I
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT
DESA BOJONGSARI PUSKESMAS KEMBARAN II
KABUPATEN BANYUMAS
Oleh :
KELOMPOK III
Laely Mubasyiroh
K1A003002
Agung Priambodo K
K1A003007
Lucia Desthie H
K1A003013
Nur Imma Fatima H.K1A003016
Dyah Ayu Eliza
K1A003030
Himawan Surya S.
K1A003032
Samsul Anwar
K1A003037
Nur Islahuddin Aly
K1A003059
Tri Budiarti
K1A003060
Kurnia Agustina
K1A003066
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
PURWOKERTO
2006
LEMBAR PERSETUJUAN
ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT
DESA BOJONGSARI PUSKESMAS KEMBARAN II
KABUPATEN BANYUMAS
Disusun sebagai tugas mata kuliah Praktek Belajar Lapangan
Program Pendidikan Dokter Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Disetujui dan Disahkan
Pada tanggal.............................
Mengetahui
Pembimbing PPD
Pembimbing Puskesmas
dr. Dewi Kiswani
dr. IndranilaPRAKATA
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga kelopmok kami akhirnya dapat
menyelesaikan laporan kegiatan Praktek Belajar Lapangan yang
berjudul Analisis Kesehatan Masyarakat Desa Bojongsari Puskesmas
Kembaran II Kabupaten Banyumas.Laporan ini disusun sebagai salah
satu syarat mata kuliah Praktek Belajar Lapangan selama semester
VII yang dilaksanakan oleh Program Pendidikan Dokter Universitas
Jenderal Soedirman. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. dr. H. Mambodyanto SP, SH. MMR, selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.
2. dr. Dewi Kiswani selaku pembimbing kelompok PBL III yang
telah memberi banyak masukan kepada kami selama melakukan Praktek
Belajar Lapangan.
3. Tim PBL Fakultas Kedokteran Unsoed
4. Bapak Priyono S.Kesmas selaku Kepala Puskesmas Kembaran II
beserta staff yang telah memberikan bimbingan selama penulisan
laporan.
5. Pembimbing Puskesmas Kembaran II yaitu dr. Indranila dan drg.
Ferry yang sangat membantu dalam kegiatan di lapangan.
6. Kepala Desa Bojongsari serta perangkatnya, yang telah
memberikan izin sehingga wilayahnya dapat dijadikan tempat
pembelajaran mahasiswa tentang Analisis Kesehatan Masyarakat.
7. Para Kader kesehatan Desa Bojongsari yang telah banyak
memberikan informasi.
8. Seluruh warga Desa Bojongsari atas kesediaannya menjadi
responden
9. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Kami menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan guna kesempusnaan laporan ini, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Purwokerto, 24 November 2006
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
........................................................................
LEMBAR
PERSETUJUAN........................................................................
PRAKATA
........................................................................
DAFTAR ISI
........................................................................
DAFTAR TABEL
........................................................................
DAFTAR GAMBAR
........................................................................
DAFTAR
LAMPIRAN........................................................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...............................................
B. Tujuan Pengalaman Belajar
Lapangan..............................................
II. GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografi
...............................................
B. Keadaan Demografi
...............................................
C. Keadaan Sosial Ekonomi
..............................................
III. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN
A. Derajat Kesehatan Masyarakat.
.............................................
B. Perilaku Masyarakat
..............................................
C. Kesehatan Lingkungan
..............................................
D. Pelayanan Kesehatan
..............................................
IV. ANALISIS MASALAH
A. Analisis Potensi dan
Kebutuhan..............................................
B. Perumusan Masalah
..............................................
C. Prioritas Masalah
.............................................
D. Pemecahan Masalah
.............................................
V. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
.............................................
B. Latar Belakang Kegiatan
.............................................
C. Tujuan
.............................................
D. Sasaran
.............................................
E. Pelaksanaan
.............................................
F. Pokok Kegiatan
.............................................
G. Alat dan Sarana
.............................................
H. Rencana Anggaran
.............................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
.............................................
VII.LAMPIRAN
.............................................
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting
dari pembangunan nasional. Tujuan dilaksanakannya pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud dewrajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Menuju tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan tersenut, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara
menyeluruh yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara berjenjang dan terpadu.Salah satu langkah
untuk mencapai tujuan tersebut, adalah dengan dikembangkannya
sarana dan prasarana kesehatan oleh pemerintah, di antaranya adalah
Polindes, Puskesmas dan Rumah Sakit. Puskesmas sebagai pusat
pengembangan kesehatan memegang peranan yang penting, karena fungsi
dari Puskesmas adalah membangun dan membina kesehatan masyarakat
serta menyelenggarakan layanan kesehatan terdepan dan terdekat
dengan masyarakat, dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan
terpadu di wilayah kerjanya. Untuk itu Puskesmas melakukan
koordinasi terhadap semua upaya dan sarana pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerjanya.
Menurut teori H.L. Blum derajat kesehatan merupakan hasil
interaksi dari empat faktor, yaitu faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan genetik. Pengaruh keempat faktor tersebut
dalam upaya meningkatkan upaya kesehatan di negara berkembang
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku. Selain itu
di tempat kedua diduduki oleh faktor pelayanan kesehatan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut dimungkinkan banyak masalah yang
timbul di masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan sehingga
diharapkan akan muncul alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut sehingga upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dapat terwujud.B. Tujuan Pengalaman Belajar
Lapangan
Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Mahasiswa diharapkan akan menganalisis masalah kesehatan dan
berbagai metode pemecahan masalah kesehatan masyarakat
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :
Tujuan Instruksional Khusus PBL adalah :1. Mahasiswa akan mampu
menerapkan cara identifikasi masalah kesehatan
2. Mahasiswa akan mampu menentukan prioritas masalah
kesehatan
3. Mahasiwa akan mampu menganalisis penyebab masalah
kesehatan
4. Mahasiswa akan mampu menentukan alternatif pemecahan masalah
kesehatan masyarakat
5. Mahasiswa akan mampu menerapkan cara pengambilan keputusan
dalam pemilihan alternatif pemecahan masalah kesehatan
6. Mahasiswa akan mampu menyusun rencana kegiatan
7. Mahasiswa akan mampu melakukan komunikasi yang efektif kepada
perorangan, keluarga maupun masyarakat dalam mengabdi
masyarakat
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografi
Kecamatan Kembaran merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
Banyumas, Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 25,92 km2 dan
berada pada ketinggian 73,6 m dari permukaan laut dengan curah
hujan 3121,5 mm per tahun. Sedangkan batas wilayah Kecamatan
Kembaran II adalah :- sebelah utara
: Kecamatan Sumbang
- sebelah selatan: Kecamatan Sokaraja
- sebelah timur
: Kecamatan Purbalingga
- sebelah barat
: Kecamatan Purwokerto Timur
Kecamatan Kembaran yang masuk wilayah kerja Puskesmas Kembaran
II terdiri dari 8 desa, 30 dukuh, 36 RW, dan 204 RT. Desa terluas
adalah Desa Pliken yaitu 440.000 Ha dan desa yang tersempit adalah
Desa Sambeng Wetan dengan luas wilayah 95.930 Ha.
Untuk pemanfaatan tanah di Kecamatan Kembaran adalah sebagian
besar luas tanah sawah, untuk rincian lebih jelas berikut :
- tanah sawah
: 993.776 Ha
- tanah pekarangan: 170.742 Ha
- tanah kebun
: 170.712 Ha
- kolam
: 17.990 Ha
- lain-lain
: 74.990 HaB. Keadaan Demografi
1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Kembaran yang masuk ke dalam
wilayah Puskesmas Kembaran II adalah sebanyak 32.223 yang terdiri
dari 16.169 laki-laki atau sebesar 50,18 % dari total penduduk dan
16.054 jiwa perempuan atau 49,92 %. Dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 8772 KK. Jumlah penduduk masing-masing desa adalah :Tabel
1. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
No.DesaLaki-lakiPerempuanJumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kramat
Sambeng Wetan
Sambeng Kulon
Karang Tengah
Purwodadi
Bojong sari
Pliken
Ledug
JUMLAH1376
715
845
1100
760
2492
3979
4899
161691383
685
877
1094
747
2312
3981
4975
160542759
1400
1722
2194
1507
48047960
9874
32223
Sumber : Kecamatan Kembaran Dalam Angka 2004Dilihat dari tabel
jumlah penduduk di desa yang berada di dalam wilayah kerja
Puskesmas II, dapat dilihat komposisinya hampir seimbnag antara
laki-laki dan perempuan.
2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tabel
2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
No.Kelompok UmurLaki-lakiPerempuanJumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.0 4
5 9
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 -59
60 64
> 65
JUMLAH1728
1678
1591
1728
1366
1303
1267
1246
970
795
604
607
516
867
161691560
1892
1598
1478
1333
1414
1371
1213
980
765
694
579
577
978
160543288
3570
3189
3206
2699
2717
2638
2459
1950
1560
1298
1186
1093
1845
32223
Sumber : Kecamatan Kembaran Dalam Angka 2004Dari tabel 2 bisa
dilihat jumlah penduduk yang paling banyak adalah yang berusia 5 9
tahun yaitu sebanyak 3570, sedangkan penduduk yang paling kecil
berusia 60 64 sebanyak 1093 jiwa.
3. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kecamatan Kembaran adalah sebesar 2493
jiwa/km2. Angka ini lebih tinggi dari angka kepadatan penduduk
kabupaten. Desa yang paling padat dalam wilayah kerja Puskesmas II
adalah Desa Ledug sebesar 4488 jiwa/km2, mengingat di Desa Ledug
merupakan kompleks beberapa perumahan. Sedangkan desa yang paling
rendah kepadatan penduduknya adalah Desa Sambeng Kulon sebesar 1083
jiwa/km2.Tabel. 3 Kepadatan penduduk desa :
No.DesaJumlah PendudukLuas DaerahKepadatan Penduduk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.Kramat
Sambeng Wetan
Sambeng Kulon
Karang Tengah
Purwodadi
Bojong sari
Pliken
Ledug2759
1400
1722
2194
1507
4804
7960
98741,89
0,95
1,59
1,46
1,13
1,64
3,4
2,21460
1458
1083
1503
1334
2958
2341
4488
Sumber : Kecamatan Kembaran Dalam Angka 2004
C. Keadaan Sosial Ekonomi Budaya
1. Agama
Masyarakat di Kecamatan Kembaran sebagian besar adalah pemeluk
agama Islam, yaitu sebanyak 64.238 jiwa, sisanya adalah pemeluk
Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Hindu.Tabel. 4 :
Jumlah penduduk menurut agama
No.AgamaJumlah%
1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Katolik
Protestan
Hindu
Budha
JUMLAH31989
120
111
0
0
3222099,28
0,37
0,34
0
0
100
Sumber : Kecamatan Kembaran Dalam Angka 2004
2. Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Kembaran adalah buruh tani.
Mata pencaharian yang lain adalah :
Petani sendiri
: 5143
Buruh tani
: 7688
Nelayan
: 51
Pengusaha
: 1685
Buruh undustri: 2825 Buruh bangunan: 901
Pedangang
: 3264
Pengangkutan
: 1283
PNS
: 2393
ABRI
: 136
Pegawai BUMN: 104
Pensiunan
: 743
Penggalian
: 162
Jasa sosial
: 354
Lain-lain
: 2869
3. Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kembaran terdiri dari
:
Tamat AK/PT
: 1579
Tamat SLTA
: 7351
Tamat SLTP
: 7220
Tamat SD
: 23933
Tidak tamat SD: 5990
Belum tamat SD: 7226
Tidak sekolah
: 4995
BAB III
PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN
A. Derajat Kesehatan MasyarakatPuskesmas Kembaran II sebagai
pusat kesehatan di daerah kecamatan Kembaran membawahi 8 desa /
kelurahan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Berdasarkan profil kesehatan tahun 2005, kebanyakan penduduk
menggunakan Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan karena
kasus penyakit menular. Di bawah ini ditunjukkan persentase rumah
tangga sehat menurut Puskesmas Kembaran II pada tahun 2005.
Tabel 5. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS) Puskesmas Kembaran II Kabupaten Banyumas
NoPuskesmasDesa/KelurahanRumah Tangga
Jumlah dipantauBer PHBS%
123456
Kembaran IIKramat
Sambeng Wetan
Sambeng Kulon
Karang Tengah
Purwodadi
Bojongsari
Pliken
Ledug291
46
32
35
40
35
33
35
3519929
21
24
23
23
25
23
3168,4
63
65,6
68,6
57,5
54,7
75,8
57,5
88,6
Jumlah58229868,38
Sumber : Sie Kesling Puskesmas I
B. Perilaku MasyarakatAngka cakupan untuk rumah tangga sehat
masih jauh dari yang diharapkan, karena jumlah yang diperiksa oleh
Puskesmas juga masih sangat kurang dibandingkan dengan rumah yang
ada. Demikian halnya dengan angka cakupan bayi yang mendapat ASI
eksklusif masih rendah, hal ini karena faktor kebiasaan masyarakat
desa yang sering memberikan makanan selain ASI kepada bayinya.
Jumlah keluarga sadar gizi belum ada laporannya. Kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan juga masih jauh dari yang
diharapkan.C. Kesehatan LingkunganDilihat dari kondisi rumah, masih
banyak ditemukan kondisi rumah yang kurang sehat. Dari hasil
kunjungan ke rumah-rumah didapatkan kenyataan masih banyak rumah
yang belum memiliki SPAL yang benar-benar memenuhi syarat
kesehatan, kebiasaan mengalirkan limbah rumah tangga ke selokan
atau ke sungai masih banyak, karena praktis. Pemanfaatan terhadap
jamban juga masih kurang, hal ini juga dikarenakan karena
kepemilikan jamban masih kurang. Kebiasaan buang air di sungai
masih dilakukan oleh sebagian penduduk. D. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kembaran II terdiri dari
beberapa kegiatan yaitu :
1. Penyelanggaraan pelayanan kesehatan dasar Pelayanan kesehatan
ibu dan bayiAngka untuk cakupan pertolongan persalinan yang
memiliki kompetensi kebidanan sudah mencapai 97,03 % dan angka ini
sudah melebihi target 2005. Dan hasil ini bila dibandingkan dengan
hasil kegiatan tahun 2004 juga mengalami peningkatan. Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan terutama oleh tenaga yang memiliki
kompetensi kebidanan akan menjamin kesehatan dan keselamatan ibu
melahirkan dan bayinya. Cakupan kunjungan neonatus dan kunjungan
bayi seudah mencapai angka 100 %. Ini berarti semua neonatus dan
bayi yang ada telah mendapat kunjungan dari bidan desa setempat.
Dan pada kasus BBLR semua sudah ditangani (100%). Pelayanan
Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah
Angka cakupan untuk deteksi tumbuh kembang anak balita dan pra
sekolah tidak didapatkan. Hal ini dikarenakan sistem pencatatan dan
pelaporan dari petugas terkait belum rapi, sehingga walaupun
pemantauan tumbuh kembang selalu dilakukan tapi hasilnya tidak ada
catatannya. Hal ini juga karena tenaga yang melayani masih sangat
terbatas dan kader yang diharapkan bisa membantu pemantauan ini
keterampilan dan pengetahuannya terbatas juga. Pemeriksaan
kesehatan untuk siswa Taman Kanak Kanak sudah dilakukan hampir di
seluruh desa secara berkala, kurangnya dukungan dari sekolah
kadang-kadang ikut menghambat kegiatan ini. Kesehatan remaja secara
spesifik belum dapat dikelola secara terpisah, pelayanan terhadap
kesehatan remaja masih terintegrasi pada pelayanan di BP maupun
pada penyuluhan-penyuluhan yang terintegrasi dengan seksi yang
lain.
Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan Keluarga Berencana pada tahun 2005 di seluruh wilayah
Puskesmas Kembaran II baru mencapai angka 73,89 %. Angka ini masih
jauh di bawah angka yang ditetapkan yaitu 99,61 %. Sedikitnya
cakupan yang diperoleh disebabkan sistem pencatatan dan pelaporan
yang masih lemah dan kurang akurat. Banyak akseptor KB aktif yang
tidak tercatat karena mereka mendapatkan pelayanan di praktek
swasta maupun di luar wilayah. Pelayanan Imunisasi
Pencapaian desa UCI sudah mencapai 100 %. Dari 8 desa semua
sudah mencapai UCI, khusus untuk Desa Pliken disebabkan wilayahnya
sangat luas dan tersebar, pencapaian target harus dibantu dengan
kegiatan sweeping yang dilaksanakan oleh bidan desanya. Dengan
adanya bidan desa yang khusus menangani Desa Pliken, maka
pencapaian imunisasi desa ini dapat ditingkatkan secara
maksimal.
Pelayanan Pengobatan / Perawatan
Angka kunjungan rawat jalan 2005 sudah mencapai 50 % dari jumlah
penduduk. Pelayanan ini dilakukan Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
di Polindes. Angka kunjungan pasien pada tahun 2005 mengalami
kenaikan bila dibandingkan dengan 2004. kenaikan pasien ini juga
diikuti dengan kenaikan pasien yang menggunakan Kartu Askes Miskin,
karena pada pertengahan tahun 2005 kartu Askes Miskin untuk wilayah
Puskesmas Kembaran II sudah dicetak semua dan sudah selesai
didistribusikan ke pemiliknya, sehingga bisa langsung digunakan
untuk keperluan berobat di Puskesmas, Puskesmas Pembantu maupun
polindes.
Pelayanan Gangguan Jiwa
Selama tahun 2005 pasien dengan gangguan jiwa yang nyata atau
yang berat biasanya langsung dirujuk ke dokter spesialis.
Sedangakan di Puskesmas hanya melayani kasus kejiwaan yang ringan,
misal depresi yang masih ringan dan jumlah yang dilayani juga
sangat sedikit. Sehingga angka cakupan terhadap pelayanan gangguan
jiwa ini masih sangat rendah.
2. Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat
Pemantauan Pertumbuhan BalitaPada kegiatan Posyandu yang
dilakukan setiap bulan didapatkan angka cakupan balita yang naik
berat badannya. Dari seluruh posyandu yang berjumlah 45 didapatkan
hasil yang lebih rendah dibandingkan hasil kegiatan tahun 2004.
Pada tahun 2005 balita yang ada sebanyak 2906 yang ditimbang hanya
2091 atau sebanyak 71, 94 %. Sedangkan dari seluruh bayi yang
ditimbang, yang naik hanya 57,1 %. Terjadi penurunan status gizi
balita dan ini perlu diperhatikan lebih mendalam lagi untuk
mencegah kondisi gizi buruk.Balita yang timbangannya di bawah garis
merah (BGM) sebesar 2,1 %. Nilai yang ditentukan kurang dari 15 %.
Sehingga dapat disimpulkan jumlah BGMnya sedikit. Tetapi angka ini
bila dibandingkan dengan hasil tahun 2004 mengalami kenaikan,
jumlah BGMnya bertambah. Akan tetapi, angka cakupan untuk balita
yang datang ke Posyandu masih sangat kurang. Hal ini karena
motivasi orang tuanya mulai menurun dan kurangnya kegiatan lain,
yang interaktif di Posyandu sangat kurang.
Pelayanan Gizi
Dari kegiatan seksi gizi pada tahun 2005 didapatkan hasil
cakupan pemberian kapsul vitamin A untuk bayi dan balita mencapai
100 %. Ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet Fe sedah mencapai 88,
69 %, angka ini turun dibandingkan dengan tahun lalu. Belum semua
bayi dan balita dari keluarga miskin makan makanan pendamping ASI,
ada 18 dari desa Bojongsari yang belum mendapatkan MP ASI. Dan dari
semua kasus gizi buruk hanya 1 orang yang mendapatkan perawatan di
Rumah Sakit.3. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Neonatal Dasar dan Komprehensif
Ibu hamil resiko tinggi yang ditangani jumlahnya mencapai 100 %
dan ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang tertangani juga
mencapai 100 %. Hal ini disebabkan resiko tinggi pada ibu hamil
sudah dideteksi secara dini baik oleh tenaga kesehatan maupun oleh
awam, sehingga pengawasan terhadap ibu hamil resiko tinggi lebih
ketat oleh bidan desa setempat.
Pelayanan Gawat Darurat
Semua kasus gawat darurat ditangani dahulu di Puskesmas sampai
tidak ada kegawatannya, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit yang
terdekat.
4. Penyelenggaraan Pemberantasan Penyakit Menular
Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk.Selama tahun 2005 tercatat
tidak pernah terjadi kejadian luar biasa yang ada di wilayah
Puskesmas Kembaran II. Dari 8 desa tidak pernah terjadi KLB dan
dari 8 desa yang ada juga bukan termasuk desa yang rawan gizi.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
Tidak ada kasus Acute Flacid Paralisis (AFP) yang terjadi selama
tahun 2005. upaya pencegahan terus dilakukan dengan imunisasi Polio
dan penyuluhan kesehatan. Pencegahan dan Pemberantasan Pemnyakit TB
Paru
Tidak adanya sarana laboratorium di Puskesmas Kembaran II
membuat pasien tidak mau dirujuk untuk pemeriksaan dahak. Penemuan
kasus TBC BTA positif masih sangat rendah. Sedangkan angka
kesembuhan pada pasien positif BTA yang diobati di Puskesmas
mencapai 88, 57 %.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
Penemuan kasus Penumonia cukup banyak, dan dari kasus pneumonia
yang ditemukan semua terjadi pada pasien balita.
Pencegahan dan Pemberantasan penyakit HIV AIDS
Tidak ada laporan kasus mengenai penyakit ini
Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Pada tahun 2005 tercatat ada 3 kasus, dengan perincian Pliken 2
dan Bojongsari 1 kasus. Semua kasus yang terjadi sudah ditangani
dan ditindaklanjuti. Insidens rate untuk DBD ini termasuk masih
rendah dibandingkan dengan angka yang ditetapkan. Pencegahan dan
Pemberantsan Penyakit Diare
Semua kasus diare pada balita ( 285 balita pada tahun 2005)
ditangani 100 % dan angka kematian balita karena diare tidak
ditemukan.
5. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Pelayanan kesehatan lingkungagn ini terdiri dari beberapa jenis
pelayanan yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
b. Pelayanan Pengendalian Vektor
c. Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum
6. Penyelenggaraan Promosi Kesehatan, yang meliputi penyuluhan
tentang perilaku sehat7. Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan NAPZA, yang meliputi :
a. Penyuluhan tentang P3 NAPZA
b. Pelayanan Penyediaan ObatBAB IV
ANALISIS MASALAH
A. Analisis Potensi dan Kebutuhan Berdasarkan profil kesehatan
Puskesmas Kembaran II tahun 2005 Presentase Rumah Tangga
Berperilaku Hidup Bersih Sehat sebesar 68,38% . Untuk itu dilakukan
pengambilan data primer langsung kepada penduduk Desa Bojongsari
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Kami mengambil Desa
Bojongsari sebagai kelompok objek populasi analisis karena daerah
ini memliki Puskesmas Pembantu sehingga jauh dari akses utama
Puskesmas Kembaran II. Kami mengambil data primer berdasarkan
quisioner yang mengacu pada Formulir Pendataan PHBS tatanan Rumah
Tangga Propinsi Jawa Tengah.
Cara pengambilan sampel menggunakan Stratified Random sampling.
Desa Bojongsari terdiri dari 3 RW, untuk teknik sampling mengambil
RT bernomor ganjil. RW 1 terdiri dari 6 RT, sampel diambil dari RT
bernomor ganjil yaitu RT 1, 3, dan 5. RW 3 Desa Bojongsari terdiri
dari 8 RT, sampel diambil dari RT 1, 3 , 5 dan 7. RW 3 Desa
Bojongsari terdiri dari 6 RT, sampel diambil dari RT bernomor
ganjil yaitu RT 1, 3 dan 5. Total terdapat 10 RT sebagai sumber
sampel, di mana setiap RT diambil 6 responden dengan rumah satu
dengan rumah berikutnya berselisih dua rumah. Hal ini disebabkan
pemukiman bergerombol penduduk dan tidak memiliki nomor rumah.B.
Perumusan Masalah
Penentuan prioritas masalah di Desa Bojongsari dengan
menggunakan metode Hanlon kuantitatif. Untuk keperluan ini
digunakan 4 kelompok kriteria, yaitu ;
1. Kelompok kriteria A, besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B, kegawatan masalah, penilaian terhadap
dampak, urgensi dan biaya
3. Kelompok kriteria C, kemudahan dalam penanggulangan yaitu
penilaian terhadap tingkat kesulitan penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D, PEARL faktor yaitu pemilaian terhadap
Property, Economy, Acceptability, Resource avaliabilty,
Legality
Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas
masalah di desa Bojongsari adalah sebagai berikut :
1. Kriteria A (Besarnya masalah)
Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari besarnya
penduduk yang terkena efek langsung.Tabel 6. Prioritas masalah
(besarnya masalah)
Masalah kesehatanBesarnya masalah pada 60 responden di Desa
Bojongsarinilai
110
(1)11-20
(2)2130
(3)31-40
(4)41-50
(5)>50
(6)
Peningkatan masalah ISPA beberapa saat terakhirX
Perlindungan kesehatan yang tidak adaX
Frekuensi olahraga atau aktivitas fisik tidak teratur X
Pengolahan sampah yang tidak baikX
Konsumsi gizi tidak seimbangX
Kurangnya penggunaan GAKIN, ASKESX
2. Kriteria B (kegawatan masalah)
Kegawatan :
1. Tidak gawat
2. Kurang gawat
3. Cukup gawat
4. Gawat
5. Sangat gawat
Urgensi :
1. Tidak urgen
2. Kurang urgen
3. Cukup urgen
4. Urgen
5. Sangat urgen
Biaya :
1. Sangat mahal
2. Mahal
3. Cukup mahal
4. Murah
5. Sangat murah
Tabel 7. Prioritas masalah (kegawatan masalah)
MasalahKegawatanUrgensiBiayaNilai
Peningkatan masalah ISPA beberapa saat terakhir43411
Perlindungan kesehatan yang tidak ada2226
Frekuensi olahraga atau aktivitas fisik tidak teratur 1258
Pengolahan sampah yang tidak baik2248
Konsumsi gizi tidak seimbang44210
Kurangnya penggunaan GAKIN, ASKES2125
3. Kriteria C (Penanggulangan masalah)
Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang
harus dijawab adalah adapakh sumber-sumber dan teknologi yang
tersedia mampu menyelesaikan masalah, makin sulit dalam
penanggulangan, skor yang diberikan makin kecil.
1. Sangat sulit ditanggulangi
2. Sulit ditanggulangi
3. Cukup bisa ditanggulangi
4. Mudah ditanggulangi
5. Sangat mudah ditanggulangi
Pada tahap ini dilakukan, pengambilan suara dari 7 orang yang
kemudian dirata-rata untuk menentukan skor. Di mana skor tertinggi
merupakan masalah yang paling mudah ditanggulangi. Adapun hasil
konsensus tersebut adalah sebagai berikut :
Peningkatan masalah ISPA beberapa saat terakhir
: 4
Perlindungan kesehatan yang tidak ada
: 3
Frekuensi olahraga atau aktivitas fisik tidak teratur
: 3
Pengolahan sampah yang tidak baik
: 2Konsumsi gizi tidak seimbang
: 1
Kurangnya penggunaan GAKIN, ASKES
: 1
4. Kriteria D (PEARL faktor)
Propiety
: Kesesuaian (1/0)
Economic
: ekonomi murah (1/0)
Accetability
: dapat diterima (1/0)
Resource availability: tersedianya sumber daya (1/0)
Legality
: legalitas terjamin (1/0)
Tabel 8. Kriteria D, Pearl FaktorMasalahPEARLHasil perkalian
Peningkatan masalah ISPA beberapa saat terakhir111111
Perlindungan kesehatan yang tidak ada111111
Frekuensi olahraga atau aktivitas fisik tidak teratur 111111
Pengolahan sampah yang tidak baik111111
Konsumsi gizi tidak seimbang111010
Kurangnya penggunaan GAKIN, ASKES111010
5. Penetapan nilaiSetelah nilai kriteria A,B,C, D didapatkan,
kemudian nilai tersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut
:Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A + B) CNilai Prioritas Total (NPT)
= (A + B) C x DPrioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT
tertinggi
Tabel 9. Penetapan nilai
MasalahABCDNPDNPT
Peningkatan masalah ISPA beberapa saat terakhir611416868
Perlindungan kesehatan yang tidak ada56313333
Frekuensi olahraga atau aktivitas fisik tidak teratur
48313636
Pengolahan sampah yang tidak baik58212626
Konsumsi gizi tidak seimbang61010160
Kurangnya penggunaan GAKIN, ASKES451090
C. Prioritas Masalah
Berdasarkan quesioner pertama yang telah diolah menurut metode
Hanlon Kuantitatif, maka berdasarkan NPT (Nilai Proiritaas Total )
maka urutan prioritas masalah yang ditemukan sebagai berikut :
Tabel 10. Prioritas masalah
MasalahNPTPrioritas
Peningkatan masalah ISPA beberapa saat terakhir68I
Perlindungan kesehatan yang tidak ada33III
Frekuensi olahraga atau aktivitas fisik tidak teratur 36II
Pengolahan sampah yang tidak baik26IV
Konsumsi gizi tidak seimbang0V
Kurangnya penggunaan GAKIN, ASKES0VI
D. Pemecahan Masalah
Untuk mengetahui factor-faktor yang mendasari timbulnya
permasalahan ISPA pada masyarakat Desa Bojongsari, maka disebarkan
quisioner ke-2 yang didasarkan pada teori H.L . Blum. Paradigma
hidup sehat dari H.L.Blum menjelaskan adanya 4 faktor yang
menentukan derajat kesehatan individu atau masyarakat. Keempat
factor tersebut meupakan factor determinan atau penentu timbulnya
gangguan kesehatan pada seseorang individu atau kelompok
masyarakat. Keempat faktor tersebut terdiri dari factor lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Di antara keempat
faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang mempunyai
pengaruh paling besar.
Perilaku
Tabel 11. Prioritas masalah dari faktor
perilakuMasalahABCDNPDNPT
Pekerjaan beresiko ISPA6820280
Perlindungan kerja59314252
Pengolahan sampah4930390
Lingkungan (Environment)
Tabel 12. Prioritas masalah dari faktor
lingkunganMasalahABCDNPDNPT
Ventilasi buruk37313030
Cahaya buruk2740360
Rumah dekat kandang4820240
Kebiasaan membakar sampah dan menimbun sampah49313939
Rumah dekat dengan sungai3630270
Penghuni rumah > 5 orang3420140
Pelayanan Kesehatan (Health Service)Tabel 13. Prioritas masalah
dari faktor pelayanan kesehatanMasalahABCDNPDNPT
Kesadaran pengobatan yang rendah14512525
Perolehan informasi kesehatan yang kurang68314242
Dari perhitungan metode Hanlon Kuantitatif terhadap
faktor-faktor yang berpengaruh dalam teori H.L. Blum, maka
didapatkan bahwa prioritas utama dari tiap faktor adalah :
Perilaku
: Perlindungan Kerja yang beresiko ISPA
Pelayanan Kesehatan: Kurangnya Informasi kesehatan yang
diperoleh
Lingkungan
: Kebiasaan membakar sampah dan menimbun sampah
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Penyuluhan kesehatan di desa Bojongari.B. Latar Belakang
Kegiatan
Berdasarkan data kesehatan di Puskesmas Kembaran II tahun 2006
dari bulan Juni Agustus didapatkan peningkatan kasus ISPA terutama
di Desa Bojongsari. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai keadaan lingkungan yang sehat, higienitas yang
baik, perlindungan pekerjaan terhadap ISPA, serta perhatian
pemerintah terhadap pelayanan kesehatan masyarakat miskin ( Gakin )
masih kurang. Hal tersebut menjadikan tingkat kejadian ISPA di
Kecamatan Kembaran khususnya di Desa Bojongsari menjadi suatu kasus
yang perlu mendapat perhatian yang serius. Oleh karena itu perlu
adanya usaha baik dari pihak tenaga kesehatan maupun masyarakat itu
sendiri dalam rangka menurunkan prevalensi dan mencegah timbulnya
ISPA.
Dari berbagai alternatif pemecahan permasalahan, perlu dilakukan
penyuluhan kesehatan dengan dasar tingkat kemampuan sumber daya
(sumber daya manusia, sumber dana, dan sumber prasarana). Derajat
kesehatan dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan, pelayanan
kesehatan, perilaku, dan lingkungan (Blum, 1974). Dari berbagai
faktor tersebut yang sangat menentukan derajat kesehatan masyarakat
adalah lingkungan dan perilaku.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, sedangkan perilaku kesehatan adalah segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan khususnya yang
menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta
tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku dipengaruhi
oleh adanya faktor genetik dan lingkungan. Genetik merupakan modal
dasar perkembangan perilaku mahluk hidup, dan lingkungan merupakan
lahan untuk perkembangan perilaku, sehingga peran sosial ( atau
sistem integrasi ), peran budaya ( mempertahankan budaya ), peran
kepribadian ( pencapaian sasaran ) sangat penting dalam membentuk
suatu perilaku. Sehubungan dengan pentingnya faktor perilaku dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat, maka perlu diadakan
penyuluhan kesehatan guna memberikan informasi dan merubah pola
perilaku masyarakat yang salah. Penyuluhan memiliki berbagai
kelebihan diantaranya: menyebarluaskan informasi dan wawasan
merangkum banyak sasaran
mengalihkan atau memusatkan perhatian masyarakat
menggali aspirasi masyrakat
merubah sikap masyarakat yang tidak begitu kuat
dapat mensuplay informasi komukasi individu dan kelompok
dapat meningkatkan status seseorang
dapat mendukung berlaku sikap atau norma
dapat menciptakan selera
Akan tetapi penyuluhan juga memiliki beberapa kelemahan antara
lain:
latar belakang sasaran lebih banyak variasi sehinga menyulitkan
pengembangan pesan
komunikasi biasanya dari jarak jauh
pada umumnya tidak ada umpan balik
perubahan sikap dan pelaku perilaku masyarakat kecil (Azwar,
1994)
Berdasarkan Action Theory ( teori aksi ) oleh Max Weber bahwa
perilaku akan terbentuk jika terdapat pengalaman, pemahaman, dan
penafsiran. Ketiga hal tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya
stimulus atau dorongan. Dorongan itu dapat berupa motivasi yang
salah satunya terwujud dalam langkah memberikan suatu penyuluhan
kesehatan.
C. Tujuan
Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya warga Desa
Bojongsari.
Khusus :
1. Meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan
perlindungan kerja
2. Perubahan perilaku tentang mengolah sampah lingkungan3.
Menurunkan angka kejadian ISPA di Desa BojongsariD. Sasaran
Seluruh warga Desa Bojongsari melalui Kepala Desa, Ketua RW,
Ketua RT, Kepala Dusun, Tokoh masyarakat dan Kader-kader Kesehatan
(Posyandu atau Polindes)
E. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan dalam satu hari yang
berlangsung:
Hari / tanggal : Sabtu, 2 des. 2006
Pukul
: 15.00 17.00 WIB
Tempat: Balai Desa Bojongsari Penyuluhan yang akan dilakukan
berupa penerangan terhadap agent yang dapat menimbulkan penyakit
ISPA, keadaan lingkungan yang dapat mempermudah timbulnya ISPA, dan
penanggulangan yang baik terhadap ISPA ini. Model komunikasi massa
meliputi model jarum hipodermic, model komunikasi dua tahap, model
komunikasi satu tahap, dan model komunikasi banyak tahap. Dari
berbagai model penyampain komunikasi massa (penyuluhan), yang
dipakai dari penelitian ini adalah model komunikasi dua tahap, di
mana penyuluhan ditujukan kepada perangkat desa yang diharapkan
akan menyebarkan informasi kepada masyarakat sekitar.
F. Pokok KegiatanJangka Pendek :
A. Penyuluhan mengenai masalah ISPA dan cara penanggulangannya
dari sehi perilaku masyarakat dan faktor penyebab.
B. Pengadaan perlindungan kerja berupa masker, sarung tangan dan
caping bagi pekerja yang memiliki resiko tinggi terkena ISPAJangka
Menengah :
1. Merekomendasikan kepada kepala desa mengenai sistem
pembuangan sampah yang berasal dari warga masyarakat Bojongsari
sampai ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
2. Merekomendasikan kepada kepala Puskesmas untuk lebih
meningkatkan frekuensi penyuluhan mengenai masalah kesehatanJangka
Panjang :
1. Merekomendasikan kepada Kepala Dinas Kesehatan melalui Kepala
Puskesmas jika ada rencana kegiatan pada pRogram Kesehatan
Lingkungan untuk memberi bantuan berupa pembuatan TPA
G. Alat dan Sarana
Peralatan dan sarana yang diperlukan antara lain:
Ruangan yang memadai
LCD Proyektor
Komputer
Alat tulis dan kertas
H. Rencana anggaran
Pemasukan Iuran mandiri
Rp. 350.000,00Pengeluaran
Alat tulis dan kertas
Rp. 70.000, 00Konsumsi
Rp. 150.000,00Transportasi
Rp. 50.000,00
Dokumentasi dan lain-lain
Rp. 80.000,00 Total
Rp. 350.000,00BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
ISPA
Environment:
-Ventilasi buruk
-Cahaya kurang
-Dekat kandang
-Dekat sungai
-Dekat tempat sampah
-Padat penduduk
Genetic (diabaikan)
Life style:
-Pekerjaan dengan resiko ISPA
-Perlindungan kerja tidak ada
-Pengolahan sampah dibakar dan ditimbun
Health service:
-Kurangnya informasi kesehatan di masyarakat
-Kesadran berobat yang rendah