-
Laporan Kerja Praktek
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik kimia merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan proses
dan
perancangan pada pabrik industri, baik industri proses pembuatan
barang setengah
jadi maupun barang jadi. Cabang ilmu ini memiliki cakupan yang
sangat luas
meliputi bahan baku, proses, dan produk beserta alat-alat
proses, maintenance,
utilitasnya, tata letak pabrik, hingga pemasaran produk. Teknik
Kimia sangat dekat
dengan pabrik, dengan segala dinamisasi penerapan
teknologinya.
Seiring dengan berkembangnya dunia industri maka semakin
kompleks
permasalahan yang timbul dan semakin besar perubahan-perubahan
yang terjadi
didalamnya. Oleh karena itu tidak cukup mempelajari ilmu tanpa
terjun langsung ke
lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya di industri.
Dengan alasan inilah,
Program Studi Teknik Kimia UNLAM memberikan kesempatan kepada
para
mahasiswa untuk melaksanakannya dengan menyelesaikan Kerja
Praktek (KP) di
industri, dengan maksud untuk melatih keterampilan mahasiswa
menyelesaikan
masalah yang dihadapi di lapangan sesuai dengan ilmu
pengetahuannya. Semuanya
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk
persiapan masuk ke
dunia kerja yang sesungguhnya.
Kerja praktek merupakan salah satu sarana latihan untuk
mengembangkan dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.
Selain itu dengan
adanya kerja praktek dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan berbagai masalah, khususnya masalah
pengaturan sistem di
tempat kerja praktek tersebut. Untuk mencapai hasil yang optimal
dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama
dan jalur
komunikasi yang baik antara perguruan tinggi, industri, instansi
pemerintah dan
swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan saling bertukar
informasi antara
-
Laporan Kerja Praktek
2
masing-masing pihak tentang korelasi antara ilmu di perguruan
tinggi dan
penggunaan di dunia industri.
Kegiatan kerja praktek dapat dilaksanakan pada pabrik-pabrik
yang berlatar
belakang pada proses produksinya yang menggunakan bahan-bahan
kimia tertentu
untuk menunjang proses produksinya, salah satu pabrik yang dapat
dijadikan tempat
pelaksanaan kerja praktek (KP) adalah pabrik pengolahan minyak
goreng dengan
bahan baku CPO dari buah kelapa sawit. Pada pabrik pengolahan
minyak goreng dan
turunannya ini dilakukan beberapa tahapan proses, dimaksudkan
untuk diperoleh
berbagai macam hasil produksi seperti Olein (minyak jadi/minyak
goreng), Stearin
(bahan baku margarin), PFAD (palm fatty acid distilat) sebagai
campuran bahan baku
sabun, kosmetik dan lain-lain, serta PKE (palm kernel expeller)
sebagai bahan baku
pakan ternak.
Adapun yang melatar belakangi dalam penyusunan laporan akhir
Kerja Praktek
ini adalah:
1. Perkembangan ilmu teknologi yang sangat pesat dewasa ini
membuat bertambah
luas dan kompleks pula persaingan dalam dunia kerja yang akan
membutuhkan
calon-calon tenaga kerja yang terampil, berpendidikan dan siap
pakai.
2. Kegiatan pembangunan yang semakin kompleks dan meningkat,
khususnya
pembangunan dibidang SDM berkualitas yang di ikuti dengan
majunya teknologi
yang semakin canggih.
3. Pertumbuhan kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan
persediaan tenaga
kerja saat ini.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis serta
pengalaman di bidang
proses produksi dalam suatu industri kimia.
-
Laporan Kerja Praktek
3
2. Memperluas wawasan tentang aplikasi keteknik-kimiaan dalam
bidang industri,
sehingga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan
interpersonal skill.
3. Turut berperan serta dalam memberikan konstribusi pada sistem
pendidikan
nasional.
4. Mengenalkan budaya kerja pada masyarakat dan menumbuhkan pola
pikir
konstrukstif yang berwawasan bagi mahasiswa dan dunia kerja di
industri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan perusahaan serta uraian
proses produksi
pada plant refinery PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.
2 Mengetahui bahan baku, bahan penunjang yang digunakan dalam
proses
produksi pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.
3 Mengetahui flow diagram proses plant refinery pada PT. SMART
Tbk Refinery
Tarjun.
4 Mengetahui spesifikasi peralatan dan unit utilitas yang
digunakan di plant
refinery pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.
5 Mengetahui struktur organisasi perusahaan dan tugas-tugasnya
pada PT. SMART
Tbk Refinery Tarjun.
6 Menghitung neraca panas pada proses kritalisasi PT. SMART Tbk
Refinery
Tarjun.
-
Laporan Kerja Praktek
4
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Ringkasan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perusahaan memulai usahanya dibidang kelapa sawit pada tahun
1962 dengan
nama PT. Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban. Pada tahun
1970,
seluruh saham perusahaan dikembalikan kepada pihak asing dan
status perusahaan
berubah menjadi PMA (Penanaman Modal Asing) sesuai dengan surat
keputusan
Menteri Negara Ekonomi Keuangan Dan Industri No.
KEP/MEKUIN/7/1970 tanggal
15 juli 1970. Pada tahun 1985, status perusahaan berubah menjadi
PMDN
(Penanaman Modal Dalam Negeri) sesuai dengan surat dari Badan
Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) No. 06/V/1985 tanggal 28 maret 1985.
Kemudian pada
tanggal 1991 perusahaan berubah namanya menjadi PT. Sinar Mas
Agro Resources
and Technology Corporation atau bisa disingkat PT. SMART
Corporation.
Pada tahun 1989, perusahaan mengakuisisi 100% saham dari 2
perkebunan
kelapa sawit PT. Maskapai Perkebunan Leidong West Indonesia dan
PT. Perusahaan
Perkebunan Panigoran yang masing-masing memiliki areal 1,879 Ha
dan 1,666 Ha.
Perusahaan juga mengakuisisi 100% saham PT. Maskapai Perkebunan
Indorub
Sumber Wadung, dengan luas areal perkebunan 1,052 Ha yang
berlokasi di Jawa
Barat.
Di tahun 1991, perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Nirmala
Agung,
perkebunan dengan luas areal 450 Ha, PT. Global Agronusa
Indonesia, perkebunan
pisang, PT. Mulyorejo Industrial Company, pabrik penyulingan
minyak goreng,
margarin dan lemak nabati, serta mengakuisisi 25% saham PT.
Grahamas Indojaya,
perusahaan pengangkutan.
Sebelum perusahaan melakukan penawaran umum pada tahun 1992,
perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Kunci Mas Wijayam, 49%
saham PT.
Inti Gerak Maju, perkebunan kelapa hibrida dan kelapa sawit
serta 49% saham
PT.Tapian Nadenggan, perkebunan kelapa sawit. Kemudian
perusahaan mengakuisisi
-
Laporan Kerja Praktek
5
50% saham PT. Sinar Meadow International Indonesia, pabrik
penyulingan minyak
goreng, margarin dan lemak nabati, dan PT. Sinar Pure Foods
International, pabrik
penggalengan ikan tuna. Di tahun1993, perusahaan mengambil alih
2 perkebunan
kelapa sawit PT. Kresna Duta Agroindo yang berlokasi di Jambi
serta PT. Pilinti
Perkasa Alam yang berlokasi di Riau. PT. Pilinti Perkasa Alam
kemudian mengubah
namanya menjadi PT. Ivo Mas Exim.
Di tahun 1994, perusahaan meningkatkan kapasitas penyulingan
Surabaya
dari 600 ton per hari menjadi 1000 ton per hari. Selain itu
pembangunan 4 buah
tangki timbun yang berlokasi di Cirebon dan Banyuwangi untuk
minyak tidak
bermerek telah pula dirampungkan dan yang berlokasi di Dumai dan
Palembang
sebagai tempat penyimpanan minyak kelapa sawit (CPO).
Pada awal tahun 1995, perusahaan membentuk 60%-40%
perusahaan
patungan dengan PT. Risjadson dengan nama PT. Smartindo Utama,
yang kemudian
membentuk 50%-50% perusahaan patungan dengan Goodmen Fielder
Overseas
Holding Pte, Ltd dari Australia dengan nama Smartindo Bluedird
Snacks (SBS).
Sangat disayangkan, kinerja SBS tidak seperti yang diharapkan
manajemen.
Sehingga, pada bulan Desember 1995, perusahaan menjual 60%
saham
kepemilikannya di PT. Smartindo Utama kepada pihak ketiga untuk
memperbaiki
kinerja perusahaan.
Pada bulan Juli 1995, PT. SMART dan PT. Intermas Tata
Trading
membentuk 70%-30% perusahaan co-holding dengan nama PT. Inter
Smart
Corporation, yang memiliki 51% saham pada PT. Nala Vini Eka
Beverage
(NAVIKA), perusahaan yang membuat kemasan RC Cola, Canada Dry,
A&W dan
Crush. Selain itu perusahaan juga memiliki lisensi untuk
memproduksi Cuzz dan
Zoda. Pada bulan Desember 1995, PT.SMART meningkatkan
kepemilikan pada PT.
Inter Smart Corporation dari 70% menjadi 100%, sehingga
kepemilikan SMART
pada NAVIKA meningkat dari 35,7% menjadi 51%. Pada saat yang
bersamaan
PT.SMART juga mendivestasikan 50% saham PT. Sinar Meadow
International
Indonesia.
-
Laporan Kerja Praktek
6
Pada tahun 1997, perusahaan mendivestasikan PT. Inter Smart
Corporation,
perusahaan induk dari NAVIKA dan ASIANINDO. Pada bulan Juni
1997, SMART
mengakuisisi 100% saham dari 2 buah perusahaan di Kalimantan
Timur yaitu, PT.
Sangatta Andalan Utama dan PT. Matra Sawit Sarana Sejahtera
dengan luas areal
masing-masing sebesar 5.700 Ha dan 16.650 Ha. Perusahaan juga
melakukan joint
venture di bidang pemupukan dengan sumber air dari Selandia
Baru.
Pada tahun 1999, PT. SMART Corporation diubah namanya
menjadi
PT.SMART Tbk. dalam rangka penyesuaian dengan peraturan
pemerintah No.26
tahun 1998 perihal pemakaian nama perseroan terbatas, menyusul
listing saham PT.
SMART Tbk. dalam bursa efek Jakarta.
Pada bulan Mei 2002, perusahaan telah mendivestasikan
seluruh
kepemilikannya pada perkebunan teh, PT. Maskapai perkebunan
Indorub Sumber
Wadung dan anak perusahaannya serta PT. perkebunan dan
Perindustrian Nirmala
Agung. Investasi perseroan sebesar 6,9% pada PT. Global Agronusa
Indonesia,
perkebunan pisang, juga telah didivestasikan seluruhnya pada
bulan November 2002.
Sedangkan perkebunan pisang yang seluruh sahamnya dimiliki oleh
perseroan sudah
tidak beroperasi lagi sejak awal tahun 2000, yang disebabkan
karena adanya
kerusuhan yang terjadi di daerah tersebut.
Saat ini PT.SMART Tbk. Merupakan perusahaan pengolahan kelapa
sawit
yang terintegrasi, mulai dari pembibitan, perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit
menjadi produk-produk yang dipasarkan, dibawah bendera SINAR MAS
GROUP,
salah satu konglomerasi besar di Indonesia. PT. SMART Tbk.
Menjadi bagian dari
Golden Agri-Resources Ltd. Yang listing di Singapore Exchange
Securities Trading
Limited (SGX-ST) sejak tahun 1999. Golden Agri-Resources Ltd.
merupakan bagian
dari Asia Food & Properties Ltd. (AFP), sebuah perusahaan
induk investasi
(investment holding company) dengan area bisnis di bidang
Agrobisnis, makanan dan
property. AFP mempunyai daerah operasi di Indonesia, Cina,
Singapura, dan
Malaysia. PT. SMART Tbk. Mempunyai dan mengolah perkebunan
kelapa sawit,
-
Laporan Kerja Praktek
7
pabrik dan refinery yang membuat minyak goreng branded dan
unbranded, branded
margarin dan shortening.
PT. SMART Tbk terbagi menjadi 2 operasional, yaitu:
1. Upstream (pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit
(CPO)).
2. Downstream (pengolahan lebih lanjut dari CPO menjadi hasil
produk akhir).
Untuk produk-produk Downstream PT. SMART terbagi menjadi 3
(tiga)
kategori besar yaitu: Retail, Industry dan Bulk. Produk-produk
Retail dikhususkan
untuk konsumen rumah tangga. Sedangkan produk-produk industri
ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan industri mie instan, industri kembang gula,
bakeri, jaringan fast
food, hotel, rumah sakit, restoran dan sebagainya. Kategori yang
terakhir, bulk adalah
tanpa merek dan ditargetkan untuk konsumsi dalam jumlah
besar.
Sementara untuk operasional upstream, PT.SMART
mengimplementasikan
program pengembangan perkebunan secara berkesinambungan dan saat
ini sedang
melakukan penanaman kembali pohon-pohon tua dan kurang produksi.
Struktur
terintegrasi dari masing-masing bagian telah dapat memastikan
kualitas unggulan dan
penyediaan bahan baku, CPO (crude palm oil) yang stabil untuk
pemenuhan produksi
dengan biaya yang kompetitif.
Perusahaan telah menjalankan program riset dan pengembangan
secara
intensif, baik di perkebunan dan refinery untuk mengoptimalkan
hasil perkebunan
untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap
produk-produk kita.
Perkembangan perekonomian Indonesia dan permintaan konsumen yang
terus
meningkat akan menciptakan peluang bisnis bagi perusahaan. Hal
ini didukung
dengan tim manajemen yang sangat berpengalaman selama ini, yang
telah
menciptakan merek produksi yang kuat dan memiliki perkebunan
kelapa sawit di
Sumatra dan Kalimantan. PT. SMART Tbk. Akan terus mengambil
kesempatan
dalam perekonomian Indonesia. Dengan pengintegrasian dan usaha
terus menerus
mencapai kesempurnaan dalam produk-produk dan pelayanannya, PT.
SMART Tbk.
Akan menjadi pemain minyak goreng kelapa sawit sehat yang unggul
di pasaran
global.
-
Laporan Kerja Praktek
8
PT. SMART Tbk Refinery Tarjun adalah sebuah pabrik terbesar dan
satu-
satunya yang mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak goreng
dan turunan
lainnya yang ada di Kalimantan selatan. Perusahaan ini terletak
di desa Tarjun Kec.
Kelumpang Hilir kab. Kotabaru Kalimantan Selatan yang menempati
tanah seluas 7
Ha. Pabrik ini mulai berproduksi sejak bulan april tahun 2008
dan akan terus
berkembang kedepannya. Adapun bahan baku utama yang digunakan
dalam proses
produksi adalah CPO (crude palm oil) dari hasil olahan tahap
pertama buah kelapa
sawit sebelum masuk ke dalam proses pengolahan minyak goreng dan
turunan
lainnya. CPO ini berasal dari pabrik-pabrik kelapa sawit (PKS)
baik dari GROUP
SINAR MAS sendiri maupun perusahaan lainnya yang ada di
Kalimantan dan di
sekitar wilayah PT. SMART Tbk. Perusahaan pengolahan CPO ini
dibangun dengan
kapasitas pabrik sebesar 1000 ton/hari dan kapasitas tersebut
akan terus ditingkatkan
dengan didirikannya plant-plant baru yang sekarang sedang dalam
tahap proyek
pembuatan.
Di perusahaan PT. SMART Tbk. Refinery Tarjun memiliki 5
nilai-nilai
perusahaan, yakni :
1. Integrity (Integritas)
2. Positive Attitude (Bersikap positif)
3. Commitment (Komitmen)
4. Continuous Improvement (Perbaikan berkelanjutan)
5. Innovative (Inovasi)
6. Loyalty (Loyalitas)
PT.SMART, Tbk berkomitmen untuk memuaskan pelanggan dengan
mengeluarkan kebijakan mutu dan keamanan pangan, yaitu:
1. Menjadi produsen produk yang bermutu dan aman untuk
dikonsumsi.
2. Meningkatkan kesadaran dan keahlian karyawan untuk menerapkan
sistem mutu
dan keamanan pangan secara efektif dan melakukan perbaikan
secara
berkelanjutan.
-
Laporan Kerja Praktek
9
3. Bekerja sama dengan pemasok untuk mendapatkan bahan baku dan
bahan
penunjang yang terbaik.
4. Senantiasa berinteraksi dengan pelanggan untuk memahami
kebutuhan mereka.
5. Memenuhi persyaratan undang-undang dan regulasi pangan serta
persyaratan
pelanggan yang berkaitan dengan mutu dan keamanan pangan yang di
setujui
bersama.
2.2 Uraian Proses Produksi
Proses produksi PT. SMART Tbk Refinery Tarjun merupakan
operasi
downstream yaitu pengolahan lebih lanjut CPO menjadi hasil
produk akhir olein,
stearin dan produk samping berupa PFAD. Proses tersebut terbagi
menjadi Refinery
dan Fraksination.
2.2.1 Proses Refinery
Proses Refinery adalah proses memurnikan CPO dengan tahapan
proses
preheating, degumming, bleaching dan dedorized sehingga
menghasilkan kualitas
produk RBDPO yang sesuai spesifikasi.
1. Preheating
Bahan utama proses refinery adalah crude palm oil (CPO) yang
disimpan
pada tangki penyimpanan CPO (storage tank). Temperatur CPO
dijaga sekitar 40-
55oC. Umpan CPO dipompakan melewati strainer yang berfungsi
sebagai penyaring
impurities yang terikut dalam CPO. Strainer terbuat dari bahan
stainless steel dengan
ukuran 100 mesh. CPO kemudian dialirkan melalui sistem
pengembalian panas (heat
recovery system) yang berupa plate heat exchanger dengan heat
transfer dari RBDPO
dan target temperatur 95-120oC. Jika dalam keadaan start up
umpan dilewatkan
melalui plate heat exchanger dengan pemanasan menggunakan steam
yang didapat
dari power plant. Dari plate heat exchanger CPO dialirkan menuju
dryer, bertujuan
untuk mengurangi kadar air dalam CPO.
2. Degumming
-
Laporan Kerja Praktek
10
Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum (getah) berupa
fosfatida
dan komponen logam dengan penambahan PA (Phosphoric Acid). Umpan
yang telah
dipanaskan dialirkan ke Instensive Mixer dan ditambahkan
phosphoric acid 85%
dengan dosis 0.04-0.06% kemudian dialirkan ke dinamic mixer
dengan pengadukan
secara intensif untuk mempresipitasi gum (getah) pada CPO. Jika
dalam keadaan start
up proses pencampuran PA menggunakan static mixer. Presipitasi
gum akan
meringankan proses filtrasi dan mencegah pembentukan scale dalam
proses
deodorizing. Pada kondisi tertentu proses degumming dapat
ditambahkan citric acid
25% dengan kadar 0.005-0.02% yang berfungsi sebagai anti
oksidan.
3. Bleaching
Proses bleaching atau pemucatan bertujuan untuk menghilangkan
beberapa
impurities yang tidak diinginkan (logam, pigmen warna,
fosfatida) dari CPO dengan
penambahan asorben BE (Bleaching Earth). BE yang digunakan
dengan dosis 0,6-
2%. Umpan dari mixer dinamic dipompakan ke tangki bleacher
dengan temperatur
dalam tangki 95-120oC untuk mendapatkan proses bleaching
optimum. Dalam tangki
bleacher CPO dicampur dengan bleaching earth, dengan injeksi
steam tekanan 1-1,5
bar agar proses optimal. Slurry dialirkan ke tangki bleached
(buffer tank) dalam
keadaan vacuum untuk menarik air dari minyak dengan menggunakan
vacuum
bleaching. Gum yang dihasilkan dari proses degumming akan
diadsorpsi oleh
absorben BE dengan sempurna. Slurry yang mengandung minyak dan
BE dipisahkan
dengan Niagara filter untuk memisahkan minyak dari
partikel-partikel BE. Slurry
melewati lembaran Niagara filter dan partikel BE terjebak pada
lembaran filter.
Setalah itu dialirkan ke bag filter untuk dilakukan filtrasi
ulang, kemudian DBPO
ditampung ke dalam filtrate receiver vessel. BE dari proses
filtrasi ini dinamakan
spent earth dan di buang pada tempat pengumpulan spent earth
yard.
Tahap proses filtrasi pada Niagara filter adalah sebagai
berikut:
a. Filling, slurry dipompakan kedalam tangki Niagara filter,
waktu yang diperlukan
10 menit
-
Laporan Kerja Praktek
11
b. Recirculation, pelapisan pada lembaran Niagara filter dengan
sirkulasi sampai
minyak yang dihasilkan jernih dari partikel bleaching earth,
waktu yang
diperlukan 15 menit
c. Filtration, proses penyaringan minyak dari partikel-partikel
bleaching earth,
waktu yang diperlukan 130 meni
d. Emptying, pengosongan Niagara filter, waktu yang diperlukan 9
menit
e. Steam blowing, pengeringan spent earth dan menekan minyak
yang masih
terdapat di spent earth, waktu yang diperlakukan 13 menit
f. Decompression, penurunan tekanan di dalam Niagara filter,
waktu yang
diperlukan 1 menit
g. Cake discharge, pelepasa spent earth melalui butterfly valve,
waktu yang
diperlukan 20 menit
DBPO dari filtrate receiver vessel dialirkan ke catride filter
ini ilakukan agar
minyak semakin murni ari BE. Adanya BE pada minyak dapat
mencemari deodorize.
4. Deodorizing
Bleached Oil (BPO) yang telah difiltrasi ditampung di Receiver
Tank yang
selanjutnya akan difeeding ke Falling Film HE dengan terlebih
dulu difiltrasi
menggunakan Catridge filter ukuran 10 micron untuk memastikan
minyak dalam
keadaan bersih. Tekanan Catridge Filter dijaga 1,5-4,0 bar. Jika
tekanan Catridge
Filter dibawah atau lebih dari tekanan operasional atau jika
pemakaian sudah
mencapai 2 bulan maka dilakukan penggantian Catridge Filter.
Suhu Bleached Oil
berkisar 95-120oC. Aktualnya 103
oC. Kemudian BPO dialirkan ke falling film heat
exchanger. Pada tahap ini dilakukan proses perpindahan panas
atau dapat disebut
juga sebagai economizer. Minyak BPO yang bersuhu 95-120oC akan
dikrosing
dengan minyak RBDPO dari scrubber yang bersuhu 258-265oC.
Falling film
merupakan vessel yang didesain berbentuk Shell and Tube. Dimana
minyak BPO
yang akan dipanaskan dialirkan kedalam tube dan minyak RBDPO
yang akan
didinginkan dialirkan dalam Shell, sehingga terjadi perpindahan
panas antara minyak
BPO dan RBDPO. Suhu BPO yang telah dialirkan silang melalui
falling film
-
Laporan Kerja Praktek
12
meningkat menjadi 200-230oC, sedangkan suhu RBDPO yang telah
dialirkan silang
menurun menjadi 200-230oC. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menghemat
penggunaan steam dan kebutuhan air pendingin.
BPO yang suhunya sudah meningkat kembali ditingkatkan lagi
suhunya
dengan menggunakan final oil heater. Final heating merupakan
tahap pemanasan
akhir sebelum minyak BPO diumpankan ke Deodorizer. Minyak BPO
yang telah
dialirkan silang di falling film heat exchanger ditransfer ke
final oil heater. Disini
minyak akan dipanaskan dengan dua sumber panas. Pada pemanasan
yang pertama,
minyak akan dipanaskan dengan steam 45 bar yang disuplai dari
Power Plant. Media
yang digunakan sebagai alat pemindah panas adalah coil. Suhu
steam 45 bar yang
digunakan sebagai pemanas berkisar 268oC. Pemanasan minyak BPO
selanjutnya
adalah dengan menggunakan High Pressure Boiler (HPB) bertekanan
55-68 bar,
aktual yang digunakan 60 bar. Hingga suhu minyak mencapai
260-268oC, suhu aktual
263oC. Media perpindahan panas yang digunakan juga menggunakan
coil.
Minyak BPO dengan suhu sekitar 260-268oC dialirkan ke unit
deodorizing.
Tahapan Proses pada Deodorizing adalah sebagai berikut:
a. Proses ini adalah proses penghilangan asam lemak bebas (FFA)
dan zat-zat yang
berbau yang terkandung dalam minyak DBPO dengan jalan
penguapan
kompponen-komponen volatilnya.
b. Minyak yang telah dipanaskan di final oil heater diumpankan
ke Presripper.
Minyak DBPO dipecah menjadi titik-titik minyak melalui
celah-celah mesh
Prestripper dengan tujuan untuk memudahkan dalam penghilangan
bau (keton),
Peroxide Value (PV), pemucatan warna DBPO dan menurunkan kadar
Free Fatty
Acid (FFA). Kemudian minyak akan bergerak secara overflow
melewati tiap tray
dari tray 6 hingga tray 1 pada stripper. Setiap tray
diinjeksikan sparging steam
bertekanan 0,5-1 bar, aktualnya 0,6 bar. Pemisahan Minyak dengan
FFA
didasarkan titik didih yaitu dimana titik didih FFA sekitar
1500C dan minyak
sekitar 3000C sehingga dalam kondisi sistem sekitar 268
0C FFA akan menguap
dan menuju ke scrubber.
-
Laporan Kerja Praktek
13
c. Scrubber merupakan paket kolom yang berisi isian yaitu
raschig rings yang
berukuran 25-50 mm. PFAD yang menguap dilewatkan melalui isian
dan
dikontakkan dengan FFA yang sudah didinginkan dan disimpan pada
PFAD tank.
PFAD dikondensasikan dengan FFA bersuhu 60-80oC PFAD yang
telah
didinginkan di PHE ditransfer ke PFAD tank.
Minyak RBDPO dialirkan ke falling film heat exchanger untuk
diturunkan
suhunya dengan mengalirkan silang dengan minyak DBPO. Suhu RBDPO
akan turun
menjadi sekitar 1800C. Kemudian RBDPO yang telah turun suhunya
kembali
dialirkan dan diturunkan suhunya di PHE menjadi 80-1400C. Pada
PHE tersebut
pertukaran panas RBDPO dialirkan silang dengan CPO. RBDPO dengan
suhu 80-
1400C kembali didinginkan dengan PHE dengan menggunakan air
chiller dari water
cooling tower sehingga suhunya menjadi sekitar 700C. RBDPO
dengan suhu 70
0C ini
dialirkan ke bag filter CCP yang berukuran 10 micron untuk
menjaga mutu RBDPO.
Kemudian RBDPO setelah dilewatkan melalui bag filter disimpan ke
tank yard.
Diagram alir proses produksi Refinery plant dapat dilihat pada
gambar 2.1 di
bawah ini:
-
Laporan Kerja Praktek
14
-
Laporan Kerja Praktek
15
2.2.2 Proses Fraksinasi
Fraksinasi adalah metode fisik dengan menggunakan sifat
kristalisasi dari
trigliserida untuk memisahkan campuran menjadi leleh rendah
fraksi cair dan lebur
tinggi fraksi cair. Ada tiga jenis fraksinasi: fraksinasi
kering, fraksinasi deterjen, dan
fraksinasi pelarut. Dua komponen yang dihasilkan dari fraksinasi
minyak kelapa
sawit adalah minyak goreng (olein) dan stearin (bentuk padat).
Proses fraksinasi yang
dilakukan pada PT. SMART Tbk adalah proses fraksinasi kering
(dry fractionation).
Dengan pendinginan RBDPO akan terpisah menjadi dua fraksi yaitu
fraksi padat
berupa stearin dan fraksi cair berupa olein.
Secara umum pengolahan minyak goreng dalam pabrik refinery
terdiri dari
tahap proses refinery dan fraksinasi. Untuk proses fraksinasi
kering terdiri dari 2
tahap proses yaitu :
1. Kristalisasi
Proses kristalisasi yaitu proses yang dilakukan pada media
kristalizer dengan
cara pemanasan RBDPO pada temperatur titik lebur kemudian
didinginkan secara
perlahan hingga temperatur leleh rendah sesuai dengan
spesifikasi yang daharapkan
sambil diaduk hingga terbentuk butiran butiran kristal. Media
kristalizer dilengkapi
pmdengan coil water yang berfungsi sebagai pendingin dan
agitator yang berfungsi
sebagai pengaduk. Terdiri dari tahap proses sebagai berikut:
a. Filling
RBDPO dari storage tank dipompakan ke tangki crystallizer
yang
sebelumnya dinaikkan suhunya menjadi 58-700C. Waktu yang
diperlukan untuk
filling adalah sekitar 21 menit. Setelah memasuki tangki
crystallizer, RBDPO
mengalami proses pendinginan yang dimulai dengan proses fast
cooling.
b. Fast cooling
Proses pendinginan cepat yang dilakukan pada RBDPO yang telah
homogen
dengan menggunakan air cooling water. Temperatur air cooling
tower masuk
ditetapkan maksimal 340C. Temperatur minyak saat fast cooling
adalah sekitar 70-
330C.
-
Laporan Kerja Praktek
16
c. Crystallization
Pada proses ini, pendinginan RBDPO menggunakan chilled water
dari
tangki chilled water yang pendinginan airnya menggunakan
chiller. Temperatur air
chilled water diatur sebesar 6,5 oC untuk mendapatkan temperatur
minyak 30,8-32
0C.
Pada langkah ini kondisi minyak cenderung labil karena
pembentukan kristal
menimbulkan panas.
d. Final cooling
Proses pendinginan RBDPO sampai mencapai temperatur tertentu
sesuai
dengan produk yang diinginkan. Untuk produk bulk temperatur
akhir minyak
disetting 24,6oC.
e. Holding
Holding bertujuan untuk mempertahankan suhu minyak sebelum
memasuki
proses filtrasi.
2. Filtrasi
Setelah tahap kristalisasi, olein dan stearin yang terbentuk
akan dipisahkan
dalam filter press yang terdiri dari plate-plate yang dilengkapi
dengan membran dan
filter cloth. Tahapan proses dalam filtrasi adalah sebagai
berikut:
a. Closing
Filter press akan menutup dengan didorong oleh pompa
hidraulic.
b. Filtration
RBDPO kristal akan dipompa dari crystallizer menuju filter press
untuk
filtrasi, dimana parameter yang digunakan adalah filtration
pressure. Olein akan lolos
melalui filter cloth sedangkan stearin akan tertahan pada
permukaan filter cloth.
Ketika loading pressure sudah mencapai 2,1 bar maka loading akan
berhenti, dan
dilanjutkan dengan proses squezzing. Olein ditampung pada tangki
olein kemudian
dialirkan tank yard.
c. Squeezing
-
Laporan Kerja Praktek
17
Pada tahap ini membran akan mengembang dan menekan stearin
pada
permukaan filter cloth hingga tekanan 8 bar dengan menggunakan
minyak kerja
sehingga stearin semakin padat dan kandungan olein semakin
sedikit pada stearin
tersebut.
d. Core Blow
Proses core blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa RBDPO
kristal
pada jalur feed . Proses blowing dilakukan dengan angin yang
bertekanan 3 bar
selama 2x1 menit. Sisa RBDPO kristal akan ditampung di blowing
tank.
e. Filtrate Blow
Proses filtrate blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
filtrat pada
pipa filtrate. Proses blowing dilakukan dengan angin yang
bertekanan 3 bar selama 1
menit.
f. Pressure Release
Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada filter press
sebelum
proses opening dilakukan. Lamanya waktu pressure release ini
adalah 20 detik.
g. Opening
Setelah pressure release, filter press akan terbuka dan stearin
akan jatuh
kedalam bak penampungan stearin. Bak penampungan stearin
dilengkapi dengan
steam coil untuk mencairkan stearin (58-700C) sebelum dipompa ke
stearin storage.
Diagram alir proses produksi Fraksinasi plant dapat dilihat pada
gambar 2.2 di
bawah ini:
-
Laporan Kerja Praktek
18
-
Laporan Kerja Praktek
19
2.2.3 Unit Operasi
Proses produksi dari bahan baku minyak kelapa sawit CPO (crude
palm oil)
dan inti sawit PK (palm kernel) yang masuk sampai menjadi
produk-produknya di
PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terbagi menjadi beberapa unit
operasi, yaitu Weight
Bridge (jembatan timbang), Unloading CPO, Unloading Kernel (inti
sawit), Pump
House (rumah pipa), Refinery Plant, KCP (Kernel Crushing Plant),
dan Jetty
(pelabuhan). Unit pertama yaitu jembatan timbang (WB) untuk
proses penimbangan
berat beban truk-truk pengangkut bahan baku dan yang lainnya
ketika masuk dan
keluar area pabrik. Jembatan timbang ini terletak didepan pintu
masuk area pabrik
dengan dua jalur yaitu jalur masuk dan jalur keluar.
Adapun material yang harus ditimbang sebelum masuk dan keluar
area pabrik
adalah:
1. Pengiriman Produk: Olein/minyak goreng.
2. Penerimaan Bahan Baku Utama: Crude palm oil (CPO) dan palm
kernel (PK).
3. Penerimaan Bahan penunjang
- Chemical: BE, PA dan bahan kimia yang lainnya.
- Spare part: peralatan suku cadang pabrik
- Bahan bakar: batubara dan solar
Gambar 2.3 Weight Bridge (jembatan timbang)
-
Laporan Kerja Praktek
20
Unit yang kedua yaitu Unloading CPO dan Unloading Kernel dimana
pada unit
ini merupukan proses balking/pembongkaran bahan baku utama
kedalam tangki
penyimpanan yang digunakan yaitu CPO (crude palm oil) dan kernel
(inti sawit),
CPO akan ditampung dalam storage tank yang kemudian akan
diproses di Refinery
sedangkan kernel akan ditampung ke dalam silo yang selanjutnya
akan diproses di
KCP (kernel crushing plant).
Gambar 2.4 Unloading CPO
Adapun jumlah storage tank yang ada di PT. SMART Tbk Refinery
Tarjun
sekarang ini berjumlah 42 unit dengan 5 macam jenis tipe ukuran
kapasitas tangki
yang berbeda-beda antara lain dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 2.1 Spesifikasi Storage Tank
Tipe Tangki Kapasitas Tinggi Diameter
A1 A10 5.000 MT 19,9 m 20 m
B1 B9 3.000 MT 19,9 m 15,4 m
C1 C10 2.000 MT 19,9 m 13,4 m
D1 D11 1.000 MT 13,6 m 10,7 m
E1 dan E2 250 MT 7,6 m 6,8 m
-
Laporan Kerja Praktek
21
Gambar 2.5 storage tank
CPO Setelah melewati jembatan timbang (WB) dan kemudian
dibongkar dari
truk tangki untuk ditampung ke dalam tangki penampungan, akan
ditarik pada Pump
House Station. Di dalam Pump House, CPO akan ditrsansfer masuk
kedalam Refinery
Plant untuk diproses lebih lanjut. Pump House ini berfungsi
untuk pendistribusian
minyak bahan baku sebelum proses dan minyak jadi setelah proses
hasil Refinery
plant dan KCP. Selain jalur darat, penerimaan bahan baku CPO
juga bisa lewat jalur
laut yaitu dengan menggunakan kapal tongkang yang mana CPO
langsung ditransfer
menggunakan pipa dari jetty/pelabuhan menuju Pump House dan
kemudian
ditampung ke dalam storage tank.
Gambar 2.6 Pump House
Dalam Refinery Plant, terbagi menjadi 2 tahapan proses produksi
yaitu
Refinery/pengolahan tahap pertama untuk CPO yang akan
menghasilkan produk
minyak setengah jadi (RBDPO) kemudian setelah itu dilanjutkan
masuk ke tahap
-
Laporan Kerja Praktek
22
fractionation untuk diperoleh hasil produk akhir berupa olein
(minyak goreng) dan
stearin. Hasil olahan dari Refinery Plant akan dikembalikan ke
storage tank melalui
Pump House yang kemudian bisa dikirim/dijual ke konsumen.
Gambar 2.7 Refinery Plant
Pada station KCP (kernel crushing plant) akan memproduksi inti
sawit
sebanyak 600 ton/hari menjadi dua hasil produk berupa serbuk PKE
(palm kernel
expeller) untuk bahan baku pakan ternak dan CPKO (crude palm
kernel oil) untuk
bahan baku pembuatan minyak goreng yang berkualitas mutu tinggi,
hasil produk
yang diolah dari KCP akan dijual/dikirim keluar kalimantan
bahkan keluar negeri
untuk diproses lebih lanjut.
Gambar 2.8 Unloading Kernel & KCP
-
Laporan Kerja Praktek
23
Station yang terakhir adalah Jetty (pelabuhan) untuk menerima
dan mengirim
minyak jadi hasil olahan maupun bahan baku. Di pelabuhan ini
bisa bersandar kapal
dari lokal maupun kapal asing dari luar negeri untuk aktivitas
jual beli minyak.
Karena aktivitas pelabuhan PT.SMART Tbk Refinery Tarjun bisa
menerima kapal
asing dari luar negeri maka untuk tingkat keamanan pelabuhan
PT.SMART bekerja
sama dengan keamanan pelayaran Internasional.
Gambar 2.9 Jetty PT.SMART Tbk Refinery Tarjun
2.3 Uraian Peralatan Proses
2.3.1 Refinery
A. Alat Utama
1. Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 205
Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas dengan tujuan
membantu
menaikkan temperatur CPO saat proses pengurangan kadar air di
Dryer Tank
dan melakukan pemanasan bertahap untuk proses degumming
dimana
prinsipnya adalah terjadi penukaran panas antara CPO dengan
RBDPO.
Perubahan temperatur yang terjadi sebagai berikut :
a. CPO dari 40 550C menjadi minimal 95oC
-
Laporan Kerja Praktek
24
b. RBDPO dari 135 1650C menjadi maksimal 100oC
Apabila suhu awal CPO kurang dari 400C maka CPO akan cepat
sekali
membeku sehingga proses penarikan CPO melalui CPO Feed Pump G
201
A/B akan sulit, sedangkan apabila suhu awal CPO lebih dari 550C
maka dapat
mengakibatkan kerusakan struktur kimia dalam CPO (minyak rusak).
Apabila
suhu akhir CPO kurang dari 950C besar peluang tidak
optimalnya
penghilangan air saat proses pengeringan di Dryer Tank D 201
(kandungan air
masih tinggi), sedangkan apabila suhu CPO lebih dari 1200C
dapat
mengakibatkan rusaknya minyak (CPO) dan dapat mempercepat
rusaknya
pompa. PHE CPO E 205 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a. Code Design : PA 90464
b. Pressure Chamber Fluid : 1 2
c. Volume : 242,3 liter 240,1 liter
d. Allow Pressure : Min 0 Min 0
Max 10 Max 10
e. Allow Temperatur : Min 50C Min 50C
Max 1500C Max 150
0C
2. Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 201
Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas yang dioperasikan
Refinery
Plant saat start up. Pada alat ini akan terjadi pertukaran panas
CPO
bertemperatur 40-550C dengan steam yang diinjeksikan sebesar 3
bar. PHE E
201 mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
a. Code Design : PA 90463
b. Pressure Chamber Fluid : 1 2
c. Volume : 29,3 liter 28,21 liter
d. Allow Pressure : Min 0 Min 0
Max 10 Max 10
e. Allow Temperatur : Min 50C Min 50C
Max 1500C Max 150
0C
-
Laporan Kerja Praktek
25
3. Dryer Tank D 201
Fungsi dari alat ini adalah mengurangi kadar air dalam minyak
(CPO) dimana
air yang menguap akan ditangkap oleh sistem vacuum. CPO dari PHE
E 205
ke tangki ini dengan cara di spray agar memperluas bidang
penguapan. Hal
yang perlu diperhatikan adalah level didalam tangki. Idealnya
level didalam
tangki adalah 25% dari volume tangki. PHE E 205 mempunyai
spesifikasi
sebagai berikut:
a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004
b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi
c. Design/Working Temperatur : 1500C
d. Test Pressure : 19 Psi
e. Volume : 43 CuM
4. Statif Mixer / Dynamic Mixer / Degumming Mixer G 207
Pada tahap ini CPO dialirkan ke Rettention Vessel Tank D 204
dengan Dryer
Pump G 202 melalui Dynamic Mixer G 207 yaitu Dynamic Mixer
terjadi
proses penghilangan getah (degumming) secara hidrolisis oleh
katalis
Phosforic Acid (PA) 85% sebanyak 0,06% dari jumlah minyak yang
mana PA
ini ditarik dari pompa tangki PA G 206. Didalam alat ini ada
screw yang
berfungsi sebagai pengaduk (mixer).
5. Rettention Vessel Tank D 204
Minyak yang keluar dari Dynamic Mixer G 207 ditampung didalam
Rettention
Vessel Tank D 204 yang kemudian dalam vessel ada proses
penambahan
Bleaching Earth (BE). Untuk mengoptimalkan proses ini digunakan
Agitator
sebagai pengaduk. Hal yang harus diperhatikan saat proses
didalam alat ini
adalah vacuum max 160 mbar, live steam 1 1,5 bar dan flowrate
max 50
ton/jam. Rettention Vessel Tank D 204 mempunyai spesifikasi
sebagai berikut
:
a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004
b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1,5 Psi
-
Laporan Kerja Praktek
26
c. Design/Working Temperatur : 1500C
d. Test Pressure : 19 Psi
e. Volume : 8,25 CuM
6. Bleacher Tank D 202
Minyak yang telah bercampur dengan BE pada Rettention Vessel
Tank D 204
berwujud lumpur atau semi solid yang disebut dengan slurry oil
dialirkan ke
tangki ini untuk disempurnakan reaksinya dengan bantuan steam
dan ada
sistem vacuum untuk menarik air setelah selesai reaksi dan
menguapkan air
yang masih terkandung didalam minyak. Selanjutnya slurry oil ini
dialirkan
ke Buffer Vessel Tank D 203. Hal yang harus diperhatikan saat
proses didalam
alat ini adalah vacuum max 160 mbar, life steam 1-1,5 bar dan
flowrate max
50 ton/jam. Bleacher Tank D 202 mempunyai spesifikasi sebagai
berikut :
a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004
b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi
c. Design/Working Temperatur : 1500C
d. Test Pressure : 19 Psi
e. Volume : 43 CuM
7. Buffer Vessel Tank D 203
Berfungsi sebagai wadah/tangki penampung slurry oil sebelum
dialirkan ke
Niagara Filter (D 206/207/208). Buffer Vessel Tank D 203
mempunyai
spesifikasi sebagai berikut :
a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004
b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi
c. Design/Working Temperatur : 1500C
d. Test Pressure : 19 Psi
e. Volume : 2,5 CuM
8. Niagara Filter D 206/207/208
Tahap filtrasi di Niagara Filter yang berjumlah 3 (tiga) buah
ini bertujuan
untuk memisahkan Spenth Earth (SE) dengan Degummed Bleached Palm
Oil
-
Laporan Kerja Praktek
27
(DBPO). Pada tahap ini, control kejernihan DBPO sangat
diperhatikan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan saat filtrasi di Niagara Filter D
206/207/208
adalah tekanan sebesar 3,5 bar dengan steam sebesar 3 bar.
Niagara Filter D
206/207/208 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a. Allow Working Pressure : Max -1 / 6 bar
b. Allow Working Temperatur : Min 200C Max 1500C
c. Test Pressure : 7,8 bar
d. Volume : 6,3 m3
9. Bag Filter D 205 A/B
Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana setiap tangki didalamnya
terdapat 4
(empat) buah saringan yang berukuran 510 , sehingga fungsinya
adalah
menyaring kembali DBPO dari Niagara Filter D 206/207/208. Hal
yang
harus diperhatikan dari kerja alat ini adalah pemberian tekanan
0,2 1,5 bar.
10. DBPO Tank F 203
Tangki ini digunakan sebagai wadah penampungan minyak (DBPO)
sementara sebelum dialirkan ke Cartridge Filter D 300 A/B. Pada
tangki ini
pula disediakan aliran dengan valve khusus yang bisa dibuka
kapan saja tanpa
mempengaruhi proses produksi guna pengambilan sampel DBPO. Alat
ini
mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004
b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi
c. Design/Working Temperatur : 1500C
d. Test Pressure : 19 Psi
e. Volume : 27,83 CuM
11. Cartridge Filter D 300 A/B
Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana disetiap tangki
didalamnya terdapat
20 (dua puluh) buah saringan yang berukuran 5-10 , sehingga
fungsinya
ialah untuk menyaring kembali DBPO dari DBPO tank F 203
sebelum
dipanaskan di Falling Film Heater E 302. Hal yang perlu
diperhatikan dari
-
Laporan Kerja Praktek
28
kerja alat ini adalah tekanan yang masuk harus berada dalam
range 1,5-4 bar.
Apabila tekanan masuk mendekati 4 bar, saringan segera diganti
dan jika
tekanan tiba-tiba drop dari tekanan normal maka Cartridge Filter
segera
diperiksa dan atau diganti.
12. Falling Film Heater E 302
Alat ini berfungsi untuk memanaskan DBPO secara bertahap yang
mana
tujuannya adalah melepaskan FFA yang ada di dalam DBPO sendiri.
Pada
tahap ini DBPO bertemperatur 95-1200C akan bersinggungan dengan
RBDPO
yang bertemperatur 255-2650C, sehingga terjadi pertukaran panas
yang
menaikkan temperatur DBPO menjadi 2002200C. Jika temperatur
DBPO
-
Laporan Kerja Praktek
29
warna DBPO dan menurunkan FFA RBDPO. Minyak dari D 301 over
flow
melalui 6 (enam) tingkat tray yang ,masing-masing tray
diinjeksikan steam di
deodorizer D 302. Pada tahap ini terjadi penguapan DBPO yang
turun
melalui celah-celah mesh dimana proses penguapannya dibantu
dengan sistem
injection antara 0,51,0 bar dan dalam keadaan vacuum 26 bar
yang
bertujuan untuk menurunkan kadar FFA sampai 0,08%. Pack
Coloumn
Deodorizer ini memiliki spesifikasi alat sebagai berikut :
a. Prestripper D 301
Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed
Design Pressure : -1. +1/-0,003 bar
Design Temperatur : 280/2650C
Test Pressure : 1,51 bar
Volume : 80 m3
b. Scrubber D 303
Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed
Designing Pressure : -1. +1/-0,003 bar
Design Temperatur : 280/2650C
Test Pressure : 1,51 bar
Volume : 80 m3
c. Deodorize Tank D 302
Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed
Design Pressure : 8/6 bar -1/4 bar
Design Temperatur : 275/2600C -
Test Pressure : 7/8 bar 15 bar
Volume : 9,3 m3 4,6 m3
15. Shell and Tube Heater E 301
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan RBDPO yang disebut juga
dengan
proses Cooling Down. Pada tahap ini akan terjadi pertukaran
panas antara air
dengan RBDPO bertemperatur 135-1650C sehingga terjadi
perubahan
-
Laporan Kerja Praktek
30
temperatur RBDPO max 1000C.
16. Plate Heat Exchanger RBDPO/PHE E 304
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan RBDPO yang disebut juga
dengan
proses Cooling IV. Pada tahap ini akan terjadi pertukaran panas
antara air max
340C dengan RBDPO bertemperatur 135 1650C sehingga terjadi
perubahan
temperatur RBDPO max 800C.
17. Bag Filter D 300 A/B
Alat ini berjumlah 2 (dua) buah yang gunanya adalah menyaring
RBDPO
sebelum dialirkan ke Tank Yard. RBDPO disaring melalui Bag
Filter dengan
ukuran 5 10 mikron. Tahap penyaringan ini perlu dikontrol
mencapai 4,0 bar
maka Bag Filter segera diganti dengan yang baru dan periksa
clarity RBDPO
yang keluar.
B. Alat Penunjang
1. CPO Feed Pump G210A/B
Alat ini berfungsi untuk memompa CPO yang berasal dari Tank Yard
untuk
dialirkan menuju PHE E205 atau PHE E201. Disamping ini terdapat
strainer
(saringan) berukuran 0,25 cm untuk menyaring CPO yang akan masuk
pada
proses refinery.
2. Dryer Pump G202
Alat ini berfungsi untuk menarik minyak yang berasal dari Dryer
Tank D201
untuk dialirkan ke Dinamic Mixer G207.
3. Phosforic Acid Tank G206
Tangki ini berfungsi untuk menampung Asam Phosfat 85 %. Asam
Phosfat
digunakan untuk pengikatan getah dengan dosis 0,04-0,06%.
4. Bleaching Earth Tank F202
Alat ini berfungsi untuk menampung Bleaching Earth (BE) yang
akan
dicampur dengan minyak pada dosis 0,6-2 % max.
5. Bleaching Earth Pump G213A/B
-
Laporan Kerja Praktek
31
Pompa ini berjumlah dua buah yang berfungsi mengatur keluarnya
BE yang
berasal dari Bleaching Earth Tank F202 untuk dicampur dengan
minyak di
Ratention Vessel Tank D204.
6. Drop Ceparator Tank F207
Tangki ini berfungsi untuk menampung sisa minyak hasil proses
filtrasi di
Niagara Filter D206/207/208 yang sebelumnya telah ditampung di
Drop
Separator Tank F207. Tangki ini juga digunakan untuk menampung
minyak
yang terikut oleh vacuum yang berasal dari Dryer Tank D201,
Bleacher Tank
D202, Buffer Vessel Tank D203 dan DBPO Tank F203. Hasil minyak
yang
tertampung didalam tangki ini akan dialirkan kembali menuju
Buffer Vessel
Tank D203. Drop Ceparator Tank F207 memiliki spesifikasi alat
sebagai
berikut :
a. Code design : ASME SECT VIII DIV.I 2004
b. Design/Working Pressure : -1/+1 Bar 0,8 Bar
c. Design/Working Temperatur : 1500C
d. Test Pressure : 1,3 Bar
e. Volume : 1,15 m3
7. Slurry Oil Pump G204A/B/C
Pompa ini berfungsi memompa Slurry Oil yang berada di Buffer
Vessel Tank
D203 untuk dialirkan menuju Niagara Filter D206/207/208.
8. Bleach Oil Pump G301
Pompa ini berfungsi untuk menarik DBPO yang berasal dari DBPO
tank F203
untuk dialirkan menuju Catridge Filter D300A/B pada Deodorizing
Plant.
9. Filter Leaf Washing Tank
Alat ini terletak pada Wash Water Treatment Plant yang berfungsi
untuk
mencuci filter atau saringan Niagara Filter D206/207/208.
10. Seperangkat Komputer
Komputer ini mempunyai software khusus yang berfungsi untuk
mengontrol
dan mengendalikan sebagian besar alat utama dan pendukung pada
Refinery
-
Laporan Kerja Praktek
32
Plant.
11. High Pressure Boiler (HPB) D310
Alat ini berfungsi untuk mensupply energi dalam bentuk steam ke
coil-coil
yang ada final Heater E303. Air yang digunakan untuk mengolah
steam ini
langsung bersumber dari Power Plant and Utility. HPB D310 ini
memiliki
spesfikasi alat sebagai berikut :
a) Code design : 10-8918 NUK-HP 1745
b) Max : 95 bar
c) Jumlah Steam : 4571 kg/h
d) Heating Surface : 84,7 m2
e) Test Pressure : 205 bar
f) Capasity : 1745 kW
g) Max Temperatur : 308C
h) Volume : 1040 liter
12. FFA Cooler E305
PFAD yang dihasilkan dari Pack Column Deodorizer akan dipompa
oleh
PFAD Pump G303 menuju alat ini. PFAD menguap melalui scrubber
D303
yang kemudian dikondensasikan dengan PFAD cair yang sudah ada
dari poses
sebelumnya yang ditampung di PFAD Tank F301.
13. PFAD Pump G303
Ini berfungsi untuk menarik PFAD yang berasal dari PFAD tank
F310 untuk
dialirkan ke FFA Cooler E305.
14. Fatty Acid Palm Distilate Tank (PFAD Tank) F310
Tangki ini berfungsi untuk menyimpan PFAD sementara yang berguna
untuk
mendinginkan PFAD yang baru dating dari Pack Column Deodorizer
di FFA
Cooler.
15. Clean Cooling Tower (CCT)
Colling Tower ini berfungsi untuk menampung air yang digunakan
untuk
mendinginkan minyak di Shell and Tube Heater E301 dan PHE
E304.
-
Laporan Kerja Praktek
33
16. Dirty Cooling Tower (DCT)
Cooling Tower ini berfungsi untuk menampung air yang berasal
dari proses
deodorisasi yang terjadi secara vacuum.
17. Fat Trap
Fat Trap merupakan tempat penampungan heavy phase dari DCT.
Biasanya
heavy phase masih mengandung minyak, sehingga perlu diadakan
pengutipan
minyak di heavy phase, yang dilakukan secara manual.
2.3.2 Fraksinasi
A. Alat Utama
1. Plate Heat Exchanger/PHE 111
Alat ini berfungsi untuk menaikkan temperatur RBDPO yang berasal
dari
RDBPO Tank Yard menjadi 58-700C dengan cara disinggungkan
dengan
steam 3 bar. Apabila terjadi kegagalan selama proses
kristalisasi di Crystalizer
Tank CR 121-129, maka RBDPO disirkulasikan lagi ke HE 111
untuk
dipanaskan ulang.
2. Crystalizer Tank CR 121-129
Alat ini berjumlah sembilan buah dimana setiap tangkinya
berkapasitas 40 ton
basis RBDPO. Tujuannya adalah pembentukan kristal stearin yang
homogen.
Agar pembentukan yang terjadi optimal, dibantu dengan
pengadukan
menggunakan agitator dan pendinginan secara bertahap melalui
coil yang ada
di dalam tangki selama 6-7 jam. Prinsip kerja alat ini adalah
mendinginkan
RBDPO secara bertahap yang dimulai dari :
a. Tahap Filling (Pengisian)
b. Tahap Cooling yaitu pendinginan minyak di dalam Crystalizer
CR
121-129 menggunakan Cooling Water yang dipompakan dari Cooling
Tower
CT151 melalui Cooling Water Supply Pump PU 151 selama 60 menit.
Pada
tahap ini adalah menurunkan temperatur minyak dari 58-700C
menjadi 35
0C.
-
Laporan Kerja Praktek
34
c. Tahap Chilling yaitu minyak didinginkan dengan Chiller
Water
bertemperatur 6-100C dari Chiller Unit CU131A/B/C di Chiller
Water Tank
TK131 yang dipompakan melalui Chiller Pump PU131. Tahap ini
berlangsung selama 5-6 jam untuk menurunkan temperatur minyak
menjadi
21-260C.
3. Filter Press FL211A/B
Filter Press FL211A/B berfungsi untuk memisahkan fraksi padat
yang di
sebut Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBD Stearin) dan
fraksi
cair yang disebut Refined Bleached Deodorized Palm Olein (RBD
Olein)
4. Melting Tank TK231A/B
Tangki terbuka ini berjumlah dua buah yang terletak dibawah
Filter Press
FL211A/B berfungsi untuk menampung cake stearin dan
mencairkannya
dengan cara memanaskan melalui coil-coil yang ada di dalam alat
ini. Setelah
mencair, stearin kemudian ditransferkan ke Tank Yard.
5. Olein Tank TK221
Tangki ini berfungsi untuk menampung RBD Olein hasil proses
filtrasi di
Filter Press FL211A/B sebelum dialirkan menuju Tank Yard.
B. Alat Penunjang
1. Feed Oil Pump RBDPO PU111 dan Rework Pump PU111
Alat ini digunakan untuk memompakan RBDPO dari Tank yard
menuju
Crystalizer Tank CR 121-129.
2. Water Pump PU121-129
Alat ini berjumlah sembilan buah yang berfungsi untuk memompa
air yang
berasal dari Cooling Tower CT151 dan untuk memompa Chiller Water
yang
berasal dari Chiller Water Tank TK131.
3. Chilled Water Supply Pump PU131
Alat ini berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Chiller
Water Tank
TK131 untuk dialirkan menuju Crystalizer Tank CR 121-129.
-
Laporan Kerja Praktek
35
4. Chiller Water Tank TK131
Tangki ini berfungsi untuk menampung chill water yang berasal
dari Chiller
Unit CU131A/B/C.
5. Chiller Unit CU131A/B/C
Alat ini berjumlah tiga buah yang fungsinya adalah mendinginkan
air yang
nantinya akan digunakan untuk proses kristalisasi.
6. Chilled Water Transfer Pump PU132A/B/C
Alat ini berjumlah tiga buah berfungsi untuk memompa air yang
berasal dari
Chiller Tank TK131 untuk dialirkan menuju Chiller Unit
CU131A/B/C.
7. Cooling Tower Water Pump PU141A/B/C
Alat ini berjumlah tiga buah berfungsi untuk memompa air yang
berasal dari
Cooling Tower CT141 untuk dialirkan menuju Chiller Unit
CU131A/B/C.
8. Cooling Tower CT141 dan Cooling Tower CT151
Cooling Tower CT141 berfungsi untuk menampung cooling water
yang
berasal dari Utility (Water Treatment Plant), dimana Cooling
Water ini akan
dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C dengan menggunakan
Pompa
PU141A/B/C. Cooling Tower CT151 berfungsi untuk menampung
Cooling
Water yang berasal dari Utility (Water Treatment Plant) yang
dipakai
langsung untuk proses cooling pada crystallizer.
9. Cooling Water Supply Pump PU151
Alat ini berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Cooling
Tower
CT151 untuk proses kristalisasi di Crystalizer Tank CR
121-129.
10. Feed Pump PU211A/B
Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menarik minyak
hasil
proses kristalisasi untuk dialirkan menuju Filter Press
FL211A/B.
11. Stearin Pump PU231A/B
Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk memompa RBD
Stearin
dari Melting Tank TK231A/B menuju Tank Yard.
12. Squeezing Tank TK261 A/B
-
Laporan Kerja Praktek
36
Tangki ini menampung RBD Olein yang berfungsi untuk menekan
RBD
Stearin sehingga terbentuk cake stearin di Filter Press
FL211A/B.
13. Squeeze Oil Pump PU261A/B
Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menarik RBD
Olein yang
berasal dari Squeezing Tank TK261 A/B untuk dialirkan ke membran
Filter
Press FL211A/B.
14. Olein Pump PU221
Alat ini berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berasal dari
Olein Tank
TK221 untuk dialirkan menuju Tank Yard.
15. Washing Tank TK 241
Tangki ini berfungsi sebagai tangki penampung minyak untuk
proses
pencucian Filter Press. Proses washing ini dilakukan setelah
Filter Press
beroperasi 20-24 kali press.
16. Washing Pump PU 241
Alat ini berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berada di
Washing Tank
TK 241 menuju Filter Press FL211A/B.
17. Plate heat Exchanger Washing/PHE Washing HE241
Alat ini berfungsi untuk memanaskan minyak washing (RBDOL)
sebelum
digunakan untuk proses pencucian di Filter Press FL211A/B. Di
dalam alat
ini minyak washing (RBDPOL) akan bersinggungan dengan steam
sampai
didapat temperatur minyak washing (RBDOL) 700C.
18. Coreblow Tank CL251A/B
Tangki ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menampung
minyak sisa
hasil proses filtrasi pada proses Coreblow. Didalam tangki ini
terdapat coil-
coil yang berfungsi untuk memanaskan minyak sebelum dialirkan
menuju
RBDPO Tank Yard.
19. Recovered Oil Pump PU251A/B
-
Laporan Kerja Praktek
37
Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk memompa minyak
yang
berasal dari Coreblow Tank CL251A/B untuk dialirkan menuju RBDPO
Tank
Yard.
20. Seperangkat Komputer
Komputer ini mempunyai software khusus yang berfungsi untuk
mengontrol
dan mengendalikan sebagian besar alat utama dan penunjang pada
Fraksinasi
Plant.
2.4 Uraian Utilitas dan Fasilitas Penunjang
2.4.1 Utilitas
A. Power Plant
Power Plant merupakan pusat energi pada PT.SMART Tbk Refinery
Tarjun
yang berfungsi untuk menghasilkan daya utilitas berupa listrik
dari genset/mesin
diesel dan steam dari boiler untuk membantu lancarnya proses
produksi, juga bisa
disebut sebagai motor untuk menjalankan pabrik ini. Adapun daya
yang dihasilkan
dari power plant ini sebesar 6 MW listrik secara perhitungan,
namun mengingat tidak
ada mesin yang bekerja dengan efisiensi 100, maka daya aktual
yang dihasilkan oleh
power plant adalah seitar 80-86% atau sekitar 4,8-5,2 MW.
Sebagai sumber daya,
power plant mengalirkan arus listrik sebanyak 1,1MW ke unit
refinery dan sisanya
adalah ke plant lainnya serta ke main office, mushola, kantin
dan fasilitas penunjang
lainnya.
Sumber steam yang digunakan untuk berlangsungnya proses produksi
ada dua
yaitu berasal dari power plant dan sebuah boiler header alstom
yang digerakkan oleh
turbin yang kemudian akan menghasilkan uap panas dengan tekanan
yang tinggi.
Steam dari power plant akan ditransfer untuk membantu pemanasan
dalam Final
heater di Refinery dan steam yang dari boiler header alstom akan
didistribusikan ke
setiap plant seperti Refinery, Fraksinasi, Storage tank, Pump
house, dan lain-lain.
-
Laporan Kerja Praktek
38
Gambar 2.10 Power Plant
B. WTP (Water Treatment Plant)
WTP (Water Treatment Plant) ialah suatu unit pengolahan air
sebagai salah
satu sistem utilitas untuk menunjang kebutuhan proses produksi
dan domestik yang
sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pada pabrik PT.SMART,
Tbk Refinery
Tarjun. Dalam WTP ada dua metode pengolahan air yaitu yang
pertama bersumber
dari air waduk dan yang kedua bersumber dari air laut. Untuk
pengolahan air dari
waduk bisa disebut dengan istilah BWRO (Brackish Water Reverse
Osmosis) yang
mana pada pengolahan sistem ini air dari waduk akan ditarik
menggunakan pompa
dan akan diproses dengan melalui beberapa tahapan didalam WTP
sehingga akan
menghasilkan berbagai macam produk air sesuai dengan kebutuhan
tiap masing-
masing plant. Sedangkan air laut yang ditarik dengan pompa
menuju WTP untuk
diproses bisa disebut SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) air laut
yang tadi nya asin
dalam WTP ini akan diproses dengan melalui beberapa tahapan yang
kemudian akan
diperoleh air tawar agar bisa didistribusikan ke semua unit dan
plant. Air dari WTP
ini juga dipakai untuk boiler atau turbin sehingga bisa
menghasilkan steam. WTP
setiap harinya memproduksi air sebanyak 80 m3/jam. Prosesnya
secara umum untuk
pemurnian air laut (SWRO) adalah air laut yang diambil
difiltrasi dengan
menggunakan dual media filter yang kemudian dialirkan ke
filtered water tank
dengan kapasitas tangki 80 ton. Untuk BWRO terlebih dahulu
diendapkan di clarifier
tank. Hasil dari clarifier tank dialirkan ke clarified water
tank. BWRO yang sudah
mengalami proses clarifying ini difiltrasi dengan menggunakan
multimedia filter. Dan
dilanjutkan proses filtasi kembali dengan menggunakan active
carbon filter . Untuk
SWRO kemudian dilakukan filtrasi kembali dengan menggunakan
catridge filter, dan
-
Laporan Kerja Praktek
39
difiltrasi kembali dengan menggunakan membran. SWRO yang tidak
memenuhi
standar akan langsung dialirkan ke laut. Hasil dari proses
filtrasi SWRO dan BWRO
ini dialirkan ke tangki buffering kedua, yaitu untuk SWRO
dialirkan ke product tank
dan untuk BWRO dialirkan ke filtered tank. Kemudian keduanya
kembali dialirkan
ke tangki buffering ketiga yaitu berupa filtered tank dan
difiltrasi kembali
menggunakan cartridge filter, lalu difiltrasi lagi dengan
menggunakan membran filte.
Hasilnya dialirkan ketangki buffering keempat yaitu berupa BWRO
tank. Air yang
dihilangkan mineralnya melalui proses demineralized water
dialirkan ke demin plant.
Air yang telah disimpan pada buffering keempat dialirkan ke
deaerator untuk
mengurangi kadar O2, deaerator terbagi dua, yaitu deaerator
Alstom dan deaerator
power plant. Hasil dari deaerator dialirkan kembali ke feed
water boiler atau boiler
drum sebelum dialirkan ke boiler water atau turbin extraction
steam. Pemanasan
pada boiler menggunakan batubara. Steam yang diahsilkan
dialirkan ke refinery
plant, KCP, office, dan laboratory.
Gambar 2.11 Water Treatment Plant (WTP)
C. Unit Penyedia Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan power plant adalah
batubara
dan solar.
-
Laporan Kerja Praktek
40
Gambar 2.12 Stockpile batubara
2.4.2 Pengolahan limbah WWTP (Waste Water Treatment Plant)
WWTP (waste water treatment plant) merupakan unit pengolahan
limbah cair
yang ada dalam area pabrik. Unit ini sangat berperan penting
untuk sebuah pabrik
karena limbah merupakan hasil buangan produk samping dari hasil
olahan yang tidak
bisa terpakai lagi. Dalam PT.SMART, Tbk Refinery Tarjun hanya
mengolah limbah
cair saja. Yaitu limbah cair hasil produksi Refinery, limbah
cair dari Unloading CPO,
dan limbah cair dari QC/laboratory. Sedangkan untuk limbah padat
nya di gunakan
untuk penambalan lubang-lubang bekas galian saja. Sebelum limbah
cair dibuang ke
drainase menuju laut terlebih dahulu harus melewati beberapa
tahapan proses yang
akan ditunjukan pada gambar berikut dibawah ini:
Gambar 2.13 WWTP
Limbah cair yang berasal dari refinery ditampung di DCT (Dirty
cooling tower)
akan digabung dengan limbah dari Unloading pump house, dan
limbah dari
QC/laboratory ditampung sementara menjadi satu dalam suatu bak
pump pit
kemudian akan dipompa masuk kedalam bak oil & grease trap
untuk proses
penyaringan pertama, hal ini bertujuan untuk memisahkan minyak
sisa PFAD yang
-
Laporan Kerja Praktek
41
masih terikat ikut dengan air. Minyak sisa tersebut akan
masukkan ke dalam sludge
basin oil tank yang kemudian akan ditransfer ke dalam storage
tank atau kembali
diproses ulang.
Sedangkan air masih dalam bak oil & grease trap akan
overflow kedalam bak
equalisasi. Karena air tersebut bersifat asam, dalam bak ini
ditambahkan NaOH untuk
menurunkan tingkat keasamannya. Setelah itu air dialirkan masuk
ke dalam statif
mixer dengan diinjeksikan PAC yang berfungsi untuk menjernihkan
air dari bak
equalisasi sebelum masuk ke dalam bak flokulasi. Dalam bak ini
limbah tersebut
dicampur dengan PE sehingga terjadi proses penggumpalan
membentuk flok.
Kemudian limbah dialirkan masuk ke dalam bak disolve air
floatation (DAF). Dalam
bak ini limbah terbentuk menjadi 3 zona yaitu zona paling atas
berbentuk
float/gelembung busa, zona tengah berbentuk air, dan zona dasar
berbentuk sludge.
Dari bak DAF, air limbah akan ditransfer masuk ke dalam bak
aerasi untuk diproses
lanjut yaitu proses mencampur air dengan udara sehingga air yang
beroksigen rendah
akan kontak dengan oksigen atau udara yang dihembuskan dari
pompa aerator. Proses
ini akan menurunkan kadar BOD, COD, TDS dan TSS yang terkandung
dalam
limbah tersebut. Setelah melewati tahap aerasi, air limbah akan
overflow ke dalam
bak sedimentasi dimana pada bak ini akan terjadi proses
pemisahan antara
sludge/padatan dengan airnya. Air dari bak sedimentasi masuk
kedalam bak control
tank untuk diuji kelayakan airnya dan disaring melewati catridge
filter sebagai
penyaringan tahap akhir yang kemudian dialirkan ke drainase
menuju laut.
Sedangkan untuk endapan sludge dari bak sedimentasi akan
ditransfer ke dalam
sludge thickener yang kemudian akan dialirkan ke filter press
untuk dipisahkan lagi
antara air dan cake. Air dari hasil filter press akan diproses
ulang dalam bak pump pit,
sedangkan cakenya akan dijadikan sebagai pupuk organik untuk
tanaman di area
pabrik. Untuk uraian proses pengolahan limbah cair pada PT.
SMART Tbk Refinery
Tarjun dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
-
Laporan Kerja Praktek
42
Gambar 2.14 Diagram alir proses pengolahan limbah cair pada
WWTP
2.3.3 Fasilitas Penunjang
A. Main Office
Main office merupakan fasilitas penunjang yang sangat
berpengaruh besar
dalam kemajuan suatu pabrik karena dalam office ini semua
bagian-bagian
departemen yang ada dalam area pabrik berpusat pada office. Oleh
karena itu office
pada pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terletak
ditengah-tengah area pabrik
karena sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pusat pengawasan
berjalannya proses
produksi pada pabrik tersebut.
-
Laporan Kerja Praktek
43
Gambar 2.15 Main office
B. Workshop dan Maintenance
Workshop dan Maintenance berfungsi sebagai unit perawatan serta
perbaikan
alat-alat yang ada dalam area pabrik sebagai penunjang proses
produksi.
Gambar 2.16 Unit Stasiun Workshop & Maintenance
C. Warehouse
Unit stasiun warehouse berfungsi sebagai gudang penyimpanan stok
bahan
kimia dan spare part yang akan digunakan dalam proses produksi.
Pada pabrik PT.
SMART Tbk Refinery Tarjun, warehouse ini terbagi menjadi 3
ruangan yaitu ruang
pertama untuk menyimpan stok spare part, ruang kedua untuk
menyimpan raw
chemical, dan ruang ketiga untuk menyimpan BE dan PA.
-
Laporan Kerja Praktek
44
Gambar 2.17 Warehouse spare part
Gambar 2.18 Warehouse Chemical PA & BE
D. Laboratorium/Quality Control (QC)
Laboratorium merupakan fasilitas pabrik yang sangat berperan
untuk
mengontrol dan menganalisa hasil produksi serta menjamin
kualitas mutu produk
yang ada di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. Hasil pengujian
analisa yang
dikeluarkan dari laboratorium ini harus sesuai dengan kondisi
aktual proses produksi
tersebut. Hal demikian dilakukan agar prabik ini mampu
memproduksi suatu produk
dengan mutu yang sesuai dengan standar mutu yang telah
ditetapkan.
Gambar 2.19 Laboratorium
-
Laporan Kerja Praktek
45
E. Hydrant (Unit Pemadam Kebakaran)
Hydrant merupakan sebuah unit stasiun pencegahan kebakaran yang
terdapat
dalam area pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.
Gambar 2.20 Unit Stasiun Hydrant
F. Kantin dan Mushala
Kantin dan mushala merupakan fasilitas yang digunakan oleh para
karyawan
dalam area pabrik untuk melaksanakan kewajibannya selain bekerja
yaitu untuk
makan dan beribadah. Untuk makan karyawan, pabrik PT. SMART Tbk
Refinery
Tarjun menyediakan kantin khusus karyawan dengan ruang makan
yang cukup luas.
Jatah makan di pabrik ini disesuaikan dengan jam masuk kerja
tiap masing-masing
karyawan yaitu dengan pembagian per shift dan lembur. Sedangkan
untuk beribadah
para karyawan yang muslim, pabrik menyediakan mushala yang
terletak disamping
kantin.
Gambar 2.21 Kantin karyawan
-
Laporan Kerja Praktek
46
Gambar 2.22 Mushala
G. Perumahan Staff & karyawan/mess
Untuk tempat tinggal para karyawan, PT. SMART Tbk Refinery
Tarjun
menyediakan ratusan unit perumahan untuk staff dan non-staff
yang berupa mess.
Gambar 2.23 Perumahan/mess karyawan
H. Bis karyawan
Fasilitas penunjang perusahaan yang terakhir berupa alat
transportasi yaitu
bus karyawan. Pada pabrik ini terdapat 2 unit bus yang siap
untuk mengantar jemput
karyawan ketika masuk kerja.
-
Laporan Kerja Praktek
47
Gambar 2.24 Bus karyawan
2.5 Aspek Ekonomi, Organisasi dan Manajemen Pabrik
2.5.1 Aspek Ekonomi
Sistem pemasaran yang digunakan oleh PT. SMART Tbk Refinery
Tarjun
yaitu melalui dua jalur, pengiriman produk berupa olein atau
minyak goreng curah
lewat jalur darat dengan menggunakan unit truck tangki dan jalur
kedua yaitu
pengiriman/penjualan melalui jalur laut yang menggunakan kapal
tanker. Pengiriman
produk lewat jalur laut ini adalah semua hasil produk maupun
bahan baku seperti
CPO, RBDPO, PFAD, RBDOLEIN, RBDSTEARIN, CPKO dan PKE. Data
penjualan
untuk berbagai negara:
Tabel 2.2 Data Penjualan Eksport PT. SMART Refinery Tarjun
Januari-Juni 2012
NEGARA Jumlah Penjualan Persentase (%)
India 23 38,33333
China 9 15
Korea Selatan 13 21,66667
Malaysia 3 5
Bangladesh 3 5
Filipina 5 8,333333
Pakistan 2 3,333333
Singapura 1 1,666667
Belanda 1 1,666667
-
Laporan Kerja Praktek
48
2.4.2 Organisasi
PT.SMART, Tbk Refinery Tarjun terdiri dari departemen-departemen
dimana
dalam setiap departemen tersebut terdapat seseorang yang
memiliki tugas dan fungsi
kerja sebagai berikut :
1. General Manager (GM)
General Manager (GM) mempunyai wewenang yaitu membuat
keputusan
dalam segala hal yang berkaitan dengan perbaikan, pemeliharaan,
perawatan, dan
koordinasi seluruh bagian departemen yang tidak dapat diputuskan
oleh bawahannya
baik yang dilakukan sendiri ataupun oleh pihak kontraktor.
Sedangkan tugas-
tugasnya adalah :
a. Memeriksa dan menyetujui rencana pemeliharaan tahunan untuk
instalasi pabrik
dan seluruh alat mesin pengolahan produksi, berdasarkan skedul
Pemeliharaan
Tahunan.
b. Mengawasi pelaksanaan program pemeliharaan mesin - mesin yang
dilakukan
oleh bawahannya.
c. Mengawasi dan memastikan pelaksanaan Standart Operasional
Prosedur (SOP)
dan Work Instruction (WI) serta Keselamatan Kerja atau
perlengkapan safety
kerja.
d. Memeriksa dan menyetujui Laporan Biaya Pemeliharaan
Bulanan.
General Manajer (GM) memiliki tanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan
Operasional Pabrik, Pemeliharaan seluruh alat mesin pengolahan
produksi, dan
skedul Pemeliharaan Tahunan, Penerapan System Management,
Keselamatan Kerja,
serta Laporan Biaya Pemeliharaan Bulanan.
2. Deputy GM
Deputy GM mempunyai wewenang yang sama dengan GM dimana
fungsi
Deputy GM pada pabrik ini adalah sebagai wakil GM yang juga
memiliki tugas sama
dengan General manager. Deputy GM harus saling berkoordinasi
dengan bawahannya
dan memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dengan posisi
GM.
3. Departemen Head
-
Laporan Kerja Praktek
49
Departemen Head merupakan kapala bagian yang mempunyai hak
wewenang
untuk mengatur dan membuat keputusan dalam hal teknik
pemeliharaan, perawatan,
peningkatan kualitas mutu dalam tiap masing-masing departemen
yang ada dalam
pabrik dimana hal ini tidak dapat dilakukan oleh seorang
bawahannya. Wewenang ini
tentu akan tetap dalam pengawasan seorang GM dan deputy GM-nya.
Dept. Head
memiliki tanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan dan
perbaikan alat mesin produksi, peningkatan kemampuan kerja
bawahan serta
kebenaran dan ketepatan waktu laporan biaya pemeliharaan
bulanan. Sedangkan
tugas-tugasnya adalah :
a. Membuat dan melaksanakan rencana kerja pemeliharaan yang
telah ditetapkan
dalam skedul dan perbaikan serta rencana kebutuhan material /
spare part secara
periodik.
b. Mengawasi dan memastikan pelaksanaan Standart Operasional
Prosedur (SOP)
dan Work Instruction (WI) serta Keselamatan Kerja atau
perlengkapan safety
kerja.
4. Section Head
Section Head merupakan tangan kanan dari Dept. Head dimana
mempunyai
hak wewenang yaitu memerintah, membuat keputusan dan mengatur
bawahan untuk
menjalankan proses produksi sesuai dengan standar operasional
baik sebelum proses
maupun setelah proses. Sedangkan tugas-tugasnya adalah :
a. Membuat dan melaksanakan rencana kerja pembersihan dan
pencucian seluruh
peralatan proses, membuat jam kerja proses produksi serta
kebutuhan bahan
penunjang proses secara periodik.
b. Melaksanakan, monitoring kondisi kerja mesin/alat secara
seksama dengan
memperhatikan perlakuan beban operasi serta senantiasa
meminimalkan losess
yang terjadi.
c. Membawahi dan melakukan pengawasan langsung terhadap
kegiatan
kerja/operasional proses produksi, kebersihan areal/lokasi
pabrik, water supply,
power supply, dan stock hasil produksi.
-
Laporan Kerja Praktek
50
d. Melakukan pengawasan Safety & Health Environment.
- Penanganan Limbah B3
- Penanganan Limbah Cair dan Padat
e. Mengawasi dan memastikan pelaksanaan Standart Operasional
Prosedur (SOP)
dan Work Instruction (WI) serta Keselamatan Kerja atau
perlengkapan safety
kerja.
Section Head memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelancaran
dan
kelangsungan pengolahan proses produksi dan pelaksanaan terhadap
sistem
operasional prosedur yang berkaitan dengan kegiatan pengolahan
bahan baku menjadi
hasil produk.
5. Staff Officer
Staff Officer mempunyai wewenang untuk menjalankan rencana kerja
proses
produksi, pemeliharaan dan perbaikan alat mesin proses serta
rencana kebutuhan
material atau spare part secara periodik. Sedangkan
tugas-tugasnya adalah :
a. Membawahi dan melakukan pengawasan langsung terhadap kinerja
operator.
b. Melakukan pengawasan dan pengaturan terhadap kegiatan
kerja/operasional
peralatan, proses pengolahan serta pendistribusian hasil
produksi.
c. Melaksanakan, monitoring kondisi kerja alat mesin secara
seksama dengan
memperhatikan perlakuan beban operasi.
d. Melakukan kegiatan administrasi terhadap seluruh kegiatan
pemeliharaan dan
perbaikan.
e. Melakukan pengawasan Safety & Health Environment,
Penanganan Limbah B3,
Penanganan Limbah Cair & Padat serta Emisi dan Ambient
Udara.
f. Mengevaluasi seluruh quality oil losses secara up to
date.
g. Membuat Laporan Biaya Pemeliharaan Bulanan.
h. Melakukan koordinasi dengan foreman dan operator untuk
menjalankan proses
produksi.
Staff Officer memiliki tanggung jawab penuh terhadap
terlaksananya rencana
kegiatan pemeliharaan dan perbaikan alat mesin produksi yang
sudah ditetapkan,
-
Laporan Kerja Praktek
51
kelancaran dan kelangsungan alat mesin produksi, peningkatan
kemampuan kerja
operator dibawah pengawasannya, serta kebenaran dan ketepatan
waktu laporan biaya
pemeliharaan bulanan.
6. Foreman dan Operator
Foreman dan Operator adalah seseorang yang mempunyai tanggung
jawab
untuk pengoperasian proses produksi. Dimana dalam hal ini tetap
dalam pengawasan
dari atasannya yaitu Staff Officer, dan Section Head. Sedangkan
tugas-tugasnya
adalah :
a. Menjalankan proses produksi sesuai dengan Standart
Operasional Prosedur
yang berlaku.
b. Mengontrol, memelihara dan memperbaiki kerja alat mesin
produksi secara
berkala.
c. Bertanggung jawab terhadap keakuratan data laporan
produksi.
Adapun struktur organisasi perusahaan PT. SMART Tbk Refinery
Tarjun
dalam gambar 2.25 sebagai berikut:
-
Laporan Kerja Praktek
52
-
Laporan Kerja Praktek
53
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
3.1 Jadwal Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek di pabrik pengolahan minyak goreng PT.
SMART
Tbk Refinery Tarjun dimulai pada hari Senin sampai dengan hari
Jumat. Jadwal jam
kerja praktek pada hari Senin sampai dengan hari Jumat mulai
pukul 08.00 WITA
hingga pukul 17.00 WITA. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur
kerja.
3.2 Uraian Kegiatan Kerja Praktek
Uraian kegiatan kerja praktek yang laksanakan pada pabrik
pengolahan
minyak goreng PT. SMART Tbk Refinery Tarjun adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Kerja Praktek
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Keterangan
2 Juli 2012
3 Juli 2012
4 Juli 2012
- Penempatan posisi kerja
praktek dibagian produksi
- Pengarahan mengenai K3
serta perlengkapan safety.
- Pengenalan plant Refinery.
- Mempelajari mekanisme CPO
dengan menggunkan pompa
hingga ke dryer.
- Pemberian materi tentang
pengolahan CPO menjadi
RBDPO
- Memahami alur proses
- Mendapatkan
penjelasan
- Mendapat penjelasan
- Mendapatkan
penjelasan
- Mendapatkan
penjelasan
- Mendapatkan
-
Laporan Kerja Praktek
54
5 Juli 2012
7 Juli 2012
9 Juli 2012
10 Juli 2012
11 Juli 2012
produksi dalam Refinery plant
- Menggambar diagram alir
proses.
- Mencari data parameter
komponen bahan untuk
perhitungan neraca massa.
- Mencari data spesifikasi alat-
alat yang digunakan.
- Mencari kondisi operasi
proses refinery dan fraksinasi.
- Observasi agitator dalam
tangki kristalisasi.
- Memahami mekanime proses
fraksinasi
- Observasi ke refinery
- Menghitung neraca panas dan
massa
- Membuat FDP refinery
- Melanjutkan membuat FDP
- Mendapatkan tugas dari
officer panel room
penjelasan
- Mendapatkan
penjelasan
- Mendapatkan
penjelasan
- Tinjauan ke QC
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke control
room
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke plant dan
mendapatkan
penjelasan
- Tinjauan ke plant
- Menggunakan
sotfware Ms. exel
-
Laporan Kerja Praktek
55
12 Juli 2012
13 Juli 2012
16 Juli 2012
17 Juli 2012
18 Juli 2012
19 Juli 2012
20 Juli 2012
23 Juli 2012
- Observasi plant yang sedang
melakukan shut down, melihat
PHE
- Observasi ke jetty
- Observasi plant yang sedang
shut down, melihat HPB
- Melanjutkan menghitung
neraca massa dan panas
- Observasi plant yang sedang
shut down, melihat Final Oil
Heater
- Mencari densitas RBDPO
- Menghitung volume
crystallizer
- Observasi plant yang sedang
shut down, melihat retention
- Melanjutkan menghitung
neraca massa dan panas
- Observasi plant yang sedang
shut down, melihat bleacher
- Penyusunan laporan akhir
kerja praktek
- Menggunakan
software Ms.visio
- Menggunakan
software Ms.Visio
- Menyelesaikan tugas
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke jetty
- Tinjauan ke plant
- Menggunakan
software Ms.Exel
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke QC
- Menggunakan software
Ms.Exel
- Tinjauan ke plant
-
Laporan Kerja Praktek
56
24 Juli 2012
25 Juli 2012
26 Juli 2012
27 Juli 2012
30 Juli 2012
31 Juli 2012
- Melihat proses filtrasi
- Melanjutkan penyusunan
laporan akhir kerja praktek
- Melanjutkan penyusunan
laporan akhir kerja pratek
- Observasi plant
- Mencari data pemasaran
produk dan struktur organisasi
- Observasi plant dan control
plant
- Mencari data pemasaran
- Menghitung neraca panas
kristalisasi
- Melanjutkan penyusunan
laporan akhir kerja praktek
- Menggunakan
software Ms.Exel
- Tinjauan ke plant
- Menggunakan
Ms.Word
- Tinjauan ke plant
- Menggunakan Ms.
Word
- Menggunakan Ms.
Word
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke Main
Office
- Tinjauan ke plant
-
Laporan Kerja Praktek
57
- Tinjauan ke Main
Office
- Menggunakan
CamCAD
- Menggunakan
Ms.Word
2 Juli 2012
3 Juli 2012
4 Juli 2012
- Penempatan posisi kerja
praktek dibagian produksi.
- Pengarahan mengenai K3
serta perlengkapan safety.
- Pengenalan plant Refinery.
- Mempelajari mekanisme CPO
dengan menggunkan pompa
hingga ke dryer.
- Pemberian materi tentang
pengolahan CPO menjadi
RBDPO
- Memahami alur proses
produksi dalam Refinery plant
- Menggambar diagram alir
proses.
- Mencari data parameter
komponen bahan untuk
- Mendapatkan
penjelasan
- Mendapat penjelasan
- Mendapatkan
penjelasan
- Mendapatkan
penjelasan
- Mendapatkan
penjelasan
- Mendapatkan
penjelasan
-
Laporan Kerja Praktek
58
5 Juli 2012
7 Juli 2012
9 Juli 2012
10 Juli 2012
11 Juli 2012
perhitungan neraca massa.
- Mencari data spesifikasi alat-
alat yang digunakan.
- Mencari kondisi operasi
proses refinery dan fraksinasi.
- Observasi agitator dalam
tangki kristalisasi.
- Memahami mekanime proses
fraksinasi
- Observasi ke refinery
- Menghitung neraca panas dan
massa
- Membuat FDP refinery
- Melanjutkan membuat FDP
- Mendapatkan tugas dari
officer panel room
- Observasi plant yang sedang
melakukan shut down, melihat
PHE
- Observasi ke jetty
- Mendapatkan
penjelasan
- Tinjauan ke QC
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke control
room
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke plant dan
mendapatkan
penjelasan
- Tinjauan ke plant
- Menggunakan
sotfware Ms. exel
- Menggunakan
software Ms.visio
- Menggunakan
software Ms.Visio
-
Laporan Kerja Praktek
59
12 Juli 2012
13 Juli 2012
16 Juli 2012
17 Juli 2012
18 Juli 2012
19 Juli 2012
20 Juli 2012
23 Juli 2012
- Observasi plant yang sedang
shut down, melihat HPB
- Melanjutkan menghitung
neraca massa dan panas
- Observasi plant yang sedang
shut down, melihat Final Oil
Heater
- Mencari densitas RBDPO
- Menghitung volume
crystallizer
- Observasi plant yang sedang
shut down, melihat retention
- Melanjutkan menghitung
neraca massa dan panas
- Observasi plant yang sedang
shut down, melihat bleacher
- Penyusunan laporan akhir
kerja praktek
- Melihat proses filtrasi
- Melanjutkan penyusunan
laporan akhir kerja praktek
- Menyelesaikan tugas
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke jetty
- Tinjauan ke plant
- Menggunakan
software Ms.Exel
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke QC
- Menggunakan software
Ms.Exel
- Tinjauan ke plant
- Menggunakan
software Ms.Exel
- Tinjauan ke plant
-
Laporan Kerja Praktek
60
24 Juli 2012
25 Juli 2012
26 Juli 2012
27 Juli 2012
30 Juli 2012
31 Juli 2012
- Melanjutkan penyusunan
laporan akhir kerja pratek
- Observasi plant
- Mencari data pemasaran
produk dan struktur organisasi
- Observasi plant dan control
plant
- Mencari data pemasaran
- Menghitung neraca panas
kristalisasi
- Melanjutkan penyusunan
laporan akhir kerja praktek
- Menggunakan
Ms.Word
- Tinjauan ke plant
- Menggunakan Ms.
Word
- Menggunakan Ms.
Word
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke Main
Office
- Tinjauan ke plant
- Tinjauan ke Main
Office
- Menggunakan
-
Laporan Kerja Praktek
61
CamCAD
- Menggunakan
Ms.Word
-
Laporan Kerja Praktek
62
BAB IV
PERHITUNGAN NERACA PANAS PADA CRYSTALLIZER
4.1 Neraca Panas Crystallizer
Rumus umum neraca panas untuk crystallizer:
F. hF = C. Hc + Q + L. Hl
Tabel 4.1 Data komponen RBDPO dengan massa total 32.000 KG
No. Komponen RBDPO Persentase Massa Massa Komponen (KG)
1. Asam Palmitat 49,1% 19.247,2
2. Asam Oleat 40,1% 15.719,2
3. Asam Myristat 0,6 % 235,2
4. Asam Stearat 3,1 % 1.215,2
5. Asam Linoleat 7,1% 2.783,2
Kemudian dari massa yang didapat, diperoleh mol masing-masing
komponen
dengan rumus mol =
, menjadi:
Tabel 4.2 Data Mol Komponen RBDPO
No. Komponen
RBDPO
Massa Komponen
(KG)
BM senyawa Mol
1. Asam Palmitat 19.247,2 256 75,184375
2. Asam Oleat 15.719,2 282 55,741844
3. Asam Miristat 235,2 228 1,0315789
4. Asam Stearat 1.215,2 284 4,2788732
5. Asam Linoleat 2.783,2 280 9,94
-
Laporan Kerja Praktek
63
4.1.1 Perhitungan Kapasitas panas masing-masing komponen
Perhitungan Kapasitas Panas Berdasarkan Tabel 8.2 Heat Capacity
of the
Elemnt J/mol 0C ( Coulson: 322). Untuk Asam Palmitat
CH3(CH2)14COOH, C yang
berjumlah 16 dengan Ar 12, maka Nilai kapasitas panas atom C
pada fase liquid
menjadi:
16 x 12 x 11,7 = 2.246,4
Untuk H yang berjumlah 32 dengan Ar 1, maka Nilai kapasitas
panas atom H pada
fase liquid menjadi:
32 x 1 x 18 = 576
Untuk O yang berjumlah 2 dengan Ar 16, maka Nilai kapasitas
panas atom C pada
fase liquid menjadi:
2 x 16 x 25,1 =80,32
Yang kemudian kemudian dijumlahkan menjadi:
2.246,4 + 576 + 80,32 = 3.625,6 J/mol 0C
Hal demikian pula yang dilakukan untuk menghitung kapasitas
panas untuk
komponen lainnya, kemudian hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Nilai Kapasitas Panas Komponen RBDPO
No. Komponen RBDPO Nilai Kapasitas Panas J/mol 0C
1. Asam Palmitat 3.625,6
2. Asam Oleat 3.956,6
3. Asam Myristat 3.244,4
4. Asam Stearat 4.006,8
5. Asam Linoleat 3.906,4
4.2 Perhitungan Panas Sensibel
4.2.1 Perhitungan Panas Sensibel Masuk (H1)
Berdasarkan rumus H = m . Cp. 2
1 dan perubahan suhu dari 43
0C
menjadi 250C, maka nilai H1 adalah:
-
Laporan Kerja Praktek
64
H = m. Cp. 2
1
H = 75,184375 mol x 3625,6 J/mol 0C x (43-25)
0C
H = 4.906.592,46 J = 4.9065, 9246 KJ
Untuk perhitungan panas sensibel komponen RBDPO lainnya juga
mengikuti
perhitungan diatas dan hasilnya dalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Nilai Panas Sensibel Masing-Masing Komponen RBDPO
No. Komponen RBDPO H1 (KJ)
1. Asam Palmitat 4.906,59246
2. Asam Oleat 3.969,867237