BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mekanika tanah merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku tanah serta pengklasifikasiannya. Ilmu ukur tanah ini selalu digunakan oleh para ahli bangunan teknik sipil dalam perencanaan setiap bangunan yang akan di bangun. Bangunan Teknik Sipil biasanya didirikan di atas tanah. Dengan adanya bangunan tersebut, maka tanah mengalami pembebanan karena bangunan itu sendiri maupun pembebanan akibat beban bergerak seperti (angin, mobil orang dan lain-lain) sehingga mengakibatkan terjadinya deformasi (perubahan bentuk) pada tanah. Besarnya deformasi pada tanah tergantung pada bangnan diatasnya serta jenis tanahnya. Karena setiap tanah memiliki jenis yang berbeda-beda baik dari ukuran butirannya maupun struktur lapisan tanah tersebut sesuai dengan pengklasifikasiannya. Untuk itu, perlunya pengujian terhadap prilaku tanah yang lengkap akan memberikan keterangan yang cukup bagi sebuah perencana dalam pembangunan bangunan teknik sipil, serta mempermudah untuk pemilihan bentuk pondasi yang memenuhi syarat standar keamanan bangunan dan ekonomis. Sebab kestabilan dan keamanan bangunan tegantung pada ke stabilan pondasinya.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mekanika tanah merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku tanah
serta pengklasifikasiannya. Ilmu ukur tanah ini selalu digunakan oleh para ahli
bangunan teknik sipil dalam perencanaan setiap bangunan yang akan di bangun.
Bangunan Teknik Sipil biasanya didirikan di atas tanah. Dengan adanya
bangunan tersebut, maka tanah mengalami pembebanan karena bangunan itu sendiri
maupun pembebanan akibat beban bergerak seperti (angin, mobil orang dan lain-lain)
sehingga mengakibatkan terjadinya deformasi (perubahan bentuk) pada tanah.
Besarnya deformasi pada tanah tergantung pada bangnan diatasnya serta jenis
tanahnya. Karena setiap tanah memiliki jenis yang berbeda-beda baik dari ukuran
butirannya maupun struktur lapisan tanah tersebut sesuai dengan pengklasifikasiannya.
Untuk itu, perlunya pengujian terhadap prilaku tanah yang lengkap akan memberikan
keterangan yang cukup bagi sebuah perencana dalam pembangunan bangunan teknik
sipil, serta mempermudah untuk pemilihan bentuk pondasi yang memenuhi syarat
standar keamanan bangunan dan ekonomis. Sebab kestabilan dan keamanan bangunan
tegantung pada ke stabilan pondasinya.
Sebelum penelitian pengujian tanah dilakukan maka perlu kita lakukan survey
pendahuluan. Tujuan survey awal ini adalah :
2. Mengumpulkan data-data tentang keadaan lapangan yang mungkin akan
mengganggu perencanaan atau pelaksanaan penelitian lapangan
3. Mengumpulkan keterangan yang kelak diperlukan oleh regu peneliti lapangan.
Beberapa hal yang diperlukan dalam survey pendahuluan meliputi :
1. Lokasi rencana bangunan
Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbal balik dalam pelaksanaan
pengujian, mungkin dapat dihindari dengan survey penadahuluan ini. Misalnya,
letak titik pengujian pada tebing yang tidak stabil 1 atau pada daerah yang lunak
sehingga perlu diadakan penanganan khusus. Dengan demikian persiapan untuk
penanganan khusus itu dapat kita lakukan sebelum pelaksanaan pengujian
dilapangan kita mulai.
2. Penentuan titik, jarak titik, jumlah titik penelitian pada area bangunan
3. Peninjauan terhadap banguanan disekitarnya.
Penelitian terhadap bangunan yang sudah ada terutama jenis pondasi,
penurunan yang terjadi, beban yang bekerja, usia bangunan, dampak bangunan
terhadap sekitar
4. Air permukaan dan air tanah
Informasi ini penting sekali pada saat pengeboran. Bangunan sumur
penduduk disekitar lokasi dapat kita lihat berapa kedalaman muka air tanahnya
jenis lapisan tanahnya. Informasi dari penduduk sekitar tentang keadaan
daerahnya sangat membantu dalam survey awal ini
5. Topografi dan jenis tanaman
Topografi ini secara tidak langsung menunjukkan keadaan lapisan bawah
permukaan. Peta topografi juga sangat membantu regu pemboran atau pengujian
tanah dalam mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Jenis tanaman juga dapat
menunjukkan jenis tanah bawah permukaan dan keadaan air.
Dari survey awal ini maka tim pengujian pemboran dapat melakukan
persiapan-persiapan :
1. Bagaimana cara mencapai lokasi
2. Jenis pengujian yang akan dilakukan
3. Peralatan apa baja yang dibutuhkan dan jenisnya serta suku cadang
4. Kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami
5. Titik patok utama yang ada (titik BM)
6. Surat ijin dari instansi atau pemilik yang bersangkutan
7. Ada atau tidaknya bangunan-bangunan bawah tanah seperti kabel telepon, PAM,
septiktank dan lain-lain serta lokasinya yang tepat
8. Jumlah tenaga yang akan dipakai
BAB II
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
2.1. Pendahuluan
Pengambilan contoh tanah merupakan awal yang dilakukan setelah survey awal /
pendahuluan dilakukan. Dimaksudkan untuk mendapatkan sampel tanah yang asli (
Undisturbed ) atau sample yang terganggu ( Disturbed ). Penentuan tempat yang baik
untuk menggali ditempat yang akan dibangun, selanjutnya akan diuji untuk menentukan
krakteristik dan kualitasnya. Pengujian-pengujian lengkap dan analisa laboratorium
yang diperlukan, akan membutuhkan kira-kira 50 kg tanah. Untuk test lapangan yang
sederhana antara 10 – 40 kg tanah. Contoh Tanah tersebut tidak boleh mengandung
bahan organic ( tumbuh-tumbuhan )/ tanah permukaan.
Pengambilan test tanah ada dua cara yaitu :
a) Pembuatan sample diuji ( test pit )
b) Pengeboran tanah
Pengeboran terbagi dalam pengeboran dalam ( menggunakan bor mesin ) dan
pengeboran dangkal (dengan hand boring) Alternatif pemilihan metode pengambilan
contoh didasarkan pada kondisi lapangan dan pemanfaatan lokasi lahan yang akan
digunakan.
2.2. Tujuan percobaan
a. Dapat melaksanakan kegiatan pengmbilan contoh tanah baik yang asli
maupun terganggu dengan prosedur yang benar
b. Untuk megetahui keadaan lapisan / diskripsi tanah
c. Mengetahui tinggi muka air tanah setempat
2.3. Pelaporan
Semua data yang dijumpai selama pelaksanaan kegiatan harus dicatat langsung
dilapangan pada profil bor, yang terdiri atas :
1. Tanggal mulai dan selesainya kegiatan
2. Jenis-jenis tanah pada setiap kedalaman tertentu
3. Diameter mata bor/core barrel yang dipakai, metode pemboran dan kemajuan lubang
bor
4. Referensi lokasi dan ketinggian titik-titik pengujian terhadap titik-titik tetap terdekat
5. Ketinggian muka air tanah
6. Keadaan cuaca pada saat pelaksanaan
BAB III
METODE LAPANGAN
DISKRIPSI DAN KLASIFIKASI TANAH
3.1. Umum
Berdasarkan penialian untuk setiap jenis tanah mempunyai kemungkinan untuk
ditempatkan didalam system penyeragaman, yaitu dalam klasifikasi tanah. Data
laboratorium memberikan input data untuk klasifikasi tesebut.
3.2. Cara Diskripsi
Pada dasarnya, tanah dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tanah-tanah non
plastis yang ada pada umumnya berbutir kasar, dan tanah-tanah plastis yang pada
umumnya berbutir halus. Cirri-ciri yang diberikan dibawah ini harus diperhatikan dan
diingat untuk mempermudah pengenalannya. Dengan demikian tanah dapat
diidasifikasikan. Untuk menentukan klasifikasi tanah dilapangan dipakai metode-
metode visual dan manual.
a. Tes visual ( pengujian kasairnata )
Didasarkan pada ukuran butiran dan warna dari tanah
Sebarkan tanah yang kering dalam lapisan yang tipis diatas permukaan
yang rata
Pisahkan secara kasar pasir dan kerikil dengan tangan yaitu butir-butir
yang kelihatan dengan mata, sedangkan sisanya merupakan bahan halus yaitu
lanau dan lempung
Tentukan prosentase ukuran butiran bila bagian lanau dan lempung lebih
besar dari pasir atau kerikil dikatakan lanau atau lempung. Bila sebaliknya
dinamakan pasir atau kerikil
b. Tes gelengan basal (dengan tangan )
Ambillah secukupnya bahan halus (lebih kecil 1/64), untuk dibentuk sebuah
bola (telur) dan basahi sampai lembab sehingga menggumpal tetapi melekat
pada jari-jari
Ratakan bola tersebut diatas telapak tanagan dan geleng-geleng diantara kedua
tanagan, geleng-geleng sampai air keluar dari permukaan contoh
Pada saat ini tanah akan halus dan berkilau atau tampak hidup
Kemudian tanah ditekan dengan jempol dan telunjuk untuk melihat apakah air
hilang atau tidak
Reaksi yang cepat jika untuk mengeluarkan air sampai permukaan diperlukan
1-10 ketukan. Penekanan yangb terus menerus menyebabkan contoh menjadi
retak dan akhirnya remuk. Hal ini merupakan cirri khas dari pasi yang sangat
halus atau lanau kasar.
Lumbat atau melempem jika ketukan yang diperlukan 20 – 30 kali untuk
menggunakan air kepermukaan. –penekanan contoh seudah digeleng tidak
akan menyebabkan retak atau ermuk. Hal ini justru akan menyerbabkan contoh
itu merata seperti sebuah bola dempul. Hal ini memperlihatkan lanau yang
mngandung sejumlah tanah liat (lempung)
Sangat lambat. Contoh tanah yang memperlihatkan tanah lamabat atau tidak
ada reaksi dibutuhkan > 30 kali ketukan untuk mengeluarkan air kepermukaan.
Tanah ini mememrlukan pengujian lebih lanjut.
c. Tes Benang
Tes benang mnunjukkan indihmi tanah mengandung banyak asedikit liat
(lempung)
Ambillah segumpal tanah dengan ukuran kelereng dan basahi sehingga
mudah dicetak ditangan tetapi tidak lengket.
Geleng-geleng tanah tersebut diatas permukaaan yang bersih dan rata.
Buat benang dengan diameter 3 mm, bila tanah tersebut pecah sebelum 3
mm, maka tanah terlalu kering dari anda harus menambahkan air padanya. Bila
pecahnya pada diameter 3 mm berarti tanah berada pada kelembaban yang
betul.
Segera buat kembali bentuk kelereng jika tanah telah pada kelembaban
yang benar. Kemudian tekan bola / kelereng diantara jempol dan telunjuk anda.
Kekuatan rendah, jika remuk dengan mudah berarti tanah tidak
mengandung tanah liat / lempung
Kekuatan kasar. Bila untuk mebuat bola atau kelereng tidak dibutuhkan
usaha yang banyak dan tidak retak atau remuk pada saat itu, berarti tanah
banyak mengandung lempung
Tes benang dengan kekuatan sedang, bila pada saat membentuk sebuah
bola tidak memerlukan usaha yang banyak tetapi waktu bola itu ditekan
diantara jari-jari tangan, akan retak dengan mudah
Benang lemah. Tanah yang banyak mengandung lanau atau pasir dengan
sedikit lempung, anda akan mendapatkan benag-benag tersebut tidak dapat
digumpal menjadi bola karena akan pecah dan remuk
d. Tes Pita
Tes pita memberikan informasi yang sama seperti tes benang.
Ambillah tanah, basahi dengan air, ratakan dengan tangan dan buat pita
dengan ukuran cerutu
Gulung dalam tangan dan ratakan dengan menekannya diantara jempol
dan telunjuk sehingga menjadi pita dengan tebal 6 mm,hati-hati dalam
mengerjakannya untuk membuat pita dengan panjang maksimum
Pita panjang 25 - 30 mm, berarti mengandung banyak tanah liat
Pita pendek 5 – 10 mm, tanah mengandung tanah liat dengan jumlah
sedang sampai kecil
Tidak terjadi pita, tanah tersebut tidak atau mengandung sedikit tanah liat
e. Tes Kekuatan (Dalam Keadaan Kering)
Tes ini juga menentukan berapa banyak tanah liat yang terkandung dalam tanah
Basahkan contoh tanah, buat adonan kira-kira 1 cm dan lebar 5 cm
Keringkan adonan dengan matahari atau oven
Pecahkan derngan mnggunakan jempol dan telunjuk
Kekuatan kering yang tinggi, bila contoh tanah tersebut sulit untuk
dipecahkan bila adonan itu betul-betul akan membentuk dengan tajam. Anda
tidak akan membuat contoh tersebut menjadi tepung dengan jempol dan
telunjuk. Anda mungkin dapat menemukannya, hanya sedikit saja dengan jari-
jari tangan anda tetapi bukan membuat tanah itu menjadi tepung. Tanah yang
mempunyai reaksi seperti ini banyak mengandung tanah liat.
Kekutan kering sedang, adonan tadi tidak terlalu berat untuk dipecahkan.
Denga sedikit usaha dapat membuatnya seperti tepung dan memisahkannya
dengan jempol dan telunjuk menurut ukuran butiran. Cukup mengandung tanah
liat
Kekuatan kering rendah adonan yang mmempunyai tanah liat yang
sedikit akan pecah tanpa kesulitan. Adonan ini akan menjadi tepung dengan
mudah. Adonan yang mengnadung pasir, maka tanah kan remuk pada tangan
anda sempat membuatnya menjadi tepung.
f. Tes Pengujian Bau
Tanah organis mempunyai bau yang pengap, khususnya baru digali.
g. Tes Tusukan
Tes ini merupakan jalan yang cepat untuk mengenali pasir atau lempung.
Ambillah satu cubitan kecildari tanah dan gigit denga ringan
Tanah-tanah berpasir, partikel-partikel pasir yang tajam dank eras kan
memarut gigi dan akan menimbulkan rasa kasar. Balikkan pasir halus juga
demikian
Tanah berlanau, butiran lanau jauh lebih kecil dari pasir dan meskipun
akan memarut diantara gigi, tapi tidak terasa kasar. Tanah jauh lebih halus dari
pada pasir.
Tanah lempung, tanah ini akan terasa halus dan seperti diantara gigi-gigi,
adonan akan terasa melekat tersentuh sedikit oleh lidah
h. Tes Kilapan (Kilauan)
Ambillah suatu adonan (pasta) tanah baik kering atau lembab; gesuk dengan
kuku atau dengan bagian pipih dari pisau. Jika tanah banyak mengandung lanau
atau pasir bahkan dengan sedikit lempung, permukaan tampak pudar. Tanah yang
banyak mengandung lempung akan betul-betul menjadi mengkilap.
i. Mencoba mencuci tangan anda
Tanah yang mengandung lempung tersa seperti sabun atau licin atau sukar
dicuci. Tanah lanau tersa seperti tepung, tetapi tidak sukar dicuci dari tangan.
Tanah berpasir disiram dengan air dengan mudah akan lepas dari tangan.
j. Tes sedimentasi (pengendapan)
Tes ini menunjukkan gambaran komposisi tanah
Ambil satu guci dari gelas yang transparan. Guci ini harus berbentuk
silindrr dan alasannya rata
Isi 1/2 tinggi guci tersebut dengan tanah
Tambahkan air bersih guci tersebut
Tutup guci dan kocoklah hingga tanah tercampur seluruhnya
Letakkan diatas permukaan rata-rata, setelah 1 jam guci tersebut dikocok
1 lagi dan diletakkan lagi diatas permukaan yang datar. Guci harus terhindar
dari goncangan
Setelah 45 menit ukur ketebalan dari tiap lapisan tersebut dan
bandingkan dengan tinggi total tanah. Perbandinga ini, memberikan
persentase dari jumlah lempung lanau dan pasir dalam tanah tersebut
3.3. Tanah-tanah Non Plastic Berbutir Kasar
Sebagian butir-butirnya tampak oleh mata; yaitu kurang dari 50% butir-
butirnya dapat melalui saringan No. 200 / 0.075 mm. Tanah ini terbagi atas dasar
ukuran butir,
1. Ukuran Butiran
Brangkal (Boulder) lebih besar dari 8 inch
Kerakal (Cobbles) 1.5-8 inch
Kerikil (Gravel) 2.0-1.5 inch
Pasir kasar 0.6 mm – 2 :r
Pasir sedang 0.2 mm – 0.6 mm
Pasir halus 0.06 min – 0.6 mm
2. Gradasi
Tanah seragam mempunyai butir-butir kebanyakan dalam ukuran yang sama.
Tanah bergradasi baik mempunyai butir-butir dalam segala ukuran. Tanah
bergradasi patah atau kurang baik, kekurangan butir-butir dalam batas ukuran
tertentu.
3. Bentuk Butir
Bersudut sisi tajam, permukaan rata kasar. Setengah bersudut sisi melengkung.
Bulat tidak bersisi, sisi melengkung.
4. Bentuk Permukaan
Sangat halus, halus, atau kasar, bersih atau terlapis (biasanya oleh lempung
atau garam-garam).
3.1. Tanah Berbutir Halus
Kebanyakan butir-butirnya tidak tampak oleh mata telanjang dan lebih dari 50%
melewati saringan No. 200. Tanah-tanah ini biasanya plastis dan dapat dibagi lagi atas
dasar bentuknya.
1. Ukuran Butiran
Pasir : butir-butirnya tampak oleh mata telanjang dan dapat dengan mudah
dikenal, butir-butir terlepas pada waktu dipegang
Lanau : butir-butirnya tidak tampak oleh mata telanjang dan sangat sulit untuk
dikenal sebagai butir-butir terlepas dengan menggunakan lidah. Lempengan
tanah basah kelanauan akan terasa kasar
Lempung : butir-butirnya tidak tampak oleh mata telanjang dan tidak dapat
dikenal dengan sentuhan atau rasa. Lempengan basah lempung mempunyai rasa
halus.
2. Bentuk (Susunan)
Bentuk tanah berbutir lialus dapat berkisar antara lempung plastis sampai
lanau (non plastis) dengan kombinasi-kombinasi diantaranya. Bentuknya dapat
diperkirakan dengan pemeriksaan sederhana (berbagai macam tes yang dijelaskan
diatas) dan dapat ditentukan dengan teliti. Sesuai dengan klasifikasi stander oleh
pemeriksaan-pemeriksaan laboratuirum yaitu gradasi dan plastisitas
3. Pemeriksaan Kekuatan Kering
Kekuatan kering rendah : apabila lempengan tanah kering dapat dihancurkan
diantara jari-jari tangan ini menunjukkan plastisitas yang rendah, tanah
kelanauan.
Kekuatan kering sedang : apabila lempengan kering tanah dapat diarahkan
diantara jari-jari tangan. Ini menunujukkan plastisitas yang tinggi, tanah
lempung berat
4. Dilatasi – Pemeriksaan Guncangan
Lempengan basah suatu tanah apabila diguncang-guncang secara mendatar
dalam genggaman tangan akan menunujukkan adanya air bebas dipermukaan
tanahnya, dan apabila contoh ini ditekan aitnya akan memnghilang kembali. Reaksi
yang cepat mununjukkan lanau, reaksi yang lamban menunujukkan lempung. Juga
lempung basah akan melekat dijari-jari tangan dan sukar untuk dicuci. Lanau
dengan mudah atau disikat bila kering.
5. Pemeriksaan Kilauan
Lempengan basah suatu tanah apabila dipukul dengan rata suatu pisau atau
dengan jari tangan akan menunujukkan permukaan halus berkilauan pabila tanah
mengandung lempung. Permuklaaan kasar dan buram menunujukkan lanau
6. Pemeriksaan Kekenyalan
Apabila tanah diolah dengan air sampai dengan batas platisitasnya (lihat
pemeriksaan batas palstis) tenaga yang dibutuhkan untuk mengolah tanah ini
menunujukkan kadar lempung. Tanah lempung berat berplastisitas tinggi
membutuhkan tenaga yang besar untuk pembuatan gulungan tanah. Tanah
berplastisitas rendah hanya membutuhkan tenaga rendah.
3.5. Menyatakan Diskripsi Tanah
1. Contoh penamaan yang khas dan bahan-bahan yang berbutir kasar dan berbutir
halus adalah sebagai berikut : ( KERIKIL KEPASIRAN : bergradasi baik dengan
sedikit bahan kelanauan, hamper seluruh kerikilnya keras dan bersudut sisi bulat,
ukuran maksimum 3 inci, warna abu-abu. LEMPUNG : Plasisitas tinggi,
mengandung batu disana sini ½ inci, warna coklat muda )
2. Urutan yang baik untuk menerangkan tanah asli adalah sebagai berikut
Nama / kekuatan atau kepadatan /warna keterangan
Contoh :
LANAU, lunak, biru pucat, mengandung jalur-jalur bahan organic
PASIR, padat, abu-abu tua, hanya pasir halus dan ukuran sedang, homogen,
kadang-kadang disana-sini terdapat kulit kerang
BAB IV
PEMERIKSAAN KADAR AIR
4.1. Pendahuluan
Yang dimaksud dengan kadar air tanah ialah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah dengan kering tanah tersebut dinyatakan dalam persen. Kadar
air tanah merupakan salah satu parameter terpenting untuk menentukan korelasi antara
prilaku tanah dengan sifat fisik tanah, yang dilaksanakan secara rutin dalam pelaksanaan
pengujian di laboratorium. Percobaan ini dilakukan menggunakan metode kering oven
dimana benda uji dipanaskan pada suhu 110 + 5 oC, selama 16 s/d 24 jam (sampai
beraty tetap). Pada keadaan khusus dimana kadar yangh diujikan berupa jenis lempung
yang terdiri dari mineral monomorolinote atau bahan-bahan organic ( missal tanah
lembut ), maka suhu pengeringan minimum dibatasi sampai 60 oC, dengan waktu
pengeringan yang lebih lama.
4.2. Tujuan Percobaan
1. Melaksanakan percobaan penentuan kadar air dengan prosedur yang benar
2. Melaksanakan perhitungan kadar air serta menggunakannya dalam perhitungan-
perhitungan untuk percobaan yang lain
4.3. Peralatan
1. Kompor/Oven, yang dilengkapi dengan suhu untuk memamnasai sampai suhu
(110+5) oC
2. Cawan kedap dan tidak berkarat, dengan ukuran yangh cukup. Cawan dapat
terbuat dari gelas atau logam misalnya alumunium
3. Neraca / timbangan
4. Neraca denga ketelitian 0.01 gram
5. Neraca dengan kletelitian 0.1 gram
6. Neraca dengan ketelitian 1 gram
4.4. Benda Uji
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada
ukuran butir maksimum dari contoh yang diperiksa, denga ketelitian seperti table.
Tabel 1.1
Ukuran Butiran Maksimum Jumlah Benda Uji Minimum Ketelitian
3/4 1000 gram 1 gram
Lewat saringan no. 10 100 gram 0.1 gram
Lewat saringan no. 40 10 gram 0.01 gram
4.5. Prosedur Pelaksanaan
1. Ambil cawan kosong yang bersih dan kering
2. Timbang masing-masing berat cawan kemudian beri label pada cawan yang sudah
ditimbang dengan label berat cawan itu sendiri
3. Masukkan benda uji yang mewakili dari contoh tanah yang akan diperiksa
ditempatkan dalam cawan
4. Timbang cawan beserta isinya dan catat bweratnya (W 1)
5. Tutup cawan kemudian dibuka dan cawan ditempatkan di kompor/oven pengering
sampai berat contoh tanah konstan dengan suhu pengeringan (110 5 ) oC selama 16
s/d 24 jam
6. Ambil cawan dari benda uji yang telah dikeringkan kemudian letakkan dalam
desilator yang berisi silica gel untukn didinginkan
7. Timbang cawan beserta isinya
8. Bersihkan dan keringkan cawan tersebut kemudian di timbang (W2)
9. Peralatan dibersihkan dan disimpan kembalim pada tempatnya
4.6. Perhitungan
Kadar air dapat dihitung seperti berikut :
Berat cawan kosong : W1 gram
Berat cawan + tanah basah : W2 gram
Berat cawan + tanah kering : W3 gram
Berat air / W : W2 – W3 gram
Berat tanah kering / W : W3 - W1 gram
Kadar air
4.7. Pelaporan
Kadar air dilaporkan dalam person dengan ketelitian satu angka dibelakang koma
4.8. Catatan
1. Jika tidak terdapat oven pengering, maka pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan
dengan cara :
Jika benda uji yang akan diperiksa kadar airnya tidak mengandung bahan
organic atau bahan yang mudah terbakar, maka pengeringan dapat dilakukan
diatas kompor atau dibakar langsung setelah disiram dengan spritus.
Penimbangan dan pengeringan dilakukan berulang, sehingga setelah 3 kali
penimbangan terakhir telah tercapai berat yang konstan
Jika benda yang akan diperiksa mengandung bahan yang mudah terbakar, maka
tidak boleh dilakukan pengeringan dengan cara dibakar dengan spritus, tapi
harus dikeringkan dengan kompor dengan temperature tidak lebih dari 60
2. Untuk masing-masing contoh tanah harus dipakai cawan-cawan yang diberi tanda
tidak boleh sampai tertukar
3. Untuk tia[p benda uji harus dipakai minimal 2 cawan, sehingga kadar air dapat
diambil rata-rata
4. Agar pengeringan dapat berjalan dengan sempurna, maka susunan benda uji
didalam oven harus diatur sehingga pengeringan tidak terganggu, serta saluran
udara harus dibuka.
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
Tgl. Pengujian : 19 Februari 2011
Proyek : Praktikum
Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Universitas Muhammadiyah Mataram
Sample : Tanah sembarang 16,14
Lokasi : Sebelah Selatan Sungai
Universitas Muhammadiyah Mataram
BAB V
PEMERIKSAAN
PEMBAGIAN BUTIR DENGAN ANALISA SARINGAN
5.1 Pendahuluan
PENENTUAN KADAR AIR ( ASTM D 2216-80 )
Dikerjakan oleh kelompok1. Ahmad Abdullah2. Cecep Handika3. Fathurrahman B4. Ismail5. Jumratul akbar tanjung6. Khaerul syaputra7. L.sri yin dan yang8. Ramli Agustono9. Saipul Bahry10. Seni rahayu11. Zahiruddin
Dipriksa oleh
HENI PUJIASTUTI , ST. MT.
Pada dasrnya partikel-partikel pembentuk mempunyai ukuran dan bentuk yang
beraneka ragam, baik pada tanah kohesip maupun tanah non kohesip. Sifat suatu tanah
banyak ditemukan oleh ukuran butir dan distribusinya, sehingga analisa butiran
dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan tanah
Ada dua macam cara yang dipakai untuk menentuk pembagaian butir dari suatau
tanah di laboratorium, yaitu :
1. Analisa ayakan ( Sieve Analysis ) dipakai untuk menentukan pembagian
ukuran butiran tanah yang kasar atau memiliki diameter butiran lebih besar dari 0.075
mm (no. 200)
2. Analisa hydrometer (Hydrpmeter Analysis) untuk menentukan
pembagian ukuran butiran tanah yang berbutir halus atau memiliki diameter butiran
lebih kecil dari 0.075 mm (no. 200)
Pemeriksaan ukuran butiran tanah dengan hydrometer berdasrkan PB – 0107 –
76 / ASTM D – 422 – 72 / AASHTO T – 88 – 72 , sedangkan pemeriksaan butiran
tanah dengan analisa saringan berdasrkan PB – 0201 – 76 / ASTM c – 136 – 46 /
AASHTO T – 27 – 74.
Hasil dari test pembagian butir biasanya diganbarkan dalam kertas
semilogritma. Diameter butir digambar pada sumbu datar (skala logaritma), dan
prokntase butir-butir tanah yang lolos dari tiap-tiap ayakan diplot pada sumbu tegak
(skala linier).
Dari grafik pembagian butir dapat ditentukan harga-harga koefisien
keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) dari tanah yang bersangkutan.
Klasifikasi tanah yang akan dipakai yaitu : sistim klasifkasi UNIFIED dan
sistim klasifikasi AASHTO ( American Assiciation State Higway Transportation
official ). Dengan menggunakan sistim ini maka tanah yang diuji berbutir kasar dan
tanah berbutir halus.
Grafik pembagian butir tidak menunjukkan batasan dari ukuran-ukuran butir
yang dikandung oleh suatu tanah, tapi juga memberikan bentuk (type) dari grafik
pembagian butir tanahyang dites. Bentuk dari grafik pembagian butir pada umumunya
dapat digolonngkan dalam tiga kategori yaitu :
1. Well graded / gradasio bvaik, adalah type tanah dimana ukuran butir-
butirnya terbagi merata dari besar sampai kecil.
2. Uniformly, graded / gradasi seragam, adalah type tanah dimana ukuran
butir-butirnya hanya merupakan kombinasi dari dua atau lebih diameter-diameterb
yang sama.
3. Poorly Graded / gradasi burik, adalah type tanah dimana sebagian besar
dari butir=butirnya mempunyai ukuran yang sama.
5.2 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (radiasi)
agregat butir / gradasi agregat lebih besar 0.075 mm digunakan analisa saringan
sedangkan ukuran butiran agregat lebih kecil 0.075 mm digunakan analisa hidrmeter.
Analisa saringan dikerjakan dengan menggunakan ayakan dengan berbagai ukuran,
sedangkan analisa hidrmeter di dasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)
butir-butir dalam air.
Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan
mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran, dan
beratnya kecepatan mengendap dari partikel tersebut dapat dinyatakan dalam hukum
stokes yaitu :
Dimana
V = Kecepatan turun butir-butir tanah (gr/dt)
T3 = berat volume butir tanah (gr/dt)
Tw = berat volume air (gr/dt)
D diameter butiran tanah (cm)
Dan untuk mendapatkan hasil yang baik maka digunakan hydrometer yang
berfungsi untuk mengetahui berat jenis larutan setup waktu pengamatan. Dari hasil
tersebut maka didapatkan data, yang setelah diolah akan diperoleh gram distribusi
butiran yang merupakan hubungan antara diameter dan prosentase lolos.
5.3 Peralatan
1. Timbngan dengan ketelitian 0.1
2. Satu set saringan standar ASTM
3. Stop Watch
4. Kompor/Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi hingga
(100+5) oC
5. Alat pernisah contoh
6. Mesin pengguncang saringan
7. Talam-talam
8. Kuas, sikat, sendok dan masker
9. Sodium Hexamethaphospat
10. Air suling
5.4 Benda Uji
1. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cars perempat sebanyak
Agregat lulus
- Ukuran butiran maksimum no. 4 (4.75 mm), berat minimum 500 gram
- Ukuran butiran maksimum no. 8 (2.36 min ), berat minimum 100 gram
Agregat kasar
- Ukuran butiran maksimum 3.5 “, berat minimum 35 kg
- Ukuran butiran maksimum 3”, berat minimum 30 kg
- Ukuran butiran maksimum 2.5”, berat minmum 25 kg
- Ukuran butiran maksimum 2”, berat minimum 20 kg
- Ukuran butiran maksimum 1.5” berat minimum 15 kg
- Ukuran butiran maksimum 1” berat minimum 10 kg
- Ukuran butiran maksimum 3/4”, berat minmum 5 kg
- Ukuran butiran maksimum ½”, berat minimum 2.5 kg
- Ukuran butiran maksimum Lim 3/8”, berat minimum 1 kg