LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA PROSES PRODUKSI ACARA SUPERMAMA SELEB CONCERT YANG DITAYANGKAN SECARA LIVE OLEH INDOSIAR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Sebutan Profesional Ahli Madya Dalam Bidang Penyiaran Komunikasi Terapan Disusun oleh : Desmanita Saputri NIM : D1405017 PROGRAM DIII KOMUNIKASI TERAPAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
74
Embed
LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA - digilib.uns.ac.id/Proses...LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA PROSES PRODUKSI ACARA SUPERMAMA SELEB CONCERT YANG DITAYANGKAN SECARA LIVE OLEH INDOSIAR Diajukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA
PROSES PRODUKSI ACARA
SUPERMAMA SELEB CONCERT
YANG DITAYANGKAN SECARA LIVE OLEH INDOSIAR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih
Sebutan Profesional Ahli Madya Dalam Bidang Penyiaran Komunikasi Terapan
Disusun oleh :
Desmanita Saputri
NIM : D1405017
PROGRAM DIII KOMUNIKASI TERAPAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
PERSETUJUAN
Tugas Akhir Berjudul :
PROSES PRODUKSI ACARA
SUPERMAMA SELEB CONCERT
YANG DITAYANGKAN SECARA LIVE OLEH INDOSIAR
Karya :
Nama : DESMANITA SAPUTRI
NIM : D1405017
Konsentrasi :
PENYIARAN
Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Tugas Akhir
Program Diploma III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Surakarta,………………..
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Drs. Aryanto Budhi S, M.Si
NIP. 131 633 897
PENGESAHAN
Tugas akhir ini telah Diujikan dan Disahkan oleh Panitia Ujian Tugas Akhir
Program Diploma III Komunikasi Terapan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari : ……………………..
Tanggal : ……………………..
Panitia Ujian Tugas Akhir :
Ketua
Drs. Surisno Satriyo U, M.Si NIP. 131 471 448
Anggota
Drs. Aryanto Budhi S, M.Si NIP. 131 633 897
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dekan,
Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 130 936 616
MOTTO
· “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia
memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat
menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
(Pengkotbah 3:11)
· Hadapi semua tanpa menyerah, namun berserahlah kepada-Nya,
karena masa depan yang cerah ada di tangan-Nya.
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan karya ini kepada :
· Mama dan Papa yang selalu mendoakan serta
memberikan semangat dan kasih sayang
· Kakak yang selalu menyayangiku
· Teman terdekatku yang selalu ada saat aku
membutuhkan
· Sahabat-sahabatku yang selalu men-support-ku
· Teman-teman Broadcast ’05 dan PMK Fisip
· Semua orang yang telah baik kepada ku.
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
penulis dapat menyelesaikan masa Kuliah Kerja Media (KKM) selama 1
bulan. Berkat tuntunan-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan laporan
kegiatan ini di Divisi Produksi Acara “Supermama Seleb Concert” sebagai
tim kreatif. Penulis merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan
yang sangat berharga ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu kelancaran proses pelaksanaan
kegiatan ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih secara khusus
kepada :
1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
telah memberikan kemudahan dalam melaksanakan KKM ini.
3. Bapak Dody Jufipriyanto selaku Manager Produksi non drama PT.
Indosiar Visual Mandiri dan merangkap sebagai Eksekutif
Produser acara “Supermama Seleb Concert”, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan
kegiatan KKM di Indosiar.
4. Ibu Sri dari HRD Indosiar, yang telah memberikan penulis
kemudahan dalam bekerja.
5. Bapak Bapak Farry Yusbiakto selaku Produser acara “Supermama
Seleb Concert”, yang telah memberikan pengarahan selama KKM.
6. Mbak Putu, Mbak Risna, Lina, dan Ono, selaku tim kreatif dan
pengarah acara tim “Supermama Seleb Concert” yang telah
membantu penulis dalam memberikan informasi yang penulis
butuhkan.
7. Vidi, Pak Joko dan seluruh tim EFP Indosiar yang telah
memberikan ilmu dan pengarahan kepada penulis.
8. Parno, Pak Gerry, Pak Bujok, Pak Arnold dan para kru lainnya
yang telah mengajari penulis banyak hal.
9. Mama, Papa dan Kakak yang telah memberikan banyak dukungan
serta semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini dengan baik.
10. Yoga, teman terdekatku yang selalu mengasihiku dan
mendampingiku.
11. Vania, Dian Pethek, Bim2, B’jah, Etha, Ina dan semua sahabat-
sahabatku PMK D3 & S1 Fisip yang selalu mendoakan dan
memberi dukungan.
12. Ganis, Nana, Devina Tunk2, Tika, dan teman-teman Broadcast
2005 untuk dukungannya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
dukungan moril dan materiilnya.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara akan mendapatkan
balasan-Nya dan semoga juga pengalaman penulis selama mengikuti
kegiatan ini dapat bermanfaat sebagai bekal berharga untuk persiapan
terjun ke dunia kerja nantinya.
Surakarta, Juli 2008
Desmanita Saputri
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………………... i
PERSETUJUAN…………………………………………………………… ii
PENGESAHAN……………………………………………………………. iii
MOTTO……………………………………………………………………. iv
PERSEMBAHAN………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR……………………………………………………... vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………….. 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan……………………….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi………………………………… 6
B. Ciri-ciri Komunikasi Massa……………………………. 6
C. Fungsi Televisi Sebagai Media Massa…………………. 7
D. Prinsip-prinsip Televisi………………………………… 8
E. Kelebihan dan Kelemahan Televisi……………………. 9
F. Format Station………………………………………….. 11
G. Tahap Pelaksanaan Acara……………………………….13
H. Proses Penyiaran Acara……………………………...….16
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA / INSTANSI
A. Profil Perusahaan………………………………………. 20
B. Sejarah Indosiar………………………………................20
C. ID Indosiar………………………………………………23
D. Target Indosiar…………………………………………. 24
E. Misi dan Visi Indosiar………………………………….. 25
F. Keunggulan Indosiar…………………………………… 25
G. Struktur Umum Perusahaan…………………….……….27
H. Umum…………………………………………………...29
BAB IV DESKRIPSI KEGIATAN DAN HASIL MAGANG
A. Gambaran Acara……………………………………….. 34
B. Hambatan dan Kendala…………………………………45
C. Hasil Magang…………………………………………... 46
D. Proses Produksi Acara Supermama Seleb Concert..........50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………... 61
B. Saran…………………………………………………….. 63
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………65
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan informasi manusia yang semakin meningkat berjalan
seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat pula. Sehingga dalam
berkomunikasi kita dapat lebih canggih, cepat, aktual dan faktual dalam
mendapatkan informasi. Hal ini memicu para industri media massa untuk
semakin bersaing dalam menyajikan kebutuhan informasi yang modern
saat ini.
Salah satu media penyiaran yaitu televisi telah mampu mengubah
dunia dalam mengembangkan pola pikir setiap individu. Televisi memiliki
keunggulan dibandingkan media cetak yaitu mampu menyampaikan pesan
yang relatif cepat serta menyiarkan suatu perisitiwa yang tengah
berlangsung melalui siaran reportase. Selain itu televisi memiliki
keunggulan dalam waktu siarannya yaitu 24 jam tiap harinya. Dalam hal
ini diharapkan adanya output siaran yang berkualitas dan berbobot di
dalamnya. Program-program acaranya wajib mengandung informasi,
pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas,
watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, serta mengamalkan nilai-nilai
agama dan budaya Indonesia.
Kuatnya dampak yang ditimbulkan dari siaran televisi, maka
dibutuhkan perencanaan siaran yang matang. Sehingga setiap mata acara
yang akan diproduksi dan disiarkan akan menghasilkan siaran yang
sempurna. Diperlukan juga kerja sama yang solid antara manusia yang
mengelola siaran, teknik serta administrasi dalam suatu perencanaan yang
efektif dan efisien. Sehingga akan tercipta mata acara siaran yang menarik
bagi khalayak yang akhirnya khalayak mendapatkan manfaat dari mata
acara tersebut. Diantaranya yaitu dapat meningkatkan martabat manusia
serta menempatkan diri sebagai makhluk individu, sosial dan ciptaan
Tuhan.
Banyaknya jenis mata acara siaran, menggubah para instansi media
pertelevisian, untuk selalu menyajikan mata acara yang variatif. Adapun
jenis mata acara siaran televisi seperti variety show, kuis, news, sinetron,
musik, dan lain-lain. Setiap mata acara disajikan secara live (langsung) dan
recorded (tidak langsung / rekaman). Dalam menyiarkan acara ada yang di
dalam Studio dan di luar Studio (Outside Broadcasting). Hal ini
tergantung dari keputusan Produser dimana acara tersebut akan
diselenggarakan. Dengan menyiarkan mata acara siaran selama 24 jam
sehari, maka kebutuhan manusia akan informasi dan hiburan akan
terpenuhi. Sifat dan durasi setiap mata acara juga telah dirancang oleh
instansi televisi yang bersangkutan. Sehingga prosentase mata acara dapat
terbagi rata sesuai kebutuhan.
Waktu penayangan mata acara juga menjadi pertimbangan yang
penting dalam menyiarkan suatu acara. Karena hal tersebut merupakan
salah satu faktor kesuksesan suatu mata acara. Hal ini sangat
mempengaruhi banyaknya audience karena waktu penayangan yang tepat.
Ketertarikan audience akan suatu acara, tentunya akan mempengaruhi
rating acara tersebut. Sehingga dapat dinilai apakah program acara tersebut
akan berhasil atau tidak.
Sehubungan dengan tersebut, maka salah satu stasiun televisi
swasta di Indonesia yaitu PT. Indosiar Visual Mandiri (Indosiar),
memiliki program-program acara yang dikemas semenarik mungkin.
Ketatnya persaingan antar stasiun televisi swasta dalam menarik minat
audience, Indosiar memilih program acara hiburan untuk menjadi program
andalannya. Terbukti berhasil setelah Indosiar menayangkan program
variety show yang mencari bakat baru dalam bidang menyanyi yaitu
program acara Akademi Fantasi Indonesia (AFI). Setelah acara tersebut,
Indosiar kembali mengembangkan program-program acara serupa yaitu
AFI Junior, KondangIn, StarDut, dan MamaMia. Terakhir dengan suguhan
acara yang cukup fresh diterima khalayak yaitu adanya program
MamaMia.
Dengan kesuksesan acara MamaMia dan memanfaatkan peluang
yang ada, maka Indosiar kembali mengadakan acara yang hampir serupa
yaitu SuperMama Seleb Concert. Adanya acara tersebut yang cukup
maksimal, variatif dan efisien akan budget, dapat mencapai perolehan
rating yang memuaskan sehingga memberikan kepercayaan kepada para
pemasang iklan. Semua hal tersebut, merupakan latar belakang pihak
Indosiar menyiarkan acara SuperMama Seleb Concert yang dapat menjadi
program andalan yang dimiliki divisi non drama.
Maka dengan ini penulis ingin memberikan laporan tentang proses
produksi acara live Supermama Seleb Concert yang ditayangkan oleh
Indosiar sehingga menghasilkan sajian acara yang dapat menarik minat
audience selama ± 6 jam dari sebuah kompetisi bernyanyi para selebritis.
Dengan adanya acara tersebut pula, menambah deretan program variety
show yang disiarkan secara live dan dapat mendongkrak rating stasiun
televisi Indosiar. Hal ini terbukti dari minat khalayak yang sangat antusias
akan tayangan ini. Oleh karena itu, penulis ingin menelusuri dan
melaporkan kegiatan magang yang penulis lakukan di PT. Indosiar Visual
Mandiri mengenai “Bagaimana Proses Produksi Acara Supermama Seleb
Concert Yang Ditayangkan Secara Live Oleh Indosiar?”.
C. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Tujuan utama yang ingin dicapai penulis adalah :
1. Untuk melengkapi sebagai persyaratan dalam menyelesaikan
kuliah dan mendapat sebutan Ahli Madya (A.Md) jurusan
Penyiaran di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret.
2. Agar penulis dapat mengaplikasikan teori-teori selama
perkuliahan khususnya bidang produksi acara televisi.
3. Mengamati, memahami dan terlibat langsung dalam proses
produksi sebuah acara variety show secara live di televisi
khususnya di Indosiar.
4. Sebagai wahana menambah ilmu tentang produksi televisi,
khususnya menambah pengalaman dan ilmu dari proses
produksi acara non drama di Indosiar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi
Istilah “komunikasi” berasal dari “communicatus” dalam bahasa
latin yang artinya “berbagi” atau menjadi milik bersama”. Sehingga
komunikasi dapat diartikan sebagai proses dimana seseorang berusaha
untuk memberikan pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan
simbolis. Komunikasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang tersedia.
B. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah Komunikasi melalui media massa; jelasnya, merupakan singkatan dari Komunikasi Media Massa ( Mass Media Communication ). Sehubungan dengan itu, dalam berbagai literatur sering dijumpai istilah “ Mass Communications “ (pakai s) selain Mass Communication (tanpa s). Arti Mass Comunications (pakai s) sama dengan mass media atau dalam bahasa Indonesiannya media massa. Sedang yang dimaksudkan dengan Mass Communication (tanpa s) adalah Prosesnya, yakni Proses Komunikasi Melalui Media Massa. (Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A., Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung, Mandar Maju, 1993 hlm 12 Media Massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan
lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Karena itu komunikatornya
melembaga atau dalam bahasa asing disebut Institutionalized
Communicator atau Organized Communicator. Berdasarkan kenyataan
tersebut, maka komunikator pada komunikasi massa dinamakan juga
Komunikator Kolektif (Collective Communicator). Karena tersebarnya
pesan komunikasi massa merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat
kerja. Karena sifatnya kolektif, maka komunikator yang terdiri dari
sejumlah kerabat kerja itu mutlak harus mempunyai keterampilan yang
tinggi dalam bidangnya masing-masing.
C. Fungsi Televisi Sebagai Media Massa
Seperti halnya dengan media massa lainnya, televisi pada
hakekatnya mempunyai tiga fungsi. Yakni Fungsi Penerangan,
Pendidikan, dan Hiburan.
1. Fungsi Penerangan (The Information Function) Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan,
Stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambar-gambar yang sudah tentu faktual. Juga diskusi panel, ceramah, komentar,dll yang kesemuanya realistis. 2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)
Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Hal ini dinamakan Educational Television (ETV), yakni acara pendidikan yang disisipkan ke dalam siaran yang sifatnya umum; dengan demikian acara pendidikan seperti itu termasuk pendidikan informal. Karena keampuhannya itulah, maka fungsi pendidikan yang dikandung televisi ditingkatkan lagi sehingga menjadi sarana pendidikan formal jarak jauh. Televisi siaran jenis ini disebut Instructional Television (ITV).
3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function) Dikebanyakan Negara, terutama yang masyarakatnya bersifat
agraris. Fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran, tampaknya dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu masa
siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, oleh karena itu pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan. Dan dapat dinikmati juga di rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan tuna aksara. ( Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A., Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung, Mandar Maju, 1993 hlm.24 )
D. Prinsip-prinsip Televisi
Seperti halnya dengan radio yang sama-sama merupakan media
massa elektronik, televisi siaran yang begitu besar manfaatnya bagi
kehidupan manusia seperti sekarang. Mengalami proses perkembangan
yang panjang. Kemajuan dan perkembangan televisi tidak lepas dari
teleskop (telescope) oleh Galilei pada tahun 1608. Teropong atau alat
penglihat jauh (tele berarti jauh, scopein berarti melihat). Pada waktu itu
dianggap sebagai penemuan yang mempunyai arti penting bagi
komunikasi jarak jauh dengan menggunakan isyarat-isyarat.
Sesudah tahun 1800, yakni ditemukannya elemen-galvanik yang
memungkinkan dibangkitkannya aliran listrik, maka cara-cara baru untuk
berkomunikasi jarak jauh itu lebih dapat dikembangkan. Pada tahun 1835
seorang Amerika bernama S. Morse menemukan telegraph (tele berarti
jauh, graphein berarti menggambar atau menulis) yang memungkinkan
pengiriman dan perekaman isyarat-isyarat dalam jarak jauh.
Setelah ditemukannya sistem komunikasi jarak jauh, para
cendikiawan mempunyai pikiran yang lebih jauh bahwa akan lebih baik
apabila komunikasi jarak jauh itu bukan dengan cara pengiriman dan
penerimaan dalam bentuk titik dan garis, melainkan suara manusia. Pada
waktu itu sudah diketahui bahwa dapat didengarnya suara oleh manusia
adalah dikarenakan getaran-getaran udara. Dan bahwa getaran-getaran
tersebut disebabkan perubahan tekanan halus pada udara.
Dengan terjadinya kemajuan itu, tidak mengherankan kalau
kemudian timbul harapan-harapan yang lebih dari pada itu. Yakni
ditemukannya alat yang memungkinkan dapat terlihatnya sesuatu dari
jarak jauh dengan kemampuan menghilangkannya rintangan-rintangan
yang biasa menutupi penglihatan. Yang diinginkan adalah perkembangan
dari teleskop, yakni televisi (television) yang bebas dari penghalang untuk
melihatnya (tele berarti jauh, vision berarti penglihatan).
Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian
pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi
batas antara satu negara dengan negara lainnya terlebih setelah
digunakannya satelit untuk memancarkan televisi.
(Dedy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, Bandung, Remaja Rosdakarya Offset, 2005 hlm 4)
E. Kelebihan dan Kelemahan Televisi
Apa sebenarnya yang menyebabkan televisi mampu menjadi
primadona dalam menayangkan iklan atau menjadi pilihan banyak
perusahaan dalam mengkomunikasikan produknya. Karena televisi
memiliki beberapa kelebihan, Yaitu :
1. Kelebihan Televisi
a. Efisiensi Biaya
Banyak pengiklan memandang televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya. Salah satu keunggulannya adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jutaan orang menonton televisi secara teratur. Televisi selain mampu menjangkau khalayak sasaran yang dapat dicapai oleh media lainnya, juga dapat menjangkau khalayak yang tidak terjangkau oleh media cetak. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala.
b. Dampak yang Kuat Keunggulan lainnya adalah Kemampuannya menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua indera : penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu menciptakan kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kreatif dengan mengombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor.
c. Pengaruh yang Kuat Akhirnya, televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat meluangkan waktunya dimuka televisi, sebagai sumber berita, hiburan, dan sarana pendidikan. Kebanyakan calon pembeli lebih “percaya” pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada yang tidak sama sekali. Ini adalah Cerminan bonafiditas pengiklan.
(Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1993 hlm 122)
Selain beberapa kelebihan yang dimiliki oleh televisi, televisi juga
memiliki beberapa kelemahan-kelemahan. Diantaranya adalah :
2. Kelemahan Televisi
a. Tidak dapat diulang. b. Isi didengar hanya sekilas. c. Distribusi dilakukan melalui pemancar atau transmisi
memerlukan dana yang tidak sedikit. d. Memerlukan biaya yang absolute yang sangat ekstrim
untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial. e. Kecenderungan televisi menempatkan khalayaknya sebagai
objek yang pasif, untuk menerima pesan. f. Khalayak yang tidak selektif.
Televisi tetap sebuah media yang selektif, segmentasinya tidak setajam surat kabar atau majalah.
g. Terdapat kesulitan teknis.
(Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1993 hlm 122)
F. Format Station
Sebuah televisi komersial mencari uang dengan menargetkan
audience yang ingin disasar. Ini dalam hubungannya dengan pemasang
iklan komersial di televisi. Hal ini dapat dilihat dari produsen yang
memilih format stasiun yang sama dengan calon pembeli produknya.
Dengan kata lain, format yang spesifik akan memudahkan para produsen
memilih media yang akan dia gunakan untuk memasang iklan.
Programming dan penjadwalan pada televisi komersial setidaknya sebagian besar didorong oleh kepentingan iklan. Pengiklan ingin diikutsertakan dalam program-program yang menarik perhatian khalayak dan yang sesuai dengan citra dan tujuan pemasaran mereka. Programer ingin membeli dan memesan program tersebut untuk menjual waktu kepada pengiklan. Penjadwal ingin menyusun program sehingga mereka memperbesar kesempatan jual ini. Ini merupakan syarat-syarat dari kontrak komersial yang berisi kekuatan pasar yang tidak mengekang. (Graeme Burton, Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kepada Kajian Televisi, Yogyakarta & Bandung, Jalasutra, 2007 hlm.139)
Ambisi untuk meraih pemirsa sebanyak-banyaknya memang tidak
salah, bahkan merupakan keharusan. Sebab sebuah program acara sebagus
apa pun jika tidak ditonton apalah artinya. Persoalan yang kemudian
menjadi paradoks, yakni upaya-upaya yang dilakukan dalam menyusun
program seringkali justru menciptakan segmentasi khalayak yang terbelah.
Hal itu disebabkan oleh tingkat kompetisi yang begitu tajam dengan
munculnya banyak stasiun televisi sementara kemampuan inovasinya
sangat terbatas. Dalam situasi kompetitif semacam itu, inovasi menjadi
sangat tidak menarik karena dalam perencanaan membutuhkan waktu yang
cukup banyak, biaya survei yang besar, dan tentu dengan spekulasi yang
mendebarkan pula, namun begitu program tersebut mampu meraup
pemirsa yang banyak. Stasiun televisi lain dengan tanpa merasa berdosa
mengekor.
Banyak program inovatif yang menarik dan mampu menjadi
tayangan yang eksklusif hanya berumur pendek karena banyak ditiru oleh
stasiun televisi lain. Akibatnya, tayangan televisi menjadi cepat jenuh
(overload) dan disusul dengan kegelisahan khalayak mencari tayangan
lain. Sebagai contoh, ketika sebuah stasiun televisi berhasil merebut
pemirsa dengan pertandingan tinju yang disiarkan secara langsung,
beberapa stasiun televisi turut membuat program yang sama dengan nama
program yang berbeda. Ketika sebuah stasiun televisi mencuat karena
program infotainment yang melansir informasi (berita) seputar selebritis,
stasiun lain tidak mau kalah. Demikian pula ketika sebuah stasiun televisi
berhasil membuat program konser musik model festival, tanpa merasa
berdosa dan tanpa merasa malu yang lain mengekor. Realitasnya, belum
tentu yang pertama tampil sebagai “pemenang” dalam merebut pemirsa.
Sebab pengekor biasanya telah mempelajari kelemahan-kelemahan sang
pionir dan menutupinya dengan modifikasi tertentu. Maka, berlakulah
motto: We are not the first but the best!.
Inilah paradoks program acara pada dunia pertelevisian kita, yang
cenderung memproduksi pesan yang sama atau lebih tepatnya kaya dengan
duplikasi. Akibatnya, ragam acara yang seharusnya menjadi tuntutan
publik karena publik berhak memperoleh tayangan sesuai dengan yang
disukai, menjadi tidak terpenuhi. Khalayak berada dalam posisi tawar
yang lemah, kecuali sekadar menjadi objek yang terkondisikan oleh
program-program tersebut.
Persaingan stasiun televisi yang makin ketat menuntut para
pengelolanya harus pandai mencari celah agar dapat bertahan hidup.
Beberapa televisi yang semula bersifat umum dapat mengalihkan
segmentasi pasarnya secara khusus. Begitu pula stasiun-stasiun televisi
yang hadir belakangan ini dengan bendera segmentasi tertentu. Segmentasi
ibarat pisau membelah rentang usia dan gaya hidup pemirsa. Dengan
adanya segmentasi pasar, maka target konsumen yang terkait dengan
pemirsa akan semakin jelas. Konsumen yang jelas inilah yang akan terus
menerus dibidik oleh pemasang iklan dan produsen. Segmentasi pasar
yang telah secara sadar diambil oleh masing-masing televisi akan menjadi
faktor penentu keberhasilannya. Cara mengetahui suatu stasiun televisi
dikatakan berhasil adalah dengan perolehan rating.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan pengetahuan secara konkret, digelarlah penelitian tentang perilaku khalayak televisi (Television Audience Measurement, TAM) oeleh sebuah lembaga riset internasional yang sekarang bernama Nielsen Media Research (NMR). Berbagai data rating yang dikeluarkan oleh NMR ini tentu saja ditindaklanjuti oleh stasiun televisi dengan sejumlah tindakan konkret dan cepat. (Erica L. Panjaitan & TM. Dhani Iqbal, Matinya Rating Televisi, Jakarta, Obor Indonesia, 2006 hlm 21)
G. Tahap Pelaksanaan Acara
Menurut Alal Wurtzel, tahapan-tahapan dalam proses produksi
televisi dibagi menjadi empat tahapan, yaitu Perencanaan produksi (pre
production planning), persiapan dan latihan (setup dan rehearsal),
produksi (production), dan penyesuainan (post production).
(Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, Jakarta, Gramedia, 1997, hlm 72) 1. Perencanaan Produksi (pre production planning)
Merupakan proses awal dari sebuah kegiatan. Tahap ini merupakan
tahap yang sangat penting, sebab apabila tahap ini dapat dilaksanakan
dengan baik maka sebagian yang telah direncanakan sudah selesai. Tahap
ini meliputi :
a) Membuat konsep, pengembangan konsep
b) Menetapkan tujuan dan melakukan pendekatan produksi
c) Penulisan Naskah
d) Melakukan production meeting dengan kerabat kerja inti (key
members)
e) Melakukan casting artis pendukung
f) Menyusun anggaran yang diperlukan
2. Persiapan dan latihan (setup and rehearsal)
Tahapan ini merupakan persiapan-persiapan yang bersifat teknis
dan dilakukan oleh tim inti bersama anggota kerabat kerjanya, dan
mempersiapkan peralatan yang akan digunakan sampai mempersiapkan
lokasi untuk setting lampu, audio maupun tata dekorasi. Setelah persiapan-
persiapan selesai dilakukan tahap selanjutnya melakukan latihan baik dari
anggota kerabat kerja sampai artis pendukungnya, mulai dari switcher,
penata lampu, penata suara, floor director, cameraman sampai ke
pengarah acaranya. Latihan ini langsung dipimpin oleh pengarah acara.
3. Produksi (production)
Dimaksud dengan produksi adalah melaksanakan perubahan
bentuk naskah auditif dan visual sesuai dengan kaidah-kaidah yag berlaku
untuk di televisi. Pelaksanaan produksi tergantung dari tuntutan
naskahnya, dengan demikian karakter produksi lebih ditentukan oleh
karakter naskahnya.
Karakter produksi dibagi menjadi :
a) Produksi dilaksanakan di dalam atau di luar studio
Jenis produksi ini hasilnya disiarkan secara langsung atau
direkam terlebih dahulu dan dalam menyelesaikan
produksinya dapat melakukan post production atau dapat
sekaligus jadi.
b) Produksi gabungan
Artinya sebagian produksi di luar studio, kemudian
diberikan insert yang bahannya diproduksi di luar studio.
c) Produksi Rekaman
Pelaksanaannya dapat dialksanakan dalam bentuk rekaman
secara utuh (live on tape), rekaman dalam bentuk
pembagian (recording in segment), rekaman dengan
menggunakan kamera jinjing (Single camera single VTR),
rekaman dengan menggunakan beberapa kamera dan
beberapa VTR (multi camera multiple VTR).
4. Penyesuaian (post production)
Merupakan tahap akhir kerja dari bahan yang telah diproduksi baik
dengan satu kamera atau beberapa kamera.
Kegiatan pada tahap ini meliputi :
a) Melaksanakan editing baik dari gambar maupun suara /
dubbing (online dan offline), menggunakan alat linier maupun
non linier
b) Pengisian grafik baik yang berbentuk tulisan maupun bentuk
yang lainnya
c) Pengisian narasi
d) Pengisian ilustrasi musik
e) Melakukan evaluasi terhadap hasil produksi
H. Proses Penyiaran Acara
1. Proses Penyiaran Acara dari Studio
Acara penyiaran televisi adalah hasil kerja kolektif sejumlah kerabat kerja. Jumlah mereka dan jenis keahliannya tergantung pada acara yang akan digarap. Kesibukan akan tampak terutama di ruang kendali (Control Master) dan di Studio, dimana acara akan disiarkan atau direkam. Di ruang kendali (Control Master) yang biasanya terletak lebih tinggi dari pada Studio, duduk secara berderetan menghadap Studio dan beberapa monitor prapandang (Preview Monitor) para kerabat kerja yang terdiri dari pengarah acara, pengawas cahaya dan pengawas suara. Sedang di Studio sibuk pula pengarah studio, asisten pengarah Studio, para cameraman, para juru gantar, juru doli, juru cahaya dan lain-lain sesuai tugasnya masing-masing. Demikian pula di ruang VTR juga terdpapat kesibukan juru video, juru audio, juru telecine, dan lain sebagainya.
(Darwanto, Produksi Acara Televisi, Jakarta, Gramedia, 1994, hlm 90)
Dalam mengoperasikan semua peralatan ketika acara sedang
berlangsung, maka semua kerabat kerja wajib tunduk kepada pengarah
acara sebagai “komandan”, demikian pula para pengisi acara. Siaran, atau
rekaman dimulai apabila semua peralatan yang menghasilkan gambar,
suara, dan cahaya berfungsi optimal.
Dalam hal ini, geladi (rehearsal) harus benar-benar meyakinkan
pengarah acara sehingga siaran atau rekaman dapat dilaksanakan dan tidak
mengalami kegagalan. Pada umumnya untuk dapat mengudarakan acara
yang memuaskan pemirsa, dilakukan beberapa tahap geladi. Tahap-tahap
itu diantaranya persiapan pengarah acara, pembacaan naskah (script
reading), geladi rangka (dry run), geladi lengkap (walk through), dan
geladi tuntas (final dress rehearsal).
Saat mengudarakan acara secara live atau recorded, pengarah acara
yang ada di ruang panel melalui microphone terus menerus memberikan
komando kepada kerabat kerja. Para kerabat kerja memperhatikan
instruksi tersebut melalui headphone. Termasuk juga mengarahkan para
cameraman, untuk memerintah mereka menentukan angle yang tepat.
Untuk melancarkan jalannya operasi di Studio, pengarah acara
melimpahkan tanggung jawab kepada pengarah Studio (floor director).
Biasanya pengarah Studio akan memberikan aba-aba pada saat acara akan
diudarakan atau direkam. Isyarat non-verbal tersebut berdasarkan instruksi
dari pengarah acara di ruang kendali. Pengarah acara juga didampingi
asisten pengarah acara, yang bertugas mencatat waktu setiap shot, adegan,
dan sequen supaya tidak melebihi waktu yang telah ditetapkan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di antara banyaknya acara yang
disiarkan stasiun televisi ada yang mudah dan ada yang rumit unutk
diproduksi. Tetapi apapun acara yang diudarakan dari stasiun televisi
siaran mutlak harus memuaskan seluruh pemirsa.
2. Proses Penyiaran di Luar Studio (Outside Broadcasting)
Siaran dapat dilakukan dimana saja, di dalam studio atau di luar
studio. Di luar studio misalnya di pinggir jalan, suatu tempat kejadian (on
the spot), maupun lokasi yang telah dipilih untuk menyiarkan suatu acara.
Penyajian acara dari luar studio biasanya dinamakan outside broadcasting
atau remote telecast.
Untuk menyajikan acara dari luar studio itu dipergunakan sebuah kendaraan besar dalam bentuk bis yang biasa disebut Outside Broadcast Van yang sering disingkat OB-Van atau TV-Car. Kendaraan siaran luar ini pada hakekatnya adalah kamar kendali dalam bentuk mini, dalam arti kata bahwa di dalamnya terdapat berbagai peralatan untuk memproduksi sebuah acara, sebagai mana biasa terdapat di dalam kamar kendali di stasiun televisi siaran. OB-Van tersebut antara lain dilengkapi :
a) Meja konsol video, alat yag dioperasikan pengarah acara bersama pengarah tehnik dan pemadu gambar;
b) Monitor kendali kamera yang berfungsi sebagai monitor pra-pandang, lengkap dengan monitor induk;
c) Meja konsul audio, khusu bagi juru audio; d) Peralatan interkomunikasi untuk hubungan jarak jauh
antara kerabat kerja di dalam OB-Van, di lapangan, di Studio atau di pemancar;
e) Jam untuk mendapatkan penunjukan waktu yang akurat; f) Piringan gelombang mikro lengkap dengan pemancar kecil,
yang dipancangkan di bagian luar kendaraan; g) Peralatan audio untuk jarak jauh;
h) Peralatan pembangkit listrik; i) Tempat menyimpan peralatan segala keperluan.
(Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A., Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung, Mandar Maju, 1993 hlm 120)
Dengan demikian, OB-Van sangat mempunyai peranan penting
dalam produksi outside broadcasting. Karena antena parabola OB-Van
yang akan mentransmisikan audio dan visual ke satelit dan akan diolah
sehingga siaran dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Siaran di luar Studio membutuhkan tenaga lebih. Karena peralatan
studio yang dibutuhkan akan dibawa ke lokasi siaran. Sehingga dapat
dikatakan siaran di luar lebih merepotkan daripada di dalam Studio. Akan
tetapi adapun tujuan dari melakukan siaran di luar Studio, yaitu salah
satunya untuk mendapatkan kapasitas space/ruang lebih dari kapasitas
ruang yang terbatas untuk keperluan siaran.
BAB III
DESKRIPSI LEMBAGA / INSTANSI
A. Profil Perusahaan
Nama : PT INDOSIAR VISUAL MANDIRI Tbk.
(anak perusahaan dari PT. INDOSIAR KARYA
MEDIA Tbk.)
Alamat : Jl. Damai No. 11 Daan Mogot, Jakarta 11510,