LAPORAN KASUS LUKA BAKAR DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 Paramasundari 080100262 Annabelle Sinda 080100358 Justin Michael Dass 080100414 Parvithrah 080100432 Pembimbing: dr. Guido M. Solihin Sp.An
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KASUS
LUKA BAKAR
DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
Paramasundari 080100262Annabelle Sinda 080100358
Justin Michael Dass 080100414Parvithrah 080100432
Pembimbing: dr. Guido M. Solihin Sp.An
BAB 1PENDAHULU
AN
• di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian 5-6 ribu kematian pertahun
AMERIKA
• di Indonesia belum ada laporan tertulis.
• Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38
• Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26,41%
INDONESIA • Trauma termal menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi
LUKA BAKAR
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
• Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik, atau bahan kimia.
• luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dan matahari, listrik, maupun bahan kimia
DEFINISI
• Luka bakar karena api• Luka bakar karena bahan kimia• Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi• Luka bakar karena sengatan sinar matahari.• Luka bakar karena air panas, tungku panas, udara
panas• Luka bakar karena ledakan bom.ETIOLOGI
Setelah cedera termal terjadi, pada daerah luka bakar akan terjadi koagulasi protein dan kematian sel zona tersebut disebut sebagai zona nekrosis.
Zona nekrosis yang meluas secara radial dan ditandai kerusakan seluler disebut sebagai zona stasis dan hiperemia
Zona stasis ditandai oleh aliran darah mikrovaskuler yang menurun, yang dapat dikembalikan ke normal dengan resusitasi perfusi yang memadai, mencegah kulit kering dan infeksi
Perubahan histopatologis awal pada titik kontak termal digambarkan sebagai zona jaringan konsentris
Koagulasi nekrosis pada kulit dan pelengkap kulit mengakibatkan hilangnya fungsi kulit normal, lapisan penghalang antimikroba hancur, kontrol evaporasi udara hilang, dan pengaturan suhu tubuh terganggu
PATOFISIOLOGI
Pembentukan edema yang paling hebat pada luka bakar dan jaringan yang belum terbakar
adalah pada 6 jam pertama dan diikuti perluasan edema yang lebih kecil pada 24 jam berikutnya
Kontriksi kapiler vena menyebabkan tekanan hidrostatik meningkat dan mengakibatkan edema
interstisial
meningkatnya permeabilitas mikrovaskular yang disebabkan oleh faktor humoral dan sitokin yang
diproduksi oleh leukosit yang teraktivasi.
EDEMA.
MEKANISME EDEMA
KLASIFIKASI
Derajat Karakteristik
Derajat 1 - kerusakan epitel kecil dari epidermis ada.
- Kemerahan, nyeri, dan rasa sakit.
- Blistering tidak terjadi.
- Penyembuhan terjadi setelah beberapa hari tanpa bekas luka.
- Karena penghalang epidermal tetap utuh, respon metabolik dan risiko
infeksi yang minimal.
- Penyebab paling umum dari luka bakar tingkat pertama adalah sunburns.
Derajat 2 Terbagi 2, yaitu ketebalan superfisial parsial dan ketebalan mendalam parsial.
a. Ketebalan superficial parsial (superficial partial-thickness):
- melibatkan epidermis dan dangkal (papillary) dermis, sering mengakibatkan berdinding
tipis, berisi cairan lepuh.
- Luka-luka bakar tampak merah muda, lembab, dan lembut ketika disentuh oleh tangan
bersarung.
- Mereka sembuh dalam sekitar 2-3 minggu, biasanya tanpa bekas luka, dengan hasil dari
tunas epitel dari unit pilosebasea dan kelenjar keringat yang berada di dermis papiler dan
retikuler.
a. Ketebalan mendalam parsial (Deep partial-thickness):
- meluas ke dermis reticular.
- Warna kulit biasanya campuran merah putih dan pucat, dan pengisian kapiler lambat.
- Melepuh yang berdinding tebal dan sering pecah.
Derajat 3 - Luka bakar tingkat tiga penuh-ketebalan luka bakar yang merusak baik
epidermis dan dermis. Jaringan kapiler dermis benar-benar hancur.
- Warna kulit menjadi putih atau kasar dengan underlying kapal bergumpal dan
anestesi. Kecuali luka bakar tingkat tiga cukup kecil untuk sembuh dengan
kontraksi (<1 cm), pencangkokan kulit selalu diperlukan untuk melapisi daerah
luka.
- Contoh penyebab luka bakar tingkat 3 adalah Immersion luka bakar, luka bakar
api, dan kimia dan tegangan tinggi cedera listrik.
Derajat 4 - menyebabkan penghancuran kulit dan jaringan subkutan, dengan keterlibatan
fasia yang mendasarinya, otot, tulang, atau struktur lainnya. Cedera ini
memerlukan debridement yang luas dan rekonstruksi kompleks jaringan khusus
dan selalu mengakibatkan cacat berkepanjangan.
LUAS LUKA BAKAR
MANIFESTASI KLINIS
Keracunan Karbon
Monoksida (CO
Distress pernafasan
Cedera Pulmonal
Gangguan hematologik
Gangguan elektrolit
Gangguan ginjal
Gangguan metabolik
Khusus trauma inhalasi
Sputum tercampur
arang
Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
Penurunan kesadaran
Riwayat terjebak dalam rumah/
ruangan terbakarTanda distress
napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas
Wheezing atau rasa tidak nyaman pada
mata atau tenggorokan (iritasi
mukosa)
Gejala distress napas/
takipnea
Sesak atau tidak ada suara.
Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
Urinalisis
Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
Analisis gas darah
Radiologi – jika ada indikasi ARDS
Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS
Pemeriksaan tambahan khusus untuk luka bakar inhalasi:-Kadar karboksihemoglobin (COHb),Gas Darah ,Foto Toraks,Bronkoskopi Fiberoptic ,Tes
Fungsi paru PE
ME
RIK
SA
AN
PE
NU
NJA
NG
PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI PENDERITA LUKA BAKAR
A. Airway
Adanya riwayat terkurung api atau terdapat tanda-tanda trauma jalan napas, memerlukan pemeriksaan jalan
napas dan tindakan pemasangan jalan napas defenitif meskipun edema laring belum terjadi.
A. Breathing
Didasarkan pada akibat trauma yang ada:
1. Trauma bakar langsung, menyebabkan edema dan obstruksi jalan napas bagian atas.
2. Inhalasi hasil pembakaran (partikel karbon) dan asap beracun menyebabkan trakeobronkhitis kimiawi,
edema, dan pneumonia
3. Keracunan karbon monoksida (CO) dianggap terjadi bila seseorang mengalami luka bakar diruangan
tertutup. Diberikan oksigen konsentrasi tinggi dengan sungkup nonrebreathing.
A. Circulation
Pada luka bakar derajat II dan III 24 jam pertama memerlukan cairan sebanyak 2-4 mL perkilogram berat
badan tiap persen luka bakar. Separuh cairan diberi pada 8 jam pertama, dan sisanya pada 16 jam
berikutnya. Pemantauan urine output 0,5-1 mL perkilogram berat badan diperlukan untuk menilai respon
resusitasi cairan.
Secondary Survey dan Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Fisik• Lepaskan seluruh perhiasan• Periksa apakah ada cedera ikutan• Timbang berat badan penderita
• Catatan Penderita• Pemeriksaan Penunjang untuk Penderita Luka Bakar Berat
• Darah • Radiologi
• Luka Bakar melingkar pada Ekstremitas Menjamin Sirkulasi Perifer• Lepaskan seluruh perhiasan • Nilai keadaan sirkulasi distal, apakah ada sianosis, berkurangnya pengisian
kapiler atau gangguan neurologis yang progresif. Pemeriksaan denyut nadi perifer pada penderita luka bakar lebih baik dilakukan dengan Doppler ultrasonic flowmeter.
• Bila ada gangguan sirkulasi pada luka bakar pada ekstremitas yang melingkar segera konsultasikan ke ahli bedah untuk dilakuakan eskarotomi.
• Fasciotomi tulang kadang perlu dilakukan.• Pemasangan Pipa Lambung• Obat Narkotik, Analgesik, dan Sedativa• Perawatan Luka• Antibiotika• Tetanus
KOMPLIKASI
• Infeksi• Lambatnya aliran darah infark miocardium,emboli
paru• Kerusakan pam akibat inhalasi asap atau
pembentukan embolus• Gangguan elektrolit• Syok• Penurunan aliran darah ke saluran cerna hipoksia • koagulasi intravaskular diseminta (DIC) karena
destruksi jarngan yang luas.• Kecacatan, trauma psikologis dapat menyebabkan
depresi
LAPORAN KASUS
Identitas PasienNama : PWJenis Kelamin : PerempuanUsia : 45 tahunSuku Bangsa : IndonesiaAgama : IslamAlamat : Jl. Karya Tani gg Pinang No.40 Medan Johor.Status : Sudah kahwin Pekerjaan : Ibu Rumah tanggaTanggal Masuk : 11 Mei 2013
• Anamnesis:Luka bakar pada seluruh tubuh.
• Mode of injury: Akibat ledakan kompor masak pada ruangan terbuka.
• Injury sustain: Luka bakar 36% grade IIa-IIb
PRIMARY SURVEY DI IGDPrimarySurvey
Gejala Kesimpulan Tindakan Evaluasi
A Look Listen Feel (+)Snoring: (-) Gargling: (-) Crowing: (-)
Airway: clear. Terjadi luka bakar pada muka.
Curiga akan terjadi edema laring.
Intubasi Look Listen Feel (+), Airway tetap clear.
B4 UOP: +, terpasang kateter, vol 50cc/jam, warna kuning jernih
• Inj . ATS 3000 IU ( IM)• Kateter terpasang dengan UOP 50cc/jam• Monitoring hemodinamika dan saturasi oksigen• Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotik
yang adekuat : Inj Ceftriaxone 1 g/ IV• Untuk mencegah nyeri saat os bernafas diberikan
analgetik: Inj Ketorolac 30 mg/ 6jam/ IV• Ambil sampel darah dan cek laboratorium
• Anamnesis: Autoanamnese• Keluhan utama: Luka bakar pada seluruh
tubuh. Hal ini dialami pasien 2 jam yang lalu akibat ledakan kompor masak pada ruangan terbuka. Pingsan (-).
• Riwayat Penyakit Terdahulu: Tidak ada• Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : Tidak
ada
TELAAH
Diagnosis: Luka bakar 36%, grade IIa- IIb
Tindakan Debridement, PS ASA: 2E, Anestesi dengan GA-ETT, Posisi Supine
Tindakan Anestesi Pra-Debridement• Oksigenasi 8 lpm• Premedikasi : • Midazolam 3,5 mg IV• Fentanyl 100 mcg IV• Medikasi :• Propofol 100 mg IV• Rocuronium 40 mg IV• Teknik anestesi menggunakan GA-ETT dengan PS ASA II
untuk derajat luka bakar 35% supine premedikasi oksigenasi induksi propofol relaksasi dengan rocuronium insersi ETT 6,5 cuff (+) ,suara pernafasan kanan=kiri fiksasi
A Luka bakar 36% grade IIA-IIB + post debridementP Diet: SV 2400kkal + 80gr protein + 10 butir telur putih/ hari
Bed Rest head elevated 30ºIVFD Plasmanat 10 gtt/iIVFD Ringer Fudin 20gtt/iInj Meropenem 1gr/8jam Inj Ceftriaxone 2gr/ 12 jamInj Ranitidine 80 mg/8 jamInj Vitamin C 1gr/24 jamInj Methylpredisolon 62,5 mg/ 8 jamInj Farmadol kalau perluTab Amlodipin 1x10mgTab Captopril 3x25 mgTab Bisoprolol 1 x 2,5mgTab Nature E 1x1Cek Darah Lengkap, HST, KGD ad random, RFT, elektrolit, AGDA
Teori Kasus
Primary Survey pada Luka Bakar berdasarkan ATLS:Airway Tindakan pemasangan jalan napas defenitif meskipun edema laring belum terjadi.
• Permeriksaan menilai jalan napas telah dilakukan di IGD pada Primary Survey,
• look, listen dan feel. • intubasi tetap
dilakukan karena ada risiko terjadinya edema laring.
Teori Kasus
Breathing Diberikan oksigen konsentrasi tinggi dengan sungkup nonrebreathing.
Sebelum diintubasi, pasien dipasang sungkup non-rebreathing.
Teori Kasus
Pemantauan urine output 0,5-1 mL perkilogram berat badan diperlukan untuk menilai respon resusitasi cairan.
Kateter terpasang di IGD.
Teori Kasus
Resusitasi cairan menurut
Parkland
Jumlah cairan diperlukan
dalam 24 jam : 4 x BB (kg) x
Persentasi luka bakar (%)
½ = 8 jam pertama
½= 16 jam pertama
Digunakan formula Parkland untuk
menentukan kebutuhan cairan
resusitasi.
BB pasien= 70kg
Persentasi = 36%
= 4 x 35% x 36% = 10080 cc/ 24
jam, jadi
- IVFD RL 5000 cc/ 8 jam pertama
5000 cc/ 16 jam kedua
Teori Kasus
Pada luka bakar, tanda yang ditemukan adalah kenaikan hematokrit, leukosit meningkat, penurunan trombosit
Hematokrit : 47,50% ( Menaik)Leukosit: 23071 mm3
(Menaik)
Teori Kasus
PaO2 yang rendah mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.
Pada pasien ini masih normal.
Teori Kasus
SIRS penyebab utama tingginya angka mortalitas pada pasien luka bakar . SIRS: bila dijumpai 2 atau lebih manifestasi berikut selama beberapa hari, yaitu:3,4
• Hipertermia atau hipotermia
• Takikardi• Takipneu • Leukositosis atau
leukopeni
Pada pasien ini, dijumpaiDijumpai takipneuDijumpai takikardialeukosit : 23710 mm3
Teori Kasus
Komplikasia. Setiap luka bakar dapat terinfeksi sehingga menyebabkan cacat lebih lanjut atau kematian.b. Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium, atau emboli paru.c. Kerusakan pam akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus. Dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atua infark miokardium, serta sindrom distress pernafasan pada orang dewasa.
-Pada pasien ini tidak dijumpai cacat lebih lanjut atau kematian.-Cerebrovascular accident, infark miokardium atau emboli paru tidak dijumpai.-Tidak dijumpai kongesti paru.
Teori Kasus
Komplikasid. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disaritmia jantung.e. Syok luka bakar dapaat secara irreversibel merusak ginjal sehingga timbul gagal ginjal dalam 1 atau 2 minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi gagal gnjal akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal akibat nekrosis otot yang luas).
-Tiada disaritmia jantung.-Tidak dijumpai gagal ginjal.