
seluler,yang jga dipercaya memainkan peran sentral dalam
pertumbuhan seluler dan fungsi sistem imun. Walaupun teori dasar
tentang potensi zinc dipostulasikan untuk beberapa waktu,dan
meyakinkan bukti pada kesehatan anak yang hanya meyakinkan bukti
tentang arti penting zinc pada kesehatan anak yang diteliti
baru-baru ini, dari percobaan-percobaan kontrol acak suplementasi
zinc.Banyak studi telah menunjukkan suplementasi zinc (10-20
mg/hari sampai diare berhenti)mengurangi keparahan dan durasi dari
anak diare dibawah usia 5(lima) tahun secara signifikan. Studi
tambahan menunjukkan dengan pemberian zinc jangka pendek (10-20
mg/hari untuk 10-14 hari) mengurangi kejadian diare untuk 2-3 bulan
ke depan. Berdasarkan studi ini, saat ini dianjurkan pemberian
suplemen zinc diberikan 10-20mg/hari selama 10-14 hari. (1)2.2
DIAGNOSIS2.2.1 AnamnesisBertanya kepada ibu atau pengasuh anaknya
tentang: Adanya darah dalam tinja Durasi diare Jumlah kotoran
berair per hari Jumlah episode muntah Adanya demam, batuk, atau
masalah-masalah penting lainnya (misalnya kejang-kejang, baru-baru
ini campak) Jenis dan jumlah cairan (termasuk ASI) dan makanan yang
diberikan selama sakit Obat atau solusi lainnya yang diambil
Riwayat imunisasi2.2.2 Pemeriksaan FisikPertama, periksa
tanda-tanda dan gejala dehidrasi. Cari tanda-tanda berikut: Kondisi
Umum: adalah anak waspada; gelisah atau pemarah; lesu atau tidak
sadar? Mata Apakah normal atau cekung? Ketika air atau larutan
oralit ditawarkan untuk minum, apakah diambil atau dinolak, diambil
dengan penuh semangat, atau anak tidak bisa minum karena kelesuan
atau koma? Rasakan anak untuk menilai:o Turgor kulit. Ketika kulit
di atas perut dicubit dan dilepaskan, segera merata,
perlahan-lahan, atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?Kemudian,
periksalah tanda-tanda masalah penting lainnya. Cari tanda-tanda
ini: Apakah tinja anak mengandung darah merah? Apakah anak
kekurangan gizi? Buka seluruh pakaian bagian atas anak untuk
melihat bahu, lengan, bokong dan paha, untuk bukti dari tanda
berkurangnya otot (marasmus). Cari juga untuk edema pada kaki, jika
ada disertai pengurangan otot, artinya anak menderita gizi buruk.
Jika memungkinkan, nilai berat badan anak-untuk-umur, dengan
menggunakan grafik pertumbuhan, atau berat badan-untuk-panjang.
Atau, mengukur lingkar lengan pertengahan. Apakah anak batuk? Jika
demikian, hitung jumlah pernapasan untuk menentukan apakah
pernafasannya cepat dan mencari tidak simetris. Periksa suhu anak:o
Demam dapat disebabkan oleh dehidrasi parah, atau oleh infeksi non
usus seperti malaria atau pneumonia. (1)2.2.3 Derajat
DehidrasiPenilaianABC
1. Lihat :Keadaan UmumMataRasa HausBaik, sadarNormalMinum biasa
tidak haus* GelisahCekung* Haus, ingin minum banyak* Lesu, lunglai
atau tidak sadarSangat cekung dan kering* Malas minum atau tidak
bisa minum
2. Periksa turgor kulitKembali cepat* Kembali lambat* Kembali
sangat lambat
3. Derajat dehidrasiTanpa dehidrasiDehidrasi ringan/sedangbila
ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lainDehidrasi beratBila
ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain
4. Terapi Rencana terapi ARencana terapi BRencana terapi C
Tabel 2.1 Cara menilai derajat dehidrasi (1)Derajat dehidrasi
dinilai sesuai dengan tanda dan gejala yang mencerminkan jumlah
cairan yang hilang:(1) Pada tahap awal dehidrasi, tidak ada
tanda-tanda atau gejala. Sesuai dehidrasi yang meningkat,
tanda-tanda dan gejala berkembang. Awalnya termasuk: rasa haus,
gelisah atau perilaku pemarah, turgor kulit menurun, mata cekung,
dan Fontanel cekung (pada bayi). Pada dehidrasi berat, efek ini
menjadi lebih jelas dan berkembang menjadi tanda-tanda syok
hipovolemik, termasuk: hilang kesadaran, kurangnya urin, lembab
dingin ekstremitas, denyut nadi yang cepat dan lemah denyut (nadi
a. radialis mungkin tidak terdeteksi), rendah atau tidak
terdeteksinya tekanan darah, dan Sianosis perifer. Dapat terjadi
kematian yang cepat jika tidak dimulai rehidrasi dengan cepat.
(1)Kekurangan cairan pada anak dapat diperkirakan sebagai berikut :
PengukuranKekurangan Cairan (%) Berat BadanKekurangan Cairan dalam
ml/Kg Berat Badan
Tidak Dehidrasi10%>100 ml/kg
Tabel 2.2 Hubungan Derajat Dehidrasi Dengan Perkiraan Jumlah
Cairan yang Hilang(1)2.2.4 Diagnosis Masalah Penting
LainnyaMendiagnosis disentri: jika tinja mengandung darah merah
atau ibu mengatakan dia melihat darah. (1)Mendiagnosis diare
persisten: jika diare mulai setidaknya 14 hari yang lalu (dan
setiap periode tanpa diare telah tidak melebihi dua hari).
(1)Mendiagnosis gizi buruk: jika berat badan-untuk-panjang, atau
berat badan-untuk-umur, dengan menggunakan berat badan anak setelah
rehidrasi, menunjukkan kekurangan gizi sedang atau berat, atau ada
edema dengan membuang-buang otot atau anak telah jelas marasmus.
(1)Mendiagnosis serius usus non-infeksi: berbasis, misalnya, pada
tanda-tanda pneumonia atau sepsis; di daerah dengan falciparum
malaria, demam atau riwayat demam baru-baru ini cukup untuk
menjadikan pasien tersangka dan diobati malaria. Jika dicurigai
sepsis atau meningitis, anak harus dirujuk ke rumah sakit. (1)2.3
Penatalaksanaan Diare Akut (Tanpa Darah)Tujuan daripada pengobatan
diare akut secara objektif ialah :(1) Mencegah dehidrasi, jika
tidak ada tanda-tanda dehidrasi Mengobati dehidrasi, jika ada
Mencegah kerusakan nutrisi, dengan memberi makanan selama dan
setelah dehidrasi,dan mengurangi durasi dan keparahan diare, dan
timbulnya pada episode mendatang, dengan memberikan suplemen
zinc.2.3.1 Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah
dehidrasi dan malnutrisiAnak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi
memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan
cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan,
tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. (1)Ibu harus diajarkan cara
untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak lebih
banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi
dengan terus memberi makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini
penting. Mereka harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa
anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut
dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A. (1)Aturan 1 :
Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk
mencegah dehidrasiCairan yang diberikan adalah cairan yang
mengandung garam (oralit), dapat juga diberikan air bersih yang
matang. (1)Komposisi larutan oralit baru : Natrium klorida 2,6
gram/liter Glukosa 13,5 gram/liter Kalium klorida 1,5 gram/liter
Trisodium sitrat 2,9 gram/literKomposisi larutan oralit lama :
Natrium klorida 3,5 gram/liter Glukosa 20 gram/liter Kalium klorida
1,5 gram/liter Trisodium sitrat 2,55 gram/literDengan menurunkan
osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan garam (NaCl)
dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama absorpsi
cairan oralit. (1)Cairan yang mengandung garam, seperti oralit,
minuman asin (seperti minuman youghert), atau sayuran dan sup ayam
dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam (kurang lebih 3g/L)
pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus
buah-buahan yang tidak diberi gula) atau sup selama diare.
(1)Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam
dapur (1 sendok teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur
(sukrosa) sangat efektif namun tidak dianjurkan karena seringkali
lupa resepnya.Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman
bersoda, teh manis, jus buah-buahan yang manis. Minuman tersebut
dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia. Sedangkan kopi
tidak boleh diberikan karena bersifat diuretik. (1)Umur
(tahun)Jumlah Cairan Yang Harus Diberikan
50-100 ml cairan
2-10100-200 ml
> 10> 200 atau sebanyak yang mereka mau
Tabel 2.3 Jumlah Cairan yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut
WHO 2005Ada sedikit perbedaan dalam jumlah cairan yang harus
diberikan dengan pedoman yang lama yaitu:Tabel 2.4 Jumlah Cairan
yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut Depkes RI 1999 (2)Aturan 2 :
Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama
10 -14 hariZinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana
formulasinya tersedia dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera
setelah mulai diare, durasi dan tingkat keparahan episode serta
risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10
sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya
dan risiko anak memiliki episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan
ke depan dapat berkurang. (1)Pada pedoman penatalaksanaan diare
sebelumnya tidak ada anjuran untuk memberikan zinc, namun pada
pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada anjuran seperti
ini.Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang
giziDiet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan
ditingkatkan setelahnya. Makanan tidak boleh ditahan dan makanan
anak yang biasa tidak boleh diencerkan. pemberian ASI harus
dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang kaya
nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair
mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah dehidrasi
diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah seringkali
nafsu makan tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini
harus didorong untuk mau makan secara normal sesegera
mungkin.(1)Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya
diserap untuk mendukung pertumbuhan dan pertambahan berat badan.
Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus normal, termasuk
kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya,
pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan
dapat menurunkan berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan
lebih lambat memulihkan fungsi usus. (1)Secara umum, makanan yang
sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan yang diperlukan
oleh anak-anak yang sehat. (1)o Bayi segala usia yang menyusui
harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan selama
mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini
harus didukung. (1)o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu
biasa mereka makan (atau susu formula) sekurang-kurangnya setiap
tiga jam, jika mungkin dengan cangkir. (1)o Bayi di bawah usia 6
bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI
lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan
ASI, makanan lain harus diturunkan. (1)Jika anak usia minimal 6
bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi sereal,
sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan
dan makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama
episode diare atau segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau
telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium,
seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan
bermanfaat. (1)Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam
(enam kali sehari). Makan porsi kecil yang Sering, lebih baik
daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare berhenti,
dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan
satu lagi makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama
setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi, makanan tambahan
harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan
normal-untuk-height. (1)Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan
jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah lainnya Ibu harus
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak: Buang air besar
cair sering terjadi Muntah berulang-ulang Sangat haus Makan atau
minum sedikit Demam Tinja Berdarah Anak tidak membaik dalam tiga
hari.Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja.
Namun WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A
ini. 2.3.2 Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak
dengan dehidrasi ringan-sedangJika berat badan anak diketahui maka
hal ini harus digunakan untuk menentukan jumlah larutan yang tepat.
Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml.
Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan
ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat pada tabel
2.5.Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama
Usiaa4 11 bulan12 23 bulan2 4 tahun5 14 tahun> 15 tahun
Berat Badan57.9 kg8-10.9 kg11-15.9kg16-29.9kg> 30 kg
Jumlah (ml)200-400 400-600600-800800-12001200-22002200-4000
a Digunakan apabila tidak diketahui berat badan pasienTabel 2.5
Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan Dehidrasi
Sedang(1) Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat
diberikan. Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya. Untuk bayi di
bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit
WHO yang lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi
100-200ml air bersih selama periode ini. Namun, jika menggunakan
larutan oralit osmolaritas rendah yang baru mengandung 75mmol / L
natrium, hal ini tidak perlu menambah air bersih. (1)Edema
(bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini
terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air
putih, dan makanan. Jangan beri diuretik. Bila edema telah hilang,
lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan Rencana
Terapi A. (1)Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan
oralit. Larutan dapat diberikan pada anak-anak menggunakan sendok
atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi dapat
digunakan pipet atau syringe. Untuk anak (1)Jika tanda-tanda
dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai
sesuai Rencana Terapi C. (1)Jika anak masih memiliki tanda-tanda
yang menunjukkan dehidrasi beberapa, teruskan terapi rehidrasi oral
dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama dimulai
pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan
dalam Rencana Terapi A, dan terus menilai kembali anak. (1)Jika
tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi
telah lengkap. Bila rehidrasi adalah lengkap: Turgor kulit normal
Tidak haus Urin Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan
seringkali tertidur.Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah
dengan larutan oralit dan makanan seperti pada Rencana Terapi
A.(1)Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat
menetap atau muncul kembali selama pemberian oralit pada 5%
anak-anak. Namun dengan larutan oralit osmolaritas rendah yang
baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya dapat berkurang
menjadi 3%, atau kurang. (1)Penyebab kegagalan tersering ialah:
Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam),
seperti yang terjadi pada beberapa anak-anak dengan kolera Tidak
cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan Sering
terjadi muntah-muntah yang parah. (1)Anak-anak tersebut harus
diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau
larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya
dilakukan di rumah sakit. (1)Mulailah untuk memberikan tambahan
zinc, seperti dalam Rencana terapi A, segera setelah anak dapat
makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi. (1)Kecuali untuk
ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama periode
rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B lebih
dari empat jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang
dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua anak yang lebih tua dari 6
bulan harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu untuk
menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan selama diare.
(1)Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes
RI 1999 ialah adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO
2005 dan adanya perbedaan untuk menentukan jumlah cairan rehidrasi
yang ditentukan berdasarkan usia. Pedoman yang dipakai Depkes RI
1999 ialah :Tabel 2.6 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan
Dewasa dengan Dehidrasi Sedang berdasarkan Depkes RI 1999(2)2.3.3
Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi BeratPengobatan
bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena
cepat, mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat
di rumah sakit. Panduan untuk rehidrasi intravena diberikan dalam
tabel 2.7. (1)Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk,
harus diberikan oralit secara peroral sampai infus berjalan. Selain
itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua anak harus
mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya
dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang
lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang
mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan
infus.Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum
berikan oralit sampai cairan i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan
Ringer Laktat (atau cairan normal salin bila ringer laktat tidak
tersedia) yang dibagi sebagai berikut:Tabel 2.7 Jumlah pemberian
cairan secara intravena pada pasien dehidrasi berat(1)Diulangi lagi
bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.Nilai kembali
penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat
tetesan intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai
lagi penderita mengunakan Tabel Pernilaian Kemudian pilihlah
rencana terapi yang sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.
(1)Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a.
radialis teraba kuat. Setelah itu, pasien harus dinilai ulang
setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa hidrasi
membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat.Lihat
dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:o Jika tanda-tanda
dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang
diuraikan dalam Rencana terapi C. o Jika anak membaik (dapat
minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi sedang,
hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam,
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana terapi B.o Jika tidak ada
tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
(1)Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan
dalam jangka waktu dekat (yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah
anak untuk pengobatan IV segera. Jika anak dapat minum, berikan ibu
beberapa larutan oralit dan tunjukkan kepadanya cara untuk
memberikannya kepada anaknya selama perjalanan. (1)Jika terapi IV
tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih
dapat memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik,
dengan kecepatan 20 ml/kg BB /jam selama 6 (enam) jam (total 120
ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit harus
diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit. (1)Jika
tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan
oralit harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg
BB/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml / kg berat badan). Jika
terlalu cepat, anak dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini,
maka memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah
mereda. (1)Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus
dinilai ulang paling sedikit setiap jam. Jika tanda-tanda dehidrasi
tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera dibawa ke
fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia. (1)Kalau tidak, jika
rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah enam jam
dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang
dijelaskan di atas untuk terapi IV yang diberikan. (1)Jika tidak
ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak
harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau
NGT tersedia. (1)Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara
WHO 2005 dengan pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat
ini.2.3.4 Gangguan Elektrolit2.3.4.1 HipernatremiaBeberapa anak
diare terjadi dehidrasi hipernatraemia, terutama ketika diberi
minuman yang hipertonik karena mengandung gula yang berlebihan
(misalnya minuman ringan) atau garam. Ini menarik air dari jaringan
dan darah anak ke dalam usus, menyebabkan konsentrasi natrium dalam
cairan ekstra-selular meningkat. Jika zat terlarut dalam minuman
ini tidak sepenuhnya terserap, air tetap berada dalam usus, dan
menyebabkan diare osmotik. (1)2.3.4.2 HiponatremiaAnak-anak diare
yang kebanyakan minum air, atau air minum yang mengandung sedikit
garam, dapat terjadi hiponatremia (Na serum (1)2.3.4.3
HipokalemiaPenggantian yang inadekuat dari kehilangan kalium selama
diare dapat menyebabkan berkurangnya kalium dan hipokalemia (serum
K + (1)2.4 Penatalaksanaan Pasien Tersangka KoleraKolera dibedakan
dengan diare akut penyebab lain dalam tiga cara: Terjadi dalam
wabah besar yang melibatkan anak-anak dan orang dewasa Diare cair
yang banyak, dengan cepat mengarah ke dehidrasi berat dengan syok
hipovolemik Untuk kasus-kasus dehidrasi berat antibiotik yang tepat
dapat mempersingkat durasi penyakit. (1)Pengobatan awal dehidrasi
dari kolera mengikuti rencana terapi dehidrasi seperti yang sudah
dijelaskan. Untuk pasien dengan dehidrasi berat dan shock, infus
intravena harus diberikan segera untuk memulihkan volume darah, dan
perbaikan dinilai dari tekanan darah yang normal dan denyut nadi
radial yang kuat. (1)Biasanya, orang dewasa dengan berat 50 kg dan
dengan dehidrasi berat akan memiliki defisit cairan kira-kira 5
(lima) liter. Dari jumlah ini, 2 (dua) liter harus diberikan dalam
waktu 30 menit, dan sisanya dalam waktu tiga jam. (1)Dengan kolera,
dibutuhkan oralit dalam jumlah besar yang diperlukan untuk
mengganti kehilangan akibat diare setelah dehidrasi dikoreksi.
Jumlah kehilangan cairan melalui diare sangat banyak dalam 24 jam
pertama, pada pasien dengan dehidrasi berat. Selama periode ini,
rata-rata kebutuhan cairan pasien sepertiadalah 200 ml/kgBB, tapi
beberapa memerlukan 350 ml/kg atau lebih. Pada pasien yang
berkelanjutan diarenya biasanya membutuhkan terapi pemeliharaan
intravena menggunakan larutan Ringer laktat dengan menambahkan
kalium klorida. Tambahan kalium juga dapat diberikan bersamaan
dengan oralit segera setelah pasien dapat minum. (1)Setelah
rehidrasi, pasien harus dinilai ulang untuk mengetahui tanda-tanda
dehidrasi sekurang-kurangnya setiap 1-2 jam, dan dilakukan lebih
sering jika diare terjadi terus-menerus dan banyak. Jika
tanda-tanda dehidrasi muncul kembali, larutan oralit harus
diberikan lebih cepat. Jika pasien menjadi lelah, sering muntah
atau distensi perut, larutan oralit harus dihentikan dan rehidrasi
harus diberikan secara IV menggunakan larutan Ringer laktat (50
ml/kg dalam tiga jam), dengan menambahkan kalium klorida. (1)Semua
kasus dugaan kolera dengan dehidrasi berat harus diberi antimikroba
oral yang efektif untuk Vibrio cholerae di daerah (Tabel 2.8). Hal
ini dapat mengurangi volume total kehilangan cairan, menyebabkan
diare berhenti dalam waktu 48 jam. Dosis pertama harus diberikan
segera setelah muntah berhenti, yang biasanya 4-6 jam setelah
memulai terapi rehidrasi. (1)Penatalaksanaan diare yang disebabkan
Vibrio cholerae hampir sama dalam pemberian antibiotik pilihan
namun ada perbedaan dimana cotrimosazol tidak lagi digunakan pada
pedoman yang baru, dan digantikan oleh eritromycin. (4)2.5
Penatalaksanaan Diare Akut BerdarahSelain itu, mereka harus dirawat
selama tiga hari dengan ciprofloxacin, atau selama lima hari dengan
antimikroba oral lainnya yang sensitif terhadap Shigella. Hal ini
karena Shigella menyebabkan episode diare berdarah pada anak-anak,
dan hampir semua episode parah. Sangat penting menentukan
sensitivitas strain lokal Shigella, karena sering terjadi
resistensi antimikroba dan pola resistensi tidak dapat diprediksi.
Antimikroba yang tidak efektif untuk pengobatan Shigellosis, tidak
boleh diberikan untuk mengobati Shigellosis. Baru-baru ini
direkomendasikan bahwa asam nalidixic tidak boleh lagi digunakan
untuk pengelolaan infeksi Shigella. (1)Tabel 2.8 Antibiotik yang
Digunakan Untuk Mengobati Penyebab DiarePenyebabAntibiotik
PilihanAlternatif
KoleraDoxycyclineDewasa: 300 mg sekaliatauTetracyclineAnak-anak:
12.5 mg/kg4 kali per hari x 3 hariDewasa: 500 mg4 kali per hari x 3
hariErythromycinAnak-anak: 12.5 mg/kg4 kali per hari x 3 hariDewasa
: 250 mg4 kali per hari x 3 hari
Disentri Shigella CiprofloxacinAnak: 15 mg/kg2 kali per hari x 3
hariDewasa: 500 mg2 kali per hari x 3 hariPivmecillinamAnak-anak:
20 mg/kg4 kali per hari x 5 hariDewasa: 400 mg4 kali per hari x 5
hariCeftriaxoneAnak-anak: 50-100 mg/kg1 kali per hari IM x 2 to 5
hari
AmobiasisMetronidazoleAnak-anak: 10 mg/kg3 kali per hari x 5
hari (10hari pada kasus berat)Dewasa: 750 mg3 kali per hari x 5
hari (10hari pada kasus berat)
GiardiasisMetronidazole dAnak-anak: 5 mg/kg3 kali per hari x 5
hariDewasa: 250 mg3 kali per hari x 5 hari
Diare Berdarah pada Anak
Malnutrisi berat ?
Berikan Antimikroba untuk Shigellab
Mulai dehidrasi, usia
Berikan antimikroba kedua untuk shigellab
Membaik dalam 2 hari ?
Rujuk ke rumah sakit ?
Rujuk ke RS
Selesaikan pengobatan dalam 3 hari
Membaik dalam 2 hari ?
Rujuk ke RS
Selesaikan pengobatan dalam 3 hari
Rujuk ke RS atau obati amoebiasisc
Ya
Ya
Ya
Ya
Bagan 2.1 Pengelolaan rawat jalan diare berdarah pada anak-anak
di bawah usia 5 tahuna(1)a Pengobatan juga harus mencakup (i)
terapi rehidrasi oral untuk mengobati atau mencegah dehidrasi, dan
(ii) teruskan makan,termasuk menyusui.b Penggunaan antimikroba oral
efektif untuk Shigella. Cukup memberikan antimikroba untuk 3 sampai
5 hari.c Jika E. histolytica trophozoites terlihat pada pemeriksaan
faeses, pengobatan amoebiasis harus diberikan.2.5.1
AmobiasisAmoebiasis merupakan penyebab yang jarang untuk diare cair
berdarah pada anak-anak, insidensinya kurang dari 3%. Anak-anak
dengan diare berdarah tidak boleh diobati amobiasis secara rutin.
Pengobatan tersebut dilakukan jika pemeriksaan mikroskopis faeses
ditemukan tropozoit dari E. histolytica yang mengandung sel-sel
darah merah. Pengobatan antiamoeba dapat dilihat pada Tabel 2.8.
(1)Tidak ada perbedaan antara penatalaksanaan amoebiasis pada
pedoman penatalaksanaan diare Indonesia saat ini dengan WHO tahun
2005.2.6 Penatalaksanaan Diare PersistenDiare dengan atau tanpa
darah yang dimulai secara akut dan berlangsung selama paling tidak
14 hari. Biasanya berhubungan dengan penurunan berat badan dan
sering dengan infeksi non intestinal. Diare persisten hampir tidak
pernah terjadi pada anak yang diberi ASI eksklusif. Anak-anak yang
menderita diare persisten seringkali sudah malnutrisi sebelum
diare. (1)Tujuan pengobatannya yaitu mengembalikan berat badan dan
fungsi normal usus. Terapi diare persisten meliputi : Cairan yang
cukup untuk mencegah dehidrasi sesuai dengan rencana terapi A,
B,dan C. Nutrisi agar tidak memperparah diare Suplemen vitamin dan
mineral, termasuk pemberian zinc untuk 10-14 hari Antimikroba untuk
mengobati infeksi.Sebagian besar anak-anak dapat diobati dirumah
dengan pengawasan yang ketat untuk memastikan adanya perbaikan.
Namun, beberapa harus dirawat di rumah sakit, sampai kondisinya
stabil, diarenya berhenti dan berat badannya naik. Ini termasuk :
(1) Anak dengan infeksi serius, seperti pneumonia atau sepsis Anak
dengan tanda dehidrasi Bayi usia Pengobatan rutin diare persisten
dengan antimikroba tidak efektif dan tidak seharusnya diberikan.
Beberapa, menderita infeksi usus atau non usus yang membutuhkan
terapi antimikroba. Diare persisten tidak akan membaik jika
penyebab infeksi belum diketahui dan diobati dengan benar.
(1)Setiap anak dengan diare persisten harus diperiksa adanya
infeksi non usus, seperti pneumonia, sepsis, Infeksi Saluran Kemih,
dan otitis media. Pengobatan penyakit-penyakit tersebut harus
sesuai dengan pedoman standar. Sedangkan pengobatan untuk infeksi
ususnya harus diobati setelah diketahui penyebab dari infeksinya
setelah dilakukan pemeriksaan faeses, dan diobati sesuai dengan
Tabel 2.8.(1)Infeksi yang didapat dirumah sakit seringkali terjadi.
Penyakit-penyakit ini seperti pneumonia, diare karena rotavirus,
kolera, dan lainnya. Infeksi yang didapat di rumah sakit harus
dicurigai bila terdapat lesu dan sulit makan atau minum namun bukan
karena dehidrasi, atau terjadi demam, batuk, diarenya memburuk atau
tanda penyakit lain yang serius dalam 2 hari setelah dirawat.
Pengobatannya harus sesuai dengan pedoman standar. (1)2.6.1
Memberikan Nutrisi yang CukupIni merupakan pengobatan yang esensial
bagi anak dengan diare persisten. Pasien yang diobati di rumah
harus diobati dengan diet yang cukup sesuai usianya, namun dengan
kadar laktosa yang dibatasi. Anak yang diobati di rumah sakit
membutuhkan diet yang khusus sampai diarenya reda dan berat
badannya naik. Tujuannya yaitu 110 kalori/Kg/hari. (1)Mengobati
Pasien di Rumah(1)o Lanjutkan ASIo Jika yoghurt tersedia, berikan
pada anak menggantikan susu hewan yang biasa diberikan pada anak,
yoghurt dengan kadar laktosa yang rendah lebih mudah ditoleransi.
Jumlahnya 50 ml/KgBB/hari. Dapat dicampur dengan sereal anak.o
Berikan makanan lain pada anak sesuai aturan 3 rencana terapi A.o
Memberikan makanan kecil yang sering, minimal 6 (enam) kali per
hari.Makanan untuk Rumah Sakit(1)Lanjutkan ASI sebanyak anak mau.
Makan lainnya harus diberikan setidaknya setelah 4-6 jam setelah
rehidrasi dimulai mengikuti rencana terapi B dan C.Anak di bawah 6
bulan Lanjutkan ASI. Dorong ibu untuk memberikan ASI Jika susu
hewan harus diberikan maka gantilah dengan yoghurt yang diberikan
dengan menggunakan sendok, dengan kadar laktosa yang rendah atau
tidak ada.Bayi yang lebih besar atau anak-anakGunakan standar diet
menggunakan bahan-bahan lokal. Ada dua contoh diet. Diet yang
pertama mengandung laktosa yang rendah. Kedua, untuk anak-anak yang
tidak membaik dengan diet yang pertama, tidak mengandung laktosa
dan rendah tepung.(1)Diet pertama: rendah laktosaDiet ini harus
dimulai secepatnya setelah anak dapat makan dan diberikan 6 (enam)
kali per hari. Beberapa anak membutuhkan NGT pada awalnya. Diet ini
menyediakan 83 Kkal/100g, 3,7 g laktosa/KgBB/hari dan 11% kalori
seperti protein : (1) Susu rendah lemak 11g (atau 85 ml) Nasi 15 g
(nasi yang belu dimasak) Minyak sayur 3,5 g Gula pasir 3 g Air
matang 200 mlDengan diet ini, 130ml/Kg menyediakan 110Kkal/Kg.
(1)Diet Kedua : Bebas laktosan rendah tepungHampir 65% anak-anak
membaik setelah diberikan diet pertama. Namun bagi anak-anak yang
tidak sembuh maka dapat diberikan diet yang kedua ini. (1) Telur
64g Nasi 3 g Minyak sayur 4 g Glukosa 3 g Air matang 200mlDengan
diet ini, 145 ml/Kg menyediakan 11 kal/Kg. (1)2.6.2 Suplemen
Multivitamin dan MineralAnak-anak degan diare persisten haru
menerima tambahan gizi berupa multivitamin dan mineral setiap hari
untuk 2 (dua) minggu. Harus mencakup sebagian besar vitamin dan
mineral meliputi anjuran dosis harian dan diberikan minimal 2 (dua)
kali sehari, yaitu : (1) Asam folat 50 ug Zinc 10 mg Vitamin A 400
ug Tembaga 1 mg Magnesium 80 mg2.6.3 Evaluasi Respon Terhadap
PengobatanAnak-anak yang Diobati di Rumah SendiriAnak harus
dievaluasi setelah 7 hari, atau saat diare memburuk atau saat
timbulnya masalah lain. Pada penderita yang berat badannya naik dan
diare kurang dari 3 (tiga) kali perhari, dianjurkan mendapat diet
secara normal kembali. Mereka yang berat badannya tidak meningkat
atau pada pasien diare yang tidak membaik harus dirujuk kerumah
sakit. (1)Anak-anak yang Diobati di Rumah SakitPenderita diare
persisten harus diperiksakan setiap hari, hal-hal yang diperiksa
ialah berat badan, tempertur, intak makanan, dan jumlah diare.
(1)Pengobatan yang berhasil akan menunjukkan intak makanan yang
cukup, berat badan meningkat, jumlah diare yang sedikit, dan demam
turun. (1)Kegagalan diet disebabkan karena : Peningkatan frekuensi
diare (biasanya > 10 kali per hari), sering ditandai dengan
munculnya tanda dehidrasi, segera setelah diet baru diberikan.
Kegagalan untuk mendapatkan berat badannya kembali dalam 7 (tujuh)
hari.Diet pertama harus diberikan dalam 7 (tujuh) hari, kecuali
terjadi kegagalan diet yang muncul lebih awal, sehingga hentikan
diet pertama dan berikan diet kedua untuk 7 (tujuh) hari.
(1)Sebagaian besar tujuan dari terapi diare persisten adalah sama,
namun pada pedoman WHO tahun 2005 lebih detil menjelaskan tentang
tujuan dari masing-masing terapi, seperti terapi gizi. Terapi gizi
pada pedoman penatalaksanaan diare WHO tahun 2005 dijelaskan secara
terpisah antara terapi di rumah sendiri dan di rumah sakit, dan
juga dijelaskan mengenai diet rendah laktosa pertama dan diet bebas
laktos kedua.2.7 Penatalaksanaan Diare Dengan Malnutrisi
BeratStatus hidrasi sulit dinilai disebabkan sering tampak dalam
keadaan yang normal. Turgor kulit muncul pada anak-anak dengan
marasmus yang tidak memiliki lemak subkutan, mata tampak cekung.
hilangnya turgor kulit dapat ditutupi oleh edema pada anak
kwashiorkor. Sehingga tanda-tanda yang dapat dinilai ialah :
kemauan untuk minum, lesu, kedinginan, dan kelembaban ekstrimitas,
kelemahan dari a. radialis, dan urin output yang sedikit (tanda
dehidrasi berat). Pada anak dengan malnutrisi berat sering tidak
mungkin untuk membedakan antar dehidrasi sedang dan berat. (1)Sulit
juga untuk membedakan dehidrasi berat dengan syok septik, karena
kondisi keduanya tampak hipovolemi dan terjadi penurunan tekanan
darah. Salah satu tanda yang penting untuk membedakan dengan
dehidrasi berat ialah adanya diare cair. Anak dengan malnutrisi
berat dengan tanda dehidrasi berat namun tanpa riwayat diare cair
harus diobati sebagai pasien dengan syok septik. (1)2.7.1
Penatalaksanaan DehidrasiPasien harus dirawat d rumah sakit.
Rehidrasi diberikan peroral, jika sulit maka dapat menggunakan NGT.
Infus secara IV mudah menimbulkan overhidrasi dan gagal jantung,
hanya digunakan pada saat syok saja. (1)Rehidrasi oral dilakukan
perlahan-lahan, memberikan 70-100ml/Kg selama 12 jam. Mulai berikan
10 ml/Kg/jam selama 2 (dua) jam pertama. Dapat diteruskan atau
dikurangi sesuai dengan kehilangan cairan lewat diare dan kehausan
anak. Meningkatnya timbulnya edema menandaka overhidrasi. Cairan
diberikan untuk menjaga hidrasi setelah dehidrasi dikoreksi, dan
harus berdasarkan jumlah kehilangan cairan, sesuai rencana terapi
A. (1)Larutan oralit lengkap tidak boleh diberikan peroral atau
melalui NGT karena terlalu banyak mengandung natrium dan sedikit
kalium. Sehingga harus diberikan dengan cara lain, yaitu ketika
menggunakan larutan oralit baru yang mengandung 75 mEq/l natrium :
(1) Bagi satu paket larutan oralit ke dalam 2 (dua) liter air
bersih Tambahkan 45 ml larutan kalium klorida (dari larutan berisi
100 g KCl/L) Tambahkan dan bagi 50g sukrosa.Larutan ini menyediakan
natrium yang lebih sedikit (37.5 mmol/l), lebih banyak kalium (40
mmol/L) dan tambahan gula (25g/l), dimana efektif pada anak diare
dengan malnutrisi berat. (1)2.7.2 Memberi MakanIbu harus memberikan
ASI dan makanan tambahan lainnya pada anak mereka, yang dimulai
seceptnya, dalam 2-3 jam setelah rehidrasi dimulai. Makanan harus
diberikan setiap 2-3 jam sekali siang dan malam. (1)Diet awal
diberikan sejak awal sampai nafsu makan anak kembali normal.
Beberapa anak makan dengan baik sejak awal terapi namun banyak
penderita mendapatkan nafsu makannya kembali setelah 3-4 hari,
setelah infeksi diobati. Diet mengandung 75 Kkal/100ml dan meliputi
: (1) Bubuk skim milk 25 gram Minyak sayur 20 gram Gula 60 gram
Bubuk nasi 60 gram Air bersih 1000 mlKombinasikan resep dan rebus
selama 5 (lima) menit untuk memasak sereal. Anak harus menerima 130
ml/Kg/hari. Bagi anak yang tidak dapat terpenuhi kebutuhan dietnya
harus diberikan menggunakan NGT dibagi dalam 6 (enam) kali
pemberian.2.7.3 Vitamin, Mineral, dan GaramZat di bawah ini harus
ditambahkan setiap 2 (dua) liter cairan yang dijelaskan di atas.KCl
3.6 gK3 sitrat 1.3 gMgCl2.6H2O 1.2 gZn asetat.2H20 130 mgCuSO4.7H2O
22 mgNaSeO4.10H2O 0.44 mgKI 0.20 mgVitamin A diberikan sesuai
dengan bagian 2.8.2.2.7.4 AntimikrobaSemua anak malnutrisi harus
menerima antibiotik spektrum luas, seperti gentamicin dan
ampicillin, untuk beberapa hari setelah dimasukkan ke RS. Kombinasi
ini atau kombinasi lainnya yang berspektrum luas harus diberikan
kepada anak dengan tanda syok septik. Anak harus dicek setiap hari
untuk infeksi lain dan kemudian diobati.(1)Perbedaan dari pedoman
penetalaksanaan diare Depkes RI tahun 1999 dan WHO tahun 2005
hampir sama, seperti dari penatalaksanaan dehidrasi, pemberian gizi
pada anak, vitamin dan mineral, juga antimikroba.2.8 Masalah Lain
yang Terkait Dengan Diare2.8.1 DemamDemam pada anak diare dapat
disebabkan oleh infeksi lain (misalnya pneumonia, bakteremia, ISK
atau otitis media). Anak-anak kecil mungkin juga demam karena
dehidrasi. Kehadiran demam seharusnya mendorong pencarian penyebab
infeksi lain. Hal ini penting terutama bila demam tetap ada setelah
seorang anak telah sepenuhnya terrehidrasi. (1)Anak-anak dengan
demam tinggi (39 C atau lebih) harus ditangani segera dengan
menurunkan suhunya. Cara terbaik dilakukan dengan mengobati setiap
infeksi dengan antibiotik yang sesuai serta antipiretik (misalnya
parasetamol). menurunkan demam juga meningkatkan nafsu makan dan
mengurangi iritasi. (1)2.8.2 Defisiensi Vitamin ADiare mengurangi
penyerapan, dan meningkatkan kebutuhan, vitamin A. Pada daerah
penyimpanan vitamin A seringkali rendah, anak-anak dengan diare
akut atau diare persisten dapat dengan cepat terbentuk lesi
kekurangan vitamin A pada mata yaitu xerophthalmia dan bahkan
menjadi buta. (1)Pada daerah seperti ini, anak-anak diare harus
diperiksa secara rutin adanya kekeruhan kornea dan lesi conjunctiva
(Bitot's spot). Jika terdapat salah satu, vitamin A per oral harus
diberikan sekaligus dan pada hari berikutnya: 200 000 unit/dosis
untuk usia 12 bulan sampai 5 tahun, 100 000 unit untuk usia 6 bulan
sampai 12 bulan, dan 50 000 unit untuk usia kurang dari 6 bulan.
Anak-anak dengan malnutrisi tanpa adanya lesi pada mata dan adanya
riwayat campak dalam sebulan terakhir harus diberikan terapi yang
sama. Ibu juga harus diajarkan secara rutin untuk memberikan
anak-anak mereka makanan yang kaya karoten, ini termasuk
buah-buahan berwarna kuning atau oranye dan sayuran berdaun hijau
gelap. Jika mungkin, telur, hati, atau lemak susu juga harus
diberikan. (1)2.9 Obat Antimikroba dan Obat "antidiare"2.9.1 Obat
AntimikrobaAntimikroba jangan diberikan secara rutin. Karena sulit
untuk membedakan antara episode yang secara klinis berespon,
seperti diare yang disebabkan enterotoxic E. coli, dengan penyebab
lain yang tidak berespon terhadap antimikroba, seperti rotavirus
atau Cryptosporum. Bahkan untuk infeksi yang berespon secara
potensial, memilih antimikroba yang selektif membutuhkan
pengetahuan tentang sensitivitas dari agen penyebab diare, dan
informasi tentang ini biasanya sulit didapat. Lebih lagi,
penggunaan anti mikroba menambah biaya pengobatan, dan berisiko
menimbulkan efek samping dan meningkatkan resistensi bakteri.
(1)Antibiotik diketahui hanya berguna bagi diare berdarah (mungkin
shigelosis), suspek kolera dengan dehidrasi berat, dan infeksi non
intestinal serius seperti pnemunia. Sedangkan obat antiprotozoa
jarang sekali diindikasikan. (1)2.9.2 Obat AntidiareObat anti
diare, walaupun sering digunakan, tidak memiliki manfaat praktis
dan tidak pernah diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada
anak-anak. Beberapa dari oabat-obat ini berbahaya. Produk dalam
kategori ini meliputi:Adsorbents (misalnya kaolin, attapulgite,
smectite, arang aktif, cholestyramine). Obat ini dipromosikan untuk
perawatan diare dengan cara mengikat dan menonaktifkan racun
bakteri atau zat lain yangmenyebabkan diare, dan obat ini dianggap
untuk "melindungi" mukosa usus. Namun, Tidak ada bukti nilai
praktis dalam pengobatan rutin diare akut pada anak-anak.
(1)Obat-obatan antimotilitas (misalnya loperamide hidroklorida,
diphenoxylate dengan atropin, tingtur opium, mengandung kapur barus
tingtur opium, obat penghilang rasa sakit, kodein). Obat-obatan ini
yaitu opiat atau seperti opiat dan inhibitor motilitas usus lain
dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa. Namun, obat ini
tidak memperkecil volume tinja pada anak-anak. Selain itu, mereka
dapat menyebabkan ileus paralitik yang parah, yang dapat berakibat
fatal, dan mereka mungkin memperpanjang infeksi dengan menunda
menghilangkan organisme penyebab. Sedasi mungkin dapat terjadi pada
dosis terapi biasa dan keracunan sistem saraf pusat telah
dilaporkan untuk beberapa obat. Tidak satu pun dari agen ini harus
diberikan bayi atau anak-anak dengan diare. (1)Bismut subsalisilat.
Bismut subsalisilat mengurangi jumlah diare dan keluhan diare
travellers pada orang dewasa. Ketika diberikan setiap empat jam,
dilaporkan terjadi penurunan diare pada anak-anak dengan diare akut
sekitar 30%. Namun, pengobatan ini jarang dipraktekan. (1)Kombinasi
obat-obatan. Banyak produk menggabungkan adsorbents, antimikroba,
obat antimotilitas obat. Produsen dapat mengklaim bahwa formulasi
ini sesuai untuk berbagai penyakit diare, namun, obat kombinasi ini
tidak rasional serta mempunyai biaya dan efek samping yang jauh
lebih tinggi. Sehingga obat-obat seperti ini tidak diperbolehkan
untuk diare pada anak-anak. (1)2.9.3 Obat LainnyaAntiemetik.
Obat-obatan ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine, dapat
menyebabkan sedasi yang dapat mengganggu pemberian oralit. Untuk
alasan ini antiemetik tidak boleh diberikan kepada anak-anak dengan
diare. Terlebih lagi, muntah akan berhenti bila anak sudah
terrehidrasi. (1)Stimulan jantung. Syok yang terjadi pada diare
akut disebabkan oleh dehidrasi dan hipovolemia. Terapi yang benar
yaitu IV yang cepat diimbangi dengan infus larutan elektrolit yang
seimbang. Penggunaan stimulan jantung vasoactif dan obat-obatan
(misalnya adrenalin, nikotinamida) tidak pernah diindikasikan.
(1)Darah atau plasma. Darah, plasma atau plasma sintetik ekspander
tidak pernah diindikasikan untuk anak-anak dengan dehidrasi karena
diare. Anak-anak ini memerlukan penggantian kehilangan air dan
elektrolit. Namun, perawatan ini digunakan, untuk pasien dengan
hipovolemia karena syok septik. (1)Steroid. Steroid tidak memiliki
manfaat dan tidak pernah diidikasikan. (1)Obat pencahar. Obat ini
dapat membuat diare dan dehidrasi semakin parah, obat-obat ini
tidak boleh digunakan. (1)2.10 Pencegahan DiarePengobatan penyakit
diare sangat efektif dalam mencegah kematian, tetapi tidak memiliki
dampak pada insidensi diare. Staf kesehatan yang bekerja di
fasilitas perawatan untuk mengajar anggota keluarga dan memotivasi
mereka tentang langkah-langkah pencegahan. Ibu dari anak-anak yang
dirawat karena diare cenderung sangat menerima pesan-pesan
tersebut. Untuk menghindari kelebihan informasi yang didapatkan
ibu, yang terbaik adalah dengan menekankan hanya satu atau dua saja
dari poin-poin berikut, memilih yang paling sesuai untuk ibu dan
anaknya. (1)2.10.1 Air Susu IbuSelama 6 bulan pertama kehidupan,
bayi harus mendapatkan ASI eksklusif. Ini berarti bahwa bayi yang
sehat harus diberi ASI dan tidak boleh menerima makanan atau cairan
lainnya, seperti air, teh, jus, sereal minuman, susu hewan atau
formula. Bayi dengan ASI eksklusif sangat kecil kemungkinannya
untuk mendapatkan diare atau meninggal karena diare daripada bayi
yang tidak mendapatkan ASI atau ASI sebagian. Menyusui juga
melindungi terhadap risiko alergi pada awal kehidupan, memberikan
jarak dan perlindungan terhadap infeksi selain diare (misalnya
pneumonia). Menyusui harus terus diberikan sampai minimal 2 tahun.
Cara terbaik untuk praktek adalah dengan meletakkan bayi ke
payudara segera setelah lahir dan tidak memberikan cairan lain.
(1)2.10.2 Memperbaiki Cara Mempersiapkan MakananMakanan pelengkap
biasanya harus dimulai ketika anak berusia 6 bulan. Hal ini dapat
dimulai setiap saat setelah berusia 4 bulan. Namun, jika anak tidak
tumbuh memuaskan. Memberikan makanan yang baik, memilih makanan
bergizi dan menggunakan praktek-praktek yang higienis ketika
mempersiapkan makanan. Pilihan makanan pelengkap akan tergantung
pola diet lokal dan pertanian, serta pada kepercayaan dan
praktek-praktek yang ada. Selain ASI (atau susu hewan), makanan
lunak (seperti sereal) harus diberikan. Bila mungkin, telur,
daging, ikan dan buah-buahan harus diberikan juga. Makanan lain,
seperti kacang-kacangan matang dan sayuran harus diberikan,
terutama yang ditambahkan beberapa minyak nabati (5-10 ml / porsi).
(1)2.10.3 Penggunaan Air BersihRisiko diare dapat dikurangi dengan
menggunakan air bersih yang tersedia dan melindunginya dari
kontaminasi. (1)Keluarga harus: Kumpulkan air dari sumber terbersih
yang tersedia. Tidak mandi, mencuci, atau buang air besar di dekat
sumbernya. WC harus ditempatkan lebih jauh 10 meter dan menuruni
bukit. Jauhkan binatang jauh dari sumber air. Mengumpulkan dan
menyimpan air ke dalam wadah yang bersih; kosong dan bilas keluar
wadah setiap hari, menjaga penyimpanan dengan wadah tertutup dan
tidak membiarkan anak-anak atau hewan untuk minum dari tempat
tersebut, mengambil air menggunakan gagang yang panjang dengan
tujuan agar tangan tidak menyentuh air. Masak air yang digunakan
untuk membuat makanan atau minuman untuk anak-anak. (1)2.10.4 Cuci
TanganSemua agen penyebab diare dapat ditularkan melalui tangan
yang telah terkontaminasi oleh feses. Risiko diare secara
substansial berkurang jika anggota keluarga melakukan praktek cuci
tangan dengan benar. Semua anggota keluarga harus mencuci tangan
dengan bersih setelah buang air besar, setelah membersihkan seorang
anak yang buang air besar, setelah membuang faeses anak, sebelum
menyiapkan makanan, dan sebelum makan. Cuci tangan yang baik
memerlukan penggunaan sabun atau pengganti lokal (seperti abu atau
tanah), dan air yang cukup untuk mencuci tangan dengan bersih.
(1)2.10.5 Keamanan MakananMakanan dapat terkontaminasi oleh
penyebab diare pada semua tahapan produksi dan persiapan, termasuk:
selama masa pertumbuhan bahan makanan (dengan menggunakan pupuk
hewani), di tempat-tempat umum seperti pasar, selama persiapan di
rumah atau di restoran, dan setelah terus disiapkan tanpa
didinginkan. Masing-masing praktek-praktek keselamatan makanan juga
harus ditekankan. Pendidikan kesehatan untuk masyarakat umum harus
menekankan pesan-pesan kunci berikut mengenai persiapan dan
konsumsi makanan: (1)o Jangan makan makanan mentah, kecuali rusak
buah-buahan dan sayuran yang dikupas dan dimakan langsung.o Cuci
tangan dengan bersih dengan sabun setelah buang air besar dan
sebelum menyiapkan makanan atau makan.o Masak makanan sampai
panas.o Makanlah makanan saat itu masih panas, atau panaskan secara
menyeluruh sebelum makan.o Cuci dan keringkan semua peralatan
memasak setelah digunakan.o Jauhkan makanan yang dimasak dan
peralatan bersih secara terpisah dari makanan mentah dan alat-alat
yang berpotensi terkontaminasi.o Lindungi makanan dari lalat
terbang.2.10.6 Penggunaan Jamban dan Pembuangan Kotoran yang Aman
Sebuah lingkungan yang tidak sehat memberikan kontribusi terhadap
penyebaran penyebab diare. Karena patogen yang menyebabkan diare
diekskresikan ke dalam kotoran orang yang terinfeksi atau hewan,
pembuangan kotoran yang tepat dapat memotong penyebaran infeksi.
Feses dapat mencemari air tempat anak-anak bermain, ibu mencuci
pakaian, dan tempat sumber air untuk pemakaian keperluan rumah
tangga. Setiap keluarga harus mempunyai jamban yang bersih dan
berfungsi dengan baik. Jika tidak tersedia, keluarga harus buang
air besar di tempat yang ditunjuk dan menguburkan kotoran segera.
Kotoran anak-anak cenderung mengandung patogen diare, kotoran
tersebut harus dikumpulkan segera setelah buang air besar dan
dibuang di jamban atau dikubur. (1)2.10.7 Imunisasi Campak
Imunisasi campak secara substansial dapat mengurangi insiden dan
tingkat keparahan penyakit diare. Setiap bayi harus diimunisasi
terhadap campak pada usia yang dianjurkan. (1)BAB
IVKESIMPULANTerdapat beberapa perbedaan antara pedoman
penatalaksanaan diare antara pedoman dari Depkes RI yang sekarang
dipakai di Indonesia dengan pedoman yang direvisi WHO tahun 2005.
Perbedaan itu antara lain dibuatnya komposisi oralit yang baru,
pemberian zinc dalam pengobatan diare, dan adanya perbedaan rencana
terapi B untuk menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan
berdasarkan usia, perubahan antibiotik alternatif pada
penatalaksanaan diare yang disebabkan Vibrio cholerae, terapi gizi
pada penatalaksanaan diare persisten. DAFTAR PUSTAKA1. M.K. Bhan,
D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham.
2005. The Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and
oth