LAPORANPRAKTIKUM MEKANIKA TANAH
Oleh:
KELOMPOK 2
TARISYA AULIA1209024009YOHANES ADITYA 1209025010EKO PUTRA
SANTOSO1209025011VERAYANTI ARRUAN1209025013BUDI
SANTOSO1209025015RENI YOHESER1209025016RANDY
KHARISMA1209025017ANNISA PURNAMASARI1209025018
LABORATORIUM REKAYASA SIPILFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA2013LAPORANPRAKTIKUM MEKANIKA TANAH
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
KELOMPOK 2
TARISYA AULIA1209025009YOHANES ADITYA1209025010EKO PUTRA
SANTOSO1209025011VERAYANTI ARRUAN1209025013BUDI
SANTOSO1209025015RENI YOHESER1209025016RANDY
KHARISMA1209025017ANNISA PURNAMASARI1209025018
Samarinda, 13 Desember 2013Disahkan oleh:
Asisten Praktikum
FirmanNIM. 0909025009
Mengetahui,Koordinator Praktikum
Ir. Hj. Masayu Widiastuti, MTNIP. 19691109 199512 2 006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan
ini disusun berdasarkan hasil penelitian dari beberapa percobaan
Mekanika Tanah yang telah dilakukan.Pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang secara sadar dan tidak sadar, atau secara langsung atau
tidak langsung, telah membantu dalam menyusun laporan ini hingga
selesai.Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penyusun selalu terbuka
terhadap segala macam komentar, saran, kritik dan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat berguna untuk lebih menyempurnakan
laporan ini.
Samarinda, 13 Desember 2013
Penyusun
BAB 1PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangMekanika tanah merupakan salah satu mata kuliah
dalam Teknik Sipil, yang terdiri dari pembelajaran teori dan
praktikum. Praktikum ini harus didasari dengan pemahaman teori yang
baik. Salah satu hal yang penting bagi mahasiswa adalah mampu
mengaplikasikan teori yang di dapat di dalam kelas dengan kegiatan
praktikum di laboratorium.Salah satu pokok perhatian dalam mekanika
tanah adalah kadar air. Dan untuk memisahkan antara tanah dengan
air, di gunakan uji kadar air untuk menghilangkan airnya. Kadar air
dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah. Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian
kadar air dari suatu sampel tanah. Setelah pembelajaran di dalam
kelas secara teori mengenai kadar air, maka untuk mengetahui cara
menentukan kadar air tersebut maka dilakukan pembelajaran melalui
praktikum di laboratorium. Sehingga mahasiwa benar-benar memahami
cara mendapatkan nilai kadar air, bukan hanya melalui teori dalam
kelas tetapi melalui praktikum secara langsung.
1.2Tujuan Percobaan Untuk dapat melakukan pengujian kadar air
Untuk menentukan kadar air suatu sampel tanah
BAB 2DASAR TEORI
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari butiran
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi satu sama lainnya
serta terletak di atas batuan dasar. Ikatan antar butiran relatif
lemah disebabkan karena adanya ruang (rongga) diantara
partikel-partikel butiran tanah. Ruang tersebut dapat berisi air,
udara ataupun keduanya.Apabila tanah sudah benar-benar kering maka
tidak akan ada air sama sekali dalam porinya. Keadaan semacam ini
jarang ditemukan pada tanah yang masih dalam keadaan asli lapangan.
Air hanya dapat dihilangkan sama sekali dari tanah apabila
dilakukan dengan tindakan khusus untuk maksud tersebut, misalnya
dengan memanaskan di dalam oven. Penyelidikan tanah yang memadai
merupakan suatu pekerjaan pendahuluan yang sangat penting pada
perencanaan sebuah proyek. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pengujian kadar air pada tanah. Kadar air adalah perbandingan
antara berat air dalam contoh tanah dengan berat butir.Tanah
berguna sebagai bahan bangunan dan pendukung pondasi bangunan.
Segumpal tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Pada
kondisi kering, tanah terdiri dari dua bagian, yakni butir-butir
tanah dan pori-pori udara. Pada kondisi jenuh air, tanah terdiri
dari dua bagian yakni butir-butir tanah dan air pori. Pada kondisi
tidak jenuh air (natural), tanah terdiri dari tiga bagian, yakni
butir-butir tanah, pori-pori udara dan air pori.Hubungan-hubungan
berat dan volume yang biasa digunakan dalam mekanika tanah adalah
kadar air, porositas, angka pori, berat volume, berat jenis,
derajat kejenuhan dan lain-lain.Kadar air didefinisikan sebagai
perbandingan antar berat air (Ww) dengan berat butiran (Ws) dalam
tanah tersebut dan dinyatakan dalam persen. Cara penetapan kadar
air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah yang dikeringkan
dalam oven dengan suhu 100C - 110C untuk waktu tertentu. Air yang
hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung
dalam tanah tersebut.Perhitungan kadar air dilakukan dengan
memasukkan data-data dari berat contoh tanah basah dan berat contoh
tanah kering.
w = dengan:w: kadar air yang dinyatakan dalam persenW1: berat
cawanW2: berat cawan + berat tanah basah W3: berat cawan + berat
tanah kering
Istilah-istilah yang digunakan untuk hubungan berat : Kadar air
(moisture content = w), dalam persen Berat volume (unit weight =
)
Dalam system Inggris w= 62.4 lb/ft3Dalam SI w= 9.81 kN/m3
Berat volume basah bila dinyatakan dalam berat, kadar air dan
volume, menjadi:
Berat volume kering
Buktikan adanya hubungan antara berat volume dengan berat volume
kering dan kadar air.
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang
adalah jumlah air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air
gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan
dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah
yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun
tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan
kadar air secara permanen sebagai akibat pengurangan persediaan
kelembaban tana (Buckman dan Brady, 1982)Kadar air dinyatakan dalam
% volume, yaitu persentase volume tanah.Cara ini memberikan
keuntungan karena dapat memberikan gambaran terhadap ketersediaan
air bagi tumbuhan pada volume tertentu. Cara penentuan kadar air
dapat digolongkan dalam cara Gravimetrik, tegangan dan hisapan,
tumbuhan, listrik serta pembaruan neutron. Cara Gravimetrik
merupakan cara yang paling umum dipakai dimana dengan cara ini
tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 100C-150C untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena proses pengeringan tersebut
merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah. (Hakim,dkk,
1986).Kadar air yang tersedia dalam tanah didasarkan pada kenyataan
bahwa jumlah air maksimum yang dapat disimpan dalam tanah adalah
air yang ditahan pada saat kapasitas lapang dimana tanaman hanya
dapat menurunkan kandungan air tanah sampai batas titik layu
permanen. Atas dasar itu maka jumlah air yang dapat ditahan antar
kapasitas lapang dan titik layu permanen serta kelebihan air yang
terikat pada kapasitas lapang tidak menguntungkan lagi bagi tanaman
tingkat tinggi (Pairunan, A. K. dkk, 1997).Air dalam tanah mengalir
kebawah dengan gaya perkolasi sesuai dengan gavitasi bumi. Hal ini
disebabkan oleh sifat air yang mengalir dari tempat yang lebih
tinggi ketempat yang lebih rendah.(Syarief, 1986).Persediaan air
dalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi,
kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotraspirasi (penguapan
langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), dan tingginya muka
air tanah. Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungsn erat
dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah
tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang
diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Kemampuan
tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tana-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil
daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang
ditanam pada tanah umumnya lebih mudah kekeringan daripada
tanah-tanah bertekstur lempung atau liat (Hardjowigeno, 2003).
BAB 3METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan3.1.1Alat Cawan kadar air Timbangan dengan
ketelitian 0,01 gr Oven Desikator
3.1.2 Bahan Sampel tanah
3.2 Prosedur Percobaan
Ditimbang cawan yang akan dipakai lalu tutupnya diberi
nomor/tanda. Dimasukkan benda uji yang akan diperiksa (dicari kadar
airnya) ke dalam cawan tersebut lalu tutup. Ditimbang cawan yang
telah berisi benda uji tersebut. Dimasukkan ke dalam oven yang
suhunya telah diatur 110C selama 24 jam sehingga beratnya konstan
(tutup cawan dibuka). Setelah dikeringkan dalam oven, cawan
tersebut lalu dimasukkan ke dalam desikator agar cepat dingin.
Setelah dingin, timbang kembali cawan yang telah berisi tanah
kering tersebut. Dilakukan percobaan sebanyak 2 (dua) kali, agar
diperoleh kadar rata-ratanya.
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Hasil Pengujian
Tabel Data Hasil Uji Pemeriksaan Kadar AirNomor CawanA3H3
Berat Cawan(W1)gr12,412,8
Berat Cawan + Tanah Basah(W2)gr45,644,9
Berat Cawan + Tanah Kering(W3)gr38,837,6
Berat AirWw = W2 W3gr6,87,3
Berat Tanah KeringWs = W3 W1gr26,424,8
Kadar AirW = Ww / Ws x 100%25,7629,43
Rata-rata(W)%27,595
4.2.PembahasanPada percobaan untuk menentukan kadar air kali ini
masing-masing dilakukan pengukuran dengan menggunakan 2 cawan yang
berbeda. Cawan yang akan digunakan dibersihkan dan diberi nomor,
kemudian ditimbang beratnya (W1). Saat ditimbang masing-masing
berat cawan (W1) ke-1 dan ke-2 yaitu 12,4 gram dan 12,8 gram. Lalu
di ambil sebagian sampel tanah yang akan dicari kadar airnya,
dimasukkan ke dalam masing-masing cawan dan ditimbang berat
basahnya (W2) dan diperoleh berat basahnya masing-masing sebesar
45,6 gram dan 44,9 gram. Setelah itu kedua cawan yang berisi contoh
tanah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110C.
Setelah itu, sampel tanah yang sudah dikeringkan dengan oven
ditimbang lagi sebagai berat kering (W3) dan diperoleh berat
keringnya masing-masing 38,8 gram dan 37,6 gram. Berdasarkan hasil
pengukuran tersebut didapat kadar air dengan menggunakan rumus
:
Dan diperoleh nilai kadar air yaitu cawan 1 (A3) sebesar 25,76 %
dan cawan 2 (H3) sebesar 29,43 %.Berdasarkan nilai kadar air diatas
di dapat perbandingan bahwa nilai kadar air dengan contoh tanah
yang sama tetapi pada cawan yang berbeda nilai kadar airnya tidak
jauh berbeda. Kadar air rata-rata dari kedua sampel tersebut yaitu
27,595 %.Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan
penentuan kadar air kali ini yaitu sebagai berikut : Kesalahan
dalam penimbangan dimana timbangan tidak dikalibrasi dengan baik
sehingga hasil yang diperoleh kurang akurat. Cawan yang digunakan
belum bersih, atau masih ada air atau tanah yang tertinggal di
dalamnya, sehingga beratnya bertambah.
BAB VPENUTUP
5.1.Kesimpulan Dari percobaan ini dapat diketahui
langkah-langkah untuk melakukan pengujian kadar air. Sehingga
praktikan benar-benar memahami cara mendapatkan nilai kadar air,
bukan hanya melalui teori dalam kelas tetapi juga melalui praktikum
secara langsung. Sehingga praktikan dapat mengaplikasikannya baik
di dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan.
-Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
kadar air rata-rata pada sampel tanah adalah 27,595 %. Hal ini
menunjukan bahwa kadar air dari sampel tanah cukup tinggi.
5.2.Saran-Sebaiknya pada percobaan selanjutnya sampel yang diuji
lebih banyak, agar data yang diperoleh lebih akurat. -Sebaiknya
ketelitian dalam praktikum diutamakan, sehingga dapat meminimalisir
kesalahan.-Sebaiknya alat yang digunakan dalam praktikum ditambah
agar tidak ada sistem tunggu-menunggu dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:SurabayaDas Braja.
1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis )jilid
1.Erlangga: Hardiyatmo, Hary Cristady.2002.Mekanika Tanah I.Gajah
Mada University Press:Yogyakarta Shirley LH,Ir.1994.Geoteknik dan
Mekanika Tanah.Nova:BandungSunggono.1984.Mekanika
Tanah.Nova:Bandung.
LAMPIRAN
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari tanah.
Dalam dasar ilmu tanah, dapat dipelajari mengenai penentuan Berat
isi dan Berat jenis partikel. Berat isi berhubungan dengan padatan,
porositas dan bahan organik. Selain itu, dalam pengaplikasiannya,
kondisi Berat isi sangat mempengaruhi infiltrasi, konsistensi,
pergerakan akar dan pengolahan lahan. Hal inilah yang menunjukkan
bahwa Berat isi masih berhubungan dengan sifat-sifat tanah yang
lain.Oleh karena itu, Berat isi dan Berat jenis partikel sangat
penting untuk dipelajari sehingga pengetahuan mengenai Berat isi
dan Berat jenis partikel semakin bertambah. Dan kita dapat
menghitung dan menentukan Berat jenis dan Berat Isi suatu tanah.
Data sifat-sifat fisik tanah tersebut diperlukan dalam perhitungan
penambahan kebutuhan air, pupuk, kapur, dan pembenah tanah pada
satuan luas tanah sampai kedalaman tertentu. Berat isi tanah juga
erat kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah dan kemampuan akar
tanaman menembus tanah.Berat isi tanah juga diperlukan dalam
perhitungan pemberian pupuk, penambahan kapur dan pembenah tanah
untuk satu satuan luas lahan. Hal ini karena pada luas lahan dengan
kedalaman tertentu menggunakan satuan volume (m3), sedangkan pupuk,
kapur atau pembenah tanah dalam satuan berat, sehingga volume tanah
harus diubah terlebih dahulu menjadi satuan berat (kg atau ton).
Untuk mengubah menjadi satuan berat maka diperlukan data berat isi
tanah. Oleh karena itu sangat diperlukan pemahaman tentang berat
isi dan berat jenis tanah.
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk memahami faktor faktor yang mempengaruhi berat berat jenis
tanah. Untuk memahami cara menentukan berat jenis padatan dengan
piknometer.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Berat jenis tanah (spesific grafity) adalah perbandingan antara
berat isi butir tanah terhadap berat isi air pada temperatur 4C,
pada tekanan 1 atmosfir. Berat jenis tanah digunakan pada hubungan
fungsional antara fase udara, air, dan butiran dalam tanah,
sehingga diperlukan untuk perhitungan- perhitungan indeks
properties tanah.
Percobaan penentuan berat jenis dengan piknometer mencakup
penentuan berat jenis tanah dengan menggunakan botol piknometer,
dimana tanah yang diuji harus lolos saringan 200#. Metode inni
tidak dapat digunakan untuk tanah fraksi kasar dan jenis-jenis
material yang larut dalam air atau jenis tanah yang mempunyai berat
jenis < 1,0. Ketentuan yang berlaku dalam percobaan kali ini
yaitu:
1. Botol piknometer harus mempunyai volume sekurang-kurangnya 50
cc2. Contoh tanah yang akan diuji dapat mempunyai kadar air alami
atau dalam kondisi kering oven, berat contoh tanah dalam kondisi
kering oven sekurangnya 25 gram, sedangkan bila contoh tanah yang
digunakan dalam kondisi kadar air alami, maka berat keringnya harus
ditentukan kemudian.
Adapun untuk mencari Berat jenis dengan alat piknometer
digunakan rumus:
Dimana: Gs adalah berat jenis tanah pada suhu 1C W1 adalah berat
piknometer dengan tutup dalam keadaan kosong W2 adalah berat
piknometer + tanah W3 adalah berat pinometer + larutan tanah W4
adalah berat piknometer + airStruktur tanah didefinisikan sebagai
susunan geometric butiran tanah. Diantara faktor faktor yang
mempengaruhi struktur tanah adalah bentuk, ukuran, dan komposisi
mineral dan butiran tanah serta sifat dan komposisi dari air tanah.
Secara umum, tanah dapat dimasukkan kedalam dua kelompok yaitu:
tanah tak berkohesi (cohesionless soil) dan tanah kohesif (cohesive
soil).
Tanah terbagi dari dua bagian, yaitu bagian padat dan bagian
rongga. Bagian padat terdiri dari partikel partikel padat,
sedangkan bagian berongga terisi air atau udara setengahnya bila
tanah tersebut jenuh atau kering. Apabila gumpalan tanah tidak
sepenuhnya dalam keadaan basah atau jenuh, maka rongga tanah akan
terisi oleh air dan udara.
Tanah berbutir kasar (coarse grained soil) adalah tanah dengan
ukuran butir 0,075 mm atau tanah yang tertahan pada saringan no.
200. Tanah berbutir halus (fine grained soil) adalah tanah dengan
ukuran butir < 0,075 mm atau tanah yang lolos ayakan no.
200.
Tanah tidak seperti besi atau baja dan beton yang tidak banyak
ragam sifat sifat fisiknya. Keragaman ini menentuakn sifat tanah
dengan berbagai persoalan sesuai dengan kondisi tertentu yang
dikehendaki dalam pelaksanaan.
Sifat sifat penting tanah untuk sebuah proyek tergantung pada
jenis atau fungsi proyek. Sesuai dengan sifat sifatnya penting
diketahui tipe proyek yang dilaksanakan. Adapun sifat sifatnya
antara lain: Permeabilitas (Permeability)Sifat ini untuk mengukur
atau menentukan kemampuan tanah dilewati air melalui pori
porinya.Sifat ini penting dalam konstruksi bendung tanah urugan dan
persoalan drainase. Konsolidasi (Consolidation)Pada konsolidasi
dihitung dari perubahan isi pori tanah akibat beban.Sifat ini
dipergunakan untuk menghitung penurunan bangunan. Tegangan geser
(Shear Strength)Untuk menentukan kemampuan tanahn menahan tekanan
tekanan tanpa mengalami keruntuhan.Sifat ini dibutuhkan dalam
perhitungan stabilitas pondasi atau dasar yang dibebani, stabilitas
tanah isian atau timbunan di belakang bangunan penahan tanah dan
stabilitas timbunan tanah.
BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Piknometer, (labu ukur 50 ml) Timbangan dengan ketelitian 0, 01
gram Air destilasi Oven dengan suhu yang dapat diatur pada 105 110
C Termometer Cawan perendam Kompor listrik Tissue / lap
3.1.2 Bahan
Sampel tanah yang dipukul-pukul/digerus, dan lolos saringan no.
40 .
3.2 Prosedur Percobaan
Piknometer dibersihkan luar dan dalam, dikeringkan kemudian
ditimbang. Sampel tanah dimasukkan ke dalam piknometer kira kira
sebanyak 12-25 gram dan tutup, kemudian timbang. Tambahkan air
secukupnya ke dalam piknometer, sehingga tanah terendam seluruhnya.
Keluarkan gelembung udara yang terperangkap diantara butir butir
tanah dengan cara piknometer dipanaskan dengan hati hati sekitar 10
menit dengan sekali sekali piknometer dimiringkan untuk membantu
keluarnya udara, kemudian didinginkan. Piknometer ditambah air
destilasi sampai penuh sampai gelembung udara benar-benar tidak ada
lagi yang terperangkap dalam piknometer dan tutup piknometer.
Bagian luar piknometer dikeringkan dan dibersihkan dengan
tissue/lap. Setelah itu timbang piknometer dan ukur suhunya dengan
menggunakan termometer (tC) Keluarkan larutan tanah dari piknometer
dan dibersihkan, kemudian diisi penuh dengan air destilasi, tutup,
dan timbang.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
TABEL PENENTUAN BERAT JENIS TANAH
1PiknometerM1I
2Berat piknometer + TanahW1Gr43,344,7
3Berat piknometer W2Gr31,132,6
4Berat TanahWt = W1 - W212,212,1
5Suhu T CC3737
6Berat piknometer + tanah + airW3Gr87,889,3
7Berat piknometer + air pada T CW4Gr81,281,9
8Berat Jenis Gs pada suhu T C
2,182,57
9(Bj air T C) / (Bj air 27,5 C)A0,99690,9969
10Berat Jenis Gs pada suhu 27,5 CGs.A2,172,56
11Rerata Berat Jenis Gs pada suhu 27,5 C
12
18
17
Tabel Daftar Berat Jenis air
Temperatur (tC)Berat jenisTemperatur (tC)Berat jenis
202122232425262727. 528290. 99820. 99800. 99780. 99760. 99730.
99710. 99680. 99650. 99640. 99630. 996030313233343536373839400.
99570. 99540. 99510. 99470. 99440. 99410. 99370. 99340. 99300.
99260. 9922
4.2 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis suatu
sampel tanah. Berat jenis untuk suhu 27. 5 C ditentukan dengan
menggunakan rumus :
G untuk 27. 5 C = Gs
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapat nilai berat
jenis dengan temperatur 27. 5 C pada piknometer M1 adalah 2,17 dan
pada piknometer I adalah 2,56 . Rata-rata dari berat jenis tersebut
adalah 2,365.
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
BJ dipengaruhi oleh suhu dan komposisinya. Piknometer
dibersihkan luar dan dalam, dikeringkan kemudian ditimbang. Sampel
tanah dimasukkan ke dalam piknometer kira kira sebanyak 12-25 gram
dan tutup, kemudian timbang. Tambahkan air secukupnya ke dalam
piknometer, sehingga tanah terendam seluruhnya. Lalu, keluarkan
gelembung udara yang terperangkap diantara butir butir tanah dengan
cara piknometer dipanaskan dengan hati hati sekitar 10 menit dengan
sekali sekali piknometer dimiringkan untuk membantu keluarnya
udara, kemudian didinginkan. Selanjutnya, piknometer ditambah air
destilasi sampai penuh sampai gelembung udara benar-benar tidak ada
lagi yang terperangkap dalam piknometer dan tutup piknometer.
Bagian luar piknometer dikeringkan dan dibersihkan dengan
tissue/lap. Setelah itu, timbang piknometer dan ukur suhunya dengan
menggunakan termometer (tC). Keluarkan larutan tanah dari
piknometer dan dibersihkan, kemudian diisi penuh dengan air
destilasi, tutup, dan timbang.
5.2 Saran Sebaiknya dalam percobaan berat jenis di ujikan lebih
banyak sampel tanah dalam piknometer sehingga data lebih akurat
dengan hasil rata-rata dari banyak contoh sampel Waktu yang
disediakan lebih diperpanjang. Karena praktikan kadang
ganti-gantian mencoba melakukan praktikum, ada yang cepat dan ada
yang lambat.
DAFTAR PUSTAKA
Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:SurabayaDas Braja.
1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis )jilid
1.Erlangga: Hardiyatmo, Hary Cristady.2002.Mekanika Tanah I.Gajah
Mada University Press:Yogyakarta Shirley LH,Ir.1994.Geoteknik dan
Mekanika Tanah.Nova:BandungJakarta.Sunggono.1984.Mekanika
Tanah.Nova:Bandung
LAMPIRAN
Bab IPendahuluan
1.1. Latar Belakang
Mekanika tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan
massa tanah tersebut bila menerima bermacam-macam gaya. Dalam
mekanika tanah kita mempelajari kelakuan kondisi tanah yang berbeda
beda yang mana sering kita temukan dalam praktek.
Dalam praktikum kali ini kita akan membahas tentang pemadatan
dengan metode Core Cutter. Setelah pembelajaran di dalam kelas
secara teori mengenai pemadatan, maka untuk mengetahui cara
menentukan kepadatan tersebut maka dilakukan pembelajaran melalui
praktikum di laboratorium.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan kepadatan
(berat volume kering) tanah dengan menggunakan ring gamma.
Diharapkan setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat
memahami tentang uji pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya
baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan.
1.2. Tujuan Percobaan Untuk dapat melakukan pengujian
pemeriksaan kepadatan lapangan metode core cutter Untuk menentukan
kepadatan (berat volume kering) tanah dengan menggunakan ring
gamma
BAB IIDASAR TEORI
Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan geometric butiran
tanah. Diantara faktor faktor yang mempengaruhi struktur tanah
adalah bentuk, ukuran, dan komposisi mineral dan butiran tanah
serta sifat dan komposisi dari air tanah. Secara umum, tanah dapat
dimasukkan kedalam dua kelompok yaitu: tanah tak berkohesi
(cohesionless soil) dan tanah kohesif (cohesive soil).
Partikel Tanah
Ukuran dari suatu partikel tanah adalah sangat beragam dengan
variasi yang cukup besar. Tanah umumnya dapat disebut sebagai
kerikil(gravel), pasir(sand), lanau(silt), atau lempung(clay).,
tergantung pada ukuran partikel yang paling dominant dapa tanah
tersebut. Untuk menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuran-ukuran
partikelnya, beberapa organisasi telah mengembangkan beberapa
batasan-batasan ukuran golongan jenis tanah. (soil separate size
limits). Pada table di tunkukkan batasan-batasan ukuran golongan
jenis tanah yang telah di kembangkan oleh Massachussets Institute
of Technology (MIT), U.S Department of Agriculture (USDA), American
Assosiation of state highway and Transportation Official (AASHTO)
dan oleh U.S Army Corps OF Engineers dan U.S Bereau of reclamation
yang kemudian menghasilkan apa yang disebut sebagai Unified Soil
Classification System (USCS).
Tabel Batasan-batasan ukuran golongan tanah
Nama Golongan Ukuran Butiran (mm)
KerikilPasirLanauLempung
Massachussets Institute of Technology (MIT)>22 - 0,060,06 -
0,002< 0,002
U.S Department of Agriculture (USDA)>22 - 0,050,05 -
0,002< 0,002
Assosiation of state highway and Transportation Official
(AASHTO)76,2 - 22 - 0,0750,075 - 0,002< 0,002
U.S Army Corps OF Engineers dan U.S Bereau of reclamation76,2 -
4,754,75 - 0,075Halus (yaitu lanau dan lempung) 100oC. Cincin +
contoh tanah diambil dari oven kemudian bersihkan ring dari tanah
yang menempel, lalu ditimbang dan didapat berat kering.BAB 4HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Hasil Uji
Ukuran RingDiameter Ring = 5,6 cm (ring 31) dan 5,7 cm (ring
23)Tinggi Ring= 2,9 cm (ring 31) dan 3,1 cm (ring 23)Volume Ring =
Ring 3-1 = D2 t = . 5,62 . 2,9 = 71,39 cm3 Ring 2-3= D2 t = . 5,72
. 3,1 = 79,06 cm3Nomor Ring3123
Volume dalam RingVcm371,3979,06
Massa Ring KosongM1gr70,376,8
Massa Ring + tanah basahM2gr211,9218,4
Massa tanah basahM3 = M2 M1gr141,6141,6
Kadar Airw24,3236,02
Berat Volume Basahgr/cm31,981,79
Berat Volume Keringgr/cm31,591,32
Berat Volume Kering Reratagr/cm31,455
Cawan No.E9D11
Berat Cawan kosongW1 (gram)12,612,6
Berat Cawan + Tanah BasahW2 (gram)51,260,7
Berat Cawan + tanah keringW3 (gram)4958
Berat airA=W2-W32,22,7
Berat Tanah KeringB=W3-W136,445,4
Kadar Air(A/B)x100%6,045,95%
Kadar air rata-rata(%)5,95%
4.2.Pembahasan
Hal pertama yang dilakukan dalam penentuan berat isi yaitu
diukur diameter dan tinggi 2 buah cincin uji (ring gamma) dengan
menggunakan mistar. Masing-masing diameter dan tinggi pada cincin
1(31) yaitu 5,6 cm dan 2,9 cm, pada cincin 2(23) yaitu 5,7 cm dan
3,1 cm. Ditimbang berat masing-masing cincin uji (M1) tersebut dan
didapat masing-masing pada cincin 1 dan 2 sebesar 70,3 gram dan
76,8 gram. Tanah dimasukkan kedalam cincin tersebut dan diratakan
permukaannya. Cincin + contoh tanah ditimbang (M2), dan didapat
pada masing-masing cawan yaitu 211,9 gram dan 218,4 gram. Kemudian
dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu >100C.
Setelah itu cincin + contoh tanah yang sudah dioven ditimbang dan
didapat berat keringnya.Berat isi tanah basah dapat dicari dengan
rumus :
Dan berdasarkan hasil percobaan didapar berat isi tanah basah
pada cincin uji 1 dan 2 masing-masing yaitu sebesar 1,98 gram/cm3
dan 1,79 gram/cm3. Dari kedua hasil tersebut dapat dibandingkan
bahwa nilai berat isi pada masing-masing cincin uji tidak jauh
berbeda. Berat isi rata-rata tanah basah adalah 1,885 gram/cm3.
Selanjutnya masing-masing cawan di hitung berat airnya (A=W2-W3)
dan berat tanah kering (B=W3-W1). Dan berdasarkan hasil percobaan
didapat berat isi tanah kering pada cincin uji 1 dan 2
masing-masing yaitu sebesar 1,59 gram/cm3 dan 1,32 gram/cm3. Dari
hasil tersebut dapat dibandingkan bahwa nilai berat isi pada
masing-masing cincin uji adalah tidak jauh beda. Berat isi
rata-rata tanah kering adalah 1,455 gram/cm3.
Nilai berat volume basah dan berat volume kering tanah dihitung
menggunakan rumus:Berat Volume Tanah Basah :
Berat Volume Tanah Kering :
w = kadar air
Dihitung persentase kadar air masing-masing cawan dengan
menggunakan rumus : Kadar air (w) =(A/B)x100%
Kemudian setelah di dapat kadar air masing-masing cawan, hitung
rata-rata kadar air dengan cara (w1 + w2)/2. Dari hasil percobaan
didapat kadar air rata-rata (persen) sebesar 5,95%.
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan
menentukan berat volume kali ini adalah sebagai berikut : Kesalahan
dalam membaca timbangan, mungkin pada saat dilakukan penimbangan
timbangan belum di kalibrasi. Kesalahan dalam membaca skala mistar
sehingga hasil yang didapatpun kurang akurat. Seharusnya dalam
membaca harus tegak lurus dengan skala mistar. Kesalahan dalam
proses pemadatan tanah didalam cincin (ring gamma).Biasanya tanah
tidak terpadatkan secara sempurna didalam cincin sehingga
mempengaruhi berat dan diameter tanah sehingga secara tidak
langsung mempengaruhi hasil perhitungan berat isi tanah tersebut.
Pada saat pengambilan sampel tanah setelah pemanasan dalam oven
biasanya tidak sampai 24 jam dan berat dari tanah berkurang karena
diakibatkan kesalahan pada saat membawa sampel tersebut sehingga
mengakibatkan beberapa butir tanah terjatuh dan mengurangi berat
dari tanah tersebut. Hal tersebut mengakibatkan hasil yang didapat
tidak terlalu akurat dan maksimal.
BAB VPENUTUP
5.1.Kesimpulan1. Dari percobaan ini dapat diketahui
langkah-langkah untuk melakukan pengujian pemeriksaan kepadatan
lapangan metode core cutter. Melalui praktikum ini praktikan dapat
memahami tentang uji pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya
baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan.-Berdasarkan
hasil pengukuran tersebut diperoleh berat isi rata-rata tanah
kering adalah 1,455 gram/cm3.
5.2.Saran-Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, praktikum
dilakukan sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan peraturan yang
ada. Dan sebaiknya pada percobaan selanjutnya sampel yang diuji
lebih banyak, agar data yang diperoleh lebih akurat.-Sebaiknya
ketelitian dalam praktikum diutamakan, sehingga dapat meminimalisir
kesalahan.-Sebaiknya setelah praktikum, alat yang digunakan
dikembalikan ke tempat semula dalam keadaan bersih dan tertata
rapi
DAFTAR PUSTAKA
Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:SurabayaDas Braja.
1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis )jilid
1.Erlangga: Hardiyatmo, Hary Cristady.2002.Mekanika Tanah I.Gajah
Mada University Press:Yogyakarta Shirley LH,Ir.1994.Geoteknik dan
Mekanika Tanah.Nova:BandungSunggono.1984.Mekanika
Tanah.Nova:Bandung.
LAMPIRAN
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDalam ilmu teknik sipil, tanah merupakan
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat
yang tidak tersedimentasikan (terikat secara kimia) satu dengan
yang lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpatikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.
Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah
merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat
tersebut sangat bervariasi dan sifat-sifat fisik butiran.
Oleh karena itu kita sebagai orang teknik perlu memepelajari
tentang tanah guna ilmu perencanaan terhadap infrasturuktur yang
akan dibangun diatasnya. Di Universitas Mulawarman Program Studi
Teknik Sipil jenjang S1 dikenal mata kuliah Mekanika Tanah. Ilmu
ini mempelajari sifat dan perlakuan terhadap kondisi tanah yang
berbedabeda, yang mana sering kita temukan di lingkungan sekitar
kita. Tanah memiliki banyak ragam bentuk fisik maupun komponennya
tergantung kondisi dan tempat dimana tanah itu ditemukan.
Karena dikelas hanya bersifat teoritis, oleh karena itu
praktikum Mekanika Tanah Distribusi Ukuran Butir ini perlu
dilakukan. Melalui praktikum ini diharapkan kita dapat melakukan
pengujian distribusi ukuran butir, memplot hasil pengujian kedalam
grafik dan dapat memberi kesimpulan mengenai gradasi hasil
distribusi dari sampel tanah yang didapat
1.2 Tujuan Percobaan Praktikan dapat melakukan percobaan
distribusi ukuran butir tanah dengan Hydrometer Menentukan ukuran
butir tanah yang lebih kecil dari 2mmBAB IITINJAUAN PUSTAKA
Dalam jenis dan sifat tanah sangat bervariasi, hal ini
ditentukan oleh perbandingan banyaknya fraksi-fraksi (kerikil,
pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir halus. Pada
tanah berbutir halus analisis saringan di uji dengan alat bernama
Hidrometer. Pada tanah lanau digunakan sekurang-kurangnya 50-60
gram dan pada tanah lempung tidak berpasir 100-120 gram.
Pada uji hidrometer, ukuran butiran dianggap sebagai diameter
bola yang mengendap pada kecepatan yang sama, pada besar butiran
yang sama. Tanah sebelumnya harus dibebaskan dari zat organik,
kemudian tanah dilarutkan ke dalam air destilasi yang dicampuri
bahan pendeflokulasi (deflocculating agent) yang dapat berupa
sodium hexametaphosphate agar partikel-partikel menjadi bagian yang
terpisah satu dengan yang lain.
Ketika hidrometer dimasukkan dalam larutan suspensi (pada waktu
t dihitung dari permulaan sedimentasi), hidrometer ini mengukur
berat jenis larutan di sekitar gelembung hidrometer yang berada
pada kedalaman L. Berat jenis suspensi merupakan fungsi dari jumlah
partikel tanah yang ada per volume satuan suspensi pada kedalaman L
akan berdiameter lebih kecil dari D.
Partikel yang lebih besar akan mengendap di luar zona
pengukuran. Hidrometer dirancang untuk memberikan jumlah tanah
(dalam gram) yang masih terdapat suspensi dan dikalibrasi. Dari uji
hidrometer, distribusi ukuran butir tanah digambarkan dalam bentuk
kurva semi logaritmik. Ordinat grafik berupa persen berat butiran
yang lebih kecil daripada ukuran butiran yang diberikan dalam
absis.Umumnya tanah bergradasi baik jika distribusi ukuran
butirannya tersebar meluas, tanah bergradasi buruk jika butiran
besar maupun kecil ada, tapi dengan pembagian butiran yang relatif
rendah pada ukuran sedang.BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan TempatPada pada percobaan ini dilakukan pada
laboratorium Mekanika Tanah, Rekayasa Sipil Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman. Pada tanggal 23 November 2013
3.2 Alat dan Bahan3.2.1Alat Hidrometer ASTM 151H Thermometer
Stopwatch Gelas silinder kapasitas 1000 cc Alat pengaduk suspensi
Erlenmeyer Air destilasi Sampel tanah yang lolos saringan No 40
Reagent Saringan : No 10, No 30, No 40, No 50, No 100, No 200
3.2.2 Bahan-Tanah lolos saringan No 40
3.3 Prosedur Percobaan Ambil contoh tanah 50-60 gram, taruh
contoh tanah dalam erlenmeyer tuangkan sebanyak 125 cc larutan air
ditambah reagent 10% dari berat tanah yang disiapkan. Campur dan
aduk sampai seluruh tanah tercampur dengan air. Biarkan tanah
terendam selama minimal 16 jam Tuangkan campuran dalam pengaduk,
jangan sampai ada butir yang tertinggal dengan cara dibilas air.
Putar alat pengaduk selama 1 menit Kemudian pindahkan suspensi
kegelas silinder. Tambahkan air destilasi hingga volume mencapai
1000 cc Disampingnya sediakan gelas silinder kedua yang diisi air
destilasi ditambah dengan reagent 10% dari berat tanah sebagai
pembanding Tutup gelas isi suspensi dengan telapak tangan kemudian
kocok sebanyak 60 kali. Tepat pada hitungan ke 60 stopwatch mulai
berjalan. Letakan gelas isi suspensi keatas meja berdampingan
dengan gelas silinder kedua yang diisi air destilasi Lakukan
pembacaan hidrometer pada suspensi saat T = 2, 5, 30, 60, 250 dan
1440 menit. Setelah dibaca ambil hidrometer pelan-pelan lalu
lakukan pembacaan hidrometer pada silinder kedua. Setiap pembacaan
hidrometer amati dan catat temperatur dengan menggunakan
termometer. Setelah pembacaan hidrometer terakhir tuangkan suspensi
keatas saringan No 200 kemudian cuci dengan air. Hingga tidak ada
lagi butir yang tertinggal Pindahkan butir-butir tanah yang
tertahan kedalam wadah, keringkan didalam oven dengan temperatur
105 - 110 c. Kemudian keluarkan sampel dari oven sambil
didinginakan lalu timbang berat tanah kering. Saring tanah tersebut
dengan menggunakan sejumlah saringan Timbang dan catat berat tanah
yang tertinggal pada tiap saringan
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Uji
ANALISA SARINGAN BUTIRAN TANAH
No. SaringanUkuran (mm)Massa tertahan saringan (gr)Massa lewat
saringan (gr)Persen lewat saringan c/M x 100 %
102b1= 0C1=52,2100
300,6b2= 0C2=52,2100
400,425b3= 0C3=52,2100
500,3b4= 0C4=52,2100
1000,15b5= 1,7C5=50,596,74
2000,075b6= 2,4C6=48,192,15
Berat Butiran < 0,075 mmB2 = 48,1
HASIL PENGUJIAN% Berat Lebih Kecil P
(%)56,3252,346,2640,2334,222,12
Bacaan Diameter Terkoreksi R=R1-R2282623201711
Diameter Butir D = K (L/T)0,0320,0200,0080,0060,00310,001
Konstanta K0,012930,012930,012930,012930,013120,01312
Kedalaman efektif L (cm)12,112,4512,513,413,914,9
Temperatur t (oC)303030302929
Koreksi Meniscus (m)0,50,50,50,50,50,5
BacaanR2-3-3-3-3-3-3
BacaanR125232017148
Waktu T (menit)2530602501440
4.1 PembahasanPengujian dengan hidrometer ini dilakukan karena
kita ingin mengetahui distribusi ukuran tanah pada tanah berbutir
halus yaitu tanah yang tertahan saringan No 200 (0,075 mm).
Percobaan ini dilakukan dengan mengendapkan tanah pada gelas
silinder dan membandingkan bacaan pada gelas silinder lain yang
diisi air biasa. Yang menjadi perbandingan adalah bacaan yang
tertera pada alat hidrometer dan temperatur pada setiap gelas
silinder berbeda.
Grafik Distribusi Ukuran Butir
Melaui grafik dapat disimpulkan bahwa tanah bergradasi baik
dengan sejumlah lempung. Karena dari hasil grafik terdapat
persebaran butiran dari yang terbesar sampai terkecil. Grafik ini
dibuat dalam bentuk logaritmik dan data ini didapat dari plot hasil
tabel analisis saringan dan tabel hasil pengujian, yaitu diameter
saringan dan persen lolos pada saringan
Pada percobaan kali ini didapat hasil butiran tanah yang besar
diameternya kurang dari 2mm adalah 1,7mm dan 2,4mmPada percobaan
ini ada beberapa faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam
percobaan distribusi ukuran butir kali ini yang dapat menyebabkan
kesalahan penginputan data, yaitu : Pada saat pengukuran hidrometer
dan termometer, posisi mata tidak sejajar dengan pembaca skala
sehingga terjadi kesalahan dalam pembacaan hidrometer dan
termometer Kesalahan ketika mindahkan butiran-butiran tanah yaitu
tertinggalnya butiran tanah pada gelas ukur ketika membersihkan
sehingga mempengaruhi berat butir tanah itu sendiri Kesalahan pada
alat timbangan karena belum dikalibrasi sehingga penimbangan
menjadi kurang akurat
BAB VPENUTUP
5.1Kesimpulan Praktikan dapat melakukan percobaan distribusi
ukuran butir menggunakan hidrometer dengan baik dan benar sesuai
prosedur, dari hasil percobaan praktikan dapat memplotkan hasil
pengujian kedalam grafik dan menarik kesimpulan gradasi dari hasil
gambar grafik Dari percobaan ini didapat ukuran butir tanah yang
lebih kecil dari 2 mm adalah sebagai berikut :Saringan No 10: 0
gram
Saringan No 30: 0 gram
Saringan No 40: 0 gram
Saringan No 50: 0 gram
Saringan No 100: 1,7 gram
Saringan No 200: 2,4 gram
5.2 Saran Dalam melakukan percobaan, sebaiknya dibuat minimal 3
(tiga) sampel dari tanah yang sama, agar hasil yang didapat lebih
akurat dari hasil rata-rata Dalam pembacaan hidrometer usahakan
dilakukan dengan baik agar tidak terjadi kesalahan dalam
perhitungan koreksi, dan jangan lupa mencatat jenis hidrometer yang
digunakan karena mempengaruhi proses perhitungan
pengoreksiannya
DAFTAR PUSTAKA
Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:SurabayaDas Braja.
1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis )jilid
1.Erlangga: Hardiyatmo, Hary Cristady.2002.Mekanika Tanah I.Gajah
Mada University Press:Yogyakarta Shirley LH,Ir.1994.Geoteknik dan
Mekanika Tanah.Nova:BandungSunggono.1984.Mekanika
Tanah.Nova:Bandung.
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang
Mekanika Tanah adalah salah satu mata kuliah utama yang harus
diketahui oleh seluruh mahasiswa sipil. Pada saat proses
belajar-mengajar dikelas mahasiswa akan diajarkan tentang
pengenalan tanah hingga klasifikasinya dan berbagai jenis tanah
dengan beberapa metode seperti metode UNIFIED dan ASHTO. Pada saat
dikelas mahasiswa diajarkan lebih fokus kepada teori dari materi
serta perhitungan yang dibahas tetapi tidak terlibat langsung dalam
pengerjaannya. Sehingga, dilakukan praktikum agar mahasiswa tidak
hanya paham tentang teori dari materi-materi yang dibahas tapi juga
paham tentang proses mendapatkan nilai nilai tersebut
dilapangan.
Bila ingin menentukan klasifikasi tanah, terlebih dahulu harus
ditentukan batas batas atterberg yaitu batas cair, batas plastis
dan batas susut. Batas-batas tersebut bisa didapat dari hasil
pengujian langsung atau praktikum. Sehingga, di bangku kuliah ini
diharapkan Mahasiswa telah paham proses untuk untuk menentukan
batas atterberg, karena itu diperlukannya Praktikum Mekanika Tanah
1. Pada praktikum Mekanika Tanah 1 ini akan dilakukan Pengujian
batas-batas atterberg yang berupa batas cair, batas plastis dan
batas susut. Dalam proses pengujian batas atterberg ini akan
didapatkan nilai indeks plastisitas yang merupakan selisih dari
batas cair dan batas plastis pada akhir perhitungan. Diharapkan
setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat memahami tentang
penentuan batas atterberg serta dapat mengaplikasikannya baik di
dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan.
1.4 Tujuan Percobaan Agar praktikan dapat melakukan uji batas
atterberg Untuk memperoleh besaran atau nilai dari batas-batas
atterberg
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Tanah terbagi dari dua bagian, yaitu bagian padat dan bagian
rongga. Bagian padat terdiri dari partikel partikel padat,
sedangkan bagian berongga terisi air atau udara setengahnya bila
tanah tersebut jenuh atau kering. Apabila gumpalan tanah tidak
sepenuhnya dalam keadaan basah atau jenuh, maka rongga tanah akan
terisi oleh air dan udara. Tanah tidak seperti besi atau baja dan
beton yang tidak banyak ragam sifat sifat fisiknya. Keragaman ini
menentuakn sifat tanah dengan berbagai persoalan sesuai dengan
kondisi tertentu yang dikehendaki dalam pelaksanaan. Tanah berbutir
kasar (coarse grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir 0,075
mm atau tanah yang tertahan pada saringan no. 200. Tanah berbutir
halus (fine grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir <
0,075 mm atau tanah yang lolos ayakan no. 200. Sifat sifat penting
tanah untuk sebuah proyek tergantung pada jenis atau fungsi proyek.
Sesuai dengan sifat sifatnya penting diketahui tipe proyek yang
dilaksanakan. Adapun sifat sifatnya antara lain: Konsolidasi
(Consolidation)Pada konsolidasi dihitung dari perubahan isi pori
tanah akibat beban.Sifat ini dipergunakan untuk menghitung
penurunan bangunan. Tegangan geser (Shear Strength)Untuk menentukan
kemampuan tanahn menahan tekanan tekanan tanpa mengalami
keruntuhan.Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitas
pondasi atau dasar yang dibebani, stabilitas tanah isian atau
timbunan di belakang bangunan penahan tanah dan stabilitas timbunan
tanah. Permeabilitas (Permeability)Sifat ini untuk mengukur atau
menentukan kemampuan tanah dilewati air melalui pori porinya.
Sifat ini penting dalam konstruksi bendung tanah urugan dan
persoalan drainase. Sifat sifat fisik lainnya adalah batas batas
Atterberg (Atterberg limit), kadar air, kadar pori, kepadatan
relatif, pembagian butir, kepekaan, dan sebagainya.
Suatu sampel tanah berbutir halus dicampur air hingga mencapai
keadaan cair, jika campuran ini kemudian dibiarkan menjadi kering
sedikit demi sedikit, maka tanah ini akan melalui beberapa keadaan
tertentu dari keadaan cair sampai keadaan beku. Tanah memiliki
beberapa keadaan tertentu, yaitu dari keadaan cair sampai beku,
seperti yang digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Keadaan PADATKeadaan PLASTISKeadaan CAIRKeadaan SEMIPLATIS
Batas Susut Batas Plastis Batas Cair
Kedua angka yang paling penting ialah batas cair dan batas
plastis (disebut batas-batas Atterberg). Pengukuran batas-batas ini
dilakukan secara rutin untuk sebagian besar
penyelidakan-penyelidikan yang meliputi tanah yang berbutir halus.
Karena batas-batas ini tidak merupakan sifat-sifat yang jelas, maka
dipakai cara empiris untuk menentukannya. Penentuan batas-batas
Atteberg ini dilakukan hanya pada bagian tanah yang lolos saringan
no. 40. Penentuan Batas Atterberg dilakukan secara rutin untuk
sebagian besar penyelidikan tanah yang berbutir halus.
Batas cair Batas cair didefinisikan sebagai nilai kadar air
tanah pada batas antara keadaan cair dan plastis. Atau dapat
dikatakan batas cair adalah batas suatu tanah berubah dari keadaan
cair menjadi keadaan plastis. Cara penentuan batas cair dilakukan
dengan memakai alat. Tanah yang telah dicampur air diletakkan dalam
cawan dan didalamnya dibuat alur dengan memakai alat spatel
(grooving tool). Engkol alat putar sehingga cawan dinaikkan dan
dijatuhkan pada dasar, dan banyaknya pukulan dihitung hingga kedua
tepi alur tersebut berhimpit. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan
kadar air yang berbeda dan banyaknya air dihitung tiap ketukan.
Batas cair adalah kadar air tanah pada 25 ketukan
Jumlah pukulan (N) adalah banyaknya penjatuhan mangkok kuningan
berisi tanah agar tertutup alur sepanjang 13 mm.
Kadar air adalah perbandingan berat air dalam tanah terhadap
berat butiran tanah yang dinyatakan dalam persen :
w = .
Batas plastis (Plastic limit)Batas plastis didefinisikan sebagai
kadar air pada batas bawah daerah plastis. Kadar air ini ditentukan
dengan menggiling tanah pada plat kaca sehingga diameter dari
batang tanah yang dibentuk demikian, mencapai 1/8 inci (3mm).
Bilamana tanah mulai pecah saat diameternya mencapai 1/8 inci maka
kadar air tanah itu adalah batas plastis. Batas plastis merupakan
batas terendah dari tingkat keplastisan tanah.
Indeks plastis (Plasticy index)Selisih antara batas cair dan
batas plastis ialah daerah dimana tanah tersebut dalam keadaan
plastis. Ini disebut plasticy indeks (PI), yaitu :
PI = LL PL
Batas Susut (SL)Suatu tanah akan menyusut apabila air yang
dikandungnya secara perlahan-lahan hilang dari dalam tanah. Dengan
hilangnya air secara terus-menerus, air akan mencapai tingkat
keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan
menyebabkan perubahan volume. Kadar air, dinyatakan dalam persen di
mana perubahan volume suatu massa tanah berhenti dinamakan batas
susut.
Uji batas susut di laboratorium dilakukan di laboratorium
menggunakan mangkok poselin dengan diameter kira - kira 1,75 in
(44,4 mm) dan tinggi kira-kira 0,5 in ( 12,7 mm). Bagian dalam dari
mangkok diolesi vaselin kemudian diisi tanah basah sampai penuh.
Permukaan tanah di dalam mangkok kemudian diratakan dengan
menggunakan penggaris yang bersisi lurussehingga permukaan tanah
tersebut menjadi sama tinggi dengan sisi mangkok. Berat tanah basah
di dalam mangkok ditentukan. Tanah dalam mangkok kemudian
dikeringkan di dalam oven. Volume dari contoh tanah yang telah
dikeringkan ditentukan dengan menggunakan air raksa.
Gambar 2.1 definisi batas susut
Seperti ditunjukkan dalam Gambar, batas susut ditentukan dengan
cara berikut :dimana :wi = kadar air tanah mula-mula pada saat
ditempatkan di dalam mangkok uji batas susutw = perubahan kadar air
(yaitu antara kadar air mula-mula dan kadar air pada batas
susutTetapi :dimana :m1 = massa tanah basah dalam mangkok pada saat
permulaan pengujian (gram)m2 = massa tanah kering (gram), lihat
gamba.Selain itu :
dimana :Vi = volume contoh tanah basah pada sat permulaan
pengujian (yaitu volume mangkok, cm3.Vf = volume tanah kering
sesudah dikeringkan di dalam ovenw = kerapatan air (gr/cm3)Dengan
menggabungkan persamaan-persamaan di atas, maka didapat :
BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat dan Bahan Batas CairAlat Alat uji batas cair
Casagrande. Alat pembarut ( grooving tool ). Cawan porselen (
mortar ). Cawan timbang Pestel ( penumbuk/penggerus ) berkepala
karet atau dibungkus karet. Spatel. Air destilasi dalam botol cuci
( wash bottle ).
Bahan Sampel tanah yang digunakan dalam percobaan ini yang lolos
saringan no. 40
3.3.2 Alat dan Bahan Batas PlastisAlat Cawan porselen. Spatel
Plat kaca Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram Botol berisi air
destilasi Oven
Bahan Sampel tanah yang digunakan dalam percobaan ini yang lolos
saringan no. 40
3.3.3 Alat dan Bahan Batas SusutAlat Cawan susut 2 buah
Timbangan digital Cawan kecil air raksa 2 buah Cawan besar air
raksa 2 buah Pendesak air raksa Oven Cawan porselin Pengaduk Air
destilasi Air raksa
Bahan Tanah lolos saringan no 40
3.3Metodologi Percobaan
3.3.1 Metodologi Percobaan Batas cair Tanah ditaruh ( sebanyak
kurang lebih 100 gram ) dalam mangkok porselen, dicampur rata
dengan air destilasi sedikit demi sedikit. Diaduk, tekan-tekan dan
tusuk-tusuk dengan spatel. Bila perlu ditambah air secara bertahap,
tambah sekitar 1 cc 3 cc, aduk, tambah air lagi dan seterusnya,
sehingga diperoleh adukan yang benar-benar merata. Apabila adukan
ini telah merata, ditaruh sebagian adukan tanah tersebut dalam
mangkok casagrande. Gunakan spatel, disebar dan tekan dengan baik,
sehingga tidak terperangkap dengan udara dalam tanah. Diratakan
permukaan tanah dan dibuat mendatar dengan ujung terdepan tepat
pada ujung terbawah mangkok. Dengan demikian, tebal tanah pada
bagian terdalam akan didapat 1 cm. Dengan alat pembarut, dibuat
alur lurus pada garis tengah mangkok searah dengan sumbu alat,
sehingga tanah terpisah menjadi dua bagian secara simetris.
Dibentuk alur harus baik dan tajam dengan ukuran harus sesuai
dengan alat pembarut. Diputar alat sedemikian rupa, sehingga
mangkok terangkat dan jatuh pada alasnya dengan kecepatan 2 putaran
per detik, sampai kedua bagian tanah bertemu kira-kira 13 mm.
Dicatat jumlah pukulan yang diperlukan tersebut. Diambil segera
dari mangkok sebagian tanah dengan digunakan spatel secara tegak
lurus alur termasuk bagian tanah yang bertemu. Lalu kadar air
diperiksa. Diambil sisa tanah yang masih ada dalam mangkok dan
kembalikan ke cawan porselen, tambah lagi dengan air secara merata,
mangkok dicuci dan dikeringkan. Diulangi pekerjaan sehingga
diperoleh 4 data hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan lebih
dari 25 pukulan untuk 2 sampel, dan lebih kecil dari 25 pukulan
untuk 2 sampel berikutnya.. Percobaan ini harus dilaksanakan dari
keadaan tanah yang kurang cair kemudian makin cair.
3.3.2 Metodologi Percobaan Batas Plastis Tanah ditaruh dalam
cawan porselen, campur air sedikit demi sedikit aduk sampai
benar-benar merata. Kadar air tanah yang diberikan adalah sampai
tanah bersifat cukup plastis dan dapat dengan mudah dibentuk
menjadi bola dan tidak terlalu melekat pada jari, bila ditekan
dengan jari. Dibentuk menjadi bentuk bola atau bentuk ellipsoida
dari contoh tanah seberat sekitar 8 gram (dengan diameter kurang
lebih 13 mm). Benda uji digiling pada plat kaca yang terletak pada
bidang mendatar dibawah jari-jari tangan dengan tekanan secukupnya
sehingga terbentuk batang-batang yang diameternya rata.
Penggilingan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang
dengan diameter 3 mm dan timbul retak, maka benda uji disatukan
kembali, ditambah air sedikit dan diaduk sampai merata. Jika
ternyata penggilingan bola-bola itu bisa mencapai diameter lebih
kecil dari 3 mm tanpa menunjukkan retakan-retakan, maka contoh
perlu dibiarkan beberapa saat diudara agar kadar airnya berkurang
sedikit. Penggilingan diulangi terus sampai retakan-retakan itu
terjadi tepat saat gulungan memiliki diameter 3 mm. Tanah yang
retak-retak atau terputus-putus tersebut dikumpulkan dan segera
lakukan pemeriksaan kadar air.
3.3.3 Metodologi Percobaan Batas Susut Massa cawan kosong
ditimbang Tanah dimasukkan ke dalam cawan porselin, tambahkan air
secukupnya, aduk tanah dan air sampai tanah menjadi pasta dan
cetak. Bagian dalam cawan dilapisi dengan vaselin agar tanah tidak
menempel pada dinding cawan. Masukkan tanah ke dalam cawan susut
sedikit demi sedikit sambil dihentakkan atau diketuk ke meja, isi
tanah sampai melebihi isi cawan dan ketuk-ketuk kembali sampai
cawan penuh danratakan permukaannya dengan mistar baja. Berat tanah
basah dan cawan ditimbang dan dicatat Contoh tanah dibiarkan sampai
warnanya berubah dan masukkan kedalam oven minimal 16 jam sampai
tanah kering atau sampai tanah benar-benar menyusut. Massa cawan +
tanah kering ditimbang Cawan raksa diisi dengan air raksa sampai
penuh permukaan. Tanah kering dimasukkan ke dalam cawan raksa lalu
desak dengan pelat transparan dengan posisi ketiga kaki pada
pendesak terkena tanah kemudian air raksa didesak dan tekan hingga
kelebihan air raksa tumpah. Air raksa yang tumpah ditimbang lalu
catat (jangan lupa timbangan di nol kan terlebih dahulu sebelum air
raksa ditaruh di atas cawan air raksa). Percobaan yang sama
dilakukan pada tanah yang lain
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian4.1.1 Hasil Uji Batas Cair
4.1.2 Hasil Uji Batas Platis
TABEL PEMERIKSAAN BATAS PLASTIS
No. CawanB1613
Berat Cawan Kosong M112,4 gram12,5 gram
Berat Cawan + Tanah Basah M234,3 gram30,1 gram
Berat Cawan + Tanah Kering M329,4 gram26,3 gram
Berat Air (A = M2 M3)4,9 gram3,8 gram
Berat Tanah Kering (B = M3 M1)17 gram13,8 gram
Kadar Air ( W=A/B x 100%)28,82 %27,54 %
Batas Plastis28,18%
Ikhtisar: Batas plastisPL = 28,18% Batas cair LL = 40,825 %
Index plastisitasIP = LL PL = 40,825% - 28,18% = 12,645 %
4.1.3 Hasil Uji Batas Susut
TABEL PEMERIKSAAN BATAS SUSUTCawan susut31
Massa cawan + tanah basah36,736,4
Masa cawan + tanah keringM1 gr20,119,7
Massa cawan susutM2 gr44
Massa tanah keringM0 gr = M1 M2 gr16,115,7
Massa air raksa sebelum didesak M3 gr355,4355,4
Massa air raksa setelah didesak M4 gr178,8186,8
Massa air raksaM5 = M3 M4 gr176,6168,6
Massa cawan raksa (cawan plastik)19,919,9
Volume tanah keringV0 = (M5 / 13,6) cm312,9812,39
Batas susut tanah (Gs =2.365)SL = [(V0/M0) (1/G)] x 100
%3937
Rata-rata %38
4.2 Pembahasan
Dalam pengujian Atterberg dilakukan 3 buah pengujian yang berupa
batas cair, batas plastis, dan batas susut.
4.2.1 Pembahasan Batas Cair
Pada percobaan ini dimaksudkan untuk mencari kadar air tanah
tepat pada pukulan 25. Karena sulitnya mengatur kadar air pada
waktu celah menutup pada 25 kali pukulan sepanjang 13 mm, maka
biasanya percobaan dilakukan beberapa kali. Pada percobaab ini
dilakukan dengan mengambil 4 sempel dengan setiap sempel yang
diberi kadar air yang berbeda. 4 sempel ini diambil dengan 2
pukulan lebih dari 25 pukulan dan 2 pukulan lebih kecil dari 25
pukulan. Melalui hasil percobaan ini didapat pukulan 10, 20, 30,
dan 31 diperoleh kadar air berturut-turut 43,56 %, 41,31%, 40,3 %,
dan 39,626%.
Grafik Batas Cair
Lalu hasil yang di peroleh di gambarkan seperti grafik diatas
untuk menentukan kadar air. Pada grafik hubungan antara kadar air
dan jumlah pukulan, terlihat bahwa semakin rendah kadar air maka
semakin banyak pukulan. Persentase kadar air yang dibutuhkan untuk
menutup celah sepanjang 13 mm pada dasar cawan pada tepat pukulan
ke 25, maka didapatkan kadar air sebesar 40,825 %.
4.2.2 Pembahasan Batas Plastis
Index plastisitas (IP) adalah selisih batas cair dan batas
plastis: Nilai batas cair pada percobaan ini diambil dari nilai
batas cair pada percobaan sebelumnya, karena sampal tanah yang
digunakan pada percobaan ini sama dengan sampel tanah yang
digunakan pada percobaan-percobaan sebelumnya.
Dari hasil percobaan diperoleh batas plastis 28,18 %, dan batas
cair dari percobaan sebelumnya adalah 40,825%, dan diperoleh nilai
indeks plastisitas 12,645%. Index plastisitas merupakan interval
kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Karena itu, index
plastisitas menunjukan sifat keplastisan tanah. Jika tanah
mempunyai IP tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung.
Jika IP rendah, seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air
berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai index plastisitas,
sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg terbapat
dalam tabel di bawah ini.
Tabel Nilai Index Plastisitas dan Macam TanahIPSifatMacam
TanahKohesi
017Non PlastisPlastis RendahPlastis SedangPlastis
TinggiPasirLanauLempung BerlanauLempungNon KohesifKohesif
SebagianKohesifKohesif
(sumber;Mekanika Tanah 1; Hary Christady Hardiyatmo)
Dari hasil IP yang diperoleh 12, 645% maka jenis tanah lempung
berlanau kohesif.4.2.2 Pembahasan Batas Susut
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan batas susut dari
sampel tanah. Berdasarkan hasil data dari pemeriksaan batas susut
seperti yang terlihat di tabel, terdapat dua sampel yaitu cawan
no.3 dan cawan no.1. Batas susut ditentukan dengan rumus :SL =
[(V0/M0) (1/G)] x 100 %
dimana G adalah massa jenis tanah yang telah ditentukan melalui
percobaan sebelumnya. Berat jenis dari percobaan sebelumnya
menggunakan 2 sampel diperoleh rata-rata 2,365. Sehingga hasil
batas susut dari kedua cawan yang dirata-ratakan adalah 38%. Nilai
batas susut ini dimana pengurangan kadar air dai benda uji tidak
akan mempengaruhi perubahan volum tanah.
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, praktikan dapat melakukan
percobaan batas atterberg yang meliputi batas cair, batas plastis,
dan batas susut. Dengan percobaan yang dilakukan, praktikan dapat
memahami tentang penentuan batas atterberg serta dapat
mengaplikasikannya baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di
lapangan. Hasil dari percobaan batas atterberg diperoleh nilai
batas cair pada pukulan 25 adalah 40,825%, batas plastis 28,18%
dengan indeks plastisitas 12,645% yang merupakan selisih dari batas
cari dengan batas plastis, dan batas susut 38%. Dari nilai indeks
plastisitas yang diperoleh, maka dapat ditentukan jenis tanah yaitu
tanah lempung berlanau kohesif.
5.3 Saran Sebaiknya sampel yang digunakan lebih banyak sehingga
hasil yang diperoleh akan lebih akurat Sebaiknya dalam melakukan
praktikum harus sesuai prosedur yang ada sehingga tidak
mempengaruhi hasil akhir perhitungan Sebaiknya alat di laboratorium
lebih di lengkapi dan diperbanyak agar praktikan bisa lebih
mengerti dalam penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyatmo, H, C, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 2006.Hardiyatmo, H.C, Prinsip-Prinsip Mekanika
Tanah, Beta offset,
Yogyakarta,2004.http://anggasutarjo.blogspot.com/2010/01/batas-susut-tanah-123.comhttp://mulandari.blogspot.com/2011/03/laporan-mekanika-tanah.htmlhttp://ratnarizya.blogspot.com/2012/05/laporan-ddit-batas-cair-atterberg.html
LAMPIRANBATAS CAIR
BATAS PLASTIS
BATAS SUSUT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mekanika tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan
massa tanah tersebut bila menerima bermacam-macam gaya. Dalam
mekanika tanah kita mempelajari kelakuan kondisi tanah yang berbeda
beda yang mana sering kita temukan dalam praktek. Setelah
pembelajaran di dalam kelas secara teori mengenai pemadatan, maka
untuk mengetahui cara menentukan kepadatan tersebut maka dilakukan
pembelajaran melalui praktikum di laboratorium. Dalam praktikum
kali ini kita akan membahas tentang Pemadatan. Maksud dari
percobaan ini adalah untuk menentukan hubungan antara kadar air dan
kepadatan (berat volume kering) tanah bila dipadatkan dengan alat
pemadatan tertentu juga untuk mendapatkan nilai pemadatan yang
terbaik / maksimum pada kondisi kadar air optimum dan berat isi
kering maksimum.
Diharapkan setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat
memahami tentang uji pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya
baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan.
1.2 Tujuan Untuk dapat melakukan pengujian pemadatan tanah
(proctor test) Untuk mengetahui hubungan antara kadar air dan
kepadatan tanah (proctor test) yang dilakukan secara standard.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, bandungan tanah,
dan banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas (renggang)
haruslah dipadatkan untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan
tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga
dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya.
Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan
(embankments). Penggilas besi berpermukaan halus (smoot-wheel
rollers), dan penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat
yang umum digunakan di lapangan untuk pemadatan tanah. Mesin getar
dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk memadatkan tanah
berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang cukup besar dari
permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut
vibroflotation (pemadatan getar apung).
1. Prinsip Prinsip Pemadatan
Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah
yang dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang
sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai unsur
pembasah (pelumnas) pada partikel-partikel tanah. Karena adanya
air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak dan
bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih
rapat/padat. Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering
dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah (pada saat
dipadatkan) meningkat. Harap dicatat bahwa pada saat kadar air w=0,
berat volume basah dari tanah () adalah sama dengan berat volume
keringnya (d), atau
Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha
pemadatan yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah
persatuan volume juga meningkat secara bertahap pula. Misalnya,
pada w = w1, berat volume basah dari tanah sama dengan:Berat volume
kering dari tanah tersebut pada kadar air ini dapat dinyatakan
dalam
Setelah mencapai kadar air tertentu w = w2, adanya penambahan
kadar air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari
tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian menempati
ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh
partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana harga berat
volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air optimum.
Percobaan-percobaan di laboratorium yang umum dilakukan untuk
mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum
adalah Proctor Compaction Test (Uji Pemadatan Proctor, menurut nama
penemunya, Proctor, 1933). Cara dan prosedur untuk melakukan
percobaan tersebut akan dibahas dalam uraian-uraian berikut.
2. Uji Proctor Standar (Standard Proctor Test)
Pada uji Proctor, tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder
bervolume 1/30 ft3 (= 943,3 cm3). Diameter cetakan tersebut adalah
4 in. (=101,6 mm). Selama percobaan di laboratorium, cetakan itu
dikelem pada sebuah pelat dasar dan di atasnya diberi perpanjangan
(juga berbentuk silinder). Tanah dicampur air dengan kadar yang
berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan menggunakan penumbuk
khusus. Pemadatan tanah tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) lapisan
(dengan tebal tiap lapisan kira-kira 1,0 in.) dan jumlah tumbukan
adalah 25 x setiap lapisan. Berat penumbuk adalah 5,5 lb (massa =
2,5 kg) dan tinggi jatuh sebesar 12 in. (=304,8 mm). Untuk setiap
percobaan, berat volume basah dari tanah yang dipadatkan tersebut
dapat dihitungan sebagai berikut:
W : berat tanah yang dipadatkan di dalam cetakanV(m): volume
cetakan (= 1/30 ft3 = 943,3 cm3)
Juga pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang
dipadatkan tersebut dapat ditentukan di laboratorium. Bila kadar
air tersebut diketahui, berat volume kering d dari tanah tersebut
dapat dihitung sebagai berikut:
Harga d dari persamaan di atas dapat digambarkan terhadap kadar
air untuk mendapatkan berat volum kering maksimum dan kadar air
optimum
Prosedur pelaksanaan Uji Proctor Standart telah dirinci dalam
ASTM Test Designation D-698 dan dalam AASHTO Test Designation
T-99.
Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum
secara teorotis didapat bila pori-pori tanah sudah tidak ada
udaranya lagi, yaitu pada saat di mana derajat kejenuhan tanah sama
dengan 100%. Jadi berat volume kering maksimum (teoritis) pada
suatu kadar air tertentu dengan kondisi zero air voids ( pori-pori
tanah tidak mengandung udara sama sekali) dapat ditulis
sebagai:
zav: berat volum pada kondisi zero air voidsw: berat volume
aire: angka poriGs: berat spesifik butiran padat tanah
Untuk keadaan tanah jenuh 100%, e = wGs, jadi
Untuk mendapatkan variasi dari zav terhadap kadar air,
gunakanlah prosedur berikut:1. Tentukan berat spesifik butiran pada
tanah2. Cari berat volume air (w)3. Tentukan sendiri beberapa harga
kadar air w, misalnya 5%, 10%, 15%,... dan seterusnya4. Gunakan
persamaan di atas untuk mencari zav dari kadar-kadar air
tersebut
Pemadatan disini diartikan sebagai suatu proses dimana udara
pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan suatu cara mekanis (digilas
/ ditumbuk). Kepadatan yang dicapai tergantung dari banyaknya air
dalam tanah tersebut, yaitu kadar airnya. Untuk pembuatan timbunan
tanah untuk jalan, struktur teknik, bandungan tanah, tanah yang
lepas harus dipadatkan untuk memperbaiki sifat-sifat dari tanah
yang dapat memberi akibat buruk pada konstruksi.
Ada dua cara pemadatan yang didasarkan pada jumlah tenaga yaitu
pemadatan standart dan memadatan berat atau modifikasi. Yang
membedakan antara keduanya adalah pada panjang penumbuk, pemadatan
berat atau modifikasi menggunakan penumbuk yang lebih panjang
dibandingkan dengan pemadatan standard.
Tabel 2.1 Tabel Pemadatan Metode Standar STANDARD
Cara ACara BCara CCara D
1Silinder pemadatankecilbesarkecilBesar
2Material, lewat saringanNo.4No.43/4
3PenumbukStandardStandardStandardStandard
4Jumlah lapis3333
5Jumlah tumbukan tiap lapis25562556
6Material siap tumbuk2,7 kg6,4 kg4,5 kg10 kg
Tabel 2.2 Pemadatan Metode ModifiedBERAT (MODIFIED)
Cara ACara BCara CCara D
1Silinder pemadatanKecilbesarkecilBesar
2Material, lewat saringanNo.4No.43/4
3PenumbukBeratberatberatBerat
4Jumlah lapis5555
5Jumlah tumbukan tiap lapis25562556
6Material siap tumbuk yang perlu disediakan setiap kali3,2 kg7,3
kg5,4 kg11,3 kg
Gambar 2.1 Cara Melakukan Pemadatan
Gambar 2.2 Grafik pemadatan secara modified dan secara
standard
BAB IIIMETODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat Mold pemadatan standard Palu penumbuk standard Pisau
perata Palu karet Kantong plastic Sendok Cawan Saringan No. 4
Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
3.1.2 Bahan Sampel tanah yang digunakan dalam percobaan ini
tanah lolos saringan nomor 4. Dibagi menjadi 5 dengan berat masing
masing 2,7 Kg dan dicampur air dengan ukuran berbeda.Tanah 1 =
tanah 2,7 Kg + Air 200 mlTanah 2 = tanah 2,7 Kg + Air 300 mlTanah 3
= tanah 2,7 Kg + Air 400 mlTanah 4 = tanah 2,7 Kg + Air 500 ml
3.2 Prosedur Percobaan
Siapkan sampel tanah yang sudah dijemur lalu hancurkan
gumpalan-gumpalannya dengan menggunakan palu karet, kemudian bagi
kedalam empat bagian dengan berat masing-masing 2,7 Kg. Ambil satu
sampel tanah kemudian beri air sedikit demi sedikit sambil diaduk
-aduk dengan tangan sampai rata. Timbang mold standard berikut
alasnya dengan ketelitian 1 gram. Pasang collar kencangkan mur
penjepitnya, temptakan pada tumpuan yang kokoh. Ambil salah satu
sampel tanah yang telah dipersiapkan, kemudian isikan ke dalam mold
kurang lebih sampai setengah tinggi. Tumbuk dengan palu pemadatan.
Lakukan hal yang sama dengan lapisan kedua dan ketiga sehingga
lapisan terakhir mengisi sebagian collar (berada sedikit lebih
tinggi daripada tinggi mold). Lepaskan collar dan ratakan kelebihan
tanah pada mold menggunbakan pisau pemotong. Isilah rongga-rongga
yang terbentuk dengan tanah sisa-sisa potongan tadi sehingga
didapat permukaan yang rata. Timbang mold berikut alas dan tanah
yang berada didalamnya dengan ketelitian 1 gram. Keluarkan sampel
tanah yang telah didapatkan dari mold, lalu ambil 2 buah sampel
dibagian intinya untuk pemeriksaan kadar air. Lakukan lagi untuk
sampel tanah dengan penambahan kadar air yang berbeda, sampai
diperoleh kepadatan optimum. Gambarkan hubungan penambahan air
dengan kepadatan tanah melali grafik.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Data Hasil UjiDiameter= 10,2 cmTinggi= 11,5 cmBerat Silinder=
1660,2 grVolume= Jumlah Lapisan= 3Jumlah Tumbukan/Lapis =
25Sample/Variasi Jumlah Air1(200gr)2(300gr)3(400gr)4(500gr)
Berat selinder + tanah padat3204,23219,93275,23414,9
Berat silinder1660,21660,21660,21660,2
Berat tanah padat (M)15441559,716151754,7
Volume (V)939,2211939,2211939,2211939,2211
Berat volume tanah basah(b =M/V)1,64 gr/cm31,66 gr/cm31,72
gr/cm31,87 gr/cm3
No. CawanF921J6B7C15X31D10J1
Berat cawan kosong (W1)12, 812,312,612,612,612,512,612,6
Berat cawan + tanah basah
(W2)70,962,759,667,466,264,260,465,3
Berat cawan + tanah kering
(W3)67,059,054,861,359,457,153,558,0
Berat GambutA = W2 -W33,93,74,86,16,87,16,97,3
Berat tanah keringB = W3 -W154,246,742,248,746,844,640,945,4
Kadar airw = A/B *100%7,27,911,412,514,515,916,916,1
Kadar air rata-rata (%)7,5511,9515,216,4
Berat volume tanah kering (b / (1+w)1,521,481,491,61
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan pemadatan berdasarkan metode
standar , dengan berat tanah masing-masing percobaan adalah 2,7 kg.
Percobaan nomor 1, 2, 3 dan 4 digunakan air berturut-turut sebanyak
200, gr 300 gr, 400 gr, dan 500 gr untuk di campur dengan tanah
yang sudah disaring (saringan No.4). Setelah dicampur, dilakukan
pemadatan dengan tumbukan sebanyak 25 kali untuk kemudian dihitung
kadar airnya. Harga-harga d dari perhitungan di atas dapat
digambarkan terhadap kadar air untuk mendapatkan berat volume
kering maksimum dan kadar air optimum.
1,48
Grafik pemadatan (proctor test)
Dari ketidaksesuaian grafik diatas dapat dilihat bahwa dalam
melakukan percobaan tersebut terdapat faktor - faktor
kesalahan,yakni ketidakseragaman pengambilan berat sampel tanah,
kurang meratanya adukan yang dilakukan saat menambahkan kadar air
pada tanah dan ketidakseragaman memberikan kekuatan pada saat
menumbuk tanah(pemadatan).
Jadi, dari grafik dapat disimpulkan terdapat kesalahan pada saat
proses percobaan dan menunjukkan grafik yang salah sehingga kadar
optimum dan berat volume kering maksimumnya tidak didapatkan.
Grafik pemadatan (proctor test) yang seharusnya adalah sebagai
berikut :
.
Grafik pemadatan (proctor test)
BAB VPENUTUP
5.4 Kesimpulan Dari percobaan ini dapat diketahui
langkah-langkah untuk melakukan pengujian pemadatan tanah ( proctor
test ). Dari praktikum ini praktikan dapat memahami tentang uji
pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya baik di dalam
kegiatan laboratorium maupun di lapangan. Dari percobaan ini tidak
diperoleh nilai kadar optimum dan berat volume kering maksimumnya,
karena terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan.
5.5 Saran Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, praktikum
dilakukan sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan peraturan yang
ada Sebaiknya ketelitian dalam praktikum diutamakan, sehingga dapat
meminimalisir kesalahan Sebaiknya alat yang digunakan dalam
praktikum ditambah agar tidak ada sistem tunggu-menunggu dalam
praktikum. Dan setelah praktikum, alat yang digunakan dikembalikan
ke tempat semula dalam keadaan bersih dan tertata rapi
DAFTAR PUSTAKA
Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:SurabayaDas Braja.
1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis )jilid
1.Erlangga: Hardiyatmo, Hary Cristady.2002.Mekanika Tanah I.Gajah
Mada University Press:Yogyakarta Shirley LH,Ir.1994.Geoteknik dan
Mekanika Tanah.Nova:BandungSunggono.1984.Mekanika
Tanah.Nova:Bandung
LAMPIRAN
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mekanika tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan
massa tanah tersebut bila menerima bermacam-macam gaya. Dalam
mekanika tanah kita mempelajari kelakuan kondisi tanah yang berbeda
beda yang mana sering kita temukan dalam praktek.
Dalam praktikum kali ini kita akan membahas tentang pemadatan
dengan metode sand cone. Setelah pembelajaran di dalam kelas secara
teori mengenai pemadatan, maka untuk mengetahui cara menentukan
kepadatan tersebut maka dilakukan pembelajaran melalui praktikum di
laboratorium.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan hubungan
antara kadar air dan kepadatan (berat volume kering) tanah bila
dipadatkan dengan alat pemadatan tertentu, sedangkan tujuan dari
percobaan pemadatan ini adalah untuk mendapatkan nilai pemadatan
yang terbaik / maksimum pada kondisi kadar air optimum dan berat
isi kering maksimum. Percobaan ini biasanya digunakan untuk
mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan dilapangan yang dinyatakan
dalam derajat kepadatan (degree of compaction).
Diharapkan setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat
memahami tentang uji pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya
baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Untuk dapat melakukan pengujian pemeriksaan kepadatan
lapangan metode sand cone1. Untuk memeriksa kepadatan ( berat isi
kering ) tanah lapangan
BAB 2DASAR TEORI
Percobaan kerucut pasir (sand cone) merupakan salah satu jenis
pengujian yang dilakukan di lapangan, untuk menentukan berat isi
kering (kepadatan tanah) asli ataupun hasil suatu pekerjaan
pemadatan, pada tanah kohesif maupun non kohesif. Percobaan ini
biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree of
compaction), yaitu perbandingan antara d lapangan (kerucut pasir)
dengan d maks hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam
persentase lapangan. Kerucut Pasir (sand cone) terdiri dari sebuah
botol plastik atau kaca dengan sebuah kerucut logam dipasang di
atasnya. Botol kaca dan kerucut ini diisi dengan pasir Ottawa
kering yang bergradasi buruk, yang berat isinya sudah diketahui.
Apabila menggunakan pasir lain, cari terlebih dahulu berat isi
pasir tersebut. Di lapangan, sebuah lubang kecil digali pada
permukaan tanah yang telah dipadatkan. Apabila berat tanah yang
telah digali dari lubang tersebut dapat ditentukan (Wwet) dan kadar
air dari tanah galian itu juga diketahui, maka berat kering dari
tanah (Wdry) dapat dicari dengan persamaan:
Wdry = Wwet / (1 + (w/100)) dimana : w = kadar air
Setelah lubang tersebut digali (tanah asli ditimbang
seluruhnya), kerucut dengan botol berisi pasir diletakkan di atas
lubang itu. Pasir dibiarkan mengalir keluar dari botol mengisi
seluruh lubang dan kerucut. Sesudah itu, berat dari tabung,
kerucut, dan sisa pasir dalam botol ditimbang. Volume dari tanah
yang digali dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut V =
(Wch - Wc) / dry (pasir)dimana :Wch = berat pasir yang mengisi
kerucut dan lubang pada tanahWc = berat pasir yang mengisi
kerucutdry = berat isi kering (pasir)
Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan
banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas (renggang)
haruslah dipadatkan untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan
tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga
dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya.
Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan
(embankment). Penggilas besi berpermukaan halus (smooth whell
rollers), dan penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat
yang umum digunakan di lapangan uniuk pemadatan tanah. Mesin getar
dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk memadatkan tanah
berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang cukup besar dari
permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut
vibroflotation (pemampatan getar apung. Tingkat pemadatan tanah
diukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan. Bila air
ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut
akan berfungi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada
partikel-partikel tanah. Karena adanya air, partikel- partikel
tanah tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama
lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat. Untuk usaha
pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila
kadar air- dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat.Harap
dicatat bahwa pada saat kadar air w = 0, berat volume basah dari
tanah () adalah sama dengan berat volume keringnya (d), atau
:(3)Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha
pemadatan yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah
persatuan volume juga meningkat secara bertahap pula. Misalnya,
pada w = w1, berat volume basah dari tanah sama dengan:=2Berat
volume kering dari tanah tersebut pada kadar air ini dapat
dinyatakan dalam:d(w=w1)=d(w=0) + d
Gambar.1. Prinsip pemadatan.Setelah mencapai kadar air tertentu
w = w2 (lihat gambar.1) adanya penambahan kadar air justru
cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini
disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori
dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel
padat dari tanah. Kadar air di mana harga berat volume kering
maksimum tanah dicapai disebut kadar air optimum.
BAB 3METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat Satu set alat sand cone/alat kerucut pasir Alat alat
pembantu :Palu, pahat, sendok utuk membuat tanah pada lubang
,kaleng,kuas dan sebagainya. Alat alat perlengkapan pemeriksaan
kadar air Timbangan
3.1.2. Bahan Pasir bersih, kering, tanpa ikat, sehingga dapat
dapat mengalir bebas dengan ukuran butir lewat saringan no. 10
(2,00 mm) dan tertahan saringan no.200 (0,075 mm) pasir ini perlu
ditentukan / diketahui berat volumenya sebelum dipakai pada
percobaan.
3.2. Prosedur Pelaksanaan Isilah botol dengan pasir secukupnya,
timbanglah berat botol bersama pasir sebagai M1. Persiapkan
permukaan tanah yang akan diperiksa,sehingga diperoleh bidang rata
dan datar. Letakan plat baja diatas tanah, buat tanda batas lubang
plat pada tanah. Gali lubang pada tanah didalam tanda batas yang
telah dibuat. Kerjakan secara hati-hati, hindarkan terganggunya
tanah disekitar dinding/dasar lubang. Masukkan semua tanah hasil
galian ke dalam plastik jangan sampai ada yang tercecer. Kemudian
timbang plastik berisi tanah sebagai M5, (berat plastik tidak
diperhitungkan). Dengan plat baja terletak diatas tanah, letakkan
botol pasir dengan corongnya menghadap kebawah ditengah plat baja.
Buka kran dan tunggu sampai pasir berhenti mengalir mengisi lubang
dan corong, kemudian tutup kran. Botol dengan pasir yang masih
tersisa ditimbang sebagai M4. Timbang juga pasir yang mengisi
corong. Ambil sebagian tanah dalam plastik dan lakukan pemeriksaan
kadar airnya.
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Uji
Berat tanah basah= 3362 gr Berat botol, corong dan pasir= 7206
gr Berat pasir dalam lubang= 2077,1 gr Berat pasir dalam corong=
1322,9 gr
No. CawanE9D11
Berat cawan kosong (W1)12,6 gram12,6 gram
Cawan + tanah basah (W2)51,2 gram60,7 gram
Cawan + tanah kering (W3)49 gram58 gram
TABEL PEMERIKSAAN KEPADATAN TANAH LAPANGANSAND CONE
METHODNoUraianRumusHasil
1Berat botol + Corong + Pasir (M1)-7206 gr
2Berat botol + Corong + Sisa Pasir (M2)-3806 gr
3Berat Pasir dalam Corong (M3)-1322,9 gr
4Berat Pasir dalam Lubang (M4)M4 = M1-M2-M32077,1 gr
5Berat Tanah Basah (M5)-3362 gr
6Berat Volume Pasirpasir1,45 gr/cm3
7Volume Pasir dalam LubangV = M5 / pasir2318,62 cm3
8Kadar Air Tanah ()5,995 %
9Berat Isi Tanah Basah M5/V1,45 gr/cm3
10Berat Isi Tanah Keringd=1,37 gr/cm3
TABEL PEMERIKSAAN KADAR AIR
No Cawan E9D11
Berat Cawan KosongW1 (gr)12,612,6
Berat Cawan + Tanah BasahW2 (gr)51,260,7
Barat Cawan + Tanah KeringW3 (gr)4958
Berat Air(W2 W3)2,22,7
Berat Tanah Kering(W3 W1)36,445,4
Kadar Air6,045,95
Kadar Air Rata- rata (%)5,995
4.2.PembahasanKepadatan tanah = berat volume kering tanah : Pada
percobaan untuk menentukan kepadatan tanah (berat volume kering
tanah) serta berat volume tanah basah pada sampel tanah kali ini,
yang pertama dilakukan adalah mengisi botol dengan pasir lalu
ditimbang sebagai M1 dan didapatkan hasil sebesar 7206 gram.
Diletakkan plat baja di atas tanah datar, kemudian dipasang paku
pada lubang yang ada di setiap sudut plat baja, lalu gali tanah
sesuai dengan ukuran lubang yang ada di tengah plat baja sedalam
cm. Dikerjakan secara hati-hati, hindarkan terganggunya tanah
disekitar dinding/dasar lubang. Perlu sangat hati-hati untuk tanah
yang mudah longsor (tanah non kohesif). Masukkan semua tanah hasil
galian ke dalam plastik jangan sampai ada yang tercecer). Kemudian
timbang plastik berisi tanah sebagai M5 yaitu sebesar 3362 gram.
Dengan plat baja terletak diatas tanah, letakkan botol pasir dengan
corongnya menghadap kebawah ditengah plat baja. Buka kran dan
tunggu sampai pasir berhenti mengalir mengisi lubang dan corong,
kemudian tutup kran. Kemudian botol yang berisi pasir yang tersisa
ditimbang sebagai M4 yaitu sebesar 2077,1 gram.Berdasarkan hasil
pengukuran tersebut didapat kepadatan tanah ( berat volume kering
tanah ) serta berat volume tanah basah pada sampel tanah dengan
menggunakan rumus :
dimana, : berat volume kering tanah
: berat volume basah (gr/W : berat tanah basah galian(gr)
Diperoleh 1,45 gr/cm3, sehingga:1,37 gr/cm3
Volume tanah = volume pasir didalam lubang galian (cm3).
V = Sehingga diperoleh nilai Volume tanah sebesar 1432,48 gr/cm3
Kadar air (%)Pengukuran dengan menggunakan 2 cawan yang berbeda.
Saat ditimbang berat cawan (W1) ke-1 dan ke-2 memiliki nilai yang
sama yaitu 12,6 gram. Dimasukkan contoh tanah yang akan dicari
kadar airnya kedalam masing-masing cawan dan ditimbang berat
basahnya (W2) dan didapat masing-masing sebesar 51,2 gram dan 60,7
gram. Setelah itu kedua cawan yang berisi contoh tanah dimasukkan
ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu >100C. Contoh tanah yang
sudah dioven ditimbang dan didapat berat kering (W3) yaitu
masing-masing sebesar 49 gram dan 58 gram. Berdasarkan hasil
pengukuran tersebut didapat kadar air dengan menggunakan rumus
:
Dimana :W1 = Berat cawan kosong (gram)W2 = Berat cawan + tanah
basah (gram)W3 = Berat cawan + tanah kering (gram)
Dan didapat nilai kadar air yaitu cawan 1 sebesar 6,04% dan
cawan 2 sebesar 5,95%.Berdasarkan nilai kadar air diatas di dapat
perbandingan bahwa nilai kadar air dengan contoh tanah yang sama
tetapi pada cawan yang berbeda nilai kadar airnya tidak jauh
berbeda. Kadar air rata-rata dari kedua sampel tersebut yaitu 5,995
%.
Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan penentuan
kadar air kali ini yaitu sebagai berikut : Ketidaktelitian dalam
melaksanakan praktikum sehingga pasir dan tanah hasil galian
sedikit tercecer, serta dasar permukaan lubang galian tidak merata.
Cawan yang digunakan belum bersih, atau masih ada air atau tanah
yang tertinggal di dalamnya, sehingga beratnya bertambah.
BAB VPENUTUP
5.1.Kesimpulan1. Dari percobaan ini dapat diketahui
langkah-langkah untuk melakukan pengujian pemeriksaan kepadatan
lapangan metode sand cone. Melalui praktikum ini praktikan dapat
memahami tentang uji pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya
baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan.1.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kepadatan tanah (
berat volume kering tanah ) sebesar 1,37 gr/cm3, serta berat volume
tanah basah pada sampel tanah sebesar 1,45 gr/cm3.
5.2.Saran Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, praktikum
dilakukan sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan peraturan yang
ada. Sebaiknya ketelitian dalam praktikum diutamakan, sehingga
dapat meminimalisir kesalahan. Sebaiknya setelah praktikum, alat
yang digunakan dikembalikan ke tempat semula dalam keadaan bersih
dan tertata rapi
DAFTAR PUSTAKA
Braja M.Das,dkk.1988.Mekanika Tanah.Erlangga:SurabayaDas Braja.
1988. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip rekayasa geoteknis )jilid
1.Erlangga: Hardiyatmo, Hary Cristady.2002.Mekanika Tanah I.Gajah
Mada University Press:Yogyakarta Shirley LH,Ir.1994.Geoteknik dan
Mekanika Tanah.Nova:BandungSunggono.1984.Mekanika
Tanah.Nova:Bandung.
LAMPIRAN
49