Top Banner
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS V MI WAKADIA KABUPATEN MUNA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 BAHADIMAN NIM : 822 175 838 Mahasiswa Universitas Terbuka Semester VIII ABSTRAK Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerja sama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Pada kegiatan pembelajaran ada beberapa model yang dapat meningkatkan hasil belajar siswasalah satunya adalah pembelajaran kooperatif model STAD. Pembelajaran Kooperatif model STAD dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen,menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya. Ada beberapa manfaat menerapkan pembelajaran koopertaif model STAD dalam mengajarkan kebebasan berorganisasi, yaitu pembelajaran kooperatif model STAD dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran serta dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar serta membina sifat kebersamaan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (Action Research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari lima tahap yaitu : Perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, tahap refleksi dan indicator kinerja. Data yang diperolehberupa hasil tes formatif lembar Observasi, kegiatan mengajar. Dari hasil analisis di dapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklusI sampai siklus II, yaitu siklus I (77%) dan siklus II (94,5%). 1
26

Laporan kti bahadiman

Jul 14, 2015

Download

Design

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan kti bahadiman

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS V MI WAKADIA KABUPATEN MUNA TAHUN

PELAJARAN 2013/2014

BAHADIMANNIM : 822 175 838

Mahasiswa Universitas Terbuka Semester VIII

ABSTRAK

Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerja sama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Pada kegiatan pembelajaran ada beberapa model yang dapat meningkatkan hasil belajar siswasalah satunya adalah pembelajaran kooperatif model STAD. Pembelajaran Kooperatif model STAD dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen,menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya. Ada beberapa manfaat menerapkan pembelajaran koopertaif model STAD dalam mengajarkan kebebasan berorganisasi, yaitu pembelajaran kooperatif model STAD dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran serta dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar serta membina sifat kebersamaan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (Action Research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari lima tahap yaitu : Perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, tahap refleksi dan indicator kinerja. Data yang diperolehberupa hasil tes formatif lembar Observasi, kegiatan mengajar. Dari hasil analisis di dapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklusI sampai siklus II, yaitu siklus I (77%) dan siklus II (94,5%).

1

Page 2: Laporan kti bahadiman

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan

kualitas pengajaran yang di laksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan

dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan

belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas pengajarannya, sebagaimana

termaktub dalam kurikulum KTSP menghendaki agar guru dapat menerapkan

model pembelajaran yang memungkinkan siswa karena merasa senang dan tidak

bosan terhadap materi yang diajarkan sehingga hasil belajarnya dapat meningkat.

Namun, harapan tersebut belum sesuai dengan kenyataan yang ditemui di

lapangan.Masih banyak guru yang kurang memperhatikan kesesuaian antara

model pembelajaran dengan materi yang di ajarkan, akibatnya hasil belajar siswa

rendah.

Pada kegiatan pembelajaran ada beberapa model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif

model STAD. Penerapan model STAD pada kegiatan pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.Hal ini sejalan dengan pendapat Dewi (1999)

yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dapat

meningkatkan proporsi jawaban siswa pada tes hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antara siswa. Dari sini

siswa akan melakukankomunikasi aktif dengan sesame temannya. Dengan

komunikasi tersebut di harapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan

mudah.Pengalaman mengajar di Madarsah Ibtidayah Wakadia, prestasi belajar

PKn masih tergolong rendah dari satu tahun terakhir ini. Nilai PKn Rata-rata 60-

65. Hal ini di karenakan metode mengajar yang di lakukan masih menggunakan

metode konfesional, yaitu guru selalu aktif sedangkan siswa hanya pasif dalam

artian hanya mendengarkan ceramah guru, tanpa mencari sendiri informasi

tentang materi yang di ajarakan. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi

2

Page 3: Laporan kti bahadiman

siswa dapat di lakukan dengan metode bervariasi, seperti pembelajaran kooperatif

model STAD.

1. Identifikasi Masalah

Dari hasil diskusi tersebut di peroleh beberapa masalah yang terjadi dalam

pembelajaran :

a. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

b. Kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar mengajar

c. Tidak adanya motivasi siswa untuk mengembangkan pemahaman

terhadap materi yang di ajarkan.

2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi factor

penyebab rendahnya prestasi belajar siswa yaitu :

a. Guru menggunakan metode ceramah yang monoton

b. Guru tidak menggunakan metode diskusi

c. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belumdi ketahui atau yang belum di mengerti tentang materi yang di

ajarkan.

3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah

Dari penyebab rendahnya prestasi belajar siswa tersebut, maka perlu di

tempuh langkah-langkah prioritas pemecahan masalah sebagai berikut :

a. Dalam mengajar guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang

bervariasi

b. Untuk melatih siswa dalam memberikan ide-ide dan pemecahan masalah,

maka guru hendaknya menggunakan metode diskusi

c. Diakhir pembelajaran guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa

untuk menanyakanhal-hal yang belum di mengerti dalam materi

pembelajaran.

3

Page 4: Laporan kti bahadiman

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis merumuskan permasalahannya

sebagai berikut :

1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD

pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas

V MI Wakadia?

2. Apakah penerapan pembelajaran koopertif model STAD pada

pembelajaran PKn kelas V MI Wakadia dapat memberi pengaruh yang

signifikan?

C. Tujuan Penelitian perbaikan pembelajaran

Tujuan yang hendak di capai pada penelitian ini adalah :

1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah di terapkannya

pembelajaran model STAD pada siswa kelas V MI Wakadia.

2. Ingin mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif model

STAD dalam kegiatan belajar mengajar PKn pada siswa kelas V MI

Wakadia.

D. Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran

Hasil perbaikan pembelajaran kooperatif model STAD ini dapat memberi

manfaat bagi :

1. Sekolah, sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn

2. Guru, sebagai bahan pemilihan dan pertimbangan guru PKn dan lainnya

dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dalam proses belajar

mengajar khususnya guru MI Wakadia Kab. Muna

3. Siswa, di harapkan peneliti dapat menambah daya tarik siswa terhadap

mata pelajaran PKn dan meningkatkan pemahaman konsep PKn

khususnya materi kebebasan berorganisasi.

4

Page 5: Laporan kti bahadiman

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Menarik Minat dan Perhatian Siswa

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat perhatian

siswa dalam mengajar.Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

diri seseorang. Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan

minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa

minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Mengingat pentingnya

minat belajar, Ovide Dectory (1871-1932) mendasarkan system pendidikan

pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang yaitu minat

terhadap makanan, perlindungan terhadap pangaruh iklim (pakaian dan

rumah), mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh,

bekerja sama dalam olahraga (dalam. Mursela dan Usman, M.Uzer, 2005:27)

Mursell dalam bukunya Succesfull Teaching (dalam user, M.Usman,

2005:29), memberikan suatu klarifikasi yang berguna bagi guru dalam

memberikan pelajaran kepada siswa.Ia mengemukakan 22 macam minat yang

diantaranya bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian,

pada hakekatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri

hendaknya berusaha membangkitkan minat terhadap belajar.

B. Membangkitkan Motivasi Siswa

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya dalam

melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang

menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu. (Uzer. M. Usman, 2005:28-29).

5

Page 6: Laporan kti bahadiman

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau

melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat

pula timbul akibat pengaruh dari luar. Hal ini dapat di uraikan sebagai

berikut:

1. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu

sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan

sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu

pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan

Negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar, tanpa ada suruhan dari orang

lain.

2. Motivasi ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar

individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh

oleh orangtuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.

Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha

dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa cara membangkitkan

motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik.

1. Kompetisi (persaingan). Guru berusaha menciptakan persaingan

diantara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan

mengatasi prestasi orang lain.

2. Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat) : pada awal

kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu

menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan

demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.

3. Tujuan yang jelas : motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.

makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang

6

Page 7: Laporan kti bahadiman

bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu

perbuatan.

4. Kesempurnaan untuk sukses : kesuksesan dapat menimbulkan rasa

puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan

kegagalan akan, membawaefek sebaliknya. Dengan demikian, guru

hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk

meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan

guru.

5. Minat yang besar : motif akan timbul jika individu memiliki minat

yang besar

6. Mengadakan penilaian atau tes : pada umumnya semua siswa mau

belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti

dalam kenyataan bahwa siswa yang tidak belajar bila tidak ada

ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan

ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar

mendapat nilai yang baik,jadi angka atau nilai itu merupakan motivasi

yang kuat bagi siswa.

C. Defenisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau mahluk

hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. (KBBI, 1996 : 14)

Sependapat dengan pernyataan tersebut sutomo (1993 : 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia

belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah

laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,

tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya

pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993:120).

7

Page 8: Laporan kti bahadiman

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

D. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk

memahami dalam belajar.Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya

dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan

bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri dan

minatnya.

Davidson dan Karoll (1991) menyatakan bahwa belajar kooperatif

adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar dalam kelompok

kecil yang saling berbagi ide-ide dan belajar secara kolaboratif untuk

memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka.

Pernyataan tersebut sependapat dengan Setyaningsih (2001:8) metode

pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan

cara mengelompokkan siswa untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran.

Disamping itu Nur (1996:4), mengemukakan bahwa dalam

pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat

upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian

hasil belajar yang tinggi.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek

belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara

maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran

kooperatif merupakan metode alternative dalam mendekati permasalahan,

mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi

dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.

8

Page 9: Laporan kti bahadiman

E. Metode Pembelajaran Koopertaif Model STAD

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif model STAD

sebagai berikut :

1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga

sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen,

meliputi karakteristik kecerdasan, kamampuan, motivasi belajar, jenis

kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda.

2. Kegiatan belajar dimulai dengn presentasi guru dalam menjelaskan

pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh.

Tujuan presentasiadalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa

ingin tahu siswa.

3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas

kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara

serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain

atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk

menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut

mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya.

Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai

mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi

pelajaran tersebut.

4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak

boleh menolonh satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara

siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan

konsep yang dimiliki sebelumnya.

5. Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata

sebelumnya danpoin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan

siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya

dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.

9

Page 10: Laporan kti bahadiman

6. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik

prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan

disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.

Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para

siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai

keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa

menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka

harus membantu temansekelompoknya mempelajari materi yang diberikan.

Mereka harus mendorong teman mereka untuk melakukan yang terbaik dan

menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting,

berharga dan menyenangkan.

F. Manfaat Belajar Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa

untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama

(Felder, 1994:2). Pembelajaran kooperatifmemiliki manfaat sebagai berikut :

a. Meningkatkan hasil belajar pembelajar

b. Meningkatkan hubungan antar kelompok

c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif

dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang

rasa, serta mempunyai rasa adil terhadap keberhasilan tim.

d. Menumbuhkan realisasi kebutuhan pembelajar untuk belajar berpikir

e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.

10

Page 11: Laporan kti bahadiman

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu dan Pihak yang membantu Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah nama mata pelajaran dan topik yang menjadi

sasaran atau tujuan dilaksanakannya penelitian. Mata pelajaran yang

dijadikan bahan penelitian adalah PKn kelas V khususnya tentang

Kebebasan Berorganisasi.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitiaan adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.Penelitian ini

bertempat di Madrasah Ibtidayah Wakadia Kabupaten Muna.

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini di langsungkan. Penelitian ini di laksanakan padabulan

maret sampai bulan April, yaitu siklus I berlangsung hari Sabtu, 29 Maret

2014 dan siklus II berlangsung hari Rabu 2 April 2014, tahun pelajaran

2013/2014.

4. Pihak yang membantu dalam penelitian

Pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah paraguru yang ada di

MI Wakadia khususnya Kepala Sekolah dan guru yang menjadi

pendamping peneliti dalam melaksanakan penelitian.

11

Page 12: Laporan kti bahadiman

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pembelajaran pra siklus I, soal tes formatif I

dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga

dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode pembelajaran

kooperatif model STAD.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 29 maret 2014 di kelas V MI Wakadia, Kabupaten Muna

dengan jumlah siswa 18 orang. Pelaksanaan metode pembelajaran

kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran

2. Membentuk kelompok

3. Diskusi kelompok

4. Memberikan tes

5. Memberikan penghargaan kelompok yang terbaik

6. Menentukan nilai individualdan kelompok.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagaipengajar, sedangkan yang

bertindak sebagai pengamat adalah wali kelas V. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan.

c. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar.

Adapun aspek-aspek yang diamati pada tahap ini adalah sebagai

berikut :

12

Page 13: Laporan kti bahadiman

a. Bagian Pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Menghubungkan dengan pembelajaran sebelumnya

4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar

b. Kegiatan Inti

1. Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran

kooperatif

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan

3. Melatih keterampilan kooperatif

4. Mengawasi setiap kelompok bergiliran

5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami

kesulitan

c. Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi.

Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) pada aspek-aspek

tersebut dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD yaitu

yang mendapatkancriteriakurang baik adalah memotifasi

siswa,menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan

siswa kurang antusias. Keempat aspek yang mendapat kurang baik

diatas, merupakan suat kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan

dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan

pada siklus II.

13

Page 14: Laporan kti bahadiman

d. Tahap Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di peroleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai berikut :

1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan

menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung

e. Indikator Kinerja

1. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila 80%siswa mencapai

nilai KKM 70 yang ditetapkan oleh sekolah

2. Ketuntasan aktifitas mengajar guru dianggap berhasil apabila

dalam pelaksanaan scenario pembelajaran mencapai 80%.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaranyang terdiri dari rencana Pembelajaran II, soal tes

formatif II dan alat-alat pengajaranyang mendukung. Selain itu juga

dipersiapkan langkah-langkah observasi pengelolaan metode

pembelajaran kooperatif model STAD.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada tanggal 2 April 2014 di kelas V MI Wakadia dengan jumlah

siswa 18 siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif model

STAD melalui tahapan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran

2. Diskusi kelompok

3. Memberi tes

4. Memberikan penghargaan kelompok yang terbaik

14

Page 15: Laporan kti bahadiman

5. Menentukan nilai individual dan kelompok.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar sedangkan

yang bertindak sebagai pengamat adalah wali kelas V. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada pembelajaran yang telah

dipersiapkan.

c. Observasi dan evaluasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan (observasi dan di

laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar.

Ada beberapa aspek yang diamati peneliti dalam pengelolaan

pembelajaran pada siklus II yaitu sebagai berikut :

a. Bagian Pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Menghubungkan dengan pembelajaran sebelumnya

4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar

b. Kegiatan Inti

1. Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran

kooperatif

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan

3. Melatih keterampilan kooperatif

4. Mengawasi setiap kelompok bergiliran

5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami

kesulitan

c. Penutup

1. Membimbing siswa membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi.

Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) pada aspek-aspek

tersebut dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus II dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD

mendapatkan penilaian cukup baik dari para pengamat adalah

15

Page 16: Laporan kti bahadiman

memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan /

menemukan konsep dan pengelolaan waktu.

Aspek-aspek tersebut mencapai keberhasilan 85%.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model STAD di harapkan berhasil lebih

dari pencapaian sebelumnya.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini akan di kaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD.

Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Selama proses belajar mengajar guru tidak melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk

masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar mengajar berlangsung.

3. Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan

dan peningkatan sehinggamenjadi lebih baik.

e. Indikator Kinerja

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, maka pencapaian

hasil kinerja adalah :

1. Hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan yaitu mencapai

90%

2. Aktifitas mengajar guru telah mencapai ketuntasan hingga

melebihi ketuntasan yang ditetapkan yaitu mencapai 85%.

16

Page 17: Laporan kti bahadiman

C. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu meode penelitian yang bersifat

menggambarka kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, juga

untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan

cara evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

;1

n

xx

n

ii∑

==ni ,...,2,1=

dimana x : Nilai rata-rata

∑=

n

iix

1

: Jumlah semua nilai siswa

n : Jumlah siswa

2. Untuk ketentuan belajar

Ada dua kategori ketentuan belajar yaitu secara perorangan dan secara

klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum

(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah

mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas tersebut tuntas belajar baik di

kelas tersebut terdapat 85%.

17

Page 18: Laporan kti bahadiman

Untuk menghitung persentase ketentuan belajar digunakan rumus sebagai

berikut

%100×=∑

∑siswa

belajartuntasyangsiswaP

18

Page 19: Laporan kti bahadiman

BAB I

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Siklus I

Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I pada tanggal 29

Maret 2014 di kelas V Madrasah Ibtidayah Wakadia Kabupaten Muna dengan

jumlah siswa 18 orang. Metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut

adalah pembelajaran kooperatif model STAD, dengan tujuan untuk

meningkatkan prestasi belajar PKn yang selanjutnya untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar maupun dalam

menyelesaikan tugas individu maupun kelompok.

Dalam hasil penelitian tindakan kelas yang diamati peneliti pada

kegiatan perbaikan pembelajaran PKn kelas V melalui tes formatif pada

siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1.1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Setiap Siswa pada Siklus I

No Nama SiswaSiklus I

Hasil Keterangan1 Radit 70 Tuntas2 Agung Zulkaidah 80 Tuntas3 Rolan 80 Tuntas4 Faizal 70 Tuntas5 M. Rizal Ma’ruf 90 Tuntas6 Riah Hidayah 60 Tidak Tuntas7 Sukaridin Alan S 70 Tuntas8 Afon 70 Tuntas9 La Ode Ramidul 80 Tuntas10 Yuni 60 Tidak Tuntas11 Nuraini Zalianti 90 Tuntas12 Armini 90 Tuntas13 Efi Tamala 60 Tidak Tuntas14 Nilam Shariah 60 Tidak Tuntas15 Filta 90 Tuntas16 Nurmaya 70 Tuntas17 Nurma 80 Tuntas18 Oka Riana 80 Tuntas

Presentase Hasil Tes 77% Tidak Tuntas

19

Page 20: Laporan kti bahadiman

Dari tabel rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada siklus I dapat

diperoleh analisis data penelitian sebagai berikut:

1. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 4 (22 %)

2. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 5 (27,5 %)

3. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 5 (27,5 %)

4. Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 4 (22 %)

Berdasarkan table dan analisis hasil tes formatif siswa pada siklus I

dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif

model STAD diperoleh nilai siswa mencapai ketuntasan 77% atau ada 14

siswa dari 18 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa

yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 77% lebih kecil dari presentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80 %. Hal ini disebabkan oleh

siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan

digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatifmodel

STAD.

2. Siklus II

Pelaksanaan kegiatan siklus II pada tanggal 2 April 2014 dikelas V

Madarasah Ibtidayah Wakadia dengan jumlah siswa 18 orang. Metode yang

digunakan dalam pembelajaran pada siklus lanjutan ini adalah pembelajaran

kooperatif model STAD.

Dari hasil penelitian hasil pembelajaran PKn Kelas V melalui Tes

Formatif pada siklus II di peroleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Setiap Siswa pada Siklus II

No Nama SiswaSiklus I

Hasil Keterangan1 Radit 80 Tuntas2 Agung Zulkaidah 80 Tuntas3 Rolan 90 Tuntas4 Faizal 70 Tuntas

20

Page 21: Laporan kti bahadiman

5 M. Rizal Ma’ruf 90 Tuntas6 Riah Hidayah 60 Tidak Tuntas7 Sukaridin Alan S 80 Tuntas8 Afon 80 Tuntas9 La Ode Ramidul 80 Tuntas10 Yuni 70 Tuntas11 Nuraini Zalianti 70 Tuntas12 Armini 90 Tuntas13 Efi Tamala 90 Tuntas14 Nilam Shariah 80 Tuntas15 Filta 70 Tuntas16 Nurmaya 80 Tuntas17 Nurma 90 Tuntas18 Oka Riana 90 Tuntas

Presentase Hasil Tes 94,5 % Tuntas

Dari tabel rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada siklus II dapat

diperoleh analisis data penelitian sebagai berikut:

1. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 1 (5,5 %)

2. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 4 (22 %)

3. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 7 (38,5 %)

4. Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 6 (33 %)

Berdasarkan table dan analisis hasil tes formatif siswa pada siklus II

diperoleh nilai siswa mencapai ketuntasan 94,5 % dan dari 18 siswa yang

telah tuntas sebanyak 18 siswa dan 1 sisanya belum mencapai ketuntasan

belajar. Maka secara klasikal ketentuan belajar yang telah tercapai sebesar

94,5 % (termasuk kategori tuntas. Hasil pada siklus II ini mengalami

peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada

siklus II ini dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model STAD sehingga siswa menjadi terbiasa

dengan pembelajaran seperti ini dan siswa lebih mudah dalam memahami

materi yang telah diberikan.

Pada siklus II guru telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif

model STAD dengan beik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar

siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

21

Page 22: Laporan kti bahadiman

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan

untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa

ang telah ada dengan tujuan agar pelaksanaan proses belajar mengajar

berhasil sehingga apa apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan Hasil Penenlitian Perbaikan Pembelajaran

1. Siklus I

Berdasarkan hasil penelitian siklus I menunjukan bahwa metode

pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Dibanding dengan perolehan nilai atau

hasil belajar siswa jauh meningkat jauh meningkat dari pembelajaran-

pembelajaran PKn sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil tes

formatif pada siklus I mencapai ketentuan 77 % atau ada 14 siswa dari 18

siswa sudah tuntas belajar. Dari perolehan nilai siswa melalui tes formatif

tersebut 4 siswa mendapat nilai rendah atau di bawah standar KKM yang

ditetapkan sekolah. Keempat siswa tersebut adalah Rian Hidayat (60), Efi

Tamala (60), Nilam Shariah (60) dan Yuni (60).

Bersarkan hasil observasi (pengamatan) ada beberapa factor penyebeb

rendahnya beberapa siswa tidak mencapai ketuntasan dalam menyelesaikan

tes formatif pada siklus I yaitu sebagai berikut:

a. Rendahnya minat siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran.

b. Beberapa siswa masih merasa baru dan belum mengerti dengan penerapan

metode pembelajaran kooperatif model STAD.

2. Siklus II

Berdasarkan table dari analisis data hasil tes formatif pada siklus II

diperoleh nilai siswa mencapai ketuntasan 94,5 % dan dari 18 siswa yang

telah tuntas sebanyak 18 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan

belajar. Satu siswa tersebut adalah Riab Hidayah (60). Salah satu factor

penyebab tidak tercapainya ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh KKM

22

Page 23: Laporan kti bahadiman

sekolah adalah rendahnya pemahaman siswa tersebut dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi (pengamatan) peningkatan hasil belajar pada

siklus II dipengaruhi oleh peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan

metode pembelajaran kooperatif model STAD sehingga siswa menjadi

terbiasa dengan pembelajaran seperti ini dan siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang diberikan.

23

Page 24: Laporan kti bahadiman

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebanyak dua siklus,

hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif model STAD merupakan pembelajaran dimana

siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami

dalam belajar untuk mencapai prestasi tertinggi.

2. Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan

prestasi belajar PKn.

3. Metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (77 %) dan

siklus II (94,5%).

4. Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa

merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan

pendapat, gagasan dan pertanyaan.

5. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai

pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan motovasi belajar siswa.

B. Saran Tindak Lanjut

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal

bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu masalah-masalah yang dihadapi.

24

Page 25: Laporan kti bahadiman

2. Pihak guru dan pemerhati pendidikan atau pihak yang berkecimpung

dalam dunia pendidikan disarankan untuk memberikan sosialisasi tentang

bagaimana menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD dalam

pembelajaan kepada guru maupun sekolah.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di Madrasah Ibtidayah Wakadia kabupaten Muna tahun

pelejaran 2014/2014.

25

Page 26: Laporan kti bahadiman

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta:

Usaha Nasional.

Hasibuan, JJ. Dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajae Mengajar. Jakarta: Usaha

Nasional.

Margono. 1997. Metodologi Penenlitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Galim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori BElajar dan Model Pembelajaran. Jakara: PAU-

PPAI, Universitas Terbuka.

26