BAB I PENDAHULUAN Ketergantungan dan penyalahgunaan zat bukan merupakan masalah baru di Indonesia. Lebih dari tiga rarus tahun yang lalu, salah satu bahan mentah sejenis zat psikoaktif yang disebut opium (atau opioid) telah diperdagangkan dan disalahgunakan oleh sekelompok masyarakat di Jawa dan Sumatera. Kemudian pada awal tahun 1970an, peredaran morfin, juga sejenis golongan opioid, menyebar di beberapa kota besar di Indonesia yang kemudian diikuti oleh penyalahgunaan turunan opioid lainnya seperti petilin. Pada medio tahun 1990- an, peredaran zat psikoaktif golongan opioid menanjak tajam terutama heroin, diikuti golongan amphetamine-type stimulants (amfetamin, ecstasy, shabu) l . Rasemik amphetamine sulfate pertama kali disintesis tahun 1887 dan diperkenalkan dalam praktek klinis tahun 1932 sebagai inhaler yang dapat dibeli bebas untuk mengobati kongesti nasal dan asma. Tahun 1937 dikenal untuk mengobati narkolepsi, parkinsonisme, pascaensefalitis, depresi dan letargi. Penggunaan gelap amfetamin meningkat sampai tahun 1970an sehingga mulai diberikan aturan untuk membatasi penggunaannya 2 . Dewasa ini, diperkirakan di Indonesia terdapat lebih dari 3,5 juta pengguna zat psikoaktif (Badan Narkotika Nasional, 2006). Dalam jumlah tersebut, hanya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Ketergantungan dan penyalahgunaan zat bukan merupakan masalah baru
di Indonesia. Lebih dari tiga rarus tahun yang lalu, salah satu bahan mentah
sejenis zat psikoaktif yang disebut opium (atau opioid) telah diperdagangkan dan
disalahgunakan oleh sekelompok masyarakat di Jawa dan Sumatera. Kemudian
pada awal tahun 1970an, peredaran morfin, juga sejenis golongan opioid,
menyebar di beberapa kota besar di Indonesia yang kemudian diikuti oleh
penyalahgunaan turunan opioid lainnya seperti petilin. Pada medio tahun 1990-an,
peredaran zat psikoaktif golongan opioid menanjak tajam terutama heroin, diikuti
golongan amphetamine-type stimulants (amfetamin, ecstasy, shabu) l.
Rasemik amphetamine sulfate pertama kali disintesis tahun 1887 dan
diperkenalkan dalam praktek klinis tahun 1932 sebagai inhaler yang dapat dibeli
bebas untuk mengobati kongesti nasal dan asma. Tahun 1937 dikenal untuk
mengobati narkolepsi, parkinsonisme, pascaensefalitis, depresi dan letargi.
Penggunaan gelap amfetamin meningkat sampai tahun 1970an sehingga mulai
diberikan aturan untuk membatasi penggunaannya2.
Dewasa ini, diperkirakan di Indonesia terdapat lebih dari 3,5 juta
pengguna zat psikoaktif (Badan Narkotika Nasional, 2006). Dalam jumlah
tersebut, hanya kurang dari 10 ribu orang yang tersentuh Iayanan "terapi": 1000
orang dalam tetapi substitusi metadon, 500 orang tetapi substitusi buprenorfin,
kurang dari 1000 orang dalam rehabilitasi (pesantren, therapeutic communities,
kelompok bantu diri/self-help group), 2000 orang dalam Iayanan medis lain dan
sekitar 4000 orang menjadi penghuni lembaga pemasyarakatan dan tahanan polisi.
Jumlah adiksi zat psikoakatif yang belum mendapat layanan pemulihan di
Indonesia sangat besar. Bandingkan dengan di negara adidaya, Amerika Serikat,
dari 5 juta yang mengalami adiksi zat psikoaktif, hanya 2 juta yang mendapatkan
pelayanan pemulihan, terdapat kesenjangan sekitar 60% (Clearinghouse, 2001)1.
Berbagai bentuk resiko yang berhubungan dengan penyalahgunaan obat
antara lain intoksikasi, masalah medis sekunder, masalah psikiatrik sekunder,
1
resiko ketergantungan, gangguan dalam sosial, pekerjaan, pernikahan, dan
konsekuensi forensik3.
Indikasi yang disetujui saat ini oleh Food and Drug Administration (FDA)
untuk amfetamin terbatas pada gangguan pemusatan perhatian / hiperaktivitas dan
narkolepsi dan depresi. Amfetamin juga digunakan dalam penanganan obesitas,
walaupun khasiat dan keamanannya masih menjadi kontroversi2.
2
BAB IISTATUS PSIKIATRI
Nama Pasien : Tn. A
No RM : -
Tanggal Periksa : 21 Mei 2012
Dokter Pemeriksa : dr. Laila Sylvia sari, SpKJ
Dokter Muda : Asyiyatur Raudhah, S.Ked
Diagnosis : Aksis I : F.15.24 Gangguan Mental dan Perilaku
akibat Penggunaan stimulan kini sedang
menggunakan zat (ketergantungan aktif)
Aksis II :gangguan kepribadian(-);retardasi mental(-)
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : GAF Scale 60 – 51 gejala sedang,
disabilitas sedang.
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal Lahir/ Umur : Jambi/ 15-06-1985/ 27 Tahun
Status Perkawinan : cerai
Bangsa : Indonesia
Suku : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pattimura RT.18 No. 102, Kel.
Kenali Besar, Kec. Kota Baru.
Kota Jambi
Pernah masuk Rumah Sakit dengan : Belum pernah
keluhan yang sama atau berbeda
3
KETERANGAN DARI ALLO/INFORMAN
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat dan telepon : Jl. Pattimura RT.18 No. 102, Kel.
Kenali Besar, Kec. Kota Baru.
Kota Jambi
Hubungan dengan Pasien : Ibu kandung os
Keakraban dengan Pasien : Akrab
Kesan pemeriksa/Dokter terhadap : Dapat dipercaya
keterangan yang diberikan
I. ANAMNESIS
Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari :
1. Pasien sendiri
2. Informan
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan :
Keluarga
2. Sebab utama pasien dibawa ke laboratorium psikiatri :
Os dan keluarga ingin os berhenti menggunakan sabu-sabu.
3. Keluhan utama pasien dan telah berlangsung selama :
Os merasa cemas sejak 2 tahun yang lalu.
4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang :
Sejak + 2 tahun SMRS (2010), os menggunakan sabu-sabu, sejak saat itu
os merasa cemas dan gelisah. Os melihat bayangan dan mendengar suara-
suara yang tidak jelas. Os merasa bingung, sangat jenuh, tidak semangat
melakukan aktivitas, dan os suka jalan mondar mandir di rumah.
4
Os mengaku awalnya menggunakan sabu-sabu hanya karena ingin coba-
coba. Kemudian menjadi berkelanjutan hingga sekarang. Os mengaku saat
awal-awal menggunakan sabu-sabu, os menjadi mudah tersinggung. Os
mengaku frekuensi penggunaan lebih sering dan lebih dominan ketika os
memiliki masalah terutama setelah os bercerai dengan istrinya. Setelah os
menggunakan sabu-sabu, os merasa bisa melupakan masalah, os banyak tidur
dan saat bangun os banyak makan. Seringkali Os berniat untuk berhenti, tetapi
usaha os gagal, karena os akan menggigil dan berkeringat. Os merasa sangat
terganggu dengan keadaan tersebut.
Os mampu mengurus diri sendiri.
5. Riwayat penyakit pasien sebelumnya :
Tidak terdapat penyakit sebelumnya.
6. Riwayat Keluarga pasien :
a. Identitas Orang tua
IDENTITASORANG TUA
AYAH: Tn. M A IBU: Ny. M
Bangsa Indonesia Indonesia
Suku Melayu Melayu
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 Ekonomi SMA
Pekerjaan Pensiunan PNS PNS
Umur 56 tahun 53 tahun
Alamat Jl. Pattimura RT.18 No.
102, Kel. Kenali Besar,
Kec. Kota Baru. Kota
Jambi
Jl. Pattimura RT.18
No. 102, Kel. Kenali
Besar, Kec. Kota Baru.
Kota Jambi
Hubungan dengan Os Biasa Akrab
5
b. Kepribadian, dijelaskan oleh Ny. M dan Tn. A
Ayah : Ayah os seorang yang humoris (+), banyak teman (+)
Ibu : Ibu os seorang yang humoris (+), banyak teman (+)
c. Os bersaudara 2 orang dan os anak ke- 1
d. Urutan saudara dan usianya :
1. Laki-laki (27 tahun) Os
2. Laki-laki (19 tahun)
e. Gambaran kepribadian masing-masing saudara os dan hubungan terhadap
saudara :
Saudara Ke -Gambaran
Kepribadian
Hubungan
dengan saudara
1
2 Terbuka, Suka bergaul,
banyak teman
Tidak Akrab
f. Gambaran kepribadian orang lain yang tinggal di rumah os dan hubungan
terhadap os :
Tidak ada orang lain yang tinggal di rumah, selain keluarga os.
g. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada
anggota keluarga :
Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit jiwa.
6
h. Riwayat tempat tinggal
Rumah tempat
tinggal
Keadaan Rumah
Tenang Cocok Nyaman Tak Menentu
Rumah Orang tua os
-
7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut paut
dengan perkembangan kejiwaan os seelama masa sebelum sakit
(pramorbid)
a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan :
Os lahir aterm, lahir dengan bidan di rumah dan tidak ada
kelainan.
Os anak yang direncanakan dan sangat diinginkan, os lahir setelah
4 tahun usia pernikahan orang tua os.
b. Riwayat masih bayi dan anak-anak
Pertumbuhan fisik : Normal seperti anak sebaya os
Minum ASI : () sampai usia 11 bulan
Usia mulai bicara : 10 bulan
Usia mulai jalan : 14 bulan
c. Simptom-simptom yang berhubungan dengan problem perilaku yang
dijumpai pada masa kanak-kanak
Ngompol ( )
d. Toilet training
Umur : 4 tahun
Tingkah laku orang tua : sangat memperhatikan
Perasaan terhadap hal ini : biasa
7
e. Kesehatan fisik masa kanak-kanak
Saat os berusia 4 tahun, os pernah terjatuh dan terluka pada kepala
bagian belakang dan di jahit
f. Kepribadian serta tempramen sewaktu anak-anak
Suka berolahraga ( ), suka bergaul ( )
g. Masa sekolah
Perihal SD SMP SMA
Umur 7-13 tahun 13-16 tahun 16-18 tahun
Prestasi Baik Baik Baik
Aktifitas
Sekolah
Baik Baik Baik
Sikap terhadap
Teman
Baik Baik Baik
Sikap terhadap
Guru
Baik Baik Baik
h. Masa remaja
Os seorang yang tertutup, namun suka bergaul dan banyak teman.
Kenakalan remaja ( ), Suka berbohong ( ), suka mengambil uang
orang tua tanpa sepengetahuan orang tua ( ),
Perokok berat ( ),
Peminum minuman keras ( ),
i. Riwayat pekerjaan
Os mulai bekerja setelah selesai SMA, saat usia 18 tahun.
Pindah-pindah kerja ( ),
Pernah bekerja sebagai sales rokok
8
j. Percintaan, perkawinan, kehidupan sosial, dan rumah tangga :
Os telah menikah saat usia os 26 tahun dan telah bercerai 1 tahun
yang lalu.
Os memiliki kepribadian sebelum sakit berupa kepribadian dissosial
(tidak mampu bekerja tetap, impulsif, sering berbohong) dan pasif
agresif (keras kepala).
8. Stressor psikososial
Pergaulan dengan teman-teman yang pecandu ( ).
9. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita os
Tidak ada riwayat penyakit fisik
10. Pernah suicide (-); Os tidak pernah punya keinginan untuk bunuh diri.
11. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya (+); Os menggunakan alkohol/zat
adiktif lainnya sejak tahun 2005.
II. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS
A. Gambaran Umum
1. Penampilan
Sikap Tubuh : Biasa ( )
Cara berpakaian : Rapi ( )
Kesehatan fisik : Sehat ( )
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : Normoaktif ( ) , biasa ( )
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif ( ), penuh perhatian ( )
B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan
Arus pembicaraan : Biasa
Produktifitas : Biasa
Perbendaharaan bahasa : Biasa
9
C. Afek, mood, dan emosi lainnya
Afek : Sesuai (appropriate)
Mood : disforik
D. Pikiran : relevansi menjawab pertanyaan(),logis(),
E. Persepsi : Halusinasi visual (), halusinasi auditorik
()
F. Mimpi dan fantasi : -
G. Sensorium
1. Alertness : Komposmentis
2. Orientasi : Waktu, tempat, dan orang baik
3. Konsentrasi dan kalkulasi : Baik
4. Memori : Tidak ada gangguan
5. Pengetahuan Umum : Baik
6. Pikiran abstrak : Baik
H. Insight
Derajat 3. Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan orang lain,
faktor luar & faktor organik.
I. Judgment
Judgement sosial : Baik
Judgement tes : Baik
J. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri : baik
K. Kemampuan mengendalikan dari dalam sendiri : baik
L. Pemeriksaan psikiatrik khusus lainnya
Tidak dilakukan
III. PEMERIKSAAN INTERNA
Keadaan Umum
Sensorium : Komposmentis Suhu : 36,8oC BB : 68 kg
Nadi : 80x/menit Pernafasan : 18x/menit TB : 168 cm
TD : 120/80 mmHg Turgor : Baik Status Gizi : Baik
10
Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan
Sistem Respiratorik : Tidak ada kelainan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
Sistem Urogenital : Tidak ada kelianan
Kelainan Khusus : Tidak ada
IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Panca Indra : Tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada
Mata ;
- Gerakan: Gerakan baik ke segala arah, tidak ada kelumpuhan/nistagmus
o Persepsi Mata : Baik, diplopia (-), visus normal
o Pupil :
Bentuk : Bulat, isokor
Ukuran : 3mm/3mm
Refleks Cahaya : +/+
Refleks Konvergensi : +/+
o Refleks Kornea : +/+
o Pemeriksaan Oftalmoskop : Tidak dilakukan
Motorik:
o Tonus : eutoni
o Koordinasi : baik
o Turgor : baik
o Refleks : Refleks fisiologis +/+ ; Refleks patologis -/-
o Kekuatan : Kekuatan otot lengan 5/5; otot tungkai 5/5
o Sensibilitas : Tidak ada kelainan
Susunan saraf vegetatif : Tidak ada kelainan
Fungsi luhur : Tidak ada kelainan
Kelainan khusus : Tidak ada
11
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS
LAINNYA :
Pemeriksaan urin :
Amphetamine (+)
Metamphetamine (+)
Opiates (-)
Canabonoid (-)
Benzodiazepine (-)
VI. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-
LAIN :
Tidak dilakukan
VII. RESUME
Tn. A (27 tahun), telah bercerai, pendidikan terakhir SMA dengan
kepribadian premorbid dissosial dan pasif agresif, namun suka bergaul dan
banyak teman dibawa oleh keluarga ke RSJ Provinsi Jambi dengan keluhan
menggunakan sabu-sabu. Sejak + 2 tahun SMRS (2010), os menggunakan sabu-
sabu, sejak saat itu os merasa cemas dan gelisah. Os melihat bayangan dan suara-
suara yang tidak jelas. Os merasa bingung, sangat jenuh, tidak semangat
melakukan aktivitas, dan os suka jalan mondar mandir di rumah.
Os mengaku awalnya menggunakan sabu-sabu hanya karena ingin coba-
coba. Kemudian menjadi berkelanjutan hingga sekarang. Os mengaku saat awal-
awal menggunakan sabu-sabu, os menjadi mudah tersinggung. Os mengaku
frekuensi penggunaan lebih sering ketika os memiliki masalah terutama setelah os
bercerai dengan istrinya. Setelah os menggunakan sabu-sabu, os merasa bisa
melupakan masalah, os banyak tidur dan saat bangun os banyak makan.
Seringkali Os berniat untuk berhenti, tetapi usaha os gagal, karena os akan
menggigil dan berkeringat. Os merasa sangat terganggu dengan keadaan tersebut.
12
Os mampu mengurus diri sendiri. Os mengaku terakhir menggunakan sabu-sabu
pukul 11.00-00.00 Wib tadi malam.
Dari hasil observasi, didapatkan keadaan umum; kesadaran:
komposmentis, kontak ada serta kooperatif. Keadaan psikiatrik khusus : afek
appropriate dan mood disforik. Daya ingat tidak ada gangguan, orientasi baik, dan
daya konsentrasi baik. Didapatkan gangguan spesifik pada sensasi dan persepsi
Tn. A, ditemukan halusinasi auditorik (+), visual (+). Dari pemeriksaan
laboratorium drug monitoring pada urin, di peroleh hasil positif amphetamine dan
metamphetamine.
Atas dasar gejala-gejala di atas, maka berdasarkan PPDGJ-III dipertimbangkan
diagnosis berupa F.15.24 Gangguan mental dan perilaku akibat Penggunaan
Stimulansia kini sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif). Dimana
penegakan diagnosis, berdasarkan4,5:
GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT ZAT PSIKOAKTIF
MENURUT PPDGJ – III
F10. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
F11. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida
F12. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
F13. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika
F14. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
F15. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain
termasuk kafein
F16. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika
F17. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F18. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah
menguap
F19. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan
pengggunaan zat psikoaktif lainnya
Pedoman Diagnostik
13
Identifikasi dari zat psikoaktif yang digunakan dapat dilakukan berdasarkan data
laporan individu, analisis objektif dari spesimen urin, darah dan sebagainya, atau
bukti lain (adanya sampel obat yang ditemukan pada pasien, tanda dan gejala
klinis atau dari laporan pihak ketiga). Selalu disarankan untuk mencari bukti yang
menguatkan lebih dari satu sumber yang berkaitan dengan penggunaan zat5.
{pada kasus ini : diperoleh berdasarkan keterangan pasien dan hasil
pemeriksaan laboratorium drug monitoring dari urin os}
PENETAPAN KONDISI KLINIS
F1x.0 Intoksikasi akut
F1x.1 Penggunaan yg merugikan (harmful use)
F1x.2 Sindrom ketergantungan
F1x.3 Keadaan putus obat
F1x.4 Keadaan putus zat dg delirium
F1x.5 Gangguan psikotik
F1x.6 Sindrom amnesik
F1x.7 Gangguan psikotik residual atau onset lambat
F1x.8 Gangguan mental dan perilaku lainnya
F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT
Pedoman Diagnostik Sindrom Ketergantungan
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau
lebih gejala dibawah ini dalam masa 1 tahun sebelumnya:
a. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk
menggunakan zat psikoaktif.
b. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak
mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan.
c. Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau F1x.4) ketika penghentian
penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat
14
yang khas, atau orang tersebut menggunakan golongan zat sejenis dengan
tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat.
d. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang
diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan
dosis lebih rendah (pada individu dengan ketergantungan alcohol dan opiate
yang dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya
atau mematikan pada pengguna pemula).
e. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain
disebabkan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk
mendaptkan zat atau untuk pulih dari akibatnya.
f. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan
kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena alkohol berlebihan,
keadaaan depresi sebagai akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berat,
hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan penggunaan zat upaya perlu
diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat
diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.
Diagnosis sindroma ketergantungan dapat ditentukan lebih lanjut dengan kode
lima karakter berikut:
F1x.20 Kini abstinen
F1x.21 Kini abstinen, tetapi dalam suatu lingkungan yang terlindung (seperti
dalam rumah sakit, komuniti terapeutik, lembaga pemasyarakatan, dll)
F1x.22 Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi pemeliharaan atau dengan
pengobatan zat pengganti (ketergantungan terkendali, misalnya dengan
methadone, penggunaan “nicotine gum” atau “nicotine patch”)
F1x.23 Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi obat aversif atau penyekat
(misalnya naltrexone atau disulfiram)
F1x.24Kini sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif)
F1x.25 Penggunaan berkelanjutan
F1x.26 Penggunaan episodik
15
VIII. DIAGNOSIS BANDING
-
IX. DIAGNOSIS
Aksis I : F.15.24 Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan
Stimulansia kini sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif)
Aksis II :Gangguan kepribadian(-);retardasi mental(-)
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : GAF Scale 60 – 51 gejala sedang, disabilitas sedang.
X. SARAN/USUL
Tidak ada pemeriksaan diagnostik lanjutan yang harus dilakukan pada
kasus Tn. A (27 tahun). Hal yang sebaiknya digali lebih dalam adalah
mengenai frekuensi dan dosis penggunaan shabu-shabu serta cara pakai yang
digunakan oleh pasien selama ini sejak awal pemakaian hingga sekarang
sehingga dapat diidentifikasi peningkatan dosis yang mengarah pada toleransi.
Hal yang juga sebaiknya dilakukan dalam penanganan kasus Tn. A (27 tahun)
adalah memberikan motivasi yang besar untuk meyakinkan niatnya dan
membulatkan tekadnya berhenti menggunakan shabu-shabu.
XI. PROGNOSIS
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
merupakan suatu gangguan mental yang bersifat klinis, berlangsung bertahun-
tahun, sering kambuh atau terjadi eksaserbasi, diselingi dengan remisi total atau
parsial. Prognosis gangguan mental dan perilaku ini sangat bergantung pada
banyak faktor, seperti faktor kepribadian, ada tidaknya komorbiditas, lingkungan
keluarga, lingkungan pergaulan, mudah tidaknya zat psikoaktif diperoleh.
Faktor yang memperburuk prognosis :
16
a. Semakin mudah seseorang mulai menggunakan zat psikoaktif dan mudah
diperolehnya zat psikoaktif,.
b. Bila dalam satu keluarga terdapat lebih dari satu pengguna zat psikoaktif.
c. Adanya gangguan kepribadian disosial/antisocial
d. terdapat depresi berat.
e. Sikap keluarga yang tidak mendukung proses penyembuhan,
f. lingkungan pergaulan yang buruk.
{Pada kasus ini , dapat disimpulkan prognosis Tn. A adalah dubia ad bonam }
XII. TERAPI
- Olanzapine 5mg diberikan 1 kali dalam sehari (setiap 24 jam) sebanyak 1
tablet (sediaan 5mg; 10mg)
- Buspirone 10 mg diberikan 1 kali dalam sehari (setiap 24 jam) sebanyak
1tablet
Selain terapi psikofarmaka, juga perlu dilakukan :
- Psikoterapi individual
- Terapi perilaku
- Terapi keluarga, kelompok pendukung (seperti narcotic anonymous)
- Latihan keterampilan sosial.
- Terapi adiksi zat
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Preparat Stimulansia
Sebagai suatu kelas umum amphetamin dimasukkan sebagai suatu
simpatomimetik, stimulan dan psikostimulan. Amfetamin utama yang saat ini
tersedia dan digunakan di Amerika Serikat adalah dekstroamfetamin (Dexedrine),