Top Banner
LAPORAN OBSERVASI BIOLOGI TERAPAN “ OBSERVASI HUTAN WANAGAMA” Disusun Untuk Melengkapi Tugas Biologi Terapan Dosen pengampu : Ir. Eko Roektiningrum M.Pd Disusun Oleh : Vina Fitriyani R (09312244016) Dwi Ana Rizki (09312244017) Lines Ryan Fitriana (09312244018) Risti Hardianty R (09312244019) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 0
16

Laporan Observasi Wanagama Fix

Dec 11, 2014

Download

Documents

Rea Rhizty

observasi hutan wanagama
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Observasi Wanagama Fix

LAPORAN OBSERVASI BIOLOGI TERAPAN

“ OBSERVASI HUTAN WANAGAMA”

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Biologi Terapan

Dosen pengampu : Ir. Eko Roektiningrum M.Pd

Disusun Oleh :

Vina Fitriyani R (09312244016)

Dwi Ana Rizki (09312244017)

Lines Ryan Fitriana (09312244018)

Risti Hardianty R (09312244019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

0

Page 2: Laporan Observasi Wanagama Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga

keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi

populasi manusia bila dikelola secara benar dan bijaksana. Kelestarian manfaat yang

timbul karena potensi dan fungsi didalamnya dapat diwujudkan selama

keberadaannya dapat dipertahankan dalam bentuk yang ideal.

Hutan yang terletak di sekitar kawasan gunung juga berperan dalam menjaga

dan mempertahankan keseimbangan ekologis, keberadaannya sangat bermanfaat bagi

kehidupan yang ada di bawah kawasannya. Ketersediaan air yang cukup bagi berbagai

macam kebutuhan, kelestarian hasil tanaman produksi melalui kesuburan tanah yang

terjaga, dan keamanan fungsi lindung bagi ekosistem disekitarnya merupakan nilai

yang ditawarkan dari keberadaan hutan di sekitar kawasan gunung.

Keberadaan hutan dalam menjaga keseimbangan lingkungan sangat

diperlukan. Fungsi hutan dapat memberikan pengaruh positif bagi lingkungan

disekitarnya dan hal ini berkaitan erat dengan fungsi hutan sebagai fungsi lindung

terhadap sumber daya alam yang ada disekitarnya. Apabila fungsi ini tidak berjalan

sebagaimana mestinya, maka potensi terjadinya bencana alam di lingkungan yang ada

dibawahnya sulit dihindari, dan potensi kerusakan lingkungan sulit untuk

ditanggulangi (http://eprints.undip.ac.id/17361/1/BAB_I.pdf)

Permasalahan yang akhir-akhir ini ditemui adalah menurunnya fungsi dan

potensi hutan seiring dengan makin berkurangnya luasan yang dapat dipertahankan.

Berbagai aktivitas manusia dilakukan untuk mengubah fungsi hutan secara ekologis

menjadi pemanfaatan lahan secara ekonomis. Terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan perusakan hutan, namun umumnya faktorfaktor tersebut berkaitan erat

dengan praktek-praktek pembangunan dengan sistem produksi yang tidak

berkelanjutan. Kerusakan hutan pada umumnya diakibatkan oleh penebangan besar-

besaran dan pembukaan lahan untuk perkebunan, transmigrasi maupun pertambangan.

Hal ini tentu saja akan menimbulkan fenomena baru bagi kawasan yang selama ini

menggantungkan pada keberadaan hutan (Baiquni dan Susilawardani, 2002) dikuti

dari (http://eprints.undip.ac.id/17361/1/BAB_I.pdf)

1

Page 3: Laporan Observasi Wanagama Fix

Kegiatan penanaman merupakan kegiatan inti dari budidaya hutan yang

mencakup areal yang luas, memerlukan biaya yang besar maupun tenaga kerja yang

cukup banyak dengan total waktu pelaksanaan yang kritis, sehingga diperlukan

perencanaan yang cukup matang. Benih yang unggul dan bibit yang berkualitas tinggi

yang dihasilkan dari persemaian yang dikelola secara professional tidak akan

menghasilkan tegakan yang baik tanpa penanaman yang tepat. Disamping itu di dalam

usaha budidaya hutan, kegiatan penanaman memerlukan biaya yang tinggi, sehingga

penguasaan teknik penanaman sangat diperlukan.

Dalam kegiatan penanaman ada beberapa macam tujuan diantaranya untuk

penanaman rutin, penanaman pengayaan, reboisasi atau penghijauan dan adapula

untuk tujuan konservasi. Hal ini tergantung dari luas lahan yang digunakan untuk

kegiatan penanaman, jumlah bibit yang tersedia, jenis bibit dan lain-lain (Al Rasyidet

al., 1991). Selain itu, penanaman bertujuan untuk mendapatkan tegakan yang sehat

serta memiliki persediaan tanaman yang cukup dimasa yang akan datang. Tanaman

yang sehat dapat dihasilkan dari bibit yang sehat pula. Maka setiap unit penanaman

dianjurkan untuk memilih bibit yang siap ditanam di lapangan. Selain itu, cara

penanaman bibit yang benar perlu diperhatikan karena cara penanaman sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit di lapangan (Efrimarta, 2003) dikutip dari

(http://members.multimania.co.uk/nidhum/3-Modul%20Penanaman_P2H.pdf)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah gambaran umum hutan Wanagama?

2. Bagaimanakah pengelolaan dan teknik pembudidayaan tanaman di hutan

Wanagama?

3. Tanaman apa sajakah yang dibudidayakan di hutan Wanagama?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui gambaran umum hutan budidaya Wanagama.

2. Untuk mengetahui pengelolaan dan teknik pembudidayaan tanaman di hutan

budidaya Wanagama.

3. Untuk mengetahui jenis tanaman yang dibudidayakan di hutan Wanagama.

2

Page 4: Laporan Observasi Wanagama Fix

BAB II

PEMBAHASAN

Hutan Wanagama berada didaerah yang tandus dengan luas 600 hektar. Awal

dibukanya hutan Wanagama pada tahun 1964 – 1968 hanya memiliki luas 10 hektar, tahun

1968-1983 memiliki luas 79 hektar dan tahun 1983 hingga sekarang luasnya bertambah

menjadi 600 hektar. Perlu diketahui bahwa lapisan tanah di Wanagama termasuk lapisan

yang tipis dan dibawah lapisan tersebut terdapat batu kapur. Hal yang di takutkan apabila

tanaman-tanaman yang berada di hutan Wanagama tidak dikelola maka akan terjadi erosi

yang dapat membahayakan masyarakat. Di hutan ini kita dapat belajar bagaimana tanaman

dapat beradaptasi tanah yang berbatu. Untuk memperoleh nutrisi sendiri tanaman harus

memecah batu kapur dengan proses yang lama. Selain itu juga terdapat hewan yang dapat

membantu proses pelapukan batu kapur yaitu keong kecil

.Pembudidayaan hutan wanagama dimulai dengan pembudayaan murbei untuk

pertumbuhan ulat sutra. Namun seiring bertambahnya lahan,budidaya hutan wanagama

cenderung berupa tanaman seperti jati, cendana dan mahoni. Hutan di Wanagama berfungsi

sebagai Hutan Pendidikan (menanam, mengukur, mengetahui hasil, memanajemen,

mengelola kayu). Hutan ini digunakan untuk lahan belajar mahasiswa, siswa dan instansi

seperti dinas-dinas kehutanan.

Untuk pengelolaan lahan lebih cenderung dengan menggunakan cangkul dan hanya

menggunakan traktor jika ada kegiatan yang dilakukan ketika ada praktikum mahasiswa

kehutanan UGM.

Hambatan yang dialami dalam penanaman tumbuhan pada hutan ini :

1. Hama. Laboratorium hama penyakit telah didirikan dan berada di fakultas kehutanan.

2. Orang / SDM. Manusia kurang sadar lingkungan sehingga jika dia terdesak kebutuhan,

maka akan menjual kayu dan daun sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.

Dari segi keamanan di Wanagama, dilakukan patroli 24 jam non stop dan dilakukan oleh

SKK UGM yang terdiri dari 4 orang dan setiap 2 minggu sekali ganti.

3

Page 5: Laporan Observasi Wanagama Fix

A. Jati Tempel

Jati tempel merupakan hasil tempelan dari pohon jati biasa dengan pohon jati unggul

dari beberapa daerah. Jati ditanam dengan menggunakan biji, cara budidayanya dengan

menggunakan stek tempel sehingga lebih cepat pertumbuhannya.

Prosentase terbesar yang ada di Wanagama ini adalah Jati, karena jati tumbuh di

daerah kapur dan kering. Pemupukan biasanya dilakukan dengan takaran yang be4beda-

beda yaitu tampa pupuk, 1kg, 3kg, 5kg, dan 8kg. Hal ini dilakukan karena mencari

berapa banyak pupuk yang bagus untuk menanam jenis tanaman tertentu. Pemupukan

dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (Urea, PSP).

Langkah – langkah untuk memperoleh jati yang berkualitas :

1. Pohon jati biasa, diambil bagian akar sampai batang sepanjang 15-30cm.

2. Melakukan penempelan dengan mata tunas diambil dari jati unggul yang ditanam di

kebun pangkas.

3. Bagian akar sampai batang pohon jati biasa diikat dengan mata tunas(daun) pohon jati

dari kebun pangkas. Kemudian diletakan ditempat yang telah disediakan, lalu

ditimbun pada bagian ikatan tadi. Jika ditimbun di bawah ikatan maka bagian yang

tumbuh adalah bagian bawah ikatan, namun jika yang ditimbun di bagian atas ikatan

maka yang tumbuh adalah bagian atas ikatan tersebut.

Pohon jati yang bagus adalah Pohon jati yang tumbuh lurus dan tinggi. Untuk

mendapatkan pohon jati yang lurus dapat dilakukan dengan cara :

1. Dilakukan pemilihan bibit jati unggul untuk ditanam

2. Pasa saat penanaman bibit jati, jarak antara pohon yang satu dengan yang lainnya

harus diperapat atau tidak ada jeda.

3. Ranting-ranting yang tumbuh harus dipangkas agar batang pohon tidak bercabang.

4. Barulah dilakukan penjarangan pohon jati dilakukan setiap tahun selama 1-5 tahun.

Pohon jati normal, baru bisa dipanen setelah berumur 80 tahun. Namun karena

sekarang banyak kebutuhan yang mendesak, pohon jati dikembangbiakkan dengan cara

“jati stek pucuk” yang dilakukan oleh JUN (Jati Unggul Nasional) yang hasilnya 5 tahun

panen. Pohon jati yang semakin tua, maka kayu yang dihasilkan akan semakin bagus. Di

Wanagama ini, terdapat jati kultur jaringan, namun karena lahannya yang susah, biayanya

yang mahal serta hidupnya juga susah maka jati kultur jaringan ini tidak dikembangkan di

Wanagama.

4

Page 6: Laporan Observasi Wanagama Fix

B. Cendana

Selain pohon jati, Wanagama juga ditanami pohon Cendana (Santalum album). Pohon

cendana ini termasuk pohon yang langka dan susah hidup jika belum ada induknya. Jadi

pohon cendana hidup bergantung pada induknya. Hal ini dibuktikan dengan penanaman

cendana pada tahun 70-an yang berjumlah 680 bibit hanya bisa tumbuh atau hidup sekitar

11 pohon saja, itupun harus disulam.

Perkembangbiakan pohon cendana dapat dilakukan oleh alam dan buatan (ditanam

oleh manusia):

1. Alam

Buah cendana dibawa terbang oleh burung pemakan buah. Setelah buahnya

dimakan, biji buah cendana dikeluarkan dan dijatuhkan di sembarang tempat

kemudian tumbuh di tempat tersebut secara alami. Prosentase hidup tumbuhan

cendana ini, lebih besar dibandingkan dengan yang ditanam oleh mausia secara

sengaja.

2. Penanaman oleh manusia

Pertumbuhan pohon cendana ini ditanam secara sengaja oeh manusia . Dalam

penanaman ini, perlu menggunakan polibek dan tanaman pendamping seperti terong

dan lombok. Tanaman pendamping ini diperlukan oleh tumbuhan cendana, karena

akar cendana akan menempel pada tumbuhan inang dan ikut mencari makanan

bersama inangnya.

Prosentase hidup tanaman ini akan lebih kecil daripada yang hidup secara

alami. Lahan yang digunakan untuk penanaman cendana disiapkan jauh-jauh hari

sebelumnya karena pergantian musim yang tidak pasti yaitu antara musim

penghujandan musim kemarau. Pengelolaan lahan ini dengan cara didangir, dibajak,

dan dipupuk. Pada awal musim hujan barulah benih pohon cendana ditanam.

Tumbuhan Cendana yang hidup di daerah panas akan kering dan mati. Pohon

cendana berasal dari daerah NTT, bahkan di daerahnya sendiri pun pohon cendana

sudah mulai punah. Pohon cendana terkenal dengan harga kayunya yang mahal

karena dihitung per kg (kilogram). Dahulu, kayu cendana ini harganya mencapai

200ribu/kg. Mahal tidaknya kayu cendana ini, dilihat dari harum kayunya.

Selain Cendana, ada pula tumbuhan Gharu yang berasal dari NTB. Wangi

kayu yang dihasilkan oleh tumbuhan ini merupakan hasil dari suntikan (wangi

suntikan), jadi wangi yang dihasilkan oleh tanaman Gharu bukan berasal dari alam

namun secara buatan. Selain tu adapula kayu Eboni yang berasal dari Sulawesi(Utara,

5

Page 7: Laporan Observasi Wanagama Fix

Tenggara, dan Selatan). Kayu eboni adalah kayu hitam yang termasuk kayu termahal

no.2 setelah kayu Cendana.

C. Mahoni

Selain cendana, gharu dan jati adapula pohon Mahoni (Swietenia sp), akasia

dan kesambi. Pohon mahoni dan akasia banyak digunakan oleh masyarakat untuk

membuat rumah, jendela dan almari. Pohon ini juga susah tumbuh karena kurangnya

kesadaran masyarakat sehingga daun tumbuhan ini digunakan untuk makan ternak.

Sedangkan pohon kesambi banyak digunakan untuk membuat arang karena kayunya

yang keras dan awet, selain kayunya yang awet, getahnya juga banyak diambil oleh

pabrik-pabrik. Pohon akasia ini juga mempengaruhi pelapukab batuan, yaitu dengan

cara akar akasia yang masuk ke dalam batuan (terdapat udara dan air) kemudian batu

menjadi lapuk. Selain akasia juga ada keong benik yang mempercepat pelapukan

dengan cara menempel dan membuat batu basah.

D. Minyak Kayu Putih

Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron)

merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan

sebagai sumber minyak kayu putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disuling

dengan uap) terutama dari daun dan rantingnya.

Tanaman kayu putih banyak tanah yang kurang subur cocok di kembangkan di

Gunungkidul.Tanaman ini bnanyak dikembangkan di daerah Bunder Pathuk,

sepanjang kali OYO , daerah Paliyan , Playen ,Karangmojo ,Panggang dan masih

banyak daerah yang bisa dikembangkan tanaman ini.Selain bisa tumbuh baik di lahan

yang kurang subur juga penanamannya yang mudah sekaligus perawatan yang tidak

terlalu sulit.

Pemasyarakatan kepada penduduk agar membudidayakan tanaman untuk

pagar maupun perindang sekaligus secara ekonomi bisa menambah penghasilan perlu

terus digalakkan.Manfaat lain yang bisa didapatkan adalah sebagai tanaman obat yang

praktis bagi penduduk, bila suatu saat terkena masuk angin dan sebagainya.

Pemasyarakatan penyulingan secara sederhana kepada masyarakat agar masyrakat

bisa mengolah sendiri daun kayu putih menjadi kayu putih juga sangat diperlukan

6

Page 8: Laporan Observasi Wanagama Fix

sehingga masyarakat sebagai penanam bisa mengolah sendiri dengan teknologi tepat

guna yang ringan biaya operasionalnya.

Secara umum pemanfaatan pohon kayu putih di Gunungkidul akan memberi

banyak manfaat antara laain :

1. Sebagai reboisasi ( penghijauan ) sekaligus mengurangi erosi tanah akibat air hujan

maupun air yang mengalir.

2. Sebagai tanaman obat keluarga yang praktis tanpa harus membeli.

3. Menambah ekonomi masyarakat bila mereka mau mengolah sendiri maupun

menjualnya ke perusahaan penyulingan daun kayu putih.

4. Sebagai lahan usaha bagi sebagian masyarakat yang bermodal besar untulk

mendirikan perusahaan penyulingan minyak kayu putih di Gunungkidul

5. Mengurangi pengangguran karena sebagian penganggur akan terserap di usaha

penyulingan ini.

6. Limbah daun kayu putih yang sudah disuling bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar dan

banyak dipergunakan oleh pengusaha tahu khususnya daerah Siraman dan sekitarnya.

7

Page 9: Laporan Observasi Wanagama Fix

8

Gb. Persemaian Benih Jati Gb. Polybag (Tempat Pohon Jati)

Gb. Bibit Jati dalam Polybag Gb. Penyiraman Bibit Jati

Gb. Pohon Jati (Pamangkasan Cabang) Gb. Jarak Antar Pohon Jati

HASIL OBSERVASI

Page 10: Laporan Observasi Wanagama Fix

9

Gb. Tanaman Minyak Kayu Putih

Page 11: Laporan Observasi Wanagama Fix

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hutan Wanagama adalah hutan yang dicontoh untuk daerah hutan yang

dengan lahan tandus. Hutan wanagama bukan termasuk hutan produksi namun di

kembangkan untuk hutan pendidikan. Disini dikembangkan bagaimana caranya untuk

menbudidayakan atau mengembangkan hutan yang berada di daerah kering.

Tumbuhan yang di kembangkan diantaranya adalah tumbuhan yang cocok atau sesuai

dengan daerah kering yaitu Jati, Akasia, mahoni, Eboni dan Cendana serta kayu putih

dll. Dalam proses pembudidayaan masih tergantung dengan kondisi alam lingkungan

dan musim. Belum ada teknologi yang cukup membantu dalam pembudidayaan

tanaman-tanaman, namun sebagai hutan pendidikan di Wanagama sering digunakan

sebagai penelitian. Dengan penelitian-penelitian tersebut di harapkan dapat

memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih lanjut terkait tentang pengembangn

pengelolaan tanaman hutan.

10

Page 12: Laporan Observasi Wanagama Fix

DAFTAR PUSTAKA

http://members.multimania.co.uk/nidhum/3-Modul%20Penanaman_P2H.pdf

(diakses Kamis, 20 Oktober 2011)

http://eprints.undip.ac.id/17361/1/BAB_I.pdf (diakses Kamis, 20 Oktober 2011)

http://www.wonosari.com/t8004-tanaman-kayu-putih-potensi-dari-gunungkidul

(diakses Minggu, 23 Oktober 2011)

11