1 LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS Pelatihan Merancang Media Audio Visual Berbasis Performance Assesment dalam Pelaksanaan Layanan Informasi Bimbingan Konseing Bagi Mahasiswa Jurusan BK FIP Undiksha Oleh: 1. Putu Ari Dharmayanti, S.Pd.,M.Pd (Ketua) NIP. 198501232008122004 2. Dr. Ketut Gading, M.Psi (Anggota) NIP. 195912311984031009 3. Luh Putu Sri Lestari, S.Pd., M.Pd (Anggota) NIP. 198605192008122003 BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2016
50
Embed
LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKSlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198501232008122004... · 2 Abstrak: Tujuan P2M ini adalah Meningkatkan pemhaman guru BK
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN KEMAJUAN
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
Pelatihan Merancang Media Audio Visual
Berbasis Performance Assesment dalam Pelaksanaan
Layanan Informasi Bimbingan Konseing Bagi Mahasiswa
Jurusan BK FIP Undiksha
Oleh:
1. Putu Ari Dharmayanti, S.Pd.,M.Pd (Ketua)
NIP. 198501232008122004
2. Dr. Ketut Gading, M.Psi (Anggota)
NIP. 195912311984031009
3. Luh Putu Sri Lestari, S.Pd., M.Pd (Anggota)
NIP. 198605192008122003
BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016
2
Abstrak:
Tujuan P2M ini adalah Meningkatkan pemhaman guru BK SMA/SMK di Kota
singaraja mengenai langkah-langkah dalam merancang media audio visual
berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK Serta
Meningkatkan kemampuan guru BK SMA/SMK merancang media audio visual
berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK.
Kegiatan P2M diselenggarakan di ruang seminar FIP dengan melibatkan guru-
guru bimbingan konseling SMA/ SMK di kota singaraja yang berjumlah 30 orang.
Kegiatan dilaksanakan selama dua hari yaitu tanggal 29-30 Juli 2016. Metode
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam P2M ini
adalah metode ceramah, diskusi dan juga pelatihan (merancang meda audio visual
dan refleksi) yang dilaksanakan dalam bentuk seminar dan workshop.
Keberhasilan kegiatan pelatihan ini akan dievaluasi melalui: 1) Evaluasi proses:
dilihat dari aktifitas peserta mengikuti kegiatan pelatihan, hal ini ditunjukan
dengan partisipasi pesrta dalam diskusi (mengajukan atau menjawab pertanyaan),
kehadiran peserta dalam kegiatan, kerjasama peserta dalam kegiatan (mau
melaksanakan instruksi yang diberikan oleh narasumber maupun ketua
pelaksana). Evaluasi proses dilaksanakan selama kegiatan P2M dilaksanakan. 2)
Evaluasi hasil/produk: dilakukan terhadap kemampuan peserta dalam
merancang media audio visual dalam kegiatan layanan informasi BK. dan juga
penilaian terhadap produk media yang dihasilkan maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan P2M berhasil, karena rancangan yang dibuat sesuai dengan indikator
dan tagihan yang diminta oleh pelaksana dan juga peserta sudah menunjukan
keseriusannya dalam membuat rancangan tersebut.
Kata kunci: Media BK, Performance Assessment, Layanan Informasi,
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah
satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar,
tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1
Ayat 6). Kesejajaran posisi ini tidaklah berarti bahwa semua tenaga pendidik itu
tanpa keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Demikian juga konselor
memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak persis sama
dengan guru. Hal ini mengandung implikasi bahwa untuk masing-masing
kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memerlukan upaya pembentukan
kualifikasi akademik dan kompetensi berdasar kepada konteks tugas dan
ekspektasi kinerja masing-masing. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 27
Th. 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Pasal
1) secara tegas menyebutkan bahwa untuk dapat diangkat sebagai konselor,
seorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
yang berlaku secara nasional. Selanjutnya penyelenggara pendidikan yang satuan
pendidikannya memperkerjakan konselor wajib menerapkan standar kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor. Penguasaan keterampilan konseling bagi
konselor memungkinkan terselenggaranya pelayanan konseling yang professional
dan memandirikan serta menghindarkan tercederainya praktik profesi konselor.
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki konselor adalah
kemampuan menggunakan dan mengoperasionalkan media bimbingan dan
konseling. Kemampuan ini diperlukan karena dalam kegiatannya seorang konselor
hendaknya mampu merancang, menggunakan, dan mengevaluasi efektivitas
penggunaan media dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui
perencanaan yang baik akan memperoleh kejelasan arah penggunaan media
bimbingan dan konseling dan memudahkan untuk mengontrol kegiatan yang
dilaksanakan. Lebih lanjut, Briggs (dalam Sadiman, dkk, 2002) menyatakan
bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar dan atau menerima layanan bimbingan dan
4
konseling. Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan
bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi
Lebih lanjut, dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling dikenal pula
istilah media bimbingan dan konseling. Suyitno (1997) menyatakan bahwa media
bimbingan dan konseling adalah suatu peralatan baik berupa perangkat lunak
maupun perangkat keras yang berfungsi sebagai alat bantu bimbingan dan alat
bantu mengajar. Sebagai alat bantu dalam kegiatan layanan bimbingan dan
konseling, maka media bimbingan ini akan disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing materi bimbingan dan konseling yang akan disajikan juga
memperhatikan karakteristik siswa.
Untuk melihat aktifitas guru BK SMA/SMK dalam merancang media
audio visual BK maka pemantauan ini meliputi proses maupun hasil, maka
diperlukan asesmen yang digunakan, dimana dalam asesmen yang dilakukan
tersebut harus terdapat suatu umpan balik yang efektif, baik efektif dalam arti
mengoptimalkan hasil maupun efektif dalam arti membangun tanggungjawab
belajar pada diri mahasiswa.oleh karena itu pelatihan ini menggunakan
Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai
terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap
unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi mahasiswa. Performance assessment
digunakan untuk menilai kemampuan mahasiswa melalui penugasan. Penugasan
tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis),
menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas
yang diberikan kepada mahasiswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai dan bermakna bagi mereka (Setyono,2005:3). Sedangkan menurut Majid
(2006:88) performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam
tugas dan situasi di mana peserta diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman
dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam
berbagai macam konteks. Jadi dapat dikatakan bahwa performance assessment
adalah suatu penilaian yang meminta peserta untuk mendemostrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan
kriteria-kriteria yang diinginkan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat
5
disimpulkan bahwa performance assessment dalam penelitian ini adalah suatu
bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan
yang telah diperoleh oleh mahasiswa dan menggambarkan suatu kemampuan
mahasiswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
Karakteristik performance assesment menurut Norman (dalam Siti
Mahmudah, 2000:18) adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau
nyata; (2) tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa
untuk berpikir dan ada kemungkinan mempunyai solusi yang banyak;(3) waktu
yang diberikan untuk asesmen lebih banyak; (4) dalam penilaiannya lebih banyak
menggunakan pertimbangan. Hal senada juga diungkapkan oleh Setyono (2005:3)
bahwa performance assesment digunakan untuk menilai kemampuan siswa
melalui penugasan yang berupa aspek pembelajaran kinerja dan produk,
sedangkan Hutabarat (2004:16) berpendapat bahwa performance assesment lebih
tepat untuk menilai kemampuan siswa dalam menyajikan lisan, pemecahan
masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam suatu kegiatan
pembelajaran, kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan laboratorium
serta kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat dan
menggunakan performance assessment adalah 1) identifikasi semua langkah
penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir; 2)
menuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas; 3) mengusahakan kemampuan yang akan diukur tidak
terlalu banyak sehingga semua dapat diamati; 4) mengurutkan kemampuan yang
akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati; 5) bila menggunakan skala
rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (Hutabarat, 2004: 17)
sedangkan Majid (2006: 88) mengemukakan langkah-langkah membuat dan
menggunakan performance assessment adalah 1) melakukan identifikasi terhadap
langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil
akhir (output yang terbaik); 2) menuliskan perilaku kemampuan spesifik yang
penting dan diperlukan untuk menyelesaikan dan menghasilkan output yang
terbaik; 3) membuat dan menggunakan kriteria-kriteria kemampuan yang akan
diukur, jengan terlalu banyak sehingga semua kriteria- kriteria tersebut dapat
6
diobservasi selama siswa melaksanakaan tugas; 4) mengurutkan kriteria-kriteria
kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati; 5) kalau
ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang
dibuat sebelumnya oleh orang lain. Untuk menentukan validitas dan reliabilitas
dalam performance assessment ada beberapa langkah yang harus diperhatikan
yaitu 1) menentukan tujuan penilaian yang jelas sebelum memulai; 2) mengajar
siswa dengan kinerja yang diinginkan, dan 3) memberitahukan kepada siswa
tentang kriteria-kriteria kinerja yang akan dipertimbangkan (Airasian, 1991:299-
301).
1.2 Analisis Situasi
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki guru BK adalah
kemampuan merancang media BK. Kemampuan ini diperlukan karena Melalui
perencanaan yang baik akan memperoleh kejelasan arah penggunaan media
bimbingan dan konseling dan memudahkan untuk mengontrol kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu dalam penggunaan media bimbingan dan konseling
seorang konselor perlu memperhatikan berbagai hal sebagai berikut ini: (a)
analisis kebutuhan/permasalahan siswa (b) penentuan tujuan yang akan dicapai
(c) analisis situasi dan kondisi sekolah (d) penentuan jenis kegiatan yang akan
dilakukan (e) penentuan personel-personel yang akan melaksanakan, (f)
perkiraaan biaya yang dimiliki sekolah, (g) mengantisipasi kemungkinan
hambatan dalam penggunaan media bimbingan dan konseling, dan (i) waktu dan
tempat untuk digunakannya media bimbingan dan konseling.
Seringkali ditemui dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling
disekolah, konselor/guru pembimbing menyampaikan materi bimbingan dan
konseling kepada siswa hanya dengan mempergunakan cara-cara yang “kuno”.
Dalam arti bahwa konselor/guru pembimbing hanya sebatas menjelaskan atau
memberi ceramah kepada siswa. Keterbatasan metode ini akan membuat dan
menggunakan siswa merasa cepat bosan walaupun materi yang diberikan oleh
konselor/guru pembimbing sebenarnya sangat menarik.Kegiatan belajar dan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling di kelas pada dasarnya adalah proses
komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa konselor/guru pembimbing sebagai
7
sumber informasi memiliki kebutuhan untuk menyampaikan informasi (materi
BK) kepada siswa sebagai penerima informasi. Penyampaian informasi ini dapat
melalui cara-cara biasa seperti berbicara kepada siswa, atau melalui perantara
yang disebut sebagai media. Penggunaan media BK perlu disadari bahwa berbeda
dengan guru bidang studi lain karena sifat tugasnya, maka konselor hendaknya
mampu mengalokasikan kegiatan yang ada di dalam kelas dan di luar kelas
dengan media yang dapat mendukung kegiatan dimaksud sehingga kegiatan
berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil observasi dalam studi pendahuluan didapatkan bahwa
guru BK di SMA/SMK menyatakan belum memahami dan belum mampu untuk
menginternalisasi keterampilan merancang media BK kedalam pelaksanaan
layanan informasi bimbingan konseling. Hasil wawancara menunjukkan mereka
masih terkendala dengan penguasaan teknologi dalam membuat media, selain itu
mereka juga tidak paham harus memulai dari mana untuk merancang naskah
media yang akan digunakan dalam layanan informasi.
Untuk melihat aktifitas mahasiswa dalam merancang media audio visual BK
maka pemantauan ini meliputi proses maupun hasil, maka diperlukan asesmen
yang digunakan, dimana dalam asesmen yang dilakukan tersebut harus terdapat
suatu umpan balik yang efektif, baik efektif dalam arti mengoptimalkan hasil
maupun efektif dalam arti membangun tanggungjawab belajar pada diri
mahasiswa.oleh karena itu pelatihan ini menggunakan Performance assessment
adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa
sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku,
atau interaksi mahasiswa. Performance assessment digunakan untuk menilai
kemampuan mahasiswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus
untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau
menunjukkan penerapan pengetahuan . Pelayanan bimbingan dan konseling akan
berjalan lebih baik dan menyenangkan apabila disertai dengan pemanfaatan media
bimbingan dan konseling yang baik, terarah dan sistematis. Hal ini merupakan
manifestasi dan akumulasi kinerja konselor, dan pada gilirannya akan
memberikan kesan bahwa konselor bekerja secara profesional dan cakap, efektif,
dan efisien, dan tidak gagap teknologi.
8
1.3 Identifikasi dan Perumusan masalah
Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi bahwa secara umum, masalah yang hendak ditanggulangi dalam
P2M ini adalah kurangnya pemahaman merancang media audio visual berbasis
performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK. Berdasarkan
identifikasi tersebut, maka rumusan masalah dapat dinyatakan sebagai berikut:
1.3.1 Apakah guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja telah memiliki
pemahaman bagaimana langkah-langkah dalam merancang media audio
visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan
informasi BK
1.3.2 Apakah guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja dapat merancang media
audio visual berbasis performance assesment dalam pelaksanaan layanan
informasi BK
1.4 Tujuan Kegiatan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan diatas, maka tujuan
P2M ini adalah
1.4.1 Meningkatkan guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja mengenai
langkah-langkah dalam merancang media audio visual berbasis
performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK
1.4.2 Meningkatkan kemampuan guru BK SMA/SMK di Kota Singaraja
merancang media audio visual berbasis performance assesment
dalam pelaksanaan layanan informasi BK
1.5 Manfaat kegiatan
P2m ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.5.1 Guru bimbingan konseling, yaitu dengan meningkatnya
pemahaman serta dapat merancang media audio visual berbasis
performance assesment dalam pelaksanaan layanan informasi BK
1.5.2 Pelaksana P2M, yaitu akan diperoleh kesempatan melakukan
diseminasi hasil penelitian dan pengalaman sebagai bahan refleksi
untuk peningkatan kualitas dan kuantitas kampus
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Performance Assesment
2.1.1 Pengertian Performance Assesment
Dalam buku pedoman penilaian kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994: 3),
dikemukakan bahwa:"Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh dosen
untuk mem-berikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh
ten-tang proses dan hasil belajar yang telah dicapai mahasiswa. Nana Sudjana
mengatakan penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai
kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. seperti yang sudah kita
ketahui bahwa penilaian terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor, yang masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling
berkaitan. Alat dan penilaiannya untuk setiap ranah tersebut mempunyai
karakteristik tersendiri sebab setiap ranah berbeda dalam cakupan dan hakikat
yang terkandung didalamnya.
Performance assesment adalah suatu asesmen alternatif berdasarkan tugas
jawaban terbuka (open-ended task) atau kegiatan hands-on yang dirancang untuk
mengukur kinerja mahasiswa terhadap seperangkat kriteria tertentu. Tugas-tugas
asemen kinerja menuntut mahasiswa menggunakan berbagai macam
keterampilan, konsep, dan pengetahuan. Performance assesment tidak
dimaksudkan untuk menguji ingatan faktual, melainkan untuk mengases
penerapan pengetahuan faktual dan konsep-konsep ilmiah pada suatu masalah
atau tugas yang realistik. Asesmen tersebut meminta mahasiswa untuk
menjelaskan “mengapa atau bagaimana” dari suatu konsep atau proses.
Performance assesment merupakan suatu komponen penting dari suatu asesmen
autentik.
O’Malley & Pierce (Nur, 2003) menyatakan performance assesment
adalah: Bentuk asesmen dimana mahasiswa menunjukkan atau
mendemonstrasikan suatu respon secara lisan, tertulis, atau menciptakan suatu
karya. Respon mahasiswa tersebut dapat diperoleh dosen dalam konteks asesmen
formal atau informal atau dapat diamati selama pengajaran di kelas atau seting di
10
luar pembelajaran. Meminta mahasiswa untuk “menyelesaikan tugas-tugas
kompleks dan nyata dengan mengerahkan pengetahuan awal, pembelajaran yang
baru diperoleh, dan keterampilan-keterampilan yang relevan untuk memecahkan
masalah realistik atau autentik” Memungkian mahasiswa menggunakan bahan-
bahan atau melakukan kegiatan hands-on dalam mencapai pemecahan masalah.
Contohnya adalah laporan-laporan lisan, contoh-contoh tulisan, proyek individual
atau kelompok, pameran, atau demonstrasi.
Hibbard (1995) menyatakan performance assesment merupakan: Suatu
realistik yang terkait dengan tujuan pendidikan sains Komponen utama program
pendidikan bertujuan: (1) menanamkan konsep dan informasi; (2)
mengembangkan proses ilmiah, seperti eksperimen, membuat dan menggunakan
keputusan, membangun model, dan penemuan mesin; (3) mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah yang melibatkan ilmu pasti dan informasi
untuk mendukung metode ilmiah; (4) mengembangkan keterampilan komunikasi
untuk membantu mahasiswa menanamkan hal-hal lain secara efektif apa yang
mereka telah pelajari atau apa yang menjadi saran mereka sebagai solusi masalah;
(5) menanamkan kebiasaan bekerja dengan baik, seperti bertanggungjawab secara
individu,keterampilan bekerja sama, tekun, memperhatikan keakuratan dan
kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan rapi. Suatu sistem untuk menilai
proses dan produk Performance assesment merupakan suatu sistem untuk menilai
kualitas penyelesaian tugastugas yang diberikan mahasiswa. Adapun komponen
sistem performance assesment termasuk: (1) tugas-tugas yang menanyakan
mahasiswa untuk menggunakan dan proses mereka yang telah dipelajari; (2)
cheklist untuk mengidentifikasi elemen kinerja atau hasil pakerjaan; (3) Rubrik
(perangkat yang mendeskripsikan proses dan atau kesatuan penilaian kualitas)
berdasarkan skor total; (4) contoh-contoh terbaik sebagai model kerja yang akan
dikerjakan.
Kadang-kadang tes tradisional digunakan untuk menjamin bahwa
mahasiswa telah cukup memiliki informasi akurat untuk menggunakan
performance assesment. Dilain pihak, performance assesment digunakan sebagai
strategi untuk mengaktifkan mahasiswa dalam pembelajaran. Performance
assesment merupakan salah satu penilaian dimana dosen mengamati dan membuat
11
dan menggunakan pertimbangan tentang demonstrasi mahasiswa dalam hal
kecakapan dan kompetensi dalam hal menghasilkan suatu produk. Untuk
mengukur kinerja mahasiswa, dapat digunakan daftar cek (ceklist ), skala
penilaian (Rating–scale ), dan rubrik.
Penilaian kerja ialah penilaian kerja yang dilandaskan pada pengamatan
selama proses peragaan kemampuan atau pada evaluasi penciptaan produk yang
dihasilkan. Dalam pedoman penilaian di perguruan tinggi, dinyatakan bahwa tes
kinerja adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau
tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak mahasiswa melakukan persiapan,
melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir. Penilaian kerja ialah penilaian
kerja yang dilandaskan pada pengamatan selama proses peragaan kemampuan
atau pada evaluasi penciptaan produk yang dihasilkan. Performance assessment
pada prinsipnya lebih di tekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik
daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan
peserta didik yang sebenarnya. Bersdasarkan cara melaksanakannya Performance
assessment mahasiswa dapat di kelompokkan menjadi tiga yaitu:
1) Performance assesment klasikal digunakan untuk mengases kinerja
mahasiswa secara keseluruhan
2) Performance assesment kelompok untuk mengakses kinerja mahasiswa
secara berkelompok
3) Performance assesment individu untuk mengangses kinerja mahasiswa
individu.
Disamping itu pada penilaian terdapat prinsip-prisipnya yang meliputi;
validitas, reliabilitas, menyeluruh, berkesinambungan, obyektif dan mendidik.
Ranah penilaian dalam kurikulum 2013 merupakan penjabaran dari standar isi dan
standar kompetensi lulusan. Didalamnya memuat kompetensi secara utuh yang
merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai karakteristik masing-
masing materi pelajaran. Adapun hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam
Performance assessment ialah:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi
12
b) Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan di nilai dalam kinerja
tersebut
c) Kemampuan –kemampuan khusus yang di perlukan untuk
menyelesaikan tugas
d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.
2.1.2 Teknik Penilaian Performance Assesment
Teknik Penilaian pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai
konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk
mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen
berikut:
1) Daftar Cek (Check-list) Pengambilan data penilaian unjuk kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Peserta didik
mendapat nilai bila kinerja penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati
oleh penilai. Daftar cek dapat digunakan untuk mengamati dan menilai
kinerja mahasiswa di luar Kelemahan cara ini ialah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamatidan
tidak dapat diamati, dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Namun
nilai cek lebih praktis di gunakan mengamati subyek dalam jumlah besar.
2) Skala Penilaian (Rating Scale) Penilaian unjuk kerja yang menggunakan
skala penilaian memungkinkan penilai ujian memberi nilai tengah
terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara
kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian
terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1= tidak
kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.
3) Rubik adalah pedoman penskoran. Rubrik analitik adalah pedoman untuk
menilai berdasarkan beberapa kriteria yang di tentukan. Dengan
menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan sseorang
mahasiswa terletak pada kriteria yang mana. Rubrik holistik adalah
13
pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi
smua kriteria untuk rubrik ini salah satu penyebutan yang di gunakan
adalah tingkat 1 (tidak memuaska) 2 (cukup memuaskan dengan banyak
kekurangan), 3 (memuaskan dengan sedikit kekurangan) dan 4 (superior).
Pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama cendrung
memakai rubrik analitik dan rubik holistik di guanakan pada tingkat
sekolah menengah tingkat atas. Rubrik performansi merupakan suatu
rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan
deskriptor dari setiap komponen tersebut.
Cara Performance assessment ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu
pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas
performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek
yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring,
yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu
performansi. Rubrik biasanya digunakan untuk menskor respon / jawaban
mahasiswa tterhadap pertanyaan open ended. Rubrik juga dapatt digunakan untuk
menilai kinerja mahasiswa. Menurut hidden dan Spears, rubrik merupakan skala
tingkatan yang digunakan skala tingkatan yang digunakan untuk menilai ulisan
mahasiswa terhadap open ended.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat dan
menggunakan rubrik penilaian unjuk kerja yaitu:
1. Jenis kriteria
Perlu di pertimbangkan bahwa terlalu banyak kriteria yang di
pertimbangkan akan banyak memakan waktu untuk penyekoran. Tetapi
jika kriteria yang diinginkan terlalu sedikit, mungkin hasil yang diperoleh
tidak akan cukup unyuk memberikan informasi dalam memperbaiki unjuk
kerja mahasiswa.
2. Sub kriteria
3. Skala penilaian.
Dalam skala penilaian perlu dipertimbangkan bahwa semakin besar skala
akan banyak memakan waktu. Untuk tujuan penilaian umumnya skala
14
genap lebih disarankan. Skala ganjil memuat nilai tengah yang nyata.
Skala penilaian yang disarankan adalah 5 (1-5) atau skala 6 (1-6)
4. Membagi skala untuk batasan memenuhi dan tidak memenuhi
Misalnya pada skala 5 (1-5), skala 1&2 dapa dianggap sebagai unjuk kerja
yang tidak memenuhi, 3 cukup memenuhi, 4 -5 baik dan 6 sangat baik.
5. Deskripsi untuk tingkat penampilan yang berbeda baik dalam bahasa yang
digunakan maupun deskripsi semua sub kriteria
6. Menghitung skor. Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat di nilai
tugas unjuk kerja mahasiswa. Skor yang di peroleh masih harus di rubah
dalam skala angka yang di terapkan (misal dalam bentuk 0-100, ada hal
yang harus di perhatikan ialah bobot pertanyaan, apakah bobot dari
masing-masing penampilan atau pertanyaan sama atau berbeda? Dan cara
menghitung, bagaimana menghitung skor dari yang di peroleh.
2.1.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penilaian.
Penetapan indikator pencapaian hasil belajar. Indikator merupakan ukuran,
karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan
keercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat di ukur, seperti: mengidenttifikasi, menghitung,