1.PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan. Luas pantai di Indonesia
berpotensi membentuk ekosistem dengan keanekaragamannya. Ekosistem
terpenting yang ada di perairan laut, yaitu ekosistem mangrove,
ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun. Keberadaan ketiga
ekosistem tersebut menjadi habitat berbagai biota laut. Biota laut
yang ada di dalamnya merupakan kekayaan laut pesisir.Banyaknya
pulau yang dimiliki Indonesia , sehingga Indonesia disebut negara
kepulauan. Keberadan pulau-pulau tersebut tersebar di seluruh
wilayah di Indonesia. Bahkan wilayah pesisir mempunyai keunggulan
wilayah yang berbeda diantara wilayah yang lain. Keunggulan suatu
wilayah dapat terlihat dari keunggulan sumberdaya alamnya, misalnya
mangrove, terumbu karang,dan lamun. Sumberdaya tersebut saling
keterkaitan serta mempunyai karakteristik kultur yang khas.
Keberadaan sumberdaya alam juga berhubungan dan salaing keterkaitan
dengan masyarakat.Ekosistem di perairan laut dipengaruhi oleh
berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupannya. Ekosistem laut
berbeda dengan ekosistem darat. Ekosistem laut akan dapat
beradaptasi dengan lingkungan hidup yang ekstrim, suhu yang rendah
serta tekanan yang tinggi. Pada laut dalam yang lingkungannya
ekstrim banyak terdapat aktivitas thermal vents. Hal itu
dikarenakan cahaya matahri tidak dapat menembus perairan. Oleh
karena itu, di perairan dalam proses fotosintesis tidak terjadi
secara optimal. Kompleksnya suatu struktur di perairan menunjukan
diversity spesies. Akan terjadi siklus materi dan arus energi pada
komponen-komponen yang ada. Segala aktivitas yang terjadi juga
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya faktor kimia,fisika dan
biologi. Hubungan yang terjadi di dalam ekosistem merupakan satu
kesatuan komunitas perairan. Komponen tersebut terdiri atas
komponen biotik (mahluk hidup) dan abiotik(mahluk tak hidup).1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud diadakannya praktikum ekologi laut tropis di Pantai
Kondang Merak Kabupaten Malang adalah agar para praktikan dapat
mengamati keadaan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang di
Pantai Kondang Merak.selain itu,praktikan dapat melihat secara
langsung jenis-jenis individu yang terdapat di ketiga ekosistem
tersebut.
Tujuan diadakannya praktikum ekologi laut tropis di Pantai
Kondang Merak Kabupaten Malang adalah untuk mengetahui presentase
penutupan ekosistem lamun, terumbu karang, dan mangrove di Pantai
Kondang Merak Kabupaten Malang (Malang Selatan). Selain itu,
mengetahui kondisi perairan di daerah tersebut.
1.3 MANFAAT DAN KEGUNAAN
Manfaat dari praktikum ekologi laut tropis tentang mangrove,
lamun, dan terumbu karang adalah agar praktikan dapat memahami
tentang habitat dan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu
karang.
Kegunaan dari praktikum ekologi laut tropis tentang mangrove,
lamun, dan terumbu karang adalah agar praktikan dapat memahami dan
dapat mengetahui keanekaragaman hayati yang ada di ekosistem
mangrove, lamun, dan terumbu karang pada setiap transek.
1.4 TEMPAT DAN WAKTU
Praktikum ekologi laut tropis dilaksanakan di Pantai Kondang
Merak,Kabupaten Malang pada hari sabtu tanggal 25Oktober 2014, pada
pukul 04.30 WIBsampai selesai.2.TINJAUAN PUSTAKA2.1 EKOLOGI LAUT
TROPISMANGROVE
Hutan bakau (mangrove) adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan
pohon bakau (mangrove) yang khas terdapat disepanjang pantai atau
muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan
bakau ini sering juga disebut sebagai hutan pantai atau hutan
pasut. Hutan bakau umumnya tumbuh berbatasan dengan darat pada
jangkauan air pasang tertinggi, sehingga ekosistem ini merupakan
daerah transisi yang eksistensinya juga dipengaruhi oleh
faktorfaktor darat dan laut (Hogarth, 1999; Tomlinson, 1986;
Nontji, 1987).
Gambar 1. Mangrove (Sumber: Google Image, 2014)Hutan bakau
mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat
penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu
perairan. Fungsi fisik hutan bakau yaitu menjaga keseimbangan
ekosistem perairan pantai, melindungi pantai dan tebing sungai
terhadap pengikisan atau erosi pantai, menahan dan mengendapkan
lumpur serta menyaring bahan tercemar. Fungsi lainnya adalah
sebagai penghasil bahan organik yang merupakan sumber makanan
biota, tempat berlindung dan memijah berbagai jenis udang, ikan,
dan berbagai biota lainnya (Bosire et al., 2005; Bowen et al.,
2001; Bengen, 2000)
LAMUN
Padang Lamun merupakan salah satu ekosistem yang berada di
perairan pesisir yang memiliki Produktivitas tertinggi setelah
terumbu karang. Tingginya Produktivitas Lamun tak Lepas dari
peranannya sebagai habitat dan naungan berbagai biota. Di daerah
Padang lamun hidup berbagai jenis biota laut seperti ikan,
crustacean, molluska dan Echinodermata. Mereka membentuk jarring
jarring makanan yang sangat kompleks, sehingga terjadi aliran
energy dan siklus materi yang sangat kompleks pula. Ada biota yang
hidup menetap danada pula sebagai pengunjung setia di padang lamun
tersebut (Ira et.al, 2012 ).
Gambar 2. Lamun (Sumber: Google Image, 2014)
Komunitas lamun merupakan komponen kunci dalam ekosistem pesisir
di seluruh dunia (Hutomo& Peristiwadi, 1990). Selain nilai
secara hakiki tersebut, lamun sebagai penyedia makanan, sebagai
tempat berlindung beberapa jenis ikan dan krustase komersial
penting (GRAY et al. 1996). Namun keberadaan komunitas lamun hampir
di setiap pesisir bervariasi, hal ini diduga karena perbedaan
karakteristik lingkungan perairan ( Supriyadi, 2010 ).TERUMBU
KARANG
Ekosistem terumbu karang menempati barisan terdepan, disusul
ekosistem lamun dan mangrove. Ekosistem terumbu karang memiliki
karakteristik yang spesifik dan sangat bergantung pada kondisi
perairan disekitarnya. Terumbu karang membutuhkanperairan dengan
kecerahan tinggi dan intensitas cahaya yang memadai, yang biasanya
berada pada daerah paparan yang dangkal. Wilayah Indonesia memiliki
perairan pantai sepanjang lebih dari 81.000 km. Perairan ini
sebagian besar merupakan perairan dangkal yang sangat potensial
bagi berkembangnya ekosistem terumbu karang. Terumbu karang
merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis (Sunarto, 2006).
Gambar 3. Terumbu Karang ( Sumber : Google.image. 2014 )Terumbu
karang di perairan Sanur mempunyai beberapa fungsi diantaranya
fungsi konservasi yakni tempat berlangsungnya proses-proses
ekologis dan sistem penyangga kehidupan laut serta Pengawetan
keanekaragaman hayati dan plasma nutfah.
Fungsi fisik, sebagai pelindung pantai dari abrasi dengan
meredam gelombang sehingga energi gelombang sampai ke bibir pantai
melemah, penghasil pasir putih, perluasan daratan saat surut.
Fungsi produksi, yakni sebagai lahan utama bagi nelayan untuk
mendapatkan bahan makanan baik untuk konsumsi sendiri ataupun
dijual seperti ikan, udang, kepiting, lobster, kerang-kerangan,
gurita, produk ornamental/akuarium, ikan hias, karang hias, kerang
hias, souvenir, bahan baku industri farmasi kosmetika serta bahan
bangunan di masa lalu (Prasetyo, dkk. 2011).
2.2 CIRI EKOSISTEM LAUT TROPIS
Menurut Satino, (2011) ekosistem laut mempunyai ciri ciri yaitu
;
1. Bersifat contimnental2. Luas dan dalam3. Asin4. Memiliki arus
dan gelombang5. Pasang-surut dan dihuni oleh organisme baik
plankton, neuston maupun bentos
Menurut Regional, (2008) dalam ekosistem pesisir dan laut,
ekosistem laut meliputi beberapa ekosistem khas seperti padang
lamun, terumbu karang, laut dalam dan samudra, dimana seluruh jenis
organisme saling berhubungan dan ekosistem pesisir dimana organisme
penghuninya berbaur antara organisme dari darat dan dari laut.
Seperti pantai berbatu, pantai berpasir, hutan mangrove, padang
lamun dan terumbu karang.2.3 RANTAI MAKANAN
Secara ekologis, ekosistem mangrove merupakan tempat siklus
rantai makanan karena tersedianya sumber unsur hara yang kaya raya.
Sedangkan daun-daun mangrove yang telah gugur dan jatuh ke dalam
air akan menjadi substrat yang baik bagi jamur dan bakteri dan
sekaligus mempercepat proses pembentukan detritus dan mineralisasi.
Dengan demikian tersedia makanan bagi hewan avertebrata, yang
selanjutnya terbentuk sistem jaringan makanan kompleks, sehingga
ekosistem mangrove merupakan habitat, nursery ground, feeding
ground, spawning ground bagi fauna diperaira. Lebih kurang 2.000
spesies fauna ikan, udang, maluska, vertebrata dan invertebrata
lainnya, sehingga ekosistem mangrove adalah merupakan lumbung benih
kehidupan dilaut( kamal, 2006 ).
Dalam mekanisme rantai makanan di dalam laut pencemaran akibat
kegiatan industry sangatlah merugikan bagi rantai makanan di daerah
laut tersebut karena pada umumny buangan atau lmbah mengandung zat
beravun yang termasuk adalah logam berat. Logam berat akan masuk ke
dalam tubuh organisme laut srbagian besar melalui rantai makanan
yang akan dimangsa oleh zooplankton, zooplankton dimangsa oleh
ikan-ikan kecil, ikan kecil akan dimangsa oleh ikan besar dan
akhirnya ikan besar dikonsumsi oleh manusia. Proses ini berlangsung
secara terus menerus maka jumlah dari logam yang terkonsumsi juga
semakin banya dan termasuk terakumulasi ke dalam tubuh manusia (
Darmono, 2011 ).2.4 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKOLOGI
LAUT2.1. 2.2. 2.3. FAKTOR FISIKA
Cukup banyak faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kelimpahan
fitoplankton seperti suhu, pergerakan air dan cahaya, akan tetapi
faktor fisika utama yang menentukan produktivitas primer adalah
cahaya. Suhu merupakan faktor turunan dari keberadaan cahaya.
Selain faktor cahaya, suhu juga sangat mendukung pergerakannya
secara vertikal. Hal ini sangat berhubungan dengan densitas air
laut yang mampu menahan plankton untuk tidak tenggelam. Perpindahan
secara vertikal ini juga dipengaruhi oleh kemampuannya bergerak
atau lebih tepat mengadakan adaptasi fisiologis sehingga terus
melayang pada kolom air. Perpaduan kondisi fisika air dan mekanisme
mengapung menyebabkan plankton mampu bermigrasi secara vertikal
sehingga distribusinya berbeda (Sunarto, 2008).
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan
kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman
tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat
kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor
penting bagi proses fotosintesa dan produksi primerdalam suatu
perairan (sari, dkk. 2012 ).
FAKTOR KIMIA
Salinitas disamping suhu, adalah merupakan faktor abiotik yang
sangat menentukan penyebaran biota laut. Perairan dengan salinitas
lebih rendah atau lebih tinggi dari pada pergoyangan normal air
laut merupakan faktor penghambat (limiting factor) untuk penyebaran
biota laut tertentu (aziz, 1994).
Faktor kimia utama adalah ketersediaan nutrien atau zat
anorganik. Sebagai organisme autotrop maka fitoplankton mendapatkan
sumber energinya dari bahan anorganik yang akan dirubah menjadi
bahan organik melalui proses fotosintesis dengan bantuan
cahaya.Sebagai organissme autotrop fitoplankton berperan sebagai
produser primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi
kimia berupa bahan organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh
organisme lain pada tingkat tropis diatasnya. Fitoplankton
merupakan produser terbesar pada ekosistem laut (Sunarto,
2008).
FAKTOR AKTIVITAS MANUSIA
Kerusakan lingkungan di wilayah pantai/pesisir Indonesia sampai
saat ini belum bisa ditanggulangi dengan optimal. Bahkan yang
terjadi saat ini, berbagai kerusakan lingkungan di wilayah pesisir
semakin meluas. Penyebab kerusakan lingkungan di wilayah pesisir
tersebut lebih didominasi oleh pencemaran minyak, sampah, dan
lain-lain, abrasi pantai, kerusakan mangrove dan terumbu karang.
Dengan melihat penyebab kerusakan tersebut terlihat bahwa aktivitas
manusia lah yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di
wilayah pesisir dan laut. Padahal kalau dilihat dari dampak
kerusakan tersebut sebagai besar akan berdampak kepada aktivitas
manusia dan lingkungan, seperti rusaknya biota laut, terancamnya
pemukiman nelayan, terancamnya mata pencaharian nelayan dan
sebagainya. Oleh sebab itu apabila hal ini tidak secepatnya
ditanggulangi dengan optimal maka dikhawatirkan sumber daya pesisir
dan laut akan semakin terdegradasi. Selain itu juga aktivitas
masyarakat pesisir akan semakin terancam (Vitria, 2010).
Salah satu penyebab tekanan berlangsung terus menerus terhadap
ekosistem terumbu karang serta biota yang beasosiasi dengannya
adalah aktivitas masyarakat nelayan yang menggunakan jarring
muromi, bubu ( perangkap tradisional ) panah, tombak, dan bahan
peledak serta racun ikan diwilayah perairan ekosistem terumbu
karang. Factor lain yang menyebabkan tekanan pada ekosistem adalah
kegiatan pengambilan batu karang untuk berbagai peruntukan seperti
pengerasan jalan, fondasi rumah, pengeingan pantai, penghalang
ombak, dan lainnya yang secara tidak langsung berdampak negative
bagi pertumbuhan dan perkembangan karang (haruddin, et. Al,
2011).
2.5 HUBUNGAN ANTARA EKOSISTEM MANGROVE, LAMUN, RUMPUT LAUT, DAN
TERUMBU KARANG
Hubungan antar ekosistem mangrove dengan ekosistem terumbu
karang dan lamun diantaranya dapat dillihat dari perpindahan
hewan-hewan (khususnya hewan air) dari ekosistem mangrove dan
terumbu karang maupun lamun. Banyak ikan maupun udang sebagian
siklus hidupnya berpindah dari ekosistem mangrove ke ekosistem
terumbu karang dan lamun. Hubungan lainnya dapat dilihat dari
aliran air dimana dinamika pasang-surut dan arus membawa nutrient
dari dan ke ekosistem-ekosistem tersebut (Lovelock, 1964).
Ekosistem Terumbu Karang, ekosistem Padang Lamun dan ekosistem
Mangrove merupakan ekosistem yang paling menentukan dalam pengayan
dan pemulihan ketersedian sumberdaya ikan di laut. Semua ekosistem
tersebut merupakan tempat aktifitas ikan dan kaya akan unsur-unsur
yang dibutuhkan oleh ikan dalam aktifitas hidup. Berfungsi sebagai
daerah Pemijahan (Spawning Ground), daerah asuhan atau pembesaran
(Nursery Ground) dan daerah mencari makan (Feeding Ground) (Warman,
2013).
2.6 MANFAAT2.4. 2.5. EKOSISTEM MANGROVE
Hutan mangrove dengan Vegetasi Hutan bakau memiliki peranan yang
tidak dapat tergantikan oleh ekosistem lain, yaitu kedudukannya
sebagai mata rantai yang mengaitkan ekosistem laut dan ekosistem
darat ( Saraswati,2004 ).
Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat diantaranya adalah ,
sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan
(feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai
jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Penghasil sejumlah besar
detritus (hara) bagi plankton, pemasok larva (nener) ikan, udang,
dan biota laut lainnya, dan juga sebagai tempat wisata (Nontji,
2005)
EKOSISTEM LAMUN
Telah diketahui bahwa sejumlah avertebrata memakan lamun sedikit
sekali. Tetapi jika lamun tersebut hanyut dan terdampar di pantai
mulai terjadi dekompoisi sehingga lamun akan dimakan oleh beberapa
larvae dan Talitridae (Amphipoda). Selanjutnya telah diketahui
bahwa makanan yang diproduksi oleh lamun yang berguna untuk fauna
dasar melalui bentuk detritus. Hanya sedikit sekali pengetahuan
tentang proses dekomposisi lamun (MENZIES et al. 1967).
Padang lamun merupakan daerah asuhan untuk beberapa organisme.
Sejumlah jenis fauna tergantung pada padang lamun, walaupun mereka
tidak mempunyai hubungan dengan lamun itu sendiri. Banyak dari
organisme tersebut mempunyai kontribusi terhadap keragaman pada
komunitas, tetapi tidak berhubungan langsung dengan kepentingan
ekonomi (azkab, 2000).
EKOSISTEM TERUMBU KARANG
Terumbu karang merupakan salah satu dari beberapa ekosistem yang
ada di laut yang kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki
manfaat yang besar di sektor perikanan. Berbagai jenis hewan dan
tumbuhan yang hidup di ekosistem terumbu karang. Ada sekitar 350
jenis karang batu, >2000 jenis ikan, 1500 jenis moluska, 10
jenis teripang ekonomis dan 555 jenis alga yang hidup di ekosistem
ini (Nontji, 1993).
Caesar (1996) menyatakan bahwa terumbu karang yang termasuk
dalam kategori sangat baik dapat menyumbangkan 18 ton ikan per km2
per tahun, sedangkan yang termasuk dalam kategori baik dan cukup
adalah sebesar 13 ton/km2 /tahun dan 8 ton/km2 /tahun. Apabila
dikalkulasikan secara ekonomi, nilai terumbu karang yang ada di
perairan Indonesia adalah sebesar 4,2 milyar $US dari aspek
perikanan, wisata dan perlindungan laut. Nilai ini belum termasuk
nilai manfaat terumbu karang sebagai pelindung pantai, bahan
bangunan, sumber pangan serta obat-obatan.
3.METODE PRAKTIKUM2. 3.1 MANGROVE3. 3.1. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum ekologi laut
tropis mengenai ekosistemmangrove, yaitu :NoNama
AlatJumlahKegunaan
1Rool Meter (100m)1 buahMengukur luasan area praktek
2Kamera Digital1 buahMendokumentasikan kegiatan dan
organisme
3Kantong sampelsecukupnyaUntuk menyimpan spesimen
5Buku identifikasi1 buahUntuk membantu mengidentifikasi
6Alat tulis1 setUntuk mencatat hasil identifikasi
Table 1 Alat dan Bahan MangroveBahan yang digunakan pada saat
praktikum ekologi laut tropis, yaitu mangrove.
Mangrove akan diamati kepadatan,keragaman, dan
homogenitasnya.
PROSEDUR KERJA
MangroveMengunjungi stasiun mangrove yang telah ditentukanDalam
stasiun mangrove terdapat 2 stasiun yang terdiri dari 9 transek.
Dimana pada setiap transek terdiri dari3 plot, yaitu 1010, 5 5 ,
dan 1 1mDipilih minimal 3 transek untuk identifikasiDiidentifikasi
genus dari mangrove di setiap transekDiamati jenis substrat dan
kondisi lingkungan serta biota yang ada disetiap stasiunDiambil
foto mangrove secara keseluruhan dan bagian-bagiannya (bunga,
susunan bunga, buah, daun, susunan daun, letak daun, dan
akar).Diidentifikasi sample (bagian tumbuhan mangrove)
HasilDihitung indeks keragaman, kelimpahan dan homogenitas.
3.2 LAMUN3.2. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada saat praktikum ekologi laut tropis
pengamatan ekosiste lamun, yaitu:NoNama AlatFUNGSI
1Roll meter (100m)Untuk Transek
2Sabak dan PensilMencatat data
3Buku identifikasi lamunDigunakan membantu identifikasi
lamun
4Skin dive toolsMasker, snorkle dan fin
5Transek kuadran 1x1mDibagi menjadi 100 bagian (100 cm2)
Table 2. Alat dan Bahan Lamun
Sedangkan bahan yang di gunakan pada saat praktikum yaitu lamun.
Lamun akan dihitung keragaman,kelimpahan dan homogenitas.PROSEDUR
KERJA
LAMUNDibuat line transek sepanjang 30 m kearah laut (vertikal
dari garis pantai)Transek kuadran diletakan dalam setiap line
transek dengan jarak 10 m Dilakukan pengulangan beberapa kali pada
transek kuadran disetiap stasiun untuk mendapatkan hasil yang
akuratDiamati dan dicatat jenis-jenis lamunDiambil Gambar hewan
yang ditemukan didalam transekDicatat hasil indentifikasi
HasilDihitung indeks keragaman, kelimpahan dan
homogenitas.2.1.1. 3.3. TERUMBU KARANG1. 2. 3. 3.3. 3.3.1 ALAT DAN
BAHANPerlengkapan Pengukuran Parameter Lingkungan:NONAMA
ALATFUNGSI
1Termometer digitalMengukur temperatur perairan
2SalinometerMengukur salinitas
3DO meterMengukur kandugan oksigen terlarut
4pH meterMengetahui pH suatu perairan
Table 3. Alat Dan Bahan Terumbu KarangPerlengkapan
Praktikum:NONAMA ALATFUNGSI
1Role meter 100 mUntuk transek
2Sabak dan pensilMencatat data
3Buku identifikasi karangDigunakan untuk membantu
mengidentifikasi karang
4Skin dive toolsMasker,snorkel ,dan fin
Table 4. Alat dan Bahan Terumbu KarangSedangkan bahan yang di
gunakan pada saat praktikum yaitu terumbu karang. 2.2. 2.2.1.
3.3.2 Disiapkan Alat dan BahanPROSEDUR KERJA
Menarik line transek sepanjang 50 m sejajar garis pantai
Mencatat kategori atau bentuk pertumbuhan karang yang berada tepat
di bawah garis transek dengan jarak 0,5 cm Mengidentifikasi jenis
karang yang berada di bawah transek Mencatat dalam form data lapang
terumbu karang Mengambil gambar invertebrata dan vertebrata yang
ditemukan Menghitung index keragaman, kelimpahan dan homogenitas
HasilMencatat hasil identifikasi
4. DATA HASIL PENGAMATAN4. 1. DATA PENGAMATAN4. MANGROVETransek
BUkuran transekJenis mangroveJumlah pohonDiameter rata-rata(cm)
10 10Xylocarpus moluccensis122,29
Xylocarpus rumphii116,56
Bruguiera gymnorhiza15,09
5 5Xylocarpus rumphii24,95
Table 5. Mangrove Transek B Biota yang ditemukan adalah semut,
nyamuk dan serangga.Transek FUkuran transekJenis mangroveJumlah
pohonDiameter rata-rata (cm)
10 10Nypa fruticans616,02
Xylocarpus moluccensis364,49
55Xylocarpus rumphii136,63
1 1Bruguiera gymnorhiza20,92
Xylocarphus rumphii20,98
Table 6. Mangrove Transek FBiota yang ditemukan adalah semut,
ulat, kepiting , bekicot , nyamuk dan laba-laba.
DATA HASIL PERHITUNGANStasiun 1Transek Jenis PohonBeltasemai
ind/10m2ind/ha (Di)Rata-rata d (cm)Find/5m2ind/ha (Di)Rata-rata
d (cm)find/m2ind/ha (Di)Rata-rata d (cm)f
1 (A)A00-000-000-0
B00-000-000-0
C00-000-000-0
D12013,69100-000-0
E00-000-000-0
F00-000-0240000.51
G0-01806,21120000.241
2 (B)A00-000-0-0-0
B36016,85100-0-0-0
C00-000-0-0-0
D00-000-0-0-0
E----21608,731-0-0
F36015,58121607,6416120000,91
G00-000-000-0
3 (C)A36012,4100-000-0
B00-000-000-0
C00-000-000-0
D00-000-000-0
E00-000-000-0
F00-032406,1100-0
G00-000-0120001,41
4 (D)A48015.411808,41000
B00-000-0000
C00-000-0000
D12012.34100-0000
E00-000-0000
F00-043205,61240001,91
G24036100-0120000,91
5 (E)A24011,611804,8100-0
B00-0-0-000-0
C00-0-0-000-0
D24012,31-0-000-0
E00-0-0-000-0
F12010,81-0-0120001,81
G12011,1121605,1100-0
Table 7. StasiunTabelluas area100M20,01Ha
jumlah transek 5luasanPohonHaBeltaHasemaiHa
10100,05550,0125110,0005
Perhitungan luas area (A) dengan total transek = 5A= 1. PohonA=
= 0,05 ha2. BeltaA= = 0,0125ha3. SemaiA= = 0,0005 haKerapatan Jenis
(Di) Rumus :Di = dengan : Di = kerapatan jenis i ni = Jumlah total
tegakan dari jenis i A = Luas total area pengambilan sampel
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)180Jenis (A)160Jenis (A)0
Jenis (B)60Jenis (B)0Jenis (B)0
Jenis (C)10Jenis (C)0Jenis (C)0
Jenis (D)80Jenis (D)0Jenis (D)0
Jenis (E)0Jenis (E)160Jenis (E)0
Jenis (F)80Jenis (F)720Jenis (F)22000
Jenis (G)80Jenis (G)240Jenis (G)6000
=460=1280=28000
Table 8. Kerapatan JenisKerapatan jenis pohon :1. Jenis (A) 5.
Jenis (E)Di = = 180 Di = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = = 60 Di =
= 803. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 604. Jenis (D)Di = = 80
Total kerapatan jenis pohon adalah 180 + 60 + 0 + 80 + 0 + 80 + 60
= 460
Kerapatan Jenis Belta
1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Di = = 160 Di = = 1602. Jenis (B)6.
Jenis (F)Di = = 0 Di = = 7203. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = =
2404. Jenis (D)Di = = 0Total kerapatan jenis belta adalah 160 + 0+
0+ 0 + 160+ 720 + 240= 1280Kerapatan Jenis Semai1. Jenis (A) 5.
Jenis (E)Di = = 0 Di = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = =0 Di = =
220003. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 60004. Jenis (D)Di = =
0Total kerapatan jenis semai adalah 0+ 0 + 0 + 0 + 0 + 22000 + 6000
= 28000
Kerapatan Relatif Jenis (Rdi) (%)Rumus : Dengan : Di = Kerapatan
jenis i Di= Total kerapatan seluruh jenis
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)39,1304Jenis (A)12,5 Jenis (A)0
Jenis (B)13,04347 Jenis (B)0Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0
Jenis (D)17,3913Jenis (D)0Jenis (D)0
Jenis (E)0Jenis (E)12,5Jenis (E)0
Jenis (F)17,3913Jenis (F)56,25Jenis (F)78,57
Jenis (G)13,04347Jenis (G)18,75Jenis (G)21,428
=100=100=100
Table 9. Kerapatan Relatif JenisKerapatan relatif jenis pohon
:1. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 39,1304% RDi = = 0 %2. Jenis
(B)6. Jenis (F)RDi = = 13,04347 % RDi = = 17,3913 %3. Jenis (C)7.
Jenis (G)RDi = = 0 %RDi = = 13,04347 %4. Jenis (D)RDi = = 17,3913
%Total kerapatan relatif jenis pohon adalah (39,13 + 13,04 + 0 +
17,39 + 0 + 17,39 + 13,04 ) % = 100 %
Kerapatan relatif jenis belta :1. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = =
12,5 % RDi = = 12,5 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 0 % RDi = =
56,25 %3. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0 % RDi = = 18,75 % 4. Jenis
(D)RDi = = 0%Total kerapatan relatif jenis belta adalah (12,5 + 0+
0+ 0 + 12,5 + 56,25 + 18,75 ) % = 100 %
Kerapatan relatif jenis semai :1. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = =
0 % RDi = = 0 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 0 % RDi = = 78,57
%3. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0 % RDi = = 21,428 % 4. Jenis
(D)RDi = = 0 %Total kerapatan relatif jenis semai adalah (0 + 0 + 0
+ 0 + 0 + 78,57 + 21,428) % = 100 %Frekuensi Jenis (Fi)Rumus : Fi
=
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)0,6Jenis (A)0,4Jenis (A)0
Jenis (B)0,2Jenis (B)0Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0
Jenis (D)0,6Jenis (D)0Jenis (D)0
Jenis (E)0Jenis (E)0,2Jenis (E)0
Jenis (F)0,4Jenis (F)0,4Jenis (F)0,8
Jenis (G)0,4Jenis (G)0,2Jenis (G)0,6
=2,2=1,2 =1,4
Table 10. Frekuensi JenisFrekuensi jenis pohon 1. Jenis (A)5.
Jenis (E)Fi = = 0,6 Fi = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0,2Fi =
= 0,43. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi = = 0 Fi = = 0,44. Jenis (D)Fi = =
0,6Total frekuensi jenis pohon adalah 0,6 + 0,2 + 0+ 0,6 + 0+ 0,4 +
0,4 = 2,2
Frekuensi Jenis Belta1. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0,4 Fi = =
0,22. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0 Fi = = 0,43. Jenis (C)7. Jenis
(G)Fi = = 0 Fi = = 0,24. Jenis (D)Fi = = 0Total frekuensi jenis
belta adalah 0,4+ 0+ 0 + 0 + 0,2 + 0,4 + 0,2= 1,2
Frekuensi Jenis Semai1. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0 Fi = = 02.
Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0 Fi = = 0,83. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi
= = 0 Fi = = 0,64. Jenis (D)Fi = = 0Total frekuensi jenis semai
adalah 0+ 0+ 0 + 0 + 0+ 0,8 + 0,6= 1,4 Frekuensi Relatif Jenis
(Rfi) (%)Rumus : Rfi = Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)27,273Jenis (A)33,33Jenis (A)0
Jenis (B)9,091Jenis (B)0Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0
Jenis (D)27,273Jenis (D)0Jenis (D)0
Jenis (E)0Jenis (E)16,67Jenis (E)0
Jenis (F)18,182Jenis (F)33,33Jenis (F)57,143
Jenis (G)18,182 Jenis (G)16,67Jenis (G)42,837
=100=100=100
Table 11. Frekuensi Relatif JenisFrekuensi relatif jenis pohon
1. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 27,273 % Rfi = = 0 %2. Jenis (B)6.
Jenis (F)Rfi = = 9,091 %Rfi = = 18,182 %3. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi
= = 0 %Rfi = = 18,182 %4. Jenis (D)Rfi = = 27,273 %Total frekuensi
relatif jenis pohon adalah (27,273 + 9,091 + 0 + 27,273 + 0 +
18,182 + 18,182 ) % = 100 %
Frekuensi relatif jenis belta1. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = =
33,33 % Rfi = =16,67 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 0 % Rfi = =
33,33 %3. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 % Rfi = =16,67 %4. Jenis
(D)Rfi = = 0 %Total frekuensi relatif jenis belta adalah (33,33 +
0+ 0+ 0 + 16,67 + 33,33 +16,67) %= 100 %
Frekuensi relatif jenis semai1. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 0%
Rfi = = 0 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 0 % Rfi = = 57,143%3.
Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 % Rfi = = 42,857 %4. Jenis (D)Rfi =
= 0 % Total frekuensi relatif jenis semai adalah (0+ 0+ 0+ 0+ 0+
57,143 + 42,857 % = 100 %
Penutupan Jenis (Pji)Rumus : Pji = Dengan : DBH = diameter pohon
jenis i A = Luas area (pohon/belta/semai)Tingkat PohonTingkat
BeltaTingkat Semai
Jenis (A)24372,052Jenis (A)10942,272Jenis (A)0
Jenis (B)4541,833Jenis (B)0Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0
Jenis (D)23066,266Jenis (D)0Jenis (D)0
Jenis (E)0Jenis (E)4786,170Jenis (E)0
Jenis (F)10925,699Jenis (F)11855,861Jenis (F)40835,7
Jenis (G)21609,637Jenis (G)8018,932Jenis (G)10129,012
=84515,487=35603,23528=50964,712
Table 12. Penutupan JenisPenutupan Jenis Pohon1. Jenis (A)5.
Jenis (E)Pji = = 24372,052 Pji = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =
4541,833 Pji = =10925,6993. Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =0 Pji = =
21609,6374. Jenis (D)Pji = = 23066,266Total penutupan jenis pohon
adalah 24372,052+ 4541,833 + 0+ 23066,266 + 0+ 10925,699+ 21609,637
= 84515,487
Penutupan Jenis Belta1. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = = 10942,272
Pji = = 4786,1702. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =0 Pji = =11855,8613.
Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =0 Pji = = 8018,9324. Jenis (D)Pji = =
0Total penutupan relatif jenis belta adalah 10942,272+ 0+0 +0
+4786,170 +11855,861+ 8018,932 = 35603,23528
Penutupan jenis semai 1. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = =0 Pji =
=02. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =0 Pji = =40835,73. Jenis (C)7.
Jenis (G)Pji = =0Pji = = 10129,0124. Jenis (D)Pji = =0Total
penutupan jenis semai adalah 0+ 0 + 0 + 0+ 0+ 40835,7 + 10129,012 =
50964,712Penutupan Relatif Jenis (RPji) (%)Rumus : Rpji=
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)28,837Jenis (A)30,73Jenis (A)0
Jenis (B)5,474Jenis (B)0Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0
Jenis (D)27,292Jenis (D)0Jenis (D)0
Jenis (E)0Jenis (E)13,44Jenis (E)0
Jenis (F)12,927Jenis (F)33,30Jenis (F)80,15
Jenis (G)25,568Jenis (G)22,52Jenis (G)19,88
=100=100=100
Table 13. Penutupan Relatif JenisPenutupan relatif jenis pohon
:1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Rpji = = 28,837% Rpji = = 0%2. Jenis (B)
6. Jenis (F)Rpji = = 5,474 % Rpji = = 12,927%3. Jenis (C) 7. Jenis
(G)Rpji = =0 % Rpji = = 25,568%4. Jenis (D)Rpji = = 27,292% Total
penutupan relatif jenis pohon adalah (28,837+ 5,474+ 15,48 + 0 +
27,292+ 0+ 12,927+ 025,568) %= 100 %
Penutupan relatif jenis belta1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Rpji = =
30,73 % Rpji = =13,44%2. Jenis (B) 6. Jenis (F)Rpji = = 0% Rpji = =
33,30%3. Jenis (C) 7. Jenis (G)Rpji = = 0% Rpji = = 22,52 %4. Jenis
(D)Rpji = = 0% Total penutupan relatif jenis belta adalah (30,73+
0+ 0+ 0 + 13,44 + 33,30+ 22,52) % = 100 %
Penutupan relatif jenis semai1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Rpji = =0%
Rpji = = 0%2. Jenis (B) 6. Jenis (F)Rpji = = 0% Rpji = = 80,15%3.
Jenis (C) 7. Jenis (G)Rpji = =0% Rpji = = 19,88%4. Jenis (D)Rpji =
= 0% Total penutupan relatif jenis semai adalah (0+ 0+ 0+ 0+ 0+
80,15+ 19,88) % = 100% Nilai Penting Jenis (INPi)Rumus : INPi = Rdi
+ Rfi + RPji
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)95,2404Jenis (A)76,56Jenis (A)0
Jenis (B)27,608Jenis (B)0Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0
Jenis (D)71,956Jenis (D)0Jenis (D)0
Jenis (E)0Jenis (E)45,6Jenis (E)0
Jenis (F)48,500Jenis (F)122,88Jenis (F)215,863
Jenis (G)56,793Jenis (G)57,94Jenis (G)84,145
=300=300=300
Table 14. Nilai Penting Jenis
Nilai penting jenis pohon1. Jenis (A)INPi = 39,1304 + 27,273+
28,837 = 95,24042. Jenis (B)INPi = 13,04347 + 9,091 + 5,474 =
27,6083. Jenis (C)INPi = 0+ 0+ 0= 04. Jenis (D)INPi =
17,3913+27,273+ 27,292= 71,9565. Jenis (E)INPi = 0+ 0+ 0= 06. Jenis
(F)INPi = 17,3913+ 18,182+ 12,927 = 48,5007. Jenis (G)INPi =
13,04347+ 18,182 + 25,568 = 56,793
Nilai penting jenis belta1. Jenis (A)INPi = 12,5 + 33,33 +
30,73= 76,562. Jenis (B)INPi = 0+ 0+ 0= 03. Jenis (C)INPi = 0+ 0+
0= 04. Jenis (D)INPi = 0 + 0 + 0 = 0 5. Jenis (E)INPi = 12,5+
16,66667 + 13,44 = 45,66. Jenis (F)INPi = 56,25+ 33,33+ 33,30=
122,887. Jenis (G)INPi = 18,75+ 16,67 + 22,52 = 57,94
Nilai penting jenis semai1. Jenis (A)INPi = 0+ 0+ 0= 02. Jenis
(B)INPi = 0+ 0+ 0= 03. Jenis (C)INPi = 0+ 0+ 0= 04. Jenis (D)INPi =
0+ 0+ 0=05. Jenis (E)INPi = 0+ 0+ 0= 06. Jenis (F)INPi = 78,57+
57,143+ 80,15= 215,8637. Jenis (G)INPi = 21,428 + 42,837+ 19,88=
84,145
Stasiun 2STASIUN 2
transekjenisPohonbeltasemai
Ind/10m2Ind/ha(Di)Rata-rata d(cm)fInd/5m2Ind/ha
(Di)Rata-ratad(cm)fInd/1m2Ind/ha(Di)Rata-rata d(cm)f
6(F)A37515,1100-000-0
B00-000-000-0
C00-000-000-0
D12513,69100-000-0
E00-044003,2100-0
F00-000-0125000,51
G00-000-0125000,21
7(G)A00-000-000-0
B00-000-000-0
C00-022005100-0
D00-000-000-0
E12553122006100-0
F00-022006,514100000,751
G12555100-000-0
8(H)A00-000-000-0
B00-011006,3100-0
C00-000-000-0
D00-000-000-0
E4100201330041375000,81
F00-000-000-0
G00-000-000-0
9(I)A00-000-0250000,41
B00-000-000-0
C00-011007100-0
D00-000-0125000,71
E12514,3111009,8100-0
F12546000-000-0
G00-011004.51125000,351
Table 15. Stasiun 2Tabelluas area100M20,01ha
jumlah transek 2luasanPohonHabeltahasemaiHa
10100,04550,01110,0004
Perhitungan luas area (A) dengan total transek = 4A= 4. PohonA=
= 0,04 ha5. BeltaA= = 0,01ha6. SemaiA= = 0,0004 ha
Kerapatan Jenis (Di) Rumus :Di = dengan : Di = kerapatan jenis i
ni = Jumlah total tegakan dari jenis i A = Luas total area
pengambilan sampel
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)75Jenis (A)0Jenis (A)5000
Jenis (B)0Jenis (B)100Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)300Jenis (C)0
Jenis (D)25Jenis (D)0Jenis (D)2500
Jenis (E)150Jenis (E)1000Jenis (E)7500
Jenis (F)25Jenis (F)200Jenis (F)12500
Jenis (G)25Jenis (G)100Jenis (G)5000
=300=1700=32500
Table 16. Kerapatan JenisKerapatan jenis pohon :5. Jenis (A) 5.
Jenis (E)Di = = 75 Di = = 1506. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = = 0Di = =
257. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 25 8. Jenis (D)Di = =
25Total kerapatan jenis pohon adalah 75 + 0 + 0 + 25 + 150 + 25
+25= 300
Kerapatan Jenis Belta
5. Jenis (A) 5. Jenis (E)Di = = 0Di = = 10006. Jenis (B)6. Jenis
(F)Di = = 100 Di = = 2007. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = =300 Di = =
1008. Jenis (D)Di = = 0Total kerapatan jenis belta adalah 0 + 100+
300+ 0 + 1000+ 200 + 100= 1700Kerapatan Jenis Semai5. Jenis (A) 5.
Jenis (E)Di = = 5000 Di = = 75006. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = =0 Di
= = 125007. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 50008. Jenis (D)Di
= = 2500Total kerapatan jenis semai adalah 5000+ 0 + 0 + 2500 +7500
+ 12500 + 5000 = 32500
Kerapatan Relatif Jenis (Rdi) (%)Rumus : Dengan : Di = Kerapatan
jenis i Di= Total kerapatan seluruh jenis
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)25Jenis (A)0Jenis (A)15,38
Jenis (B)0Jenis (B)5,88Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)17,65Jenis (C)0
Jenis (D)8,3Jenis (D)0Jenis (D)7,09
Jenis (E)50Jenis (E)58,82Jenis (E)23,08
Jenis (F)8,3Jenis (F)11,76Jenis (F)38,46
Jenis (G)8,3Jenis (G)5,88Jenis (G)15,38
=100=100=100
Table 17. Kerapatan Relatif Jenis Kerapatan relatif jenis pohon
:5. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 25 % RDi = = 50 %6. Jenis (B)6.
Jenis (F)RDi = = 0% RDi = = 8,3 %7. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0
%RDi = = 8,3 %8. Jenis (D)RDi = = 8,3%Total kerapatan relatif jenis
pohon adalah(25+ 0+ 0 + 8,3+ 50 + 8,3 +8,3) % = 100%Kerapatan
relatif jenis belta :5. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 0%RDi = =
58,82 %6. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 5,88%RDi = = 11,76 %7. Jenis
(C)7. Jenis (G)RDi = = 17,65%RDi = = 5,88 % 8. Jenis (D)RDi = =
0%Total kerapatan relatif jenis belta adalah (0+ 5,88+ 17,65 + 0 +
58,82+ 11,76+ 5,88 ) % = 100 %
Kerapatan relatif jenis semai :5. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = =
15,38% RDi = = 23,08%6. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 0 % RDi = =
38,46%7. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0 % RDi = = 15,38% 8. Jenis
(D)RDi = = 7,69%Total kerapatan relatif jenis semai adalah (15,38 +
0 + 0 + 7,69 + 23,08 + 38,46 + 15,38) % = 100 %Frekuensi Jenis
(Fi)Rumus : Fi =
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)0,25Jenis (A)0Jenis (A)0,25
Jenis (B)0Jenis (B)0,25Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)0,50Jenis (C)0
Jenis (D)0,25Jenis (D)0Jenis (D)0,25
Jenis (E)0,75Jenis (E)1Jenis (E)0,25
Jenis (F)0,25Jenis (F)0,25Jenis (F)0,5
Jenis (G)0,25Jenis (G)0,25Jenis (G)0,5
=1,75=2,25 =1,75
Table 18. Frekuensi JenisFrekuensi jenis pohon 5. Jenis (A)5.
Jenis (E)Fi = = 0,25 Fi = = 0,756. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0Fi
= = 0,257. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi = = 0Fi = = 0,258. Jenis (D)Fi =
= 0,25Total frekuensi jenis pohon adalah 0,25 + 0+ 0+ 0,25 + ,750+
0,25 + 0,25 = 1,75
Frekuensi Jenis Belta5. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0 Fi = = 16.
Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0,25 Fi = = 0,257. Jenis (C)7. Jenis
(G)Fi = = 0,50 Fi = = 0,25 8. Jenis (D)Fi = = 0Total frekuensi
jenis belta adalah 0+ 0,25+ 0,50 + 0 + 1 + 0,25 + 0,25=
2,25Frekuensi Jenis Semai5. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0,25 Fi = =
0,256. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0 Fi = = 0,57. Jenis (C)7. Jenis
(G)Fi = = 0 Fi = = 0,58. Jenis (D)Fi = = 0,25 Total frekuensi jenis
semaiadalah 0,25 + 0+ 0 + 0,25 + 0,25+ 0,5+ 0,5= 1,75Frekuensi
Relatif Jenis (Rfi) (%)Rumus : Rfi =
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)14,29Jenis (A)0Jenis (A)14,29
Jenis (B)0Jenis (B)11,11Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)22,22Jenis (C)0
Jenis (D)14,29Jenis (D)0Jenis (D)14,29
Jenis (E)42,86Jenis (E)44,44Jenis (E)14,29
Jenis (F)14,29Jenis (F)11,11Jenis (F)28,57
Jenis (G)14,29Jenis (G)11,11Jenis (G)28,57
=100=100=100
Table 19. Frekuensi Relatif Jenis
Frekuensi relatif jenis pohon 5. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = =
14,29 % Rfi = = 42,86 %6. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 0%Rfi = =
14,29 %7. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 %Rfi = = 14,29 %8. Jenis
(D)Rfi = = 14,29%Total frekuensi relatif jenis pohon adalah (14,29
+ 0 + 0 + 14,29 + 42,86 + 14,29 + 14,29) % = 100 %
Frekuensi relatif jenis belta5. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 0%
Rfi = =44,44 %6. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 11,11% Rfi = =
11,11%7. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 22,22 % Rfi = =11,11 %8.
Jenis (D)Rfi = = 0 %Total frekuensi relatif jenis belta adalah (0+
11,11 + 22,22 + 0 + 44,44 + 11,11 +11,11) %= 100 %
Frekuensi relatif jenis semai5. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = =
14,29% Rfi = = 14,29%6. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 0% Rfi = =
28,57%7. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 % Rfi = = 28,57%8. Jenis
(D)Rfi = = 14,29% Total frekuensi relatif jenis semai adalah
(14,29+ 0+ 0+ 14,29+ 14,29+ 28,57+ 28,57 % = 100 %
Penutupan Jenis (Pji)Rumus : Pji = Dengan : DBH = diameter pohon
jenis i A = Luas area (pohon/belta/semai)
Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai
Jenis (A)4852,196Jenis (A)0Jenis (A)314
Jenis (B)0Jenis (B)3115,665Jenis (B)0
Jenis (C)0Jenis (C)1130,4Jenis (C)0
Jenis (D)3678,041Jenis (D)0Jenis (D)961,625
Jenis (E)149567,816Jenis (E)41526,5Jenis (E)1256
Jenis (F)41526,5Jenis (F)3316,625Jenis (F)3320,313
Jenis (G)59365,625Jenis (G)1589,625Jenis (G)6358,5
=258990,18=50678,815=12210,438
Table 20. Penutupan JenisPenutupan Jenis Pohon5. Jenis (A)5.
Jenis (E)Pji = = 4474,696 Pji = = 149567,8166. Jenis (B)6. Jenis
(F)Pji = = 0Pji = = 41526,57. Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =0 Pji = =
59365,6258. Jenis (D)Pji = = 3678,04Total penutupan jenis pohon
adalah 4474,696+ 0+ 0+ 3678,04 + 149567,816+ 41526,5+ 59365,625=
258612,677
Penutupan Jenis Belta5. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = = 0Pji = =
41526,56. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =3115,665 Pji = =3316,6257.
Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =1130,4 Pji = = 1589,6258. Jenis (D)Pji
= = 0Total penutupan relatif jenis belta adalah0+ 3115,665+1130,4
+0 +41526,5 +3316,625+ 1589,625= 50678,815
Penutupan jenis semai 5. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = =314 Pji =
=1256
6. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =0 Pji = =3320,3137. Jenis (C)7.
Jenis (G)Pji = =0Pji = = 6358,58. Jenis (D)Pji = =961,625Total
penutupan jenis semai adalah 314+ 0 + 0 + 961,625+ 1256+ 3320,313+
6358,5= 12210,438
LAMUNLokasi: Pantai Kondang MerakSuhu:
326,50CKedalaman:-Salinitas: 36Tanggal : 25 Oktober 2014pH:
8,6Waktu:10.30 WIB
TRANSEK 14443210522
3212034210
2333323232
2213432332
3343445333
2553453534
4432334452
4321555321
3434212323
4421321323
Table 21. Lamun Transek 1Perhitungan Penutupan
LamunKelasFrekuensi(f)Nilai Tengah (M) (%)Nilai f M
0300
183,1325,04
2279,38253,26
33218,75608
41937,5712,55
5117582,5
TOTAL2415,8
Table 22. Perhitungan penutupan Lamun
Penutupan lamun di transek 1 C == =32,21%TRANSEK 25555555555
2545455554
2253454444
3534344454
2344344454
3444343433
3333444444
2443434444
2332335534
3222342232
Table 23. Lamun transek 2Perhitungan Penutupan
LamunKelasFrekuensi(f)Nilai Tengah (M) (%)Nilai f M
0000
103,130
2149,38131,32
32418,75450
43437,51275
528752100
TOTAL3958,32
Table 24. Perhitungan Penutupan LamunPenutupan lamun di transek
2C == =52,75 %TRANSEK 33201000132
3000021140
3102302323
2102032021
3220220232
2332020232
3220202222
3322022232
2020220202
3202200000
Table 25. LamunTransek 3Perhitungan Penutupan
LamunKelasFrekuensi(f)Nilai Tengah (M) (%)Nilai f M
0700
1143,1343,82
2289,38262,64
34118,75768,75
4937,5337,5
517575
TOTAL1478,53
Table 26. Perhitungan Penutupan LamunPenutupan lamun di transek
3C == =19,71 %
TERUMBU KARANG
Lokasi: Pantai Kondang MerakSuhu: 326,50CKedalaman:-Salinitas:
36Tanggal : 25 Oktober 2014pH: 8,6Waktu:10.30 WIB
InterceptLength (l)(m)Category (Lifeform)TAKSON*
TawalTakhir
01,81,8SDAbiotic
1,82,30,5CMHard Coral Non-Acropora
2,36,74,4SDAbiotic
6,76,80,1CFHard Coral Non-Acropora
6,810,53,7SDAbiotic
10,510,70,2CMHard Coral Non-Acropora
10,710,80,1SDAbiotic
10,810,90,1CFHard Coral Non-Acropora
10,911,30,4SDAbiotic
11,311,50,2ACBHard Coral Acropora
11,514,83,3SDAbiotic
14,814,90,1CFHard Coral Non-Acropora
14,922,17,2SDAbiotic
22,122,30,2ACBHard Coral Acropora
22,327,35SDAbiotic
27,327,50,2CFHard Coral Non-Acropora
27,527,60,1SDAbiotic
27,627,90,3CFHard Coral Non-Acropora
27,9302,1SDAbiotic
3030,10,1CFHard Coral Non-Acropora
30,130,50,4SDAbiotic
30,530,70,2CMHard Coral Non-Acropora
Table 27. Terumbu KarangANALISIS DATA1. Persentase Penutupan
Jadi, persentase terumbu karang di Kondang Merak tergolong
kritis2. Persen Penutupan Bentuk Pertumbuhan
3. Kepadatan Relatif
4. Frekuensi Relatif Spesies
5. Indeks Diversitas
Jadi, indeks diversitas terumbu karang di Pantai Kondang Merak
tergolong sedang.6. Indeks Keseragaman
7. Indeks Dominasi
Jadi, indeks dominasi terumbu karang di Pantai Kondang Merak
tergolong rendah.
5. PENUTUP5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Ekologi Laut Tropis
adalah : Terumbu karang adalah sekumpulanhewan karangyang
bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang
disebutzooxanthellae. Terumbu karang (coral reef) merupakan
ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis Secara umum hutan
mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan
yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara
sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut
dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam
(salinity) air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang
terlindung atau pantai pantai yang datar. Lamun adalah tumbuhan
berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup
terbenam dalam laut.
5.2 SARAN
Adapun saran yang didapat dari praktikum Ekologi Laut Tropis
adalah diharapkan para praktikan agar dapat mengidentifikasi jenis
mangrove dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengidentifikasian. Serta dalam meneliti karang dan lamun
diharapkan agar berhati-hati supaya tidak merusak ekosistem dari
karang dan lamun tersebut. Serta diharapkan tidak telat dalam
memberikan informasi baik tentang laporan maupun praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, Wanda S. 1992.Rumput Laut Sebagai Obat.Aziz, Aznam.
1994. Pengaruh Salinitas terhadap Sebaran Fauna Echinodermata.
Jurnal Oseana, vol. XIX, no. 2, hal. 23 - 32Azkab, Muhammad Husni.
2000. Struktur dan Fungsi pada Komunitas Lamun.Berhimpon, S. 2001.
Industri Pangan Hasil Bernilai Tinggi (Valuable Commodities) Salah
Satu Unggulan Agroindustri Sulawesi Utara. Manado: PATPICaesar, H.
1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reef. Working Paper
Series Work in Progress. World Bank, Washington DC: 97 pp.Darmono.
2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI PressGray, C.A., D.J.
McElligott and R.C. Chick. 1996. Intra and Inter Estuary
Differences in AAssemblages of Fishes Associated with Shallow
Seagrass and Bare Sand. Marine Freshwater Res, vol. 47, hal.
723-735Haruddin, dkk. 2011.Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu
Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara
Tradisional di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi
Tenggara. Surakarta:Universitas Sebelas MaretPressHogarth, P.J.
1999. The Biology of Mangroves. Oxford: Oxford University Press
OxfordTomlinson, P.B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge:
Cambridge University PressHutomo, M. dan T. Peristiwady. 1990.
Diversity, Abundance and Diet of Fish in the Seagrass Beds of
Lombok Island, Indonesia. J. Kuo, R.C. Phillips, D.I. Walker and H.
Kirkman. Seagrass Biology: Proceedings of an International
Workshop. Perth: University of Western AustraliaIra, dkk. 2012.
Kerapatandan Penutupan Lamunpada Daerah TanggulOmbakDI Perairan
Desa Terebino Provinsi Sulawesi Tengah. Universitas HaluoleoKamal,
Eni. 2006. Potensidan Pelestarian Sumberdaya Pesisir: Hutan
Mangrovedan Terumbu Karangdi Sumatera Barat. Universitas Bung
HattaKordi, M. Ghufran H. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk
Pangan, Kosmetik, dan Obat-Obatan.Yogjakarta: Andi
OffsetKusumastanto T. 2006. Ekonomi Kelautan (Ocean Economics
Oceanomics). Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian BogorLovelock, Catherine, 1964. Field Guide to
the Mangrove of Queensland. Menzies, F., J.S. Zaneveld and R.M.
Pratt. 1967. Transported Turtle Grass as A Sources Organic
Enrichment of Abysal Sediments of North Carolina. Deep-Sea
Research, no.14, hal. 111-112Nontji, Anugerah. 1987. Laut
Nusantara. Jakarta: DjambatanNontji, Anugerah. 1993. Laut
Nusantara. Jakarta: DjambatanNontji, Anugerah. 2005. Laut
Nusantara. Jakarta: DjambatanNganro,Noorsalam Rahman.
2009.Pendidikan dan Penelitian di Sekolah ilmu Teknologi Hayati.
Bandung: Institut Teknologi BandungNursanto Iman. 2004. Pembuatan
Minuman sebagai Usaha Diversifikasi Rumput Laut Eucheuma cottoni.
Bogor: IPBPrasetyo, dkk. 2011. Kajian Potensi Kerusakan Terumbu
Karang dan Alternatif Pemecahannya di Perairan SanurRegional. 2008.
Ekosistem Pesisir dan Laut dalam regional.coramap.or.idSaraswati,
A.A. 2004. Peranan Serasah Mangrove pada Wilayah Pesisir. Jurnal
Penelitian Perairan Jakarta.Sari, dkk. Sudi Parameter Fisikadan
Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten
Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Riau: Universitas Riau
PressSatino. 2011. Materi Kuliah Biologi Luat.
http://staff.uny.ac.id.Souhoka. 2009. Kondisi Karang Batudi
Perairan Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar. UPT Loka Konservasi
Biota Laut Bitung-LIPISunarto. 2006. Keanekaragaman Hayatidan
Degradasi Ekosistem Terumbu Karang. Universitas Pajajaran
PressSunarto. 2008 . Karakteristik Biologidan Peranan Planktonbagi
Ekosistem Laut. Universitas PajajaranPressSupriyadi, Indarto Happy.
2010.Pemetaan Padang Lamun di Perairan Teluk Toli Toli dan Pulau
Sekitarnya, Sulawesi Barat. Pusat Penelitian Oceanografi.
Vitria, Belvi. 2010. Berbagai Kegiatan Manusia yang Dapat
Menyebabkan Terjadinya Degradasi Ekosistem Pantai serta Dampak yang
Ditimbulkannya. Pontianak: Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan
Politeknik Negeri Pontianak PressWarman. 2013. Kerusakan Terumbu
Karang, Mangrovedan Padang Lamun Ancamanterhadap Sumberdaya Ikan,
Apartemen Ikan Solusinya.
LAMPIRAN
NOFOTO DAN NAMAPESAN DAN KESAN
1
ADHIMAS HARYO PPESANSEMANGAT
KESANSANTAI DAN SERIUS
2HARDI BAGUSPESANSEMANGAT
KESANSANTAI DAN RAMAH
3ZAKIYATUL FARIDAPESANSEMANGAT
KESANENAK DAN RAMAH
4NADILA FITALAYAPESANSEMANGAT
KESANENAK DAN SIPP
5PUTRI M BARBARAPESANSEMANGAT
KESANBAIK
6NETRO HANDARUPESANSEMANGAT
KESANENAK SUDAH
7SRI RAHMADHANIPESANSEMANGAT
KESANBAIK DAN ENAK
8AKBAR WICAKSONOPESANSEMANGAT
KESANBAIK
9TAUFIK R IRKHAMIPESANSEMANGAT
KESANENAK
10NURUL MUKHLISPESANSEMANGAT
KESANBAIK ENAK
11BURHANY RESMANAPESANSEMANGAT
KESANTIDAK PERNAH KELIHATAN
12FATIN KURNIA LAILIPESANSEMANGAT
KESANTIDAK PERNAH KELIHATAN
13LUH NYOMAN DIDIK TRI UPESANSEMANGAT
KESANENAK RAMAH
14RENARDHI ABYAN PPESANSEMANGAT
KESANENAK BAIK
15DHEA AYU BATAMIAPESANSEMANGAT
KESANBAIK
16CANDRA WIJAYAPESANSEMANGAT
KESANENAK
17GUSTIAR BAYU ANGGANIEPESANSEMANGAT
KESANBAIK DAN ENAK
18ANTHON ANDRIMIDA
PESANSEMANGAT
KESANENAK
19SAIFUL RIZAL FPESANSEMANGAT
KESANENAK DAN SIPP
20MAHENDRA AHMADPESANSEMANGAT
KESANENAK
21FATATIN NURYANAPESANSEMANGAT
KESANENAK BAIK
22SITI ANIKOTUL MUNAMAZEH
PESANSEMANGAT
KESANBAIK
2