Resume Kegiatan Kuliah Lapangan, disingkat kulap, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam suatu materi di mata kuliah bersangkutan, Dengan melakukan kunjungan langsung ke lokasi, mahasiswa dapat melihat dengan jelas proses kerja dan alat-alat yang digunakan. Pada hari Sabtu, 21 September 2013, diadakan kegiatan Kuliah Lapangan untuk mata kuliah SI-3131 Irigasi dan Drainase. Peserta kulap kali ini adalah mahasiswa S1 Teknik Sipil ITB angkatan 2011, yaitu yang mengambil mata kuliah SI-3131. Lokasi yang dituju adalah Bendung Rentang di Majalengka, Jawa Barat, dan Bendung Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, yang masih dalam tahap konstruksi. Keberangkatan menuju lokasi dilakukan bersama-sama menaiki bus yang telah disediakan oleh pihak program studi. Seluruh peserta diminta berkumpul di gerbang Ganesha ITB untuk pendataan kehadiran dan pengondisian dalam bus pada pukul 05.30 WIB. Beberapa dosen dari sub-jurusan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), mahasiswa S2 ,dan asisten mata kuliah SI-3131 juga turut hadir untuk mendampingi peserta. Keberangkatan terbagi dalam empat bus, sesuai dengan pembagian kelas SI-3131, dilakukan pukul 06.30. Perjalanan menuju lokasi pertama memerlukan waktu kira-kira tiga jam. Semakin menjauhi wilayah Bandung yang merupakan wilayah perkotaan, semakin terlihat pemandangan hamparan sawah yang menghijau. Cuaca yang cerah turut menambah semarak kulap hari itu. Ditengah perjalanan, disempatkan berhenti sejenak untuk ke kamar kecil dan membeli sedikit jajanan. Jajanan yang paling banyak dibeli oleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Resume Kegiatan
Kuliah Lapangan, disingkat kulap, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam suatu materi di mata kuliah bersangkutan, Dengan
melakukan kunjungan langsung ke lokasi, mahasiswa dapat melihat dengan jelas proses kerja dan alat-
alat yang digunakan.
Pada hari Sabtu, 21 September 2013, diadakan kegiatan Kuliah Lapangan untuk mata kuliah SI-3131
Irigasi dan Drainase. Peserta kulap kali ini adalah mahasiswa S1 Teknik Sipil ITB angkatan 2011, yaitu
yang mengambil mata kuliah SI-3131. Lokasi yang dituju adalah Bendung Rentang di Majalengka, Jawa
Barat, dan Bendung Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, yang masih dalam tahap konstruksi.
Keberangkatan menuju lokasi dilakukan bersama-sama menaiki bus yang telah disediakan oleh pihak
program studi. Seluruh peserta diminta berkumpul di gerbang Ganesha ITB untuk pendataan kehadiran
dan pengondisian dalam bus pada pukul 05.30 WIB. Beberapa dosen dari sub-jurusan Pengelolaan
Sumber Daya Air (PSDA), mahasiswa S2 ,dan asisten mata kuliah SI-3131 juga turut hadir untuk
mendampingi peserta. Keberangkatan terbagi dalam empat bus, sesuai dengan pembagian kelas SI-
3131, dilakukan pukul 06.30.
Perjalanan menuju lokasi pertama memerlukan waktu kira-kira tiga jam. Semakin menjauhi wilayah
Bandung yang merupakan wilayah perkotaan, semakin terlihat pemandangan hamparan sawah yang
menghijau. Cuaca yang cerah turut menambah semarak kulap hari itu. Ditengah perjalanan,
disempatkan berhenti sejenak untuk ke kamar kecil dan membeli sedikit jajanan. Jajanan yang paling
banyak dibeli oleh peserta adalah tahu sumedang. Perjalanan dilanjutkan kembali kira-kira 20 menit
kemudian.
Lokasi pertama yang hendak dituju adalah Bendung Rentang, terletak di Dusun Rentang, Desa
Panonangan, Kecamatan Jatiujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Bendung ini berada di Sungai
CImanuk dan mulai beroperasi sejak tahun 1982. Daerah operasi bendung mulai dari sebagian wilayah
Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka dan Indramayu. Bendung Rentang yang sekarang merupakan
pengganti bendung lama yang beoperasi dari tahun 1916 sampai dengan 1981. Pembangunan bendung
baru ini dilaksanakan oleh PT Hutama Karya Pusat bekerja sama dengan kontraktor Prancis pada tahun
1982.
Keunikan Bendung Rentanga adalah penggunaan pintu jenis radial sebagai pintu pengambilan air.
Padahal bendung yang beroperasi pada masa itu kebanyakan menggunakan pintu sorong untuk pintu
pengambilan. Pengaturan bukaan pintu awalnya dilakukan secara otomatis. Pintu radial dilengkapi
dengan piranti sensor yang mendeteksi tinggi muka air eksisting di bendung, kemudian menyesuaikan
bukaan pintu. Jika air di bendung menurun, maka bukaan pintu pengambilan diperbesar agar debit yang
masuk lebih besar, begitupun sebaliknya jika air dalam bendung banyak, maka bukaan pintu diperkecil.
Sistem otomatis dan pintu radial ini merupakan sistem yang sangat canggih di masa itu, sehingga
menjadikan Bendung Rentang sebagai bendung yang canggih di Asia saat itu. Namun, sekarang ini
sistem otomatis tidak lagi berfungsi akibat instalasinya tersambar petir. Perbaikan telah dilakukan
namun tidak bertahan lama. Sistem operasi Bendung Rentang kini menjadi semi otomatis, yaitu
pengaturan bukaan pintu radial dilakukan dengan menekan tombol-tombol tertentu pada panel di ruang
kontrol untuk menggerakan pintu. Piranti di ruang kontrol sudah cukup tua dan using, karena sepertinya
masih tetap mempertahankan untuk menggunakan pirani yang lama yang masih bisa digunakan.
Bendung Rentang sangat berjasa pengaturan air untuk irigasi pertanian penduduk. Dengan adanya
bendung, diharapkan dapat menjamin ketersediaan air untuk irigasi persawahan penduduk meskipun
dalam musim kemarau. Namun, menurut pengurus Bendung Rentang, kini air yang ada di bendung saat
musim kemarau jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan air yang ada di musim kemarau tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini kemungkinan besar terjadi akibat jumlah hujan yang sedikit yang juga dipengaruhi
oleh pemanasan bumi.
Perjalanan dilakukan menuju lokasi ke dua, yaitu Bendung Jatigede yang masih dalam tahap
konstruksi. Perjalanan dari Bendung Rentang ke Bendung Jatigede kira-kira menempuh waktu satu jam.
Di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan yang sedikit berbeda. Deretan sawah dipinggir jalan
terlihat kosong dan kering. Sepertinya petani sedang tidak melakukan penanaman di lahan-lahan sawah
mereka. Bukit-bukit juga terlihat gersang dan tandus. Setelah tiba di kantor pengurus Bendung Jatigede,
peserta diizinkan untuk makan siang dan menunaikan ibadah sholat. Hal yang unik adalah tidak ada air
di kantor tersebut untuk melakukan wudhu maupun untuk kakus. Hal ini terjadi karena daerah tersebut
sedang dilanda krisis air. Udara disekitar bendung pun panas dan kering.
Kegiatan pertama di Bendung Jatigede adalah seminar presentasi yang dilakukan di salah satu ruang
pertemuan di kantor pengurus. Materi yang diberikan dalam presentasi meliputi pengenalan Bendung
Jatigede dan perkembangan terbaru dalam tahap pembangunannya.
Bendung Jatigede terletak di kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Waduk ini merupakan waduk
terbesar ke dua setelah Waduk Jatiluhur. Pembangunan Bendung Jatigede sendiri dilatarbelakangi
fluktuasi debit di Sungai Cimanuk yang besar, di mana Q max mencapai 1.004 m3/detik dan Q min
4m3/detik. Selain itu, lahan kritis Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk saat ini mencapai 110.000 hektare
(31 persen dari total DAS Cimanuk). Sistem irigasi rentang yang sepenuhnya mengandalkan pasokan air
Sungai Cimanuk (river runoff) juga selalu mengakibatkan kekeringan pada musim kemarau.
Proyek dimulai pada tahun 2007 dengan total biaya (termasuk PPN) sebesar US$ 144.067.642 + Rp.
890.900.230.000. Sumber dana berasal dari Concessional Loan Export-Import Bank, Peoples Republic of
China (90%) dan APBN murni (10%). Pelaksana kegiatan dipegang oleh Sinohydro Corporation Limited
Join Operation with Consortium of Indonesian Contractors (CIC)yang terdiri dari PT Wijaya Karya, PT
Waskita Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Hutama Karya.
Bendung Jatigede diharapkan nantinya dapat mengatasi krisis air dengan mengakomodasi
kebutuhan air untuk pertanian dan industri. Pembangunan Bendung Jatigede ditargetkan selesai pada
Mei 2014 dengan kapasitas tampungan 1 miiar meter kubik air untuk mengairi lahan seluas 90.000
hektar.
Peserta kulap diajak untuk mengunjungi lokasi pembangunan Bendung Jatigede secara langsung.
Terlihat proses yang sedang berlangsung meliputi pengurukan dan pembanguna inti bendung. Dari
lokasi proyek, peserta dapat melihat wilayah luas mebentang yang akan terisi air nantinya saat waduk
mulai beroperasi. Peserta diizinkan untuk mengambil foto sebagai dokumentasi perjalanan kulap ini.
Pada pukul 17.30, seluruh peserta dikondisikan kembali masuk ke bus untuk perjalanan pulang.
Perjalanan pulang akan berlangsung kira-kira 4 jam, dari Sumedang menuju Bandung. Peserta mengisi
perjalanan dengan bercanda satu sama lain, bernyanyi dan juga berfoto, agar perjalanan tidak terasa
menjemukan.
Ditengah perjalan, masih di wilayah Sumedang, rombongan bus berhenti sebentar di sebuah sentra
oleh-oleh. Peserta diizinkan untuk keluar dari bus dan berbelanja. Oleh-oleh yang dijajakan adalah
makanan ringan, seperti kerupuk dan manisan buah. Namun, oleh-oleh yang paling terkenal dan banyak
dibeli tak lain adalah ubi bakar dan tahu sumedang. Panganan khas tersebut terkenal dan laris dijual
karena rasa yang enak dan harga yang terjangkau. Ubi yang dijual rasanya manis dan ukurannya besar-
besar, sedangkan tahu sumedang rasanya gurih dan renyah. Ubi dan kedelai untuk bahan baku, yang
merupakan produk hasil pertanian masyarakat, diolah di produksi rumahan masyarakat sehingga
menghasilkan pemasukkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kunjungan dalam rombongan
yang cukup besar ini begitu dinanti para pedagang karena akan meningkatkan pendapatan mereka di
hari itu. Karena itu para pedagang begitu ramah dan antusias melayani peserta yang membeli oleh-oleh.
Setelah terhenti sekitar satu jam, perjalanan kembali dilanjutkan menuju Bandung. Sekitar pukul
22.00, rombongan bis tiba di depan gerbang Ganesha. Peserta dikondisikan keluar dari bus dan langsung
dipulangkan ke rumah masing-masing, dengan begitu ragkaian kegiatan kulap hari ini pun berakhir.
Dari kulap ini diharapkan peserta memperoleh banyak pengetahuan baru. Peserta kulap meninjau
langsung ke lokasi bendung dan waduk sehingga diharapkan dapat lebih mengerti bentuk dan cara kerja
bendung dan waduk dalam irigasi. Selain itu, peserta juga secara tidak langsung mengamati masalah
yang tengah melanda pertanian Indonesia saat ini.
Baru-baru ini tersiar kabar kelangkaan kedelai. Pemerintah harus melakukan impor kedelai besar-
besaran dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Kebutuhan kedelai
masyarakat Indonesia cukup tinggi terutama untuk bahan baku tahu dan tempe sebagai lauk pauk
utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Kelangkaan ini kabarnya diakibatkan oleh kekeringan yang
berkepanjangan. Cukup miris sebenarnya melihat hal ini terjadi, mengingat Negara Indonesia terkenal
sebagai negara agraris. Lebih lagi, Indonesia terletak digaris khatulistiwa, yang artinya Indonesia berada
dalam zona iklim tropis dengan hujan di sepanjang tahun. Meskipun musim kemarau, hujan beberapa
kali tetap turun dalam durasi yang beragam. Hal ini lah yang harusnya diperhatikan untuk menjad
peluang baik dalam pertanian Indonesia.
Pengaturan dan pengelolaan air menjadi hal yang penting dilakukan. Hujan dalam jumlah yang besar
yang diperoleh saat musim penghujan sedemikian rupa ditampung untuk cadangan di musim kemarau
yang curah hujannya kecil. Dengan begitu, air tetap tersedia untuk pengairan lahan pertanian meskipun
sedang musim kemarau. Faktor pendukung seperti banyaknya sungai yang ada di setiap pulau di
Indonesia, dan kebanyakan sungainya sangat panjang dan luas, dimanfaatkan sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, tidak akan terjadi masalah krisis air dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama petani, dan tentu saja berdampak besar bagi
pendapatan dan kemakmuran Indonesia. Hai lini seharusnya menjadi perhatian sekaligus tantangan bagi
insinyur-insinyur maupun calon-calon insinyur sipil, agar kedepannya dapat lebih aplikatif dan inovatif
memanfaatkan ilmu irigasi dan drainase yang pernah diperoleh untuk kemajuan pertanian di Indonesia.
Pengertian Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air sungai agar
bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari bagian-bagian: bendung
(weir structure), bangunan pengelak (diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure),
bangunan pembilas (flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai
yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake
structure).
Macam-macam bendung
1. Bendung Tetap (fixed weir, uncontrolled weir)
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat diubah,
sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Pada bendung
tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang
melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun).
Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai
kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi
banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak
meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-