I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air pada dasarnya merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi karena kehilangan unsur tanah dan bahan organik di daerah perakaran, terkumpulnya garam di daerah perakaran, penjenuhan tanah oleh air, dan erosi. Kerusakan tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman . Lahan–lahan di Indonesia merupakan hutan tropika yang sangat subur dan lebat yang dapat kita jumpai dimana–mana dan memberikan manfaat banyak bagi kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan bertambahnya penduduk menyebabkan bertambahnya pula kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan tersebut manusia menggunakan lahan sebagai sumbernya maka terjadilah penggunaan lahan yang diolah secara benar maupun secara serampangan tanpa kemampuan lahan yang terbatas dan akibat yang akan ditimbulkannya . Akibat dari penggunaan lahan yang tidak tepat dan merupakan salah satu proses 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumberdaya alam utama yaitu tanah dan air pada dasarnya
merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah
mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi karena
kehilangan unsur tanah dan bahan organik di daerah perakaran,
terkumpulnya garam di daerah perakaran, penjenuhan tanah oleh air, dan
erosi. Kerusakan tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Lahan–lahan di Indonesia merupakan hutan tropika yang sangat
subur dan lebat yang dapat kita jumpai dimana–mana dan memberikan
manfaat banyak bagi kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan
bertambahnya penduduk menyebabkan bertambahnya pula kebutuhan akan
sandang, pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan tersebut manusia menggunakan lahan sebagai sumbernya maka
terjadilah penggunaan lahan yang diolah secara benar maupun secara
serampangan tanpa kemampuan lahan yang terbatas dan akibat yang akan
ditimbulkannya. Akibat dari penggunaan lahan yang tidak tepat dan
merupakan salah satu proses geomorfologi yang bekerja dari satuan bentuk
adalah terjadinya erosi.
Erosi di areal pertanian dapat menyebabkan hilangnya lapisan tanah
permukaan yang subur dan diganti dengan munculnya lapisan tanah bawah
yang relatif kurang subur. Kurang suburnya tanah di lapisan bawah tanah
disebabkan oleh tanah lebih mampat, kadar bahan organik sangat rendah,
hara tanah yang berasal dari dari hasil penguraian seresah tanaman rendah,
struktur tanah memiliki imbangan porositas lebih buruk, dan sifat-sifat lain
dengan daya dukung yang lebih rendah terhadap pertumbuhan tanaman.
Karena itu, erosi dianggap sebagai faktor utama degradasi lahan pertanian di
daerah tropika basah. Akibat erosi daya dukung tanah terhadap
pertumbuhan tanaman menjadi merosot, serta respon tanaman terhadap
1
2
pemupukan berkurang sehingga tidak ada lagi produk yang dapat
diharapkan dari pertanaman.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari adanya Konservasi Tanah dan Air ini adalah :
1. Memahami cara mengukur erosi dan nikai toleransi pada suatu lahan
2. Mengetahui status erosi pada suatu lahan dan memberikan rekomendasi
praktik konservasi pengelolaan yang diperlukan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Erosivitas Hujan
Erosivitas merupakan akibat dari hujan yang dipengaruhi oleh adanya
vegetasi dan kemiringan serta faktor tanah dinyatakan dalam erodibilitas yang
juga dipengaruhi oleh adanya vegetasi. Erosi juga ditentukan oleh sifat hujan, sifat
tanah, derajat dan panjang lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan
aktifitas manusia dalam hubungannya dengan pemakaian dan pengelolaan tanah.
Erosivitas merupakan sifat yang menentukan energi (R), faktor yang
mempengaruhi besarnya energi (kemiringan S, panjang lereng L) dan erodibilitas
merupakan sifat tanah K, serta faktor yang memodifikasi yaitu tanaman (C) dan
pengelolaan tanah (P). Topografi atau rupa muka tanah menentukan kecepatan
aliran permukaan yang membawa partikel -partikel tanah. Peranan vegetasi
penutup adalah melindungi tanah dari pukulan langsung air hujan dan
memperbaiki struktur tanah melalui penyebaran akar-akanrnya. Faktor kegiatan
manusia memegang peranan penting terutama dalam usaha pencegahan erosi
karena manusia dapat memperlakukan faktor-faktor penyebab erosi lainnya
kecuali faktor iklim (Suprojo 2005).
Erosivitas merupakan kemampuan hujan dalam mengerosi tanah. Faktor
iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan, temperatur dan
suhu. Sejauh ini hujan merupakan faktor yang paling penting. Hujan
menyebabkan erosi tanah melalui dua jalan yaitu pelepasan butiran tanah oleh
pukulan air hujan pada permukaan tanah dan kontribusi hujan terhadap aliran.
Jumlah hujan yang yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika
intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin
juga hanya menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujannya hanya sedikit. Jika
jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi
cenderung tinggi (Suripin 2004).
Metode perhitungan erosivitas curah hujan tergantung pada jenis data
curah hujan yang tersedia. Menggunakan rumus Bols jika diketahui jumlah curah
4
hujan bulanan, jumlah hari hujan bulanan, dan curah hujan harian rata-rata
maksimal bulanan tertentu.
Rm = 6,119 x (Rain)m1,211 x (Days)m -0,474 x (Max P)m 0,526
Tabel 4.3 Perhitungan LSNo. Sistem Lahan X (m) S (%) LS
1.Tanah kosong diolah hendak ditanami jagung
33,8 10 1,781
Sumber : Dianalisis dari data primer
Analisis Data :
1. Panjang Lereng (L)
L =
L =
= 1,529 m
2. Kemiringan Lereng (S)
25
S = 0,065 + 0,045 s + 0,0065 s2
= 0,065 + 0,045 10 + 0,0065 100
= 0,065 + 0,45 + 0,65
= 1,165 %
3. LS = (0,065 + 0,045 s + 0,0065 s2)
=( )(1,165)
= 1,529 (1,165)
= 1,781
D. Nilai Pengelolaan Tanaman (C) dan Tindakan Konservasi
Tabel 4.4 Perhitungan Nilai CP
No.System Lahan
PolaTanam/ TeknikKonservasi
PenutupanLahan (%)
NilaiC
NilaiP
Nilai CP
1
Tanah kosong diolah hendak ditanami jagung
Jagung 30 0,7
Tanah kosong diolah 70 1,0
Teras bangku sempurna : tanpa tanaman
0,04 0,068
Sumber : Dianalisis dari Data Primer
E. Hasil Perhitungan Prediksi Erosi dengan Metode USLE
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Prediksi ErosiSistem Lahan
Luas (ha)
R K LS CP Prediksi Erosi (ton/ha/th)
Erosi Sistem Lahan (ton/th)
19 80,8 2299,862 0,267 1,781 0,068 74,34 (sedang)
6006,672
Sumber : Dianalisis dari Data Primer
Analisis Data :
1. Prediksi Erosi
26
A = R x K x L x S x C x P
= 2299,862 x 0,267 x 1,781 x 0,068
= 74,34 ton/ha/th
2. Erosi Sistem Lahan
= A x Luas Lahan
= 74,34 x 80,8
= 6006,672
F. Hasil Perhitungan Erosi yang Diperbolehkan (Edp)
T =
Keterangan :
T : Erosi yang diperbolehkan
K : Kedalaman Efektif (mm)
FK: Faktor Kedalaman Sub-ordo Tanah
UGT : Umur Guna Tanah
Analisis erosi yang diperbolehkan
T = (1500 x 0,80)/400
= 1200/400
= 3 ton/ha/tahun
27
V. PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lahan
Luas daerah Kecamatan Polokarto seluas 6,218 Ha terdiri dari 17 Desa.
Adapun batas-batas daerahnya adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : kecamatan Mojolaban
Sebelah Timur : kecamatan Jumantono dan kecamatan Jumapolo
Sebelah selatan : kecamatan Bendosari
Sebelah barat : kecamatan Grogol
Secara topografi Kabupaten Sukoharjo dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu daerah datar meliputi Kecamatan Kartasura, Baki, Gatak,
Grogol, Sukoharjo dan Mojolaban, sedangkan daerah yang miring meliputi
Kecamatan Polokarto, Bendosari, Nguter, Bulu dan Weru. Tempat tertinggi
diatas permukaan air laut adalah Kecamatan Polokarto yaitu 125 m dpl dan
yang terendah adalah Kecamatan Grogol yaitu 89 m dpl. Kelerengan atau
kemiringan lahan di Kabupaten Sukoharjo dapat dibedakan menjadi 7 (tujuh)
klasifikasi, yaitu :
a. 0-2%, meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.
b. b. 2-5%, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari, Nguter, Bendosari,
Polokarto, Mojolaban, Grogol dan Kartasura.
c. 5-15%, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Grogol, Mojolaban, Polokarto, Nguter, Bendosari,
Bulu, Weru dan Tawangsari.
d. 15 – 40 %, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Grogol, Polokarto, Nguter, Bendosari, Bulu, Weru,
dan Tawangsari.
e. e. >40%, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo, yang berada di
sebagian Kecamatan Polokarto, Bulu, Weru, dan Tawangsari.
Lokasi yang digunakan pada praktikum Konservasi Tanah dan Air
2014 kelompok 12 adalah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.
28
Lokasi yang digunakan berada pada koordinat 110˚55'40,3" BT dan 7˚38'19,4"
LS. Spesifikasi penggunaan lahan yang umum di Kecamatan Polokarto, antara
lain areal tegalan, ketela pohon, dan tanaman perkebunan yaitu karet.
Sebagian besar jumlah penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
B. Faktor Erosivitas Hujan
Erosivitas merupakan daya hujan untuk menimbulkan erosi pada
tanah. Erosivitas sangat menentukan jumlah tanah yang tererosi, jumlah tanah
yang tererosi berbanding lurus dengan erosivitas. Erosi merupakan hal yang
sebenarnya sangat sederhana dan sudah pasti akan terjadi di alam. Daerah
beriklim basah factor yang mempengaruhi erosi adalah hujan. Besarnya curah
hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan kekuatan disperse hujan
terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi.
Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu.
Besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan atau masa
tertentu seperti perhari, perbulan, permusim atau pertahuan.Hujan merupakan
salah satu penyebab dari erosi. Intensitas hujan di Indonesia sendiri cukuplah
tinggi. Indeks erosivitas hujan dapat diperoleh dengan menghitung besarnya
energi kinetik hujan (Ek) yang ditimbulkan oleh intensitas hujan maksimum
selama 30 menit (EI30). Indeks erosivitas ( R ), adalah daya erosi hujan untuk
membuat erosi pada suatu tempat yang dapat dihitung berdasarkan data hujan
yang diperoleh dari penakar hujan otomatik atau penakar hujan biasa.
Nilai dari erosivitas hujan pada daerah ini didapatkan nilai rata-rata
sebesar 2299,862 per tahun. Data curah hujan yang didapatkan untuk
menghitung laju erosi didapatkan dengan rentang waktu 9 tahun dari 2003
sampai 2012. Daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi hendaknya
mengoptimalkan keberadaan vegetasi sebagai penghambat run off dan
memperkecil kemungkinan erosi. Unit lahan yang baik dikembangkan pada
kondisi tanah dengan curah hujan yang tinggi adalah untuk tegalan,
persawahan atau perkebunan, dengan adanya vegetasi yang menutupi tanah,
potensi terjadinya erosi akan berkurang. Unit lahan terbuka akan sangat
29
berpotensi terjadinya Erosi. Sebaiknya lahan-lahan yang terbuka segera
direklamasi ataupun ditanami agar potensi erosi berkurang.
Nilai erosivitas tersebut cukup tinggi. Tingkat erosivitas
mempengaruhi nilai erosi. Semakin tinggi nilai erosivitas hujan, semakin
tinggi pula nilai erosinya. Faktor yang mempengaruhi tingkat erosi antara lain
curah hujan, suhu udara dan kecepatan angin. Faktor yan paling berpengaruh
pada besarnya erosi adalah curah hujan.
C. Faktor Erodibilitas Tanah
Tanah merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi
manusia. Tanah merupakan lapisan kerak bumi yang dijadikan tempat tinggal
bagi makhluk hidup. Tanah saat ini mulai menurun kualitas mutu dan fungsi
dari tanah. Salah satu penyebabnya adalah erosi. Setiap jenis tanah
mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap erosi. Kepekaan tanah
terhadap erosi dapat diartikan sebagai mudah tidaknya tanah tererosi atau
erodibilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi erodibilitas yaitu sifat fisik,
tofografi dan pengelolaan tanah oleh manusia. Sifat tanah yang mempengaruhi
aliran permukaan dan erosi adalah kapasitas infiltrasi dan erodibilitasnya.
Erosi merupakan hal yang sangat penting untuk diprediksi. Erosi sendiri
merupakan perpindahan tanah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Nilai dari
erosi sendiri mulai dari ringan hingga berat dimana bisa menjadikan bencana
alam dan menimbulkan korban jiwa seperti longsor.
Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan
konservasi dan pengolahan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan
terarah. Konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya
merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau tidak sederhana karena
erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah. Berbagai usaha
telah banyak dilakukan untuk mendapatkan suatu indeks erodibilitas yang
relatif lebih sederhana, baik didasarkan pada sifat-sifat tanah yang ditetapkan
di laboratorium maupun di lapangan atau berdasarkan keragaan (response)
terhadap hujan (Arsyad 2010).
30
Erodibilitas tanah ini sangat tergantung sekali dengan sifat, struktur
dan tekstur tanah. Suatu tanah yang memiliki erodibilitas rendah mungkin
akan mengalami erosi yang berat jika tanah tersebut terdapat pada lereng yang
curam dan panjang, serta curah hujan dengan intensitas yang tinggi.
Sebaliknya tanah yang memiliki erodibilitas tinggi, kemungkinan akan
memperlihatkan gejala erosi ringan atau bahkan tidak sama sekali bila terdapat
pada pada lereng yang landai, dengan penutupan vegetasi baik, dan curah
hujan dengan intensitas rendah. Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah
terhadap erosi, salah satu penyebab erosi adalah hujan. Daerah tropis seperti
Indonesia sangat peka sekali terhadap erosi yang disebabkan hujan. Intensitas
hujan di Indonesia cukuplah tinggi untuk itulah diperlukan pengelolaan
disertai dengan tindakan konservasi yang tepat. Nilai dari erodibilitas tanah
pada lahan praktikum ini adalah sebesar 0,267. Nilai permeabilitas kelompok
kami sebesar 14,9125 cm/jam, dengan kadar bahan organik 0,143%. Sedngkan
teksturnya didominasi oleh pasir sebesar 55,692. Hal ini mempengaruhi nilai
erodibilitas, sehingga menyebabkan nilai erodibilitas tanah ini sangat rendah
kepekaannya. Jadi dengan tingkat erodibilitas tanah yang rendah dapat
dipastikan nilai tekstur yang dimiliki lahan tersebut cukup kasar dan pori-pori
makro tanah lahan tersebut cukup besar karena strukturnya didominansi pada
pasir.
D. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang
paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Selain memperbesar
jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar
kecepatan aliran permukaan dengan demikian memperbesar energi angkut air.
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng
100% sama dengan kecuraman 45 derajat. Kemiringan dan panjang lereng
adalah dua faktor yang menentukan karateristik topografi suatu daerah aliran
sungai. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-
faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan atau volume air. Erosi pada
31
umumnya meningkat bila mana panjang lereng besar untuk hujan yang
intensitasnya besar.
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan
karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut
penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan
besarnya kecepatan dan volume air larian. Unsur lain yang berpengaruh adalah
konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Panjang lereng dihitung mulai dari
titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam
saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian
rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan
tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak
air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng
dari pada bagian atas. (Asdak 2010). Nilai dari panjang lereng lahan ini adalah
1,529 meter sedangkan kemiringan lereng adalah 1,165 %. Artinya, lahan
tersebut adalah landai. Nilai LS untuk menghitung prediksi erosi adalah 1,781.
E. Faktor Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi
Pengelolaan tanaman ini sangatlah penting dalam pencegahan dampak
erosi. Vegetasi atau tanaman sangat mampu dalam mengurangi laju erosi yang
disebabkan oleh air hujan. Perakaran dari tanaman ini mampu dalam mengikat
air-air yang masuk menuju dalam tanh sehingga memperbesar dari proses
infiltrasi dan mengurangi laju dari run off. Nilai faktor tindakan konservasi
tanah (P) adalah nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan
konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan tanpa tindakan
konservasi dalam keadaan identik. Termasuk dalam tindakan konservasi tanah
adalah pengolahan tanah menurut kontur, guludan, dan teras. Di ladang
pertanian, besarnya faktor P menunjukkan jenis aktivitas pengolahan tanah
seperti pencangkulan dan persiapan tanah lainnya.
Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam
bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan
maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan. Teknologi ini sering
dipadukan dengan tindakan konservasi tanah dan air secara pengelolaan.
32
Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan
keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat memelihara kestabilan struktur
tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah,
penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi, disamping itu
dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan
peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan
mencegah terjadinya erosi (Sinukaban 1989).
Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (C) yaitu
nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan
tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik dan tanpa
tanaman. Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (P) yaitu nisbah
antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi
khusus seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau
teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam
keadaan yang identik (Adnyana 2006). Penutupan lahan vegetasi sangat
ditentukan juga oleh kerapatan dan umur tanaman. Makin rapat tanaman
makin tinggi penutupan lahan oleh tajuk, tetapi pada batas tertentu tidak selalu
berpengaruh karena adanya perbedaan tingkat pertumbuhan tergantung pada
fasenya. Salah satu dalam pengelolaan tanah dengan vegetasi adalah dengan
tanaman penutup. Tanaman penutup pada lahan ini dapat dari segala jenih
baik dari tanaman berkayu maupun tidak berkayu. Nilai dari CP lahan ini
adalah 0,068.
F. Prediksi Erosi dan Tindakan Konservasi yang Tepat
Erosi pada umumnya terjadi oleh akibat hujan dan angin. Erosi hujan
bermula dari turunnya hujan. Erosi juga terjadi di sepanjang tebing sungai,
dimana kecepatan aliran tinggi dan tahanan material tanggul rendah. Erosi
akan terjadi apabila ada agen erosi (air, ombak, angin, es, dan organisme)
yang bekerja pada suatu bahan atau material tanah, dimana setiap agen erosi
akan mengerosi dengan cara sendiri-sendiri karena berkaitan erat dengan sifat
fisik dari agen erosi tersebut. (Christady 2006). Metode prediksi erosi juga
merupakan alat untuk menilai apakah suatu program atau tindakan konservasi
33
tanah telah berhasil mengurangi erosi dari suatu bidang tanah atau suatu
daerah aliran sungai (DAS). Prediksi erosi adalah alat bantu untuk mengambil
keputusan dalam mengambil perencanaan konservasi tanah pada suatu areal
tanah. Untuk menduga besaran tingkat erosi yang terjadi digunakan metode
USLE (Universal Soil Loss Equation). Formulasinya dapat digunakan rumus
dari Wischmeier dan Smith sebagai berikut : A = R K L S C P (Arsyad 2010).
Erosi dapat menimbulkan kerusakan baik pada tanah tempat terjadi
erosi maupun pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut
diendapkan. Kerusakan pada tanah tempat erosi terjadi berupa penurunan
sifat-sifat kimia dan fisik tanah yang pada akhirnya menyebabkan
memburuknya pertumbuhan tanaman dan rendahnya produktivitas sedangkan
pada tempat tujuan akhir hasil erosi akan menyebabkan pendangkalan sungai,
aduk, situ/danau, dan saluran irigasi. Terjadinya erosi ini dapat diperkirakan
dengan memprediksi laju erosi itu sendiri. Prediksi erosi ini merupakan
prakiraan dari seberapa besar laju erosi yang terjadi pada suatu lahan. Salah
satu cara dalam memprediksi erosi ini adalah metode USLE memungkinkan
memprediksi laju erosi rata-rata suatu lahan pada suatu kemiringan dengan
pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan
lahan. Persamaan tersebut dapat juga memprediksi erosi pada lahan-lahan non
pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak
memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar
sungai. Nilai dari prediksi erosi rata-rata per tahun dalam jangka waktu 9
tahun ini adalah 74,34 ton/ha/th. Nilai tersebut termasuk dalam golongan
sedang.
Nilai prediksi erosi yang tinggi ditunjang dengan adanya kemiringan
yang tinggi pula. Teknik konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada tiga
prinsip utama yaitu perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan butir-
butir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian bahan
organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi
laju aliran permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara
terhanyut.
34
Tindakan konservasi yang dilakukan pada lahan 17 A, yakni lahan
sawah belum tepat. Menurut saya yang tepat adalah tindakan konservasi
vegetative. Konservasi vegetative yang dapat dilakukan dengan menanam
tanaman penutup tanah dikombinasikan dengan tanaman tajuk secara
bertingkat.
G. Hasil Erosi yang Diperbolehkan (EDP)
Kecepatan pembentukan tanah di Indonesia cukup beragam,
tergantung dari jenis batuan (bahan) induk dan faktor-faktor pembentuk tanah
lainnya. Suhu dan curah hujan yang tinggi di Indonesia juga mempercepat
proses pembentukan tanah. Batas tingkat erosi yang masih diperbolehkan
mendasarkan pada kedalaman tanah, permeabilitas lapisan bawah dan kondisi
substratum. Dasar-dasar untuk menentukan tingkat erosi yang masih
diperbolehkan dengan memperhatikan kedalaman tanah, sifat-sifat fisik tanah
yang mempengaruhi perkembangan akar, pencegahan terbentuknya erosi parit,
penyusunan kandungan bahan organik, kehilangan unsur hara dan masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh sedimen di lapangan.
Erosi terbolehkan (Edp/T) adalah jumlah tanah yang hilang yang
diperbolehkan per tahun agar produktivitas lahan tidak berkurang sehingga
tanah tetap produktif secara lestari. nilai T (tolerable soil erosion) adalah
suatu nilai untuk menunjukan laju erosi tanah yang boleh terbiarkan terjadi
pada sebidang lahan. Penetapan nilai T perlu mempertimbangkan beberapa
gatra antara lain, laju pembentukan tanah, daya dukung tanah, ancaman erosi
tanah, dampak erosi terhadap aneka gatra di luar gatra loka tererosi, teknologi
dan ekonomi yang mempengaruhi beberapa bidang kajian. Nilai T ditetapkan
berdasarkan jeluk setara tanah (Ds) dan jangka waktu kelestarian sumberdaya
tanah yang diharapkan. (Purwowidodo 2002). Erosi wajar yang mempunyai
laju seimbang dengan laju pembentukan tanah justru perlu ada karena sangat
berperan penting dalam peremajaan tanah, sehingga tingkat kesuburan dan
produktivitas tanah tidak terganggu dan dapat dipertahankan dari waktu ke
waktu. Secara alami laju kehilangan tanah yang diperkenankan bergatung
pada kondisi tanah.
35
Nilai EDP yang kami peroleh 3 ton/ha/tahun, dengan nilai erosi 74,34
ton/ha/th. Nilai erosi sistem lahannya sebesar 6006,672 ton/ha/th. Dari
perolehan tersebut, nilai erosi lebih besar daripada nilai erosi yang
diperbolehkan. Maka harus melakukan tindakan konservasi untuk mengurangi
tingkat erosi tersebut.
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa:1. Erosivitas hujan merupakan kemampuan hujan untuk mengerosi tanah.
Nilai erosivitas hujan (R) tahunan berdasarkan data yang diperoleh yaitu
sebesar 2299,862.
2. Permeabilitas sampel lahan tegalan memiliki permeabilitas 14, 9125 cm/jam
3. Kadar lengas lahan tegalan yaitu dengan persentase BO 0,143% (sangat
rendah).
4. Nilai Erodibilitas lahan 0,267.
5. Nilai LS 1,781.
6. Teknik konservasi lahan pertama adalah teras tradisional dengan nilai C
dan nilai CP 0,068.
7. Nilai prediksi erosi sistem (ton/ha/th) lahan tegalan 6006,672 per tahun.
B. Saran
Saran untuk pelaksanaan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini
adalah sebaiknya jadwal praktikum konservasi tanah dan air telah
dilaksanakan sejak awal semester. Selain itu fasilitas meliputi peralatan dan
buku petunjuk praktikum dari praktikum lapang serta analisis laboratorium
dibuat sebaik mungkin. Penting pula untuk diberi co Asisten praktikum agar
praktikan lebih paham akan jalannya praktikum karena ada pengarah yang
lebih jelas.
37
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Dariah 2004. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca sarjana, UGM.
Kartasapoetra 2003. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
Kasmat 2011. http://1d.shvoong.com/society-and-news/environment/2173206-kemiringan-lereng/. Di akses tanggal 29 November 2014.
Rachman A dkk 2003. Influence of longterm cropping system on soil physical properties related to soil erodibility. Soil Sci. soc. Am. J. 67: 637-644.
Rojer N 2003. Rainwash experiment on the erodibility of loose sediments. Earts surf. Proc. Landform 6; 285-307.
Seloliman 2007. Konservasi Vegetatif. Jurnal Internasional. vol(4). hal 13-17.
Sune N 2011. Modul Praktikum Kartografi. Gorontalo. UNG
Suprojo, Suratman W, Jamulya 2005. Pengantar Geografi Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, Fakultas Geografi. Yogyakarta.
Suripin 2004. Erosi Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Veiche A 2002. The spatial variability of erodibility and its relation so soil types: A study from Northem Ghana. Geoderma 106: 110-120.
Wischmeier WH and JV Mannering 1978. Relation of soil properties to its erodibility. Soil sci. Am. Proc. 33:131-137.