Page 1
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC
LP TBC (tuberkulosis)
TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN
TBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru, disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. ( Irman
Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba
Medika).
Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi akibat mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-
paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Junaidi, Iskandar.
2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta: Buana Ilmu
Populer).
ANATOMI dan FISIOLOGI
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru meliputi 2
bagian yaitu :
Saluran pernafasan bagian atas (upper respiratory Airway).
Page 2
Secara umum fungsi utama dari saluran pernafasan atas adalah:
Air conduction kepada saluran nafas bagian bawah untuk
pertukaran gas.
Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing.
Warming filtration dan humadification dari udara yang inspirasi.
Terdiri dari :
Hidung (cavum nasalis)
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan
dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke
dalam. rongga hidung
Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang
kepala.Dinamakan sesuai dengan tulang dimana dia derada terdiri
atas sinus frotalis,sinus etmoidalis,sinus spenoidalis,dan sinus
maksilaris.Fungsi dari sinus adalah membantu menghangatkan dan
humidifikasi,meringankan berat tulang tengkorak,serta mengatur
bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.
Faring (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
Page 3
Laring (tenggorok)
terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari
columna vertebrata, berjalan dari farinx. sampai ketinggian
vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya.
Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama
oleh ligarnen dan membrane
Saluran pernafasan bagian bawah (lower airway).
Ditinjau dari fungsinya umum,saluran pernafasan bagian bawah
terbagi menjadi dua komponen,yaitu sebagai berikut :
Saluran udara kondusif :
Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis,terdiri atas
trakea,bronki,dan bronkioli.
Satuan respiratorius terminal ( kadang kala disebut dengan
acini) :
Yaitu saluran udara konduktif,fungsi utamanya sebagai penyalur
(konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius
terminal,yana merupakan tempat pertukaran gas yang
sesungguhnya.Alveoli merupakan bagian dari satuan respiratorius
terminal.
Terdiri dari :
Trakea
Page 4
Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua
bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak-
lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot
Bronkus dan bronkiolus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus
lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari
yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di
belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan
bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis,
yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli
(kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah
Page 5
kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara
karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
Alveoli
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas sinus terdiri dari
bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong
udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris
terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm.
Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai
Sakus Alveolaris. Alveolus yang melapisi rongga toraksdipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru –paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan
kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral
pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang
berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu
lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi
dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus
dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
Page 6
alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang
cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Torak, diafragma dan pleura
Rongga torak berfungsi melindungi paru-paru,jantung,dan pembuluh
darah besar.Bagian rongga thoraks terdiri atas 12 iga
(kosta.Pada bagian atas torak di daerah leher terdapat dua otot
tambahan inspirasi adalah skaleneus dan
sternokleidomastoideus.Otot sklaneus menaikkan tulang iga ke-1
dan ke-2 selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan
menstabilkan dinding dada.Otot sternokleidomastoideus mengangkat
sternum.Otot parastemal,trapezius, dan pektoralis juga merupakan
otot tambahan inspirasi yang berguna untuk meningkatkan kerja
panas.
Diantara tulang igaterdapat otot interkostal.Otot interkostal
eksternum yang menggerakkan tulang iga ke atas dan ke
depan,sehingga dapat meningkatkan diameter anteroposterior dari
dinding dada.
Diafragma terletak di bawah rongga toraks.Pada keadaan
relaksasi,diafragma ini berbentuk kubah.Pengaturan otot
diafragma (nervus frenikus)terdapat pada tulang belakang (spinal
cord) di servikal ke-3 (C3).Oleh karena itu,jika terjadi
kecelakaan pada syaraf C3,maka akan menyebabkan gangguan
ventilasi.
Page 7
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru.Terdapat 2
macam pleura,yaitu parietal yang melapisi rongga toraks dan
pleura viseral yang menutupi setiap paru-paru.Diantara kedua
pleura tersebut terdapat cairan pleura seperti selaput tipis
yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama
lain selama respirasi,dan mencegah pemisahan toraks dan paru-
paru.Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir sehingga mencegah terjadinya kolaps paru.Jika pleura
bermasalah seperti mengalami peradangan,maka udara cairan dapat
maasuk ke dalam rongga pleura.Hal tersebut dapat menyebabkan
paru-paru tertekan dan kolaps.
Proses fisiologi pernafasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke
dalam jaringan-jaringan, dan C02 dikeluarkan keudara ekspirasi
dapat dibagi menjadi 2 stadium yaitu :
Stadium pertama
Ventilasi yaitu : masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar
paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara
atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.
Stadium kedua
Transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu :
Page 8
Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksternal) dan antara darah sistemik dan sel.-sel jaringan
Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya
dengan distribusi udara dalam alveolus.
Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau
respirasi interna menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu
sel dimana metabolik dioksida untuk- mendapatkan energi, dan C02
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan
oleh paru-paru
Transportasi yaitu : tahap kcdua dari proses pemapasan mencakup
proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang
tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk
pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan
fase gas.
Perfusi yaitu : pemindahan gas secara efektif antara. alveolus
dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara
dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan
perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus
sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan
istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali
pada apeks paru-paru.
ETIOLOGI
Page 9
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mycobacterium tuberculosis tipe humanus,sejenis kuman
yang berbentuk panjang 1-4mm dan tebal 0,3-0,6mm.Terdiri atas
lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap
asam,gangguan kimia dan fisik.Kuman ini tahan pada udara kering
dan keadaan dingin (lemari es) dan sifatnya dormant yaitu dapat
bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Dan juga bersifat
aerob.
Tuberculosis paru merupakan infeksi saluran penting
pernafasan.Basil mycobacterium masuk ke dalam jaringan paru
melalui saluran nafas (dropplet infection) sampai alveoli an
terjadilah infeksi primer (Ghon) kemudian ke kelenjar getah
bening,terjadilah primer kompleks yang disebut “Tuberculosis
Primer”.Sebagian besar mengalami penyembuhan .Peradangan terjadi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhdap basi
mycobacterium,pada usia 1-3 th.Sedangkan “Tuberculosis Post
Primer”(reinfection) adalah peradangan terjadi jaringan paru
oleh karena penularan ulang.
TANDA dan GEJALA
Sistemik :
Malaise,anoreksia, berat badan menurun, keringat malam
Akut : demam tinggi,seperti flu,menggigil
Page 10
Milier : demam akut,sesak nafas,sianosis
Respiratorik :
Batuk lama lebih dari 2 minggu, sputum yang mukoid/mukopurulen,
yeri dada, batuk darah, dan gejala lain yaitu bila ada tanda-
tanda penyebaran ke organ lain seperti pleura akan terjadi nyeri
pleura, sesak nafas ataupun gejala meningeal yaitu nyeri kepala,
kaku kuduk, dll.
KLASIFIKASI TBC PARU
Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam 2 bentuk yaitu :
Tuberkulosis primer
Adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai
reaksi spesifik terhadap bakteri TB.Bila bakteri TB terhirup
dari udara melalui saluran pernafasan dan mencapai alveoli atau
bagian terminal saluran pernafasan,maka bakteri akan ditanggkap
dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli.Jika pada
proses ini,bakteri ditanggkap oleh makrofag yang lemah,maka
bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah
itu dan menghancurkan makrofag.Dari proses ini,dihasilkan bahan
kemotaksis yang menarik monosit (makrofag) dari aliran darah
embentuk tuberkel.Sebelum menghancurkan bakteri makrofag harus
diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan oleh
limfosit T.
Page 11
Tidak smua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang
sama.Ada makrofag yang berfungsi pembunuh,pencerna bakteri,dan
merangsang limfosit.Beberapa makrofag menghasilkan protease
elastase,kolagenase,serta colony stimulating faktor untuk
merangsang produksi monosit dan granulosit pada sumsum
tulang.Bakteri TB mwnyebar melalui saluran perrnafasan melalui
getah bening regional (hilus) membentuk epitiolit
granuloma.Granuloma mengalani nekrosis sentral sebagai akibat
timbulnya hipersensitifitas seluler (delayed hipersensitifity)
terhadap bakteri TB.Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan
terlihat pada tes tuberkulin.Hipersensitifitas seluler terlihat
sebagai akumulasi lokal dari lifosit dan makrofag.
Bakteri TB yang berada dalam alveoli akan membentuk fokus lokal
(fokus ghon),sedangkan fokus inisial bersama-sama dengan limfa
denopati bertempat di hilus (kompleks primer ranks)dan disebut
juga TB primer.Fokus primer paru biasanya bersifat unilateral
dengan sub pleura terletak di atas atau di bawah sifura
interlobaris,atau di bagian basal dari lobus inferior.Bakteri
ini menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran
darah dan akan tersangkut pada berbagai organ.Jadi TB primer
merupakan infeksi yang bersifat sistematis.
Tuberkulosis sekunder
Telah terjadi resolusi dari infeksi primer,sejumlah kecil
bakteri TB masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan
Page 12
parut.Sebanyak 90% diantaranya tidak mengalami
kekambuhan.Reaktifasi penyakit TB (TB paca primer/TB sekunder)
terjadi bila daya tahan tubuh menurun,
alkoholisme,keganasan,silikosis,DM,dan aids.
Berbeda dengan TB primer pada TB sekunder kelenjar limfe
regional dan orga lainnya jarang terkena,lesi lebih terbatas dan
terlokalisasi.Reaksi imunologis terjadi dengan adanya
pembentukan granuloma,mirip dengan yang terjadi pada TB
primer.Tetapi,nekrosis jaringan lebih mencolok dan menghasilkan
lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut tuborkulema.
Plotease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menybabkan
pelunakan bahan kaseosar. Secara umum, dapat dikatakan bahawa
terbentuknya kafisatas dan manifestasi lainnya dari TB sekunder
adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai
hipersensitivitas .
TB paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari
sumber eksogen , terutama pada usia tua dengan riwayat massa
muda pernah terinfeksi bakteri TB. Bisanya hal ini terjadi pada
daerah artikel atau segmen postarior lobus superior, 10-20 mm
dari pleura dan segmen apikel lobus interior.Hal ini mungkin
disebabkan oleh kaadar oksigen yang tinggi didaerah ini sehingga
mengungtungkan untuk pertumbuhan penyakit TB.
Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru . Kerusakan paru
disebabkan oleh produksi sitokin yang berlebihan . Kavitas
diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal dan berisi pembuluh
Page 13
darah vulmonal. Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan
fibrotik yang tebal. Masalah lainnya pada kavitas yang kronis
adalah kolonisasi jamur seperti aspergilus yang menumbuhkan
micotema(isa,2001).
PATOFISIOLOGI
Port de’entri kuman mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernafasan,saluran pencernaan dan luka terbuka pada
kulit.Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air bone) yaitu
melalui inhalasi dropplet yang mengandung kuman-kuman basil
tubercle yang terinfeksi.
Basil tubercle yang mencapai alveolus biasanya diinhalasi
terdiri satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar
cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruang
alveolus yaitu bawah an mengakibatkan peradangan.Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit
bacteria,namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut.Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan
sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses
dapat juga berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau
berkembangbiak di dalam sel.Basil juga menyebar melalui getah
Page 14
bening menuju ke getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tubercle epiteloit,yang dikelilingi oleh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 hr.
KOMPLIKASI
Komplikasi dini:
pleuritis
efusi pleura
empiema
laringitis
TB usus
Komplikasi lanjut
obstruksi jalan napas
kor pulmonale
amiloidosis
karsinoma paru
sindrom gagal napa
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Page 15
Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan Rontgen thoraks ,sering didapatkan adanya
suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan
sebelum pemeriksaan fisik menemukan suatu kelainan pada paru.
Pemeriksaan Rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi
hasil pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan
kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAI,apakah sama baiknya
dengan respon klien.Penyembuhan yang lengkap seringkali terjadi
di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi
pada penyembuhan yang lengkap.
Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukan dengan adanya gambaran garis-
garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan
adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskular,
bronkhiektasis, dan emfisema perisikatrisial.
Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya
pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada
pemeriksaan Rontgen Thoraks biasa.
Radiologis TB Paru Milier
Page 16
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara
masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat
dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT.
Hasil pemeriksaan Rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan
jumlah tuberkel milier. Pada beberapa klien TB milier, tidak ada
lesi yang terlihat pada hasil Rontgen thoraks, tetapi ada
beberapa kasus, bentuk milier klasik berkembang seiring dengan
perjalanan penyakitnya.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri.Untuk membedakan spesies
Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainya harus dilihat
sifat koloni,waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai
media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan,dan
perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen
Mycobacterium.
Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium TB adalah :
Sptum klien
Urine
Cairan kumbah lambung
Bahan-bahan lin seperti,pus,cairan serebrospinal(sumsum tulang
belakang),cairan pleura,jaringan tubuh,feses,dan swab tenggorok
Page 17
Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru
walaupun kurang sensitif adalah pemeriksaan laju endap darah
(LED).Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan
imunoglobulin terutama IgG dan IgA(Loman,2001)
PENATALAKSANAAN MEDIS
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi
tiga bagian :
Pencegahan Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan kontak,yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif.
Mass chest X-ray,yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya:
Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan
Penghuni rumah tahanan
Siswa-siswi pesantren
Vaksinasi BCG, yaitu reaksi positif jika setelah mendapat
vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu kurang dari 7hr setelah penyuntikan.
Page 18
Kemoprokfilaksis,yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama
6-12bln dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteri yang masih sedikit.
Komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis ke pada masyarakat di tingkat puskesmas maupun
rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas LSM.
Pengobatan Tuberkolosis Paru
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati,juga
untuk mencegah kematian,kekambuhan,resistensi terhadap OAT,serta
memutuskan mata rantai penularan.
Penemuan Penderita
Penatalaksanaan Terapeutik
Nutrisi adekuat
Kemoterapi :
Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh
aktif diberikan selama 18-24bln,dosis 10-20 mg/kg BB /hr melalui
oral.
Kombinasi (NH,rifampicin,dan pyrazinamid) diberikan selama 6bln.
Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskuler)
dan ethambutol.
Page 19
Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti
TB,untuk mengurangi respon peradangan,misalnya pada meningitis.
Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil.Dilakukan
dengan mengangkat jaringan paru yang rusak.
Pencegahan :
Menghindari kontak dengan orang yang terifeksi basil
TB,pertahanan intake nutrisi yang yang adekuat.Pemberian
imunisasi BCG untuk menigkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi basil TB virulen.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TBC PARU
PENGKAJIAN
Anamnesis
Keluhan utama
Tuberculosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain
yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada
Page 20
sejumlah klien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimptomatik.
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan
yaitu :
Keluhan respiratoris, meliputi :
Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah
keluhan batuk bersifat non produktif / produktif / sputum
bercampur darah.
Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi
alasan utama untuk meminta pertolongan kesehatan.Hal ini
disebabkan rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan
nafas.Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar
atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak
darah.
Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal
Page 21
Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB
Keluhan sistemis, meliputi :
Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan semakin lama
semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan
semakin pendek.
Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya
bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan. Akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas-walaupun
jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan
klien hanya kata “Ya atau Tidak” atau hanya dengan anggukan dan
gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka
Page 22
perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul
(onset). Pada klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya
timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk
yang biasa dan dipasaran.
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan, mula-mula nonproduktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan
jaringan. Batuk akan timbul apabila proses penyakit telah
melibatkan bronkhus, dimana terjadi iritasi bronkhus selanjutnya
akibat adanya peradangan pada bronkhus, batuk akan menjadi
produktif yang berguna untuk membuang produk ekskresi peradangan
dengan sputum yang bersifat mukoid atau purulen.
Klien TB paru sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah
menimbulkan kecemasan pada diri klien karena batuk darah sering
dianggap sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit yang
diidapnya. Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika
perawat memberikan pelayanan keperawatan yang baik pada klien
dengan memberi penjelasan tentang kondisi yang sedang terjadi
pada dirinya.
Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka perawata perlu
mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara
sesak napas yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan
dan sistem kardiovaskular.
Page 23
Sesak napas yang disebabkan oleh tb paru, biasanya akan
ditemukan gejala jika tingkat kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertainya seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia, dan lain-lain. Agar memudahkan perawat
mengkaji keluhan sesak napas, maka dapat dibedakan sesuai
tingkat klasifikasi sesak.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama
pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah
bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti
diabetes melitus.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada
masa yang lalu masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT
dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi dimasa
lalu. Adanya alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi
alergi yang timbul. Sering kali klien mengacaykan suatu alergi
dengan efek samping obat. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh
penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan
BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses
penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering
disebabkan karena meminum OAT.
Page 24
Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam
rumah.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara
selintas padang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh.
Selain itu,perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien
yang terdiri atas compos mentis, apatis, samnolen, sopor,
soporokoma, atau koma. Seorang perawt perlu mempunyai pengalaman
dan pengetahuan tentang konsep anatomi fisiologi umum sehingga
dengan cepat dapat menilai keadaan umum, kesadaran dan
pengukuran GCS bila kesadaran klien menurun yang memerlukan
kecepatan dan ketepatan penilaian.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan,
frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut
nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh
dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai
dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
Page 25
PENGKAJIAN PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkn perawat untuk memperoleh presepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat
mengumpulkan data hasil pemeriksaan klien tentang kapasitan
fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk
menentukan tigkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang
saksama. Pada kondisi klinis, klien dengan TB paru sering
mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang
dialaminya.
Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman klien bertempat
tinggal. Hal ini penting mengungat TB paru sangat rentan dialami
oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh
karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup di tempat yang
kumuh dengan pentilasi dan pencahayaan sinar mathari yang
kurang.
TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang
masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan
tubuh non spesifik dan mengkonsumsi makanan kurang bergizi.
Selain itu, juga karena ketidak sanggupan membeli obat, ditambah
lagi kemiskinan membuat individu nya diharuskan bekerja secara
fisik sehingga memprsulit penyembuhan penyakitnya.
Page 26
Klien TB paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka
sering kali tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan
kesehatan merupakan hal yang penting. Pendidikan yang rendah
sering kali menyebabkan seseorang tidak dapat meningkatkan
kemampuannya untuk mencapai taraf hidup yang baik. Padahal,
taraf hidup yang baik amat dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan
umumnya dan dalam menghadapi infeksi.
DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN
Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
AKTIFITAS/ ISTIRAHAT
Gejala : - Kelelahan umum dan kelemahan
- Nafas pendek karena kerja
- Kesulitan tidur pada malam atau demam malam
- Hari, menggigil, dan / berkeringat.
- Mimpi buruk
Tanda : - Takikardia, Takipnea/ dispnea pada keja
- Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut)
INTEGRITAS EGO
Page 27
Gejala : - Adanya /faktor stres lama
- Masalah keuangan, rumah
- Perasaan tak berdaya/ tak ada harapan
- Populasi budaya/ etnik : amerika asli atau, Imigran
dari amerika tengah, asia tenggara, indian.
Tanda : - Menyangkal (khususnya selama tahap dini)
- Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala : - Kehilangan nafsu makan
- Tak dapat mencerna
- Penurunan berat badan
Tanda : - Turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik
- Kehilangan otot / hilang lemak subkutan
NYERI /KENYAMANAN
Gejala : - Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Page 28
Tanda : - Berhati-hati pada area yang sakit
- Perilaku distraksi, gelisah
PERNAFASAN
Gejala : - Batuk, produktif / tak produktif
- Nafas pendek
Tanda : - Peningkatan frekuensi pernafasan
(penyakit
- Luas / fibrosis parenkin paru dan pleura)
- Pengembangan pernafasan tak simetri (efusi pleura)
- Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
- Pleura / penebalan pleural). Bunyi nafas :menurun/
Tak ada secara bilateral / unilateral. (efusi pleural/
Pneumotoraks). Bunyi nafas tubuler dan / bisikan
pektoral diatas lesi luas. Krekels tercatat diatas
- Aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
- Pendek ( krekels postusik)
- Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid
Page 29
- Kuning, / bercak darah
- Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)
- Tak perhatian , mudah terangsang yang nyata,
- Perubahan mental ( tahap lanjut)
KEAMANAN
Gejala : - Adanya kondisi penekanan imun,contoh AIDS,
Kanker.Tes HIV positif.
Tanda : - Demam rendah atau sakit panas akut.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala : - Perasaan isolasi /penolakan karena penyakit
me-
Nular. Perubaahan pola biasa dalam tanggung jawab kapasitas
fisik untuk melakanakan peran.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : - Riwayat keluarga TB
Page 30
- Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
- Gagal untuk membaik/kambuhnya TB.
- Tidak berpartisipasi dengan terapi.
Pertimbangan : DRG menujukan rerata lama
dirawat : 6,6 hari
Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan
dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri
dan pemeliharaan rumah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk
buruk dan edema trakheal/faringeal.
Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan
dalam rongga pleura
Page 31
Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
penurunan jaringan efekftif paru,atelektasis,kerusakan membran
alveolar-kapiler,dan edema bronkial
Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan
metabolisme tubuh
Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis
penyakit yang belum jelas
Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan
pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
.Infeksi,resiko tinggi,(penyebaran/aktifasi ulang) berhubungan
dengan kerusakan jaringan/tambahan infeksi.
PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Diagnosa pertama
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental, hemoptitis, kelemahan, upaya batuk
buruk dan edema trakheal/faringeal
Page 32
Tujuan : Kebersihan jalan nafas kembali efektif
Kriteria evaluasi :
-klien dapat melakukan batuk efektif
-pernafasan klien normal (16-20) tanpa penggunaan alat bantu
nafas.Bunyi nafas normal ,Rh-/- dan pergerakan pernafasan
normal
Rencana intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi pernapsan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman,
dan penggunaan otot bantu napas) Penurunan bunyi napas
menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan
ketidakefelaktifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat
menimbulkan penggunaan otot bantu napas dan peningkatan kerja
pernapsan
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume
sputum, dan adanya hemoptisis Pengeluaran akan sulit bila
sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak
adekuat). Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru
atau luka bronkhial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.
Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan bantu klien berlatih
napas dalam dan batuk efektif Posisi fowler memasksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal
Page 33
membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke
jalan napas besar untuk dikeluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali tidak
diindikasikan Hidrasi yang adekuat membantu mengecerkan
sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas
Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan
pengisapan (suction) Mencegah obstruksi dan aspirasi.
Pengisapan diperlukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi OAT Pengobatan
tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirazinamid, Strptomisin, dan Etambutol
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan
Bronkodilator Bronkodilator meningkatkan diameter
percabangan trakeobronkhial sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna untuk keterlibatan
luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam
kehidupan
Page 34
Diagnosa kedua
Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan
dalam rongga pleura
Tujuan : pola nafas kembali efektif
Kriteria evaluasi :
Klien mampu melakukan batuk efektif
Irama,frekuensi,dan kedalaman pernafasan berada pada batas
normal,pada pemeriksaan Rontgen dada tidak ditemukan adanya
akumulasi cairan,dan bunyi nafas terdengar jelas.
Rencana intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab Dengan mengindentifikasikan
penyebab, kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga
dapat mengambil tindakan yang tepat
Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea,
sianosis, dan perubahan tanda vital Distres pernapasan dan
perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres
fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok
akibat hipoksia
Page 35
Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan miring pada sisi
yang sakit, bantu klien latihan napas dalam dan batuk efektif
Posisi fowler memasksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
napas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk
dikeluarkan
Auskultasi bunyi napas Bunyi napas dapat menurun/tak ada
pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru, atau
seluruh area paru (unilateral)
Kaji pengembangan dada dan posisi trakhea Ekspandi paru
menurun pada area kolaps. Deviasi trakhea ke arah sisi yang
sehat pada tension pneumothoraks
Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis atau kalau perlu WSD
Bertujuan sebagai evakuasi cairan atau udara dan memudahkan
ekpansi paru secara maksimal
Bila dipasang WSD ; periksa pengontrol pengisap dan jumlah
isapan yang benar Mempertahankan tekanan negatif
intrapleural yang meningkatkan ekspansi paru optium
Periksa batas cairan pada botol pengisap dan pertahankan pada
batas yang ditentukan Air dalam botol penampung berfungsi
sebagai sekat yang mencegah udara atmosfer masuk kedalam pleura
Observasi gelembung udara dalam botol penampung Gelembung
udara selama ekspirasi menunjukkan keluarnya udara dari pleura
sesuai dengan yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun
Page 36
seiring dengan bertambahnya ekspansi paru. Tidak adanya
gelembung udara dapat menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah
optimal atau tersumbatnya selang drainase
Setelah WSD dilepas, tutup sisi labung masuk dengan kassa steril
dan observasi tanda yang dapat menunjukkan berulangnya
pneumothoraks seperti napas pendek, keluhan nyeri. Deteksi
dini terjadinya komplikasi penting seperti berulangnya
pneumothoraks
Diagnosa ketiga
Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
penurunan jaringan efekftif paru,atelektasis,kerusakan membran
alveolar-kapiler,dan edema bronkial
Tujuan : gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
Melaporkan adanya/penurunan dipsnea
Klien menunjukkan tidak ada gejala distres pernafasan.
Menunjukkan perbaikan Ventilasi dan kadar oksigen jaringan
adekuat dengan gas darah arteri dalam rentan normal.
Page 37
Rencana intervensi Rasional
Mandiri
Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya
pernapasan, ekspansi thoraks, dan kelemahan
TB paru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronkhopneumonia sampai inflamasi difus yang luas, nekrosis,
efusi pleura, dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap
pernapasan bervariasi dari gejala ringan, dispnea berat, sampai
distres pernapasan
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, dan
perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku
Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat
mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh
Tunjukan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya
untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru
Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah
kolaps/penyempitan jalan napas sehingga membantu menyebarkan
udara melalui paru dan mengurangi napas pendek
Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan
perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien Menurunkan
konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan dapat
menurunkan beratnya gejala
Page 38
Kolaborasi tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan
perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien. Menurunkan
konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan dapat
menurunkan beratnya gejala
Kolaborasi pemeriksaan AGD Penurunan kadar 02 (P02) dan atau
saturasi dan peningkatan PC02 menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi atau perubahan program terapi.
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan Terapi oksigen
dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan
ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan
luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam
kehidupan
Diganosa keempat
Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan
metabolisme tubuh
Tujuan : intake nutrisi klien terpenuhi
Page 39
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula
kurang menjadi adekuat
Pernyataan motifasi kuta untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
Rencana intervensi Rasional
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat
penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan
menelan, riwayat mual atau muntah dan diare Memvalidasi dan
menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi
yang tepat
Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien
(sesuai indikasi) Memperhitungkan keinginan individu dapat
memperbaiki intake gizi
Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik
(sekali seminggu) Berguna dalam mengukur keefektifan intake
gizi dan dukungan cairan
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
serta sebelum dan sesudah intervensi atau pemeriksaan per-oral
Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau
obat pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang
pusat muntah
Page 40
Fasilitas pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi
sering Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan
energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis
diet yang tepat Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang
cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori
sehubungan dengan status hipermetabolik klien
Kolarborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN,
protein serum, dan albumin Menilai kemajuan terapi diet dan
membantu perencanaan intervensi selanjutnya
Kolaborasi untuk pemberian multivitamin Multivitamin
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder
dari peningkatan laju metabolisme umum
Diagnosa kelima
Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis
penyakit yang belum jelas
Tujuan : klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga
tidak terjadi kecemasan
Kriteria evaluasi :
Page 41
Klien terlihat mampu bernafas secara normal dan mampu
beradaptasi dengan keadaanya.Respon non verbal klien tampak
lebih rileks dan santai.
Rencana intervensi Rasional
Bantu dalam mengidentifikasi sumber koping yang ada
Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat
bermanfaat dalam mengatasi stress
Ajarkan teknik relaksasi Mengurangi ketegangan otot dan
kecemasan
Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan klien
Hubungan saling percaya membantu memperlancar proses terapeutik
Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas. Tindakan
yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan
Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya Rasa cemas
merupakan efek emosi sehingga apabila sudah terindentifikasi
dengan baik, maka perasaan yang mengganggu dapat diketahui
Page 42
Diagnosa keenam
Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan
pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
Tujuan : klien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan
Kriteria evaluasi :
klien terlihat mengalami penurunan potensi penularan penyakit
yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.
Rencana intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat
kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, dan
suasana yang tepat) Keberhasilan proses pembelajaran
dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan
kondusif
Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang
diharapkan, dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam
waktu lama Meningkatkan partisipasi klien dalam program
pengobatan dan mencegah putus obat karena membaiknya kondisi
fisik klien sebelum jadwal terapi selesai
Page 43
Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala
atau tanda reaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada,
kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran, dan vertigo)
Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek
obat yang memerlukan evaluasi lanjut
Tekanan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang mengandung
protein dan kalori yang tinggi serta intake cairan yang cukup
setiap hari Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi
peningkatan kebutuhan metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan
tentang hal itu akan meningkatkan kemandirian klien dalam
perawatan penyakitnya.
Diagnosa ketujuh
Infeksi,resiko tinggi,(penyebaran/aktifasi ulang) berhubungan
dengan kerusakan jaringan/tambahan infeksi
Tujuan : infeksi karena jaringan/tambahan infeksi dapat
teratasi
Kriteria evaluasi :
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi
menunjukkan teknik/melakukan pola hidup untu meningkatkan
lingkungan yang aman
Page 44
Rencana intervensi Rasional
Kaji patologi penyakit ( aktif/fase tak aktif : diseminasi
infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui
alian darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama
batuk,bersin,meludah,bicara,tertawa,menyanyi. Membantu pasien
menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk
mencegah pengaktifan berulang/komplikasi.Pemahaman bagaimana
penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi
membantu pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk
mencegah infeksi ke orang lain.
Identifikasi orang lain yang berisiko ,contoh anggota
rumah,sahabat karib/teman. Orang-orang yang terpajang ini
perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya
infeksi.
Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue
dan menghindari meludah..kaji pembuangan tissue sekali pakai dan
tehnik mencuci tangan yang tepat.dorong untuk mengulangi
demontrasi. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah
penyebaran infeksi.
Kaji tindakan kontrol infeksi sementara,contoh masker atau
isolasi pernafasan. Dapat membantu menurunkan rasa
Page 45
terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan
penyakit menular.
Awasi suhu sesuai indikasi . Reaksi demam indikator adanya
infeksi lanjut.
Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan
berulang tuberculosis,contoh tahanan bawah (lkoholisme,mal
nutrisi/bedah bypass intestinal): gunakan obat penekan
imun/kortikostreroid;adanya diabetes melitus,kanker,kalium.
Pengetahuan tentang faktor ini mebantu pasien untuk mengubah
pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat Periode
singkat berakhir 2 s/d 3 hari setelah kemoterapi awal,tetapi
pada adanya rongga atau penyakit luas sedang,resikopenyebaran
infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik
terhadap sputum untuk lamanya terapi. Alat dalam pengawsan
efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi.
Dorong memilih/mencerna makanan seimbang.berikan makan sering
kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.
Adanya anoreksia/mal nutrisi sebelumnya merendahkan tahanan
terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.makan kecil
dapat meningkatkan pemasukan semua.
Page 46
Kolaborasi
Pirazinamida (PZA/aldinamide),para-amino salicic
(PAS),silokserin(seromicin),streptomicin(strisin). Ini obat
sekunder diperlukan bila infeksi resistens terhadap/tidak
toleran obat primer.
Awasi pemeriksaan laboraturium,contoh hasil usap sputum.
Pasien yang mengalami 3 usapan negatif (memerlukan 3 s/d 5
bulan),perlu mentaati program obat,dan asimptomatik akan
diklasifikasikan tak menyebar.