LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)1.ANATOMI DAN
FISIOLOGI
Kandung empedu normal berbentuk kista berdinding tipis menempel
pada bagian bawah dan medial dari lobus kanan hepar. Kadang-kadang
intrahepatik. Duktus sistikus berhubungan dengan kandung empedu dan
bersama duktus hepatikus membentuk duktus choledochus.Duktus
choledochus berjalan ke arah kaudal akhirnya berhubungan dengan
duktus pankreatikus dan berakhir pada papilla vateri di dalam
duodenum. Duktus pankreatikus biasanya bergabung dengan duktus
choledochus proksimal dari papilla. Kecuali distal, duktus biliaris
mempunyai jaringan elastik lain dari pada dinding otot. Di distal
ada otot (oddis) sphincter melibatkan duktus dalam area pendek
tepat proksimal dari papilla.Fungsi kandung empedu tempat
penyimpangan dan pemekatan empedu. Kontraksi kandung empedu dan
relaksasi sphincter oddi diketengahi oleh hormon cholecystokinin
yang disebabkan oleh dinding duodenum sebagai reaksi dari lemak
intramural dan asam amino.Letak batu di saluran empedu yaitu di :
saluran empedu utama atau di duktus choledochus
(choledocholithiasis), di saluran sistikus (sistikolitiasis) jarang
sekali ditemukan dan biasanya bersamaan dengan batu di dalam
kandung empedu, dan di saluran empedu intrahepatal
(intrahepatolitiasis) atau hepatolitiasis.Sebagian besar batu yang
terletak di duktus choledochus berasal dari kandung empedu, tetapi
batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam
saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu
saluran empedu sekunder. Choledocholithiasis biasanya disertai
dengan kalkulus cholecystitis. Batu yang ada dapat tunggal atau
ganda, berbentuk bulat atau oval. Batu dapat terletak di ampula
vateri. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai
keluhan. Risiko penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan
komplikasi relatif kecil. Namun, sering menimbulkan gejala sumbatan
sebagian (partial obstruction), dan menimbulkan gejala kolik. Pada
dasarnya dilatasi saluran empedu sangat bergantung pada berat atau
tidaknya obstruksi yang terjadi. Pada penderita-penderita yang
mengalami obstruksi parsial baik disebabkan oleh batu duktus
choledochus, tumor papilla vateri atau cholangitis sklerosis,
kadang-kadang tidak memperlihatkan pelebaran saluran empedu sama
sekali, tetapi mungkin saja dijumpai pelebaran yang berkala. Bila
menimbulkan gejala sumbatan, akan timbul tanda cholestasis
ekstrahepatal. Di samping itu dapat terjadi infeksi, timbul gejala
cholangitis, dan cairan empedu menjadi kental dan berwarna coklat
tua (biliary mud). Dinding dari duktus choledochus menebal dan
mengalami dilatasi disertai dengan ulserasi pada mukosa terutama di
sekitar letak batu dan di ampula vateri.2.PENGERTIAN Batu Empedu
adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu
disebutkolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu
disebutkoledokolitiasis Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya
radang pada saluran empedu. Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan
adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung empedu
yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. (Williams,
2003) Cholelithiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan
suatu keadaan dimanaterdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu
(vesica fellea) yang memilikiukuran, bentuk dan komposisi yang
bervariasi. Cholelithiasis lebih seringdijumpaipada individu
berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan
memilikifactor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet
tinggilemak dan genetik3. ETIOLOGIBatu di dalam kandung empedu.
Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan
kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan
protein.Macam-macam batu yang terbentuk antara lain: Batu empedu
kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan
penurunan produksi empedu.Faktor lain yang berperan dalam
pembentukan batu: Infeksi kandung empedu Usia yang bertambah
Obesitas Wanita Kurang makan sayur Obat-obat untuk menurunkan kadar
serum kolesterolKolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk
empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada
asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien
yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan
sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam
hati; keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh
kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan
membentuk batu empedu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol
merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan
sebagai iritan yang menyebabkan perdangan dalam kandung empedu.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian
dalam pembentiukan batu empedu, melalui peningkatan dikuamasi sel
dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur
seluler dan bakteri dapat berperan sebagi pusat presipitasi. Akan
tetapi infeksi lenih sering menjadi akibat dari pembentukan batu
empedu dari pada sebab pembentukan batu empedu.2. Batu pigmen
empedu , ada dua macam; Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam
kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa
infeksi Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis,
ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan
infeksiKemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tidak
terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan)
sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin
besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan
bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan
dengan jalan operasi.3. Batu saluran empeduSering dihubungkan
dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa
kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan
menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini
memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.4.FAKTOR
RESIKOUsia: Setelah 20 tahun, kecepatan pembentukan batu empedu
meningkat setiap dekade. Jumlah kolesterol dalam empedu yang
seharusnya meningkat dengan usia,hal ini disebabkan oleh
dislipoproteinemia yang menghasilkan peningkatan linier dalam
ekskresi kolesterol ke dalam empedu dan dengan sintesis asam empedu
berkurang karena aktivitas menurun dari enzim kolesterol
7-hidroksilase (CYP7A1).Hemoperfusi dari dinding kantung empedu
menurun dengan usia karena karena adanya perubahan sklerotik. Hal
ini memberikan kontribusi terhadap disfungsi kantung emdpedu,
infeksi, dan peradangan dengan eksudasi ke dalam lumen
organ.Gender:jenis kelamin perempuan adalah faktor risiko secara
umum penyakit batu empedu. Pada wanita usia reproduksi, risiko
kolelitiasis adalah 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan pada
laki-laki. Kehamilan juga berkontribusi terhadap pembentukan batu
di kantung empedu. Penyakit batu empedu umumnya pada multipara
(paritas 4 kali atau lebih). Perbedaan gender dan deteksi penyakit
batu empedu sering pada wanita hamil terkait dengan latar belakang
hormonal. Peningkatan kadar estrogen diketahui akan meningkatnya
ekskresi kolesterol ke dalam empedu dengan supersaturasi
kolesterol. Selama kehamilan, di samping peningkatan kadar
estrogen, fungsi evakuasi kantung empedu terganggu sehingga
menimbulkan bile sludge dan batu empedu.Genetik: ada bukti yang
berkembang bahwa pembentukan batu empedu dapat ditentukan secara
genetik. Risiko pembentukan batu empedu adalah 2-4 kali lebih
tinggi pada individu yang keluarganya menderita penyakit batu
empedu. Dalam kasus penyakit batu empedu dalam keluarga, faktor
genetik memainkan peran dan ditandai dengan diwariskan secara
autosomal dominan. Para studi hubungan dan asosiasi
mengidentifikasi transporter kolesterol ABCG5/G8 sebagai penentu
genetik pembentukan batu empedu, atau gen Lith, pada manusia.
Pembawa ABCG5 604Q atau ABCG8 polimorfisme D19H memiliki
peningkatan risiko penyakit batu empedu independen usia, jenis
kelamin dan BMI. Polimorfisme T400K di ABCG8 dapat dikaitkan dengan
kejadian penyakit batu empedu pada laki-laki. Gen yang terkait
dengan pengembangan penyakit batu empedu diasumsikan terletak
terutama pada kromosom 3, 4, 9 dan 11. Gen varian dalam jalur
metabolisme lipid berkontribusi terhadap risiko batu saluran empedu
dan kanker, khususnya saluran empedu. Dengan polimorfisme gen
tertentu, terdapat peningkatan risiko gangguan metabolisme
sistemik, menyebabkan sekresi tinggi kolesterol ke dalam empedu dan
kantong empedu disfungsi batu empedu. Kelebihan berat badan dan
obesitas: Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor
risiko penting cholelithiasis. Obesitas disertai dengan peningkatan
sintesis dan ekskresi kolesterol ke dalam empedu. Pada saat yang
sama, jumlah kolesterol yang dihasilkan berbanding lurus dengan
kelebihan berat badan. Siklus berat badan, independen dari BMI,
dapat meningkatkan risiko penyakit batu empedu pada pria. Besar
berat fluktuasi dan siklus berat badan lebih banyak dikaitkan
dengan risiko yang lebih besar. Reseptor Beta3-adrenergik (ADRB3)
adalah reseptor transmembran sangat disajikan dalam jaringan
adiposa dan dianggap terlibat dalam regulasi lipolisis. ADRB3 juga
sangat disajikan dalam jaringan kandung empedu mungkin terlibat
dalam kontraksi kandung empedu. Diet rendah kalori yang digunakan
pada pasien obesitas menimbulkan ointment-like bile seperti empedu
dan batu pada 25% kasus. Dalam kasus operasi bypass untuk obesitas,
kemungkinan cholelithiasis bahkan lebih tinggi: 50% dari pasien
yang ditemukan memiliki batu empedu dalam 6 bulan pasca operasi.
Berat badan disertai dengan peningkatan kadar musin dan kalsium
dalam empedu kistik, sehingga menimbulkan biliary sludge dan batu
empedu di kandung empedu.Diet:Asupan tinggi kolesterol meningkatkan
kadar empedu. Diet rendah serat memperlambat transit isi usus, yang
meran batu empedu Yang peningkatan pembentukan dan penyerapan asam
empedu sekunder dan sifat lithogenic disempurnakan empedu.
Pengolahan karbohidrat meningkatkan saturasi kolesterol empedu
selama dosis kecil alkohol memiliki efek sebaliknya. Penyakit hati
dan pankreas:Dalam sirosis hati, batu empedu terdeteksi di 30% dari
pasien. Hal ini menyatakan bahwa subyek dengan HBsAg dan C virus
hepatitis memiliki peningkatan risiko untuk pembentukan batu
empedu. Disfungsi batu empedui metabolik hepar dan lesi saluran
empedu yang disebutkan sebagai penyebab yang mungkin. Dalam sirosis
biliar primer, batu saluran empedu (lebih umum yang pigmen) yang
ditemui dalam 39% dari pasien. Insiden penyakit batu empedu
meningkat di hepatosis lemak. Pasien dengan diabetes mellitus
berada pada risiko yang lebih tinggi untuk penyakit batu empedu,
yang dihubungkan dengan hiperkolesterolemia diamati dalam penyakit
ini.Obat:Estrogen, prednisolon, cyclosporine, azathioprine,
sandostatin, clofibrate, asam nikotinat dan sejumlah obat-obatan
jangka panjang lainnya dapat meningkatkan risiko penyakit batu
empedu. Kontrasepsi oral meningkatkan kejadian penyakit batu empedu
pada wanita muda, terutama pada periode awal penggunaan kontrasepsi
oral.Terapi jangka panjang kortikosteroid dikenal menyebabkan
dislipoproteinemia, ditandai dengan peningkatan total plasma
kolesterol, trigliserida, dan low-density lipoprotein
kolesterol.Terapi sitostatik selama transplantasi organ
meningkatkan risiko cholelithiasis. Ceftriaxone sering menyebabkan
prespitasi bilier sementara dan probabilitas meningkat jika Batu
empedu muncul untuk menjadi penanda untuk resistensi insulin,
bahkan pada non-diabetes, pria nonobes.
sGD(ConceptofThePathogenesis andTreatmentof Cholelithiasis,
2012).5.PATOFISIOLOGISekitar 75% pasien, batu empedu terdiri atas
kolesterol, dan sisanya merupakan batu pigmentasi yang terutama
mengandung bilirubin tidak terkonjugasi. Secara normal, kolesterol
tidak mengendap dalam empedu, karena mengandung garam empedu
terkonjugasi dan phosphatidylcholine secukupnya dalam
bentukmicellar solution.Jika rasio konsentrasi kolesterol : garam
empedu dan phosphatidylcholine meningkat, kelebihan kolesterol
dalam batas minimal, kejenuhannya akan meningkat (supersaturasi)
dalam larutan lumpur. Adanya supersaturasi oleh peningkatan rasio
kolesterol, akan menyebabkan hepar mensekresi kolesterol
konsentrasi tinggi sebagai inti vesikel unilamelar dalam kandung
empedu dimana phosphatidylcholine menjadi kulit luar pembungkus
vesikel dengan diameter 50-100 nm. Jika jumlah kandungan kolesterol
relatif meningkat, vesikel multilamelar akan terbentuk (diameter
melebihi 1000 nm). Vesikel-vesikel ini tidak stabil dan mengendap
lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol. Kristal
kolesterol ini merupakan prekursor batu empedu.Penyebab penting
peningkatan rasio kolesterol : garam empedu dan phosphatidylcholine
adalah:1. Peningkatan sekresi kolesterol, baik oleh karena
peningkatan sintesis kolesterol (peningkatan aktivitas enzim
3-hydroxy-3-methylglutaryl [HMG]-CoA-kolesterol reduktase) ataupun
penghambatan esterifikasi kolesterol seperti progesterone selama
kehamilan2. Penurunan sekresi garam empedu oleh karena penurunan
simpanan garam empedu pada penyakit Crohns atau setelah reseksi
ataupun selama puasa dan nutrisi parenteral3. Penurunan sekresi
phosphatidylcholine sebagai penyebab batu kolesterol ditemukan pada
wanita Chili yang hidup hanya memakan sayuran.Batu pigmen terdiri
atas sebagian besar kalsium bilirubinat (50%) yang memberikan warna
hitam atau coklat pada empedu. Batu hitam juga mengandung kalsium
karbonat dan fosfat, dimana batu coklat juga mengandung stearat,
palmitat dan kolesterol. Peningkatan jumlah bilirubin tak
terkonjugasi pada empedu, yang dipecahkan hanya dalammicelles, ini
merupakan penyebab utama pembentukan batu empedu, dimana normalnya
mengandung hanya 1-2% dalam empedu.Adapun sebagai penyebab
meningkatnya konsentrasi bilirubin tidak terkonjugasi adalah:1.
Meningkatnya pemecahan hemoglobin seperti pada anemia hemolitik,
yang mana terdapat banyak bilirubin yang akan mengalami proses
konjugasi dengan perantara enzim glukorunidase dalam hepar,
ditemukan kelainan sebagai berikut: Penurunan kapasitas konjugasi
dalam hepar seperti pada sirosis hepar Dekonjugasi non-enzimatik
bilirubin dalam empedu khususnya monoglukoronat Dekonjugasi
enzimatik (-glucosidase) oleh bakteri.
Gambar 3.Skema patofisiologi pembentukan batu empedu
kolesterolBakteri juga tidak mengkonjugasi secara enzimatik garam
empedu sehingga terjadi pembebasan palmitat dan stearat (dari
phoshatidylcholine) dalam presipitat sebagai garam kalsium. Batu
hitam dibentuk oleh tiga mekanisme pertama diatas, mengandung
komponen tambahan, kalsium karbonat dan fosfat, inilah yang akan
menurunkan kapasitas keasaman dalam kandung empedu.Kandung empedu,
dimana komponen spesifik (kolesterol, garam empedu,
phoshatidylcholine) terkonsentrasi dalam waktu yang lama
keterikatan dalam air, juga merupakan bagian penting dalam
pembentukan batu empedu. Gangguan pengosongan kandung empedu bisa
menjadi salah satu penyebab baik karena insufisiensi CCK (tidak ada
asam lemak bebas yang dilepaskan dalam lumen pada insufisiensi
pancreas) sehingga rangsangan kontraksi ke kandung empedu melemah,
ataupun karena vagotomy nonselektif tidak terdapat sinyal kontraksi
dan asetilkolin. Kontraksi kandung empedu melemah juga pada keadaan
kehamilan. Saat itu menjadi waktu yang sangat cukup terjadi endapan
kristal untuk membentuk batu yang besar. Peningkatan sekresi mukus
(dirangsang oleh prostaglandin) bisa memicu peningkatan jumlah inti
kristalisasi.Konsekuensi yang mungkin terjadi pada kolelitiasis
adalah kolik. Jika terjadi penghambatan saluran empedu oleh
sumbatan batu empedu, tekanan akan meningkat dalam saluran empedu
dan peningkatan kontraksi peristaltik di daerah sumbatan
menyebabkan nyeri viseral pada daerah epigastrik, mungkin dengan
penyebaran nyeri ke punggung dan disertai muntah.
Gambar 4.Skema patofisiologi pembentukan batu pigmen empedu
6. TANDA DAN GEJALAGEJALA AKUTGEJALA KRONIS
TANDA :1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme2. Usaha
inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas3. Kandung
empedu membesar dan nyeri4. Ikterus ringanTANDA:1. Biasanya tak
tampak gambaran pada abdomen2. Kadang terdapat nyeri di kwadran
kanan atas
GEJALA:1. Rasa nyeri (kolik empedu) yangMenetap2. Mual dan
muntah3. Febris (38,5C)GEJALA:1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat
: abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di
epigastrium menyebar ke arah skapula kanan2. Nausea dan muntah3.
Intoleransi dengan makanan berlemak4. Flatulensi5. Eruktasi
(bersendawa)
7.Pemeriksaan penunjangTes laboratorium :1. Leukosit : 12.000
15.000 /iu (N : 5000 10.000 iu).2. Bilirubin : meningkat ringan, (N
: < 0,4 mg/dl).3. Amilase serum meningkat.( N: 17 115
unit/100ml).4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin
menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi
vitamin K.(cara Kapilar : 2 6 mnt).5. USG : menunjukkan adanya
bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan
distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik)6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography
(ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran
empedu melalui ductus duodenum.7. PTC (perkutaneus transhepatik
cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya
batu dan cairan pankreas.8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis
kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.9. CT Scan :
menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,
obstruksi/obstruksi joundice.10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque
(perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran
pada gallblader.8.Penatalaksanaan1. DietRendah lemak dalam usaha
mencegah nyeri lebih lanjut.Bila batu menyebabkan pembuntuan dari
aliran empedu dilakuakn penggantian vitamin yang larut lemak (ADEK)
dan pemberian garam empedu untuk membantu pencernaan dan absorbst
vitamin.Infus cairan dan makanan bila ada masalah mual-mual dan
muntah .2. Terapi ObatAnalgesik/narkotik (meperidine
hydrochloric/Demerol)Antispasme dan anti Colinergik (prophantheline
bromide / probanthine) untuk relaksasi otot polos dan menurunkan
tonus dan spasme saluran empedu.Antimuntah lentik mengontrol mual
dan muntah.Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang
kecil (chenodiol)Cholesteramine untuk menurunkan gatal yang sangat
karena penumpukan berlebihan empedu pada kulit.3. ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Lithotherapy)4. Colecystectomy: Bedah
pengambilan batu empedu5. Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP)ERCP terutama digunakan untuk
mendiagnosa dan mengobati penyakit-penyakit saluran empedu termasuk
batu empedu. Sampai saat ini, endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) menjadi kriteria standar untuk
diagnosis dan terapi choledocholithiasis.6. Untuk batu empedu
simptomatik, dapat digunakan teknik cholecystectomy laparoskopik,
yaitu suatu teknik pembedahan invasive minimal di dalam rongga
abdomen dengan menggunakan pneumoperitoneum, sistem endokamera dan
instrument khusus melalui layar monitor tanpa menyentuh dan melihat
langsung kandung empedu. Cholecystectomy laparoskopik telah menjadi
prosedur baku untuk pengangkatan kandung empedu simptomatik.
Keuntungan cholecystectomy laparoskopik ini yaitu dengan teknik ini
hanya meliputi operasi kecil (2-10 mm) sehingga nyeri pasca bedah
minimal. Kolesistektomi terbuka Operasi ini merupakan standar
terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik
biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut Kolisistektomi
Laproskopi Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan
lewat sayatan kecil di dinding perut.7 Indikasi pembedahan batu
kandung empedu adalah bila simptomatik, adanya keluhan bilier yang
mengganggu atau semakin sering atau berat. Indikasi lain adalah
yang menandakan stadium lanjut, atau kandung empedu dengan batu
besar, berdiameter lebih dari 2 cm, sebab lebih sering menimbulkan
kolesistitis akut dibanding dengan batu yang lebih
kecil9.KOMPLIKASIKolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit
batu empedu yang palingumum dan sering meyebabkan kedaruratan
abdomen, khususnya diantara wanitausia pertengahan dan manula.
Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitandengan obstruksi
duktus sistikus atau dalam infundibulum.Radang Kandung empedu
(Cholecystitis),Radang saluran empedu ( Cholangitis), Peritonitis,
sepsis, sirosis bilier, kerusakan hati permanen.(R.
Sjamsuhidayat&Wim de Jong,2005).10.ASKEP SECARA
TEORITISA.Pengkajian1.Anamnesa2.Identitas
Pasien3.Sejarah/RiwayatMenentukan berat, ras, jenis kelamin, umur.
Riwayat kehamilan, pil KB, esterogen, atau hormone
suplemen.Kecenderungan makan (kesenangan makan) menentukan apakah
dietnya berlebihan lemak dan kolesterol.Riwayat keluarga : Batu
empedu, pengobatan medis, dan operasi4.Pemeriksaan Umuma.Aktivitas
dan istirahat:Subyektif : kelemahanObyektif : kelelahanb.Sirkulasi
:Obyektif : Takikardia, Diaphoresisc.Eliminasi :Subyektif :
Perubahan pada warna urine dan fecesObyektif : Distensi abdomen,
teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat
.d.Makan / minum (cairan)Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.Tidak
ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.Regurgitasi ulang,
eruption, flatunasi.Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart
burn).Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.Obyektif
:Kegemukan.Kehilangan berat badan (kurus).e.Nyeri/ Kenyamanan
:Subyektif :Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
Dirasakan tiba-tibaNyeri epigastrium setelah makan.f.Respirasi
:Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal,
rasa tak nyaman.g.Keamanan :Obyektif : demam menggigil, Jundice,
kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K
).5.Pemeriksaan PenunjangSGOT, LDL (Low Density Lipoprotein)
meningkatBilurubin direk dan indirek meningkat bila terjadi
obstruksi (pembuntuan)Lekosit meningkat sebagai tanda radang.Bila
ada keterlibatan pancreas, emylase darah dan amylase urin
meningkat.Amylase adalah : suatu enzim pencernaan yang diproduksi
oleh pankreas.RontgenOral cholecystogramMRICT ScanUSG : adalah yang
paling sensitive atau spesifik dan invasive dan tidak mahal. Untuk
mendetksi batu empedu.ERCP membutuhkan pemeriksaan pada saluran
empedu dalam prosedur ini sebuah alat endoscopy dimasukkan melalui
duodenum dan papilla vater, cairan kontras radiopague dimassukkan
pada saluran empedu memunculkan bayangan kontras pada X-Ray. Batu
pada empedu meuncul sebagai Filling defects (batunya) pada saluran
yang putih (opak) sekarang ERCP biasanya digunakan bersama-sama
dengan ERS (endoscopic retrograde sphincteromy) dan pengeluaran
batu empedu.B.Diagnosa Keperawatan1.Nyeri akut berhubungan dengan
obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan /
nekrisis2.Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap)
berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster,
gangguan proses pembekuan3.Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang
dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual
muntah, dispepsia, nyeri4.Kurang pengetahuan tentang penyakit,
prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi
LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS LISKHA PUTRI K.W.S12