LAPORAN KASUS KATARAK
Nama: Ny. wambueAgama: islam Suku/bangsa: wawoniiPekerjaan:
IRTAlamat: jln. Kartika. No. 17. Karumba No. Reg: 38 31 83Umur: 73
tahunLaki/perempuan: perempuanTg. Penerimaan: 06 januari 2014
A. ANAMNESIS1. Keluhan Utama: penglihatan kedua mata
kabur.Keluhan Tambahan : seperti melihat asap, sering merasa silau
terutama pada siang hari2. Penglihatan: kabur3. Sakit: tidak ada4.
Sekret/ air mata: sekret jarang, mata berair (+)5. Kacamata: tidak
pernah menggunakan kacamata6. Peny. Mata peny. Lain: tidak ada7.
Peny. Mata dlm keluarga: tidak ada
B. PEMERIKSAAN
1. INSPEKSI OD OSa. Palpebra :edema (-), hiperemi(-) edema
(-),hiperemi (-) ptosis (-)b. Aparatus lakrimalis : normal normalc.
Silia: trichiasis(-), trichiasis (-) madarosis(-). madarosis (-)d.
Konjungtiva: injeksi konjungtiva (-) inj. Konjungtiva (-) Inj.
Siliar (-) inj. Siliar (-) Hiperemi (-) hiperemi (-)e. Bola mata:
menonjol (-) menonjol (-)f. Sklera: putih (+) putih (+)g. Mekanisme
muskuler: normal (+) normal (+)h. Kornea:Tes sensitivitas: (+)
(+)Tes placido: normal normali. Bilik mata depan: dangkal dangkalj.
Iris:iris shadow iris shadowk. Pupil:bulat, isokor, refleks (+)
bulat, isokor, refleks (+)l. Lensa:keruh (+) keruh (+)
2. PALPASIa. Tensi okuler:normal normalb. Nyeri tekan:(-) (-)c.
Massa tumor:(-) (-)d. Gland. Pre aurikuler:(-) (-)
3. TONOMETRI: tidak dilakukan4. VISUS: 3/60 6/40 Tidak
terkoreksi tidak terkoreksi5. Color sense: normal normal6. Light
sense: normal normal7. Penyinaran oblik: normal normal8.
Oftalmoskop: tidak dilakukan9. Slit lamp: tidak dilakukan
C. ResumePasien perempuan 73 tahun datang ke poli mata RSUB
dengan keluhan penglihatan kedua matanya kabur yang dialami kurang
lebih 1 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan lebih berat pada mata
kanan. Keluhan ini dirasakan makin lama makin bertambah. Pasien
mengaku penglihatan kedua matanya seperti melihat asap,seperti
melihat pelangi bila melihat lampu serta sering merasa silaupada
siang hari. Pasien mengaku baru kali ini berobat atas
keluhanpenglihatannya yang kabur.Pada pemeriksaan didapatkan bilik
mata depan kanan dan kiri dangkal, iris shadow (+), pupil kiri dan
kanan bulat, isokor, refleks (+), lensa kiri dan kanan keruh (+),
VOD 3/60, tidak terkoreksi, VOS 6/40 tidak terkoreksiD.
DiagnosisKatarak stadium IIE. Diagnosis BandingKatarak
insipienKatarak maturF. TerapiCatarak cut 4x1 tetesG.
DiskusiDefinsi katarakKatarak adalah perubahan lensa mata yang
sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina.Gambar 1. Lensa yang mengalami
katarakKatarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan
patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan
lensa atau denaturasi protein lensa.Etiologi KatarakSebagian besar
katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data
statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65
tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat
diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.
Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi
protein lensa, proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang
ditemui pada orang muda, bahkan pada bayi yang baru lahir sebagai
cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di masa pertumbuhan janin,
genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa
mata, peregangan pada retina mata dan pemaparan berlebihan dari
sinar ultraviolet. Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes
mellitus, rokok, alkohol, dan obat-obatan steroid, serta glaukoma
(tekanan bola mata yang tinggi), dapat meningkatkan risiko
terjadinya katarak.Pada awal serangan, penderita katarak merasa
gatal-gatal pada mata, air matanya mudah keluar, pada malam hari
penglihatan terganggu, dan tidak bisa menahan silau sinar matahari
atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan melihat selaput
seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi lensa mata
tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata.
Bila sudah sampai tahap ini, penderita akan kehilangan
penglihatannya.Klasifikasi KatarakBerdasarkan penyebabnya katarak
dapat dibagi menjadi :1. Katarak akibat penuaan (Aging related
cataract)Ada 3 tipe utama katarak yang berhubungan dengan usia
adalah nuclear, kortikal dan katarak subcapsular posterior. Pada
banyak pasien, bisa timbul lebih dari satu tipe. Katarak
NuklearKatarak nuclear adalah sclerosis dan penguningan yang
berlebihan pada lensa. Dimana sebenarnya secara fisiologis lensa
memang mengalami sclerosis dan penguningan sesuai dengan
pertambahan umur. Namun hal ini tidak berpengaruh banyak pada
fungsi visual. Apabila sclerosis dan penguningan lensa ini sudah
berlebihan maka ia disebut katarak nuclear. Cara mengevaluasi
katarak nuclear adalah dengan menggunakan slit-lamp biomicroscope
dan dengan memeriksa refleks warna merah dengan dilatasi pupil.
Gambar 2. Katarak NuklearisCiri-ciri katarak nuclear:
Perkembangannya lambat Biasanya bilateral dan mungkin asimetris
Menyebabkan penurunan penglihatan jauh dibandingkan penglihatan
dekat. Pada stadium awal, karena proses pengerasan dari nucleus
lensa, seringkali terjadi peningkatan indeks refraksi lensa yang
berakibat terjadi myopic shift pada refraksi (myopia lentikuler).
Pada beberapa kasus, myopc shift dapat membuat orang-orang dengan
presbiopi dapat membaca dengan kacamata, kondisi ini disebut juga
sebagai second sight (penglihatan sekunder). Adakalanya, perubahan
yang kasar pada indeks refraksi antara sklerotik nucleus (atau
opasiti lensa yang lain) dan lensa korteks dapat menyebabkan
monocular diplopia. Gangguan penglihatan warna, khususnya warna
biru. Penurunan fungsi photopic retinal. Pada kasus lanjut, nucleus
lensa akan menjadi semakin opaque dan coklat yang disebut dengan
brunescent katarak nuclear.
Katarak KortikalPerubahan komposisi ionic dari korteks lensa dan
perubahan subsekuen pada hidrasi dari serat lensa akan
mengakibatkan opasifikasi kortikal.
Gambar 3. Katarak Kortikalis Ciri-ciri katarak kortikal :
Biasanya bilateral, namun paling sering asimetris. Efeknya pada
fungsi visual sangat bervariasi tergantung lokasi opasifikasi
relative pada axis visual. Gejala umum dari katarak kortikal adalah
silau terhadap sumber cahaya fokal, missal lampu mobil. Diplopia
mononuclear. Progresivitas katarak kortikal sangat bervariasi.
Dapat sangat lambat atau malah begitu cepat. Pemeriksaan katarak
kortikal adalah dengan slit-lamp. Dimana awalnya terdapat gambaran
vakuola dan celah air pada korteks anterior dan posterior. Katarak
hipermartur terjadi ketika material degeneratif kortikal bocor
melewati kapsul lensa, dan meninggalkan kapsul menjadi mengerut.
Katarak morgagni terjadi ketika likuefaksi lanjut dari korteks
menyebabkan pergerakan bebas dari nucleus di dalam kantong
kapsular.
Katarak Subkapsularis PosteriorKatarak subcapsular posterior
sering terjadi pada pasien dengan usia yang lebih muda dari katarak
kortikal dan nuclear. Lokasinya di lapisan kortikal posterior dan
biasanya axial. Pasien sering mengeluh silau dan penglihatan yang
jelek pada kondisi cahaya tertutup. Tajam penglihatan dekat menurun
lebih banyak dibandingkan tajam penglihatan jauh. Monocular
diplopia. Pemeriksaan terbaik katarak subkapsular posterior adalah
dengan menggunakan slit-lamp dalam kondisi pupil dilatasi.
Gambar 4. Katarak Subkapsularis Posterior2. Katarak Traumatika
Dapat mengenai sebagian atau seluruh lensa, rosette katarak dapat
mengenai seluruh lensa, rosette katarak dapat mengenai seluruh
lensa. Bentukan opasifikasi stellata atau rosete. Lokasi biasanya
di axial dan melibatkan bagian posterior lensa. Kadang, trauma
tumpul dapat menyebabkan dislokasi dan pembentukan katarak. 3.
Katarak MetabolikMerupakan katarak yang terjadi karena kelainan
metabolik seperti : Diabetes MellitusDiabetes mellitus dapat
mempengaruhi kekeruhan lensa, indeks refraktifnya, dan amplitudo
akomodasinya. Saat tingkat gula darah meningkat, kandungan glukosa
di cairan aqueous juga meningkat. Karena glukosa dari aqueous
memasuki lensa dengan difusi, kandungan glukosa pada lensa akan
meningkat juga. Sebagian glukosa diubah oleh enzim aldosereductase
menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolism tetapi tetap dalam lensa.
Secara subsekuen, tekanan osmotik menyebabkan peningkatan air ke
dalam lensa yang mengarah ke pembengkakan dari fiber lensa. Keadaan
hidrasi lenticular dapat mempengaruhi kekuatan refraksi lensa.
Pasien dengan diabetes dapat menunjukkan perubahan refraksi
transient yang diakibatkan perubahan gula darah. Pergeseran myopic
akut dapat mengindikasikan diabetes belum terdiagnosa atau yang
tidak terkontrol. Orang dengan diabetes memiliki penurunan
amplitude akomodasi dibandingkan dengan control orang yang seumur,
dan presbiopi dapat muncul pada usia yang lebih muda pada pasien
diabetes daripada yang tidak menderita diabetes. Katarak adalah
penyebab umum dari kelainan visual pada pasien dengan diabetes.
Meskipun 2 tipe dari katarak secara klasik ditemukan pada pasien
ini, pola lain juga dapat ditemukan. 1. True diabetic cataract atau
snowflake cataract : terjadi bilateral, perubahan lensa subkapsular
yang luas, dan progresifitas yang akut, dan biasa terjadi pada
orang usia muda dengan DM tidak terkontrol. Opasitas subkapsular
superficial korteks lensa anterior dan posterior. Vakuola muncul di
kapsul lensa dan terbentuklah celah yang mendasari korteks di
bawahnya. Intumesensi dan maturitas dari katarak kortikal mengikuti
secara cepat sesudahnya. Peneliti percaya bahwa perubahan metabolic
dihubungkan dengan true cataract diabetic pada manusia dipadukan
pada penelitian katarak sorbitol pada hewan percobaan. Meskipun
true diabetic cataract jarang ditemukan pada praktek sehari-hari,
setiap katarak kortikal bilateral yang matang secara cepat pada
anak-anak atau dewasa muda harus mengingatkan klinisi pada
kemungkinan DM. 2. Senescent cataract adalah tipe kedua yang sering
ditemukan pada pasien diabetes. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pada
pasien ini mempunyai peningkatan resiko dari perubahan lensa yang
berhubungan dengan perubahan usia yang tidak dapat dibedakan dari
katarak non-diabetic yang berhubungan dengan usia, dan bahwa
perubahan lensa mengarah pada usia lebih muda daripada pasien yang
tidak menderita DM. Resiko tinggi dari katarak yang berhubungan
dengan usia pada pasien dengan diabetes mungkin merupakan hasil
dari akumulasi sorbitol pada lensa, perubahan hidrasi subsekuen,
dan peningkatan glikosilasi protein pada lensa diabetik.
GalaktosemiaGalaktosemia adalah ketidakmampuan merubah galaktose
menjadi glukosa yang diturunkan secara autosomal resesif. Sebagai
konsekuensi dari ketidakmampuan ini , akumulasi galaktose
berlebihan di jaringan tubuh, dengan konversi metabolic yang lebih
lanjut dari galaktose menjadi galaktitol (ducitol), gula alcohol
dari galaktose. Galaktosemia dapat merupakan hasil dari kelainan
pada satu dari tiga enzim yang berperan pada metabolisme dari
galaktose : Galaktose-1 phospat uridyl transferase, galactokinase,
atau UDP-galactoce-4-epimerase. Bentuk yang paling umum dan paling
parah diketahui sebagai galaktosemia klasik, disebabkan dari
kelainan enzim transferase. Pada galaktosemia klasik, symptom dari
malnutrisi, hepatomegali, kuning dan defisiensi mental timbul pada
beberapa minggu pertama kehidupan. Penyakit ini fatal atau
berbahaya jika tidak terdiagnosa atau tidak diobati. Diagnosis dari
galaktosemia klasik dapat dikonfirmasi dengan adanya substansi non
glukosa reducing galaktosa di urin. Pada pasien dengan galaktosemia
klasik, 75 % akan menjadi katarak, biasanya pada beberapa minggu
setelah lahir. Akumulasi dari galaktose dan galaksitol pada sel
lensa mengarah ke peningkatan tekanan osmotic intaselular dan
peningkatan cairan ke dalam lensa. Secara tipikal, nucleus dan
korteks terdalam menjadi bertambah opak, menyebabkan penampakan oil
droplet pada retroiluminasi.Jika penyakit dibiarkan tidak diobati,
katarak meningkat menjadi opasitas menyeluruh dari lensa.
Pengobatan galaktosemia termasuk menghilangkan susu dan produk susu
dari diet. Pada beberapa kasus, bentukan katarak awal dapat dicegah
dengan diagnosis yang cepat dan intervensi diet. Defisiensi dari
dua enzim lain, galaktokinase dan epimerase, dapat juga menyebabkan
galaktosemia. Defisiensi ini jarang, bagaimanapun dapat menyebabkan
kelainan yang tidak parah. Katarak yang disebabkan defisiensi enzim
dapat terlihat, tetapi mengarah ke kehidupan yang lebih lanjut
daripada yang terlihat pada galaktosemia klasik. Hipokalsemia
(Katarak Tetanic)Katarak dapat muncul diasosiasikan dengan kondisi
apapun yang berakibat hipokalsemia. Hypokalsemia dapat idiopatik,
atau dapat muncul sebagai hasil dari destruksi yang tidak
diharapkan dari kelenjar parathyroid selama pembedahan tyroid,
biasanya bilateral, katarak hipokalsemi mempunyai opasitas punctat
yang berwarna-warni pada korteks anterior dan posterior yang berada
antara kapsul lensa dan biasanya terpisah dari itu oleh daerah
lensa yang jelas. Opasitas yang terpisah ini dapat stabil atau
matang menjadi katarak kortikal komplit. Wilson Disease (Degenerasi
Hepatolenticular)Wilson Disease merupakan kelainan metabolisme
tembaga yang diturunkan secara autosomal resesif. Karakteristik
manifestasi okuler dari Wilson Disease adalah Kayser-Fleischer
Ring, perubahan warna coklat emas dari membrane descement sekitar
pinggir kornea. Sebagai tambahan dapat juga muncul katarak
Sunflower. Pigmen coklat kemerahan disimpan pada kapsul lensa
anterior dan korteks subkapsular pada bentukan stellata yang
menyerupai bunga matahari. Pada kebanyakan kasus katarak sunflower
tidak menyebabkan kelainan visual yang serius.
Distrofi Miotonik Dystrofi miotonik adalah kondisi yang
diturunkan autosomal dominant dengan ciri-ciri: penundaan relaksasi
otot yang berkontraksi, ptosis, kelemahan otot wajah, defek
konduksi jantung, dan pada pasien pria dapat terjadi kebotakan di
bagian frontal yang prominen. Pasien dengan gangguan ini secara
khas berkembang suatu kristal iridesensi polikromatik pada korteks
lensanya dengan secara sekuen adanya katarak subkapsular posterior
untuk menyempurnakan opasifikasi kortikal. Secara struktur ultra,
kristal ini melingkar membentuk ulir dari plasmalemma dari serta
lensa. Secara subsekuen, ada bentuk katarak subkapsulat posterior
dan opasifikasi dari korteks lensa. 4. Katarak akibat defisiensi
nutrisiWalaupun defisiensi nutrisi telah terbukti menyebabkan
katarak pada percobaan binatang, etiologi ini sulit dibuktikan pada
manusia. Epidemiologi melaporkan lebih dari dekade yang lalu
memiliki konflik informasi pada subjek ini. Beberapa penelitian
menyarankan bahwa multivitamin, vitamin A,vitamin C, vitamin E,
miasin, tiamin, riboflavin, beta karotene, dan banyak protein
mungkin memiliki efek protektif, pada perkembangan katarak.
Penelitian lain telah menemukan bahwa Vitamin C dan E memiliki efek
yang sangat sedikit atau tidak sama sekali pada perkembangan
katarak. Baru-baru ini Age-Related Eye Disease Study (AREDS)
menunjukkan bahwa lebih dari 7 tahun,intake yang tinggi dari
vitamin C dan E, dan beta karotene tidak mengurangi perkembangan
atau progresivitas dari katarak. Bagaimanapun juga, penggunaan
vitamin dosis tinggi membawa resiko. Perokok yang menggunakan dosis
tinggi vitamin A dan beta karotene memperlihatkan peningkatan dari
resioko kanker paru, kematian dari kanker paru dan kematian dari
penyakit kardiovaskular.Lutein dan zeaxanthin merupakan karotenoid
yang ditemukan pada lensa manusia dan penelitian baru-baru ini
menunjukkan penurunan pada resiko katarak dengan peningkatan
frekuensi intake makanan kaya lutein (bayam,sayur hijau,brokoli).
Makan bayam yang dimasak, lebih dari dua kali seminggu dapat
menurunkan resiko katarak. Penurunan resiko ini tidak berhubungan
dengan gaya hidup sehat. Sebaliknya, pada efek-efek seperti diet
suplemen, diare yang berat, dihubungkan dengan dehidrasi yang berat
dapat mengarah pada peningkatan resiko katarak. Suatu studi
prospektif pada laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa merokok
dapat meningkatkan resiko terjadinya katarak subkapsular posterior
dan sclerosis nuklear pada keduanya. 5. Katarak KomplikataMerupakan
katarak yang terjadi akibat komplikasi dari penyakit yang ada di
dalam mata tersebut seperti uveitis. Perubahan lensa sering timbul
menjadi uveitis kronik dan/ atau berhubungan dengan terapi
kortikosteroid. Biasanya katarak subkapsular posterior muncul,
perubahan lensa anterior juga muncul. Susunan dari synechiae
posterior sering terjadi pada uveitis, sering dengan robeknya lensa
anterior, dimana mungkin berkaitan dengan membrane popullary
fibrous. Perubahan lensa pada katarak sekunder menjadi uveitis
mungkin berkembang menjadi katarak matur. Deposit Kalsium mungkin
didapatkan di kapsul anterior atau di dalam substansi lensa.Susunan
katarak kortikal terjadi lebih dari 70% kasus dari Fuchs
Heterochromic uveitis karena posterior synechiae jarang timbul pada
sindrom ini, susunan dari membrane pupil tidak sama dan terapi
kortikosteroid kronik tidak ada indikasi. Ekstraksi katarak pada
pasien dengan Fuchs Heterochromic uveitis pada umumnya memiliki
prognosis lebih baik. Perdarahan bilik mata depan intraoperative
telah dilaporkan 25% kasus.
6. Katarak Diinduksi ObatKortikosteroidPenggunaan kortikosteroid
jangka panjang dapat menyebabkan katarak subcapsular posterior.
Angka kejadiannya bergantung pada dosis dan lama pemakaian dan
penerimaan individu terhadap paparan kortikosteroid. Katarak
terjadi pada pemberian kortikosteroid secara: sistemik, topical,
subkonjungtiva, dan inhalasi. Sebagai contoh, pada pengobatan
dermatitis di kelopak mata secara topical dalam jangka waktu yang
lama. Dalam suatu penelitian terhadap pasien yang diobati dengan
prednisolon oral dan diobservasi selama 1-4 tahun, 11% diobati
dengan 10 mg/hari terjadi katarak, seperti sebelumnya 30% menerima
10-15 mg/hari dan 80 % mendapat 15 mg/hari. pada penelitian lain,
setengah dari pasien menerima topical kortikosteroid diikuti
keratoplasty menyebabkan katarak setelah menerima kira-kira 2,4
tetes per hari 0,1 % dexamethason dalam periode 10,5 bulan.
PhenothiazinesPhenothiazine, merupakan grup utama dari pengobatan
psycothropic, dapat menyebabkan deposit pigmentasi di epitel lensa
anterior pada suatu konfigurasi axial. (Gambar5.9) Deposit ini
muncul tergantung pada dosis dan lama pemakaian. Perubahan visual
dihubungkan dengan penggunaan phenothiazineumumnya tidak
significan. MioticAntikolinesterase dapat menyebabkan katarak.
Insiden katarak meningkat 20% setelah penggunaan 55 bulan
pilokarpine dan 60% pada pasien yang menggunakan fosfolipin iodine.
Biasanya katarak muncul dalam bentuk vakuola kecil di bagian dalam
posterior sampai anterior kapsul dan epitel lensa. Vakuola ini
dapat dilihat dengan retroilluminasi. Katarak ini dapat berkembang
ke kortikal posterior dan inti lensa dan berubah. Katarak ini
terjadi pada pasien yang menggunakan antikolinesterase jangka
panjang dan dosis yang lebih sering. Biasanya terjadi pada pasien
usia lanjut dan pada anak-anak belum dilaporkan.
AmiodaroneAmiodaron suatu oat antiaritmia, dilaporkan dapat
menyebabkan deposisi pigmen axial anterior stelata. Amiodaron juga
dideposit di epitel kornea dan jarang menyebabkan neuropati optic.
StatinPercobaan pada anjing dengan menggunakan
3-hidroksil-3metilglutaril coenzim A (HMG CoA) reduktase inhibitor
dikaitkan dengan timbulnya katarak dengan menggunakan dosis
berlebihan. Namun penggunaan statin pada manusia tidak menunjukkan
peningkatan resiko katarak. Namun demikian, pnggunaan serempak
simvastatin dan eritromisin dapat dikaitkan dengan peningkatan 2-3
kali lipat resiko katarak7. Katarak KongenitalBerkembang dari
genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama terjadi
di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah
didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang
sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa Kongenital Gambar 5.
Katarak Kongenital
Berdasarkan densitasnya, katarak dibagi menjadi :1) Katarak
imaturKatarak imatur merupakan stadium dimana kekeruhan pada lensa
belum mengenai seluruh bagian lensa. Pada katarak imatur tampak
lensa yang mencembung karena mengalami hidrasi.2) Katarak maturPada
katarak matur terjadi kekeruhan diseluruh bagian lensa, terjadi
perubahan bentuk lensa kembali seperti semula.
Gambar 6. Katarak Matur
3) Katarak hipermaturPada katarak hipermatur, terjadi pengerutan
lensa karena korteks lensa telah mencair sehingga air keluar dari
lensa dan membuat bentuk lensa menjadi keriput.Berdasarkan umur
katarak dapat dibagi menjadi :1. Katarak Juvenilis ( kurang dari 20
tahun)2. Katarak Presenilis (20 - 50 tahun)3. Katarak Senilis
(diatas 50 tahun)Manifestasi klinis Gejala umum gangguan katarak
meliputi : Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut
menghalangi objek. Peka terhadap sinar atau cahaya. Dapat melihat
dobel pada satu mata. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk
dapat membaca. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca
susu.Pemeriksaan Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga
penglihatan penderita terganggu secara berangsur. karena umumnya
katarak tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi daya
penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah
katarak berkembang sekitar 35 tahun. Karena itu, pasien katarak
biasanya menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pemeriksaan mata meliputi segmen anterior mata yang berupa
palpebra, konjungtiva, kornea bilik mata depan, iris, pupil, dan
lensa. Pemeriksaan lensa pada katarak yaitu shadow test (tes
bayangan iris). Tes bayangan iris ini dilakukan untuk mengetahui
derajat kekeruhan pada lensa. Jika lensa belum keruh sepenuhnya
pada katarak immatur akan didapat pantulan bayangan iris pada lensa
karena cahaya yang mengenai iris dipantulkan oleh bagian lensa yang
keruh. Sedangkan pada katarak matur dimana kekeruhan telah mengenai
seluruh lensa maka tidak ada bayangan yang dibentuk karena semua
cahaya langsung dipantulkan dianggap tes bayangannya
negatif.Sebelum operasi juga dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :
Tes anel : untuk menilai fungsi ekskresi saluran air mata apakah
ada yang menyumbat atau tidak. Tes ini perlu dilakukan untuk
menghindari kebuntuan aliran air mata yang akan mempermudah
berkembangbiaknya kuman yang dapat mengakibatkan infeksi paska
operasi sehingga hasil operasi tidak optimal. Penilaian segmen
posterior mata dengan USG dan funduskopi, untuk menilai prognosis
setelah operasi. Keratometri, merupakan pemeriksaan untuk
mengetahui kelengkungan kornea sehingga bisa memperkirakan kekuatan
lensa intra okular yang akan dipasang. Biometri, untuk mengetahui
panjang aksis visual dan berapa kekuatan lensa yang diperlukan
untuk ditanam.Operasi Pada KatarakIndikasi operasi katarak :1.
Mengganggu pekerjaan/ aktivitas2. Rehabilitasi visus (terapetik)3.
Diagnostik segmen posterior4. Mencegah komplikasi5. Kosmetik
Macam-macam operasi katarak antara lain : Intracapsular Cataract
Extraction (ICCE)ICCE merupakan tehnik operasi pada katarak yang
mengangkat lensa dengan kapsul-kapsulnya.Indikasinya : pada
peralatan yang terbatas, pada katarak yang tidak stabil, intumesen,
hipermatur, dan luksasi.Kontraindikasi absolut : katarak pada
anak-anak dan dewasa muda, kasus-kasus ruptur kapsul karena
trauma.Kontraindikasi relatif : high myopia, sindrom Marfan,
katarak Morgagnian, dan keluarnya vitreus ke dalam bilik mata
depan.Keuntungan : tidak terjadi katarak sekunder, tidak memerlukan
peralatan yang canggih.Kerugian : penyembuhan luka yang lebih
lambat karena luka insisi yang lebar, rehabilitasi visus yang
tertunda, resiko astigmatisme yang besar karena tarikan akibat
jahitan lebih banyak, resiko inkarserasi iris lebih besar, dan
resiko terjadinya prolaps vitreus. Extracapsular Cataract
Extraction (ECCE)ECCE merupakan tehnik operasi pada katarak yang
mengangkat lensa dengan meninggalkan kapsul posterior sebagai
cangkang untuk pemasangan IOL ( Lensa Intra Okular).Kontraindikasi
: bila zonula zinni tidak memungkinkan untuk mendukung dilakukannya
ECCE dan pemasangan IOLKeuntungan : resiko prolaps iris lebih
kecil, penyembuhan luka yang lebih cepat dibanding ICCE, resiko
prolaps vitreus lebih kecil.Kerugian : membutuhkan peralatan dan
bahan yang lebih mahal dari ICCE Small Incision Cataract Surgery
(SICS)Operasi katarak yang merupakan pengembangan dari ECCE dengan
melakukan insisi 2 mm dari limbus sehingga tidak mengenai
kornea.Keuntungan : resiko astigmatisme lebih kecil dibandingkan
ECCE, resiko prolaps iris lebih kecil, penyembuhan luka yang lebih
cepat.Kerugian : butuh pengalaman yang cukup untuk melakukan
operasi.
FakoemulsifikasiOperasi katarak terbaru yang menggunakan getaran
suara untuk mengemulsi isi lensa sehingga lebih mudah dikeluarkan
dan tidak memerlukan insisi yang luas.Keuntungan : lebih cepat dan
tidak menimbulkan luka operasi yang lebar sehingga penyembuhan
operasi sangat cepat.Kerugian : alat yang mahal dan diperlukan
tenaga profesional untuk melaksanakan operasi ini.Lensa Intraokular
Terbuat dari bahan polimetilmetakrilat Mempunyai optik Mempunyai
kaki (haptik) agar lensa tetap pada tempatnya
Gambar 7. IOL
Indikasi penanaman lensa intraokular :1. Katarak monokular2.
Usia muda (produktif)Kontraindikasi :1. Katarak kongenital 2.
Uveitis berulang3. Glaukoma berat4. Distrofi endotel kornea5.
Afakia pada fellow eye
II.7PencegahanPencegahan utama adalah mengontrol penyakit yang
berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang
mempercepat terbentuknya katarak : Menggunakan kaca mata hitam
ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa Mengurangi
jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata. Berhenti merokok
bisa mengurangi resiko terjadinya katarak. Katarak dapat dicegah,
di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada
penderita diabetes mellitus. Makanan-makanan sumber riboflavin di
antaranya susu, daging, sayur, telur sayuran hijau seperti kol,
brokoli, asparagus serta biji-bijian (cereals).
DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas, Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit
Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 128-1362.
Vaughan DG. Oftalmologi Umum. Widya Medika. 19953. Ilyas, Sidharta.
2006. Dasar Tehnik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi
kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.4. James, Bruce, et al. 2006 .
Lecture Notes Oftalmologi, 9th eds. Jakarta : Erlangga. Hlm :
76-79. 5. http://www.erfins.multiply.com.journalitem43 - 19k.
Sumber : American Academy of Ophthalmology. 6.
http://www.tedmontgomery.com/the_eye/index.html7. Young RW.
Age-Related Cataract. New York : Oxford University Press; 1991.