LAPORAN INDIVIDU KULIAH KERJA NYATA (KKN) UNIVERSITAS BENGKULU
PERIODE 63 TANGGAL 1 Maret 2011 sampai dengan 30 April 2011
KELURAHAN KECAMATAN KOTA : KANDANG MAS : KAMPUNG MELAYU :
BENGKULU
OLEH: NAMA NPM FAKULTAS JURUSAN : GUNTUR PARMONANGAN P :
E1C007010 : PERTANIAN : PETERNAKAN
LEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS BENGKULU 2011
DAFTAR ISI HALAMAN
PENGESAHAN...............................................................................
KATA
PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR
ISI.........................................................................................................
DAFTAR
TABEL.................................................................................................
DAFTAR
LAMPIRAN.........................................................................................
DAFTAR
GAMBAR.............................................................................................
PERTEMUAN. I A. Topik diskusi PERKENALAN JENIS BIBIT
UNGGUL............................... B. Justifikasi
kegiatan............................................................................................
C.
Pembahasan......................................................................................................
D. Kesimpulan dan
saran.......................................................................................
E.
Lampiran...........................................................................................................
PERTEMUAN. II A. Topik diskusi PERKENALAN PAKAN HIJAUAN BERKUALITAS
TINGGI 7 B. Justifikasi
kegiatan............................................................................................
C.
Pembahasan......................................................................................................
D. Kesimpulan dan
saran.......................................................................................
E.
Lampiran...........................................................................................................
PERTEMUAN. III A. Topik diskusiPEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI
SUBTITUSI
.................................................................................................
10 B. Justifikasi
kegiatan............................................................................................
C.
Pembahasan......................................................................................................
D. Kesimpulan dan
saran.......................................................................................
E.
Lampiran...........................................................................................................
PERTEMUAN. IV A. Topik diskusi SISTEM PERKANDANGAN
.................................................. B. Justifikasi
kegiatan............................................................................................
C.
Pembahasa..............................................................................................
17 19 D. Kesimpulan dan
saran.......................................................................................
14 16 10 11 12 13 PAKAN 7 7 8 8 1 1 1 4 4 i ii iii iv v vi
E.
Lampiran...........................................................................................................
PERTEMUAN. V A. Topik diskusi SISTEM REPRODUKSI
....................................................... B.
Justifikasi
kegiatan............................................................................................
C.
Pembahasan......................................................................................................
D. Kesimpulan dan
saran.......................................................................................
E.
Lampiran...........................................................................................................
PERTEMUAN. VI A. Topik diskusi PENYAKIT PENYAKIT
SAPI................................................ B. Justifikasi
kegiatan............................................................................................
C.
Pembahasan......................................................................................................
D. Kesimpulan dan
saran.......................................................................................
E.
Lampiran...........................................................................................................
PETA DESA
........................................................................................................
PENETAPAN MASALAH PROGRAM
KERJA................................................. RENCANA
KERJA PERORANGAN DAN KALENDER KERJA .................. RENCANA
KERJA KELOMPOK
.....................................................................
KALENDER KERJA
...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
19 21 21 23 24 25 28 28 30 31 32
RENCANA PROGRAM KERJA PERORANGAN MAHASISWA KKN UNIB PERIODE 61
TAHUN 2010
NAMA NPM DESA KECAMATAN KOTA RENCANA KEGIATAN :
: : : :
GUNTUR PARMONANGAN P E1C007010 KANDANG MAS KAMPUNG MELAYU
BENGKULU
N O 1 2
TOPIK DISKUSI
ALOKASI WAKTU KEGIATAN MARET(Minggu) APRIL (Minggu) I II III IV
I II III IV
Pengenalan jenis bibit unggul dan Kriteria penilaian ternak
Perkenalan hijauan Berkualitas Tinggi
3
Pemanfaatan
limbah
pertanian
sebagai pakan subtitusi 4 5 6 Sistem Perkandangan Sapi Potong
Sistem Reproduksi Dan Inseminasi Buatan Penyakit-Penyakit Sapi
PERTEMUAN I
PENGENALAN JENIS BIBIT UNGGUL DAN KRITERIA PENILAIAN TERNAK
A. B.
TOPIK DISKUSI JUSTIFIKASI KEGIATAN Latar Belakang Setelah
melakukan survey di lokasi peternakan Kelurahan Kandang Mas yang
cukup
Pengenalan Jenis Bibit Unggul Dan Kriteria Penilaian Ternak
memprihatinkan. Pemahaman masyarakat masih kurang dalam
memanajemen usaha peternakannya terlebih dalam cara pemeliharaan
sesuai dengan jenis ternak sapi itu sendiri. Sapi potong adalah
jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena
karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas
daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi
bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga
diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk dipotong (Abidin,
2006). Setiap jenis sapi mempunyai kelebihan dan kelemahan berbeda.
Hal ini tergantung pada kemampuan adaptasi ternak terhadap
lingkungannya dan juga kemampuan pencernaan ternak terhadap jenis
pakan yang diberikan. Masalah 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang kelemahan dan keunggulan setiap jenis sapi potong
(pedaging) 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kriteria
penilaian ternak yang bagus untuk dijadikan pedet atau indukan.
Tujuan 1. Masyarakat peternak mengenal dan memahami jenis ternak
sapi potong, terkhusus sapi yang sedang mereka pelihara. 2.
Masyarakat paham dalam pemilihan pedet untuk digemukkan dan juga
indukan untuk mendapatkan bibit unggu C. PEMBAHASAN
Adapun beberapa jenis jenis sapi yakni antara lain : a. Sapi
Limousin
Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal
dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai
volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah
konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan
metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana
pemeliharaan lebih teratur. b. Sapi PO (singkatan dari Peranakan
Ongole), Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai
220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg. Sapi PO terkenal sebagai
sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang
tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang
kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah
beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. c. Sapi Bali
Sapi Bali jantan bertanduk dan berbulu warna hitam kecuali kaki dan
pantat. Berat sapi Bali dewasa berkisar 350 hingga 450 kg, dan
tinggi badannya 130 sampai 140 cm. Keunggulan sapi Bali ini antara
lain : Daya tahan terhadap panas tinggi; Pertumbuhan tetap baik
walau pun dengan pakan yang jelek; Prosentase karkas tinggi dan
kualitas daging baik; Reproduksi dapat beranak setiap tahun. d.
Sapi Brahman Sapi Brahman relatif tahan terhadap penyakit dan
mempunyai variasi wana kulit yang beragam dari yang berwarna putih,
coklat sampai yang kehitaman, Brahman memiliki kualitas karkas yang
bagus. Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk dikembangkan.
Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang
diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan
dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini
juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan
panas. e. Sapi Simmental Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan
pedaging. Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg
sedang betina dewasanya 800 kg. Secara genetik, sapi Simmental
adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin,
merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar,
voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang
sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga
menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. f. Sapi BX
(Brahman Cross),
Sapi BX adalah ternak sapi hasil domestikasi/penjinakan Sapi
Brahman disilangkan dengan berbagai jenis sapi lainnya, seperti
sapi Shorthorn, sapi Santa Gertrudis, Droughmaster, Hereford,
Simmental, dan sapi Limousin. Hasil silangan ini kemudian
disilangkan lagi dengan sapi Brahman sehingga campuran darah dalam
setiap keturunan sangat bervariasi. Model yang diterapkan dalam
pelaksanaan pengembangan sapi Brahman Cross adalah menghasilkan
ternak sapi yang memiliki pertumbuhan baik dan tahan terhadap iklim
tropis serta tahan terhadap penyakit/hama penyebab penyakit, kutu
dan tunggau. Dengan pemeliharaan secara intensif yaitu dengan
kandang yang sesuai dan pakan yang berkualitas serta iklim yang
menunjang, sapi ini sangat bagus pertumbuhannya yakni berkisar
antara 1,0 - 1,8 kg/hari. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa
mencapai 2 kg/hari. Dibandingkan dengan sapi lokal seperti sapi
Bali dan PO (Peranakan Ongole) yang pertambahan bobot badannya
(PBB) hanya berkisar 0,4 - 0,8 kg/hari tentunya sapi ini lebih
menguntungkan untuk fattening (penggemukan). Pemeliharaan ideal
untuk fattening adalah selama 60-70 hari untuk sapi betina,
sedangkan untuk jantannya antara 80-90 hari, karena apabila
digemukkan terlalu lama maka perkembangannya akan semakin lambat
dan akan terjadi perlemakan dalam daging. Jenis sapi diatas
merupakan jenis sapi yang umum kita jumpai di Indonesia khususnya
daerah Bengkulu. Jenis sapi Bali dan juga sapi PO adalah jenis sapi
populasi terbanyak yang saya jumpai di daerah Kelurahan Kandang Mas
Kecamatan Kampung Melayu yang sekaligus peternaknya menjadi anggota
kelompok binaan saya. Selain itu juga ada sebagian dari kelompok
peternak yang sudah ada sebelumnya yakni Kelompok Tani Ternak
Tunggal Ika di kelurahan itu juga menjadi anggota binaan. Sapi
Brahman Cross persilangan Brahman dengan Simental milik Kelompok
Tani Ternak Tunggal Ika cukup memprihatinkan. Pemberian pakan
dengan mengandalkan hijauan Rumput Gajah tidaklah sesuai dengan
jenis sapi potong ini. Disamping nutrisi untuk kebutuhan ternaknya
sangat kurang, pencernaan sapi brahman cross kurang toleran dengan
terhadap Rumput Gajah karena sifat fisik rumput yang terlalu keras
sehingga daya cernanya tidak maksimal. Kondisi makanan yang jelek
akan mengakibatkan stres pada ternak khususnya jenis ternak sapi
Brahmah cross yang mana seharusnya diperlakukan lebih baik
dibandingkan sapi Bali dan juga sapi PO. Sapi Brahman cross
sebaiknya diberikan pakan dengan tekstur yang
lebih halus seperti hijauan Setaria, tanaman Leguminosa dan juga
ditambahkan konsentrat untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya.
Peternakan sapi bali dan sapi PO juga masih kurang baik karena
pemberian pakannya yang hanya mengandalkan Rumput Gajah saja.
Pemberian satu jenis pakan secara terus mengakibatkan tingkat
palabilitas ternak sapi menurun dan hal ini juga bisa mengakibatkan
stres pada sapi sekalipun jenis rumput ini mampu dicerna secara
maksimal akan tetapi pengaruh stres mengakibatkan terhambatnya
pertambahan bobot badan ternak. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Dalam penilaian sapi yang unggul yakni tergantung jenis sapi dan
juga kemampuan adaptasi sapi itu sendiri 2. Sapi memerlukan makanan
yang lebih bervariasi dan juga tambahan makanan berupa konsentrat
untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dan mengindari stres. 3. Sapi
Saran Sebaiknya pemilihan sapi disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan juga kondisi perekonomian peternak. LAMPIRAN Gambar
1.1. Sapi PO (Peranakan Ongole) Brahman cross mempunyai kemampuan
adaptasi yang lebih rendah dibandingakan sapi lokal (sapi Bali dan
PO ).
Gambar 1.2. Sapi Brahman cross
Gambar 1.3. Sapi Brahman
Gambar 1.4 Sapi Bali
Gambar 1.5 Penyuluh sedang menjinakkan Sapi Brahman cross
1. Notulensi Pertanyaan Sapi potong yang bagus untuk digemukkan
itu kayak gimana ya? Jawab: Kriteria pemilihan sapi potong yang
baik adalah : sapi dengan jenis kelamin jantan atau jantan
kastrasi, umur sebaiknya 1,5-2,5 tahun, mata bersinar, kulit
lentur,sehat, nafsu makan baik, bentuk badan persegi panjang, dada
lebar dan dalam,temperamen tenang, dari bangsa yang mudah
beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik yang baik(Ngadiyono,
2007) Kenapa sapi Brahman persilangan saya pertumbuhannya lambat
sementara saya kasih terus Rumput Gajah banyak. Katanya pertumbuhan
sapi Brahman lebih cepat dari pada sapi Bali ? Jawab : Memang benar
pertumbuhan sapi brahman persilangan lebih cepat daripada sapi
Bali, tapi untuk jenis sapi brahman cocoknya diberikan hijauan yang
lebih halus contohnya rumput setaria dan juga tanaman legum seperti
daun indigo,dan lamtoro. Sapi brahman tidak mampu maksimal mencerna
rumput yang teksturnya lebih kasar karena pencernaannya lebih
lemah dibandingkan sapi bali dan PO,dan kalau ingin
pertumbuhannya lebih cepat lagi sebaiknya ditambahkan konsentrat.
PERTEMUAN II PERKENALAN PAKAN HIJAUAN BERKUALITAS TINGGI A. TOPIK
DISKUSI Perkenalan Pakan Hijauan Berkualitas Tinggi B. JUSTIFIKASI
KEGIATAN
B.1 Latar Belakang Sudah menjadi budaya masyarakat Peternak
Kelurahan Kandang Mas mengandalkan rumput liar sebagai sumber bahan
makanan ternak, sekalipun sebgaian peternak sudah mulai
membudidayakan rumput jenis Rumput Gajah sebagai andalan untuk
makanan ternaknya. Melihat kondisi kelurahan yang masih banyak
lahan tidur milik peternak itu sendiri menjadi alasan bagi saya
untuk mengajak masyarakat peternak untuk membudayakan pembudidayaan
hijauan berkualitas tinggi sebagai sumber bahan pakan ternak. B.2
Masalah 1. Budaya masyarakat yang mengandalkan rumput liar sebagai
sumber bahan pakan ternak. 2. Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang hijauan berkualitas tinggi. 1. Memperkenalkan hijauan pakan
berkualitas tinggi. 2. Mengajak masyarakat untuk bisa memanfaatkan
lahan tidur mereka. C. PEMBAHASAN B.3 Tujuan
Hijauan pakan ternak yang ditanam sebanyak tiga jenis, rumput
setaria ,rumput gajah dan juga tanaman legum seperti indigofera.
Rumput gajah yang ditanam merupakan hijauan berkualitas tinggi yang
diperoleh dari kebun masyarakat peternak yang sudah
membudidayakannya sebelumnya. Sedangkan untuk jenis rumput setarian
dan juga tanaman legum indigofera saya bawakan dari CZAL (Comersial
zone Animal Laboratory ) Universitas Bengkulu. Sebelum pelaksanaan
penanaman rumput dimulai, terlebih dahulu peternak mendapatkan
penjelasan teknis tentang budidaya rumput dari saya sendiri sebagai
penyuluh.
Kegiatan penanaman rumput tersebut sangat direspon positif oleh
masyarakat peternak. Menurut Bapak Dahlan Ketua RW 04 Kelurahan
Kandang Mas, penanaman hijauan pakan sangat penting D. KESIMPULAN
DAN SARAN 1. Budidaya hijauan pakan sangat penting dilakukan bagi
setiap rumah tangga peternak untuk mendukung ketahanan pakan dalam
pengembangan usaha sapi potong. 2. Rumput Gajah,Setaria dan
Indigofera adalah hijauan yang sangat cocok untuk dibudidayakan
karena selain kualitasnya tinggi, hijauan ini juga mudah untuk
ditanam. D.2. Saran Sebaiknya disini harus ada yang membimbing dan
memberikan informasi sehingga mereka dapat mengolah potensi lahan
yang ada.
D.1. Kesimpulan
Lampiran Gambar 2.1. Rumput gajah di panen untuk dijadikan
bibit
Gambar 2.2. Batang Rumput Gajah ditanam
Rumput Gajah pada umur 45 hari
Induk indigofera Notulensi Pertanyaan Apakah Setaria dan
Indigofera ini disukai oleh ternak sapi? Jawaban: setaria
indigofera pada dasarnya sangat disukai oleh sapi akan tetapi
kemungkinan pada pemberian pertama sapi akan mengkonsumsi hijauan
ini dalam jumlah sedikit karena butuh penyesuaian karena
kebiasaannya dengan jenis rumput yang biasa diberikan.Biasanya masa
penyesuaiannya paling lama 3 hari.
PERTEMUAN III PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN
SUBTITUSI A. TOPIK DISKUSI PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI
PAKAN SUBTITUSI B.JUSTIFIKASI KEGIATAN B.1. Latar Belakang Limbah
pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan
ternak ruminansia. Limbah yang memiliki nilai nutrisi relatif
tinggi digunakan sebagai pakan sumber energi atau protein,
sedangkan limbah pertanian yang memiliki nilai nutrisi relatif
rendah digolongkan sebagai pakan sumber serat. Beberapa kendala
dalam memanfaatkan bahan pakan lokal diantaranya tidak adanya
jaminan keseragaman mutu dan kontinuitas produksi. Disamping itu
jumlah produksi bahan pakan lokal pada umumnya berskala kecil dan
lokasinya terpencar.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan bahan pakan diantaranya, ketersediaan bahan, kadar gizi,
harga, kemungkinan adanya faktor pembatas seperti zat racun atau
anti nutrisi serta perlu tidaknya bahan tersebut diolah sebelum
digunakan sebagai pakan ternak. B. 2 Rumusan Masalah Ketersediaan
pakan yang masih terbatas B. 3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan
yang hendak dicapai adalah : Untuk membukja wawasan masyarakat
peternak akan potensi yang ada di lingkungan sekitar khususnya
limbah pertanian sebagai bahan pakan pelengkap nutrisi pada
ternaknya. Adapun manfaat yang hendak dicapai adalah : Mengatasi
permasalahan keterbatasan pakan ternak serta meminimalisir
kekurangan nutrisi pada ternak .
C. PEMBAHASAN Perlu dipahami bersama bahwa tidak ada strategi
dankomposisi pakan terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem
usaha peternakan sapi potong yang tersebar di berbagai lokasi
usaha. Yang terhebat adalah strategi untuk mengungkap dan mengolah
bahan pakan potensial setempat menjadi produk ekonomis yang aman,
sehat, utuh, halal dan berkualitas. Pakan utama ternak ruminansia
adalah hijauan yaitu sekitar 60-70%; namun demikian karena
ketersediaan pakan hijauan sangat terbatas maka pengembangan
peternakan dapat diintegrasikan dengan usaha pertanian sebagai
strategi dalam penyediaan pakan ternak melalui optimalisasi
pemanfaatan limbah pertanian. Hijauan identik dengan sumber serat.
Warna tidak selalu hijau, tidak selalu berbentuk rumput yang sudah
umum dikenal (rumput gajah, rumput lapangan, dll.); namun dapat
berupa jerami kering (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai,
dll.), daundaunan (nangka, pisang, kelapa sawit, dll), limbah
industri (bagase tebu, kulit kacang, tumpi jagung, kulit kopi,
dll). Pakan yang baik adalah murah, mudah didapat, tidak beracun,
disukai ternak, mudah diberikan dan tidak berdampak negatif
terhadap produksi dan kesehatan ternak serta lingkungan. D.
KESIMPULAN DAN SARAN D.1 Kesimpulan Pemanfaatan limbah pertanian
sebagai pengganti pakan ternak merupakan salah satu cara mengatasi
krisis pakan ternak . D.2 Saran Pertanyaan : Apa ternaknya gak mati
kalau diberikan jerami kering Jawab : Tidak, karena pada dasarnya
ternak mengharapkan serat dari hijauan tersebut, mungkin hanya
terkendala dalam penelanan makanan sehingga ternak butuh minum yang
lebih banyak dari biasanya. Perlunya penyuluhan tentang teknologi
pakan. 1. Notulensi
Lampiran
JERAMI PADI KERING
PERTEMUAN IV SISTEM PERKANDANGAN A. TOPIK : SISTEM PERKANDANGAN
B. JUSTIFIKASI KEGIATAN B.1. Latar belakang Pekarangan merupakan
sebidang tanah yang luasnya tidak terlalu besar yang ada disekitar
rumah dan mempunyai fungsi jasmani dan rohani. Fungsi rohani dari
pekarngan yaitu adanya perefleksian diri setelah lelahnya melakukan
aktifitas kerja sehari-hari, yang ditunjukkan dalam penataan
pekarangan yang teratur dan rapi, sehingga dapat menimbulkan
keasrian dan ketenangan. Sedangkan pekarangan memiliki fungsi
jasmani yaitu pekarangan dapat memberikan nilai ekonomi bagi
pemilliknya serta dapat memenuhi kebutuhan hidup seharihari,
seperti penanaman sayur-sayuran, bunga, dan tanaman obat.
Pemanfaatan lahan pekarangan dapat digunakan untuk penanaman
tanaman obat keluarga yang akan dapat mengurangi biaya yang
digunakan oleh masyarakat untuk berobat, dan dapat juga dijadikan
sebagai saranan peningkatan pendapatan masyarakat disamping
pendapatan utama dari produksi pertanian yang dikelola oleh
masyarakat tersebut. Pada umunya setiap rumah memiliki pekarangan
dengan luas yang berbeda-beda. B.2. Masalah Dalam hal ini penulis
mencoba merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya
kesadaran dalam membuat tanaman obat-obatan keluarga (TOGA)
dipekarangan rumah. 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat desa dalam
mengetahui jenis-jenis tanaman apa saja ynag merupakan tanaman obat
keluarga (TOGA). B.3. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan jenis
TOGA yaitu : 1. Melestarikqan sumber daya alam yang ada sehingga
dapat digunakan sebagai sumber obat-obatan tradisional. 2.
Pelestarian palsma nutfa untuk keragaman hayati. 3. Memberikan
contoh bagi masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan dimana
kita membuat pekarangan menjadi lebih bermanfaat yaitu dengan
menanaminya dengan tanaman yang bermanfaat.
C. PEMBAHASAN Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah
daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi
mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus
dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan
pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah atau ladang. Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda
atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada
kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris
atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda
penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan
atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut
biasanya dibuat jalur untuk jalan. Pembuatan kandang untuk tujuan
penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas
ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus
lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi
yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih
guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari
tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi.
Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang
hangat.Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai
harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti
creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat
untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m,
sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak
sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari
tanah. Temperatur di sekitar kandang 2540 derajat C (rata-rata 33
derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan
pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab.
Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok
yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
1) Konstruksi dan letak kandang Konstruksi kandang sapi seperti
rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua
sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada
tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar
kandang.Maksudnya adalah agar air
yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai
kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu
gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi
tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi
udara didalamnya lancar. Termasuk bersih. Air dalam rangkaian minum
diberikan penyediaan secara ad pakan sapi adalah artinya air minum
tersedia yang dan libitum, harus
tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari
rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari
harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi
dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang. 2)
Ukuran Kandang Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan
lebih dulu jumlah sapiyang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk
seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor
sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi
cukup 1,5x1 m. 3) Perlengkapan Kandang Termasuk dalam perlengkapan
kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di
luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak
lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/
tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen
berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan
lantai. Dengan demikian kotoran dan urine tidak tercampur
didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu,
sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua
peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi
terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk
memandikan sapi. D. Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan Kondisi
perkandangan (konstruksi,letak dan kebersihan ) sangat mempengaruhi
kesehatan ternak sapi. 2. Saran Perlu dilakukan pelatihan secara
praktek tentang pembuatan kandang oleh tim penyuluh dari Dinas
Peternakan. 2. Notulensi Pertanyaan : Boleh gak atapnya dibuat dari
rumbia ?
Jawab : boleh , justru dari rumbia lebih baik dari pada atap
seng, karena seng menyerap panas matahari pada saat terik sehingga
kemungkinan suhu kandang naik. Hal ini mengakibatkan terjadinya
stress panas pada sapi, sedangkan rumbia tidak menyerap panas
sehingga suasananya tetap teduh sekalipun terkena terik matahari.
LAMPIRAN Gambar 3.1 Kandang dalam keadaan terbuka agar sirkulasi
udara lancar untuk menghindari stress panas
Gambar 3.2 . Atap kandang berbentuk kuncup
PERTEMUAN V SISTEM REPRODUKSI A. TOPIK KEGIATAN B. JUSTIFIKASI
KEGIATAN B.1. 1. Latar Belakang Keberhasilan reproduksi akan sangat
mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun kondisi sapi
potong diusaha peternakan rakyat, hingga saat ini sering dijumpai
adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya
fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan
jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi
sapi dan asokan penyediaan daging secara nasional. Perlu dicarikan
solusi untuk meningkatkan populasi sapi potong dalam rangka
mendukung kecukupan daging sapi secara nasional tahun 2014.Gangguan
reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya: (1) retensio
sekundinarium (ari-ari tidak keluar), (2)distokia (kesulitan
melahirkan) (3) abortus (keguguran), dan (4) kelahiran
prematur/sebelum waktunya. Gangguan reproduksi tersebut menyebabkan
kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak terhadap
penurunan pendapatan peternak; umumnya disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya : 1). penyakit reproduksi, (2) buruknya sistem
pemeliharaan, (3) tingkat kegagalan kebuntingan dan (4) masih
adanya pengulangan inseminasi, yang kemungkinan salah satu
penyebabnya adalah adanya gangguan reproduksi; Penanganan gangguan
reproduksi ditingkat pelaku usaha peternakan masih kurang, bahkan
beberapa peternak terpaksa menjual sapinya dengan harga yang murah
karena ketidaktahuan cara menangani. Perlu pemasyarakatan teknologi
inovatif untuk penanggulangan gangguan reproduksi sapi potong,
khususnya pada sapi induk usaha perbibitan rakyat dengan harapan
sapi induknya produktif sehingga memacu semangat untuk berusaha.
B.1.2. Masalah
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang penanganan
kendala-kendala reproduksi ternak sapi B.1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan petunjuk teknis ini adalah: 1. memberikan
informasi kepada pelaku usaha peternakan tentang usaha
penanggulangan dan cara menangani gangguan reproduksi pada induk
sapi potong secara mandiri dengan peralatan yang sederhana. 2.
Diketahuinya cara mengatasi gangguan reproduksi pada sapi potong
diharapkan pelaku usaha peternakan dapat melaksanakan dengan mudah
sehingga mengurangi tingkat kemajiran dan memperlancar proses
beranak serta dapat meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan jumlah
induk berkualitas yang akhirnya dapat meningkatkan nilai tambah
petani dari usaha sapi potong. C. PEMBAHASAN C.1. Penyebab Gangguan
Reproduksi Gangguan reproduksi pada sapi potong disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: a. Cacat anatomi saluran reproduksi
(defek kongenital). b. Gangguan fungsional. c. Kesalahaan
manajemen. d. Infeksi organ reproduksi. C.2. Macam Gangguan
Reproduksi dan Penanggulangannya 1. Cacat anatomi saluran
reproduksi Abnormalitas yang berupa cacat anatomi saluran
reproduksi ini dibedakan menjadi dua yaitu cacat kongenital
(bawaan) dan cacat perolehan.a. Cacat Kongenital
Gangguan karena cacat kongenital atau bawaan lahir dapat terjadi
pada ovarium (indung telur) dan pada saluran reproduksinya.
Gangguan pada ovarium meliputi: Hipoplasiaovaria (indung telur
mengecil) dan Agenesis ovaria (indung telur tidak terbentuk).
Hipoplasia ovaria merupakan suatu keadaan indung telur tidak
berkembang karena keturunan. Sapi betina nampak kejantanan seperti
tumbuh rambut kasar di sekitar vulva, pinggul ramping dengan hymen
persisten. Sedangkan Atresia Vulva merupakan suatu kondisi pada
sapi induk
dengan vulva kecil dan ini membawa resiko padakelahiran sehingga
sangat memungkinkan terjadi distokia (kesulitan melahirkan).
Penanganannya dengan pemilihan sapi induk dengan skor kondisi tubuh
(SKT) yang baik (tidak terlalu kurus atau gemuk serta manajemen
pakan yang baik
Gambar 1. Induk sapi dengan SKT yang baikb. Cacat perolehan
Cacat perolehan dapat terjadi pada indung telur maupun pada alat
reprodukinya. Cacat perolehan yang terjadi pada indung telur,
diantaranya: Ovarian Hemorrhagie (perdarahan pada indung telur) dan
Oophoritis (radang pada indung telur).Perdarahan indung telur
biasanya terjadi karena Sedangkan Oophoritis merupakan keradangan
pada indung telur yang disebabkan oleh manipulasi yang traumatik/
pengaruh infeksi dari tempat yang lain misalnya infeksi pada oviduk
(saluran telur) atau infeksi uterus (rahim). Gejala yang terjadi
adalah sapi anestrus. Cacat perolehan pada saluran reproduksi,
diantaranya: Salphingitis, trauma akibat kelahiran dan tumor.
Salphingitis merupakan radang pada oviduk. Peradangan ini
biasanyamerupakan proses ikutan dari peradangan pada uterus dan
indung telur. Cacat perolehan ini dapat terjadi secara unilateral
maupun bilateral. Sedangkan trauma akibat kelahiran dapat terjadi
pada kejadian distokia dengan penanganan yang tidak benar (ditarik
paksa), menimbulkan trauma/ kerusakan pada saluran kelahiran dan
dapat berakibat sapi menjadi steril/ majir. Tumor ovarium yang umum
terjadi adalah tumor sel granulosa. Pada tahap awal sel- sel tumor
mensekresikan estrogen sehingga timbul birahi terus menerus
(nympomania) namun akhirnya menjadi anestrus. Penanganan cacat
perolehan disesuaikan dengan penyebab primernya. Jika penyebab
primernya adalah infeksi maka ditangani dengan pemberian
antibiotika. Perlu hindari trauma fisik penanganan reproduksi yang
tidak tepat.
c. Gangguan fungsional
Salah satu penyebab gangguan reproduksi adalah adanya gangguan
fungsional (organ reproduksi tidak berfungsi dengan baik).
Infertilitas bentuk fungsional ini disebabkan oleh adanya
abnormalitas hormonal. Berikut adalah contoh kasus gangguan
fungsional, diantaranya : Sista ovarium Subestrus dan birahi tenang
Anestrus Ovulasi tertunda
KESIMPULAN Gangguan reproduksi dapat diantisipasi dengan
memperhatikan beberapa faktor diantaranya : Seleksi genetik.
Manajemen pakan yang baik sehingga mendukung kesuburan saluran
reproduksi. Manajemen kesehatan yang baik meliputi kesehatan sapi
(program pengobatan dan vaksinasi) , kebersihan kandang dan
lingkungan (sanitasi dan desinfeksi) sehingga dapat meminimalisasi
agen patogen (bakteri, virus, jamur, protozoa) yang dapat
mengganggu kesehatan sapi. Pertanyaan Bagaimana cara menangani
kelahiran sungsang? Jawab : Merupakan suatu kondisi stadium pertama
kelahiran (dilatasi cervik) dan kedua (pengeluaran fetus) lebih
lama dan menjadi sulit dan tidak mungkin lagi bagi induk untuk
mengeluarkan fetus. Sebab sebab distokia diantaranya herediter,
gizi, tatalaksana, infeksi, traumatik dan berbagai sebab lain.
Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya: Mutasi, mengembalikan
presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara di
dorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi).
Penarikan paksa, apabila uterus lemah dan janin tidak ikut
menstimulir perejanan. Pemotongan janin (Fetotomi), apabila
presentasi, posisi dan postur janin yang abnormal tidak bisa
diatasi dengan mutasi/ penarikan paksa dan keselamatan induk yang
diutamakan.
Operasi Secar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir
apabila semua cara tidak berhasil. Operasi ini dilakukan dengan
pembedahan perut (laparotomy) dengan alat dan kondisi yang
steril.
Penanganan distokia dengan tarik paksa
Penyuluhan sedang berlangsung
Penyuluhan Sedang Berlangsung
PERTEMUAN VI PENYAKIT PENYAKIT SAPI A. TOPIK DISKUSI Penanaman
Tanaman Toga B. JUSTIFIKASI KEGIATAN 1. Latar Belakang Salah satu
kendala dalam usaha pengembangan peternakan Sapi di Indonesia,
adalah penyakit yang disebabkan parasit terutama parasit interna
yaitu helminthiasis (penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing).
Penyakit yang cukup sering menyerang sapi ini umumnya disebabkan
oleh cara pemeliharaan yang kurang diperhatikan sehingga infeksi
yang parah dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi.
Penyakit ini terkadang kurang mendapat perhatian dari peternak
terutama jika penyakit masih berlangsung pada tingkat awal
disebabkan karena waktu serangan penyakit tersebut sulit diketahui
dan gejala klinis yang terjadi masih umum yakni diare, anoreksia
(nafsu makan berkurang), penurunan berat badan, kulit kasar dan
kusam. Pada sapi penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh cacing
klas nematoda (cacing gilig) dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi
yang sangat besar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan meliputi
kerugian penurunan produksi daging baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, terhambatnya pertumbuhan dan produksi serta kematian
ternak. Penyakit cacing yang sering menyerang sapi sebagian besar
disebabkan oleh jenis cacing sebagai berikut: Bunostomum sp,
Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp., Trichuris sp.,
Haemonchus contortus, Taenia sp. Dan masih banyak jenis cacing lain
yang merupakan parasit yang cukup patogenik, luas penyebaran dan
tingkat infeksinya dapat mencapai 80%, sifat cacing pada umumnya
adalah menghisap darah induk semangnya sehingga menimbulkan anemia,
kadang-kadang juga di jumpai kebengkakan pada rahang bawah dan
menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain. Infeksi kronis
dapat berjalan lama karena masih adanya sejumlah cacing dalam tubuh
ternak, jika disertai asupan nutrisi yang jelek maka berakibat
penurunan berat badan dan disertai penurunan protein dalam tubuh.
Untuk itu diperlukan penanganan penyakit yang intensif untuk
memberantas penyakit ini. 2. Masalah.
Kebanyakan ternak menunjukkan performans yang begitu jelek yakni
kurus,warna kulit kusam dan nafsu makan jelek, disamping itu juga
kandang ternaknya kotor sehingga kemungkinan besar terjadi
akumulasi penyakit. 3. Tujuan Adapun tujuan dari penyuluhan
penyakit ini adalah a. Peternak mampu mengatasi penyakit cacing
pada ternaknya tanpa harus mengeluarkan biaya pengobatan ke dokter
hewan C .PEMBAHASAN Pengendalian infeksi oleh parasit cacing dapat
dilakukan dengan cara mengurangi kontaminasi oleh parasit serta
memberikan pengobatan dengan anthelmentik (obat cacing) yang telah
teruji efikasinya untuk mengeluarkan parasit dari tubuh ternak,
tetapi pada kondisi krisis seperti sekarang ini harga obat cacing
semakin mahal dan mungkin tidak terjangkau oleh peternak di
pedesaan karena biaya penggunaan obat cacaing dapat mencapai 50%
dari seluruh total anggaran biaya pengobatan. Tanaman-tanaman yang
dimaksud antara lain daun/getah pepaya, bawang putih, pinang, kulit
nanas dan mengkudu. Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang
dapat digunakan untuk mengobati infeksi cacing pada kambing,
khususnya cacing klas Nematoda. Beberapa hasil penelitian telah
membuktikan keampuhan nanas sebagai obat cacing (anthelmentik) baik
secara in vitro maupun in vivo. Hasil penelitian telah membuktikan
bahwa perasan buah nanas mempunyai efek terhadap cacing Ascaridia
galli secara in vitro. Selain itu serbuk buah nanas yang dicampur
dengan molasses juga mempunyai fungsi sebagai obat cacing seperti
yang dilaporkan di Filipina, cukup efektif untuk menanggulangi
infeksi cacing pada sapi, kambing maupun domba, sedangkan dalam
bentuk bolus dengan dosis 200 mg/kg berat badan berhasil menurunkan
jumlah telur cacing dalam faeces kambing. Sementara itu uji
terhadap telur cacing menunjukkan bahwa ekstrak methanol kulit buah
nanas tua asal Bogor dengan kepekatan 0,06%, kulit buah tua asal
Subang 0,125% dan 0,03% secara bermakna berhasil mencegah telur
untuk tidak menetas menjadi larva cacing H. contortus. Kondisi
tersebut dapat disiasati dengan penggunaan obat obatan tradisional
sebagai alternatif pengobatan infeksi cacing yaitu dengan
menggunakan tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan di sekitar
peternakan sapi serta mudah pula pengolahannya.
Nanas Pembuatan obat cacing dari kulit buah nanas cukup mudah,
yaitu : Kulit buah nanas dipotong-potong 1 cm, dikeringkan selama
10-14 hari dalam suhu kamar, kemudian digiling hingga menjadi
serbuk Serbuk kulit nanas (750 mg-1250 mg) dimasukkan dalam 100 ml
air, kemudian diaduk sampai rata lalu diperas dengan menggunakan
kain dan hasil perasan diminumkan ke ternak Pepaya (Getah/Perasan
Daun/Biji/Akar) 1. Getah pepaya Buah pepaya muda yang masih
menggantung di pohon ditoreh membujur sedalam 1-5 mm dengan jarak
torehan 1-2 cm Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung
dengan wadah dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan
selotip Tiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes
larutan Natrium Bisulfit 30% untuk mencegah oksidasi Jemur dibawah
sinar matahari atau oven pada suhu 30-60oC sampai kering Getah yang
sudah kering dihaluskan menjadi serbuk Serbuk getah pepaya dicampur
dengan air dengan perbandingan 1:5 Larutan tersebut dimunimkan atau
diberikan lewat mulut menggunakan selang yang langsung ditujukan ke
rumen . Dosis untuk ternak : 1,2 gram/kg BB, setiap minggu 3 kali
pemberian
Daun Pepaya Ambil 2-3 lembar daun pepaya yang tidak terlalu muda
atau tua, haluskan dengan menambahkan sedikit air matang/bersih
Peras dan saring larutan tersebut Hasil perasan diminumkan ke
ternak sebanyak 2-3 sendok makan atau disesuaikan dengan berat
badan ternak, setiap minggu 3 kali pemberian
Biji Pepaya Cara 1 : ambil 1 sendok makan biji pepaya, tambahkan
sedikit air, haluskan dengan blender, tambahkan 1 sendok makan madu
lalu minumkan ke ternak Cara 2 : biji pepaya dikeringkan lalu
giling hingga menjadi serbuk, ambil sebanyak 10 gram dan didihkan
bersama 150 ml air hingga larutan mendidih dan berkurang
setengahnya, lalu minumkan ke ternak. Pemberian larutan sebaiknya 2
jam sebelum diberi pakan. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali
sehari semala 2-3 hari.Akar Pepaya Pinang Biji buah pinang telah
lama digunakan oleh masyarakat sebagai campuran mengunyah sirih,
tetapi ternyata biji buah pinang ini juga cukup efektif digunakan
sebagai obat cacing. Selain mudah didapat, cara pembuatannya pun
cukup mudah diantaranya : Cara 1 : Ambil 10 biji buah pinang yang
hampir matang/tua, tumbuk hingga halus dan cairannya diminumkan ke
ternak Cara 2 : Ambil 10 biji buah pinang, ditumbuk halus, kemudian
digoreng tanpa minyak (disangrai) atau bisa juga dijemur hingga
kering lalu tumbuk sampai halus. Ambil 1 sendok makan hasil sangrai
tersebut, kemudian campur dengan 250 ml air matang dan minumkan ke
ternak Dosis pemberian : 30-50 cc untuk setiap ekor kambing dewasa
dengan pemberian 1 bulan sekali. Untuk pengobatan dapat diberikan 1
kali sehari selama 2-3 hari dan biasanya cacing akan keluar dalam
waktu 24-48 jam. Yang perlu diperhatikan : - Pengobatan ini
dilakukan untuk kambing yang sedang bunting - Sebelum pemberian
obat, kambing dipuasakan dahulu selama 12 jam - Setelah diobati
kambing jangan diberi makan dahulu sampai 6 jam 4. Bawang Putih
Khasiat bawang putih sebagai obat cacing sudah tidak diragukan
lagi, terutama untuk melawan infestasi cacing klas nematoda.
Keuntungan lainnya adalah adanya kandungan antibiotika alami yang
cukup aman dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga
dapat pula digunakan pada hewan yang masih muda. Pembuatan obat
cacing dari bawang puith adalah sebagai berikut: - 2-3 siung bawang
putih segar dihancurkan/ditumbuk dan perasannya langsung diminumkan
ke ternak, atau bisa juga dicampur dengan konsentrat. - Dapat juga
digunakan daun bawang putih yang ditumbuk dan atau diberikan
langsung ke ternak 5. Biji Labu Kuning Sebagai anthelmentik, biji
labu kuning relatif aman untuk kambing muda dan kambing yang sedang
bunting maupun laktasi. Caranya adalah dengan menghaluskan biji
labu kuning mentah sebanyak 50 gram, diberikan ke ternak dua kali
sehari dalam kondisi perut kosong. Untuk pengobatan lakukan
pemberian biji labu kuning selama seminggu berturut-turut, lalu
lanjutkan dua minggu kemudian. 6. Mentimun Pemberian buah mentimun
segar dapat mencegah terjadinya infestasi cacing. Untuk pengobatan
dapat dilakukan pemberian sekali sehari selama 5-7 hari. Untuk
pengendalian dan pencegahan selanjutnya perlu diperhatikan beberapa
hal sebagai berikut: Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan
cukup jumlahnya. Menghindari kepadatan dalam kandang (Over
Crowded). Memisahkan antara ternak muda dan dewasa. Memperhatikan
konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan) Menghindari tempat
-tempat yang becek. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi.
Melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan feses) secara teratur.
Segera pisahkan ternak yang terlihat sakit dan kumpulkan kembali
apabila telah benar-benar sembuh.
KESIMPULAN Pengobatan . infeksi cacing yaitu dengan menggunakan
tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan seperti : nanas,
pepaya,bawang putih,sirih,dan labu.
E. LAMPIRAN
Notulensi Pertanyaan Bagaimana kita tahu ternak itu terkena
cacing apa tidak? Jawab; Hewan yang terserang penyakit ini biasanya
menunjukkan gejala antara lain tubuh kurus, kulit kasar dan kusam,
anoreksia (nafsu makan berkurang), diare, konstipasi dan apabila
diseksi (dibedah) dapat dijumpai gumpalan darah di dalam
abomasumnya.
TEKNOLOGI YANG DITERAPKAN Teknologi yang diterapakn dalam
pelaksanaan program KUKERTA periode 63 tahun 2011 di Kelurahan
Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu adalah: 1.
Teknik Observasi Teknik ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
secara langsung, ini dilakukan untuk memperoleh berbagai data yang
ada di Kelurahan Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu 2. Teknik
Tatap Muka baik Formal maupun non Formal Secara formal, mahasiswa
dapat menyampaikan materi dengan bertatap muka secara langsung
dalam pertemuan-pertemuan formal. Untuk non formal, bisa dilakukan
dengan cara usaha pendekatan dan sosialisasi dengan warga Kelurahan
Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu seperti perkenalan dan ramah
tamah. 3. Teknik pendekatan persuasif Teknik ini dilakukan dengan
cara mendekatkan diri dengan warga Kelurahan Kandang Mas dan
menggerakkan masyarakat untuk mengikuti kegiatan yang akan
dilaksanakan baik dalam program kerja KUKERTA Universitas Bengkulu
maupun program kerja Kelurahan setempat. 4. Teknik Wawancara
Dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak terkait yang dirasa perlu
dilakukan di Kelurahan Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan Kelurahan.
DAFTAR PUSTAKA Abidin.2006.Karakteristik Sapi Potong, Jakarta
A.N.S, Thomas. 1989. Tanaman Obat Tradisional. Penebar Swadaya.
Jakarta -------------------.1992. Tanaman Obat Tradisional. Penebar
Swadaya. Jakarta Departemen Transmigrasi. 1996. Uji Coba
Pemanfaatan Limbah Kayu dari Pemanfaatan Lahan Tanpa Bakar.
Jakarta. 1996 Ngadiyono. 2007. Kriteria Sapi Potong. Jakarta
Fakultas Teknologi Pertanian UGM. 1991. Penanganan Limbah Hasil
Pertanian. Yogyakarta. 1991. Panduan Kuliah Kerja Nyata 2011.
P3KKNUniversitas Bengkulu