BAB I 1.1 Gambaran Komunitas Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan (baik di rumah maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan mengucapkan kata-kata dengan benar, sehingga ketika mereka masuk sekolah, mereka sudah mempunyai modal untuk membaca. Sehubungan dengan fungsi-fungsi yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan pendidikan anak usia dini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya. 2. Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini. 3. Menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
1.1 Gambaran Komunitas
Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama
mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi
perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus),
sosial dan emosional.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia
dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya.
Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan (baik di rumah
maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan
mengucapkan kata-kata dengan benar, sehingga ketika mereka masuk
sekolah, mereka sudah mempunyai modal untuk membaca.
Sehubungan dengan fungsi-fungsi yang telah dipaparkan tersebut,
maka tujuan pendidikan anak usia dini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan
anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan
potensinya.
2. Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga
jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini.
3. Menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan
bagi anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan
potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti
pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD).
1
VISI
Terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria dan
berakhlak mulia serta memiliki kesiapan baik fisik maupun mental
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
MISI
1. Meningkatkan perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD
melalui pnyelenggaraan PAUD yang mudah dan murah, tetapi
bermutu.
2. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan partisipasi aktif
masyarakat dalam memberikan layanan PAUD.
3. Memberikan layanan yang prima (efektif, efisien, akuntabel,
transparan) kepada masyarakat di bidang PAUD.
TIGA PILAR KEBIJAKAN PAUD
1. Perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD kepada semua anak
antara lain melalui :
a. Pemberdayaan semua potensi yg ada di masyarakat.
b. Keberpihakan kpd anak-anak yg kurang beruntung.
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing antara lain dengan
cara :
a. Mengupayakan PAUD yg murah dan mudah, tetapi bermutu.
3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan
pendidikan (PAUD) antara lain dengan cara meningkatkan :
a. Keterbukaan, kemudahan dan fleksibilitas di bidang layanan
PAUD kepada masyarakat.
SASARAN PAUD
2
1. Sasaran Utama :
a. Anak lahir s/d usia 6 tahun (utamanya yang belum mendapat
layanan PAUD Jalur Pendidikan Formal),prioritas 2-4 th.
Th 2009 ditargetkan 35% anak 2-4 th terlayani di PAUD
Nonformal, dan 53,90 % Anak usia 0-6 tahun terlayani di
PAUD Formal dan Nonformal.
2. Sasaran antara :
a. Orang tua/keluarga, calon orangtua.
b. Pendidik dan Pengelola PAUD.
c. Semua Lembaga Layanan Anak Usia Dini.
d. Para tokoh masyarakat dan stakeholders PAUD.
3. Jalur Formal :
a. Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau
bentuk lain sederajat.
4. Jalur Nonformal :
a. Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain sederajat.
5. Jalur Informal :
a. Pendidikan Keluarga atau Pendidikan yang Diselenggarakan
oleh Lingkungan.
Catatan : Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar.
[(UU No. 20 Th 2003, Pasal 28, ayat (1)] .
3
PAUD TUNAS DAHLIA
Paud Tunas Dahlia berdiri pada tahun 2009 yg diinisiasi oleh
para penggerak PKK RW 09 dan sampai sekarang tetap digerakkan
oleh anggota PKK Kecamatan Duren Sawit tepatnya di bawah naungan
Rukun Warga kelurahan Malakasari. Beralamat di jalan Taman Malaka
Selatan blok B3 Kelurahan Malakasari Kecamatan Duren Sawit
Jakarta Timur 13460, dengan jumlah murid sebanyak 41 orang dan
tenaga pengajar sebanyak 10 orang yang merupakan anggota PKK.
Dalam pelakasanaannya Paud Tunas Dahlia mengacu pada kurikulum
pendidikan anak usia dini yang telah ditetapkan oleh kementerian
pendidikan dan kebudayaan.
Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 3 hari dalam
seminggu yaitu pada hari senin,rabu dan kamis. Dengan fasilitas
yang seadanya dan tenaga sukarelawan dari anggota PKK para siswa
di PAUD hanya dikenakan iuran RP 30.000 per bulannya. Ruangan
yang digunakan untuk proses belajar menggajar merupakan ruangan
serba guna yang digunakan secara bergantian oleh warga untuk
kegiatan yang lainnya. Fasilitas lain yang tersedia berupa
lapangan, taman bermain anak, kamar mandi, dansumber air PAM
yang memadai.
Dalam kegiatan PAUD ruangan tersebut digunakan untuk proses
belajar mengajar dimana siswa dikelompokkan berdasarkan usia.
Proses belajar mengajar dimulai pukul 8.00- 10.00 WIB, waktu
istirahat 30 menit pada pukul 9.00 WIB. Dalam proses belajar
mengajar para siwa telihat sangat antusias. Saat jam istirahat
para siswa ada yang membawa makan dari rumah ada pula yang
4
membeli makanan yang dijajah kan disekitar paud seperti yakult,
pecel, ada pula penjajah mainan.
2.2 Area Masalah
Kunjungan Lapangan
Kunjungan Pertama
Tempat : PAUD Tunas Dahlia
Tanggal : Kamis , 29 Mei 2013
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Kunjungan Kedua
Tempat : PAUD Tunas Dahlia
Tanggal : Senin, 3 Juni 2013
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Kami melakukan observasi dan wawancara kepada Ketua RW 09,
kepala PAUD, guru PAUD, orang tua murid dan siswa PAUD Tunas
Dahlia. Kami tidak menemukan siswa yang sakit saat kami
berkunjung, namun kami menemukan beberapa masalah yang
berhubungan dengan perilaku siswa dan lingkungan sekitar PAUD.
Dari hasil observasi kami melihat beberapa masalah seperti :
1. Lokasi PAUD yang berdekatan dengan depot pembuangan sampah,
sehingga menimbulkan bau yang sangat menyengat namun hanya
pada waktu tertentu saja.
2. Ketidakpatuhan siwa dalam mencuci tangan sebelum makan
5
3. Ketidakpatuhan siswa dalam mengkonsumsi makanan, dalam hal
ini siswa masih tetap membeli makanan diluar.
4. Guru PAUD yang kurang tegas dalam mengawasi dalam mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan dan siswa masih jajan diluar
5. Kami melihat banyaknya anak yang memiliki caries dentis
6. Sumber keran air yang terbatas untuk melakukan kegiatan
mencuci tangan
Kemudian kami melakukan wawancara kepada Ketua RW 09 Bapak
Bambang Hadi, beliau menyatakan bahwa untuk sarana dan prasarana
yang tersedia di PAUD masih terbatas dikarenakan bangunan
tersebut merupakan ruangan serbaguna dan kurang nya perhatian
dari pemerintah sehingga dana yang digunakan merupakan swadaya
dari masyarakat sekitar. Untuk masalah lokasi PAUD yang
berdekatan dengan depot pembuangan sampah, keluhan tidak hanya
berasal dari guru dan siswa PAUD saja melainkan dari warga
sekitar dan untuk memindahkan lokasi depot sampah masih menemukan
banyak kendala.
Wawancara kepada Kepala PAUD Ibu Ade Irma, beliau menyatakan
bahwa kendala utama adalah kurang nya tenaga pengajar yang
professional,sarana prasarana yang belum memadai dan peran orang
tua yang masih minim dikarenakan factor pendidikan orang tua dan
penghasilan orang tua yang termasuk golongan menengah kebawah.
Wawancara kepada Guru PAUD ibu Fatmah, beliau menyatakan
banyak nya anak yang mengeluh bau sampah yang tercium,dan ada
pula yang mengeluh sakit gigi. Untuk penyakit yang lain tidak
ditemukan, hanya beberapa anak terlihat kurus, dan satu orang
6
anak pernah terjangkit hand food mouth disease namun tidak
menularkan ke teman nya. Untuk kebersihan dasar seperi
kuku,rambut dan telinga guru PAUD rutin memeriksa setiap hari
senin, namun tidak semua anak memotong kuku,membersihkan telinga
dan rambut.
Kebanyakan anak PAUD Tunas Dahlia rutin mengunjungi Posyandu
Dahlia yang diadakan setiap bulan pada hari selasa minggu ke-4.
Namun untuk program pemeriksaan gigi belum terlaksana karena
kurang nya tenaga kesehatan dari puskesmas.
Kami juga melakukan wawancara kepada 5 orang tua murid
tentang kebersihan dasar seperti pengetahuan tentang menjaga
gigi,telinga,kuku serta penyakit yang diderita oleh anak.
7
8
Pertanyaan Annisa Tiara Niena Safira AuroraUsia 4 tahun 4 tahun 4 tahun 3 tahun 3 tahun
Nama Orang Tua Umi Diah Aci Nini SariUsia Orang Tua 37 Tahun 32 tahun 29 tahun 36 tahun 39 Tahun
Saudara 3 dari 4 2 dari 2 1 dari 1 3 dari 3 1 dari 1Lama di PAUD? 1 tahun 1 tahun 6 bulan 1 tahun 2 tahunKontrol Kesehatan Posyandu/Bulan Posyandu/bulan Posyandu/bulan Posyandu/bulan Dokter AnakKebersihan Telinga Jarang Jarang Jarang Jarang RutinKebersihan Kuku Jarang Jarang Rutin Rutin Setiap mingguM encukur Rambut Jarang Jarang Jarang Poni Saja RutinM enggigit Kuku Ya Ya Tidak Tidak TidakM engemut Jempol Tidak Tidak Tidak Tidak TidakRiwayat Cacingan Tidak tidak Tidak Tidak TidakM inum Obat Cacing Pernah pernah pernah Pernah TidakRiwayat Diare Ya ya Tidak Tidak TidakM emakai Popok Tidak masih Tidak Tidak M asihM enggompol Kadang-kadang kadang-kadang M asih M asih Kadang-kadangGigi Bolong Ya ya ya ya TidakSakit Gigi Tidak tidak ya ya Tidak
Riwayat Alergi Tidak tidak Tidak Tidak TidakRiwayat Penyakit Tidak tidak Tidak Tidak Tidak
Kebiasaan Cuci Tangan Jarang jarang Jarang Jarang SelaluPengetahuan Kesehatan Sedikit sedikit Sedikit sedikit Baik
M engajarkan Anak Kebersihan ya ya ya Ya YaAnak Rutin M enyikat Gigi Tidak tidak Tidak Ya Ya
M enggunakan Pasta Gigi Anak Tidak tidak Tidak Ya YaM enggunakan Sikat Gigi Anak Tidak tidak Tidak YA Ya
M akanan M anis ya ya ya ya YaSusu Formula Tidak Ya Ya Ya Ya
Pengetahuan Orang tua ttg Gigi Rendah rendah Cukup Cukup BaikKontrol Dokter Gigi Tidak Pernah tidak pernah Pernah 1x Tidak Pernah Setiap 6 bulan
Penyuluhan Kesehatan Gigi Belum Pernah belum pernah Belum Pernah Belum Pernah Iklan
Dari hasil wawancara kami menyimpulkan bahwa masih rendahnya
pengetahuan pada orang tua tentang kesehatan anak,namun anak
rutin dibawaa ke posyandu setiap bulan, untuk penyakit yang
diderita tidak ada yang parah atau berulang. Dalam kebersihan
gigi banyak anak yang mengalami caries gigi dan orang tua juga
tidak membawa ke dokter gigi. Pengetahuan tentang cara menggosok
gigi untuk anak juga rendah, pemilihan sikat gigi dan pasata gigi
belum tepat. Kebersihan kuku anak juga tidak di control secara
rutin, kuku dipotong jika sudah panjang. Kebersihan telingan dan
rambut relative baik karena tidak ada keluhan yang berarti. Kami
juga melakuan observasi terhadap 33 siswa paud, yaitu kebesihan
telinga,gigi,kuku dan rambut. Dari hasil observasi terhadap 33
siswa,kami menemukan :
Dari beberapa area masalah yang kami termukan, kami memilih
Caries dentis sebagai akibat dari perilaku kurang menjaga
kebersihan dan kesehatan gigi sebagai area masalah. Kami memilih
teori Laurence Green untuk area masalah yang kami pilih.
Teori Lawrence Green (1980)
9
Masalah Jumlah SiswaCaries Gigi 21 SiswaSakit Gigi 13 Siswa
negatif misalnya, tidak menyikat gigi secara teratur maka
kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak
antara lain mudah berlubang.
Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk
penyingkiran plak secara mekanis. Saat ini telah banyak
tersedia sikat gigi dengan berbagai ukuran, bentuk, tekstur,
dan desain dengan berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat.
Salah satu penyebab banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia
adalah adanya variasi waktu menyikat gigi, gerakan menyikat
gigi, tekanannya, bentuk dan jumlah gigi yang ada pada setiap
orang
25
Waktu Menyikat Gigi
Telah terbukti bahwa asam plak gigi akan turun dari pH normal
sampai mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah makan
makanan yang mengandung karbohidrat. pH saliva sudah menjadi
normal (pH 6-7) 25 menit setelah makan atau minum. Menyikat
gigi dapat mempercepat proses kenaikan pH 5 menjadi normal (pH
6-7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies.Untuk
mendapatkan hasil yang optimal dari prosedur penyikatan gigi,
salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah frekuensi
penyikatan gigi. Menurut hasil penelitian Stecksen-Blicks dan
Holm, anak yang melakukan penyikatan gigi secara teratur dalam
sehari dengan frekuensi dua kali sehari atau lebih dan dibantu
oleh orang tua, lebih rendah terkena resiko karies
Frekuensi Menyikat Gigi
Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat
giginya segera setelah makan. American Dental Association (ADA)
memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien
harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 dua kali sehari
yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Waktu
menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, bergantung pada
beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang terhadap plak
dan debris, keterampilan menyikat gigi, dan kemampuan
salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Menyikat
gigi dua kali sehari cukup baik pada jaringan periodonsium
26
yang sehat, tetapi pada jaringan periodonsium yang tidak sehat
dianjurkan menyikat gigi tiga kali sehari.
Lamanya Menyikat Gigi
Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1
menit. Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5
menit, tetapi umumnya orang menyikat gigi maksimum selama 2-3
menit. Penentuan waktu ini tidak sama pada setiap orang
terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol
plak. Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat,
maka hasilnya tidak begitu baik daripada bila menyikat gigi
dilakukan dalam waktu yang lebih lama, mengingat banyaknya
permukaan gigi yang harus dibersihkan.
Bentuk Sikat Gigi
Terdapat berbagai variasi mengenai sikat gigi. Ada bentuk
sikat gigi yang permukaan bulu sikatnya berbentuk lurus,
cembung, dan cekung sehingga dapat mencapai daerah tertentu
dalam lengkung rahang. Oleh sebab itu, dianjurkan pemakaian
sikat gigi yang serabutnya lurus dan sama panjang.Sikat gigi
manual yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain
ukuran permukaan bulu sikatnya adalah (panjang: 1-11/4 inci
(2,5-3,0 cm) dan lebar: 5/16-3/8 inci (8,0-9,5 mm) ); bulu
sikatnya tersusun (baris: 2-4 baris rumpun dan rumpun: 5-12
rumpun perbaris); serta permukaan bulu sikatnya terpotong
rata.22 Setiap kali sesudah dipakai, sikat gigi harus
dibersihkan dibawah air mengalir supaya tidak ada sisa-sisa
makanan atau pasta gigi yang tertinggal. Setelah bersih, sikat
27
gigi diletakkan dalam posisi berdiri supaya lekas kering
dengan tujuan agar sikat gigi tidak lembab dan basah. Sikat
gigi perlu diganti 2-3 bulan setelah pemakaian, oleh karena
bulu sikat gigi sudah tidak dapat bekerja dengan baik dan
dapat melukai gusi
Pemakaian Pasta Gigi
Fungsi utama pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam
membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa
makanan dan fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi,
mempertinggi kesehatan gingival, serta untuk mengurangi bau
mulut. Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasive 20-40%,
pelembab (humectant) 20-40%, air 20-40%, bahan penyegar ±2%,
bahan pemanis ± 2%, bahan pengikat (binding agent) 2%, detergen
1-2%, bahan terapeutik ± 5%, dan pewarna <1%.
Metode Menyikat Gigi
Dalam hal menyikat gigi, teknik apapun yang dipergunakan,
harus diperhatikan cara menyikat gigi tersebut jangan sampai
merusak struktur gigi.23 Ada bermacam-macam metode penyikatan
gigi, yaitu metode vertikal, metode horizontal, metode Roll,
metode Bass, metode Charter, metode Fones atau teknik sirkuler
dan metode Stillman. Kombinasi pemakaian beberapa metode
menyikat gigi ini tergantung pada beberapa hal, yaitu besar
dan bentuk rahang, susunan dan inklinasi gigi geligi, derajat
retraksi gusi, hilangnya gigi geligi dan keterampilan tangan
dalam menggunakan sikat gigi.5
Beberapa metode menyikat gigi:
28
1. Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi,
kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas
dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang
dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan
pada metode horizontal semua permukaan gigi disikat dengan
gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup
sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena
dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.
2. Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi
mengarah ke akar gigi dan arah bulu sikat pada margin gingiva,
sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat
digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak
membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas
mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada
setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama
bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah
interdental.
3. Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan
gigi (oklusal), membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu
panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk
lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga
tepi gusi. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode
ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan
pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan.
4. Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut
45 derajat dengan panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi
29
sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku gusi
dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi
digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang
selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan
teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya
dan cara penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk
permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara
vertikal. 5. Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat
ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi. Kedua rahang
dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk
lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas
dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi
tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang
gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih
kecil.
6. Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan
pada daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai
tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang
lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis
sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan
bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau
tiga baris rumpun bulu sikat.
Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah
teknik roll. Metode penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan
agar mampu membersihkan keseluruhan giginya bagaimanapun
30
caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass
dapat dilakukan
Diet Makanan
Tindakan pencegahan karies lebih tinggi menekankan pada
pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula
yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasihat
diet dan bahan pengganti gula.Nasehat diet yang dianjurkan
adalah memakan makanan yang cukup protein dan fosfat yang
dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan
sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair karena
bersifat membersihkan dan merangsang sekresi saliva.
Menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi
jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan
untuk makan di antara jam makan.
Frekuensi Dan Jumlah Konsumsi Gula
Frekuensi mengkonsumsi gula dan jumlah gula yang dikonsumsi
mempengaruhi timbulnya karies pada gigi seseorang. Penelitian
Vipeholm tentang hubungan prevalensi karies gigi dengan
frekuensi konsumsi gula menunjukan perkembangan karies gigi
rendah ketika konsumsi gula empat kali perhari pada jam makan.
Demikian juga penelitian Holbrook,dkk. Pada anak usia 5 tahun
di Iceland menemukan dampak frekuensi konsumsi gula terhadap
perkembangan karies pada anak-anak. Anak yang mengkonsumsi
gula empat kali atau lebih perhari atau anak yang jajan tiga
kali atau lebih perhari menyebabkan skor karies meningkat.
Anak-anak usia 5 tahun dengan asupan gula rata-rata 5,1 kali
31
perhari memiliki tiga atau lebih lesi karies, sedangkan anak-
anak yang asupan gulanya 2,1 kali perhari memiliki lesi karies
kurang dari tiga
Kunjugan Ke Dokter Gigi
Kunjungan ke dokter gigi sangat diperlukan untuk menciptakan
kontak dan ikatan kepercayaan pertama antara orang tua dengan
dokter gigi, sehingga diharapkan kesadaran, perilaku, dan
sikap yang positif dan bertanggungjawab mengenai prinsip-
prinsip perawatan kesehatan gigi anak.
Penambalan Gigi
Penambalan gigi terhadap gigi yang berlubang sebaiknya
dilakukan sedini mungkin sebelum kelainannya menjadi lebih
berat lagi. Apabila penambalan dilakukan sedini mungkin,
kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian
sekali datang bisa langsung dilakukan penambalan langsung.
Apabila kelainannya sudah lebih besar, maka gigi tersebut
harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sehingga memerlukan
kunjungan yang lebih banyak.
Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak
dapat lagi dipertahankan dan apabila gigi tersebut menjadi
penyebab dari infeksi di dalam rongga mulut dan dapat
menyebabkan kelainan ke organ yang lainnya.
Kontrol Enam Bulan Sekali
Kunjungan diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan
kepercayaan pertama antara orang tua dengan dokter gigi,
32
sehingga diharapkan terbentuk kesadaran, perilaku, dan sikap
yang positif dan bertanggung jawab mengenai prinsip-prinsip
perawatan kesehatan gigi.Kontrol tiap enam bulan dilakukan
meskipun tidak ada keluhan. Hal ini dilakukan untuk memeriksa
apakah terdapat gigi lain yang berlubang selain yang telah
ditambal, sehingga dapat dilakukan perawatan sedini mungkin.
Selain itu juga untuk melihat, apakah telah terdapat kembali
karang gigi dan kelainan-kelainan lainnya yang mungkin ada.
Peran Perawat Dalam Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
Untuk mencapai tujuandalam usaha kesehatan gigi maka peran
perawat adalah meningkatkan, mencegah dan membina usaha kesehatan
gigi anak. Peran perawat di sini seperti halnya peran tenaga
kesehatan lainnya yang diadakan oleh program puskesmas. Peran-
peran lainnya adalah :
a. Pembinaan atau pengembangan
i. penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
ii. pemeriksaan sepintas
iii. pengobatan sederhana
iv. rujukan
Pelayanan medik dasar
Pelayanan ini meliputi : pengobatan, pemulihan, pencegahan
khusus, dan berbagai kegiatan dasar.
a. Memberikan medik dasar pada penderita yang berobat maupun
yang rujuk
b. Merujuk kasus-kasus ysng tidak dapat ditanggulangi ke
sarana pelayanan yang lebih mampu
33
c. Memberikan penyuluhan
d. Hygienik klinik
e. Memelihara merawat peralatan/obat-obatan
(Direktorat Kesehatan Gigi Depkes RI 2000. Pedoman Puskesmas,
Jakarta)
2.2 Kerangka Teori
Dari hasil observasi dan wawancara guru paud,orang tua murid dan
siswa paud, masalah yang kami pilih merupakan masalah non disease
yaitu perilaku menjaga kebersihan gigi anak. Teori yang kami
anggap mendekati dengan area masalah kami adalah teori Laurence
green
Teori Lawrence Green
1. Predisposing Factors
a. Pola makan anak yang bergizi agar tidak merusak gigi anak
b. Faktor pengetahuan orang tua terhadap pentingnya menjaga
kesehatan gigi anak sejak dini
c. Orang tua mengajarkan dan mencontohkan cara menggosok gigi
yang baik dan benar
d. Orang tua membiasakan anak sikat gigi teratur dan berkumur
setelah makan makanan manis
e. Pengetahuan tentang jenis sikat gigi dan pasta gigi yang
sesuai untuk anak
f. Mengganti sikat gigi anak setiap 2 bulan
g. Orang tua membawa anak kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan
2. Enabling Factors
34
a. Orang tua menyediakan sikat gigi dan pasta gigi yang sesuai
untuk anak
b. Tersedianya unit kesehatan gigi sekolah
c. Kerjasama pihak sekolah dengan pihak puskesmas dalam usaha
pemeliharan kesehatan gigi anak
d. Program sekolah untuk perawatan gigi anak setiap 6 bulan
e. Adanya materi pembelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut
di sekolah
f. Pemeriksaan sederhana kesehatan gigi oleh guru
3. Reinforcing Factors
a. Adanya petugas kesehatan gigi dari puskesmas yang secara
rutin memeriksa gigi anak
b. Pengawasan orang tua terhadap proses menjaga kesehatan gigi
anak
c. Pemberian pelatihan dasar kebersihan gigi anak kepada guru
35
2.3 Kerangka Konsep
36
Teori Laurence Green
1. Predisposing Factors
a. Pola makan anak yang kurang bergizi dan cenderung
mangkonsumsi makanan yang manis
b. Tingkat pengetahuan orang tua terhadap kesehatan gigi dan
mulut masih rendah
c. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang jenis sikat gigi
dan pasta gigi yang sesuai untuk anak
d. Orang tua tidak mebiasakan anak sikat gigi secara teratur
e. Orang tua tidak mengganti sikat gigi secara rutin
f. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang jadwal kontrol
rutin gigi anak
2. Enabling Factors
a. Orang tua tidak mengunakan sikat gigi dan pasta gigi yang
sesuai untuk anak
b. Tidak adanya fasilitas kesehatan gigi di sekolah
c. Tidak adanya kontrol rutin dari petugas kesehatan tentang
masalah kesehatan gigi anak
d. Tidak adanya dokter gigi di puskesmas terderkat
3. Reinforcing Factors
a. Kurang nya pengawasan orang tua tentang kebiasaan dan cara
menggosok gigi anak
b. Peraturan yang kurang tegas terhadap jenis makanan yang
dikonsumsi anak di rumah dan sekolah
37
38
39
Lampiran 1
Kegiatan Belajar di PAUD
40
Foto bersama guru dan murid PAUD
41
Lokasi PAUD
Pemeriksaan Kebersihan
Gigi,kuku,raambut,telinga Siswa Paud
42
Lampiran 2
Pertanyaan Kunjungan Lapangan
1. Nama Ibu 2. Usia Ibu3. Nama Anak4. Usia Anak5. Anak ke berapa?6. Sudah berapa lama sekolah di PAUD?7. Apakah anak ibu pernah melakukan pemeriksaan kesehatan?
Seberapa sering? Pemeriksaan apa yang dilakukan (posyandu?TB,BB,gigi,tht)
8. Apakah anak ibu rutin mengorek kuping, mengunting kuku,mencukur rambut?
9. Apakah anak ibu mempunyai kebiasaan menggigit kuku?10. Apakah anak ibu memiliki kebiasaan mengemut jari jempol?11. Apakah anak ibu pernah cacingan?12. APakah anak ibu pernah mengakami diare? Apakah berulang?13. Apakah anak ibu masih mengompol? Memakai popok?14. Apakah anak ibu gigi nya bolong?15. Apakah anak ibu memiliki alergi?16. Apakah anak ibu memiliki riwayat penyakit yang berulang?
Penyakit serius?17. Apakah anak ibu memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan?18. Apakah ibu mengetahui tentang kesehatan gigi dan mulut?19. Berapa lama ibu mengganti sikat gigi?20. Apakah ibu mengetahui berapa kali dilakukan pemeriksaan
rutin gigi anak?21. Apakah ibu mengetahui berapa kali dlm satu hari frekuensi
menggosok gigi?22. Apakah ibu pernah mengajarkan cara menggosok gigi kpd anak
ibu?23. Apakah ada yang membantu ibu dalam mengajarkan anak
menggosok gigi?
43
24. Apakah ibu membiasakan anak ibu untuk menggosok gigi setiaphari?
25. Apakah anak ibu suka makanan yang manis? Apa saja?26. Apakah sehabis makan anak ibu mencuci tangan dan menggosok
gigi?27. Apakah anak ibu masih mengkonsumsi susu fornula? Kapan saja
minum susu? Sebelum tidur?28. Apakah anak ibu menggosok gigi sebelum tidur?29. Apakah gigi anak ibu berlubang?30. Apakah anak ibu pernah mengeluh sakit gigi? Kapan? Berapa
lama? Obat apa? Dokter/?tidak?31. Apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan ttg kesehatan gigi