Laporan Kerja Praktek
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Perguruan tinggi merupakan
sarana pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan mampu
mengaplikasikan teori yang ada dengan keadaan di lapangan sejalan
dengan perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten,
perlu diperhatikan tingkat pendidikan yang diperoleh. Mahasiswa
sebagai calon sumber daya manusia telah menerima pendidikan di
perguruan tinggi. Kerja praktek merupakan salah satu pemecahan
permasalahan akan adanya jarak antara teori dan praktek tersebut
sehingga pada Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan mampu
menerapkan serta mengkombinasikan ilmu-ilmu yang diperoleh
diperkuliahan dengan yang diperoleh dilapangan, untuk selanjutnya
diterapkan dilapangan (Industri) serta mampu menjawab setiap
tantangan yang timbul di Industri dengan bekal dan ilmu-ilmu yang
didapat diperkuliahan. Terkhusus di Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara, kerja praktek
sudah menjadi mata kuliah wajib dengan bobot 2 SKS (Sistem Kredit
Semester) yang wajib diselesaikan oleh mahasiswa dan perlu
dilaksanakan dengan baik dan benar agar diperoleh manfaat yang
sebesar besarnya. Kerja praktek yang dilaksanakan dikelompokkan
dalam 2 jenis, yaitu : 1. Produksi Praktek kerja untuk bidang
produksi dilakukan dengan mempelajari proses pengolahan bahan baku
menjadi hasil jadi atau hasil setengah jadi yang merupakan produk
akhir pada industri/ perusahaan tempat kerja praktek dilakukan. 2.
Manajemen Perusahaan Praktek kerja untuk bidang manajemen
perusahaan mencakup pembahasan mengenai struktur organisasi
perusahaan, tata letak pabrik, pemasaran, permasalahan tenaga
kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 1
Laporan Kerja Praktek
1.2 Tujuan Kerja Praktek Tujuan dari Kerja Praktek di kilang PT.
Pertamina RU II Dumai ini adalah: 1. Mahasiswa memperoleh gambaran
nyata mengenai pengoperasian sistem pemprosesan dan utilitas yang
digunakan untuk pengolahan minyak bumi 2. memahami dan dapat
menggambarkan pola inti proses produksi pada Pertamina UP II Dumai
yang meliputi a. mengenal bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi, b. memahami proses produksi, c. mengenal produk dan
limbah industri proses pengolahan minyak bumi, d. mengenal
karakteristik sistem pemprosesan dan sistem
pengendalian proses, 3. mendapatkan gambaran nyata tentang
organisasi kerja, manajemen PT.Pertamina dan penerapannya, serta
pengenalan terhadap praktikpraktik pengelolaan dan
peraturan-peraturan kerja di Pertamina UP II Dumai, dan 4.
Mengetahaui proses inspeksi pada hasil lasan (welding) dan
mengetahui tugas welding inspector.
1.3 Batasan Masalah Dalam laporan ini kami membahas mengenai
proses pengolahan minyak, sistem manajemen perusahaan dan inspeksi
pengelasan yang dilakukan di kilang minyak PT. PERTAMINA RU II,
Dumai.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Adapun kerja prakter ini
dilakukan di PT. PERTAMINA REFENARY unit II, Dumai dalam kurun
waktu satu bulan terhitung mulai tanggal 18 juli 2011 sampai 18
agustus 2011.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
2
Laporan Kerja Praktek
1.5 Metode Pengumpulan Data Metode-metode yang dilakukan dalam
pengumpulan data yang merupakan faktor utama dalam penyusunan
laporan ini adalah: 1. Metode Observasi Metode pengumpulan data
dengan melakukan observasi lapangan di Workshop Area PT. Pertamina
RU II Dumai, terutama pada objekobjek yang menjadi topik
permasalahan. 2. Metode Wawancara Disamping observasi langsung ke
lapangan, pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara dan
diskusi dengan narasumber dari karyawan maupun Business Partner
perusahaan yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang
manajemen perusahaan. 3. Metode Partisipasi Pengumpulan data juga
dilakukan dengan ikut serta dalam kegiatankegiatan kerja yang
dilakukan karyawan dan/atau Business Partner di Maintenance Area
(MA) PT. Pertamina RU II Dumai. 4. Metode Studi Literatur dan Studi
Pustaka Selain pengumpulan data dari lapangan, juga dilakukan studi
literatur dan studi pustaka dari buku-buku, berkas-berkas, dan
internet yang berhubungan dengan manajemen.
1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan laporan
kerja praktek ini adalah : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini
dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, batasan masalah, tempat
dan waktu pelaksanaan, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan laporan kerja praktek. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab
ini dijelaskan mengenai deskripsi pengolahan minyak dan inspeksi
pengelasan pada pipa di PT.PERTAMINA RU II, Dumai. BAB III SISTEM
MANAJEMEN PT. PERTAMINA RU II
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
3
Laporan Kerja Praktek
Pada Bab ini dijelaskan mengenai Sejarah berdirinya PT.PRTAMINA
RU II, wilayah PT. PERTAMINA RU II, visi dan misi PT. PERTAMINA RU
II. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dijelaskan mengenai
Kesimpulan penulis dari kerja praktek dan saran yang bersifat
konstruktif bagi PT.PRTAMINA RU II. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
4
Laporan Kerja Praktek
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Bumi Minyak bumi atau minyak mentah merupakan cairan
kompleks yang disusun oleh berbagai macam zat kimia organik yang
berubah secara alamiah dan tersimpan dalam lapisan bumi selama
ribuan tahun lamanya. (Microsoft Encharta, 2005). Bahan organik
yang berasal dari binatang dan tumbuhan tersebut terdekomposisi
secara parsial oleh bakteri menjadi gas dan komponen yang larut
dalam air. Lemak yang tertinggal dan bahan terlarut secara perlahan
berubah menjadi minyak bumi. Perubahan tersebut berlangsung pada
temperatur 200 oF dengan bantuan katalis yang terdapat di alam.
Bahan radioaktif juga mempercepat terbentuknya minyak bumi. Cairan
minyak bumi yang dihasilkan kemudian dapat berpindah ke pasir alam
atau reservoir batu kapur (Legh dkk, 1948).
2.1.1 Komposisi Minyak Bumi Minyak bumi memiliki campuran yang
sangat kompleks dan mengandung ribuan senyawa tunggal berselang gas
ringan seperti gas metana, sampai dengan bahan aspal yang berat dan
padat. Hampir semua senyawa minyak bumi tersusun dari hidrogen dan
karbon. Selain itu terdapat senyawa senyawa lain dalam jumlah yang
kecil seperti belerang, oksigen dan nitrogen. Komposisi kimia dan
sifat-sifat fisik minyak bumi sangat bervariasi, namun komposisi
elemental pada umumnya tetap, komposisi minyak bumi tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.1. Komposisi Karbon Hidrogen Sulfur Nitrogen
Oksigen 84 87 11 14 03 01 %-berat
Tabel 2.1. Komponen penyusun minyak bumi.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
5
Laporan Kerja Praktek
Kondisi lingkungan seperti temperatur, tekanan, ada tidaknya
senyawa logam dan mineral, serta letak geologis selama proses
perubahan alamiah senyawa penyusun minyak bumi, mengakibatkan
komposisi minyak bumi yang terdapat di setiap daerah berbeda-beda
pula. Namun demikian, minyak mentah dapat digolongkan ke dalam
empat kelas utama sebagai berikut (Praptowidodo, 1999): a. Minyak
bumi tipe paraffin, disusun oleh atom karbon dan atom hidrogen yang
jumlahnya selalu dua lebih banyak dari dua kali jumlah atom
karbonnya (parrafinebase crude oil). b. Minyak bumi tipe asphaltic
(naphthenes), disusun oleh atom karbon dan atom hidrogen yang
kuantitasnya dua kali jumlah atom karbonnya (naphthene-base crude
oil). c. Minyak bumi tipe aromatik, disusun oleh atom karbon dan
hidrogen yang melingkar (aromate-base crude oil). d. Minyak bumi
tipe campuran (mixed crude oil), disusun oleh minyak bumi tipe
paraffin, tipe asphaltic dan aromatik.
Senyawa-senyawa penyusun utama minyak bumi antara lain: 1.
Parafin dibangun oleh struktur dengan rumus molekul CnH2n+2
memiliki ikatan jenuh (ikatan tunggal), oleh karena itu parafin
memiliki kestabilan yang cukup tinggi. Parafin yang terdapat di
dalam minyak bumi adalah jenis parafin ringan. Parafin terberat di
dalam minyak bumi adalah parafin dengan atom C70. Contoh senyawa
parafin adalah metana, heksana, dan heksadekan. 2. Olefin memiliki
rumus molekul CnH2n, dan secara alami tidak terdapat dalam minyak
bumi namun terbentuk selama pengolahan. Olefin memiliki sifat yang
sangat reaktif dikarenakan oleh terdapatnya ikatan tak jenuh
(ikatan rangkap), oleh karena itu olefin mudah teroksidasi dan
terpolimerisasi. Karena sifatnya itu produk yang dihasilkan tidak
diharapkan mengandung olefin. 3. Naften (sikloparafin) adalah
senyawa hidrokarbon siklik dengan ikatan jenuh dan memiliki rumus
molekul CnH2n. Meskipun rumus molekulnya sama dengan olefin, namun
sifatnya berbeda jauh karenaDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara 6
Laporan Kerja Praktek
ikatan jenuhnya tersebut. Naften tidak dapat bereaksi secara
langsung karena ikatan antar molekulnya cukup kuat dengan bentuk
siklik, sebagai contoh naften tidak larut dalam asam sulfat yang
oksidatif. Naften ditemukan pada hampir semua minyak mentah. Contoh
naften adalah tetrametilen (siklobutan), pentametilen
(siklopentan), dan heksametilen (sikloheksan). 4. Aromatik memiliki
rumus molekul CnH2n-6 dan memiliki cincin benzen yang sangat
stabil. Aromatik dapat dioksidasi dan membentuk asam organik. Di
dalam pengolahan minyak, aromatik dihasilkan dari reaksi adisi atau
substitusi, bergantung pada kondisi reaksi yang dijalankan.
Aromatik banyak ditemukan di dalam reformat yang dihasilkan secara
katalitik oleh reaksi platforming.
Selain hidrokarbon, minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa
non hidrokarbon, antara lain: 1. Senyawa oksigen dalam minyak
mentah berbentuk asam karboksilat, fenol, kresol, amida, keton, dan
benzofuran. Senyawa oksigen ini memiliki sifat asam dan menyebabkan
asam mudah terpisah dari minyak mentah. Meskipun senyawa oksigen
bersifat asam namun masalah yang ditimbulkannya tidak seserius
seperti halnya senyawa sulfur dan senyawa nitrogen. 2. Kandungan
nitrogen dalam hampir semua minyak mentah adalah rendah dengan
nilai kurang dari 0.1% berat. Senyawa nitrogen stabil terhadap
panas sehingga kandungan nitrogen dalam fraksi ringan sangat
rendah. Karena nitrogen merupakan racun katalis maka harus
dilakukan proses hydrotreating untuk menurunkan kadar nitrogen
dalam umpan proses katalitik. Contoh senyawa nitrogen dalam minyak
bumi antara lain piridin, isoquinolin, dan acridin. 3. Konsentrasi
sulfur bervariasi dari suatu minyak mentah dengan minyak mentah
yang lain. Minyak mentah sour didefinisikan sebagai minyak mentah
yang banyak mengandung hidrogen sulfida atau sulfur. Minyak mentah
diklasifikasikan sebagai minyak yang asam jika kandunganDepartemen
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 7
Laporan Kerja Praktek
hidrogen sulfida yang terlarut sebesar 0.05
ft3/100 galon minyak
mentah. Senyawa sulfur dalam minyak mentah umumnya kompleks dan
tidak stabil terhadap panas. Senyawa sulfur yang tidak bersifat
asam dapat dihilangkan melalui proses hydrotreating. Contoh senyawa
sulfur dalam minyak bumi adalah H2S, merkaptan (RSH), dll. 4. Logam
yang terdapat dalam minyak mentah berada dalam bentuk garam
terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk
senyawa organometalik dan sabun logam. Sabun logam kalsium dan
magnesium adalah zat aktif permukaan (surface active agent) dan
bertindak sebagai penstabil emulsi. Logam vanadium tidak
dikehendaki berada di dalam umpan proses katalitik karena vanadium
dapat meracuni katalis. 5. Minyak mentah seringkali mengandung
garam-garam inorganik seperti natrium klorida, magnesium klorida,
dan kalsium klorida dalam bentuk suspensi atau terlarut dalam air
laut. Garam-garam ini harus dihilangkan atau dinetralisasi sebelum
diolah untuk mencegah peracunan katalis, korosi pada peralatan, dan
fouling. Korosi garam disebabkan oleh hidrolisis beberapa logam
klorida dan pembentukan asam hidroklorik pada saat minyak mentah
dipanaskan. HCl juga dapat bergabung dengan ammonia membentuk
amonium klorida (NH4Cl).
2.1.2 Sifat-Sifat Minyak Mentah 1. Specific Gravity (SG) dan API
Gravity SG minyak mentah dinyatakan dengan nilai perbandingan massa
jenis minyak mentah dan massa jenis air masing-masing pada suhu
60oF. Pada umumnya API Gravity lebih banyak digunakan dibandingkan
SG, dan dinyatakan sebagai
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
8
Laporan Kerja Praktek
API Gravity minyak mentah berkisar antara 10 hingga 50, namun
biasanya berkisar antara 20 hingga 45. Terdapat pula klasifikasi
minyak mentah berdasarkan SG dan API Gravity, yang disajikan dalam
tabel 2.2. Tipe Minyak Mentah Ringan Medium Ringan Medium Berat
Berat Sangat Berat SG 0.830 0.830 - 0.850 0.850 - 0.865 0.865 -
0.905 0.905 API Gravity 39.0 39.0 - 35.0 35.0 - 32.1 32.1 - 24.9
24.9
Tabel 2.2 Nilai SG dan API Gravity 2. Kadar Sulfur Kadar sulfur
dalam minyak mentah memiliki rentang 0.1% hingga 5% berat. Minyak
mentah dengan kadar sulfur lebih besar dari 0.5% mengharuskan
proses yang lebih banyak dan lebih rumit. Minyak mentah dengan
kadar sulfur tinggi disebut sour, dan terutama jika sulfur tersebut
bersifat korosif, sedangkan minyak mentah dengan kadar sulfur
rendah disebut sweet. Sulfur dapat meracuni katalis, mengurangi
efektivitas zatzat tambahan serta menimbulkan korosi pada peralatan
proses. Klasifikasi minyak mentah berdasarkan kandungan sulfurnya
disajikan dalam tabel 2.3. Tipe Minyak Mentah Non-sulfurik Sulfur
Rendah Sulfurik Sulfur Tinggi Kadar Sulfur (% berat) 0.01 - 0.03
0.03 - 0.10 1.30 - 3.00 3.00
Tabel 2.3. Klasifikasi minyak mentah berdasarkan kadar
sulfur.
3. Kadar Nitrogen Nitrogen menentukan kualitas minyak mentah
karena berpengaruh dalam proses yang melibatkan katalis (proses
katalitik). Kelancaran proses katalitik minyak bumi dipengaruhi
oleh kadar nitrogen yang ada. Selain itu bau, kestabilan
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
9
Laporan Kerja Praktek
warna, dan sifat penuaan produk akan dipengaruhi pula oleh kadar
nitrogen. Nilai maksimum kadar nitrogen dalam minyak mentah adalah
0.25% berat.
4. Kadar Garam Kadar garam dalam minyak mentah menentukan
kebutuhan proses penghilangan garam (desalting) sebelum masuk ke
dalam proses utama. Desalting diperlukan untuk mencegah korosi dan
penyumbatan pada peralatan proses. Jika kandungan garam dalam
minyak mentah melebihi 10 lbm per 1000 barrel maka proses desalting
menjadi suatu keharusan.
5. Kadar Logam Minyak mentah mengandung berbagai macam logam
seperti besi, kalsium, magnesium, aluminium, nikel, dan vanadium.
Logam terdapat dalam bentuk garam yang tersuspensi dalam minyak
atau dalam bentuk senyawa organometalik dan metal soap. Kalsium dan
magnesium adalah zat aktif permukaan (surface active agent) yang
berfungsi sebagai penstabil emulsi. Beberapa logam tidak diinginkan
berada dalam minyak mentah, dan salah satunya adalah vanadium.
Katalis yang digunakan dapat teracuni oleh logam ini. Kadar
vanadium dapat dideteksi dengan metode emission dan atomic
absorption.
6. Residu Karbon Residu karbon menyatakan kandungan aspal dan
jumlah fraksi pelumas yang dapat diambil. Semakin kecil kandungan
residu karbon, semakin berharga suatu minyak mentah karena memiliki
persentase yang besar untuk pembuatan pelumas. Besar residu karbon
ditentukan dengan distilasi terus menerus hingga tertinggal residu
kokas (karbon) tanpa adanya air. Residu karbon umumnya berkisar
antara 0.1% hingga 5% berat.
7. Titik Tuang (Pour Point) Titik tuang didefinisikan sebagai
temperatur terendah dimana suatu zat mengalami perubahan sifat dari
bisa dituang menjadi tidak bisa dituang. Titik tuang menunjukkan
kadar senyawa aromatik dan parafin dalam minyak mentah.Departemen
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 10
Laporan Kerja Praktek
Semakin rendah titik tuang, semakin rendah kadar parafin dan
semakin tinggi kadar aromatik dalam minyak mentah.
8. Rentang Distilasi Rentang distilasi penting untuk diketahui
karena dapat menghasilkan petunjuk mengenai kuantitas dan kualitas
berbagai fraksi yang ada dalam minyak mentah. Faktanya, pengukuran
rentang distilasi merupakan karakterisasi yang terpenting dalam
industri kilang minyak bumi. Jenis analisa yang biasa digunakan
untuk menentukan titik didih adalah true boiling point (TBP)
distillation (ASTM D-2892). Distilasi TBP menggunakan kolom yang
dilengkapi dengan pengatur laju alir cairan refluks dan mekanisme
tertentu yang menghasilkan kontak yang sangat baik antara uap dan
cairan refluks. Kedua hal tersebut diharapkan menghasilkan derajat
fraksionasi yang maksimal.
9. Viskositas Viskositas menyatakan kemudahan mengalir suatu
fluida. Viskositas minyak mentah pada umumnya dalam selang 40
sampai 60 SSU pada
2.1.3 Klasifikasi Minyak Bumi Salah satu tolok ukur kualitas
minyak bumi adalah komposisi utama minyak mentah. Indikasi
komposisi minyak mentah diberikan oleh Bureu of Mines Corellation
Index yang ditentukan berdasarkan pengukuran SG dan titik
didih.
a. Corellation Index (BMCI) Indeks kolerasi ini dikeluarkan oleh
U.S. Bureu of Mines. Nilai untuk parafin adalah nol dan untuk
benzen adalah 100. Harga BMCI menghubungkan titik didih rata- rata
dari fraksi distilasi dengan densitasnya.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
11
Laporan Kerja Praktek
K = Mid-boiling point fraksi dalam Kelvin d = spesific gravity
fraksi pada 60/ F
Minyak mentah dapat diklasifikasikan sebagai parafinik, campuran
atau aromatic dengan menggunakan BMCI yang dihitung dari sifat
sifat fisik minyak mentah. Klasifikasi minyak berdasarkan BMCI
ditampilkan pada tabel 2.4.
BMCI 10 10-30 30-40 40-60
Jenis Minyak Bumi Ultraparafinik Parafinik Naftenik Aromatik
Tabel 2.4. Klasifikasi minyak bumi berdasarkan harga BMCI b.
K-UOP (K Universal Oil Product) K-UOP didefinisikan sebagai :
T = titik didih rata-rata, K Klasifikasi minyak bumi berdasarkan
harga K-UOP dapat dilihat pada tabel 2.5. K-UOP 12,5 - 13,0 11,0 -
12,0 9,8 - 11,8 Jenis Minyak Bumi Parafinik Naftenik Aromatik
Tabel 2.5. Klasifikasi minyak mentah berdasarkan
K-UOP.Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara 12
Laporan Kerja Praktek
2.1.4 Produk Produk Minyak Bumi Produk paling penting dari
pengilangan minyak bumi adalah bahan bakar. Namun dengan
bertambahnya permintaan bahan petrokimia pada saat ini, maka
pengilangan dirancang khusus untuk dapat menghasilkan produk produk
petrokimia. Produk-produk pengilangan minyak bumi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Produk bahan bakar Liqueified Petroleum Gas (LPG) LPG
merupakan produk yang paling ringan yang dihasilkan dari
pengilangan minyak bumi. Komponen LPG terdiri dari propana, butana
atau campuran keduanya. Kegunaannya adalah untuk bahan bakar
industri dan rumah tangga. Motor Gasoline Motor gasoline pada
awalnya merupakan produk utama dalam industri minyak bumi untuk
bahan bakar mesin Otto.. Gasoline adalah campuran kompleks
hidrokarbon dengan selang titik didih 100 400 oF pada tekanan uap
10 psia. Aviation Gasoline (Avigas) Aviation Gasoline merupakan
bahan bakar pesawat terbang. Dibandingkan dengan motor gasoline,
bahan bakar ini memiliki selang titik didih yang lebih sempit dan
tekanan uap lebih rendah dan kualitas oktan yang lebih tinggi.
b. Produk non-bahan bakar Minyak pelumas Minyak pelumas memiliki
titik didih tinggi. Untuk digunakan pada mesin atau industri,
minyak pelumas ditambahkan beberapa aditif yang akan meningkatkan
kualitas sesuai kebutuhannya. Minyak pelumas dapat dibagi menjadi
tiga kelas, yaitu motor oil, industrial oil dan metal working oil.
Petroleum Waxes (lilin)Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara 13
Laporan Kerja Praktek
Lilin dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lilin parafin dan lilin
mikrokristalin. Pengguanaan lilin parafin adalah untuk lilin, korek
api, mencegah karat, pelapis peralatan listrik dan komunikasi, dan
sebagainya. Petroleum Greases (Gemuk) Gemuk merupakan bahan
setengah padatan yang biasa digunakan dalam pelumasan.
Sifat-sifatnya sangat bervariasi dari yang sangat lunak sampai
keras seperti bata. Titik lelehnya antara 160 350 oF. Aspal Aspal
adalah produk berat dari minyak bumi yang harganya relatif murah.
Aspal berwarna coklat hitam, larut dalam benzen, tetapi tidak dalam
pelarut paraffin ringan. Penggunaan terbesar aspal adalah sebagai
pelapis jalan raya. c. Produk petrokimia Produk-produk petrokimia
yang dapat dihasilkan dari pengilangan minyak bumi antara lain
Benzene, Toluene, Xylene (BTX), PTA, nilon, stiren, polipropilen,
PVC, etilen glikol, DMT, PET, dll.
2.2 Proses Pengolahan Minyak Bumi Pada dasarnya proses
pengolahan minyak bumi adalah proses pemisahan minyak bumi menjadi
produk produk dengan komposisi yang lebih sederhana dan lebih
berharga sangat penting seperti BBM. Proses proses pengolahan
minyak bumi menjadi fraksi fraksinya dapat dikategorikan sebagai
berikut.
- Proses pengolahan pertama (primary process) - Proses
pengolahan lanjut (secondary process) - Proses treating - Proses
pencampuran (blending)
2.2.1 Primary Process Primary process merupakan proses pemisahan
minyak mentah berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen komponen
yang terkandung dalam minyak mentah. Sifat sifat fisik tersebut
dapat berupa titik didih, titik beku, kelarutan dalam suatu
pelarut, perbedaan ukuran molekul dan sebagainya. OlehDepartemen
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 14
Laporan Kerja Praktek
karena itu permisahan minyak bumi dengan pada proses primer
memanfaatkan proses proses pemisahan secara fisika.
1. Distilasi Distilasi adalah proses pemisahan minyak mentah
berdasarkan perbedaan titik didih. Distilasi merupakan proses utama
dalam pengolahan minyak bumi menjadi produk produknya. Distilasi
terbagi menjadi dua, yaitu distilasi atmosferik dan distilasi
vakum. Distilasi atmosferik dilakukan pada tekanan atmosfer. Produk
yang dihasilkan oleh kolom distilasi atmosferik adalah gas, LPG,
nafta, kerosin, gas oil dan residu. Fraksi yang belum dapat
dikonsumsi sebagai bahan bakar, seperti residu atau fraksi minyak
berat, diproses lebih lanjut dengan distilasi vakum. Distilasi
vakum dilakukan pada kondisi tekanan vakum. Hal ini disebabkan
karena fraksi minyak berat hanya dapat dipisahkan pada temperatur
tinggi, namun pada temperatur yang tinggi minyak mentah akan
mengalami perengkahan (cracking). Oleh sebab itu, tekanan pada
kolom dibuat vakum agar titik didih fraksi minyak berat tersebut
dapat dicapai pada temperature di bawah temperatur cracking. Produk
yang dihasilkan pada distilasi ini adalah Light Vacuum Gas Oil
(LVGO), Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO),
dan Vacuum Residue.
2. Ekstraksi Ekstraksi adalah proses pemisahan minyak mentah
dengan memanfaatkan sifat kelarutan suatu zat dengan pelarut
tertentu. Merupakan proses tertua dalam pengilangan minyak bumi.
Awalnya proses ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerosin.
Contoh pemisahan secara ekstraksi adalah pada pengolahan minyak
pelumas, aspal (propane deasphalting), dan pengolahan BTX.
3. Absorpsi dan Stripping Proses absorpsi adalah proses
penyerapan gas dalam suatu campuran gas dan cairan dengan
menggunakan pelarut. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan
fraksi gas yang bercampur dengan produk hidrokarbon hasil distilasi
atau hasil perengkahan. Stripping adalah proses pemisahan gas
terlarutDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara 15
Laporan Kerja Praktek
dalam suatu campuran gas-cair. Stripping menggunakan larutan
Benfield, MEA (monoethyl alkohol) atau DEA (diethyl alkohol)
bertujuan menghilangkan gas CO2 atau H2S dalam minyak bumi atau
produk hasil pengolahan.
4. Kristalisasi Kristalisasi adalah proses pemisahan berdasarkan
perbedaan titik leleh. Kristalisasi umumnya digunakan pada proses
dewaxing, yaitu memisahkan lilin (wax) dari minyak mentah. Lilin
terlarut dalam minyak dan mendidih pada selang titik didih minyak
pelumas sehingga lilin tidak dapat dipisahkan dengan distilasi.
Pada proses dewaxing, minyak didinginkan untuk mengkristalkan
lilin, kemudian disaring dan diendapkan untuk mendapatkan kristal
lilin.
2.2.2 Secondary Process Secondary process merupakan proses
pengolahan lanjut setelah primary process. Produk dari tahap
sebelumnya yang tidak lagi dapat dipisahkan dengan pemisahan fisik
diproses di tahap ini. Tahap pengolahan ini melibatkan prosesproses
konversi (secara kimiawi). Proses-proses tersebut adalah
dekomposisi molekul, kombinasi molekul, dan perubahan struktur
molekul.
1. Dekomposisi Molekul Dekomposisi molekul adalah proses
perubahan hidrokarbon dari fraksi berat menjadi fraksi yang lebih
ringan. Proses dekomposisi molekul biasa disebut dengan proses
perengkahan atau cracking. Proses perengkahan minyak bumi bertujuan
untuk bertujuan untuk mengkonversi minyak berat (Vacuum Gas Oil dan
Long Residue) menjadi produk minyak ringan bernilai jual tinggi
seperti propana dan butana sebagai komponen LPG dan nafta sebagai
HOMC. Proses perengkahan minyak mentah dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu thermal cracking, catalytic cracking, dan hydrocracking.
Thermal cracking merupakan proses perengkahan minyak berat
(biasanya fuel oil atau residu) menjadi produk yang lebih ringan
seperti nafta dan kerosin. Proses ini menggunakan temperatur yang
tinggi untuk memutus rantai hidrokarbon. Berdasarkan sifat produk
yang dihasilkan, proses ini dapat dibagiDepartemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 16
Laporan Kerja Praktek
menjadi tiga, yaitu thermal cracking, visbreaking, dan coking.
Ketiga proses ini mempunyai konfigurasi dasar yang sama, terdiri
dari tungku pembakaran tempat perengkahan, kolom soaking, dan kolom
fraksionasi. Pada proses catalytic cracking, pemutusan rantai
hidrokarbon dibantu dengan menggunakan katalis. Proses ini
meningkatkan kualitas perolehan dan sifat-sifat produk yang
dihasilkan dari unit fraksionasi. Katalis perengkahan adalah bahan
padat dengan sifat asam. Katalis yang digunakan untuk proses ini
dapat diregenerasikan kembali untuk proses selanjutnya. Proses
hydrocracking merupakan proses perengkahan dengan bantuan gas
hidrogen, beroperasi pada temperatur 300 45 oC dan tekanan tinggi
sekitar 80 140 bar. Proses perengkahan katalitik yang sangat
fleksibel tetapi mahal ini diselenggarakan pada dua atau tiga
reaktor unggun diam tergantung pada produk yang diinginkan. Proses
ini digunakan pada umpan yang mengandung logam, nitrogen dan
belerang yang tinggi. Dari bahan dasar yang berkualitas rendah ini
dapat dihasilkan produkproduk seperti gasoline, kerosin, pelumas,
bahan baku petrokimia, LPG, dll. Saat ini, industri pengilangan
minyak lebih cenderung memilih proses catalytic cracking
dibandingan dua jenis perengkahan lainnya. Hal ini didasari alasan
ekonomis karena proses perengkahan katalitik dapat menghasilkan
perolehan produk yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang
sama. Selain itu, katalis yang digunakan pada proses ini dapat
diregenerasi dengan lebih mudah.
2. Kombinasi Molekul Proses pengolahan ini adalah kebalikan dari
proses dekomposisi, dimana proses ini menggabungkan dua produk
fraksi ringan menjadi fraksi yang lebih besar. Proses ini dapat
digunakan untuk mengolah gas-gas ringan hasil perengkahan. Dua
contoh utama kombinasi molekul adalah polimerisasi dan alkilasi.
Kedua proses ini merupakan proses yang saling berkompetisi.
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih menjadi
molekul yang lebih besar. Pada industri pengilangan, polimerisasi
dilakukan untuk penggabungan olefin menjadi gasolin. Gasolin yang
dihasilkan mempunyai angkaDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara 17
Laporan Kerja Praktek
oktan yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai komponen
pencampuran gasolin. Alkilasi adalah reaksi dimana gugus alkil
ditambahkan pada senyawa yang lain. Alkilasi menggunakan katalis
seperti asam sulfat, HF, dan AlCl3. Alkilasi pada pengilangan
minyak adalah alkilasi i-parafin oleh olefin. Hal ini ditujukan
untuk menghasilkan produk parafin bercabang dengan angka oktan yang
tinggi.
3. Perubahan Struktur Molekul Proses ini biasa disebut catalytic
reforming. Proses perubahan struktur molekul pada pengilangan
minyak ditujukan untuk meningkatkan angka oktan dari gasolin. Pada
dasarnya catalytic reforming adalah mengubah hidrokarbon lain
menjadi hidrokarbon aromatis. Hidrokarbon aromatis ini mempunyai
angka oktan yang tinggi. Katalis komersial yang biasa digunakan
adalah platina pada alumina, platina pada silikaalumina, chromia
pada alumina, cobalt molybdat.
2.2.3 Treating Proses treating bertujuan untuk menghilangkan
senyawa-senyawa pengotor yang masih ada pada produk pengilangan
atau untuk menstabilkan produk. Proses treating yang paling penting
adalah proses penghilangan gas H2S dengan menggunakan MEA atau
dengan caustic soda (NaOH). Proses treating ini dilakukan pada unit
CTU (Caustic Treating Unit), BB treater (Butane-Butylene Treater),
Doctor Treater (untuk menghilangkan merkapan-merkapan), dan SARU
(Sulphuric Acid Recovery Unit). Proses treating di atas dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut.
a. Caustic Treating Proses ini bertujuan memperbaiki kualitas
dari fraksi nafta, heavy reformate, dan top reformate, serta
mengurangi sifat asam yang dapat mengakibatkan korosi. Proses ini
dinilai lebih efektif, ekonomis, dan relatif tidak merusak
lingkungan. Reaksi yang terlibat pada proses treating ini
dijelaskan sebagai berikut. R-SH + NaOH R-SNa +Departemen Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 18
Laporan Kerja Praktek
R-OH + NaOH R-ONa + b. Doctor Treating Proses ini bertujuan
mengubah senyawa merkaptan yang terdapat di dalam BBM dan LPG
menjadi disulfida dengan penambahan larutan Doctor (Na2PbO2). c.
Hydrotreating Hydrotreating merupakan proses katalitik yang
bertujuan untuk
menstabilkan produk minyak dan/atau menyisihkan komponen
pengotor dengan cara mereaksikannya dengan hidrogen. d. Gas
Treating Proses ini bertujuan membersihkan fuel gas dan aliran daur
ulang dengan cara absorpsi. Aliran produk gas yang memiliki
kandungan H2S kurang dari 1 g/scf menggunakan MEA
(Monoethanolamine) sebagai absorben.
2.2.4 Blending Proses blending atau pencampuran bertujuan untuk
memenuhi spesifikasi produk yang telah ditentukan. Proses
pencampuran dilakukan dengan penambahan zat aditif atau dengan
pencampuran dua produk yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses
pencampuran adalah penambahan TEL (Tetra Ethyl Lead) untuk
meningkatkan angka oktan bensin atau pencampuran HOMC (High Octane
Mogas Component) dengan nafta untuk menghasilkan bahan bakar
premium dengan angka oktan yang memenuhi spesifikasi produk.
2.3 Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu maneggiare yang
berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang
berasal dari bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata ini
mendapat pengaruh dari bahasa Perancis mange yang berarti
"kepemilikan kuda". Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari
bahasa Inggris menjadi mnagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet,
mendefinisikan manajemen sebagai seniDepartemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 19
Laporan Kerja Praktek
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
2.3.1 Teori Manajemen
1.Manajemen ilmiah Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris
disebut scientific management, pertama kali dipopulerkan oleh
Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of
Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor
mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah
untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan."
Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya
buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern. Ide tentang
penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang puas
dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan
itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang
berbeda untuk pekerjaan yang samanyaris tak ada standar kerja di
sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang
pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu
hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20
tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan menerapkan
metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam
menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan. Berdasarkan pengalamannya itu,
Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan
efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah: 1. Kembangkanlah suatu
ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan
menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
20
Laporan Kerja Praktek
2. Secara
ilmiah,
pilihlah
dan
kemudian
latihlah,
ajarilah,
atau
kembangkanlah pekerja tersebut. 3. Bekerja samalah secara
sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk menjamin bahwa semua
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsipprinsip ilmu yang telah
dikembangkan tadi. 4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara
hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen
mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada
bagi para pekerja. Pedoman ini mengubah drastis pola pikir
manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri
pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor
mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan
melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih
pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal
ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang
melakukan tugas tersebut. Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan
lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth.
Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah mendengarkan ceramahnya
pada sebuah pertemuan profesional. Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakan mikronometer yang dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk
melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput
dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat
ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun
skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan
dasar seperti mencari, menggenggam, memegang yang mereka sebut
Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik
dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga
Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap
gerakan tangan pekerja.
2. Teori administrasi umum Teori administrasi umum atau dalam
bahasa Inggris, general theory of administration, adalah teori umum
mengenai apa yang dilakukan oleh paraDepartemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 21
Laporan Kerja Praktek
manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang
baik. Sumbangan penting untuk teori ini datang dari industrialis
Perancis Henri Fayol dengan 14 prinsip manajemen-nya dan sosiolog
Jerman Max Weber dengan konsep birokrasibentuk organisasi yang
dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikande
dengan jelas, peraturan dan ketetapan rinci, dan sejumlah hubungan
impersonal.
3. Pendekatan kuantitatif Pendekatan kuantitatif adalah
penggunaan sejumlah teknik kuantitatif, seperti statistik, model
optimasi, model informasi, atau simulasi komputer untuk membantu
manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh,
pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu
mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya, analisis jalur
krisis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat
penjadwalan kerja yang lebih efesien, model kuantitas pesanan
ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan
tingkat persediaan optimum. Pengembangan kuantitatif muncul dari
pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah
militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir,
teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor
bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki
"Whiz Kids." Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company
pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model
kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
4. Kajian Hawthorne Kajian Hawthrone adalah serangkaian kajian
yang dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an. Kajian ini
awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat
penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Kajian dilakukan di
Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Uji coba
dilaksanakan dengan membagi karyawan ke dalam dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen
dikenaiDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara 22
Laporan Kerja Praktek
berbagai macam intensitas penerangan sementara kelompok kontrol
bekerja di bawah intensitas penerangan yang tetap. Para peneliti
mengharapkan adanya perbedaan jika intensitas cahaya diubah. Namun,
mereka mendapatkan hasil yang mengejutkan, baik tingkat cahaya itu
dinaikan maupun diturunkan, output pekerja meningkat daripada
biasanya. Para peneliti tidak dapat menjelaskan apa yang mereka
saksikan, mereka hanya dapat menyimpulkan bahwa intensitas
penerangan tidak berhubungan langsung dengan produktivitas kelompok
dan sesuatu yang lain pasti telah menyebabkan hasil itu. Pada tahun
1927, Profesor Elton Mayo dari Harvard beserta rekanrekannya
diundang untuk bergabung dalam kajian ini. Mereka kemudian
melanjutkan penelitian tentang produktivitas kerja dengan cara-cara
yang lain, misalnya dengan mendesain ulang jabatan, mengubah
lamanya jam kerja dan hari kerja dalam seminggu, memperkenalkan
periode istirahat, dan menyusun rancangan upah individu dan
rancangan upah kelompok. Penelitian ini mengindikasikan bahwa
ternyata insentif-insentif di atas lebih sedikit
pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan
kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya.
Peneliti
menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok
merupakan penentu utama perilaku kerja individu. Kalangan akademisi
umumnya sepakat bahwa Kajian Hawthrone ini memberi dampak dramatis
terhadap arah keyakinan manajemen terhadap peran perilaku manusia
dalam organisasi. Elton Mayo menyimpulkan bahwa:
perilaku dan sentimen memiliki kaitan yang sangat erat pengaruh
kelompok sangat besar dampaknya pada perilaku individu standar
kelompok menentukan hasil kerja masing-masing karyawan uang tidak
begitu menjadi faktor penentu output bila dibandingkan dengan
standar kelompok, sentimen kelompok, dan rasa aman.
Kesimpulan-kesimpulan itu berakibat pada penekanan baru terhadap
faktor
perilaku manusia sebagai penentu berfungsi atau tidaknya
organisasi, dan pencapaian sasaran organisasi tersebut.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
23
Laporan Kerja Praktek
a.
Fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar
yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi
manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia
menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir,
memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima
fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu: 1.
Perencanaan (planning) Perencanan adalah memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi
tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif
sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang
dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian dilakukan dengan
tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagibagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa
yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana
keputusan harus diambil. 3. Menggerakkan (Actuating) Menggerakkan
atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating
artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan
sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk
mencapaiDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara 24
Laporan Kerja Praktek
tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership). 4. Pengawasan
(Controling) Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk
menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah
demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
b. Sarana Manajemen Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu
usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal
dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan
markets. 1. Man (Sumber Daya Manusia) Dalam manajemen, faktor
manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan. 2. Money (Uang) Uang merupakan
salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena
itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan
karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini
akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus
dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3. Materials (Bahan) Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil
yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat menggunakanDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara 25
Laporan Kerja Praktek
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai
hasil yang dikehendaki. 4. Machines (mesin) Dalam kegiatan
perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa
kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efesiensi kerja. 5. Methods (metode) Dalam pelaksanaan
kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang
baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada
sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu,
serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik,
sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
6. Market (Pemasaran) Memasarkan produk sudah barang tentu sangat
penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses
produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga
barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.
c.
Prinsip Manajemen Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat
lentur dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan
situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus
teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum
manajemen ini terdiri dari: 1. Pembagian kerja (Division of
work)Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara 26
Laporan Kerja Praktek
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) 3.
Disiplin (Discipline) 4. Kesatuan perintah (Unity of command) 5.
Kesatuan pengarahan (Unity of direction) 6. Mengutamakan
kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri 7. Penggajian
pegawai 8. Pemusatan (Centralization) 9. Hirarki (tingkatan) 10.
Ketertiban (Order) 11. Keadilan dan kejujuran 12. Stabilitas
kondisi karyawan 13. Prakarsa (Inisiative) 14. Semangat kesatuan,
semangat korps
d.
Bidang Manajemen
1. Manajemen Produksi Produksi adalah penciptaan atau penambahan
faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi
sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Dalam
melakukan kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus dikelola
yang sering disebut sebagai faktor faktor produksi yaitu : Material
atau bahan Mesin atau peralatan Manusia atau karyawan Modal atau
uang Dengan demikian manajemen operasi berkaitan dengan pengelolaan
faktor faktor produksi sedemikian rupa sehingga keluaran (output)
yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik kualitas,
harga maupun waktu penyampaiannya. Sekilas telah disebutkan dari
uraian di atas bahwa manajemen produksi operasi bertanggung jawab
atas dihasilkannya keluaran (output) baik yang berupa produk maupun
jasaDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara 27
Laporan Kerja Praktek
yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen dengan
kualitas yang baik dan harga yang terjangkau serta disampaikan
tepat pada waktunya. Bertitik tolak dari tanggung jawab ini maka
ukuran kinerja suatu sistem operasi dapat diukur dari : Ongkos
Produksi Bila dikaitkan dengan tujuan suatu sistem usaha, maka
ukuran kinerja sering diukur dengan keuntungan yang dapat dicapai,
namun seperti diuraikan diatas bahwa sistem produksi hanyalah salah
satu dari sub sistem yang ada dalam suatu sistem usaha, sehingga
untuk mengukur seberapa besar kontribusi sistem operasi di dalam
pencapaian keuntungan bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu untuk
mengukur kinerja sistem produksi diambil ukuran waktu operasi
tertentu (biasanya dalam waktu satu tahun) Ongkos produksi ini
meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk /
jasa ketangan konsumen. Dengan ongkos produksi yang murah
diharapkan bahwa produk / jasa dapat dipasarkan dengan harga yang
dapat dijangkau oleh konsumen Kualitas Produk / Jasa. Kenyataan
menunjukan bahwa konsumen tidak hanya memilih produk/jasa yang
harganya murah namun juga produk/jasa yang berkualitas, oleh sebab
itu baik buruknya suatu sistem produksi juga diukur dari kualitas
produk/jasa yang dihasilkan. Ukuran kualitas produk yang
dimaksudkan disini tentunya yang disesuaikan dengan selera konsumen
bukan ukuran kualitas secara teknologi semata Tingkat Pelayanan
Bagi konsumen untuk menilai baik buruknya suatu sistem produksi /
operasi lebih dinilai dari pelayanan yang dapat diberikan oleh
system produksi kepada konsumen itu sendiri. Berbicara mengenai
tingkat pelayanan (service level) merupakan ukuran yang tidak mudah
untuk diukur, sebab banyak dipengaruhi oleh faktor faktor
kualitatif, walaupun demikian beberapa ukuran obyektif yang sering
digunakan antara lain :Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara 28
Laporan Kerja Praktek
Ketersediaan (availability) dan kemudahan untuk mendapatkan
produk / jasa. Kecepatan pelayanan baik yang berkaitan dengan
waktu
pengiriman (delivery time) maupun waktu pemrosesan (processing
time) Agar dapat dicapai kinerja sistem operasi diatas maka seorang
manajer produksi / operasi dituntut untuk mempunyai sedikitnya dua
kompetensi, yaitu Kompetensi Teknikal yaitu kompetensi yang
berkaitan dengan pemahaman atas teknologi proses produksi dan
pengetahuan atas jenis jenis pekerjaan yang harus dikelola. Tanpa
memiliki kompetensi teknikal ini maka seorang manajer produksi /
operasi tidak akan mengerti apa yang sebenarnya harus diperbuat
Kompetensi Manajerial yaitu kompetensi yang berkaitan dengan
pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber sumber daya
(faktor faktor produksi) serta kemampuan untuk bekerja sama dengan
orang lain. Kompetensi ini sangat diperlukan mengingat penguasaan
pengelolaan atas faktor - faktor produksi serta menjalin koordinasi
dan kerjasama dengan fungsi fungsi lain yang ada didalam suatu unit
usaha merupakan keharusan yang tak dapat dihindarkan.
2. Manajemen Operasional Operasional merupakan salah satu fungsi
utama yang harus ada dalam suatu organisasi. Mengelola organisasi
yang berorientasi bisnis baik di sector barang maupun jasa harus
berorientasi pada efektifitas dan efisiensi, oleh karena itu dalam
hal fungsi operasional memerlukan pengelolaan yang tepat. Manajemen
operasional dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau
aktifitas yang menciptakan nilai produk baik berupa barang maupun
jasa melalui proses transformasi input menjadi output. Aktifitas
tersebut berlaku untuk berbagai macam produsen barang seperti
elektronik, otomotif, demikian pula
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
29
Laporan Kerja Praktek
berlaku juga bagi produsen jasa seperti media masa, hiburan,
pendidikan, konsultan.
3. Manajemen Proses Manajemen proses adalah rangkaian aktivitas
perencanaan dan
pengawasan kinerja suatu proses, terutama proses bisnis.
Manajemen proses mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan,
peralatan, teknik, serta sistem untuk mendefinisikan,
memvisualisasikan, mengukur, mengontrol, melaporkan, dan
memperbaiki proses dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan atau
laba.
4. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia
(MSDM) adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan
peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu
secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal
sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan
masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa
setiap karyawan adalah manusia bukan mesin dan bukan semata menjadi
sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu
seperti psikologi, sosiologi, dll. Manajemen sumber daya manusia
juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan,
penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier,
evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan
yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan
dan praktek manajemen yang mempengaruhi secara lansung sumber daya
manusianya. Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan untuk
meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi.
Tujuannya adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang
efektif. Untuk mencapai tujuan ini, studi tentang manajemen
personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan
mendapatkan, mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi, dan
memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas)
yang tepat.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
30
Laporan Kerja Praktek
5. Manajemen Strategis Manajemen strategis adalah seni dan ilmu
penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan
lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat
sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan
organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai
sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen
strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian
fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen
strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya
disusun oleh dewan direktur dan dilaksanakan oleh CEO serta tim
eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan
arahan
menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang
perilaku organisasi.
6. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil
antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko
tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab
fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian,
serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain,
terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan
instrumen-instrumen keuangan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen
risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang
berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia,
organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan risk manajemen
melibatkan segala cara yang
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
31
Laporan Kerja Praktek
tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko
(manusia, staff, dan organisasi).
7. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat didefinisikan
dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok
manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang
investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu
perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah
merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Kegiatan penting
lainnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat
aspek yaitu : 1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para
manajer lainnya yang bertanggung jawab atas perencanaan umum
perusahaan. 2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada
berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang
berkaitan dengannya. 3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan
para manajer di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi
seefisien mungkin. 4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan
perusahaan dengan pasar keuangan, di mana perusahaan dapat
memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
Aspek penting lain dari tujuan perusahaan dan tujuan manajemen
keuangan adalah pertimbangan terhadap tanggung jawab sosial yang
dapat dilihat dari empat segi yaitu : 1. Jika manajemen keuangan
menuju pada maksimalisasi harga saham, maka diperlukan manajemen
yang baik dan efisien sesuai dengan permintaan konsumen. 2.
Perusahaan yang berhasil selalu menempatkan efisiensi dan inovasi
sebagai prioritas, sehingga menghasilkan produk baru, penemuan
teknologi baru dan perluasan lapangan pekerjaan. 3. Faktor-faktor
luar seperti pencemaran lingkungan, jaminan keamanan produk dan
keselamatan kerja menjadi lebih penting untukDepartemen Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 32
Laporan Kerja Praktek
dipertimbangkan. Fluktuasi di semua tingkat kegiatan bisnis dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi pasar keuangan
merupakan aspek penting dari lingkungan luar. 4. Kerjasama antara
industri dan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan
peraturan yang mengatur perilaku perusahaan, dan sebaliknya
perusahaan mematuhi peraturan tersebut. Tujuan perusahaan pada
dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan dengan pertimbangan
teknis sebagai berikut : 1. Memaksimumkan memaksimumkan nilai laba,
bermakna karena lebih luas nilai daripada berarti
memaksimumkan
mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. 2.
Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko
terhadap arus pendapatan perusahaan. 3. Mutu dari arus dana yang
diharapkan diterima di masa yang akan datang mungkin beragam.
8. Manajemen Pemasaran Manajemen Pemasaran adalah salah satu
kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan perusahaannya, untuk berkembang, dan
untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak
sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan
penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan
kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus,
atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap
perusahaan. Secara definisi, Manajemen Pemasaran adalah
penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang
bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan
maksud untuk mencapai tujuan perusahaan (Kotler, 1980). Sebagai
falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan
terhadap keinginan dan berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Hal
ini secara asasi berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang
berorientasi pada produk, dan penjualan.Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 33
Laporan Kerja Praktek
Tiga unsur konsep pemasaran: 1. Orientasi pada Konsumen 2.
Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral 3. Kepuasan
Konsumen
a.
Manajer Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain
dengan
mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran
organisasi. Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering
dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan
manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida,
di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di
puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke
atas:1.
Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula
dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan
paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan
non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering
disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer
kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
2.
Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua
manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen
puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan
yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin
proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3.
Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah
executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh
top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief
Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini.
MisalnyaDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara 34
Laporan Kerja Praktek
pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah,
berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan
permintaan pekerjaan. Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu
manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh
manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh
peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Peran antarpribadi. Peran antarpribadi merupakan peran yang
melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan
simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah,
pemimpin, dan penghubung. 2. Peran informasional. Peran
informasional meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar
informasi, serta peran sebagai juru bicara. 3. Peran pengambilan
keputusan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai
seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan
perunding.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar,
aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan
orang lain. Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa
setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga
keterampilan tersebut adalah: 1. Keterampilan konseptual
(conceptional skill) Manajer tingkat atas (top manager) harus
memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi
kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut
kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk
mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide
menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut
sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu,
keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk
membuat rencana kerja.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
35
Laporan Kerja Praktek
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan
orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi
yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap
bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif,
bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan
kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan
berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas,
menengah, maupun bawah. 3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada
tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan
kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya
menggunakan program komputer, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin
menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer,
yaitu: 1. Keterampilan manajemen waktu Merupakan keterampilan yang
merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang
dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew
Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort
digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja
selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji
Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam sekitar $13 per menit.
Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan
sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja,
memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian,
waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan
menyianyiakannya berarti membuang buang uang dan mengurangi
produktivitas perusahaan.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
36
Laporan Kerja Praktek
2. Keterampilan membuat keputusan Merupakan kemampuan untuk
mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam
memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama
bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top
manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan
keputusan. Pertama, seorang manajer harus
mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang
dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus
mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah
alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus
mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi
dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
2.4 Inspeksi pengelasan. Insfeksi las merupakan bagian yang
sangat penting dari keseluruhan program jaminan mutu las. Insfeksi
las mencakup pengujian yang dilakukan tanpa merusak, kajian
spesifikasi, desain sambungan, prosedur pembersihan, dan prosedur
las. Kualifikasi juru las dilakukan demi menjamin hasil lasan.
Kegiatan insfeksi las dibagi menjadi 3 yaitu insfksi sebelum
pengelasan, insfeksi pada saat pengelasan, dan insfeksi setelah
pengelasan.
2.4.1 Pekerjaan sebelum pengelasan Persiapan dan perencanaan las
tidak boleh diabaikan. Banyak masalah pengelasan dapat dihindari
pada tahap ini, dibading ketika pengelasan sudah berlangsung dan
selesai. Pekerjaan ini antara lain adalah : a. Gambar, kode, dan
standar Kendali mutu yang dinilai a. Symbol las dan ukuran las
ditetapkandengan jelas pada (Apendiks A : terminology dan simbol.
b. Desain dan dimensi sambungan las (Apendiks A : terminologi dan
simbol) c. Prosedur pengelasan (WPS)Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 37
Laporan Kerja Praktek
d. Dimensi diuraikan dan potensi distorsi. e. Bahan konsumsi las
(Apendiks D : Pedoman pilihan logam pengisi yang umum). f. Cara
penanganan bahan konsumsi las yaitu penyimpanan dan penanganan
bahan habis. g. Persyaratan material ( contoh pengujian takik untuk
pemakaian pada suhu rendah) h. Sifat mekani dan syarat pengujian.
i. Keperluan syarat pelindung dan penahan angin. j. Persyaratan dan
metode Preheating. k. Persyaratan dan metode Post Weld Heat
Treatment (PWHT). l. Persyaratan Examination) m. Persyaratan
tambahan: kupon las produksi. n. Persyaratan uji tekan, jika ada.
Potensi tindakan insfektur a. Mengindentifikasi dan mengklarifikasi
detil dan informasi yang hilang. b. Mengindetifikasi dan
mengklarifikasi ukuran, dimensi, batas-batas dan NDE (
non-destructive
pengujian dan persyaratanlas tambahan yang lain hilang. c.
Mengindentifikasi dan mengklarifikasi ketidaksesuaian dengan
standar, kode, dan sfesifikasi d. Menggaris bawahi potensi
permasalahan las yang tidak disampaikan dalam desain. b.
Persyaratan hasil las Mengkaji pekerjaan hasil las dengan
orang-orang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan seperti desain
engineer, welding engineer, organisasi pengelasan dan organisasi
pengelasan. Kendali mutu yang harus dinilai a. Kompetensi
organisasi las sesuai dengan standar, kode, dan spesifikasi.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
38
Laporan Kerja Praktek
b. Kompetensi organisasi insfeksi untuk melakukan pekerjaan
inspeksi yang telah ditentikan. c. Peran dan tanggungjawab
engineer, organisasi las, dan insfektur las. d. Keterlibatan
organisasi inspeksi dalam organisasi produksi jelas jelas terbukti.
Potensi tindakan inspektur : menggarris bawahi kekurangan dan
masalah dengan organisasi kepada personal yang tepat c. Prosedur
dan rekaman kualifikasi Kendali mutu yang harus dinilai a. WPS
dikualifikasi dengan benar dan memenuhi kode, standar, dan
spesifikasi yang berlaku intuk pekerjaan las. b. Rekaman
kualifikasi prosedur (POR) dilakukan dengan benar dan mendukung
WPS. c. Kualifikasi juru las memenuhi WPS. Potensi tindakan
inspektur a. Mendapatkan WPS dan PQR yang dapatditerima dengan
untuk pekerjaan tersebut b. Mengkualifikasi WPS jika perlu dan
menyaksikan upaya kualifikasi c. Mengkualifikasi ulang juru las
jika perlu dan melihat persentase kualifikasi juru las. d.
Informasi NDE Menegaskan apakah pemeriksaan NDE, Prosedur NDE dan
organisasi insfeksi dapat diterima. Kendali Mutu yang dinilai
Pemeriksaan NDE disertifikasi, prosedur NDE terkini dan akurat,
kalibrasi perlatan terkini. Potensi dan tindakan inspektur
Mengindetifikasi dan memperbaiki kekurangan sertifikasi dan
prosedur.Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara 39
Laporan Kerja Praktek
-
Mendapatkan peralatan yang terkalibrasi.
e. Peralatan dan instrument las Menegaskan peralatan dan
instrument las terkalibrasi berfungsi. Kendali mutu a. Kalibrasi
mesin las yang terkini. b. instrument las seperti ammeter,
voltmeter,dll. c. Tempat penyimpan bahan konsumsi las, penunjuk
suhu jelas. Potensi tindakan inspektur. a. Mengkalibrasi ulang
peralatan dan instrument. b. Mengganti jika ada instrument yang
rusak. f. Perlakuan panas dan uji tekan Memastikan bahwa prosedur
dan peralatan terkait perlakuan panas dan uji tekan yang
dapatditerima. Kendali mutu yang dinilai a. Prosedur perlakuan
panas ada dan sesuai ( API 577 lihat 10.6) b. Prosedur uji tekan
ada dan berisi penjelasan lengkap mencapai persyaratan uji (API
510, 570, API RP 574 dan ASME B31.3 c. Kalibrasi peralatan PWHT
yang terkini, d. Peralatan dan alat ukur uji tekan terkalibrasi dan
memenuhi syarat yang sesuai. Potensi tindakan inspektur
Mengindentifikasi dan memperbaiki kekuranagn prosedur serta
mengkalibrasi. g. Material Memastika semua logam pengisi, material
dasar dan material backingring ditandai dan diindentifikasi dengan
benar. Kendali mutu yang dinilai a. Sertifikasi uji material ada
dan ditandai dengan benar (termaksud backing ring jika
perlu).Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara 40
Laporan Kerja Praktek
b. Tanda elektrodalebel kawat polos, indentifikasi pada gulungan
kawat, dll sesuai dengan yang ditetapkan. c. Tanda pada logam
pengisi dapat ditelusuri hingga ke sertifikasi bahan pengisi. d.
Tanda pada logam dasar dapat ditelusuri hingga ke sertifikasi
bahan. e. Dilakukan perekaman informasi kemamputelusuran bahan
pengisi dan logam dasar. f. Cap pada logam dasar bertekanan rendah
dan tidak merusak komponen. g. Strip cat kode warna sudah benar
untuk bahan konstruksi tersebut.. Potensi tindakan inspektur a.
Menolak bahan yang tidak dapat ditelusuri atau ditandai dengan
benar. b. Menolak bahan yang tidak sesuai. h. Persiapan las Kendali
mutu a. Permukaan lasan harus bebas dari kotoran dan cacat pada
logam dasar seperti laminasi dan retakan. b. Pre pemanasan jika
perlu, dilakukan untuk pemotongan termal c. Perlakuan pemanasan
untuk meghilangkan hydrogen. d. sambungan las bebas dari kerak
oksida, sulfida, residu hidrokarbo, dan bentukan las yang
berlebihan. e. Jenis sambungan las, sudut sorong, muka akar dan
renganggan yang benar. f. Kelurusan dan ketidak sesuaian dapat
diterima. g. Dimensi material dasar, logam pengisi, sambungan las
yang benar. h. Lasan soket pipa memiliki keterangan yang benar.
Potensi tindakan inspektur41
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
Laporan Kerja Praktek
Menolak bahan atau memperbaiki kekurangan. i. Pre-pemanasan.
Memastikan peralatan dan suhu pre-pemanasan. Kendali mutu yang
harus dinilai a. Peralatan dan teknik pre pemanasan dapat diterima.
b. Cakupan dan suhu pre-pemanasan dapat diterima. c. Pemanasan
ulang, jika perlu dipakai pada operasi pemotongan termal. d.
Pra-pemanasan dipakai jika perlu dipakai untuk menghilangkan
lembab. Potensi dan tindakan inspektur Mengidentifikasi dan
memperbaiki kekurangan dalam prapemanasan. j. Bahan konsumsi las.
Memastikan elektroda, kawat pengisi, fluks dan gas sesuai
spesifikasi dan dapat diterima. Kendali mutu yang harus dinilai a.
Jenis dan ukuran logan pengisi benar sesuai prosedur. b. Logam
pengisiditangani dan disimpan denganbenar. c. Logam pengisi bebas
dari kotoran d. Elektroda bersalut tidak rusak dan basah. e.
Komposisi gas sudah benar dan memenuhi syarat kemurnian. f.
,saluran buang gas pelindung dan pembersi secara teratur dilepas
gasnya untuk mencegah masuknya udara. Potensi dan tindakan
inspektur a. Menolak bahan yang tidak sesuai. b. Mengidentifikasi
dan memperbaiki yang tidak sesuai.
2.4.2 Pekerjaan selama pengelasan Inspeksi pengelasan selama
kegiatan pengelasan mencakup parameter audit untuk memverifikasi
pengelasan sesuai dengan prosedur.Departemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara 42
Laporan Kerja Praktek
a. Jaminan mutu. Kendali mutu a. Juru las bertanggung jawab atas
hasil mutu lasan. b. Juru las harus memenuhi persyaratan
kualifikasi. c. Juru las mengerti prosedur dan persyaratan las
pekerjaan tersebut. d. Juru las mengerti batas-batas inspeksi.
Potensi tindakan inspektur Mengkaji kinerja juru las ( API 577
Apendik B). b. Parameter dan teknik pengelasan Memriksa apakah
parameter dan teknik las didukung dengan WPS dan WPQ. Kendali mutu
Variabel utama las : a. Bahan pengisi, fluks, laju alur gas inert.
b. Teknik pembersihan laju alir, analisis O2,dll. c. Pre pemanasan
jika perlu. d. Tekik las, pergerakan maju las, penumpukan manic
las, dll. e. Peralatan penyetelan seperti amperemeter, voltmeter
dan umpan kawat. f. Suhu pemanasan dan interpass. g. Kecepatan las.
h. Masukan panas jika perlu.
Contoh hasil lasan yang memenuhi juru las dan welding engineer.
Juru las menunjukkan keyakinan dan patuh pada praktek las yang
benar. Potensi tindakan inspektur a. Mengkaji hasil contoh lasan
dengan welding engineer. b. Mengkaji mutu juru las dengan
organisasi pengelasan.
c. Pemeriksaan hail las Kendali mutu yang harus dinilai43
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
Laporan Kerja Praktek
a. Mutu las ikat yang akan disatukan pada lasan dapat diterima.
b. Akar lasan penetrasinya cukup dan bermutu. c. Pembersihan antar
lintasan las dan permukaan backgouged dapat diterima. d. NDE
tambahan dilakukan antar lintasan las dan permukaan back-gouged
agar menunjukan hasil yang dapat diterima. e. Pengerjaan ulang
dalan proses penghilangan cacat berhasil dilakukan. f. Pengukuran
ferit dalam proses jika perlu, dilakukan dan direkam. g. Penguatan
las akhir dan ukuran las jalur memenuhi insfeksi pekerjaan dan
gambar. Potensi tindakan inspektur Menolak hasil kerja yang tidak
dapat diterima.
2.4.3 Pekerjaan setelah pengelasan Pekerjaan terakhir setelah
pengelasan dan pekerjaan selesai harus meliputi hal-hal yang
menjamin mutu las akhir sebelum hasil las digunakan. a. Rupa dan
penghalusan Kendali mutu yang harus dinilai a. Ukuran, panjang dan
lokasi semua las sesuai dengan gambar,spesifikasi, kode. b. Tidak
ada tambahan las tanpa persetujuan. c. Pengecekkan dimensi dan
visual las tidak menunjukkan diskontinius, distorsi berlebihan dan
hasil kerja las yang buruk. d. Tempelan-tempelan las telah
disingkirkan dan telah menyatu dengan logam las.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
44
Laporan Kerja Praktek
e. Diskontinius dikaji terhadap criteria penerima untuk
klasifikasi cacat. f. Cap/tanda juru las pada hasil las
dikonfirmasi. g. Melakukan pengecekkan kekerasan di lapangan.
Potensi tindakan inspektur Mengerjakan ulang lasan yang ada,
melepas lasan dan melakukan perbaikan pengelasan seperlunya. b.
Kajian NDE Memperifikasi bahwa NDE dilakukan pada lokasi yang telah
dipilih dan mengkaji temuan pemeriksa. Kendali mutu a. Lokasi yang
ditetapkan diperiksa. b. Frekuensi pemeriksaan yang telah
ditetapkan. c. Nde dilakukan setelah PWHT d. Kerja setiap juru las
disertakan dalam pemeriksaan acak. e. Mutu film RT, penempatan IQI
visibilitas IQI sesuai dengan standar. f. Inspektur sepakat dengan
interprestasi dan temuan pemeriksa. g. Dokumentasi untuk semua NDE
dilaksanakan dengan benar. Petensi tindakan insfektor a. NDE
diulang jika ada kekurangan dalam temuan. b. Mengecek retak
tertunda pada penyambungan material bagian yang tebal dalam paksaan
dan berkekuatan tinggi. c. Mengulangi pemeriksaan yang terlupakan
atau terlewat dan yang tidak dapat diterima. d. Memperbaiki
ketidaksesuaian dalam rekaman pemeriksaan. c. Perlauan panas paska
las (PWHT) Memverifikasi bahwa perlakuan panas paksa las dilakukan
sesuai dengan prosedur dan hasilnya dapat diterima. Kendali mutu a.
Bekas penandaan dengan cat harus dihapus dan kotoran yang lain
harus dihapus.Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara 45
Laporan Kerja Praktek
b. Tempelan yang bersifat sementara harus dilas. c. Permukaan
hasil kerja mesin dilindungi dari oksidasi. d. Komponen bagian
dalam harus dilepas, seperti bagain dalam katup, dilepas untuk
mencegah kerusakkan. e. Peralatan ditopang untuk mencegah korosi.
f. Termokopel dipasang dengan benar. g. Termolopel mamantau daerah
suhu yang berbeda dan bagaian yang paling tebal. h. System
pemantauan suhu terkalibrasi. i. Lebar pita pemanasan local
memadai. j. Penyekat terpasang pada komponen jika perlu pemanasan
lokal. k. Suhu dan waktu tunggu sudah benar. l. Laju pemanasan dan
laju pendinginan sudah benar. m. Distorsi dapat diterima setelah
siklus termal diselesaikan n. Kekerasan menunjukkan perlakuan
panasa yang diterima Potensi Tindakan Inspektur a. Mengkalibrasi
peralatan pemantau suhu b. Memperbaiki kekurangan sebelum perlakuan
panas. c. Mengulangi siklus perlakuan panas. d. Uji Tekanan Kendali
Mutu a. Tekanan memenuhi spesifikasi pengujian. b. Durasi uji
sesuai ketentuan c. Suhu logam komponen memenuhi persyaratan
minimum dan maksimum d. Penurunan atau jatuhnya tekanan dapat
diterima sesuai prosedur Potensi Tindakan Inspektur a. Memperbaiki
kekurangan sebelum ataupun selama uji tekanan sesuai dengan keadaan
b. Mengulangi pengujian seperlunyaDepartemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara 46
Laporan Kerja Praktek
c. Menyusun rencana perbaikan jika cacat teridentifikasi. d.
Audit dokumentasi Melakukan audit final ketidak terhadap akuratan
dukumen dan inspeksi untuk
mengidentifikasi informasi. -
ketidak
lengkapan
Tindakan inspektur a. Semua verifikasi dalam rencana mutu
dilaksanakandengan benar b. Laporan inspeksi lengkap, diterima
dan ditanda tangani pihak yang bertanggung jawab c. Laporan
inspeksi, interprestasi dan temuan pemeriksaan NDE akuran. 1.
Ketidaksesuaian dan Cacat Cacat harus dihilangkan sama sekali dan
inspeksi diulang dengan cara yang sama sampai hasil pengelasan
dapat diterima.tindakan perbaikan terhadap ketidaksesuaian
tergantung dari sifat ketidaksesuaian serta dampaknya terhadap
sifat sifat hasil las 2. Sertifikasi Pemeriksa NDE Kode atau
standar yang digunakan adalah ASME bagian V, Pasal 1, jika
ditetapkan oleh kode acuan, mewajibkan personil NDE dikualifikasi
dengan salah satu dari berikut ini : ASNT SNT-TC-IA ANSI/ASNT
CP-189 Acuan acuan ini mengharuskan manajemen menyususn dan
menetapkan praktek atau prosedur tertulis yang menjelaskan
persyaratan manjemen mengenai sertifikasi petugas inspeksi. 3.
Tindakan Dini Untuk Keselamatan Inspektur harus sadar akan bahaya
yang terkait dengan pengelasan dan mengambil langkah langkah yang
tepat untuk mencegah kecekalakaan sewaktu melakukan pekerjaan
inspeksi. Bahaya yang umum ditemui inspektur dalam kegiatan las
meliputi radiasi busr, pencemaran diudara, kotoran di udara, dan
panas.Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara 47
Laporan Kerja Praktek
BAB III PROSES PENGOLAHAN PADA KILANG PT. PERTAMINA RU II
3.1 Pengolahan Minyak pada PT. PERTAMINA RU II Bahan baku ( feed
stock ) yang diolah oleh kilang P.T PERTAMINA RU II Dumai ( Persero
) adalah minyak mentah produksi P.T CHEVRON PASIFIC INDONESIA yang
dihasilkan oleh ladang minyak daerah Duri ( Duri Crude ) dan Minas
( Minas Crude ),dengan perbandingan campuran untuk sekarang ini
adalah 85 % volume Minas Crude dan 15 % volume Duri Crude. Pada
awalnya kapasitas desain Kilang Dumai adalah sebesar 100.000 barrel
minyak mentah / hari.Dengan adanya modifikasi sejumlah
peralatan,maka kapasitas desain bertambah menjadi 130.000 135.000
barrel / hari atau sekitar 130 % kapasitas design. Minas Crude
adalah jenis minyak mentah dengan berat jenis ringsn menurut
standar API Gravity,yaitu kurang lebih 34,10.Sedangkan Duri Crude
dengan berat jenis yang sedikit lebih berat,yaitu kurang lebih
19,80 yang banyak mengandung garam-garam ikutan yang dapat
menyebabkan problem korosi terhadap peralatan-peralatan prose
pengilangan,sehingga diharapkan angka perbandingan campuran
tersebut adalah ideal dengan nilai ekonomis tinggi resiko kerusakan
peralatan proses yang masih terkendali. Sedangkan Kilang PT.
PERTAMINA RU II Sei. Pakning ( persero ) yang menjadi satu system
integrasi dengan kilang yang ada di Dumai,pengolah minyak mentah
jenis Handil dan Lirik Crude yang merupakan produksi dari P.T
PERTAMINA ( persero ) unit eksplorasi produksi ( UEP ) II Lirik
Riau dengan kapasitas design 35.000 barrel / hari,namun
dioperasikan sampai 45.000 50.000 barrel / hari. Produk produk
Kilang P.T PERTAMINA RU II Dumai ( Persero ) dan Sei.Pakning adalah
berupa bahan baker minyak ( BBM ) seperti
bensin,kerosene,solar,minyak pesawat terbang ( Avtur & JP 5 )
dan produk non bahan bakar minayak ( BBM ) seperti LPG,dan Green
coke.Dimana semua jenisjenis produk Kilang Putri Tujuh Dumai ini
didistribusikan untuk memenuhiDepartemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara 48
Laporan Kerja Praktek
konsumsi dalam negeri khususnya daerah operasi UPDN I (
Aceh,Sumut,Subar dan Riau ) sedangkan Avtur khususnya disalurkan ke
Jakarta dengan menggunakan kapal tanker. Jenis produksi Kilang PT.
PERTAMINA UP II Dumai ( persero ) adalah : A. Produk BBM No 1 2 3 4
5 Jenis Produk Aviation Turbine ( Avtur ) Mogas 88 Kerosene
Automotive Diesel Oil ( ADO ) Refinery Fuel Juta BBL/thn 3,10 9,60
14,77 25,29 5,10 Volume (%) 4,75 14,70 22,62 38,73 7,81
B. Produk Non BBM No 1 2 3 Jenis produk Liquid Petroleum Gas (
LPG ) Green Coke Low Sulphur Wax Residu Total Juta BBL/thn 1,04
1,31 6,07 66,28 volume(%) 1,60 1,97 9,30 101,51
Selain jenis produk tersebut di atas juga diproduksi Jet
Petroleum Grade 5 ( JP 5 ) yang merupakan bahan baker pesawat
tempur F 16.Produksi jenis JP _ 5 tergantung permintaan dalam
negeri dan eksport. Persentase dan jenis produk yang dihasilkan
Kilang P.T PERTAMINA RU II Dumai ( Persero ) dan Sei.Pakning
tersebut bukan merupakan harga yang tetap,karena pola pengoperasian
Kilang pada unit-unit proses untuk mendaptkan jenis dan jumlah
produk tertentu masih dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
tergantung dari jenis bahan baker yang diperlukan dipasaran.
Pengolahan minyak mentah di Pertamina UP II Dumai dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kompleks, yaitu Hydro Skimming Complex
(HSC), Hydro Cracking Complex (HCC), dan Heavy Oil Complex
(HOC).
Pengelompokan tersebut didasarkan atas bahan baku serta proses
yang terjadi di
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
49
Laporan Kerja Praktek
dalamnya. Ketiga kompleks tersebut masih terbagi lagi menjadi
beberapa unit-unit pengolahan. Diagram alir sederhana dari proses
pengolahan kilang minyak PT. Pertamina RU II Dumai dapat dilihat
pada gambar.
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
50
Laporan Kerja Praktek
g
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara
51
Gambar 3.1 Diagram alir sedehana proses pengolahan PT.Pertamina
RU II
Laporan Kerja Praktek
3.2 Deskripsi Proses Pengolahan 3.2.1 Hydro Skimming Complex
(HSC) HSC mengolah minyak mentah menjadi beberapa produk terutama
gasoline dengan angka oktan tinggi. Terdapat dua proses yang
terjadi di HSC yaitu primary proces yang bertujuan untuk memisahkan
fraksi-fraksi minyak mentah berdasarkan trayek titik didihnya, dan
secondary proces yang bertujuan untuk memisahkan produk hasil
primary process dengan berbagai reaksi kimia berkatalis untuk
memperbaiki kualitas produk tersebut. Terdapat enam unit yang ada
di kompleks HSC yaitu : 1. Crude Distillation Unit (CDU) unit 100
2. Naphtha Rerun Unit (NRU) unit 102 3. Hydrobon Platforming Unit
(PL-I) unit 301 4. Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) unit 200 5.
Platforming II Unit (PL-II) unit 300 6. Continuous Catalyst
Regeneration Unit (CCR) unit 310 1. Crude Distillation Unit (CDU)
100 CDU berfungsi untuk memisahkan minyak mentah menjadi
fraksifraksinya berdasarkan trayek titik didih masing-masing
fraksi. Unit ini disebut juga dengan topping unit dan bekerja
berdasarkan prinsip distilasi atmosferik. Temperatur operasinya
kurang lebih C.
Kapasitas minyak mentah yang dapat diolah yaitu 127 MBSD
(kapasitas operasi), sedangkan kapasitas desainnya adalah 130 MBSD.
Kapasitas tersebut belum termasuk kapasitas CDU di kilang Sei
Pakning yang berjumlah 47 MBSD (kapasitas operasi) dengan kapasitas
desain 50 MBSD. Jenis umpannya adalah Sumatera Light Crude (SLC)
sebanyak 85% volum dan Duri Crude sebanyak 15% volum. Produk yang
dihasilkan unit ini adalah offgas yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar kilang atau dibuang ke flare, straight run naphtha yang
sebagian diambil sebagai produk dan sebagian lagi diumpankan ke
NRU, kerosin yang diambil sebagai komponen blending kerosin, light
gas oil dan heavy gas oilDepartemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara 52
Laporan Kerja Praktek
yang digunakan sebagai komponen blending Automotive Diesel Oil,
dan long residue yang sebagian besar (56%) digunakan sebagai umpan
High Heavy Vacuum Distillation Unit dan sebagian lagi digunakan
sebagai komponen blending low sulphur waxy residue (LSWR) sebagai
bahan bakar atau diekspor. Minyak mentah dari tangki TK-101 hingga
TK-106 dipompakan dengan pompa P-1ABC dan P-10AB menuju serangkaian
heat exchanger (E-1A hingga E-7F) sehingga mengalami pemanasan
hingga temperaturnya mencapai lalu dialirkan ke heater H-1. Sebelum
dimasukkan ke H-1, aliran minyak dibagi menjadi delapan aliran
untuk mengefektifkan perpindahan panas di heater. Bahan bakar H-1
adalah fuel gas, fuel oil, dan steam dimana proporsi terbesarnya
adalah fuel gas. Keluaran H-1 yang memiliki temperatur dalam T-1.
Di dalam kolom yang bertekanan 1.15 kg/ lalu diumpankan ke ini,
minyak mentah
dipisahkan menurut fraksi-fraksinya dengan rentang titik didih
tertentu dengan bantuan panas dari steam. Steam dimasukkan di
bagian samping kolom dekat dengan bottom, di tengah kolom (disebut
juga dengan middle pump around MPA) dengan bantuan E-3AB, dan di
atas kolom (disebut juga dengan top pump around - TPA) dengan
bantuan E-1AB. MPA keluar kolom dengan temperatur dan masuk kembali
dengan temperatur kolom dengan temperature . Produk atas yang
bertemperatur didinginkan oleh E-8ABCD dan untuk memisahkan fraksi
sedangkan TPA keluar
dan masuk ke dalam kolom dengan temperatur
dimasukkan ke D-1 yang memiliki tekanan 1.3 kg/
distilat, gas, dari air. Air dialirkan ke unit SWS. Distilat
berupa nafta yang bertemperatur dipompakan oleh P-2AB lalu
dipisahkan menjadi nafta yang
direfluks dan nafta yang akan dialirkan ke proses selanjutnya.
Nafta yang dialirkan ke proses selanjutnya didinginkan dengan E-9
menjadi dan dipisah
lagi menjadi nafta yang diumpankan ke NRU dan nafta yang
disimpan di tangki. Nafta yang dihasilkan disebut juga dengan
straight run naphtha (SRN). Gas dari D-1 dimasukkan ke D-2 untuk
dipisahkan gas dan nafta. Nafta dialirkan kembali ke D-1 sedangkan
gas dipisahkan terlebih dahulu. Sebagian gas dialirkan ke flare dan
sebagian lagi dialirkan ke D-5 setelah sebelumnya dimasukkan gas
dari rerun accumulator unit NRU. Setelah diisap dengan C-1ABC, gas
dimasukkan ke D-3Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara 53
Laporan Kerja Praktek
yang bertekanan 1.25 kg/
untuk memisahkan gas dan nafta. Nafta
dikembalikan ke D-1, sebagian gas juga dialirkan ke D-1 namun
sebagian besar dialirkan ke H-1 sebagai bahan bakar dan sebagian
dibuang ke flare. Laju alir gas yang dialirkan ke flare adalah 0.74
ton/jam. Produk samping yang pertama diambil dari tray nomor 24
dari bawah dengan temperature C. Produk ini kemudian dialirkan ke
T-2A. Setelah
mengalami pelucutan, produk kerosin dipompa dengan P-3,
sedangkan sebagian lagi dimasukkan ke T-1. Temperatur kerosin yang
keluar adalah setelah didinginkan dengan E-2AB dan E-11AB
temperaturnya menjadi lalu .