BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya pemetaan bertujuan untuk menentukan lokasi yang sebenar-benarnya dari sebuah titik(point) dipermukaan atau di bawah permukaan bumi. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki. Dalam kegiatan pertambangan, proses pemetaan biasanya dilakukan pada tahapan eksplorasi yang merupakan tahapan awal kegiatan pertambangan. Meskipun begitu, pemetaan sangat menentukan keberhasilan dari sebuah kegiatan pertambangan, dengan demikian pemetaan adalah sebuah proses yang penting untuk dilaksanakan. Proses pemetaanmembutuhkankerangkadasar yang menjadi kerangka dasar pengukuranKerangka dasar adalah sejumlah titik yang diketahui koordinatnya dalam sistem tertentu yang mempunyai fungsi sebagai pengikat dan pengontrol ukuran baru.Bila dilakukan dengan cara terestris, pengadaan kerangka horisontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi, trilaterasi atau poligon. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki. Dalam setiap pengukuran yang dilakukan pasti terdapat kesalahan yang nantinya akan mempengaruhi hasil perhitungan yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya pemetaan bertujuan untuk menentukan lokasi yang
sebenar-benarnya dari sebuah titik(point) dipermukaan atau di bawah permukaan
bumi. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian
yang dikehendaki. Dalam kegiatan pertambangan, proses pemetaan biasanya
dilakukan pada tahapan eksplorasi yang merupakan tahapan awal kegiatan
pertambangan. Meskipun begitu, pemetaan sangat menentukan keberhasilan dari
sebuah kegiatan pertambangan, dengan demikian pemetaan adalah sebuah proses
yang penting untuk dilaksanakan.
Proses pemetaanmembutuhkankerangkadasar yang menjadi kerangka
dasar pengukuranKerangka dasar adalah sejumlah titik yang diketahui
koordinatnya dalam sistem tertentu yang mempunyai fungsi sebagai pengikat dan
pengontrol ukuran baru.Bila dilakukan dengan cara terestris, pengadaan kerangka
horisontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi, trilaterasi atau poligon.
Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang
dikehendaki. Dalam setiap pengukuran yang dilakukan pasti terdapat kesalahan
yang nantinya akan mempengaruhi hasil perhitungan yang didapatkan. Untuk itu
diperlukan suatu metode perataan yang tepat guna menghasilkan nilai perhitungan
yang mendekati sebenarnya. Pembuatan kerangka kontrol yang tepat diharapkan
mampu merepresentasikan bentuk dari titik-titik atau lokasi pengukuran.
Namun terkadang dalam proses pemetaan, koordinat yang dihasilkan
melaluipengambilan data langsung di lapangan berbeda dengan koordinat yang
ditunjukkan oleh GPS (Global Positioning System) sehingga data lapangan
tersebut perlu diolah dan dihitung dengan menggunakan persamaan lainnya, salah
satu metode yang sering digunakan adalah metode Bowditch. Bowditch adalah
metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan dan koreksi polygon,
metode ini banyak digunakan karena mudah dan cepat dalam penggunaannya.
Penggunaan metode Bowditch dan data hasil pengukuran GPS dibandingkan serta
dikoreksi agar posisi titikpengukuran diharapkan mendekati keadaan sebenarnya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
2. Menentukan pengukurandenganpolygon.
3. Mengetahui koordinat titik pengukuran dengan menggunakan alat
bantu GPS.
4. Menghitung koordinat titik pengukuran dengan menggunakan
persamaan Bowditch.
5. Membandingkan koordinat hasil penghitungan Bowditch dengan
koordinat hasil pengukuran menggunakan GPS.
6. Menghitung RMS Error data hasil perhitungan dengan metode
Bowditch.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Penentuan Posisi
Penentuan posisi di permukaan bumi dapat dilakukan secara terestis
maupun extra-terestris.Metode penentuan posisi secara terestris dilakukan
bedasarkan pengukuran dan pengamatan di permukaan bumi sedangkan ekstra-
terestris,penentuan posisi dilakukan dengan pengukuran dan pengamatan dengan
menggunakan buatan manusia seperti GPS.
2.1.1 GPS (Global Positioning System)
GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem
untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan
satelit.Sistem yang pertama kali dikembangkan oleh Dapartemen Pertahanan
Amerika ini digunakan untuk kepentingan militer maupun sipil (survei dan
pemetaan). GPS digunakan dalam geofisika karena penggunaan GPS tidak
tergantung cuaca dan &aktu. Selain itu Penggunaan GPS dapat mencakup daerah
yang sangat luas karena satelit GPS mempunyai orbit yang cukup tinggi yaitu
sekitar 20.000 km diatas permukaan bumi dan jumlah satelit GPS cukup banyak
yaitu ') satelit sehingga penggunaan satelit ini dapat digunakan oleh siapa saja
dalam &aktu yang bersamaan.
Penggunaan GPS cukup mudah yaitu dengan menentukanletak longitude, latitude
dan elevasi dari daerah yang akan dibuat pemetaan. Kemudian data - data
pengukuran diolah menggunakan software map source agar data longitude dan
latitudedapat dibaca dalam satuan meter.
2.1.2 Penggunaan GPS
Penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi yang hanya
menggunakan 1 alat receiver GPS. Karakteristik penentuan posisi dengan cara
absolut ini adalah sebagai berikut :
- Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi)
- Prinsip penentuan posisi adalah perpotongan ke belakang dengan jarak
ke beberapa satelit sekaligus.
- Hanya memerlukan satu receiver GPS.)
- Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik)atau bergerak
(kinematik).
- Ketelitian posisi berkisar antara 5 sampai dengan 10 meter.
Aplikasi utama untuk keperluan navigasi, metoda penentuan posisi absolut ini
umumnya menggunakan data pseudorange dan metoda ini tidak dimaksudkan
untuk aplikasi - aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang
tinggi(Azhar,2004).Untuk dapat melaksanakan prinsip penentuan posisi, GPS
dikelola dalam suatu sistem GPSyang terdiri dari dari - bagian utama yaitu bagian
angkasa, bagian pengontrol dan bagian pemakai Penentuan Posisi GPS.
Penentuan posisi dengan GPS dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut :
- Ketelitian data terkait dengan tipe data yang digunakan, kualitas receiver
GPS, level dari kesalahan dan bias.
- Geometri satelit, terkait dengan jumlah satelit yang diamati, lokasi dan
distribusi satelit danlama pengamatan.
- Metoda penentuan posisi, terkait dengan metoda penentuan posisi GPS
yang digunakan,apakah absolut, relatif, DGPS,RTK dan lain-lain.
- Strategi pemrosesan data, terkait dengan real - time atau post processing,
strategi eliminasidan pengkoreksian kesalahan dan bias, pemrosesan
baseline dan perataan jaringan sertakontrol kualitas (Antoni,1999)
Pengenalan sistem kordinat sangat penting agar dapat menggunakan GPS
secaraoptimal. Ada dua klasifikasi tentang sistem kordinat yang dipakai oleh GPS
maupun dalam pemetaan yaitu : Sistem kordinat global yang biasa disebut dengan
kordinat Geogrfai dansistem kordinat dalam bidang proyeksi.
2.2 Perhitungan Jarak,Sudut,dan Azimuth.
Penentuan titik posisi secara tereritis dilakukan dengan cara perhitungan
jarak,sudut,dan azimuth.
2.2.1 Jarak
Jarak merupakan rentangan hubungan terpendek antara dua titik. Jauh rentangan
antara dua titik dinyatakan dalam satuan ukuran panjang. ). Dalam hal ini untuk
pengukuran jarak dilakukan secara manual menggunakan pita ukur.
Kedudukan kedua titik tersebut, ialah :
- posisi datar (sejajar dengan bidang datar), disebut jarak datar
- posisi miring (membentuk sudut lancip dengan bidang datar), disebut
jarak miring (lapangan)
- posisi tegak (membentuk sudut 900 terhadap bidang datar), disebut jarak
tegak (beda tinggi)
Pengukuran jarak secara garis besar terbagi 2 jenis pengukur-an yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran jarak secara langsung : pengukuran
jarak antara dua titik tidak begitu jauh atau pada hamparan lahan yang tidak begitu
luas. Pengukuran ini dilakukan dengan cara sederhana. Peralatan ukur yang
digunakan berupa galah, pita ukur atau rantai ukur. Pengukuran jarak secara tak
langsung : pengukuran jarak antara dua titik cukup jauh atau pada hamparan lahan
yang cukup luas. Pengukuran dilakukan secara optik atau elektronik. Peralatan
ukur yang digunakan berupa alat optik (manual atau elektronik).\
2.2.2 Sudut
Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut dan
arah.Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan
azimut. Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan menjadi sudut
horizontal dan sudut vertikal. Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang
diperlukan untuk penentuan sudut arah dan azimut, sementara sudut vertikal untuk
penentuan sudut zenith. Sudut-sudut dapat diukur secara langsung dan tidak
langsung.
Secara langsung sudut diukur di lapangan dengan kompas, theodolit kompas,
theodolit biasa ataupun sextan. Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur
dengan metode pita, yang harganya dihitung. Jenis-jenis sudut horizontal yang
paling biasa diukur dalam pekerjaan pengukuran tanah adalah sudut dalam, sudut
ke kanan dan sudut belokan. Karena ketiga jenis sudut diatas sangat berbeda maka
jenis sudut yang dipakai harus ditunjukkan dengan jelas dalam catatan lapangan
dari hubungan kuantitas yang diketahui dalam sebuah segitiga atau bentuk
geometrik sederhana lainnya. Tiga persyaratan dasar untuk menentukan sebuah
sudut diantaranya adalah garis awal atau acuan, arah perputaran dan jarak (besar)
sudut.
Sudut dalam dapat diputar searah jarum jam (ke kanan) atau berlawanan jarum
jam (ke kiri). Menurut definisi, sudut ke kanan diukur searah jarum jam dari
stasiun belakang ke stasiun depan.
Gambar 2.1 Sudut Dalam
2.2.3 Azimuth
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian
acuan. Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara, tetapi
para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai selatan
sebagai arah acuan. Seperti ditunjukkan dalam gambar 10.7, Azimut berkisar
antara 0 sampai 360° dan tidak memerlukan huruf-huruf untuk menunjukkan
kuadran. Jadi Azimut OA adalah 70°, Azimut OB 145°, Azimut OC 235°, dan
Azimut OD 330°. Perlu dinyatakan dalam catatan lapangan apakah Azimut diukur
dari utara atau selatan.
Gambar 2.2 Azimuth
Banyak juru ukur lebih menyukai Azimut daripada sudut arah untuk menyatakan
arah garis, karena lebih mudah mengerjakannya, terutama kalau menghitung
poligon dengan komputer.
a. Mencari azimuth dari titik tetap
Gambar 2.3 Azimuth titik tetap
Azimuth dari A ke B dapat dihitung dengan rumus :
Untuk menghitung azimuth, harus dilihat dulu arahnya terletak di kuadran berapa,
dan ini dapat dilihat dari tanda aljabar dari harga (Xb – Xa) dan (Yb – Ya).Letak
kuadran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
b. Azimuth dari rangkaian titik
Pada titik A, B, C seperti gambar dibawah ini , diketahui azimuth αAB dan sudut
β. Kemudian akan dicari besar azimuth αBC.
Gambar 2.4 Azimuth rangkaian titik
Azimuth αBC dapat dicari dengan rumus umum sebagai berikut :
αAB = αBC ± 180º ± β
Dengan ketentuan sebagai berikut :
• Harga ± 180º dapat dipilih (+) atau (−) , hasilnya akan sama saja
• Harga ± β : - dipakai tanda (+) bila sudut β berada di kiri garis A-B-C
- dipakai tanda (−) bila sudut β berada di kanan garis A-B-C
• Bila azimuth lebih besar dari 360°, maka harus dikurangi 360°.Bila azimuth
lebih kecil dari 0°, maka harus ditambah 360°.
2.3 Kerangka Kontrol Horizontal
Kerangka Kontrol Horisontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan
yang memperlihatkan posisi horisontal (X,Y) antara satu titik relatif terhadap titik
yang lain di permukaan bumi pada bidang datar. Untuk mendapatkan posisi
horisontal dari KKH dapat digunakan banyak metode, salah satu metode
penentuan posisi horisontal yang sering digunakan adalah metode poligon.
2.3.1 Poligon
Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti
sudut.Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi horisontal banyak titik
dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga
membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (polygon). Pada penentuan posisi
horisontal dengan metode ini, posisi titik yang belum diketahui koordinatnya
ditentukan dari titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua
jarak dan sudut dalam poligon. Poligon dapat dibedakan berdasarkan dari [1]
bentuk dan [2] titik ikatnya.
2.3.1.1 Poligon Menurut Bentuknya
Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :
poligon terbuka,
tertututup,
bercabang dan
kombinasi.
a. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik
yang berlainan (tidak bertemu
pada satu titik).
Gambar 2.5 Poligon Terbuka
c. Poligon Tertutup
Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya
bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan
koreksi koordinat tetap dapat dilakukan walaupun tanpa titik ikat. Sebagai
kerangka dasar, posisi atau koordinat titik-titik poligon harus diketahui atau
ditentukan secara teliti. Karena akan digunakan sebagai ikatan detil, pengukuran
poligon harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu. Berdasarkan dasar
bentuknya, poligon dibedakan menjadi tiga macam, yaitu poligon terbuka,
tertutup, dan bercabang. Poligon tertutup adalah titik awal dan akhirnya menjadi
satu. Poligon ini merupakan poligon yang paling disukai dan paling banyak
dipakai di lapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak yang
memang sulit didapatkan di lapangan. Namun demikian hasil ukurannya cukup
terkontrol.
Gambar 2.6 Poligon Tertutup
Poligon tertutup sudut dalam ini mempunyai rumus :( n – 2 ) x 180°
Keterangan gambar :
b = besarnya sudut.
a12 = azimuth awal.
X1;Y1 = koordinat titik A.
n = jumlah titik sudut.
d23 = jarak antara titik 2 dan titik 3.
Gambar 2.7 Poligon tertutup luar
Poligon tertutup sudut luar ini mempunyai rumus :(n + 2 ) x 180°
Keterangan gambar:
b = besarnya sudut.
a12 = azimut awal.
n = jumlah titik sudut.
d23= jarak antara titik 2 dan titik 3.
Karena bentuknya tertutup, maka akan terbentuk segi banyak atau segi n, dengan
n adalah banyaknya titik poligon. Oleh karenanya syarat-syarat geometris dari
poligon tertutup adalah:
1.Syarat sudut:
ß = (n-2) . 180O, apabila sudut dalam
ß = (n+2) . 180O, apabila sudut luar
2. Syarat absis
Adapun prosedur perhitungannya sama dengan prosedur perhitungan pada
poligon terikat sempurna. Pada poligon terikat sepihak dan poligon terbuka tanpa
ikatan, syarat-syarat geometris tersebut tidak dapat diberlakukan di sini. Hal ini
mengakibatkan posisinya sangat lemah karena tidak adanya kontrol pengukuran
dan kontrol perhitungan. Jadi sebaiknya poligon semacam ini dihindari. Posisi
titik-titik poligon yang ditentukan dengan cara menghitung koordinat-
koordinatnya dinamakan penyelesaian secara numeris atau poligon hitungan.
d. Poligon Bercabang
Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau lebih titik
simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi.
Gambar 2.7 Poligon Bercabang
e. Poligon Kombinasi
Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari bentukbentuk
poligon yang ada.
Gambar 2.8 Poligon Kombinas
2.3.1.2 Poligon Menurut Titik Ikatnya
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui
koordinat dan jurusannya minimum 2 buah titik ikat dan tingkatnya berada diatas
titik yang akan dihasilkan.
a. Poligon Tertutup Terikat Sempurna adalah poligon yang terikat diujung-
ujungnya baik koordinat maupun sudut jurusannya. Apabila Titik A, B, C
dan D diketahui, maka sudut jurusan awal aab dan acd. Poligon tertutup
terikat sempurna poligon yang terikat oleh azimuth dan koordinat.
b. Poligon Terbuka terikat sempurna adalah poligon terbuka yang masing-
masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat.
2.4 Perhitungan Bowditch
Pada umumnya metode yang dipakai dalaam perhitungan kerangka horisontal
adalah metode Bowditch. Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) merupakan
kerangka dasar pemetaan yang memperlihatkan posisi horizontal (X,Y) antara
satu titik relatif terhadap titik yang lain di permukaan bumi pada bidang datar.
Untuk mendapatkan posisi horizontal dari KKH dapat digunakan banyak metode,
dalam praktikum ini penentuan posisi horisontal dilakukan dengan menggunakan
metode poligon. Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi horisontal
banyak titik dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan
sudut sehingga membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (poligon). Penentuan
posisi horizontal dari titik-titik yang yang belum diketahui koordinatnya
dilakukan dengan bantuan titik yang sudah diketahui koordinatnya, yaitu dengan
cara mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon lalu dilakukan perhitungan
dengan menggunakan metode bowditch.Perhitungan dengan metode ini tergolong
sangat sederhana dan mudah sehingga tidak membutuh kan teknik khusus dalam
menghitungnya.
Langkah-Langkah Perhitungan Koordinat dengan Metode Bowditch
Perhitungan koordinat titik-titik kerangka kontrol horizontal poligon tertutup
dilakukan dengan metode Bowditch dengan bantuan seperangkat laptop.. Adapun
langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Sudut-sudut ukuran dijumlahkan sehingga didapat total sudut pengukuran
(∑β). Penjumlahan sudut dilakukan untuk mengetahui apakah sudut ukuran
memenuhi syarat sudut ukuran poligon tertutup atau tidak. Dalam pengukuran
sudut yang diukur merupakan sudut dalam, oleh karena itu syarat sudut
ukuran yang harus dipenuhi adalah sebesar :
2. Perhitungan kesalahan penutup sudut :
Fβ = ∑ βsudut ukuran – [(n- )] 180
3. Lakukan koreksi sudut. Besarnya sudut yang harus dikoreksi (fs) dihitung
berdasarkan besarnya salah penutup, yaitu :
∑fs = -Fβ
Fs untuk masing-masing sudut adalah Yang berarti bahwa setiap sudut harus
dikurangi dengan nilai (-) tersebut.Seperti contoh,jika hasil yang didapat -2 maka
sudut harus di kurangi dengan 2o. Sehingga diperoleh sudut terkoreksi yang telah
sesuai dengan syarat sudut yang harus dipenuhi yaitu 900o.
4. Perhitungan azimuth untuk setiap sisi poligon yang berdasarkan pada azimuth
awal dan sudut terkoreksi. Perhitungan azimuth setiap sisi poligon dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
βi
5. Perhitungan nilai Dsinα atau disebut juga x serta perhitungan nilai Dcosα atau
disebut juga y. ∑Dsinα dan ∑Dcosα yang harus dipenuhi oleh absis dan
ordinat adalah sebesar :
Untuk melakukan perhitungan sin ataupun cos di microsoft excel, nilai α harus
diubah terlebih dahulu menjadi bentuk radian dengan cara membaginya dengan
180 dan lalu dikalikan dengan π. Berikut merupakan hasil perhitungan nilai
∑Dsinα dan ∑Dcosα.
6. Perhitungan kesalahan penutup absis dan kesalahan penutup ordinat.
Kesalahan penutup absis :
∑dsinαukuran - ∑dsinαsyarat
Kesalahan penutup ordinat :
∑dcosαukuran - ∑dcosαsyarat
7. Perhitungan koreksi absis (fx) dan koreksi ordinat (fy). Koreksi untuk tiap
absis :
Koreksi untuk tiap ordinat :
8. Penjumlahan ∑dsinα dengan fx dan penjumlahan dengan fy.
Penjumlahan tersebut harus bernilai 0.Jika kedua penjumlahan bernilai 0, maka
koreksi yang dilakukan telah benar.
9. Perthitungan koordinat titik-titik pada polygon dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Xi = Xawal + d sinAi + fxi
Yi = Yawal + d cosAi + fyi
Atau dapat ditulis juga dengan persamaan sebagai berikut :
X = x+fx+X
Y = y+fy+Y
x adalah d sinA
X adalah Xawal
y adalah dcosA
Y adalah Yawal
Nilai X dan Y pada titik BM atau titik awal harus sama
10. Perhitungan kesalahan linier untuk menentukan apakah masuk toleransi atau
tidak. Kesalahan linier maksimum yang ditentukan adalah sebesar 2 meter.
Kesalahan linier =
BAB III
∑dsinα
PEMBAHASAN
3.1 Pengukuran Poligon
Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti
sudut. Secara harafiahnya, poligon berarti sudut banyak. Namun arti yang
sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara beruntun, sebagai kerangka dasar
pemetaan.
Pada tugas pengukuran polygon yaitu memakai jenis pengukuran polygon
tertutup terikat sempurna. Poligon tertutup terikat sempurna merupakan poligon
tertutup yang terikat oleh azimuth dan koordinat. Adapun lokasi pengukuran ini
terletak di Lokasi 3 yaitu “Lapangan Sepak Bola Jalan Lingkar”. Pengukuran
polygon ini diukur dari titik-titik kerangka dasar pada pengukuran polygon
mewakili daerah pengukuran secara keseluruhan.
Mengingat fungsinya, titik-titik kerangka dasar harus ditempatkan menyebar
merata di seluruh daerah yang akan dipetakan dnegan kerapatan tertentu.
Mengingat pula pengukuran untuk pemetaan memerlukan waktu yang cukup
lama, maka titik-titik kerangka dasar harus ditanam cukup kuat dan terbuat dari
bahan yang tahan lama. Dalam pengukuran jenis kerangka dasar yang dipakai
yaitu kerangka dasar horizontal (x,y). Kerangka Kontrol Horisontal (KKH)
merupakan kerangka dasar pemetaan yang memperlihatkan posisi horisontal
(X,Y) antara satu titik relatif terhadap titik yang lain di permukaan bumi pada
bidang datar. Pada pengukuran polygoon tertutup, titik awal akan menjadi titik
akhir pengukuran (pada lampiran sketsa).
3.1.1 Peralatan dan Bahan
Adapun alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran polygon di lapangan
adalah sebagai berikut:
1. Pita ukur, alat ukur jarak yang material utamanya terbuat dari fiber,
plastik, atau campuran dari padanya. Jarak yang diukur merupakan jarak
antar titik-titik kerangka dasar.
2. Jalon, alat bantu untuk penanda pada titik awal kerangka dasar pada
pengukuran polygon di lapangan.
3. Paku, adalah alat bantu untuk memberi tanda pada titik-titik kerangka
dasar sementara dilapangan.
4. Benang nilon adalah alat untuk bantu untuk pengukuran sudut dalam.
5. Kompas adalah alat bantu untuk mengukur sudut awal (sudut azimuth)
pada titik awal pengukuran polygon. Kompas yang digunakan yaitu
kompas yang terdapat pada GPS.
6. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Model
GPS yang digunakan yaitu GPSMAP 62s.
7. Busur adalah alat bantu untuk pengukuran sudut dalam.
8. Kamera adalah alat bantu untuk mendokumentasikan pengukuran polygon
di lapangan.
9. Kalkulator adalah alat bantu untuk menghitung data-data yang didapatkan
di lapangan.
10. Alat Tulis adalah alat bantu yang digunakan untuk mencatat seluruh data-
data yang didapatkan pada pengukuran polygon di lapangan.
11. Alat Gambar, alat bantu untuk menggambarkan polygon tertutup terikat
sempurna yang didapatkan di lapangan
12. Laptop, untuk membantu pengolahan data yang didapatkan di lapangan.
3.1.2 Tahapan Proses Pengukuran
Adapun tahapan proses pengukuran untuk pengukuran polygon ada 2
tahap yaitu:
a. Tahapan Pengukuran Teristris
Berikut tahapan teristris yang dilakukan pada proses pengukuran polygon
tertutup terikat sempurna, yaitu:
1. Persiapan
2. Survey Lapangan dan Penentuan Titik Kontrol.
3. Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal.
4. Kerangka Kontrol Data Processing menggunakan metode
Bowditch.
Pada tahapan ini apabila kerangka kontrol data processing “masuk
toleransi” maka bisa dilanjutkan pada tahapan selanjutnya.
Namun apabila”tidak masuk toleransi” maka harus dikaji ulang
error detection/outliers kemudian kembali ke tahapan ke-3.
5. Data Processing menggunakan metode Bowditch.
6. Hasil Akhir (Output)
Hasil akhir dari pengukuran polygon tertutup terikat sempurna
adalah perbandingan antara pengukuran koordinat menggunakan
GPS dengan perhitungan koordinat secara manual dengan
menggunakan metode Bowditch.
b. Tahapan Pengukuran Polygon Tertutup Terikat Sempurna di Lapangan
(Lokasi 3: Lapangan Bola Jalan Lingkar)
Tahapan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pengukuran di
lapangan adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada pengukuran
polygon.
2. Tancapkan jalon pada titik awal (titik 1) yang merupakan
benchmark.
3. Tentukan koordinat pada benchmark menggunakan GPS (UTM-
WGS84).setelah didapatkan koordinat titik awalnya langkah
selanjutnya adalah mencari arah Utara dari titik tersebut dengan
menggunakan kompas, kemudian dihitung sudut azimuth.
BM
North
Titik 2
α
4. Pemasangan titik-titik kerangka control horizontal dengan
menggunakan paku. Pada pengukuran polygon di Lokasi 3
terdapat 7 buah titik yang digunakan.
Gambar 3.1 sketsa kerangka kontrol poligon yang digunakan
5. Setiap kali pemasangan paku pada setiap titik control dibarengi
dengan pemasangan benang nilon guna untuk membantu
pengukuran sudut dalam dengan menggunakan busur.
6. Tarik pita ukur ke titik 2 dengan jarak tidak lebih dari 100 m.
Berikut tabel jarak untuk pengukuran polygon dari titik 1-7.
Titik-Titik Kontrol
Horizontal
Jarak dari Titik Awal ke Titik
Selanjutnya
1-2 31 m
Titik BM
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Titik 6
2-3 30 m
3-4 20 m
4-5 39 m
5-6 40 m
6-7 50 m
7-1 45 m
Kemudian tancapkan paku di titik tersebut dibarengi dengan pemasangan benang
nilon. Gambarkan sketsa bentuk polygon dengan data-data yang didapatkan di
lapangan diatas kertas.
7. Hitunglah koordinat pada titik 2 menggunakan GPS (UTM-WGS84).
8. Ulangi langkah 6 dan 7 sampai kembali ke titik awal polygon. Catatlah
koordinat pada setiap titik pengukuran.
9. Untuk pengukuran sudut dalam, menggunakan busur dengan bantuan paku
dan benang nilon yang telah ditancapkan pada setiap titik control. Kemudian
ukur sudut dalam pada setiap titik control (2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 1).
10. Semua data-data yang didapatkan di lapangan, dicatat dan ditulis di atas
kertas untuk dilakukan perhitungannya.
3.1.3 Hasil Pengukuran
Dari proses atau tahapan pengukuran didapatkan beberapa parameter yang
suduh terukur, yaitu koordinat setiap titik, sudut azimuth, jarak antar titik serta