Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit akibat protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Penyakit ini pernah diberantas di banyak negara, namun kemudian muncul kembali. Saat ini malaria berjangkit di 103 negara dan separuh penduduk dunia hidup di tempat beresiko mengalami malaria. Dari 300 juta penduduk yang terjangkit malaria, 3 juta diantaranya meninggal dunia yang berarti beberapa ratus dalam tiap jamnya. 1 Selain kemunculannya kembali, masalah lainnya adalah resisitensi parasit terhadap obat anti malaria dan resistensi nyamuk terhadap pestisida. Malaria juga mengancam daerah-daerah yang sebelumnya bukan daerah endemic malaria, mengancam kesehatan traveler serta member beban kepada masyarakat. 1 Pada tahun 2006 terjadi Kejadian Luar Biasa malaria di beberapa daerah. Upaya penanggulangan baik dengan pengobatan secara massal, survey demam, penyemprotan rumah,
29

Laporan Kasus Malaria Falsiparum

Oct 23, 2015

Download

Documents

aLineLan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit akibat protozoa yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Anopheles. Penyakit ini pernah diberantas di banyak negara, namun kemudian

muncul kembali. Saat ini malaria berjangkit di 103 negara dan separuh penduduk dunia

hidup di tempat beresiko mengalami malaria. Dari 300 juta penduduk yang terjangkit

malaria, 3 juta diantaranya meninggal dunia yang berarti beberapa ratus dalam tiap

jamnya.1

Selain kemunculannya kembali, masalah lainnya adalah resisitensi parasit

terhadap obat anti malaria dan resistensi nyamuk terhadap pestisida. Malaria juga

mengancam daerah-daerah yang sebelumnya bukan daerah endemic malaria,

mengancam kesehatan traveler serta member beban kepada masyarakat.1

Pada tahun 2006 terjadi Kejadian Luar Biasa malaria di beberapa daerah. Upaya

penanggulangan baik dengan pengobatan secara massal, survey demam, penyemprotan

rumah, penyelidikan vector penyakit dan tindakan lain telah dilakukan dengan baik.

Beberapa factor yang turut membuat terjadinya KLB ini disebabkan oleh adanya

perubahan lingkungan tempat perindukan potensial semakin meluas atau semakin

bertambah. Salah satu yang menyebabkan KLB (Kejadian Luar Biasa) ini adalah

malaria Falsiparum.2

Malaria Falsiparum disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Malaria ini sangat

berat dan membahayakan bagi penderitanya. Salah satu komplikasi yang paling

berbahaya dari infeksi falsiparum ini adalah komplikasi ke system syaraf pusat atau

yang disebut juga dengan malaria serebral. Angka kematian malaria serebral tanpa

Page 2: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

komplikasi lain cukup rendah, yaitu sekitar di bawah 0,1%. Tetapi bila ada komplikasi

gangguan organ vital dan eritrosit yang terinfeksi > 3%, maka mortalitas akan menjadi

sangat tinggi. Meskipun diobati, pada malaria serebral terdapat angka kematian sebesar

20% pada orang dewasa dan sebanyak 15% pada anak-anak.1

Salah satu pencegahan malaria falsiparum ini selain dengan obat-obatan

profilaksis adalah dengan menggunakan vaksin, namun usaha pencarian vaksin malaria

belum menunjukkan hasil yang optimal. Keanekaragaman antigen P. falciparum ini,

respon imun host yang tidak adekuat dan tidak bersifat protektif, serta timbulnya strain

yang resisiten terhadap obat seperti telah dijelaskan di atas telah menyulitkan upaya

penemuan vaksin yang efektif. Oleh karena itu pemahaman mengenai pathogenesis

molekuler malaria, terutama dalam kaitannya antara parasit dan host menjadi sangat

penting dalam penciptaan vaksin malaria.2

1.2 Tujuan

Mengetahui tentang infeksi malaria falsiparum, patofisiologi, cara

menegakkan diagnosis, serta penatalaksanaannya

Page 3: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

BAB II

Laporan Kasus

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Senin, 22 Mei 2010 pukul 11.00

WITA di ruang Flamboyan RSUD A. W. Sjahranie Samarinda.

Identitas Pasien

Nama : Tn.. S

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Alamat : Batu Besaung, RT 57, Samarinda.

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan terakhir : SMP

Status Kawin : Menikah

Suku : Banjar

Agama : Islam

Masuk Rumah Sakit : Tanggal 21 Mei 2019 pukul 17.30 WITA

Anamnesis:

Keluhan Utama : Demam tinggi

Riwayat Penyakit Sekarang :

Demam tinggi dirasakan 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan

tiba-tiba langsung tinggi, mendadak. Demam sangat tinggi dirasakan terutama saat pagi

menjelang siang hari. Pada hari yang sama pasien merasakan demamnya turun dan

merasa dingin sekitar pada sore hari. Saat menjelang malam pasien mengalami keringat

Page 4: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

yang banyak dan membasahi hampir seluruh tubuhnya. Keesokan harinya pasien

kembali demam lagi seperti sebelumnya dan hal ini kembali berulang selama 5 hari.

Saat demam pasien merasakan pegal keseluruhan tubuhnya dan terutama rasa pegal ini

dirasakan pada sendi-sendi besar seperti sendi panggul, sendi gelang bahu dan tulang

belakang. Selain demam pasien juga mengeluhkan pusing pada kepalanya. Pusing ini

dirasakan seperti kepala diikat dan kepala terasa kaku. Pasien juga mengalami mual-

mual namun tidak sampai muntah. Mual-mual ini disertai nyeri ulu hati yang kadang

timbul kadang juga hilang. Selama 5 hari ini pasien membawakan diri ke puskesmas

terdekat dan diberi obat parasetamol 500 mg namun demam tidak mengalami

perubahan. Akhirnya pasien membawakan diri ke rumah sakit umum.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak penyakit lain selain penyakit yang dialami pasien sekarang

Riwayat Penyakit Keluarga:

Di keluarga pasien tidak mengalami penyakit serupa. Ibu pasien menderita

gastritis kronis. Saudara laki-laki pasien pernah mengalami demam tinggi namun 3 hari

sembuh tanpa mengalami kekambuhan lagi. Kakek pasien sudah meninggal karena sakit

jantung.

Riwayat Kebiasaan dan psikososial:

Pasien adalah seorang pemuda pekerja keras. Punya satu istri dan satu anak.

Pasien kerap kali keluar masuk hutan karena pekerjaannya dan 3 hari berikutnya baru

pulang ke rumah. Namun kadang-kadang seminggu baru pulang ke rumah. Keadaan

istri dan anak pasien saat ini baik-baik saja.

Page 5: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit sedang.

Kesadaran : Composmentis, E4V5M6

Tanda Vital : TD: 100/60 mmHg

N: 84 x/i

T: 390 C

RR: 30x/i

Kepala/leher : Anemis -/-, sianosis -/-, sub ikterik +/+, pupil isokor dekstra et

sinistra, hidung dan mulut dalam batas normal, pembesaran KGB (-), JVP dalam batas

normal

Thorax : Pulmo. Inspeksisimetris, retraksi Intercosta (-),

Palpasi fremitus vocal dekstra=sinistra,

pergerakan nafas simetris

Perkusi sonor pada lapangan paru, redup pada

lapangan jantung dan hati.

Auskultasi vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

: Cor Inspeksiiktus cordis tidak terlihat

Palpasiiktus cordis teraba pada apex jantung,

thrill (-)

Perkusibatas kanan: ICS 3 PSL dextra

Batas kiri: ICS 5 MCL sinistra

AuskultasiS1S2 tunggal, regular, murmur (-),

gallop (-)

Page 6: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

Abdomen Inspeksiflat, sikatriks (-), striae (-)

Palpasisoefl, hepar tidak teraba, limpa teraba

dengan pembesaran shufner 1, ballottement ginjal

tidak teraba

Perkusitimpani pada seluruh lapangan paru

AuskultasiBising usus normal, hiperperistaltik

(-),

Genital Dalam Batas Normal, urin tampung = 1300 cc/12

jam

Ekstremitas Ekstremitas atasoedem (-), akral hangat,

clubbing finger (-)

Ekstremitas bawahoedem (-), akral hangat,

luka-luka (-).

Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap :

Hb : 14,2 MCV : 102,1

Ht : 46,9 % MCH : 30,9

WBC : 5.800/mm3 MCHC : 30,3

PLT : 14.000

Page 7: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

Kimia Darah Lengkap :

GDS : 95 gr/dl

Ureum : 47,3 Bilirubin indirect : 2,2

Protein total : 5,1 Albumin : 2,1

Globulin : 3,0 Kolesterol : 51

Creatinin : 1,3 Asam urat : 3,0

Bilirubin total : 3,9 Bilirubin direct : 1,9

Bilirubin indirect : 1,7 Protein total : 5,1

Albumin : 2,1 Globulin : 3,0

Kolesterol : 51

Hapusan Darah Tepi : Plasmodium falsifarum +4

Diagnosa Kerja Sementara :

Febris et causa malaria falsiparum

Rencana Penatalaksanaan :

Rawat inap, pengobatan, observasi tanda vital.

Page 8: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

OBSERVASI

22-05-2010 S: demam, lemas, sakit kepala Coartem 2x4 tab/3 hari

Hari 1 Mual

O: CM, TD: 100/60 mmHg RL 30 tpm

N:80x/mnt, RR:20x/mnt, PCT 3x500 mg tab

T: 38,2 C Ranitidin 2x1 amp

Sub Ikterik +/+

A: Malaria Falsiparum Obs VS

24-05-2010 S: demam, sakit kepala coartem 2x4 tab/3 hari

Hari 3 Mual, lemas. RL 30 tpm

O: CM, TD: 110/70 mmHg PCT 3x500 mg

N:80x/mnt, RR:20x/mnt Ranitidin 2x1 amp

T:38 C Obs VS

Subikterik +/+

A: Malaria Falciparum

25-05-2010 S: demam berkurang, mual coartem 2x4 tab

Hari 4 Masih ada, pusing +, RL 30 tpm

Page 9: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

Lemas berkurang PCT 3x500 mg

O: CM, TD:110/70 mmHg Ranitidin 2x1 amp

N:82x/mnt, RR:22x/mnt

T: 37,8 C

Sub ikterik -/-

A: Malaria Falsiparum

26-05-2010 S: demam -, sakit kepala -, coartem 2x4 tab

Hari 5 Mual -, badan segar RL 30 tpm

O: CM, TD:100/70 mmHg PCT 3x500 mg

N: 82x/mnt, RR:22x/mnt Ranitidin 2x1 amp

T: 37 C DDR : P. Falsiparum +1

Sub ikterik -/-

A: Malaria Falsiparum Boleh Pulang

Page 10: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

BAB III

Tinjauan Pustaka

3.1 Definisi

Plasmodim falsiparum adalah salah satu organisme penyebab malaria.

Plasmodium ini merupakan jenis yang paling berbahaya dibanding dengan plasmodium

yang lain yang menginfeksi manusia seperti P. vivax, P. malariae dan P. ovale. Saat ini

P. falciparum merupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak

diteliti. Hal tersebut karena spesies ini banyak menyebabkan angka kematian dan

kesakitan pada manusia, selain itu juga karena dapat ditumbuhkan dalam jangka waktu

yang lama secara in vitro.1, 2

3.2 Epidemiologi

Penyakit ini pernah diberantas di banyak negara, namun kemudian muncul

kembali. Saat ini malaria berjangkit di 103 negara dan separuh penduduk dunia hidup di

tempat beresiko mengalami malaria. Dari 300 juta penduduk yang terjangkit malaria, 3

juta diantaranya meninggal dunia yang berarti beberapa ratus dalam tiap jamnya.1

Selain kemunculannya kembali, masalah lainnya adalah resisitensi parasit

terhadap obat anti malaria dan resistensi nyamuk terhadap pestisida. Malaria juga

mengancam daerah-daerah yang sebelumnya bukan daerah endemic malaria,

mengancam kesehatan traveler serta member beban kepada masyarakat.1

Pada tahun 2006 terjadi Kejadian Luar Biasa malaria di beberapa daerah. Upaya

penanggulangan baik dengan pengobatan secara massal, survey demam, penyemprotan

rumah, penyelidikan vector penyakit dan tindakan lain telah dilakukan dengan baik.

Page 11: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

Beberapa factor yang turut membuat terjadinya KLB ini disebabkan oleh adanya

perubahan lingkungan tempat perindukan potensial semakin meluas atau semakin

bertambah. Salah satu yang menyebabkan KLB (Kejadian Luar Biasa) ini adalah

malaria Falsiparum.2

3.3 Patogenesis

Patogenesis malaria sangat kompleks dan seperti pathogenesis penyakit infeksi

pada umumnya melibatkan factor parasit, factor penjamu, factor social dan lingkungan.

Ketiga factor tersebut saling terkait satu sama lain dan menentukan manisfestasi klinis

malaria yang bervasiasimulai dari yang terberat seperti malaria serebral sampai infeksi

yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.2, 3

Pada factor parasit berbagai factor menentukan dalam terjadinya infeksi ini

meliputi resistensi terhadap obat anti malaria, kemampuan parasit dalam menghindari

diri dari respon system imun tubuh host melalui variasi antigenic. Factor yang paling

penting dari parasit adalah pembentukkan sitoadherens dan pembentukan roset serta

berbagai toksin dalam malaria. Sitoadherens adalah ikatan antara eritrosit yang

terinfeksi dengan endotel vascular terutama kapiler postvenula, menyebabkan terjadinya

sekuestrasi parasit pada kapiler-kapiler organ. Hal ini menyebabkan eritrosit yang

terinfeksi melekat pada kapiler-kapiler organ tubuh, menimbulkan gangguan aliran

darah local dan jika berat akan menimbulkan iskemia dan hipoksia dengan hasik akhir

adalah kegagalan organ. Sedangkan roseting adalah ikatan antara eritrosit yang

terinfeksi dengan beberapa eritrosit yang tidak terinfeksi membentuk suatu gumpalan

yang disebut roset. Roseting terjadi karena eritrosit yang terinfeksi melepaskan protein

tertentu yang menimbulkan perlekatan dengan eritrosit yang tidak terinfeksi. Hal ini

akan mengakibatlkan rusaknya eritrosit lain yang normal sehingga asupan oksigen

menjadi terganggu, terjadi hipoksia organ dan terjadi gagal organ.1, 2

Toksin parasit sebagian berasal dari parasit sendiri sebagian berasal dari eritrosit

terinfeksi yang pecah sewaktu proses skizogoni yang mengeluarkan toksin seperti

glycosylphosphatidylinositols (GPI), hemozosin atau yang berasal dari antigen parasit

Page 12: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

seperti MSP-1, MSP-2, RAP-1. Toksin tersebut akan merangsang pengeluaran NO

dengan memicu enzim inducible nitric oxide synthase (iNOS). Pengeluaran NO dalam

jumlah berebihan akan mengganggu berbagai fungsi sel tubuh. Kadar NO yang terlalu

tinggi juga akan meningkatkan sitoadherens dan sekuasterasi parasit.3, 4, 6

Faktor pejamu yang berperan meningkatkan infeksi malaria adalah seperti umur,

genetic, nutrisi, imunitas dan terutama peran dari mediator yang dihasilkan oleh

makrofag, limfosit, leokosit, sel endotel, trombosit akibat rangsangan dari toksin

ataupun antigen parasit. Di daerah endemis stabil, malaria berat terutama malaria

serebral umumnya diderita oleh anak-anak umur 1-4 tahun , setelah itu hanya ditemukan

anemia pada usia pubertas sedangkan pada dewasa umumnya adalah asimtomatik. Hal

ini mungkin disebabkan respon imun terhadap malaria pada anak terbentuk lebih

lambat. Di daerah endemis tidak stabil malaria berat dapat ditemukan hampir pada

semua umur. Selain itu ada beberapa penelitian bahwa orang dewasa non-imun lebih

peka terhadap malaria berat dibanding dengan anak-anak non-imun, tetapi orang dewasa

non-imun mampu membentuk imunitas klinik dan parasitologis lebih cepat dibanding

anak-anak non-imun.2, 4

Faktor nutrisi mungkin berperan menentukan kepekaan dalam malaria berat.

Pada beberapa penelitian malaria berat sangat jarang ditemukan pada anak-anak.

Defisiensi besi, riboflavin, PABA mungkin mempunyai efek protektif terhadap malaria

berat karena kekurangan zat gizi tersebut akan menghambat pula pertumbuhan parasit.1

3.4 Gejala Klinis

Gejala klinis malaria meliputi keluhan dan tanda klinis yang merupakan

petunjuk penting dalam diagnosis malaria. Gejala klinis tersebut dipengaruhi oleh strain

plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Gejala tersebut juga

dipengaruhi oleh endemisitas tempat infeksi (berhubungan dengan imunitas) dan

pengaruh pemberian pengobatan profilaksis atau pengobatan yang tidak adekuat. Gejala

Page 13: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

P. falciparum umumnya lebih berat dan lebih akut dibandingkan dengan jenis lain,

sedangkan gejala oleh P. malariae dan P. ovale ditemukan yang paling ringan.4

Gejala-gejala prodormal malaria hampir sama dengan penyakit infeksi lain, yaitu

adanya lesu, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri tulang dan otot,

anorexia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.

Keluhan ini dapat sering terjadi pada infeksi P. vivax dan P. ovale. Sedangkan pada P.

falciparum dan P. malariae gejala ini dapat tidak jelas bahkan dapat muncul mendadak.

Setelah itu dapat terjadi gejala khas Trias Malaria yang secara berurutan, yaitu

menggigil, demam, berkeringat. Trias malaria ini dapat berlangsung 6-10 jam dan lebih

sering terjadi pada infeksi P. vivax. Pada P. falciparum menggigil dapat berlangsung

lebih berat ataupun tidak ada. Periode bebas panas pada P. falciparum berlangsung 12

jam, pada P. vivax dan P. Ovale berlangsung 36 jam, pada P. Malariae berlangsung 60

jam.1, 2

Beberapa gejala klinis khas dari keempat jenis parasit yang menyebabkan

malaria antara lain:

Plasmodium Manisfestasi klinis

Falciparum Gejala gastrointestinal (mual muntah),

hemolisis, anemia, ikterus,

hemoglobinuria, syok, algid malaria,

gejala serebral (sakit kepala, kejang),

edema paru, hipoglikemi, gagal ginjal

akut, kelainan retina, kematian

Vivax Anemia kronik, splenomegali, rupture

limpa

Ovale Sama dengan vivax

Malariae Splenomegali menetap, limpa jarang

rupture, sindrom nefrotik

Page 14: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

3.5 Diagnosis dan Penatalaksaan

Diagnosis malaria yang cepat dan tepat merupakan hal yang sangat diperlukan

dalam penatalaksanaan kasus malaria. Hal tersebut terutama berhubungan dengan

infeksi P. falciparum yang dapat menyebabkan malaria berat ataupun malaria dengan

komplikasi. Bagi seorang dokter umum anamnesis adanya riwayat bepergian ke daerah

endemis malaria selama lebih kurang 2 minggu sebelum timbul gejala klinis dapat

sangat membantu dalam diagnosis. Gejala klinis yang khas antara lain demam tinggi

yang dapat disertai gangguan kesadaran, ikterik, gangguan berkemih, muntah-muntah

hebat, pembesaran limpa dan trias Malaria dapat terjadi pada seseorang yang baru

pertama terinfeksi malaria. Bagi orang yang bertempat tinggal di daerah endemis

biasanya penderita sudah mempunyai kekebalan walaupun tidak spesifik sehingga

gejalanya hanya berupa demam, sakit kepala, lemah, kadang menggigil dan

sebagainya.2

Meskipun anamnesis dan pemeriksaan fisis sangat mendorong kearah malaria,

diagnosis pasti tetap harus ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium. Bila pada

hapusan darah dan laboratorium terdapat plasmodium dan antibody terhadap malaria

maka diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan. Bila pada hapusan darah dan

laboratorium negative, maka pemeriksaan perlu dilakukan berulang-ulang. Kadang-

kadang diperlukan pemeriksaan yang sangat sensitive dan spesifik untuk deteksi

Plasmodium seperti melalui Moleculer Assay, ELISA dan PCR. Pemeriksaan PCR

sangat berguna pada kasus-kasus dengan derajat parasitemia yang rendah.2, 6, 8

Pengobatan terhadap malaria saat ini sudah tidak bisa lagi dengan obat dosis

tunggal. WHO menganjurkan pengobatan kombinasi dalam pengobatan malaria saat ini.

Sekarang ini pengobatan malaria adalah menggunakan kombinasi artemeter +

lumefrantrin (coartem@) dengan sediaan 120 mg lumefrantrin dan 20 mg artemeter

dengan dosis2x4 tablet/hari selama 3 hari. Obat lain adalah kombinasi antara atovakon

dan proguanil (malarone@) dengan sediaan atovakon 1000 mg/hari dan proguanil 400

Page 15: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

mg/hari untuk orang dewasa selama 3 hari. Untuk pencegahan dapat digunakan dosis

atovakon 250 mg dan proguanil 100 mg tiap hari.1, 6, 7

Page 16: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

BAB IV

PEMBAHASAN

Infeksi malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh plasmodium dengan gejala

mirip infeksi oleh virus yang biasa didahului dengan demam mendadak tinggi dan

gejala prodormal lainnya. Namun beberapa individu mungkin memiliki antibody yang

cukup kuat sehingga gejala klinis yang terjadi tidaklah khas untuk suatu infeksi. Tabel

di bawah adalah pembahasan mengenai gejala yang terjadi pada pasien dengan infeksi

malaria yang dibandingkan dengan teori yang sesuai.

Analisa kasus Analisa teori

1. Demam tinggi dirasakan 5 hari

sebelum masuk rumah sakit.

Demam tiba-tiba langsung tinggi,

mendadak. Pada hari yang sama

pasien merasakan demamnya turun

dan merasa dingin sekitar pada

sore hari. Saat menjelang malam

pasien mengalami keringat yang

banyak dan membasahi hampir

seluruh tubuhnya. Keesokan

harinya pasien kembali demam lagi

seperti sebelumnya. Pasien

merasakan pegal keseluruhan

tubuhnya dan terutama rasa pegal

ini dirasakan pada sendi-sendi

1. Malaria yang disebabkan oleh P.

falsiparum mempunyai pola

demam, menggigil, berkeringat

yang dapat terjadi lebih sekali

dalam satu hari. Dapat juga terjadi

nyeri kepala yang sangat menonjol,

juga dijumpai nyeri dada, antralgia

atau diare. Tidak ada kaku kuduk

atau fotofobi. Gejala

gastrointestinal (mual dan muntah)

sering terjadi pada infeksi P.

falsiparum ini..

Page 17: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

besar seperti sendi panggul, sendi

gelang bahu dan tulang belakang.

Pasien juga mengeluhkan pusing

pada kepalanya. Pusing ini

dirasakan seperti kepala diikat dan

kepala terasa kaku. Pasien juga

mengalami mual muntah.

2. Anemis -/-, sianosis -/-, ikterik +/+, splenomegali (+), shufner 1Bilirubin indirect : 2,2Bilirubin indirect : 1,7Bilirubin direct : 1,9

2. Infeksi P. falsiparum dapat

menyebabkan hematokrit <15%, Hb

kurang dari 50 g/l dan bahkan dapat terjadi

ikterik akibat pemecahan eritrosit yang

berlebihan. Akibat pemecahan eritrosit ini

maka limpa sebagai organ retikulosit dan

destruksi akan meningkat kerjanya

sehingga menjadi hipertrofi.

3. Urin tampung 1300 cc/12 jam 3. Pada infeksi malaria P. falsiparum,

dapat terjadi gagal ginjal akut dengan

produksi urin <400 cc/24 jam

4. Hapusan darah tepi +4 plasmodium

falsiparum

4. + = 1-10 parasit stad. Aseksual per 100

lap. Pandang

++ = 11-100 parasit stad. Aseksual per

100 lap. Pandang

+++ = 1-10 parasit stad. Aseksual per 1

lap. Pandang

++++ = 11-100 parasit stad. Aseksual per

1 lap. Pandang.

Page 18: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

Prognosis

Pada pasien dalam laporan kasus ini adalah contoh dari infeksi malaria oleh P.

falsiparum dengan gejala klinis yang tidak begitu berat. Artinya tidak selamanya infeksi

malaria oleh P. falsiparum yang biasa dikenal dengan infeksi malaria berat dapat terjadi

setiap orang sebab hal ini bergantung pada beberapa hal yaitu fakror parasit sendiri,

derajat imunitas host dan keadaan lingkungan sekitar. Untuk pasien ini prognosisnya

adalah dubia ad bonam.

Page 19: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

BAB V

KESIMPULAN

Pasien Tn. Tn.. S umur 33 yang beralamat di Batu Besaung, RT 57, Samarinda

dengan pekerjaan swasta datang ke rumah sakit dengan keluhan utama demam tinggi.

Setelah dirawat pasien terdiagnosis malaria ec. P. falsiparum dengan gejala klinis

minimal. Setelah dirawat dengan pengobatan malaria kombinasi selama 5 hari pasien

mengalami perbaikan dan diperbolehkan pulang.

Page 20: Laporan Kasus Malaria Falsiparum

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasroudin, Hadi W, Erwin AT, dkk. Penyakit infeksi di Indonesia. Editor:

Nasroudin, Hadi W, Erwin AT, dkk. Fakultas Kedokteran Airlangga:Surabaya;

2009 : 441-48

2. Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA. Malaria Dari Molekuler ke Klinis.

Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2009 : 1-250

3. Zulkarnaen I, Malaria Berat. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-1. Fakultas

Kedokteran Indonesia:Jakarta; 1999 : 504-08

4. Rani AA, Soegondo S, Wijaya IP. Panduan Pelayanan Medik PAPDI. Editor’s.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta ; 2006 : 148-51

5. WHO and Unitet Nations International Children’s Emergency Fund. 2005.

World Malaria Report.

6. Syafrudin D, Asih PB, Casey GJ, dkk. Moleculer Epidemiology of Plasmodium

Falsiparum Resistance to Antimalaria Drugs in Indonesia. 2005; 72 : 174-82

7. Cook GC. Prevntion and Treatment of Malaria. The Lancet. 1988; 2 : 32-38

8. Hofman SL. Diagnosis, Treatment and Prevontion of Malaria. Medical Clinic of

North America 1994(6); 76 : 1327-60