BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid menular melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh Salmonella typhi atau orang yang telah menjadi carrier, yaitu orang yang telah mengalami infeksi tetapi bakteri tersebut masih terdapat di dalam tubuhnya. Pada orang yang merupakan carrier, biasanya tidak terdapat gejala spesifik, sehingga penularan demam tifoid terutama disebabkan oleh penderita ini. Antibiotik merupakan faktor penting dalam pengobatan demam tifoid. Beberapa antibiotik lini pertama yang telah ditemukan untuk mengobati demam tifoid adalah kloramfenikol, ampicillin, dan kotrimoxazole. Semakin seringnya penggunaan antibiotik tersebut menyebabkan resistensi dikarenakan adanya mutasi pada bakteri Salmonella typhi sehingga bisa bertahan terhadap antibiotik tersebut. Resistensi terhadap tiga agen lini pertama yang telah disebutkan disebut multi-drug resistance Salmonella typhi (MDR-ST). Resistensi ini telah menjadi masalah penting di Asia Tenggara dan India selama bertahun-tahun. Untuk mengatasi masalah resistensi ini, dikembangkan penelitian untuk menemukan obat yang lebih efektif, dan hasilnya ditemukan florokuinolon yang efektif untuk mengatasi MDR-ST. Florokuinolon saat ini digunakan sebagai obat lini pertama untuk pengobatan demam tifoid, namun pada perkembangannya terdapat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid menular melalui makanan dan minuman yang telah tercemar
oleh Salmonella typhi atau orang yang telah menjadi carrier, yaitu orang yang telah
mengalami infeksi tetapi bakteri tersebut masih terdapat di dalam tubuhnya. Pada
orang yang merupakan carrier, biasanya tidak terdapat gejala spesifik, sehingga
penularan demam tifoid terutama disebabkan oleh penderita ini. Antibiotik
merupakan faktor penting dalam pengobatan demam tifoid. Beberapa antibiotik lini
pertama yang telah ditemukan untuk mengobati demam tifoid adalah kloramfenikol,
ampicillin, dan kotrimoxazole. Semakin seringnya penggunaan antibiotik tersebut
menyebabkan resistensi dikarenakan adanya mutasi pada bakteri Salmonella typhi
sehingga bisa bertahan terhadap antibiotik tersebut. Resistensi terhadap tiga agen lini
pertama yang telah disebutkan disebut multi-drug resistance Salmonella typhi (MDR-
ST). Resistensi ini telah menjadi masalah penting di Asia Tenggara dan India selama
bertahun-tahun. Untuk mengatasi masalah resistensi ini, dikembangkan penelitian
untuk menemukan obat yang lebih efektif, dan hasilnya ditemukan florokuinolon
yang efektif untuk mengatasi MDR-ST. Florokuinolon saat ini digunakan sebagai
obat lini pertama untuk pengobatan demam tifoid, namun pada perkembangannya
terdapat laporan yang menyatakan bahwa sensitivitas bakteri Salmonella typhi
terhadap florokuinolon mulai menurun.( Entjang Indan, dr. 2001).
Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari
lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan
adalah Salmonella yhypi / sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, kapang,
khamir serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada bahan pangan
merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber–sumber
pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan dan
pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian saja dari berbagai sumber
pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan
berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.( Arif Mansyur. 2007.).
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk
tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia.Penyakit
menular yang cukup berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, tbc, poliomilitis dengan
mudah disebarkan melalui bahan pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogenik seperti salmonella yang akan dibahas pada laporan ini.( Stephen A. 2005).
Salmonella adalah salah satu bakteri yang seringkali menyebabkan penyakit
yang cukup serius apabila mencemari makanan maupun minuman yang dikonsumsi
manusia. Salmonella juga dapat hidup pada tubuh makhluk hidup yang berdarah
dingin maupun berdarah panas. Untuk dapat mewaspadai mikroorganisme ini oleh
karena itu diperlukan adanya identifikasi Salmonella pada makanan yang sering
dikonsumsi manusia.( Nugraha Tania. 2010).
B. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami mengenai metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi Salmonella dalam makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif
berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne.
Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.
Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun
sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis)
yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.( Entjang
Indan, dr. 2001).
Habitat Inang bagi Salmonella adalah usus halus manusia dan hewan.
Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman
Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi. Salmonella Thipy bisa berada dalam
air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang
cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis
infektif.( Arif Mansyur. 2007).
a. Klasifikasi :
Kingdom : Bakteria
Philum : Proteobakteria
Class : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : S. Typhi
(Nugraha Tania. 2010.).
Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi :
a. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A,B, dan
C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok ini telah beradaptasi
pada manusia.
b. Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella cholera
suis (babi),Salmonellagallinarum dan Salmonella pullarum (unggas), Salmonella
aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius ovis (domba). Salmonella sp yang
beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
( Stephen A. 2005).
b. Morfologi
Salmonella pertama ditemukan (diamati) pada penderita demam tifoid pada
tahun 1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh Robert Koch dalam kultur bakteri pada
tahun 1881. Salmonella adalah bakteri berbentuk batang, pada pengecatan gram
berwarna merah muda (gram negatif). Salmonella berukuran 2 µ sampai 4 µ × 0,6 µ,
mempunyai flagel (kecuali S. gallinarum dan S. pullorum), dan tidak berspora.
Habitat Salmonella adalah di saluran pencernaan (usus halus) manusia dan hewan.
(Nugraha Tania. 2010).
Dalam skema kauffman dan white tatanama Salmonella di kelompokkan
berdasarkan antigen atau DNA yaitu kelompok I enteric, II salamae, IIIa arizonae,
IIIb houtenae, IV diarizonae, V bongori, dan VI indica. Komposisi dasar
DNA Salmonella adalah 50-52 mol% G+C, mirip dengan Escherichia, Shigella,
dan Citrobacter. Namun klasifikasi atau penggunaan tatanama yang sering dipakai
pada Salmonella berdasarkan epidemiologi, jenis inang, dan jenis struktur antigen
(misalnya S.typhi, S. thipirium). Jenis atau spesies Salmonella yang utama adalah S.
typhi (satu serotipe), S. choleraesuis, dan S. enteritidis (lebih dari 1500 serotipe).
Sedangkang spesies S. paratyphi A, S. paratyphi B, S. paratyphi C termasuk dalam S.
enteritidis.( Entjang Indan, dr. 2001).
c. Sifat-sifat Biologi
Host reservoar: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan,
dsb.
Menghasilkan hasil positif terhadap reaksi fermentasi manitol dan sorbitol.
Memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase,
urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrosa, laktosa, dan
adonitol.
Pada agar SS, Endo, EMB, dan McConkey, koloni kuman berbentuk bulat, kecil,
dan tidak berwarna. Pada agar Wilson-Blair, koloni kuman berwarna hitam.
Dapat masuk ke dalam tubuh secara oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Dosis infektif rata-rata untuk menimbulkan infeksi klinis atau subklinis pada
manusia pada manusia adalah 105–108 organisme.
Faktor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalah
keasaman lambung, flora mikroba normal usus, dan kekebalan usus setempat.
Dapat bertahan dalam air yang membeku untuk waktu yang lama (+ 4 minggu).
Mati pada suhu 56oC, juga pada keadaan kering.
Hidup subur dalam medium yang mengandung garam empedu.
Resisten terhadap zat warna hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium
deoksikolat yang menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-
sennyawa tersebut dapat digunakan untuk inklusi isolat Salmonella dari feses pada
medium.( Arif Mansyur. 2007).
Adapun sifat biakannya yaitu;
Koloni-koloni yang tersangka dari isolasi media yang ditumbuhi Salmonella :
Endo Agar : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
EMBA : Tidak berwarna, sedang, smooth, jernih, dan keping
MC : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
S.S A :Tidak berwarna, rose, kecil-kecil, smooth, jernih,
WB : Hijau muda tengah-tengah, hitam, kecil-kecil, tepinya jernih, smooth,
sedikit cembung.( Nugraha Tania. 2010).
d. Struktur Antigen
Salmonella mempunyai tiga macam antigen utama untuk diagnostik atau
mengidentifikasinya yaitu : somatik antigen (O), antigen flagel (H) dan antigen Vi
(kasul). Antigen O (Cell Wall Antigens ) merupakan kompleks fosfolipid protein
polisakarida yang tahan panas (termostabil), dan alkohol asam. Antibodi yang
dibentuk adalah IgM. Namun antigen O kurang imunogenik dan aglutinasi
berlangsung lambat. Maka kurang bagus untuk pemeriksaan serologi karena terdapat
67 faktor antigen, tiap-tiap spesies memiliki beberapa faktor. Oleh karena itu titer
antibodi O sesudah infeksi lebih rendah dari pada antibodi H.( Stephen A. 2005).
Antigen H pada Salmonella dibagi dalam 2 fase yaitu fase I : spesifik dan fase
II : non spesifik. Antigen H adalah protein yang tidak tahan panas (termolabil), dapat
dirusak dengan pemanasan di atas 60ºC dan alkohol asam. Antigen H sangat
imunogenik dan antibodi yang dibentuk adalah IgG. Sedangkan Antigen Vi adalah
polimer dari polisakarida yang bersifat asam. Terdapat dibagian paling luar dari badan
kuman bersifai termolabil. Dapat dirusak dengan pemanasan 60oC selama 1 jam.
Kuman yang mempunyai antigen Vi bersifat virulens pada hewan dan mausia.
Antigen Vi juga menentukan kepekaan terhadap bakteriofaga dan dalam laboratorium
sangat berguna untuk diagnosis cepat kuman S. typhi. Adanya antigen Vi
menunjukkan individu yang bersangkutan merupakan pembawa kuman (carrier).
e. Sumber Penularan
Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang
terdapat bakteri Salmonella typhi dari organisme pembawa (host). Setelah masuk
dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding usus yang menyebabkan
kerusakan dan peradangan.
Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat
menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-paru,
tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembus sehingga menyerang fetus pada
wanita atau hewan betina yang hamil, serta menyerang membran yang menyelubungi
otak. Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan
mempengaruhi keseimbangan tubuh.
Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat
kumpulan S. typhi yang dapat bertahan sampai berminggu-minggu atau berbulan-
bulan. Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat
bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.
f. Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui
makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan
penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut
salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram
perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan
muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S.
typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus
(Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis,
yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi
demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal
kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini
disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella
dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang
dikonsumsi.
Salmonella Thypi, Salmonella Choleraesuis, dan mungkin juga Salmonella
Paratyphi B bersifat infeksius untuk manusia, dan infeksi oleh organisme tersebut
didapatkan dari manusia. Namun, sebagian besar salmonella bersifat pathogen
terutama bagi hewan yang menjadi reservoir untuk menjadi manusia: unggas, babi,
hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan (dari kura-kura hingga burung
kakatua), dan banyak lainnya.
Organisme ini hampir selalu masuk melalui rute oral, biasanya bersama
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Dosis efektif rata-rata untuk
menimbulakn infeksi klinis atau subklinis pada manusia adalah 105-108 Salmonella.
Beberapa factor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella
adalah keasaman lambung, flora normal usus dan kekebalan usus.
g. Epidemiologi
1. Carrier
Setelah infeksi nyata atau subklinis, beberapa individu terus menyimpan
salmonela di dalam jaringannya selama waktu yang tidak tentu. Tiga persen
individu yang sembuh dari tifoid menjadi carrier permanen, mempunyai
organisme di dalam kandung empedu, saluran empedu, atau kadang-kadang di
dalam usus atau saluran kemih.
2. Sumber Infeksi
Sumber infeksi adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan
salmonela. Berikut adalah sumber-sumber infeksi yang penting:
Air, kontaminasi dengan feses sering menimbulkan epidemik yang luas.
Susu dan produk susu lainnya (es krim, keju, puding), kontaminasi dengan feses
dan paterurisasi yang tidak adekuat atau penanganan yang salah. Beberapa wabah
dapat ditelusuri sampai sumber kumannya.
Kerang, dari air yang terkontaminasi.
Telur beku atau dikeringkan, dari unggas yang terinfeksi atau terkontaminasi saat
pemrosesan.
Daging dan produk daging, dari hewan yang terinfeksi (ternak) atau kontaminasi
oleh feses melalui hewan pengerat atau manusia.
Obat ”rekresai”, mariyuana atau obat lainnya.
Pewarna hewan, pewarnaan (misal, carmine) digunakan untuk obat, makanan, dan
kosmetik.
Hewan piaraan, kura-kura, anjing, kucing, dll.
3. Penyakit yang ditimbulkan
Adapun penyakit yang ditimbulkan yaitu:
a. Demam Enterik (Demam Tifoid)
HCL dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya Salmonella
typhi dan bakteri lain. Jika Salmonella typhi masuk bersama-sama cairan, maka
terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadap
mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga Salmonella typhi dapat
masuk ke dalam usus penderita. Salmonella typhi seterusnya memasuki folikel-folikel
limfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi
dengan cepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella typhi. Setelah itu,
Salmonella typhi memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah.
Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati kapiler-
kapiler yang terdapat dalam dinding kandung empedu atau secara tidak langsung
melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteri dapat mencapai
empedu dan larut disana.
Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi
nekrosissuperfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama
disebabkanoleh pembuntuan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia sel
limfoid(disebut sel tifoid).
Mukosa yang nekrotik kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu
ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak
teratur. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa
terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai
membran serosa.
Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus,
maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua
komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang
paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid. Meskipun
demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya
ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan
terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi
yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah
terjadi ulserasi yang berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik
perdarahan maupun perforasi.Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-
kadang masih tetap mengandung kuman Salmonella typhi sehingga terjadi bakteriuria.
Maka penderita merupakan urinary karier penyakit tersebut. Akibatnya terjadi
miokarditis toksik, otot jantung membesar dan melunak. Anak-anak dapat mengalami
perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis. Tromboflebitis, periostitis dan nekrosis
tulang dan juga bronkhitis serta meningitis kadang-kadang dapat terjadi pada demam
tifoid.
b. Bakterimia dengan Lesi Fokal
Keadaan ini umumnya disebabkan oleh S.choleraesuis, tetapi juga dapat
disebabkan oleh serotype salmonella apapun. Setelah infeksi melalui mulut, terjadi
invasi dini kealiran darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru, tulang, meningens,
dan lain-lain), tetapi manifestasi di usus sering tidak ada.
Bayi dan anak-anak jauh lebih rentan terhadap infeksi terutama Salmonella,
mudah dicapai dengan menelan sejumlah kecil bakteri. Telah menunjukkan bahwa,
pada bayi, pencemaran bisa melalui inhalasi debu bakteri-sarat.
Setelah masa inkubasi singkat beberapa jam sampai satu hari, kuman
berkembang biak di dalam lumen usus menyebabkan radang usus dengan diare yang
sering muco-bernanah dan berdarah. Pada bayi, dehidrasi dapat menyebabkan
keadaan parah toksikosis. Normalnya tidak adasepsis, tetapi bisa terjadi sebagai
komplikasi pada pasien usia lanjut melemah (penyakit Hodgkin), misalnya. Lokalisasi
ekstraintestinal yang mungkin, terutama Salmonella meningitis pada anak-anak,