LAPORAN PBL SISTEM MUSKULOSKELETAL MODUL NYERI EKSTREMITAS Anggota : 1.Amalia Devi 2. Ambiyo Budiman 3. Bhismo Prasetyo 4. Egi Herliansyah 5. Hasepta Murfayesi 6. Riza Alisha Sibua 7. Rivaldi Puala Yuka 8. Rizka Sekar Kinasih 9. Yutika Adnindya PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PBL SISTEM MUSKULOSKELETALMODUL NYERI EKSTREMITAS
Pada Manus, terdapat :o FASCIA MANUS → yg membungkus MANUSo APONEUROSIS PALMARIS → penebalan fascia manus pada volar manuso LIG. CARPI TRANSVERSARUM (=RETINACULUM FLEXORUM)
- Membentuk CANALIS CARPII bersama sulcus carpii- Dilewati Vagina tendineum otot-otot flexor antebrachium
M.flexor carpi radialis M.flexor poll. Longus M. flexor digit sublimis M.flexor digit profundus Dan N.MEDIANUS
8
9
Rongga karpal dibatasi oleh dinding kaku yang dibentuk oleh tulang dan sendi carpal serta ligamentum carpal transversum (fleksor retinakulum) yang tebal. Terowongan carpal dibatasi oleh tulang distal radius, lunatum, dan capitatum di sisi dorsal; tulang skaphoid, jaringan fibrous untuk terowongan fleksorcarpiradialis di sisi radial; tulang triquetrum dan ligamentum pisohamatum di sisi ulnar; ligamentum carpal tranversum yang tebal membentang dari tulang pisiform ke skaphoid-trapezoid di sisi polar. Carpal tunnel berisi ligamentum fleksor digitorum superfisialis dan profundus, flexor pollicis longus, dan n. medianus yang lebih ke radial.
3. Nama : Amalia Devi
Faktor – faktor yang menyebabkan nyeri ekstremitas
Penurunan motor atau fungsi sensorik dari saraf medians eperti melintasi melalui terowongan karpal disebabkan olehpembengkankan instrintik dari saraf median atau kompresi ekstrinsik dari saraf median
Faktor yabg menyebabkan :
Jenis Kelamin Infeksi Umur Trauma Genetika Ketegangan berulang-ulang pada saraf yang melalui struktur yang mengalami kelainan Tekanan karena peneyembuhan tulang yang tidak baik,misal : pada nervus medianus Gesekan yang disebabkan oleh penyempitan yang berulang-ulang dari serabut saraf Dislokasi yang berulang-ulang
10
4. Nama: Rivaldi Puala Yuka
Gejala dan tanda klinik
5. Nama : Ambiyo, Bhismo, Egi, Rivaldi
Hubungan antara nyeri, rasa terbakar, dan kesemutan pada kasus
6. Nama: Riza Alisha
Rasa terbakar terasa pada pergelangan tangan pada malam hari dan berkurang saat digosok – gosokkan
Gejala klinis yang pertama kali timbul dan paling sering serta mudah dikenali oleh
pasien adalah parestesi, hipestesi atau seperti terbakar pada daerah palmar tangan yang
dipersarafi nervus medianus yaitu ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan sebagian sisi radial
jari manis. Gangguan sensorik itu paling terasa pada jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan
pada ibu jari kurang terasa. Kadang kala gejala tersebut hanya terasa pada satu jari tetapi
lebih sering terasa pada seluruh bagian tangan. Pasien dapat terbangun pada tengah malam
atau dini hari karena nyeri pada tangan (brachialgia paresthetica nocturna atau
eksaserbasi nokturnal). Nyeri terjadi karena penekanan terus-menerus pada nervus
medianus akibat posisi sewaktu tidur atau mungkin berhubungan dengan bendungan vena.
Gerak fleksi-ekstensi yang berulang-ulang seperti misalnya mencuci, menyapu, menggosok
dan pekerjaan rumah tangga lainnya akan menimbulkan atau memperhebat gejala klinisnya.
Setelah lanjut maka gejala klinis memperlihatkan gangguan cabang motorik nervus
medianus, berupa kelemahan, kekakuan, kecanggungan gerak ibu jari dan jari telunjuk serta
akhirnya atrofi otot thenar.
Disfusi otonom atau aktivitas simpatetik yang berlebih (fenomen Raynaud) dapat dijumpai
yaitu perubahan warna jari-jari tangan yang progresif mulai dari pucat kemudian sianosis
dan akhirnya kemerahan bila terkena hawa dinggin.
11
Pada umumnya gejala klinis itu bilateral, tetapi yang pertama kali terkena dan lebih berat
adalah tangan yang dominan.
rasa terbakar dapat hilang sejenak apabila menggosok-gosokan/mengurut tangan :
Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada n.Medianus akan menyebabkan tekanan
intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini
lama-lama akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan
merusak endotel dan menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural.
Hipotesa ini dapat menerangkan keluhan yang sering pada Sindroma jebakan yaitu berupa
rasa nyeri dan sembab terutama malam hari, yang akan berkurang setelah tangan yang
bersangkutan digosok-gosokkan atau diurut, mungkin karena perbaikan dari gangguan
vaskuler ini. Dengan menggosokan tangan atau mengurut tangan maka akan membantu
perbaikan sementara pada aliran darah. Karena posisi pergelangan tangan dan mengurangi
gerakan repetitif. Tapi hal ini atau rasa nyerinya hilang bersifat sementara saja.
Kesimpulan
Nervus medianus, ketika melaui terowongan carpal (Carpal Tunnel) dipergelangan
tangan. Manifestasi dari sindroma ini adalah nyeri & kesemutan.Umumnya keluhan timbul
berangsur-angsur, tetapi yang lebih spesifik. yaitu rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul
di malam hari, rasa tebal-tebal dan kesemutan biasanya pada jari 1, 2, 3 & setengah jari ke
4, kadangkadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan atas & leher tetapi hanya terbatas
distal di pergelangan tangan saja, jari-jari tangan & pergelangan bengkak dan kaku, gerakan
jari-jari kurang terampil dalam melakukan aktivitas rumah tangga seperti mencuci,
memasak, menggosok dan keluhan otot telapak tangan mengecil & makin lama makin ciut.
Permasalahn yang timbul akibat carpal tunnel syndrome antara lain permasalahan kapasitas
fisik berupa keterbatasan gerak, nyeri, penurunan kekuatan otot fleksor, ekstensor, radial
(memasak), & menggenggam benda / barang dengan erat.
Referensi :
12
Sylvia A.price.patofisiologi konsep klinis penyakit.edisi 6
Atlas sobotta ekstremitas atas.
Ganong, W.F., 2005.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
7. Nama: Rizka Sekar Kinasih
Terapi sindroma jebakan
Terapi Carpal Tunnel Syndrome
Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena itu sebaiknya terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
1. Terapi langsung terhadap STK
a. Terapi konservatif.
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
6. Vitamin B6 (piridoksin) Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.
b. Terapi operatif.
13
Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.
Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau mencegah kekambuhannya antara lain:
Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral. Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh
tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Batasi gerakan tangan yang repetitif. Istirahatkan tangan secara periodik. Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki
waktu untuk beristirahat. Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan
secara teratur.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering mendasari terjadinya STK seperti: trauma akut maupun kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan
14
tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.
Prognosis Carpal Tunnel Syndrome
Pada kasus STK ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita STK penyembuhan post operatifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot- otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan STK setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini:
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia dan ganggaun trofik.
Sekalipun prognosa STK dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik ,tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
8. Nama: Egi Herliansyah
Pemeriksaan penunjang
Terjadikarenaadanyapenekanansarafsensorik di terowonganpergelangan
tangan (karpal). Sarafmedianusatausaraftengahmasuktelapak tangan
antaratendonfleksordanretinakulumfleksor. Ronggakecil ini adalahkanaliskarpal
15
(carpal tunnel). Penyempitanolehlemakataucairan di
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong
diagnosa STK.
e) Phalen's test.
pada pemeriksaan jebakan nervus medianus, melakukan hiperfleksi
pada pergelangan tangan dengan mempertemukan kedua punggung tangan.
Pada paseien yang menderita carpal Tunnel Syndrome, akan terasa nyeri yang
sangat hebat.
Penderitamelakukanfleksi tangan secaramaksimal. Bila dalamwaktu 60
detiktimbulgejalaseperti STK, tes ini menyokongdiagnosa.
Beberapapenulisberpendapatbahwa tes ini
sangatsensitifuntukmenegakkandiagnosaSTK.
17
f) Torniquet test
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di
atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit
timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
g) Tinel's sign
Dapat pada pemeriksaan nervus medianus dengan melakukan
penekanan pada pertengahan ligamentum carpi transversum (volare). Tinels’
test postif jika timbul nyeri yang berarti terdapat penjepitan saraf. Pada
pemeriksaan nervus ulnaris, penekanan dilakukan pada sulcus nervi ulnaris
yatu di bagian posterior epicondylus medialis humeri. Jika positif jebakan
nervus ulnaris, akan terasa nyeri yang hebat dan menjalar sepanjang
perjalanan nervus ulnaris. Pada pemriksaan Jebakan nervus radialis,
penekanan dilakukan pada bagian proksimal dari processus styloideus os radii.
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
18
h.) Pressure test
i. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam
waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
ii. Luthy's sign (bottle's sign).
iii. Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol
atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
i) Pemeriksaan sensibilitas.
yakni dengan pemeriksaan sensibilitas dari daerah yang dipersarafi
oleh nervus medianus, ervus radialis. Dan nervus ulnaris. Adanya kekurang
sensitifan pada pemeriksaan (dapat dengan menkan menggunakan benda
tajam/tumpul) mengarahkan kita kepada jebakan nervus mana yang dialami.
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosa.
19
j) Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau
licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
mendukung diagnosa STK.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
thenar. Padabeberapakasustidakdijumpaikelainanpadaotot-ototlumbrikal. EM
G bisa normal pada 31 % kasus STK.
Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal.
Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)
memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi
c. Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.(8)
20
9. Nama: Yutika Adnindya
Pencegahan Sindroma Terowongan Karpal
Untuk pencegahan, hal yang perlu dilakukan adalah penerapan prinsip-prinsip ilmu ergonomi pada pekerjaan, peralatan kerja, prosedur kerja dan lingkungan kerja sehingga dapat diperoleh penampilan pekerja yang optimal. Rotasi kerja pada jangka waktu tertentu dapat dilakukan, yaitu dengan merotasi pekerja pada tugas dengan risiko yang berbeda.
Penyesuaian peralatan kerja dapat meminimalkan masalah yang terjadi contohnya penyesuaian peralatan yang ergonomik kepada pekerja. Beberapa tahun terakhir telahdikembangkan pekerjaan sedemikian rupa, sehingga pekerja tidak perlu bekerja dengan rangsangan berulang pada tangan dan pergelangan tangan. Untuk mengurangi efek beban tenaga pada pergelangan maka alat dan tugas seharusnya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi gerakan menggenggam atau menjepit dengan kuat. Perancangan alat kerja contohnya tinggi meja kerja yang dipakai sesuai dengan ukuran antropometri pekerja, penggunaan alat pemotong/gunting yang tajam sehingga mengurangi beban pada pergelangan tangan dan tangan.
Pekerjaan dengan memegang suatu alat seperti pensil, stir mobil, atau alat lain untuk waktu yang lama, maka pekerja harus menggenggam alat tersebut senyaman mungkin. Pegangan alat-alat seperti pemutar sekrup, peraut/peruncing dan penahannya dapat dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan genggaman dapat disalurkan melalui otot di antara dasar ibu jari dan jari kelingking, tidak hanya pada bagian tengah telapak tangan. Alat dan mesin seharusnya dirancang untuk meminimalkan getaran. Pelindung alat seperti pemakaian shock absorbers, dapat mengurangi getaran yang ditimbulkan.
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegahnya:
- Biasakan supaya pergelangan tangan dalam posisi netral atau lurus.
- Gunakan semua jari-jari untuk memegang benda.
- Di sela-sela kesibukan, usahakan selalu mengistirahatkan tangan setiap 15- 20 menit.
- Memakai ballpoint atau pulpen dengan diameter besar agar mengurangi tekanan.
- Rutin melakukan latihan peregangan otot-otot tangan dan lengan bawah.
Bicara mengenai olah raga peregangan otot, tidak perlu berfikir susah. Seperti biasa, kita bisa
mempraktekkan latihan peregangan otot (stretching) ringan cukup di meja kerja. Gerakan-
gerakannya sangatlah simpel. Berikut ini latihan peregangan Sindroma Terowongan
Karpal yang dapat dilakukan sebelum memulai pekerjaan dan dikala jam istirahat.
1. Tekan tangan pada posisi ke bawah kemudian ke atas.
21
2. Tarik tangan perlahan ke arah upplred, menyamping ke dalam, rasakan regangan pada
pergelangan tangan.
3. Tarik tangan perlahan menyamping keluar menjauhi ibu jari, rasakan regangan sisi tengah
pergelangan tangan.
4. Posisi duduk, letakkan tangan pada kursi, arahkan telapak tangan ke belakang kemudian
Perbandingan sikap tubuh yang benar dan salah sewaktu berada di depan komputer:
Posisi badan ketika di depan komputer
Postur kerja yang baik sangat penting untuk mencegah STK, contohnya pada pengetik danpengguna komputer. Operator keyboard seharusnya duduk dengan tulang belakang bersandar pada kursi dengan bahu rileks, siku ada di samping tubuh dan pergelangan lurus. Kaki menginjak lantai pada footrest. Materi yang diketik berada pada ketinggian mata sehingga leher tidak perlu menunduk saat bekerja. Usahakan leher lentur dan kepala tegakuntuk mempertahankan sirkulasi dan fungsi saraf pada lengan dan tubuh. Buruknya desain perabot kantor adalah penyumbang utama terhadap postur buruk. Kursi harus dapat diatur tingginya dan mempunyai sandaran.
Latihan berguna bagi pekerja yang bekerja dengan gerak berulang. Latihan pada tangan dan pergelangan tangan yang sederhana selama 4-5 menit setiap jam dapat membantu mengurangi risiko berkembangnya/mencegah STK. Peregangan dan latihan isometrik dapat memperkuat otot pergelangan tangan dan tangan, leher serta bahu, sehingga memperbaiki
aliran darah pada daerah tersebut. Latihan harus dimulai dengan periode pemanasan yang pendek disertai periode istirahat dan bila mungkin menghindari peregangan berlebihan pada otot tangan dan jari-jari.
Memberlakukan periode istirahat saat bekerja dan memodifikasi pekerjaan dapat membantu memecahkan permasalahan STK. Pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan khusus yang terbuat dari karet elastis, agar dapat menyangga dan membatasi pergerakan pergelangan tangan.
10. Nama: Ambiyo Budiman
Diferensial Diagnosis Sindrom Kanalis Karpal
Beberapa diferensial diagnosis dari sindrom kanalis karpal (8)adalah:
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan
dan bertambah bila leher bergerak.Distribusi gangguan sensorik sesuai
dermatomnya.
2. Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar.Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan
bawah.
3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak
tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak
melalui terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon
muskulusabduktorpollicislongus dan ekstensorpollicisbrevis,
biasanyaakibatgerakantangan yang repetitif. Gejalanyaadalah rasa nyeri dan
nyeritekanpadapergelangantangan di dekatibujari. KHS normal. Finkelstein's test :
palpasiototabduktoribujaripadasaatabduksipasifibujari, positif bila