Top Banner
LAPORAN TUTORIAL Blok 8 Penyakit Sistemik yang Bermanifestasi di Oral Modul 2 Tutor drg.Aida Fitriana Oleh : Kelompok 2 Ketua : Chaira Maulida (1210342035) Sekretaris 1 : Audia Tria Putri (1210342031) Sekretaris 2 : Annesha Metly (1210342003) Anggota : Randy Fernandes (1210341001) Hestia Warti (1210341006) Azri Darma (1210342005) Ummu Hanifah Amri (1210342019) Novia Tri Hasanah (1210342020)
39

Laporan Modul 2 Blok 8

Oct 23, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Modul 2 Blok 8

LAPORAN TUTORIAL

Blok 8

Penyakit Sistemik yang Bermanifestasi di Oral

Modul 2

Tutor

drg.Aida Fitriana

Oleh :

Kelompok 2

Ketua : Chaira Maulida (1210342035)

Sekretaris 1 : Audia Tria Putri (1210342031)

Sekretaris 2 : Annesha Metly (1210342003)

Anggota : Randy Fernandes (1210341001)

Hestia Warti (1210341006)

Azri Darma (1210342005)

Ummu Hanifah Amri (1210342019)

Novia Tri Hasanah (1210342020)

Divo Septian Zarwin (1210342044)

Mentari Puspita Anwar (1210343010)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

Page 2: Laporan Modul 2 Blok 8

Skenario 2

“Masalah Rina”

Siang itu Rina (22th) pergi ke poliklinik RSUP Bunda dengan keluhan sakit gigi

di region belakang bawah sejak 4 hari yang lalu. Ia mengeluh sulit membuka mulut dan

sakit sewaktu menelan,gara-gara sakit gigi badan Rina terasa demam dan sudah tiga hari

tidak masuk sekolah.

Dokter melakukan pemeriksaan dan dijumpai adanya infeksi pericoronitis gigi

48.Pada pemeriksaan ekstra oral dijumpai kelenjar limfe regional submandibularis

dextra teraba membesar, kenyal dan nyeri tekan. Dokter hanya menuliskan resep untuk

ditebus di apotik dan menganjurkan Rina melakukan rontgen foto panoramic di bagian

radiologi bila sudah sembuh.

Rina mendapat obat lyncomicin, metampiron, dan neurotropik. Rina bertanya

Tanya dalam hati kenapa obat tersebut bisa berkhasiat, apa yang terjadi pada obat

tersebut dalam tubuhya dan kenapa ada berbagai jadwal minum obat ?

Bagaimana anda menjelaskan masalah Rina ini ?

TERMINOLOGI

a.Neurotropik : Obat yang mengandung vitamin B1, B6, B12 yang biasa digunakan

pada gangguan insufisiensi cerebral (ex : mudah lupa dan vertigo)

1. MENENTUKAN MASALAH

a. Apa saja jenis jenis obat ?

b. Bagaimana cara kerja obat dalam tubuh sehingga bisa mengurangi rasa sakit

?

c. Bagaimana waktu paruh obat, sehingga ada ditentukannya jadwal minum

obat oleh dokter ?

d. Apa tujuan dokter menyuruh melakukan rontgen panoramik ?

e. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pemberian obat lyncomicin,

metampiron dan neurotropik ?

f. Apakah efek samping dari obat lyncomicin, metampiron dan neurotropik ?

Page 3: Laporan Modul 2 Blok 8

2. MENGANALISA MASALAH

a. Jenis obat

-Obat anti virus

-Obat anti mikroba : bakteriostatik dan bakteriosid

-Anti biotic : Spektrum luas dan spectrum sempit

-Obat anti pendarahan / homeostatic

-Obat hormonal

-Obat analgesic

-Obat anti emetic : mengurangi rasa mual dan muntah

-Obat anti piretik : menurunkan suhu tubuh yang tinggi

-Obat antihistamin

-Obat antihipertensi

-Obat antifungi

-Obat antiangina

Berdasarkan distribusinya :

-Obat bebas

-Obat bebas terbatas

-Obat keras

-OWA

-Obat paten

-Obat generik

b. Farmakokinetik

-absorbsi

-distribusi

-metabolisme

-ekskresi

Page 4: Laporan Modul 2 Blok 8

Obat bekerja dengan menuju organ spesifik obat bekerja pada organ tertentu

(misal : hati)

Farmakodinamik kebanyakan setiap obat memeiliki reseptornya sendiri

Terjadi ikatan antara obat dan reseptor.

c. Waktu paruh : waktu untuk menstabilkan dosis obat dalam tubuh

Waktu minum obat misalnya 3 kali setiap 8 jam, maka obat akan mengalami

penurunan dosis dalam 8 jam. Bila pasien meminum obat ke dua sebelum 8 jam,

maka akan terjadi penumpukan dosis di tubuh yang dapat berakibat fatal bila ini

berlanjut.

Kadar obat dalam darah : - kadar efektif minimum, -kadar toksik, -kadar optimal

d. Tujuan dilakukannya rontgen panoramic

- Untuk melihat terapi bekerja dengan baik atau tidak

- Untuk menentukan perawatan selanjutnya

- Untuk melihat posisi gigi yang percoronitis

e. Lyncomicin : antibiotic , untuk infeksi bakteri yang serius

Kontra indikasi : untuk infeksi ringan, infeksi virus, alergi antibiotika, bayi baru

lahir, gangguan hati dan ginjal

Metampiron : untuk meredakan nyeri

Kontra indikasi : alergi, orang yang hamil 3 bulan,bayi bb < 5 kg,ibu menyusui

Neurotropik : untuk orang yang defisiensi

f. Efek samping lyncomicin : mual, muntah, diare

Metampiron : alergi, syok, gangguan pencernaan,pendarahan mulut dan tremor

Page 5: Laporan Modul 2 Blok 8

3. SKEMA

4. LEARNING OBJECTIVE

Rina (22th)

ke poliklinik

infeksipericoronitis

diberikanobat obatan

farmakologi

farmakokenetik dan

farmakodinamik

jenis jenis obat

indikasi dan kontra indikasi

efek samping

Page 6: Laporan Modul 2 Blok 8

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan farmakokenetik dan

farmakodinamik

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis obat dalam

farmakologi

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontra indikasi

obat-obatan

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan efek samping obat-obatan

5. SINTESA DAN UJI INFORMASI YANG TELAH DIPEROLEH

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan farmakokenetik dan

farmakodinamik

1.        Farmakokinetik

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam  tubuh atau efek

tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),

distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi

dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat(Gunawan,

2009). 

1.1 Absorpsi

Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam

darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna

(mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara

pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus

karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi

(panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,

melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler,

obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dantransport pasif. 

Page 7: Laporan Modul 2 Blok 8

Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obat

a.       Metode absorpsi

-          Transport pasif

Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat

berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi

rendah. Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang

membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.

-          Transport Aktif

Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan

konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi

b.      Kecepatan Absorpsi

Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi

terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.

-          Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi

-          Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot

-          Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.

c.       Faktor yang mempengaruhi penyerapan

1.      Aliran darah ke tempat absorpsi

2.      Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi

Page 8: Laporan Modul 2 Blok 8

3.      Waktu kontak permukaan absorpsi

d.      Kecepatan Absorpsi

1.      Diperlambat oleh nyeri dan stress

Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi

gaster

2.      Makanan tinggi lemak

Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan

memperlambat waktu absorpsi obat

 3.      Faktor bentuk obat

Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)

4.      Kombinasi dengan obat lain

Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung

jenis obat

Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke

seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini

yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat

menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik,

jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.

1.2    Distribusi

Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan 

dan cairan tubuh.

Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:

a.       Aliran darah

Setelah obat sampai ke aliran darah,

segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ

dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan

distribusi ke organ lain seperti kulit, lemakdan otot lebih lambat

b.      Permeabilitas kapiler

Page 9: Laporan Modul 2 Blok 8

Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat

c.       Ikatan protein

Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau

bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas

yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat

terikat protein

1.3    Metabolisme

Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat

sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.

Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:

a.         Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;

b.        Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa

dimetabolisme lanjutan.

Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah

dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).

Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic

reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik)

adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan  kulit, juga di lumen kolon (oleh

flora usus).

Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)

menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan

perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah  menjadi

lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:

1.      Kondisi Khusus

Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti

sirosis.

2.      Pengaruh Gen

Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat

dengan cepat, sementara yang lain lambat.

Page 10: Laporan Modul 2 Blok 8

3.      Pengaruh Lingkungan

Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress,

Penyakit lama, Operasi, Cedera

4.      Usia

Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.

1.4    Ekskresi

Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar

obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui

paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.

Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui

ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh

atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal

melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal

mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per

tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan

keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik

umum (Gunawan, 2009).

Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:  

a.       Waktu Paruh

Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari

tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan

ekskresi.

Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.

b.      Onset, puncak, and durasi

Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat

tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat

Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam

tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon

Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi

2.        Farmakodinamik

Page 11: Laporan Modul 2 Blok 8

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek

biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari

farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat

dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang

terjadi (Gunawan, 2009).

 

2.2    Mekanisme Kerja Obat

kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel

organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan

biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya

menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas

intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu agonis disebut

antagonis. 

2.3    Reseptor Obat

protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat

merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor

dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen. Perubahan

kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer dapat menimbulkan

perubahan besar dalam sifat farmakologinya.

2.4    Transmisi Sinyal Biologis

penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi

ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor yang

terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor tidak

hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur atau

dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya

secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi yang menyebabkan efek

perangsangan.

2.5    Interaksi Obat-Reseptor

Page 12: Laporan Modul 2 Blok 8

ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan ion,

hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan enzim, jarang

terjadi ikatan kovalen.

2.6    Antagonisme Farmakodinamik

a.    Antagonis fisiologik

Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.

b.    Antagonisme pada reseptor

Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek

farmakologi secara instrinsik

2.7  Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor

a.       Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran

b.      Perubahan sifat osmotic

c.       Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate

glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi

efek diuretic

d.      Perubahan sifat asam/basa

Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan asam lambung.

e.       Kerusakan nonspesifik

Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan, dan

kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane lipoprotein.

f.       Gangguan fungsi membrane

Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,, halotan, enfluran, dan

metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP sehingga

eksitabilitasnya menurun.

g.      Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion

Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA yang

mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.

h.      Masuk ke dalam komponen sel

Page 13: Laporan Modul 2 Blok 8

Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam asam

nukleat sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja seperti ini disebut

antimetabolit misalnya 6-merkaptopurin atau anti mikroba lain.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis obat dalam

farmakologi

Penggolongan Obat (Lengkap)

Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal,

diantaranya :

1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat

3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian

4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian

5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya

Diantara banyak penggolongan obat, yang paling populer ialah berdasarkan jenis, well

kita langsung membahas penggolongan obat.

1. Penggolongan obat berdasarkan jenis

Page 14: Laporan Modul 2 Blok 8

Penggolongan obat berdasarkan jenis telah saya bahas

secara lengkap pada artikel sebelumnya, antara lain :

- obat bebas

- obat bebas terbatas

- obat keras

- obat psikotropika dan narkotika.

Untuk lebih jelasnya, silahkan kunjungi artikel selengkapnya:

PENGGOLONGAN OBAT berdasarkan PerMenKes

2. Penggolongan obat berdasarkan   mekanisme kerja obat

dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :

obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri

atau mikroba, contoh antibiotik

obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh

vaksin, dan serum.

obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik

obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang,

contoh vitamin dan hormon.

pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,

khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh

aqua pro injeksi dan tablet placebo.

Page 15: Laporan Modul 2 Blok 8

Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat

antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

3. Penggolongan obat berdasarkan   tempat atau lokasi pemakaian

dibagi menjadi 2 golongan :

- obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,

parasetamol tablet

- obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh

sulfur, dll

4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian

dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :

oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet,

kapsul, serbuk, dll

perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien

yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari

pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh

Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah.,

masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap,

hormon-hormon

Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara

intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.

langsung ke organ, contoh intrakardial

melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

Page 16: Laporan Modul 2 Blok 8

5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan

dibagi menjadi 2 :

- sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.

- lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu

tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi

dibagi menjadi 2 golongan :

- farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh

hormon dan vitamin

-  kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit

penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya

dibagi menjadi 2 :

Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)

tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll

hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.

mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll

Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi

kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam

salisilat.

Page 17: Laporan Modul 2 Blok 8

1. Paracetamol

Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid

(AINS) yang memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik

(menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).

Paracetamol paling aman jika diberikan selama kehamilan. Parasetamol dalam

dosis tinggi dan jangka waktu pemberian yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau

keracunan pada ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik. Golongan

analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik ringan.Parasetamol merupakan contoh

obat dalam golongan ini.

Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol (obat penurun panas atau

penghilang nyeri) bisa diperdagangkan dengan merk Bodrex, Panadol, Paramex

2. Antalgin

Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan

NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat

analgetik. Pemakaiannya dihindari saat hamil TM I dan 6 minggu terakhir.

Analgesik dibagi menjadi dua, yaitu analgesik narkotik dan analgesik non narkotik.

1.    Analgesik Narkotik

Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.

Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu : obat

perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer bersama

kodein atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid parenteral.

Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-analgetikum, seperti

psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).

Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat

kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat

meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat

mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik

(ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.

Page 18: Laporan Modul 2 Blok 8

Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi.

Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan

mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.

Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai

untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia

dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan sebagai

pembanding bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat

menimbulkan euphoria dan ganguan mental.

Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih digunakan di

Indonesia :

-       Morfin HCL,

-       Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),

-       Fentanil HCL,

-       Petinidin, dan

-       Tramadol.

Khusus untuk tramadol secara kimiawi memeng tergolong narkotika tetapi

menurut undang-undang tidak sebagai narkotik, karena kemungkinan menimbulkan

ketergantungan.

2.    Analgesik Non – Narkotik

Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.

Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem

Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua

analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada

keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan

rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan

vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai

keluarnya banyak keringat.

Page 19: Laporan Modul 2 Blok 8

Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat

cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat

aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi ujung

staraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis

PG dan brankinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-

obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat

dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat sintesis PG paling efektif

dari golongan salisilat.

1.    Salisilat

Salisilat merupakan protipe AINS yang sampai sekarang masih digunakan.

Termasuk salisilat adalah Na-salisilat, aspirin (asam asetil salisilat), salisid, dan meril

salisilat bersifat toksik jika tertelan oleh Karen itu, hanya dipakai topical untuk

menghangatkan kulit dan antigatal ( antpruritus). Golongan salisilat dapat mengiritasi

lapisan mukosa lambung. Organ yang peka pada efek ini akan mengalami mual setelah

minum aspirin. Dalam lambung . PG berperan serta dalam mekanisme perlindungan

mukosa dari asam lambung atau gantrin. PG berfungsi meningkatkan daya tahan

membrane mukosa lambung.

Aspirin selain berefek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, daalam dosis

kecil juga berfungsi sebagai antitrombosis (antiplatelet). Pada dosis kecil, aspirin dapat

menghambat agreasi trombosit (antikoagulan) mencegah terbentuknya thrombus pada

penderita infark jantung sehingga ddapat mengurangi timbulnya stroke.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontra indikasi

obat-obatan dan LO 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan efek

samping obat-obatan

Indikasi, Kontra Indikasi serta Efek Samping

1.      ALPHAMOL DROOP

Page 20: Laporan Modul 2 Blok 8

ü  Kandungan            : Parasetamol 100 mg/mL.

ü Indikasi                    : Obat menurunkan panas dan menghilangkan rasa sakit/nyeri.

ü  Kontra indikasi      : Hipersensitifitas.

2.      A L P H A M O L

Page 21: Laporan Modul 2 Blok 8

ü  Sirup Tetes Mengandung           :          Parasetamol 100 mg/ml ; sirup : parasetamol

120 mg/ 5 ml,etanol 6%.

ü  Kaplet                               :          parasetamol 600 mg.

ü  Indikasi                            :         Menurunkan panas , menghilangkan rasa sakit.

ü  Kontra Indikasi              :           Hipersensitivitas

 3.      ANALSPEC 250 MG

Page 22: Laporan Modul 2 Blok 8

ü  Komposisi            :           Tiap kapsul mengandung 250 mg asam mefenamat

Indikasi           indikasi : untuk menghilangkan rasa nyeri dari ringan sampai sedang dalam kondisi

akut dan kronik, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, sakit sehabis

operasi dan melahirkan, nyeri sewaktu haid, sakit kepala dan sakit gigi dan juga sebagai

antipiretik pada keadaan demam.

Kontra kontra indikasi :Pada penderita tukak lambung dan usus, penderita asma, penderita

dengan gangguan fungsi ginjaldan penderita yang hipersensitif terhadap asam

mefenamat.

4.      ANTALGIN FM CAPLET

ü  Komposisi            :           Tiap tablet mengandung Metampiron 500 mg

ü  Indikasi                :           Untuk meringankan rasa sakit terutama nyeri kolik

dan                                                   sakit setelah operasi.

Page 23: Laporan Modul 2 Blok 8

ü  Kontra Indikasi   :           Penderita

hipersensitif                                                                                                                 

Bayi dibawah 3 bulan atau dengan berat badan kurang dari                                            5 kg,

Wanita hamil & menyusui

Penderita dengan tekanan darah sistolik kurang dari 10 mmHg

5.      ANTIZA TABLET

ü  Indikasi                :           Untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit

kepala,                                             hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai

batuk.

ü  Kontra Indikasi   :           - Penderita dengan gangguan jantung dan diabetus melitu

                                                      - Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini

                                                      - Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat

6.   ANTRAIN TABLET

ANTRAIN ® Tablet

ü  Tiap tablet mengandung:

Page 24: Laporan Modul 2 Blok 8

Na Metamizole 500 mg

ü  Indikasi                :           Untuk mengurangi rasa sakit, terutama di kolik

dan                                                        pascaoperasi.

ü  Kontra Indikasi   :

* Pasien yang diketahui hipersensitif terhadap Metamizole Na.

* Hamil atau menyusui perempuan.

* Pasien dengan tekanan darah sistolik <100 mmHg.

* Bayi di bawah 3 bulan atau berat <5 kg.

7.   ASPILET THROMBO

ü  Indikasi               :           Pengobatan dan pencegahan trombosis (agregrasi

platelet)                                              pada infark miokardial akut atau setelah stroke.

ü  Kontra Indikasi   :

- Pasien yang sensitif terhadap Aspirin.

- Pasien yang menderita asma, ulkus peptikum yang sering atau kadang-kadang,

perdarahan subkutan, hemofilia, trombositopenia.

- Pasien yang sedang diterapi dengan antikoagulan.

ü  Efek Samping :

Iritasi lambung-usus, mual, muntah.

Penggunaan jangka panjang : perdarahan lambung-usus, ulkus peptikum.

8.   ASPIRIN TABLET

Page 25: Laporan Modul 2 Blok 8

ü  Komposisi            :           Tiap tablet mengandung: Asam

asetilsalisilat/aspirin                                                        500mg pereda rasa nyeri atau

sakit, menurunkan demam

ü  Indikasi                :           Meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi, demam,

nyeri                                            karena haid, migren, sakit kepala dan sakit gigi

tingkat                                                   ringan hingga agak berat.

ü  Kontra Indikasi   :           Tukak lambung dan peka terhadap derivet asam

salisilat,                                                penderita asma dan alergi, penderita yang pernah

atau                                                    sering mengalami pendarahan di bawah kulit,

penderita                                                        hemofilia;, anak-anak di bawah umur 16

tahun.

9.   BETAMOL TABLET 500 MG

ü  Indikasi    :           Untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit

gigi                         dan menurunkan demam.

Page 26: Laporan Modul 2 Blok 8

ü  Kontra indikasi :

·         Penderita gangguan fungsi hati yang berat.

·         Penderita hipersensitif terhadap obat ini.

10. Nifedipine

ü  Indikasi pemberian nifedipine:

·         Pengobatan dan pencegahan insufisiensi koroner (terutamaangina pektoris setelah

infark jantung) dan sebagai terapi tambahan pada hipertensi.

ü  Kontra Indikasi pemberian nifedipine:

·         Hipersensitivitas terhadap nifedipine.

·         Karena pengalaman yang terbatas, pemberian nifedipine pada wanita hamil hanya

dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati.

Semua obat-obatan mempunyai efek samping. Meskipun banyak orang yang  tidak

merasakannya atau dengan kata lain mampu mengatasinya.

Beberapa hal yang penting untuk diingat:

-          Biasanya keuntungan obat lebih penting dibandingkan efek samping minor

-          Efek samping bisa hilang dengan sendirinya beberapa saat setelah meminum obat

tersebut

-          Jika efek samping terus berlanjut namun Anda perlu untuk tetap meneruskan

pengobatan (meminum obatnya), lebih baik segera hubungi dokter. Mungkin dokter

Anda bisa mengurangi dosis obat tersebut atau mengganti obatnya dengan obat yang

lain. Jangan tiba-tiba menghentikan pengobatan kecuali jika dokter telah memberitahu

Anda untuk menghentikannya.

Untuk mengatasi efek samping ringan

·         Konstipasi

-          Makan sereal dan buah-buahan serta sayur-mayur yang kaya akan serat seperti apel,

kacang-kacangan, dan brokoli.

Page 27: Laporan Modul 2 Blok 8

-          Banyak minum

-          Cobalah untuk berolahraga ringan

·         Rasa kantuk di siang hari

-          Masalah ini akan hilang setelah beberapa saat dari waktu konsumsi obat

-          Minum obat saat menjelang waktu tidur/istirahat

·         Diare

-          Makan makanan yang rendah serat seperti yoghurt, dan nasi dari beras putih

-          Hindari makanan yang pedas dan tinggi kadar lemak sampai Anda merasa lebih baik

·         Pusing/pening

-          Bangun dan bergerak secara perlahan dari posisi duduk ataupun tiduran

·         Mulut kering

-          Kunyah permen karet rendah gula atau makan permen yang rendah kadar gulanya

-          Banyak-banyaklah minum sepanjang hari namun sedikit demi sedikit

·         Sakit kepala

-          Sakit kepala ini akan hilang dengan sendirinya

-          Cobalah beristirahat

·         Kehilangan nafsu makan

-          Cobalah untuk makan lebih sering. Makan cemilan/snack diantara makan besar

-          Cobalah makan makanan favorit Anda

-          Berjalanlah sebelum makan. Ini akan membuat Anda lebih merasa lapar.

·         Mual

-          Mintalah kepada dokter Anda supaya Anda bisa meminum obat dengan makanan

lain

-          Makanlah sesering mungkin dengan porsi yang kecil (makan sedikit demi sedikit)

-          Cobalah makan permen/permen karet rasa peppermint. Peppermint bisa membantu

menenangkan perut

Page 28: Laporan Modul 2 Blok 8

-          Makan makanan yang lunak/lembut. Hindari gorengan/makanan yang digoreng,

makanan berminyak, makanan manis, pedas dan asam.

·         Mudah gelisah/cemas

-          Efek ini akan menghilang dengan sendirinya

-          Bila perlu mintalah pada dokter Anda agar Anda bisa mengkonsumsi obat dengan

dosis yang lebih rendah

·         Masalah seksual

-          Minta pada dokter Anda untuk pemakaian dosis yang lebih rendah

-          Minta pada dokter obat yang lain (sebagai pengganti) yang bisa Anda konsumsi

·         Masalah tidur

-          Hindari kafein, nikotin dan alkohol

-          Jangan berolahraga/latihan pada waktu sore dan malam

-          Jaga agar kamar tidur Anda tenang, gelap, dan dingin. Gunakan juga sleep mask dan

penutup telinga (earplugs)

·         Sensitif terhadap cahaya matahari

-          Menjauhlah dari cahaya matahari jika memungkinkan

-          Gunakan pakaian panjang dan topi

-          Gunakan sunscreen dengan SPF yang dianjurkan oleh dokter Anda

Page 29: Laporan Modul 2 Blok 8

Kepustakaan

Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

http://www.emedicinehealth.com/

dealinh_with_medicine_slide_effects_and_interactions-healt/article_em.htm