Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC LP TBC (tuberkulosis) TINJAUAN TEORI PENGERTIAN TBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. ( Irman Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika). Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi akibat mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru- paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta: Buana Ilmu Populer). ANATOMI dan FISIOLOGI Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru meliputi 2 bagian yaitu : Saluran pernafasan bagian atas (upper respiratory Airway).
46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Apr 04, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC

LP TBC (tuberkulosis)

TINJAUAN TEORI

PENGERTIAN

TBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim

paru-paru, disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. ( Irman

Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Gangguan pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba

Medika).

Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi akibat mycobacterium

tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-

paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Junaidi, Iskandar.

2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta: Buana Ilmu

Populer).

ANATOMI dan FISIOLOGI

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru meliputi 2

bagian yaitu :

Saluran pernafasan bagian atas (upper respiratory Airway).

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Secara umum fungsi utama dari saluran pernafasan atas adalah:

Air conduction kepada saluran nafas bagian bawah untuk

pertukaran gas.

Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing.

Warming filtration dan humadification dari udara yang inspirasi.

Terdiri dari :

Hidung (cavum nasalis)

Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya

akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan

dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke

dalam. rongga hidung

Sinus paranasalis

Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang

kepala.Dinamakan sesuai dengan tulang dimana dia derada terdiri

atas sinus frotalis,sinus etmoidalis,sinus spenoidalis,dan sinus

maksilaris.Fungsi dari sinus adalah membantu menghangatkan dan

humidifikasi,meringankan berat tulang tengkorak,serta mengatur

bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

Faring (tekak)

adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Laring (tenggorok)

terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari

columna vertebrata, berjalan dari farinx. sampai ketinggian

vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya.

Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama

oleh ligarnen dan membrane

Saluran pernafasan bagian bawah (lower airway).

Ditinjau dari fungsinya umum,saluran pernafasan bagian bawah

terbagi menjadi dua komponen,yaitu sebagai berikut :

Saluran udara kondusif :

Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis,terdiri atas

trakea,bronki,dan bronkioli.

Satuan respiratorius terminal ( kadang kala disebut dengan

acini) :

Yaitu saluran udara konduktif,fungsi utamanya sebagai penyalur

(konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius

terminal,yana merupakan tempat pertukaran gas yang

sesungguhnya.Alveoli merupakan bagian dari satuan respiratorius

terminal.

Terdiri dari :

Trakea

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea

berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata

torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua

bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak-

lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama

oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah

belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot

Bronkus dan bronkiolus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian

kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa

dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-

bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.

Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,

sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan

sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus

lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari

yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di

belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan

bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi

bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis.

Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya

semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis,

yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli

(kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin

tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga

ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai

tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara

karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat

pertukaran gas paru-paru.

Alveoli

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas sinus terdiri dari

bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong

udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris

seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris

terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut

lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm.

Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai

Sakus Alveolaris. Alveolus yang melapisi rongga toraksdipisahkan

oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

Paru –paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan

kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral

pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang

berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu

lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi

dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus

dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,

arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang

cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Torak, diafragma dan pleura

Rongga torak berfungsi melindungi paru-paru,jantung,dan pembuluh

darah besar.Bagian rongga thoraks terdiri atas 12 iga

(kosta.Pada bagian atas torak di daerah leher terdapat dua otot

tambahan inspirasi adalah skaleneus dan

sternokleidomastoideus.Otot sklaneus menaikkan tulang iga ke-1

dan ke-2 selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan

menstabilkan dinding dada.Otot sternokleidomastoideus mengangkat

sternum.Otot parastemal,trapezius, dan pektoralis juga merupakan

otot tambahan inspirasi yang berguna untuk meningkatkan kerja

panas.

Diantara tulang igaterdapat otot interkostal.Otot interkostal

eksternum yang menggerakkan tulang iga ke atas dan ke

depan,sehingga dapat meningkatkan diameter anteroposterior dari

dinding dada.

Diafragma terletak di bawah rongga toraks.Pada keadaan

relaksasi,diafragma ini berbentuk kubah.Pengaturan otot

diafragma (nervus frenikus)terdapat pada tulang belakang (spinal

cord) di servikal ke-3 (C3).Oleh karena itu,jika terjadi

kecelakaan pada syaraf C3,maka akan menyebabkan gangguan

ventilasi.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru.Terdapat 2

macam pleura,yaitu parietal yang melapisi rongga toraks dan

pleura viseral yang menutupi setiap paru-paru.Diantara kedua

pleura tersebut terdapat cairan pleura seperti selaput tipis

yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama

lain selama respirasi,dan mencegah pemisahan toraks dan paru-

paru.Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan

atmosfir sehingga mencegah terjadinya kolaps paru.Jika pleura

bermasalah seperti mengalami peradangan,maka udara cairan dapat

maasuk ke dalam rongga pleura.Hal tersebut dapat menyebabkan

paru-paru tertekan dan kolaps.

Proses fisiologi pernafasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke

dalam jaringan-jaringan, dan C02 dikeluarkan keudara ekspirasi

dapat dibagi menjadi 2 stadium yaitu :

Stadium pertama

Ventilasi yaitu : masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar

paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara

atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.

Stadium kedua

Transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu :

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi

eksternal) dan antara darah sistemik dan sel.-sel jaringan

Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya

dengan distribusi udara dalam alveolus.

Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau

respirasi interna menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu

sel dimana metabolik dioksida untuk- mendapatkan energi, dan C02

terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan

oleh paru-paru

Transportasi yaitu : tahap kcdua dari proses pemapasan mencakup

proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang

tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk

pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan

fase gas.

Perfusi yaitu : pemindahan gas secara efektif antara. alveolus

dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara

dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan

perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus

sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan

istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali

pada apeks paru-paru.

ETIOLOGI

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh basil mycobacterium tuberculosis tipe humanus,sejenis kuman

yang berbentuk panjang 1-4mm dan tebal 0,3-0,6mm.Terdiri atas

lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap

asam,gangguan kimia dan fisik.Kuman ini tahan pada udara kering

dan keadaan dingin (lemari es) dan sifatnya dormant yaitu dapat

bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Dan juga bersifat

aerob.

Tuberculosis paru merupakan infeksi saluran penting

pernafasan.Basil mycobacterium masuk ke dalam jaringan paru

melalui saluran nafas (dropplet infection) sampai alveoli an

terjadilah infeksi primer (Ghon) kemudian ke kelenjar getah

bening,terjadilah primer kompleks yang disebut “Tuberculosis

Primer”.Sebagian besar mengalami penyembuhan .Peradangan terjadi

sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhdap basi

mycobacterium,pada usia 1-3 th.Sedangkan “Tuberculosis Post

Primer”(reinfection) adalah peradangan terjadi jaringan paru

oleh karena penularan ulang.

TANDA dan GEJALA

Sistemik :

Malaise,anoreksia, berat badan menurun, keringat malam

Akut : demam tinggi,seperti flu,menggigil

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Milier : demam akut,sesak nafas,sianosis

Respiratorik :

Batuk lama lebih dari 2 minggu, sputum yang mukoid/mukopurulen,

yeri dada, batuk darah, dan gejala lain yaitu bila ada tanda-

tanda penyebaran ke organ lain seperti pleura akan terjadi nyeri

pleura, sesak nafas ataupun gejala meningeal yaitu nyeri kepala,

kaku kuduk, dll.

KLASIFIKASI TBC PARU

Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam 2 bentuk yaitu :

Tuberkulosis primer

Adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai

reaksi spesifik terhadap bakteri TB.Bila bakteri TB terhirup

dari udara melalui saluran pernafasan dan mencapai alveoli atau

bagian terminal saluran pernafasan,maka bakteri akan ditanggkap

dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli.Jika pada

proses ini,bakteri ditanggkap oleh makrofag yang lemah,maka

bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah

itu dan menghancurkan makrofag.Dari proses ini,dihasilkan bahan

kemotaksis yang menarik monosit (makrofag) dari aliran darah

embentuk tuberkel.Sebelum menghancurkan bakteri makrofag harus

diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan oleh

limfosit T.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Tidak smua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang

sama.Ada makrofag yang berfungsi pembunuh,pencerna bakteri,dan

merangsang limfosit.Beberapa makrofag menghasilkan protease

elastase,kolagenase,serta colony stimulating faktor untuk

merangsang produksi monosit dan granulosit pada sumsum

tulang.Bakteri TB mwnyebar melalui saluran perrnafasan melalui

getah bening regional (hilus) membentuk epitiolit

granuloma.Granuloma mengalani nekrosis sentral sebagai akibat

timbulnya hipersensitifitas seluler (delayed hipersensitifity)

terhadap bakteri TB.Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan

terlihat pada tes tuberkulin.Hipersensitifitas seluler terlihat

sebagai akumulasi lokal dari lifosit dan makrofag.

Bakteri TB yang berada dalam alveoli akan membentuk fokus lokal

(fokus ghon),sedangkan fokus inisial bersama-sama dengan limfa

denopati bertempat di hilus (kompleks primer ranks)dan disebut

juga TB primer.Fokus primer paru biasanya bersifat unilateral

dengan sub pleura terletak di atas atau di bawah sifura

interlobaris,atau di bagian basal dari lobus inferior.Bakteri

ini menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran

darah dan akan tersangkut pada berbagai organ.Jadi TB primer

merupakan infeksi yang bersifat sistematis.

Tuberkulosis sekunder

Telah terjadi resolusi dari infeksi primer,sejumlah kecil

bakteri TB masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

parut.Sebanyak 90% diantaranya tidak mengalami

kekambuhan.Reaktifasi penyakit TB (TB paca primer/TB sekunder)

terjadi bila daya tahan tubuh menurun,

alkoholisme,keganasan,silikosis,DM,dan aids.

Berbeda dengan TB primer pada TB sekunder kelenjar limfe

regional dan orga lainnya jarang terkena,lesi lebih terbatas dan

terlokalisasi.Reaksi imunologis terjadi dengan adanya

pembentukan granuloma,mirip dengan yang terjadi pada TB

primer.Tetapi,nekrosis jaringan lebih mencolok dan menghasilkan

lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut tuborkulema.

Plotease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menybabkan

pelunakan bahan kaseosar. Secara umum, dapat dikatakan bahawa

terbentuknya kafisatas dan manifestasi lainnya dari TB sekunder

adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai

hipersensitivitas .

TB paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari

sumber eksogen , terutama pada usia tua dengan riwayat massa

muda pernah terinfeksi bakteri TB. Bisanya hal ini terjadi pada

daerah artikel atau segmen postarior lobus superior, 10-20 mm

dari pleura dan segmen apikel lobus interior.Hal ini mungkin

disebabkan oleh kaadar oksigen yang tinggi didaerah ini sehingga

mengungtungkan untuk pertumbuhan penyakit TB.

Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru . Kerusakan paru

disebabkan oleh produksi sitokin yang berlebihan . Kavitas

diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal dan berisi pembuluh

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

darah vulmonal. Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan

fibrotik yang tebal. Masalah lainnya pada kavitas yang kronis

adalah kolonisasi jamur seperti aspergilus yang menumbuhkan

micotema(isa,2001).

PATOFISIOLOGI

Port de’entri kuman mycobacterium tuberculosis adalah saluran

pernafasan,saluran pencernaan dan luka terbuka pada

kulit.Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air bone) yaitu

melalui inhalasi dropplet yang mengandung kuman-kuman basil

tubercle yang terinfeksi.

Basil tubercle yang mencapai alveolus biasanya diinhalasi

terdiri satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar

cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus

dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruang

alveolus yaitu bawah an mengakibatkan peradangan.Leukosit

polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit

bacteria,namun tidak membunuh organisme tersebut.

Sesudah hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.Alveoli

yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala

pneumonia akut.Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan

sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses

dapat juga berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau

berkembangbiak di dalam sel.Basil juga menyebar melalui getah

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

bening menuju ke getah bening regional. Makrofag yang mengadakan

infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga

membentuk sel tubercle epiteloit,yang dikelilingi oleh fosit.

Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 hr.

KOMPLIKASI

Komplikasi dini:

pleuritis

efusi pleura

empiema

laringitis

TB usus

Komplikasi lanjut

obstruksi jalan napas

kor pulmonale

amiloidosis

karsinoma paru

sindrom gagal napa

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pada hasil pemeriksaan Rontgen thoraks ,sering didapatkan adanya

suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan

sebelum pemeriksaan fisik menemukan suatu kelainan pada paru.

Pemeriksaan Rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi

hasil pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan

kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAI,apakah sama baiknya

dengan respon klien.Penyembuhan yang lengkap seringkali terjadi

di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi

pada penyembuhan yang lengkap.

Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB

inaktif/stabil yang ditunjukan dengan adanya gambaran garis-

garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan

adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskular,

bronkhiektasis, dan emfisema perisikatrisial.

Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya

pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada

pemeriksaan Rontgen Thoraks biasa.

Radiologis TB Paru Milier

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara

masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat

dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT.

Hasil pemeriksaan Rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan

jumlah tuberkel milier. Pada beberapa klien TB milier, tidak ada

lesi yang terlihat pada hasil Rontgen thoraks, tetapi ada

beberapa kasus, bentuk milier klasik berkembang seiring dengan

perjalanan penyakitnya.

Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan

mikrobiologi melalui isolasi bakteri.Untuk membedakan spesies

Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainya harus dilihat

sifat koloni,waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai

media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan,dan

perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen

Mycobacterium.

Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium TB adalah :

Sptum klien

Urine

Cairan kumbah lambung

Bahan-bahan lin seperti,pus,cairan serebrospinal(sumsum tulang

belakang),cairan pleura,jaringan tubuh,feses,dan swab tenggorok

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru

walaupun kurang sensitif adalah pemeriksaan laju endap darah

(LED).Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan

imunoglobulin terutama IgG dan IgA(Loman,2001)

PENATALAKSANAAN MEDIS

Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi

tiga bagian :

Pencegahan Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan kontak,yaitu pemeriksaan terhadap individu yang

bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif.

Mass chest X-ray,yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-

kelompok populasi tertentu misalnya:

Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan

Penghuni rumah tahanan

Siswa-siswi pesantren

Vaksinasi BCG, yaitu reaksi positif jika setelah mendapat

vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam

waktu kurang dari 7hr setelah penyuntikan.

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Kemoprokfilaksis,yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama

6-12bln dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi

bakteri yang masih sedikit.

Komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) tentang penyakit

tuberkulosis ke pada masyarakat di tingkat puskesmas maupun

rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas LSM.

Pengobatan Tuberkolosis Paru

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati,juga

untuk mencegah kematian,kekambuhan,resistensi terhadap OAT,serta

memutuskan mata rantai penularan.

Penemuan Penderita

Penatalaksanaan Terapeutik

Nutrisi adekuat

Kemoterapi :

Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh

aktif diberikan selama 18-24bln,dosis 10-20 mg/kg BB /hr melalui

oral.

Kombinasi (NH,rifampicin,dan pyrazinamid) diberikan selama 6bln.

Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskuler)

dan ethambutol.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti

TB,untuk mengurangi respon peradangan,misalnya pada meningitis.

Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil.Dilakukan

dengan mengangkat jaringan paru yang rusak.

Pencegahan :

Menghindari kontak dengan orang yang terifeksi basil

TB,pertahanan intake nutrisi yang yang adekuat.Pemberian

imunisasi BCG untuk menigkatkan daya tahan tubuh terhadap

infeksi basil TB virulen.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TBC PARU

PENGKAJIAN

Anamnesis

Keluhan utama

Tuberculosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu

penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain

yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

sejumlah klien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan

bahkan kadang-kadang asimptomatik.

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta

pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan

yaitu :

Keluhan respiratoris, meliputi :

Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah

keluhan batuk bersifat non produktif / produktif / sputum

bercampur darah.

Batuk darah

Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi

alasan utama untuk meminta pertolongan kesehatan.Hal ini

disebabkan rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan

nafas.Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar

atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak

darah.

Sesak napas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas

atau karena ada hal-hal

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala

ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB

Keluhan sistemis, meliputi :

Demam

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau

malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan semakin lama

semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan

semakin pendek.

Keluhan sistemis lain

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya

bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan. Akan tetapi

penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas-walaupun

jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

Riwayat penyakit saat ini

Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan

pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan

klien hanya kata “Ya atau Tidak” atau hanya dengan anggukan dan

gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul

(onset). Pada klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya

timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk

yang biasa dan dipasaran.

Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan, mula-mula nonproduktif kemudian

berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan

jaringan. Batuk akan timbul apabila proses penyakit telah

melibatkan bronkhus, dimana terjadi iritasi bronkhus selanjutnya

akibat adanya peradangan pada bronkhus, batuk akan menjadi

produktif yang berguna untuk membuang produk ekskresi peradangan

dengan sputum yang bersifat mukoid atau purulen.

Klien TB paru sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah

menimbulkan kecemasan pada diri klien karena batuk darah sering

dianggap sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit yang

diidapnya. Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika

perawat memberikan pelayanan keperawatan yang baik pada klien

dengan memberi penjelasan tentang kondisi yang sedang terjadi

pada dirinya.

Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan klien meminta

pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawata perlu

mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara

sesak napas yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan

dan sistem kardiovaskular.

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Sesak napas yang disebabkan oleh tb paru, biasanya akan

ditemukan gejala jika tingkat kerusakan parenkim paru sudah luas

atau karena ada hal-hal yang menyertainya seperti efusi pleura,

pneumothoraks, anemia, dan lain-lain. Agar memudahkan perawat

mengkaji keluhan sesak napas, maka dapat dibedakan sesuai

tingkat klasifikasi sesak.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah

sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama

pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah

bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti

diabetes melitus.

Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada

masa yang lalu masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT

dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi dimasa

lalu. Adanya alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi

alergi yang timbul. Sering kali klien mengacaykan suatu alergi

dengan efek samping obat. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh

penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan

BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses

penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering

disebabkan karena meminum OAT.

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Riwayat penyakit keluarga

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu

menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota

keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam

rumah.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital

Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara

selintas padang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh.

Selain itu,perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien

yang terdiri atas compos mentis, apatis, samnolen, sopor,

soporokoma, atau koma. Seorang perawt perlu mempunyai pengalaman

dan pengetahuan tentang konsep anatomi fisiologi umum sehingga

dengan cepat dapat menilai keadaan umum, kesadaran dan

pengukuran GCS bila kesadaran klien menurun yang memerlukan

kecepatan dan ketepatan penilaian.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru

biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan,

frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut

nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh

dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai

dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

PENGKAJIAN PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang

memungkinkn perawat untuk memperoleh presepsi yang jelas

mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat

mengumpulkan data hasil pemeriksaan klien tentang kapasitan

fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk

menentukan tigkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang

saksama. Pada kondisi klinis, klien dengan TB paru sering

mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang

dialaminya.

Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman klien bertempat

tinggal. Hal ini penting mengungat TB paru sangat rentan dialami

oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh

karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup di tempat yang

kumuh dengan pentilasi dan pencahayaan sinar mathari yang

kurang.

TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang

masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan

tubuh non spesifik dan mengkonsumsi makanan kurang bergizi.

Selain itu, juga karena ketidak sanggupan membeli obat, ditambah

lagi kemiskinan membuat individu nya diharuskan bekerja secara

fisik sehingga memprsulit penyembuhan penyakitnya.

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Klien TB paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka

sering kali tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan

kesehatan merupakan hal yang penting. Pendidikan yang rendah

sering kali menyebabkan seseorang tidak dapat meningkatkan

kemampuannya untuk mencapai taraf hidup yang baik. Padahal,

taraf hidup yang baik amat dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan

umumnya dan dalam menghadapi infeksi.

DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN

Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.

AKTIFITAS/ ISTIRAHAT

Gejala : - Kelelahan umum dan kelemahan

- Nafas pendek karena kerja

- Kesulitan tidur pada malam atau demam malam

- Hari, menggigil, dan / berkeringat.

- Mimpi buruk

Tanda : - Takikardia, Takipnea/ dispnea pada keja

- Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut)

INTEGRITAS EGO

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Gejala : - Adanya /faktor stres lama

- Masalah keuangan, rumah

- Perasaan tak berdaya/ tak ada harapan

- Populasi budaya/ etnik : amerika asli atau, Imigran

dari amerika tengah, asia tenggara, indian.

Tanda : - Menyangkal (khususnya selama tahap dini)

- Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.

MAKANAN / CAIRAN

Gejala : - Kehilangan nafsu makan

- Tak dapat mencerna

- Penurunan berat badan

Tanda : - Turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik

- Kehilangan otot / hilang lemak subkutan

NYERI /KENYAMANAN

Gejala : - Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Tanda : - Berhati-hati pada area yang sakit

- Perilaku distraksi, gelisah

PERNAFASAN

Gejala : - Batuk, produktif / tak produktif

- Nafas pendek

Tanda : - Peningkatan frekuensi pernafasan

(penyakit

- Luas / fibrosis parenkin paru dan pleura)

- Pengembangan pernafasan tak simetri (efusi pleura)

- Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan

- Pleura / penebalan pleural). Bunyi nafas :menurun/

Tak ada secara bilateral / unilateral. (efusi pleural/

Pneumotoraks). Bunyi nafas tubuler dan / bisikan

pektoral diatas lesi luas. Krekels tercatat diatas

- Aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk

- Pendek ( krekels postusik)

- Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

- Kuning, / bercak darah

- Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)

- Tak perhatian , mudah terangsang yang nyata,

- Perubahan mental ( tahap lanjut)

KEAMANAN

Gejala : - Adanya kondisi penekanan imun,contoh AIDS,

Kanker.Tes HIV positif.

Tanda : - Demam rendah atau sakit panas akut.

INTERAKSI SOSIAL

Gejala : - Perasaan isolasi /penolakan karena penyakit

me-

Nular. Perubaahan pola biasa dalam tanggung jawab kapasitas

fisik untuk melakanakan peran.

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala : - Riwayat keluarga TB

Page 30: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

- Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk

- Gagal untuk membaik/kambuhnya TB.

- Tidak berpartisipasi dengan terapi.

Pertimbangan : DRG menujukan rerata lama

dirawat : 6,6 hari

Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan

dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri

dan pemeliharaan rumah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk

buruk dan edema trakheal/faringeal.

Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

dalam rongga pleura

Page 31: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan

penurunan jaringan efekftif paru,atelektasis,kerusakan membran

alveolar-kapiler,dan edema bronkial

Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan

metabolisme tubuh

Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis

penyakit yang belum jelas

Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan

pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

.Infeksi,resiko tinggi,(penyebaran/aktifasi ulang) berhubungan

dengan kerusakan jaringan/tambahan infeksi.

PERENCANAAN DAN INTERVENSI

Diagnosa pertama

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk

buruk dan edema trakheal/faringeal

Page 32: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Tujuan : Kebersihan jalan nafas kembali efektif

Kriteria evaluasi :

-klien dapat melakukan batuk efektif

-pernafasan klien normal (16-20) tanpa penggunaan alat bantu

nafas.Bunyi nafas normal ,Rh-/- dan pergerakan pernafasan

normal

Rencana intervensi Rasional

Mandiri

Kaji fungsi pernapsan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman,

dan penggunaan otot bantu napas) Penurunan bunyi napas

menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan

ketidakefelaktifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat

menimbulkan penggunaan otot bantu napas dan peningkatan kerja

pernapsan

Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume

sputum, dan adanya hemoptisis Pengeluaran akan sulit bila

sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak

adekuat). Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru

atau luka bronkhial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.

Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan bantu klien berlatih

napas dalam dan batuk efektif Posisi fowler memasksimalkan

ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal

Page 33: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke

jalan napas besar untuk dikeluarkan

Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali tidak

diindikasikan Hidrasi yang adekuat membantu mengecerkan

sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas

Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan

pengisapan (suction) Mencegah obstruksi dan aspirasi.

Pengisapan diperlukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi OAT Pengobatan

tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3

bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan. Paduan obat yang digunakan

terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang

digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,

Pirazinamid, Strptomisin, dan Etambutol

Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan

perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan

Bronkodilator Bronkodilator meningkatkan diameter

percabangan trakeobronkhial sehingga menurunkan tahanan terhadap

aliran udara

Kortikosteroid Kortikosteroid berguna untuk keterlibatan

luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam

kehidupan

Page 34: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Diagnosa kedua

Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

dalam rongga pleura

Tujuan : pola nafas kembali efektif

Kriteria evaluasi :

Klien mampu melakukan batuk efektif

Irama,frekuensi,dan kedalaman pernafasan berada pada batas

normal,pada pemeriksaan Rontgen dada tidak ditemukan adanya

akumulasi cairan,dan bunyi nafas terdengar jelas.

Rencana intervensi Rasional

Identifikasi faktor penyebab Dengan mengindentifikasikan

penyebab, kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga

dapat mengambil tindakan yang tepat

Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea,

sianosis, dan perubahan tanda vital Distres pernapasan dan

perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres

fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok

akibat hipoksia

Page 35: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan miring pada sisi

yang sakit, bantu klien latihan napas dalam dan batuk efektif

Posisi fowler memasksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

napas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan

meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk

dikeluarkan

Auskultasi bunyi napas Bunyi napas dapat menurun/tak ada

pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru, atau

seluruh area paru (unilateral)

Kaji pengembangan dada dan posisi trakhea Ekspandi paru

menurun pada area kolaps. Deviasi trakhea ke arah sisi yang

sehat pada tension pneumothoraks

Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis atau kalau perlu WSD

Bertujuan sebagai evakuasi cairan atau udara dan memudahkan

ekpansi paru secara maksimal

Bila dipasang WSD ; periksa pengontrol pengisap dan jumlah

isapan yang benar Mempertahankan tekanan negatif

intrapleural yang meningkatkan ekspansi paru optium

Periksa batas cairan pada botol pengisap dan pertahankan pada

batas yang ditentukan Air dalam botol penampung berfungsi

sebagai sekat yang mencegah udara atmosfer masuk kedalam pleura

Observasi gelembung udara dalam botol penampung Gelembung

udara selama ekspirasi menunjukkan keluarnya udara dari pleura

sesuai dengan yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun

Page 36: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

seiring dengan bertambahnya ekspansi paru. Tidak adanya

gelembung udara dapat menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah

optimal atau tersumbatnya selang drainase

Setelah WSD dilepas, tutup sisi labung masuk dengan kassa steril

dan observasi tanda yang dapat menunjukkan berulangnya

pneumothoraks seperti napas pendek, keluhan nyeri. Deteksi

dini terjadinya komplikasi penting seperti berulangnya

pneumothoraks

Diagnosa ketiga

Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan

penurunan jaringan efekftif paru,atelektasis,kerusakan membran

alveolar-kapiler,dan edema bronkial

Tujuan : gangguan pertukaran gas tidak terjadi

Kriteria evaluasi :

Melaporkan adanya/penurunan dipsnea

Klien menunjukkan tidak ada gejala distres pernafasan.

Menunjukkan perbaikan Ventilasi dan kadar oksigen jaringan

adekuat dengan gas darah arteri dalam rentan normal.

Page 37: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Rencana intervensi Rasional

Mandiri

Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya

pernapasan, ekspansi thoraks, dan kelemahan

TB paru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil

bronkhopneumonia sampai inflamasi difus yang luas, nekrosis,

efusi pleura, dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap

pernapasan bervariasi dari gejala ringan, dispnea berat, sampai

distres pernapasan

Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, dan

perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku

Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat

mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh

Tunjukan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya

untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru

Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah

kolaps/penyempitan jalan napas sehingga membantu menyebarkan

udara melalui paru dan mengurangi napas pendek

Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan

perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien Menurunkan

konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan dapat

menurunkan beratnya gejala

Page 38: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Kolaborasi tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan

perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien. Menurunkan

konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan dapat

menurunkan beratnya gejala

Kolaborasi pemeriksaan AGD Penurunan kadar 02 (P02) dan atau

saturasi dan peningkatan PC02 menunjukkan kebutuhan untuk

intervensi atau perubahan program terapi.

Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan Terapi oksigen

dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan

ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru

Kortikosteroid Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan

luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam

kehidupan

Diganosa keempat

Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan

metabolisme tubuh

Tujuan : intake nutrisi klien terpenuhi

Page 39: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Kriteria evaluasi :

Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula

kurang menjadi adekuat

Pernyataan motifasi kuta untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

Rencana intervensi Rasional

Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat

penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan

menelan, riwayat mual atau muntah dan diare Memvalidasi dan

menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi

yang tepat

Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien

(sesuai indikasi) Memperhitungkan keinginan individu dapat

memperbaiki intake gizi

Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik

(sekali seminggu) Berguna dalam mengukur keefektifan intake

gizi dan dukungan cairan

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan

serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemeriksaan per-oral

Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau

obat pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang

pusat muntah

Page 40: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Fasilitas pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi

sering Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan

energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis

diet yang tepat Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang

cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori

sehubungan dengan status hipermetabolik klien

Kolarborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN,

protein serum, dan albumin Menilai kemajuan terapi diet dan

membantu perencanaan intervensi selanjutnya

Kolaborasi untuk pemberian multivitamin Multivitamin

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder

dari peningkatan laju metabolisme umum

Diagnosa kelima

Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis

penyakit yang belum jelas

Tujuan : klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga

tidak terjadi kecemasan

Kriteria evaluasi :

Page 41: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Klien terlihat mampu bernafas secara normal dan mampu

beradaptasi dengan keadaanya.Respon non verbal klien tampak

lebih rileks dan santai.

Rencana intervensi Rasional

Bantu dalam mengidentifikasi sumber koping yang ada

Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat

bermanfaat dalam mengatasi stress

Ajarkan teknik relaksasi Mengurangi ketegangan otot dan

kecemasan

Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan klien

Hubungan saling percaya membantu memperlancar proses terapeutik

Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas. Tindakan

yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi

klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan

Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya Rasa cemas

merupakan efek emosi sehingga apabila sudah terindentifikasi

dengan baik, maka perasaan yang mengganggu dapat diketahui

Page 42: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Diagnosa keenam

Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan

pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

Tujuan : klien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan

Kriteria evaluasi :

klien terlihat mengalami penurunan potensi penularan penyakit

yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.

Rencana intervensi Rasional

Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat

kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, dan

suasana yang tepat) Keberhasilan proses pembelajaran

dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan

kondusif

Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang

diharapkan, dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam

waktu lama Meningkatkan partisipasi klien dalam program

pengobatan dan mencegah putus obat karena membaiknya kondisi

fisik klien sebelum jadwal terapi selesai

Page 43: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala

atau tanda reaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada,

kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran, dan vertigo)

Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek

obat yang memerlukan evaluasi lanjut

Tekanan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang mengandung

protein dan kalori yang tinggi serta intake cairan yang cukup

setiap hari Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi

peningkatan kebutuhan metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan

tentang hal itu akan meningkatkan kemandirian klien dalam

perawatan penyakitnya.

Diagnosa ketujuh

Infeksi,resiko tinggi,(penyebaran/aktifasi ulang) berhubungan

dengan kerusakan jaringan/tambahan infeksi

Tujuan : infeksi karena jaringan/tambahan infeksi dapat

teratasi

Kriteria evaluasi :

mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko

penyebaran infeksi

menunjukkan teknik/melakukan pola hidup untu meningkatkan

lingkungan yang aman

Page 44: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Rencana intervensi Rasional

Kaji patologi penyakit ( aktif/fase tak aktif : diseminasi

infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui

alian darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi

melalui droplet udara selama

batuk,bersin,meludah,bicara,tertawa,menyanyi. Membantu pasien

menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk

mencegah pengaktifan berulang/komplikasi.Pemahaman bagaimana

penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi

membantu pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk

mencegah infeksi ke orang lain.

Identifikasi orang lain yang berisiko ,contoh anggota

rumah,sahabat karib/teman. Orang-orang yang terpajang ini

perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya

infeksi.

Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue

dan menghindari meludah..kaji pembuangan tissue sekali pakai dan

tehnik mencuci tangan yang tepat.dorong untuk mengulangi

demontrasi. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah

penyebaran infeksi.

Kaji tindakan kontrol infeksi sementara,contoh masker atau

isolasi pernafasan. Dapat membantu menurunkan rasa

Page 45: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan

penyakit menular.

Awasi suhu sesuai indikasi . Reaksi demam indikator adanya

infeksi lanjut.

Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan

berulang tuberculosis,contoh tahanan bawah (lkoholisme,mal

nutrisi/bedah bypass intestinal): gunakan obat penekan

imun/kortikostreroid;adanya diabetes melitus,kanker,kalium.

Pengetahuan tentang faktor ini mebantu pasien untuk mengubah

pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.

Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat Periode

singkat berakhir 2 s/d 3 hari setelah kemoterapi awal,tetapi

pada adanya rongga atau penyakit luas sedang,resikopenyebaran

infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik

terhadap sputum untuk lamanya terapi. Alat dalam pengawsan

efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi.

Dorong memilih/mencerna makanan seimbang.berikan makan sering

kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.

Adanya anoreksia/mal nutrisi sebelumnya merendahkan tahanan

terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.makan kecil

dapat meningkatkan pemasukan semua.

Page 46: LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC 2

Kolaborasi

Pirazinamida (PZA/aldinamide),para-amino salicic

(PAS),silokserin(seromicin),streptomicin(strisin). Ini obat

sekunder diperlukan bila infeksi resistens terhadap/tidak

toleran obat primer.

Awasi pemeriksaan laboraturium,contoh hasil usap sputum.

Pasien yang mengalami 3 usapan negatif (memerlukan 3 s/d 5

bulan),perlu mentaati program obat,dan asimptomatik akan

diklasifikasikan tak menyebar.