LAPORAN HASIL PRAKTIKUM METALOGRAFI
Disusun oleh:1. Fitri Nurjayanti32131100192. Gagat Radityo
Basworo 32131100203. Handy Putra Pradana 32131100644. Hariansyah
32131100655. Heri Alfianto 32131100666. Ikhsan Maulana32131100237.
Imam Taufik 32131100258. Indra Lesmana 32131100279. Kurnianto Joko
Santoso 3212110071
POLITEKNIK NEGERI JAKARTATEKNIK MESIN2015KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-NYA sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan
sebagai sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Laporan ini berisikan informasi tentang Metalografi atau yang
lebih khususnya membahas proses pembentukan fasa apa saja yang
terjadi. Selama penyusunan makalah ini, kami telah mendapat banyak
bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan kali ini dengan kerendahan hati, kami menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan laporan penelitian ini, diantaranya
adalah:
1. Pak Dewin Purnama,M.T. selaku dosen dan pembimbing teknik
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.2. Para anggota
kelompok yang telah memberikan ide dan meluangkan waktu untuk
bersama-sama mengerjakan laporan ini.
Akhir kata, kami meminta maaf jika ada kesalahan kata dalam
penulisan karena kami ini jauh dari kesempurnaan. Segala kekurangan
yang ada disebabkan karena keterbatasan kami baik dalam kemampuan,
pengetahuan maupun pengalaman dalam menyusun laporan ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, agar kami dapat mengevaluasi segala
kesalahan.
Depok, 1 Juni2015
Penyusun
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Pengertian Metalografi
Metalografi berasal dari dua kata yaitu metal (logam)
grafi(mikroskopi dari karakteristik struktur logam ataupun
paduan).Metalografi membahas tentang studi mikroskopi dari
karakteristik struktur logam (Material) maupun paduannya.
Pengamatan metalografi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu pengamatan makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan
makroskopik merupakan pengamatan untuk struktur yang besar, dapat
di lihat dengan mata telanjang atau dilihat dengan pembesaran
kurang dari 10x. sedangkan pengamatan mikroskopik merupakan
pengamatan yang lebih halus, dapat dilihat dengan pembesaran lebih
dari 10x.Pengamatan mikroskopik dapat dilakukan menggunakan alat
mikroskop optic (pembesaran mencapai 2.000x), scanning electron
microscope (pembesaran mencapai 50.000x), atau transmission
electron microscope (pembesaran mencapai 500.000x). Secara umum
informasi yang kita dapat dengan pengamatan metalografi secara
mikroskopis adalah mengenai komposit material, perlakuan pada
material, dan sifat material. Informasi khusus yang dapat kitaa
ketahui antara lain : bentuk butir, fasa yang terbentuk,
homogenitas kimia, distribusi fasa, porositas, retak, bahkan proses
perpatahan. Berdasarkan informasi-informasi tersebut, metalografi
dapat dijadikan alat analisis yang baik. Sebagai contoh, jika
material A menunjukan mikrostruktur yang lebih halus dan homogen di
bandingkan dengan material B maka material A akan memiliki sifat
mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan material B khususnya
temperature ruang. Sifat mekanis tergantung dari bentuk butir,
ukuran butir, jumlah butir, dan distribusi fasa. Oleh karena itu,
metalografi dapat dijadikan alat untuk mempredisikan sifat mekanis
material dan dapat menentukan apakah material telah diproses dengan
tepat. Dalam melakukan pengamatan sangatlah penting mmpelajari
langkah-langkah.
DIAGRAM FASA Diagram Fasa Umum
Diagram fasa addalah diagram yang menampilkan hubungan antara
temperature dengan tekanan dimana terjadi perubahan fasa selama
proses pendingan dengan pemanasan yang terjadi. Diagram ini
merupakan dasar pemahaman untuk semua operasi-operasi perlakuan
panas. Berikut diagram fasa yang umum.
Grafik diatas menunjukan diagram fasa umum yang terdiri dari
diagram dan tekanan dari zat tunggal seperti air. Sumbu-sumbu
diagram berkoresponden dengan tekanan dan temperature. Diagram fasa
pada ruangan temperature-tekan menunjukan garis kesetimbangan
antara tiga fase padat, cair, dan gas.Pada diagram fasa diatas
garis titik-titik merupakan sifat anomaly air, garis berwarna hijau
menandakan titik beku dan garis biru menandakan titik didih yang
berubah-rubah ssuai dengan tekanan. Penandaan diagram fasa
menunjukan titik-titik dimana energy bebas bersifat non analitis.
Fase-fase dipisahkan dengan sebuah garis non-analitis, dimana
transisi fase terjadi, dan disebut sebagai sempadan fase.Pada
diagram diatas, sempadan fase antara cair gas tidak berlanjut
sampai tak terhingga. Ia akan berhenti pada sebuah titik pada
diagram fasa yang disebut sebagai titik kritis. Ini menunjukan
bahwa temperature dan tekanan yang sangat tinggi, fase cair dan gas
menjadi tidak dapat dibedakan, yang dikenal sebagai fluida super
kritis.Pada air, titik kritis ada sekitar 647[K] dan 22,064 [Mpa]
(3.200,1 [Psi]). Keberadaan titik kritis cair-gas menunjukan
ambiguitas pada definisi diatas. Ketika cair menjadi gas, biasanya
akanmelewati sempadan fase, namun adalah mungkin untuk memilih
lajur yang tidak melewati sempadan dengan berjalan menuju fase
super kritis.Oleh karena itu, fase cair dan gas dapat dicampur
terus-menerus. Sempadan padat-cair pada diagram fase kebanyakan zat
memiliki gradient yang positif. Hal ini dikarenakan fase padat
memiliki densitas yang lebih tinggi dari pada fase cair, sehingga
peningkatan tekanan akan meningkat titik leleh. Pada beberapa
bagian diagram fase air, sempadan padat-cair air memiliki gradient
yang negatif, menunjukan bahwa es mempunyai densitas lebih kecil
dari pada air. Diagram Fasa Fe-Fe3CPengujian metalografi yang kami
lakukan ini didasarkan pada diagram fasa Fe-Fe3C. diagram ini
sangat penting guna mengetahui sifat-sifat logam baja karena dalam
diagram ini dapat diketahui adanya fasa-fasa tertentu yang
mempunyai hubungan langsung dengan sifat-sifat tertentu dari baja
tersebut.
Gambar.Diagram fasa
Penjelasan Diagram Pada kandungan karbon mencapai 6,67%
terbentuk struktur mikro dinamakan sementit Fe3C (dapat dilihat
pada garis vertical paling kanan) Sifat-sifat sementit diantaranya
sangat keras dan getas Pada sisi diagram dimana pada kandungan
karbon yang sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro
ferit. Pada baja karbon 0,83%, struktur mikro yang terbentuk adalah
perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik
eutectoid. Pada baja dengan karbon rendah sampai dengan titik
eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara
feri dan perlit. Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai
dengan 6,67%, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara
perlit dan sementit Pada saat pendinginan dari suhu lelet baja
dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk struktur mikro ferit
delta lalu menjadi sruktur mikro austenite. Pada baja dengan kadar
karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya kadar
karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi austenite Dari
diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan
perubahan-perubahan pada struktur Kristal dan struktur mikro sangat
bergantung pada komposisi kimia.
Fase Yang Terbentuka. FeritFerit adalah larutan padat karbon
dalam besi dan kandungan karbon dalam besi maksimum 0,025% pada
temperatur 723 oC. pada temperatur kamar, kandungan karbonnya
0,008%. Sifat ferit adalah lunak, ulet dan tahan korosi.
b. Cementite Merupakan senyawa logam yang mempunyai kekerasan
tinggi atau mengeras diantara fasa-fasanya yang mungkin terjadi
pada baja yang mengandung 6,67% kadar karbon, walaupun sangat keras
tapi bersifat getas
c. Austenite Merupakan larutan padat interstisi antara karbon
dan besi yang mempunyai sel satuan BCC yang stabil pada temperatur
912oC dengan siaft yang lunak tapi ulet.
d. PearliteMerupakan elekttroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu
ferit dan cementite. Kedua fasa ini tersusun dari bentuk yang
halus. Perlit hanya dapat terjadi dibawah 723oC. Sifatnya kuat dan
tahan terhadap korosi serta kandungan karbonnya 0.83%.
e. Martensit Merupakan fasa metastable, artinya tidak bisa
melihat fasa. Fasa martensite bisa dihasilkan dengan pendinginan
cepat (quenching) dengan media air atau oli.Terminologi pendinginan
cepat sepertinya lebih objektif jikalau parameter yang dilihat
adalah sifat mampu kerasnya (hardenability), karena dengan kadar
paduan (alloy) yang bisa meningkatkan sifat mampu keras seperti
nikel, molybdenum, dan mangan, maka suatu baja maupun besi bisa
didapat fasa martensit hanya dengan pendingin udara.
f. BainitBainit adalah zat kebanyakan logam yang ada dalam
perawatan steelheat. Hasil pendinginan melewati temperatur kritis
723oC (1333oC). Fasa ini berupa struktur non-lamellar, umumnya
terdiri atas ferrite, carbide, dan sisa austenite. Dari segi
komposisi relative dengan pearlite, namun terbentuk dengan metode
displacative mechanism.Seperti halnya martensit, yang kemudian
diikuti dengan komposisi karbida. Selain itu, bainit lebih cepat
dari pembentukan pearlite dan lebih rendah dari martensite untuk
baja komposisi yang sama.
Praktek Pengujian Metalografi1. Alat dan Bahana. Peralatan yang
digunakan : Rotary grinder Mikroskop optic Televisi berwarna Kamera
digital Hair dryer Kain polesb. Bahan yang digunakan : Alkohol
Kertas amplas (grit : 100,200,300,400,600,800,1000, dan 1200)
Alumina Air Nital (HNO3 + alkohol) Sampel uji berupa logam yang
dimounting
2. Langkah pengerjaanAdapun langkah-langkah penting untuk
mempersiapkan sampel metalografi sebelum kita melakukan pengamatan
metalografi adalah :
a. Pemotongan sampelDalam beberapa contoh, sampel untuk
pengamatan metalografi sudah benar bentuk dan ukurannya, sehingga
kita dapat langsung melakukan persiapan sampel selanjutnya. Namun,
apabila sampel sangat diperlukan untuk memudahkan penanganan
sampel. Pemotongan sampel adalah pengambilan daerah representatif
dari material induk. Alat yang pada umumnya digunakan untuk
melakukan proses pemotongan sampel adalah : abrasive cutting (untuk
logam dan metal matrix composites), diamond wafer cutting (untuk
keramik, elektronik, biomaterial, mineral), atau pemotongan tipis
menggunakan microtome (untuk plastik).Dalam proses pemotongan
sampel, kerusakan dan perubahan mikrostruktur dari sampel tersebut
tidak boleh terjadi, karena akan menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam karakteristik material. Sehingga dapat terjadi kesalahan
analisa metalografi. Proses pemotongan yang sesuai membutuhkan
pemilihan jenis abrasif, ikatan, dan ukuran yang tepat.
Dalam proses pemotongan sampel, daerah atau bagian dimana
material induk akan dipotong untuk sampel metalografi ditentukan
berdasarkan proses manufaktur, bentuk material induk, dan lokasi
pada material yang akan dipelajari lebih jauh. Pada umumnya,
pemotongan sampel untuk sheet, kawat dan tube dilakukan tegak lurus
terhadap arah rolling atau drawing yang biasa disebut pemotongan
transversal. Pemotongan transversal digunakan untuk melihat variasi
mikrostruktur material dari permukaan tengah, kedalaman cacat
permukaan, kedalaman korosi, ketebalan lapisan, dan retak.
Sebaliknya, pemotongan sampelyang sejajar dengan arah rolling dan
drawing disebut dengan pemotongan longitudinal. Pemotongan jenis
ini umumnya oleh distorsi butir dan untuk memonitoring dari
perlakuan panas yang anil..
b. Amplas (grinding)Sampe yang baru dipotong atau sampel yang
telah terkorosi akan memilik permukaan yang kasa. Permukaan yang
kasar tadi harus diratakan lagi agar pengamatan struktur dapat
mudah dilakukan. Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan kertas
amplas yang ukuran abrasivenya dinyatakan dengan mesh.Pengamplasan
merupakan langkah yang penting saat mempersiapkan sampel
metalografi. Apabila terjadi kesalahan dalam proses ini, akan terus
berlanjut pada tahap selanjutnya sehingga mengakibatkan kesalahan
interpretasi mikrostruktur. Terdapat beberapa cara untuk melakukan
proses pengamplasan, mulai dari menggosokan sampel pada tempat yang
statis (manual grinding) sehingga yang otomatis (automatic
grinding).Manual grinding merupakan metode pengamplasan yang paling
murah, namun memiliki kelmahan yaitu prosesnya yang sangat lama dan
sulit. Metode yang saat ini sering digunakan adalah proses
pengamplasan menggunakan rotating disk. Pada metode ini, kertas
amplas abrasive berbentuk lingkaran diletakan di atas roda
alumunium/kuningan yang dapat bergerak otomatis, kemudian sampel
ditahan di atas roda yang berputar tersebut.Semua metode
pengamplasan memiliki urutan pengerjaan yang sama, yaitu : proses
pengamplasan dimulai dari grit yang paling kasar (100 cw,400cw)
agar dapat membuat sampel menjadi rata dan menghilangkan efek
deformasi dari pengerjaan sebelumnya, seperrti pemotongan. Ukuran
grit pertama yang dipakai tergantung pada kekerasan permukaan dan
kedalaman kerusakan yang ditimbulkan oleh pemotongan.Setelah itu
dilanjutkan dengan kertas amplas dengan grit yang lebih halus
(600cw,800cw) guna menghilangkan goresan akibat amplas sebelumnya.
Proses penggantian kertas amplas dengan grit yang paling halus
(1000cw,1200cw) dilakukan beberapa kali hingga sampel menjadi rata
dan memiliki satu goresan.Terdapat beberapa hal penting dalam
melakukan pengamplasan yaitu : mengucurkan air secara kontinyu agar
sampel tidak mengalami kerusakan (perubahan fasa). Selain itu
perubahan arah pengamplasan harus tetap konstan antara 45-90
derajat.
c. Poles (polishing)Poles merupakan langkah persiapan sampel
metalografi yang untuk menghilangkan bekas goresan pada sampel
akibat proses pengamplasan. Pada proses ini di dapatkan permukaan
sampel yang bebas gores dan mengkilap karena dapet menghilangkan
ketidakaturan sampel hingga orde 0,01m. Permukaan sampel yang akan
diamati di bawah mikroskop harus benar benar rata. Jika permukaan
sampel kasar atau bergelombang, maka pengamatan struktur mikro akan
sulit karena cahaya yang datang dari mikro dipantulkan secara acak
oleh perumkaan sampel. Terdapat beberapa teknik dalam proses poles
, yaitu: attack polishing, chemical polishing, electromechanical
polishing dan mechanical polishing. Mechanical polishing merupakan
teknik yang paling banyak digunakan mengingat metodenya yang mudah
dan cocok untuk banyak jenis material .cara penggunaan mechanical
polishing tidak berbeda jauh dengan pengamplasan hanya saja kertas
abrasive diganti dengan kain abrasive yang diberikan suspensi
alumina dan diamond serta air.Urutan proses poles diklasifikasikan
menjadi dua bagian, yaitu poles kasar dan poles halus , poles kasar
menggunakan abrasive dengan rentang 30 - 3 mikron pada kain low nap
atau napless, sedangkan poles halus menggunakan abrasive dengan
rentang 1 mikron atau kurang pada kain low medium atau high
nap.Pergerkan sampel yang kostan akan mencegah terjadinya cacat
ekor komet dan cacat lainya yang berkaitan dengan arah poles
.proses poles akan terus berlanjut hingga goresan hasil
pengamplasan hilang, sampel hasil poles dibersihkan dengan air yang
mengalir, kemudian dilap dengan kain katun lalu di keringkan.d.
Etsa (ethcing)Sampel yang berhasil diamplas dan dipoles, pada
dasarnya siap untuk langsung dilakukan pengamataan mikrostruktur.
Namun , jika sampel terdiri dari beberapa lapisan paduan yang
memiliki warna yang sama, ukuran butir atau munculnya fasa tertentu
yang harus diamati, maka harus dilakukan proses data.Etsa merupakan
suatu proses pengikisan batas butir secara selektif dan terkendali
dengan pencelupan ke dalam lautan pengetsa baik menggunakan listrik
maupun tidak ke permukaan sampel sehingga detil struktur yang akan
diamati akan terlihat dengan jelas dan tajam. Untuk berberapa jenis
material, mikrostruktur baru muncul ketika diberi zat etsa ,
sehingga perlu pengetahuan yang tepat untuk memilih zat etsa yang
tepat pula. Ada dua jenis penggolongan etsa, yaitu : Etsa kimia
(yang kita gunakan)Etsa kimia merupakan proses pengetsaan dengan
menggunakan larutan kimia dimana etsa yang digunakan ini memiliki
karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan
sampel yang akan diamati contohnya antara lain: nitrit acid (asam
nitirit+alkohol 95%), pictral (asam picric + alkohol) dll. Perlu
diingat bahwa waktu etsa jangan telalu lama (umumnya sekitar 3 30
detik) , dan setelah dietsa segera di cuci dengan air mangalir lalu
di beri alkohol dan di keringkan. Etsa kimia merupakan etsa yang
paling sering digunakan karena aplikasinya cukup muda.
Elektro etsa Pada dasarnya etsa elektrolitik, potensial yang
digunakan berperan terhadap pengoksidasi yang diguanakan pada
larutan kimia. Larutan tersebut hampir selalu merupakan anoda,
walupun ada berberapa larutan etsa elektrolitik yang bersifat
katodik. Etsa elektrolitik sering di gunakan untuk etsa
selektif.
Langkah langkah yang dilakukan dalam proses etsa: Benda kerja
yang telah dipoles dicuci dengan air bersih yang mengalir dan
dikeringkan dengan kain atau sejenisnya. Stelah permukaan bersing
dan kering, teteskan larutan etsa secukupnya. Amati reaksinya yang
terjadi, akan terjadi perubahan kimia yag ditandai dengan perubahan
warna abu- abu atau kehitaman. Kemudian cuci dengan air. Setalah
itu bilas benda uji dengan menggunakan alcohol Terakhir keringkan
dengan menggunakan uap pansa dari hair dryer
e. Mikroskop MetalografiMikroskop metalografi berbeda pada cara
penyinaran pada specimen jika di bandingkan dengan mikroskop
biologi. Benda yang diiuji tidak tembus cahaya, sampel tersebut
diberi sinar. Sorotan cahayamendatar dari sumber cahaya dipantulkan
oleh reflector/cermin datar, kemudian turun melewati lnsa objektif
menuju benda uji. Sebagian dari sinar dipantulkan oleh permukaan,
dan melewati lensa lensa yang ada didalamnya akibatnya terjadi
pembesaran dengan pembesaran maksimum 100%. Mikroskop tersebut lalu
di hubngkan dengan kabel konektor menuju TV untuk memudahkan proses
penganalisaan dan pemotretan. Caranya yaitu setelah permukaan benda
uji yang dietsa dikeringkan kemudian langsung amati gambar struktur
mikro pada layar TV dengan cara memutar fakus mikroskop.f.
DokumentasiSetelah dambar struktur mikro terlihat pada layar
monitor dengan hasil yang basgu kemudian dilakukan pemotretan
dengan kamrea digital atau handphone. Pemortetan dimaksudkan untuk
menganalisa data dari gambartersebut.Tujuan Preparasi sampel.
3. Tujuan Preparasi Sampel
CuttingMengetahui prosedur proses pemotongan sampel dan
menentukan teknik pemotongan yang tepat dalam pengambilan sampel
metalografi, sehingga di dapat banda uji yang representative.
GrindingMeratakan dan menghaluskan permukaan sampel dengan cara
menggosokkan sampel pada kain abrasive/ amplas Pemolesan /
Polishing1. Mendapatkan permukaan sampel yang halus dan mengkilat
seperti kaca tanpa gores.2. Memperoleh permukaan sample yang halus
bebas goresan dan mengkilap seperti cermin.3. Menghilangkan
ketidakteraturan sampel orde 0,01.
-Etsa / etching1. Mengamati dan mengidentifikasi detil dtruktur
logam dengan bantuan mikroskop optic setelah terlebih dahulu
dilakukan proses etsa pada sampel.2. Mengetahui perbedaan antara
etsa kimia dengan eletro etsa serta aplikasinya.3. Dapat melakukan
preparaso sampel metalografi secara baik dan benar.
Tujuan pengamatan Struktur Makro dan Mikro1. Menganalisa
struktur mikro dan sifat sifatnya.2. Mengenali fasa fasa dalam
struktur mikro.3. Mengetahui proses pengambilan foto
mikrostruktur.
4. Tabel Hasil Pemotretan Spesimen dan Pembandingnya
NoNama PerakitanGambar struktur mikroAnalisa
1
Fitri Nurjayanti
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan ST 80 terdapat
pearlite dan ferrite yang berbentuk butir butir
2
Gagat Radityo
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan ST 45 terdapat
pearlite dan ferrite yang berbentuk butir - butir
3
Handy Putra
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan Besi Cor terdapat
pearlite dan ferrite yang berbentuk butir - butir
4
Hariansyah
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan ST 37 terdapat
pearlite dan ferrite yang berbentuk butir butir
5
Heri Alfianto
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan ST 80 terdapat
pearlite dan ferrite yang berbentuk butir-butir
6
Ikhsan Maulana
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan Besi Cor terdapat
pearlite dan ferrite yang berbentuk butir - butir
7
Imam Taufik
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan Besi Cor terdapat
pearlite dan ferrite yang berbentuk butir-butir
8
Indra Lesmana
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan ST 37 terdapat
pearlite dan ferrite yang berbentuk butir butir seperti garis
9
Kurnianto Joko
Gambar disamping menunjukan bahwa dalam bahan Amuktit terdapat
pearlite yang berbentuk seperti garis
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut: Proses etsa yang terlalu lama
mengakibatkan benda uji menjadi gosong/gelap dan sulit utuk
diamati. Kadar karbon dapat diketahui melalui hasil pengamatan.
Pada proses pengampelasan, jika benda uji tidak rata maka akan
sulit diamati pada proses pembesaran. Ukuran dan bentuk butir dari
tiap-tiap logam berbeda-beda. Kandungan karbon tiap logam
berbeda-beda. Besi cor mempunyai karbon lebih besar dari pada baja.
Menganalisa struktur mikro dan sifat-sifatnya. Menganalisa
fasa-fasa alam struktur mikro. Mengetahui proses pengambilan foto
mikrostruktur.
DAFTAR PUSTAKA
Modul Pengujian Logam 1, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Jakarta, 2010 George F. Vandervot, Metallography Principles and
Practice, McGraw-Hill, 1984 http://www.google.com
18